BAB I HUKUM INDONESIA 1.1. Pendahuluan 1.2. Kaidah...

32
BAB I HUKUM INDONESIA 1.1. Pendahuluan Untuk memperoleh pengertian lebih kompetensi tentang hukum dalam ekonomi, perlu ditinjau kembali terlebih dahulu pengertian-pengertian hukum dan pengertian ekonomi. Agar di masyarakat terdapat ketertiban dalam koreksi maka berkembang aturan atau yang lazim disebut nomra dan hukum seperti diuraikan sebagai berikut : 1.2. Kaidah (Norma) Aturan atau norma sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar hubungan antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib dan bejralan lebih baik. Norma merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu di mana setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban di dalam lingkungan masyarakatnya sehingga memungkinkan seseroang bias menentukan terlebih dahulu bagaiana tindakan seseorang itu dinilai oleh orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat norma yang berjalan adalah norma yang diterapkan di lingkungan masyarakat sebagai aturan yang mempunyai tingkah laku manusia, yaitu : 1. Norma agama Norma agama adalah peraturan yang diterima sebagai perintah larangan, dan anjuran yang diperoleh dari Tuhan Yang Maha Esa bersifat umum dan universal apabila dilanggar maka mendapat sanksi hukum yang diberikan Tuhan YME. 2. Norma kesusilaan Norma kesusilaan adalah aturan hidup yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri bersifat umum dan universal, apabila dilanggar oleh setiap manusia maka akan menyesalkan perbuatan darinya sendiri. 3. Norma kesopanan

Transcript of BAB I HUKUM INDONESIA 1.1. Pendahuluan 1.2. Kaidah...

  • BAB I

    HUKUM INDONESIA

    1.1. Pendahuluan

    Untuk memperoleh pengertian lebih kompetensi tentang hukum dalam

    ekonomi, perlu ditinjau kembali terlebih dahulu pengertian-pengertian hukum dan

    pengertian ekonomi. Agar di masyarakat terdapat ketertiban dalam koreksi maka

    berkembang aturan atau yang lazim disebut nomra dan hukum seperti diuraikan

    sebagai berikut :

    1.2. Kaidah (Norma)

    Aturan atau norma sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar

    hubungan antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib dan bejralan

    lebih baik. Norma merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu di

    mana setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban di dalam

    lingkungan masyarakatnya sehingga memungkinkan seseroang bias menentukan

    terlebih dahulu bagaiana tindakan seseorang itu dinilai oleh orang lain.

    Dalam kehidupan bermasyarakat norma yang berjalan adalah norma yang

    diterapkan di lingkungan masyarakat sebagai aturan yang mempunyai tingkah

    laku manusia, yaitu :

    1. Norma agama

    Norma agama adalah peraturan yang diterima sebagai perintah larangan, dan

    anjuran yang diperoleh dari Tuhan Yang Maha Esa bersifat umum dan

    universal apabila dilanggar maka mendapat sanksi hukum yang diberikan

    Tuhan YME.

    2. Norma kesusilaan

    Norma kesusilaan adalah aturan hidup yang berasal dari hati sanubari

    manusia itu sendiri bersifat umum dan universal, apabila dilanggar oleh setiap

    manusia maka akan menyesalkan perbuatan darinya sendiri.

    3. Norma kesopanan

  • Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia

    berupa suatu tatanan pergaulan masyarakat apabila dilanggar oleh setiap

    anggota masyarakat akan dicela/diasingkan oleh masyarakat setempat.

    4. Norma Hukum

    Norma hukum adalah aturan yang bersifat mengikat kepada setiap orang yang

    pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat

    Negara untuk melindungi kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.

    1.3. Definisi dan Tujuan Hukum.

    Dalam memberikan pengertian hukum, para ahli dan sarjana ilmu hukum

    melihat dari berbagai sudut yang berlainan dan berbeda-beda antara satu ahli

    dengan yang lainnya. Antara lain Van Kan, Utrecht, dan Wiryono Kusumo

    1. Van Kan

    Menurut Van Kan definisi hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang

    bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam

    masyarakat.Tujuan hukum adalah untuk keterbitan dan perdamaian. Dengan

    adanya peraturan hukum orang akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

    dan melindungi kepentingan dengan tertib.

    2. Utrech

    Menurut Utrecht definisi hukum ialah himpunan peraturan baik berupa

    perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat

    dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.

    3. Wiryono Kusumo

    Menurut Wiryono Kusumo definisi hukum ialah keseluruhan peraturan baik

    yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib di dalam

    masyarakat dan terhadap pelanggaran umumnya dikenakan sanksi.

    1.4. Pengertian Ekonomi.

    Menurut M. Manulang Ilmu Ekonomi suatu ilmu yang mempelajari

    masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran suatu

  • keadaan di mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang

    maupun jasa).

    1.5. Hukum Ekonomi.

    Sumaryati Hartono mengatakan bahwa ekonomi adalah perjalanan

    hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi social sehingga hukum

    ekonomi tersebut mempunyai dua aspek berikut.

    1. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi dalam arti

    peningkatan kehidupan ekonomi secara keseluruhan.

    2. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan ekonomi

    secara merata diantara seluruh lapisan masyarakat sehingga setiap warga

    Indonesia dapat menikmati hasil pembangunan ekonomi sesuai dengan

    sumbangannya dalam usaha pembangunan ekonomi tersebut.

    Hukum ekonomi Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 :

    a. Hukum Ekonomi Pembangunan

    Hukum ekonomi pembangunan adalah yang meliputi pengaturan dan

    pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan

    kehidupan ekonomi Indonesia secara normal.

    b. Hukum Nasional Sosial

    Hukum ekonomi social adalah yang menyangkut pengaturan pemikiran

    hukum mengenai cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi

    nasional secara adil dan merata dalam martabat kemanusiaan ( hak asasi

    manusia )

    Hukum ekonomi menganut asas, sebagai berikut :

    1. Asas keimanan dan ketaqwaan terhadap tuha YMF

    2. Asas manfaat

    3. Asas demokrasi pancasila

    4. Asas adil dan merata

    5. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan

    6. Asas hukum

  • 7. Asas kemandirian

    8. Asas keuangan

    9. Asas ilmu pengetahuan

    10. Asas kebersasmaan, kekeluargaan, keseimbangan, dan

    kesinambungan dalam kemakmuran rakyat

    11. Asas pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan

    berkelanjutan dan

    12. Asas kemandirian yang berwawasan kenegaraan

    BAB 2

    SUBJEK DAN OBJEK HUKUM

    2.1 PENDAHULUAN

    Orang atau persoon adalah pembawa hak dan keawjiban atau setiap

    mahluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan menggunakan hak dan

    kewajiban dalam lalu lintas hukum disebut sebagai subjek hukum.

    2.2 MANUSIA BIASA ( NATUR LIIKE PERSOON )

    Manusia sebagai subjek hukum telah mempunyai hak dan mampu

    menjalan kan haknya dan di jamin oleh hukum yang berlaku.

    Dalam pada itu, menurut pasal 1 KUH perdata menyatakan bahwa

    menikmati hak-hak kenegaraan.

    Pasal 2 ayat 2 KUH Perdata bahwa apabila ia dilahirkan mati maka ia

    dianggap tidak pernah ada. Dengan demikian, Negara Republik Indonesia

    sebagai Negara hukum mengakui pada setiap manusia terhadap undang-undang

    hukum oleh undang-undang.

    Pasal 27 UUD 1945 menerapkan bahwa segala warga Negara bersamaan

    kedudukannya di dalam hukum, dalam pemerintahan dan wajib menjunjung

    hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.

    2.3. Badan Hukum (Rechts Persoon)

  • Badan hukum (rechts persoon), yakni orang (persoon) merupakan badan-

    badan atau perkumpulan.Badan hukum (Rechts Persoon) yang diciptakan oleh

    hukum.Oleh karena itu, badan hukum (rechts person) sebagai subjek hukum yang

    dapat bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum) serpti manusia.

    Misalnya, suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan

    hukum, dengan cara :

    a. Didirikan dengan akta notaris;

    b. Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negeri setempat;

    c. Dimintakan pengesahan anggaran dasar (AD) kepada Menteri Kehakiman dan

    HAM, sedangkan khusus untuk badan hukum dana pension, pengesahan

    anggaran dasarnya dilakukan oleh Menteri Keuangan.

    d. Diumumkan dalam Berata Berita Negara RI.

    Badan hukum (rechts persoon) dibedakan dalam dua bentuk:

    1. Badan Hukum Public (Publick Rechts Person)

    Badan hukum public (publick rechts persoon) adalah badan hukum yang

    didirikan berdasarkan hukum public atau yang menyangkut kepentingan

    public atau orang banyak atau Negara umumnya.

    2. Badan Hukum Privat (Privat Rechts Persoon)

    Badan hukum priat (privat rechts persoon) adalah badan hukum yang

    didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut

    kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.

    2.4. Objek Hukum

    Objek hukum menurut Pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda

    adalah sesuatu yang berguna bagi subjek hukum atau segala sesuatu yang

    menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum atau

    segala sesuatu yang dapat menjadi objek dari hak milik (eigendom).

    Berdasarkan Pasal 503 sampai dengan Pasal 504 KUH Perdana disebutkan

    bahwa benda dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni benda yang bersifat kebendaan

  • (materiekegoederen) dan benda yang bersifat tidak kebendaan

    (immateriekegaederen).

    2.4.1. Benda Bergerak.

    Benda bergerak dibedakan menjadi sebagai berikut :

    a. Benda bergerak karena sifatnya, menurut Pasal 509 KUHPerdata adalah

    benda yagn dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat

    berpindah sendiri contohnya ternak.

    b. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang menurut Pasal 511 KUH

    Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil

    (vruchtgbruik) atasbenda-benda bergerak, hak pakai (gebruik) atas benda

    bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.

    2.4.2. Benda Tidak Bergerak

    Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi:

    a. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang

    melekat di atasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan arca tumbuh-

    tumbuhan arca, dan patung.

    b. Benda tidak bergerak karena tujuannya, yakni mesin alat-alat yang dipakai

    dalam pabrik.

    c. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak

    atas benda-benda yang tidak bergerak, misalnya hak memungut hasil atas

    benda yang tidak bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak, dan hipotik.

    Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan benda tidak bergerak

    ini penting, artinya karena berhubungan dengan empat hal adalah pemilikan

    (bezis), penyerahan (levering), dalawarsa (verjaring) dan pembebanan

    (bezwaring).

    2.5 Hukum Benda (Zakenrecht)

  • Hukum benda (zakenrecht) merupakan bagian dari hukum kekayaan

    (vermogensreeht), yakni hukum kekayaan merupakan peraturan-peraturan yang

    mengatur hak dan kewajiban manusia yang bernilai uang, sedangkan hubungan

    terhadap benda dengan orang disebut mempunyai hak kebendaan.

    2.5.1. Hak Mutlak (Hak Absolut)

    Hak mutlak, (Hak absolut) terdiri dari :

    a. Hak Kepribadian misalnya ha katas namanya, hidup, kemerdekaan dan lain-

    lainnya.

    b. B. Hak-hak yang terletak dalam hukum keluarga, yakni hak yang timbul

    karena adanya hubungan antara suami isteri dan hubungan orang tua dan anak;

    c. Hak mutlak atau sesuatu benda inilah yang disebut hak kebendaan.

    2.5.2. Hak Nisbi (Hak Relatif)

    Hak nisbi (hak relative) atau persoonlijk adalah semua hak yang timbul

    karena adanya hubungan utang-piutang, sedangkan utang-piutang timbul dari

    perjanjian dan undang-undang.

    1. Penggolongan Hak Kebendaan.

    Sementara itu, mengenai penggolongan hak kebendaan di dalam KUH

    Perdata dapat dibedakan menjadi dua kelompok adalah hak kebedanaan yang

    sifatnya memberikan kenikmatan atas suatu benda (takelijk genotsrecht) dan

    hak kebendaan yang sifatnya memberikan jaminan atas perlunasan utang).

    2. Cara memperoleh Hak Milik atas suatu Benda.

    Cara memperoleh hak milik atas suatu benda, yakni berdasarkan Pasal 584

    KUH Perdata. Cara memperolehnya, antara lain :

    a. peekatan

    b. daluwarsa

    c. pewarisan dan

  • d. penyerahan (levering)

    2.6. Hak Kebendaan yang bersifat sebagai Pelunasan Utang (Hak Jaminan)

    Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang (hak jaminan)

    adalah hak jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan

    kepadanya untuk melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan, jika

    debitor melakukan wanprestasi terhadap suatu prestasi (perjanjian).

    2.7. Macam-macam Perlunasan Utang

    Dalam perlunasan utang adalah terdiri dari perlunasan bagi jaminan yang

    bersifat umum dan perlunasan yang bersifat khusus.

    2.7.1. Perlunasan Utang dengan Jaminan Umum.

    Pelunasan utang dengan jaminan Umum didasarkan pada Pasal 1131 KUH

    Perdata dan Pasal 1132 KUH Perdata.

    Dalam hal ini, benda yagn dapat dijadikan perlunasan jaminan umum

    apabla telah memenuhi persyaratan, antara lian :

    a. benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang)

    b. benda tersebut dapat dipindahtangkan haknya kepada pihak lain.

    2.7.2. Perlunasan Utang dengan Jaminan Khusus.

    Dalam pada ini, merupakan hak khusus bagi jaminan tertentu bagi pemegang

    gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia.

    2.8. Gadai

    Sementara itu, gadai diatur dalam Pasal 1150-1160 KUH Perdata. Dalam Pasal

    1150 KUH Perdata disebutkan bahwa gadai adalah hak yang diperoleh kreditor

    atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitor atau orang lain

    atas namanya untuk menjamn suatu utang.

  • 2.8.1. Sifat-Sifat Gadai.

    Sifat-sifat gadai adalah sebagai berikut :

    a. Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak

    berwujud.

    b. Gadai bersifat accesourm artubta neryoajab tanbagab daru oerhabhuab oijijm

    tabg dunasyjjab ybtyj nebhaga habgab sanoau debitor itu lalai membayar

    utangnya kembali.

    c. Adanya sifat kebendaan.

    d. Syara inbezitztelling, artinya benda gadai harus keluar dari kekuasaan

    pemberi gadai atau benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada

    pemegang gadai.

    e. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.

    f. Hak preferensi (hak untuk didahulukan), sesuai dengan Pasal 1130 Yo Pasal

    1150 KUH Perdata.

    g. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai tidak akan

    menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari utang. Oleh karena itu, gadai

    tetap melekat atas seluruh bendahnya.

    2.8.2. Objek Gadai

    Objek gadai adalah semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa

    digadaikan; baik benda bergerak berwujud maupun benda bergerak yang tidak

    terwujud yang berupa berbagai hak untuk mendapatkan pembayaran uang, yakni

    berwujud surat-surat piutang kepada pembawa (aan toonder), atas tunju (aan

    order), dan atas nama (op naam), serta hak paten.

    2.8.3. Hak Pemegang Gadai

    a. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan

    sendiri (eigenmachtigeverkoop). Hasil penjualan diambil sebagian untuk

    melunasi utang debitor dan sisanya dikembalikan kepada dibitor.

    b. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya-

    biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan benda gadai.

  • c. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda gadai (bak retensi)

    sampai ada pelunasan utang dari debitur (jumlah utang dan bunga)

    d. Pemegang gadai mempunyai hak preferensi (hak untuk didahulukan) dari

    kreditur-kreditur yang lain.

    2.8.4 Kewajiban-Kewajiban Pemegang Gadai.

    a. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan

    sendiri (eigenmachtigeverkoop). Hasil penjualan diambil sebagian untuk

    melunasi utang debitor dan sisanya dikembalikan kepada debitor.

    b. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya-

    biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan benda-benda gadai.

    c. Pemegang gadai mempuyai hak untuk mehanan benda gadai (hak retensi)

    sampai ada pelunasan utang, dari debitur (jumlah utang dan bunga)

    d. Pemegang gadai mempunyai hak preferensi (hak untuk didahulukan) adri

    kreditur-kreditur yang lain.

    2.8.4. Kewajiban-Kewajiban Pemegang Gadai.

    a. Pasal 1157 Ayat 1 KUH Perdata pemegang gadai bertanggungjawab atas

    hilangnya atau merosotnya harga barang yang digadaikan, jika itu semua

    terjadi atas kelalaiannya.

    b. Pasal 1156 Ayat 2 KUH Perdata berkewajiban untuk memberitahukan

    pemberi gadai jika barang gadai dijual.

    c. Pasal 1159 Ayat 1 KUH Perdata bertanggungjawab terhadap hasil penjualan

    barang gadai.

    d. Kewajiban untuk mengembalikan benda gadai jika debitor melunasi

    utangnya.

    e. Kewajiban untuk memelihara benda gadai.

    2.8.5 Hapusnya Gadai.

    a. Hapusnya perjanjian pokok (perjanjian utang piutang sudah dilunasi).

    b. Karena perjanjian pokok (perjanjian utang piutang sudah dilunasi).

  • c. Karena pelaksanaan eksekusi.

    d. Karena pemegang, gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela.

    e. Karena pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai.

    f. Karena penyalahgunaan benda gadai.

    2.9. Hipotik

    Ketentuan mengenai hipotik diatur dalam Pasal 1162-1232 KUH Perdata.

    Pasal 1162 KUH Perdata adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak

    bergerak untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu

    perutangan (verbintenis)

    2.9.1 Sifat-sifat Hipotik

    a. Bersifat accsoir yakni seperti halnya dengan gadai.

    b. Mempunyai sifat zaaksgevolg (droit de suite), yaitu hak hipotik senantiasa

    mengikuti bendanya dalam tagihan tangan siapa pun benda tersebut berada,

    diatur dalam Pasal 1163 Ayat 2 KUH Perdata.

    c. Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (droit de

    preference), berdasarkan Pasal 1133-1134 Ayat 2 KUH Perdata

    d. Objeknya benda-benda tetap.

    2.10 Perbedaan Gadai dan Hipotik

    a. Gadai baru disertai dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang

    digadaikan, sedangkan hipotik tidak.

    b. Gadai hapus jika batang yang digadaikan berpindah ke tangan orang lain,

    sedangkan hipotik tidak, tetapi tetap mengikuti benda-bendanya walaupun

    bendanya dipindahtangankan ke orang lain.

    c. Satu barang tidak pernah dibebani lebih dari satu gadai walaupun tidak

    dilarang, tetapi beberapa hipotik yang bersama-sama dibebankan di atas satu

    benda adalah sudah merupakan keadaan biasa.

  • BAB 3

    HUKUM PERIKATAN

    3.1. PERIKATAN

    Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadidiantara dua orang (pihak)

    atau lebih, yakni pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib

    memenuhi prestasi, begitu juga sebaliknya.

    Perbedaan pendapat dan beberapa ahli hukum dalam memberikan istilah

    hukum perikatan.Misalnya, Wiryono Prodjodikoro dan R. Subekti.

    1. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas-asas Hukum Perjanjian (bahasa

    Belanda:;het verbintenissenrecht oleh Wirjono diterjemahkan menjadi hukum

    perjanjian bukan hukum perikatan.

    2. R. Subekti tidak menggunakan istilah hukum perikatan tetapi menggunakan

    istilah perikatan sesuai dengan judul Buku III KUH Perdata tentang perikatan.

    Di dalam Buku III KUH Perdata III KUH Perdata memuat tentang perikatan

    yang timbul dari :

    1) persetujuan atau perjanjian

    2) perbuatan yang melanggar hukum

    3) Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan

    (zaakwaarne,oomg).

    Perikatan dapat terjadi karena :

    1) perjanjian (kontrak), dan

    2) bukan dari perjanjian (dari undang-undang)

    Perjanjian adalah peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak

    yang lain untuk melaksanakan suatu hal.

    3.3 Dasar Hukum Perikatan

    1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)

    2. Perikatan yang timbul dari undang-undang.

  • 3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar

    hukum (onrechtmattige dead) dan perwakilan sukarela (zaakuwaarneming).

    3.4 Asas-asas dalam hukum Perjanjian.

    Dalam buku III KUH Perdata, yakni mengatur asas kebebasan berkontrak

    dan asas konsensualisme.

    3.5 Wanprestasi

    Sementara wanprestasi timbul apabila salah satu pihak (debitur) tidak

    melakukan apa yang diperjanjikan, misalnya ia alpa (lalai) atau ingkar janji.

    Adapun bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori yakni.

    a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

    b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang

    dijanjikan

    c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat

    d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

    3.6 Akibat-akibat Wansprestasi

    Akibat-akibat wanprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat agi debitur

    yang melakukan wansprestasi, dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni

    membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi) pembatalan perjanjian

    atau pemecahan perjanjian, peralihan resiko.

    3.6.1 Jenis-jenis Resiko

    1. resiko dalam perjanjian sepihak

    Resiko dalam perjanjian sepihak diatur dalam Pasal 1237 KUH Perdata yakni

    risiko ditanggung oleh kreditur.

    2. Resiko dalam perjanjian timbal balik

    Resiko dalam perjanjian timbal balik terbagi menjadi tigas kategori yakni

    risiko dalam jual beli, risiko dalam tukar menukar, dan risiko dalam sewa

    menyewa.

    3.7 Hapusnya Perikatan

  • Perikatan itu bisa hapus jika menemenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan Pasal

    1381 KUH Perdata. Ada 10 cara penghapusan suatu perikatan adalah sebagai

    berikut :

    a. Pembayaran merupakan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela

    b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

    c. Pembaharuan utang

    d. Penjumpaan utang atau kompensasi

    e. Pencampuran uang

    f. Pembelian utang

    g. Musnahnya barang yang terutang

    h. Batal/pembatalan

    i. Berlakunya suatu syarat batal

    j. Lewat waktu\

    BAB 4 HUKUM DAGANG

    4.1 Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang

    Hubungan hukum perdata dengan hukum dagang dapat dikatakan saling

    berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga tidak terdapat perbedaan secara

    prinsipil antara keduanya. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Pasal 1 dan Pasal 15

    KUH Dagang.

    Sementara itu, dalam Pasal 1 KUH Dagang disebutkan bahwa KUH Perdata

    seberapa jauh dari padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-

    penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.

    Kemudian di dalam Pasal 15 KUH Dagang disebutkan bahwa segala

    persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang

    bersangkutan, oleh kirab ini, dan oleh dalam perdata.

    4.2 Berlakunya Hukum Dagang

    Sebeum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang

    saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1998 pengertian

    perbuatan dagang menjadi lebih luas dan drubah menjadi perbuatan

  • perusahaanyang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap

    pengusaha (perusashaan).

    4.3 Hubungan Pengusaha dan Pembantu-pembantunya

    Di dalam menjalin kegiatan satu perusahaan yang dipimpin oleh seorang

    pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika

    perusahaan tersebut dalam kala besar. Oleh karena ini, diperlukan bantuan

    orang/pihak lain untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.

    Sementara itu, pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi

    dua fungsi, yakni pembantu di dalam perusahaan dan pembantu di luar

    perusahaan.

    4.4 Pengusaha dan Kewajibannya

    Ada dua macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh pengusaha,

    yaitu :

    a. Membuat pembukuan (sesuai dengan Pasal 6 KUH Dagang Yo undang-

    undang No. 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan) dan

    b. Mendaftarkan perusahaan (sesuai Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982

    tentang Wajib Daftar Perusahaan)

    4.4.2 Wajib Daftar Perusahaan

    Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Wajib daftar perusahaan. Yang

    dimaksud daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut

    atau berdasarkan ketentuan undang-undang ini atau peraturan-peraturan

    pelaksanaan, memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan, dan

    disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan.

    Daftar perusahaan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara

    benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua

    pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya

    tentang perusahaan yang mencantum dalam daftar perusahaan dalam rangka

    menjamin kepastian perusahaan.

  • Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan setelah mulai

    menjalankan usahanya.

    Perusahaan-perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar perusahaan adalah

    berbentuk badan hukum, persekutuan, perorangan dan perusahaan-perusahaan

    baru yang ditolak pendaftarannya karena dianggap belum melakukan wajib daftar,

    tetapi tidak mengurangi kesempatan dalam usaha atau kegiatan selama tenggang

    waktu kewajiban pendaftaran sejak penolakan pendaftaran. Pihak yang ditolak

    dapat mengajukan keberatan kepada Menteri.

    4.5 Bentuk-bentuk Badan Usaha

    1. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari jumlah pemiliknya terdiri dari

    perusahaan perseorangan.

    a. Perusahaan Perseorangan

    Perusahaan perseorangan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh

    perseorangan atau seorang pengusaha

    b. Perusahaan Persekutuan

    Perusahaan persekutuan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh

    beberapa orang pengusaha yang bekerja sama dalam satu perusahaan.

    2. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari suatu hukumnya terdiri dari

    perusahaan berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.

    a. Perusahaan berbadan hukum

    Perusahaan berbadan hukum adalah sebuah subjek hukum yang

    mempunyai kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi

    anggotanya; mempunyai harta sendiri yang terpisah dari harta

    anggotanya; punya tujuan yang terpisah dari tujuan pribadi para

    anggotanya dan tanggung jawab pemegang saham terbatas kepada nilai

    saham yang diambilnya

    b. Perusahaan Bukan Badan Hukum

    Perusahaan bukan badan hukum adalah harta pribadi para sekutu juga

    akan terpakai untuk memenuhi kewajbian perusahaan tersebut, biasanya

    perorangan maupun persekutuan.

  • 4.5.2 Perusahaan Persekutuan Bukan Badan Hukum

    Perusahaan persekutuan bukan badan hukum adalah perusahaan swasta yang

    didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara bekerja sama dalam

    bentuk persekutuan perdata.

    1. Persekutuan Perdata (Maatschap)

    Perusahaan perdata (Maatschap) adalah suatu perjanjian antara dua orang atau

    lebih untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai

    dengan jalan kedua orang (pihak) menyetorkan kekayaan untuk usaha

    bersama. Dasar hukum untuk pembentukan persekutuan perdata diatur dalam

    Pasal 1618 – Pasal 1652 KUH Perdata

    2. Persekutuan Firma

    (Vennootshaf Onder Eene Firma) diatur dalam Pasal 15, 15 sampai 35 KUH

    Dagang.

    Dalam Pasal 16 WuK (KUH Dagang) perseroan firma adalah tiap-tiap

    perseroan (maatschap) yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di

    bawah nama bersama, yakni anggota-anggotanya langsung dan sendiri-sendiri

    bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang-orang ketiga.

    3. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootchap)

    Persekutuan komanditer (Commanditaire Vennootchap) diaturdalam pasal 15,

    19 sampai 21 KUH Dagang.

    Persekutuan komanditer dibagi menjadi tiga, yakni persekutuan komanditer

    diam-diam, persekutuan komanditer terang-terangan, dan persekutuan

    komanditer dengan saham.

    4.5.3 Perusahaan Persekutuan Berbadan Hukum

    Perusahaan persekutuan berbadan hukum adalah perusahaan yang didirikan

    dan dimiliki oleh pengusaha swasta, dapat berbentuk perseroan terbatas, dan

    yayasan.

    4.6 Perseroan Terbatas

  • Sementara ini bentuk badan usaha perseroan terbatas merupakan kumpulan

    orang yang diberi hak dan diakui oleh hukum untuk mencapai tujuan tertentu.

    Dasar hukum perseroan terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1

    Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT.

    4.6.1 Modal Dasar Perseroan

    Modal dari perseroan terbatas terdiri dari modal :

    1. Modal dasar (authorizzed capital)

    Modal dasar (authorizzed capital) adalah keseluruhan nilai nominal saham

    yang ada dalam perseroan. Dalam Pasal 25 UUPT, modal dasar perseroan

    paling sedikit Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Biasanya jumlah

    modal dasar perseroan tidaklah menggambarkan kekuatan finansial riil

    perseroan, tetapi hanya menentukan jumlah maksimum modal dan saham

    yang dapat diterbikan perseroan

    2. Modal dasar ditempatkan (Issued capital)

    Modal yang ditempatkan (Issued capital) adalah modal yang disanggupi

    para pendiri untuk disetor ke dalam kas perseroan pada saat perseroan

    didirikan. Dalam pasal 26 Ayat 1 UUPT disebutkan, yakni pada saat

    pendirian perseroan paling sedikit 25% dari modal harus telah

    ditempatkan sebagaimana dengan modal dasar.

    3. Modal yang disetor (Paid capital)

    Modal yang disetor (Paid capital) adalah modal perseroan yang beruupa

    sejumlah uang tunai atau bentuk lainnya yang diserahkan para pendiri

    kepada kas perseroan.

    4.6.2 Organ Perseroan

    Di dalam Pasal 1 butir 2 UUPT secara tegas menyebutkan bahwa organ dari

    perseroan terdiri dari rapat umum pemegang saham (RUPS), direksi, dan

    komisaris.

  • 5.6.2.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

    Rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah pemegang kekuasaan tertinggi

    dalam perseroan terbatas dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan

    kepada direksi atau komisaris.

    4.6.2.2 Direksi

    Direksi adalah organ perseroan yang bertanggungjawab untuk kepentingan

    dan tujuan perseroan serta mewakili baik di dalam maupun di luar pengadilan

    sehingga dapat dikatakan bahwa direksi memiliki tugas wewenang ganda, yakni

    melaksanakan pengurusan dan perwakilan perseroan.

    4.6.2.3 Komisaris

    Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

    secara umum dan khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam

    menjalankan perusahsaan.

    4.7 Penyatuan Perusahaan

    Dalam membentuk suatu perseroan dapat dilakukan berbagai cara, yakni

    dengan pernyataan perusahaan baik secara penggabungan (merger), peleburan

    (konsolidasi) dan pengambilalihan (akuisis).

    1. Penggabungan (merger)

    Penggabungan (merger) adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan

    ke dalam satu perusahaan.

    2. Peleburan (konsolidasi)

    Merupakan peleburan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan

    yang baru sama sekali, sementara tiap-tiap perusahaan yang meleburkan

    diri berakhir kedudukannya sebagai badan hukum atau perusahaan.

    3. Pengambilalihan (Akusisi)

    Pengambilalihan adalah pembelian seluruh atau sebagian saham dalam

    satu atau lebih oleh perusahaan atau pemilik perusahaan lainnya.

  • 4.3 Pembubaran dan Likuidasi Perseroan Terbatas

    Pembubaran dan likuidasi perseroan terbatas berpedoman pada Pasal 114

    UUPT, dapat terjadi karena :

    a. Keputusan RUPS.

    b. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah

    berakhir

    c. Penerapan pengadilan, apabila terjadi sebagai berikut:

    1. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan yang kaut bahwa perseroan

    telah melanggar kepentingan umum

    2. Permohonan satu orang atau lebih pemegang saham atau yang

    mewakilinya paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dan

    mempunyai hak suara yang sah

    4.9 Koperasi

    Koperasi adalah perserikatan yang memenuhi keperluan para anggota dengan

    cara menjual barang, keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang

    keperluan sehari-hari dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung).

    Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasin. Pasal 1 butir 1

    koperasi adalah badan hukum yang beranggotakan orang-seorang atau badan

    hukum koperasi yang melandaskan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi

    sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

    4.9.1 Fungsi dan Peran Koperasi.

    a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

    pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

    b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

    manusia dan masyarakat.

    c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

    perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya

    4.9.2 Pendirian Koperasi

  • Koperasi dapat didirikan oleh perseorangan (koperasi primer) maupun badan

    hukum itu sendiri (koperasi sekunder). Namun untuk membentuk koperasi

    primer sekurang-kurangnya ada 20 orang, sedangkan untuk koperasi sekunder

    dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.

    4.9.3 Modal Koperasi

    Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri

    adalah modal yang menanggung risiko atau disebut modal ekuiti dapat

    berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan dan hibah.

    4.9.4 Struktur Organisasi Koperasi

    Seperti halnya organisasi-organisasi lainnya, organisasi koperasi juga

    mempunyai perangkat kerja. Berdasarkan Pasal 21 UUK 1992 memiliki perangkat

    koperasi, yakni rapat anggota, pengurus, dan pengawas

    4.10 Yayasan

    Yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota yang dikelola

    oleh pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial. Disebutkan juga dalam Undang-

    Undang Nomor 16 Tahun 2001, yayasasn merupakan suatu “badan hukum” dan

    untuk dapat menjadi badan hukum wajib memenuhi kriteria dan persyaratan

    tertentu, yakni :

    1. Yayasan terdiri atas kekayaan yang terpisahkan

    2. Kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan

    3. Yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial keagamaan dan

    kemanusiaan

    4. Yayasan tidak mempunyai anggota

    Sementara itu dalam menjalankan kegiatan usahanya yayasan dibina, diurus dan

    diwasi oleh organ yayasan. Yang termasuk sebagai organ yayasan adalah pembina

    dan pengurus.

  • BAB 5

    SURAT-SURAT BERHARGA

    5.1 Pendahuluan

    Surat berharga adalah surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau

    digunakan sebagai agunan saham dan /atau bukti penyertaan modal.

    Surat-surat yang dikeluarkan dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni sruat

    berharga (negotible instrument) dan surat berharga berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 7 Tahun 1992 Yo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992.

    1. Surat berharga (Negotible Instrumen)

    Surat berharga (Negotible Instrumen) dikatakan surat berharga apabila surat

    tersebut sengaja diterbitkan sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa

    pembayaran sejumlah uang, tetapi tidak dilakukan dengan mata uang,

    melainkan dengan alat pembayaran lain.

    2. Surat berharga berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Yo

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992

    5.2 Jenis-jenis Surat Berharga

    Di dalam lalu lintas uang dikenal juga antara lain, wesel, cek, bilyet giro, surat

    sanggup, commercial paper, surat berharga pasar uang, garansi bank, sertifikat

    Bank Indonesia.

    5.2.1 Wesel

    Ketentuan mengenai wesel diatur dalam pasal 100 sampai dengan Pasal 173

    KUH Dagang.

    Dalam pasal 100 KUH Dagang ditentukan beberapa syarat wesel sebagai surat

    berharga, sebagai berkut :

    a. Penyebutan istilah “wesel” di dalam naskah surat wesel yang

    bersangkutan;

    b. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;

    c. Nama orang yang harus membayar (tersangkut/tertarik)

  • d. Penetapan hari bayar (vervaldag)

    e. Penerapan tempat pembayaran yang harus dilakukan

    5.2.2 Surat Cek

    Surat cek merupakan warkat perintah tidak bersyarat kepada bank-bank yang

    memelihara rekening nasabah untuk membayarkan bank-bank yang memelihara

    rekening nasabah untujk membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada orang

    tertentu atau yang ditunjuk olehnya atau pembawanya.

    Dasar hukum pengaturan cek diatur dalam Pasal 178 sampai dengan 229

    KUH Dagang.

    5.2.3 Bilyet Giro

    Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana

    untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada

    rekening pemegang yang disebutkan namanya.

    Dalam hal ini, dasar hukum bagi bilyet giro diatur dalam Surat Edaran Bank

    Indonesia Nomor 28/32/UPG, tanggal 4 Juli 1995 Yo Surat Keputusan Direksi

    Bank Indonesia Nomjor 28/32/Kep/Dir, tanggal 4 Juli 1995.

    5.2.4 Surat Sanggup (Surat Promes / Aksep)

    Surat sanggup (surat promes/aksep) adalah surat yang dibuat oleh seorang

    yang berisikan suatu kesanggupan untuk membayar sejumlahuang pada waktu

    tertentu.

    Dasar hukumnya surat sanggup diatur dalam Pasal 174 sampai Pasal 177

    KUH Dagang.

    5.2.5 Commercial Paper

    Mengenai persyaratan penerbitan dan perdagangan surat berharga komersial

    (commercial paper), berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia, SE No.

    28/49/UPG, tanggal 11 Agustus 1995, yakni persyaratan penerbitan dan

    perdagangan surat berharga komersial (commercial paper) melalui bank umum di

  • Indonesia adalah merupakan surat sanggup tanpa jaminan berjangka waktu

    pendek yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan melalu

    bank (bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7

    Tahun 1992 tentang Perbankan) atau perusahaan efek dengan sistem diskonto.

    5.2.6 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)

    Surat berharga pasar uang (SBPU) diatur dalam dan di luar KUH Dagang,

    menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/53/Kep/DIR tanggal

    27 Oktober 1988, SPBU merupakan surat berharga jangka pendek dalam rupiah

    yang dapat diperjualbelikan di pasar uang.

    5.2.7 Surat Jaminan Bank (Bank Garansi)

    Surat jaminan (bank garansi) adalah surat jaminan untuk membayar seseorang

    berdasarkan undang-undang tertentu yang berfungsi sebagai alat pembayaran.

    Dasar hokum surat jaminan bank diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal

    1850 KUH Perdata. Garansi bank merupakan perjanjian tambahan (accesoir) dari

    perjanjian penanggungan utang (borgtocht) dimana bank bertindak sebagai

    penanggung utang.

    Sementara itu, dalam KUH Dagang surat jaminan bank identic dengan

    auvalis yang diatur dalam Pasal 217 KUH Dagang.

    BAB 6

    HUKUM ASURANSI

    6.1. Pengertian

    Dalam Pasal 246 KUH Dagang, asuransi atau pertanggungan merupakan

    suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi

    mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian,

    karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, dan

    yang akan dideritanya karena kejadian yang tidak pasti.

    Dalam asuransi terkandung empat unsur adalah sebagai berikut :

  • 1. Pihak tertanggung (isured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada

    pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.

    2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang

    (santunan) keapda pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur

    apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tentu.

    3. Suatu peristiwa (accident) yang tertentu (tidak diketahui sebelumnya.

    4. Kepentingan (interes) yang mungkin akan mengalami kerugian karena

    peristiwa yang tak tentu.

    6.2. Dasar Hukum Asuransi

    1. Pasal 246 sampai dengan Pasal 308 KUH Dagang.

    2. Pasal 1774 KUH Perdata

    3. Peraturan perundang-udnangan di luar KUH DAgang dan KUH Perdata

    6.3. Penggolongan Asuransi

    Dalam Pasal 1774 KUH Perdata, asuransi dapat digolongkan sebagai bunga

    selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam perjanjian

    untung-untungan (konsevereenskomst)

    Berdasarkan atas perjanjian asuransi dapat digolongkan :

    1. Asuransi kerugian (Schade Verzekering)

    Asuransi kerugian (Schade Verzekering) adalah yang memberikan pergantian

    kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung

    2. Asuransi Jumlah (Sommen Verzekering)

    Asuransi jumlah (Sommen Verzekering) merupakan pembayaran sejumlah

    uang tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah evenerment

    menimbulkan kerugian atau tidak.

    Menurut sifat pelaksanaan asuransi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu asuransi

    sukarela, asuransi wajib, dan asuransi kredit.

    6.4. Prinsip-Prinsip Asuransi

  • Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem hokum asuransi, yakni prinsip

    kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest), indemnitas

    (indemnity), asas kejujuran sempurna / itikat baik (utmost good faith), subrogasi

    bagi penanggung (subrogation), proxima causa, dankontribusi (contribution)

    1. Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest)

    Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest) adalah setiap

    pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus mempunyai

    kepentingan yang dapat diasuransikan, artinya bahwa tertanggung harus

    mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa

    yang belum pasti terjadi dan yang bersangkutan menderita kerugaian akibat

    dari peristiwa itu.

    Dalam Pasal 250 KUH Dagang dinyatakan bahwa kepentingan yang

    diasuransikan tersebut harus ada pada saat ditutupnya perjanjian asuransi.

    Apabila syarat tersebut tidak dipeuhi maka penanggung akan bebas dan

    kewajibannya untuk membayar kerugian, sednagkan Pasal 268 KUH Dagang

    mensyaratkan kepentingan yang dapat diasuransikan itu harus dapat dinilai

    dengan sejumlah uang.

    2. Indentitas (Indemnity)

    Indennitas (Indemnity) adalah berdasarkan perjanjian asuransi penanggung

    memberikan suatu proteksi kemungkinan kerugaian ekonomi yang akan

    diderita tertanggung.

    3. Asas kejujuran Sempurna / Itikat BAik (Utmost Good Faith)

    Apa kejujuran sempurna/itikad baik (utmost good faith) adalah prinsip adanya

    itikad baik atas dasar k epercayaan antara pihak penanggung dengan pihak

    tertanggung dalam perjanjian asuransi, artinya :

    a. Penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu

    tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi yang bersangkutan dan

    menyelesaikan tuntutan ganti rugi sesua dengan syarat dan kondisi

    pertanggungan.

    b. Sebaliknya, tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan

    benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan; misalnya

  • tertanggung tidak boleh menyembunyikan keterangan yang diketahui dan

    harus memberikan keterangan yang benar tentang sebab terjadinya

    kerugian.

    BAB 7

    HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

    7.1. Pengertian

    Hak kekayaan adalah kekayaan hak yang mendapat perlindungan hokum

    dalam arti o rang lain dilarang menggunakan hak itu tanpa izin pemiliknya,

    sedangkan kata intelektual berkenaan dengan kegaitan intelektual berdasarkan

    kegiatan daya cipta dan daya piker dalam bentuk ekspresi, ciptaan, dan penemuan

    dibidang teknologi dan jasa.

    Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul dari kemampuan berpikir

    atau olah piker yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk

    manusia.

    7.2 Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual.

    1. Prinsip Ekonomi

    Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu ke

    2. Prinsip Keadilan

    Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang

    bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu

    pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam

    pemilikannya.

    3. Prinsip Kebudayaan

    Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni

    untuk meningkatkan kehidupan manusia.

    4. Prinsip Sosial

    Prinsip social (mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara), artinya

    hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan

  • satu kesatuan sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan

    kepentingan individu dan masyarakat.

    7.3 Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual

    Berdasarkan WIPO ha katas kekayaan intelektual dapat dibagi menjadi dua

    bagian, yaitu hak cipta (copyrights), dan hak kekayaan industri (industrial

    property rights)

    7.4 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

    Pengaturan hukum Hak Kekayaan intelektual di Indonesia dapat ditemukan

    dalam :

    1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

    2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten

    3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

    4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas tanaman

    5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

    6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

    7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak

    Struktur Sirkuit Terpadu

    7.5 Hak Cipta

    Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

    mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

    dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

    undangan.

    Hak cipta terdiri dari hak ekonomi (ecomic rights) dan hak moral (moral

    rights)

    7.5.4 Masa Berlaku Hak Cipta

  • Dalam pasal 29 sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 19 Tahun

    2002 tentang Hak Cipta diatur masa/jangka waktu untuk suatu ciptaan. Dengan

    demikian, jangka waktu tergantung dari jenis ciptaan.

    1. Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus menerus

    berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia.

    2. Ha katas ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku

    selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.

    3. Untuk perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun sejak

    pertama kali diterbitkan.

    4. Untuk ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya dan peninggalan

    sejarah dan prasejarah benda budaya naisonal dipegang oleh Negara, jangka

    waktu berlaku tanpa batas waktu.

    5. Untuk ciptaan yang belum diterbitkan dipegang oleh Negara, ciptaan yang

    sudah diterbitkan sebagai pemegang hak cipta dan ciptaan sudah diterbitkan

    tidak diketahui pencipta dan penerbitan dipegang oleh Negara dengan jangka

    waktu selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dikethaui secara

    umum.

    6. Untuk ciptaan yang sudah diterbitkan penerbit sebagai pemegang hak cipta

    jangka waktu berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan.

    7.5.5 Pendaftaran Ciptaan

    Pendaftaran tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta,

    sehingga dalam daftar umum pendaftaran ciptaan tidak mengandung arti sebagai

    pengesahan atas isi, arti, maksud atau bnetuk dari ciptaan yang didaftar.

    7.5.7 Penyelesain Sengketa

    Pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada

    pengadilan niaga atas pelanggan hak cipta dan meminta penyitaan terhadap benda

    yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu.

    Namun, apabila putusan pengadilan niaga tidak memberikan hasil yang baik

    maka dapat diajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung.

  • 7.5.8. Pelanggaran terhadap Hak Cipta.

    Pelanggaran terhadap hak cipta telah dianut dalam Pasal 72 dan Pasal 73

    Undang-Undang Nomor 19 TAhun 2002 tentang Hack Cipta dapat dikenakan

    hukum pidana dan perampasan oleh Negara untuk dimusnahkan.

    7.6 Hak Paten

    7.6.1. Pengertian

    Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada invertor

    atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu

    melaksanakan sendiri invensinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain

    untuk melaksanakannya.

    7.6.3 Jangka Waktu Paten

    Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten,

    paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal

    penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang, sednagkan untuk paten

    sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan

    dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang.

    7.7. Hak Merek

    7.7.1 Pengertian

    Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek

    adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan

    warna, atau kombinasi warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang

    memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau

    jasa.

    7.7.2 Jenis-jenis merek.

    1. Merek dagang

    2. Merek jasa

    3. Merek kolektif

  • 7.7.3 Merek yang tidak dapat didaftar

    Apabla merek didasarkan atas permohonan dengan itikad tidak baik maka merek

    tidak dapat didaftar apabila mengandung salah satu unsur.

    1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas

    agama, kesusilaan, atau ketertiban umum

    2. Tidak memiliki daya pembeda

    3. Telah mejadi milik umum, atau

    4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohon

    pendaftarannya.

    .