BAB I HUKUM INDONESIA 1.1. Pendahuluan 1.2. Kaidah...
Transcript of BAB I HUKUM INDONESIA 1.1. Pendahuluan 1.2. Kaidah...
-
BAB I
HUKUM INDONESIA
1.1. Pendahuluan
Untuk memperoleh pengertian lebih kompetensi tentang hukum dalam
ekonomi, perlu ditinjau kembali terlebih dahulu pengertian-pengertian hukum dan
pengertian ekonomi. Agar di masyarakat terdapat ketertiban dalam koreksi maka
berkembang aturan atau yang lazim disebut nomra dan hukum seperti diuraikan
sebagai berikut :
1.2. Kaidah (Norma)
Aturan atau norma sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar
hubungan antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib dan bejralan
lebih baik. Norma merupakan aturan perilaku dalam suatu kelompok tertentu di
mana setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban di dalam
lingkungan masyarakatnya sehingga memungkinkan seseroang bias menentukan
terlebih dahulu bagaiana tindakan seseorang itu dinilai oleh orang lain.
Dalam kehidupan bermasyarakat norma yang berjalan adalah norma yang
diterapkan di lingkungan masyarakat sebagai aturan yang mempunyai tingkah
laku manusia, yaitu :
1. Norma agama
Norma agama adalah peraturan yang diterima sebagai perintah larangan, dan
anjuran yang diperoleh dari Tuhan Yang Maha Esa bersifat umum dan
universal apabila dilanggar maka mendapat sanksi hukum yang diberikan
Tuhan YME.
2. Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan hidup yang berasal dari hati sanubari
manusia itu sendiri bersifat umum dan universal, apabila dilanggar oleh setiap
manusia maka akan menyesalkan perbuatan darinya sendiri.
3. Norma kesopanan
-
Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia
berupa suatu tatanan pergaulan masyarakat apabila dilanggar oleh setiap
anggota masyarakat akan dicela/diasingkan oleh masyarakat setempat.
4. Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan yang bersifat mengikat kepada setiap orang yang
pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat
Negara untuk melindungi kepentingan manusia dalam pergaulan masyarakat.
1.3. Definisi dan Tujuan Hukum.
Dalam memberikan pengertian hukum, para ahli dan sarjana ilmu hukum
melihat dari berbagai sudut yang berlainan dan berbeda-beda antara satu ahli
dengan yang lainnya. Antara lain Van Kan, Utrecht, dan Wiryono Kusumo
1. Van Kan
Menurut Van Kan definisi hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang
bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam
masyarakat.Tujuan hukum adalah untuk keterbitan dan perdamaian. Dengan
adanya peraturan hukum orang akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dan melindungi kepentingan dengan tertib.
2. Utrech
Menurut Utrecht definisi hukum ialah himpunan peraturan baik berupa
perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat
dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
3. Wiryono Kusumo
Menurut Wiryono Kusumo definisi hukum ialah keseluruhan peraturan baik
yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib di dalam
masyarakat dan terhadap pelanggaran umumnya dikenakan sanksi.
1.4. Pengertian Ekonomi.
Menurut M. Manulang Ilmu Ekonomi suatu ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam usahanya untuk mencapai kemakmuran (kemakmuran suatu
-
keadaan di mana manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik barang-barang
maupun jasa).
1.5. Hukum Ekonomi.
Sumaryati Hartono mengatakan bahwa ekonomi adalah perjalanan
hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi social sehingga hukum
ekonomi tersebut mempunyai dua aspek berikut.
1. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi dalam arti
peningkatan kehidupan ekonomi secara keseluruhan.
2. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan ekonomi
secara merata diantara seluruh lapisan masyarakat sehingga setiap warga
Indonesia dapat menikmati hasil pembangunan ekonomi sesuai dengan
sumbangannya dalam usaha pembangunan ekonomi tersebut.
Hukum ekonomi Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 :
a. Hukum Ekonomi Pembangunan
Hukum ekonomi pembangunan adalah yang meliputi pengaturan dan
pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan
kehidupan ekonomi Indonesia secara normal.
b. Hukum Nasional Sosial
Hukum ekonomi social adalah yang menyangkut pengaturan pemikiran
hukum mengenai cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi
nasional secara adil dan merata dalam martabat kemanusiaan ( hak asasi
manusia )
Hukum ekonomi menganut asas, sebagai berikut :
1. Asas keimanan dan ketaqwaan terhadap tuha YMF
2. Asas manfaat
3. Asas demokrasi pancasila
4. Asas adil dan merata
5. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan
6. Asas hukum
-
7. Asas kemandirian
8. Asas keuangan
9. Asas ilmu pengetahuan
10. Asas kebersasmaan, kekeluargaan, keseimbangan, dan
kesinambungan dalam kemakmuran rakyat
11. Asas pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan dan
12. Asas kemandirian yang berwawasan kenegaraan
BAB 2
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM
2.1 PENDAHULUAN
Orang atau persoon adalah pembawa hak dan keawjiban atau setiap
mahluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan menggunakan hak dan
kewajiban dalam lalu lintas hukum disebut sebagai subjek hukum.
2.2 MANUSIA BIASA ( NATUR LIIKE PERSOON )
Manusia sebagai subjek hukum telah mempunyai hak dan mampu
menjalan kan haknya dan di jamin oleh hukum yang berlaku.
Dalam pada itu, menurut pasal 1 KUH perdata menyatakan bahwa
menikmati hak-hak kenegaraan.
Pasal 2 ayat 2 KUH Perdata bahwa apabila ia dilahirkan mati maka ia
dianggap tidak pernah ada. Dengan demikian, Negara Republik Indonesia
sebagai Negara hukum mengakui pada setiap manusia terhadap undang-undang
hukum oleh undang-undang.
Pasal 27 UUD 1945 menerapkan bahwa segala warga Negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum, dalam pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.
2.3. Badan Hukum (Rechts Persoon)
-
Badan hukum (rechts persoon), yakni orang (persoon) merupakan badan-
badan atau perkumpulan.Badan hukum (Rechts Persoon) yang diciptakan oleh
hukum.Oleh karena itu, badan hukum (rechts person) sebagai subjek hukum yang
dapat bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum) serpti manusia.
Misalnya, suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan
hukum, dengan cara :
a. Didirikan dengan akta notaris;
b. Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negeri setempat;
c. Dimintakan pengesahan anggaran dasar (AD) kepada Menteri Kehakiman dan
HAM, sedangkan khusus untuk badan hukum dana pension, pengesahan
anggaran dasarnya dilakukan oleh Menteri Keuangan.
d. Diumumkan dalam Berata Berita Negara RI.
Badan hukum (rechts persoon) dibedakan dalam dua bentuk:
1. Badan Hukum Public (Publick Rechts Person)
Badan hukum public (publick rechts persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum public atau yang menyangkut kepentingan
public atau orang banyak atau Negara umumnya.
2. Badan Hukum Privat (Privat Rechts Persoon)
Badan hukum priat (privat rechts persoon) adalah badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut
kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu.
2.4. Objek Hukum
Objek hukum menurut Pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda
adalah sesuatu yang berguna bagi subjek hukum atau segala sesuatu yang
menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum atau
segala sesuatu yang dapat menjadi objek dari hak milik (eigendom).
Berdasarkan Pasal 503 sampai dengan Pasal 504 KUH Perdana disebutkan
bahwa benda dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni benda yang bersifat kebendaan
-
(materiekegoederen) dan benda yang bersifat tidak kebendaan
(immateriekegaederen).
2.4.1. Benda Bergerak.
Benda bergerak dibedakan menjadi sebagai berikut :
a. Benda bergerak karena sifatnya, menurut Pasal 509 KUHPerdata adalah
benda yagn dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat
berpindah sendiri contohnya ternak.
b. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang menurut Pasal 511 KUH
Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil
(vruchtgbruik) atasbenda-benda bergerak, hak pakai (gebruik) atas benda
bergerak, dan saham-saham perseroan terbatas.
2.4.2. Benda Tidak Bergerak
Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi:
a. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang
melekat di atasnya, misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan arca tumbuh-
tumbuhan arca, dan patung.
b. Benda tidak bergerak karena tujuannya, yakni mesin alat-alat yang dipakai
dalam pabrik.
c. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak
atas benda-benda yang tidak bergerak, misalnya hak memungut hasil atas
benda yang tidak bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak, dan hipotik.
Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan benda tidak bergerak
ini penting, artinya karena berhubungan dengan empat hal adalah pemilikan
(bezis), penyerahan (levering), dalawarsa (verjaring) dan pembebanan
(bezwaring).
2.5 Hukum Benda (Zakenrecht)
-
Hukum benda (zakenrecht) merupakan bagian dari hukum kekayaan
(vermogensreeht), yakni hukum kekayaan merupakan peraturan-peraturan yang
mengatur hak dan kewajiban manusia yang bernilai uang, sedangkan hubungan
terhadap benda dengan orang disebut mempunyai hak kebendaan.
2.5.1. Hak Mutlak (Hak Absolut)
Hak mutlak, (Hak absolut) terdiri dari :
a. Hak Kepribadian misalnya ha katas namanya, hidup, kemerdekaan dan lain-
lainnya.
b. B. Hak-hak yang terletak dalam hukum keluarga, yakni hak yang timbul
karena adanya hubungan antara suami isteri dan hubungan orang tua dan anak;
c. Hak mutlak atau sesuatu benda inilah yang disebut hak kebendaan.
2.5.2. Hak Nisbi (Hak Relatif)
Hak nisbi (hak relative) atau persoonlijk adalah semua hak yang timbul
karena adanya hubungan utang-piutang, sedangkan utang-piutang timbul dari
perjanjian dan undang-undang.
1. Penggolongan Hak Kebendaan.
Sementara itu, mengenai penggolongan hak kebendaan di dalam KUH
Perdata dapat dibedakan menjadi dua kelompok adalah hak kebedanaan yang
sifatnya memberikan kenikmatan atas suatu benda (takelijk genotsrecht) dan
hak kebendaan yang sifatnya memberikan jaminan atas perlunasan utang).
2. Cara memperoleh Hak Milik atas suatu Benda.
Cara memperoleh hak milik atas suatu benda, yakni berdasarkan Pasal 584
KUH Perdata. Cara memperolehnya, antara lain :
a. peekatan
b. daluwarsa
c. pewarisan dan
-
d. penyerahan (levering)
2.6. Hak Kebendaan yang bersifat sebagai Pelunasan Utang (Hak Jaminan)
Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang (hak jaminan)
adalah hak jaminan yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan
kepadanya untuk melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan, jika
debitor melakukan wanprestasi terhadap suatu prestasi (perjanjian).
2.7. Macam-macam Perlunasan Utang
Dalam perlunasan utang adalah terdiri dari perlunasan bagi jaminan yang
bersifat umum dan perlunasan yang bersifat khusus.
2.7.1. Perlunasan Utang dengan Jaminan Umum.
Pelunasan utang dengan jaminan Umum didasarkan pada Pasal 1131 KUH
Perdata dan Pasal 1132 KUH Perdata.
Dalam hal ini, benda yagn dapat dijadikan perlunasan jaminan umum
apabla telah memenuhi persyaratan, antara lian :
a. benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang)
b. benda tersebut dapat dipindahtangkan haknya kepada pihak lain.
2.7.2. Perlunasan Utang dengan Jaminan Khusus.
Dalam pada ini, merupakan hak khusus bagi jaminan tertentu bagi pemegang
gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia.
2.8. Gadai
Sementara itu, gadai diatur dalam Pasal 1150-1160 KUH Perdata. Dalam Pasal
1150 KUH Perdata disebutkan bahwa gadai adalah hak yang diperoleh kreditor
atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitor atau orang lain
atas namanya untuk menjamn suatu utang.
-
2.8.1. Sifat-Sifat Gadai.
Sifat-sifat gadai adalah sebagai berikut :
a. Gadai adalah untuk benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud.
b. Gadai bersifat accesourm artubta neryoajab tanbagab daru oerhabhuab oijijm
tabg dunasyjjab ybtyj nebhaga habgab sanoau debitor itu lalai membayar
utangnya kembali.
c. Adanya sifat kebendaan.
d. Syara inbezitztelling, artinya benda gadai harus keluar dari kekuasaan
pemberi gadai atau benda gadai diserahkan dari pemberi gadai kepada
pemegang gadai.
e. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri.
f. Hak preferensi (hak untuk didahulukan), sesuai dengan Pasal 1130 Yo Pasal
1150 KUH Perdata.
g. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai tidak akan
menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari utang. Oleh karena itu, gadai
tetap melekat atas seluruh bendahnya.
2.8.2. Objek Gadai
Objek gadai adalah semua benda bergerak dan pada dasarnya bisa
digadaikan; baik benda bergerak berwujud maupun benda bergerak yang tidak
terwujud yang berupa berbagai hak untuk mendapatkan pembayaran uang, yakni
berwujud surat-surat piutang kepada pembawa (aan toonder), atas tunju (aan
order), dan atas nama (op naam), serta hak paten.
2.8.3. Hak Pemegang Gadai
a. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan
sendiri (eigenmachtigeverkoop). Hasil penjualan diambil sebagian untuk
melunasi utang debitor dan sisanya dikembalikan kepada dibitor.
b. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya-
biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan benda gadai.
-
c. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda gadai (bak retensi)
sampai ada pelunasan utang dari debitur (jumlah utang dan bunga)
d. Pemegang gadai mempunyai hak preferensi (hak untuk didahulukan) dari
kreditur-kreditur yang lain.
2.8.4 Kewajiban-Kewajiban Pemegang Gadai.
a. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan
sendiri (eigenmachtigeverkoop). Hasil penjualan diambil sebagian untuk
melunasi utang debitor dan sisanya dikembalikan kepada debitor.
b. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya-
biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan benda-benda gadai.
c. Pemegang gadai mempuyai hak untuk mehanan benda gadai (hak retensi)
sampai ada pelunasan utang, dari debitur (jumlah utang dan bunga)
d. Pemegang gadai mempunyai hak preferensi (hak untuk didahulukan) adri
kreditur-kreditur yang lain.
2.8.4. Kewajiban-Kewajiban Pemegang Gadai.
a. Pasal 1157 Ayat 1 KUH Perdata pemegang gadai bertanggungjawab atas
hilangnya atau merosotnya harga barang yang digadaikan, jika itu semua
terjadi atas kelalaiannya.
b. Pasal 1156 Ayat 2 KUH Perdata berkewajiban untuk memberitahukan
pemberi gadai jika barang gadai dijual.
c. Pasal 1159 Ayat 1 KUH Perdata bertanggungjawab terhadap hasil penjualan
barang gadai.
d. Kewajiban untuk mengembalikan benda gadai jika debitor melunasi
utangnya.
e. Kewajiban untuk memelihara benda gadai.
2.8.5 Hapusnya Gadai.
a. Hapusnya perjanjian pokok (perjanjian utang piutang sudah dilunasi).
b. Karena perjanjian pokok (perjanjian utang piutang sudah dilunasi).
-
c. Karena pelaksanaan eksekusi.
d. Karena pemegang, gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela.
e. Karena pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai.
f. Karena penyalahgunaan benda gadai.
2.9. Hipotik
Ketentuan mengenai hipotik diatur dalam Pasal 1162-1232 KUH Perdata.
Pasal 1162 KUH Perdata adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak
bergerak untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu
perutangan (verbintenis)
2.9.1 Sifat-sifat Hipotik
a. Bersifat accsoir yakni seperti halnya dengan gadai.
b. Mempunyai sifat zaaksgevolg (droit de suite), yaitu hak hipotik senantiasa
mengikuti bendanya dalam tagihan tangan siapa pun benda tersebut berada,
diatur dalam Pasal 1163 Ayat 2 KUH Perdata.
c. Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (droit de
preference), berdasarkan Pasal 1133-1134 Ayat 2 KUH Perdata
d. Objeknya benda-benda tetap.
2.10 Perbedaan Gadai dan Hipotik
a. Gadai baru disertai dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang
digadaikan, sedangkan hipotik tidak.
b. Gadai hapus jika batang yang digadaikan berpindah ke tangan orang lain,
sedangkan hipotik tidak, tetapi tetap mengikuti benda-bendanya walaupun
bendanya dipindahtangankan ke orang lain.
c. Satu barang tidak pernah dibebani lebih dari satu gadai walaupun tidak
dilarang, tetapi beberapa hipotik yang bersama-sama dibebankan di atas satu
benda adalah sudah merupakan keadaan biasa.
-
BAB 3
HUKUM PERIKATAN
3.1. PERIKATAN
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadidiantara dua orang (pihak)
atau lebih, yakni pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib
memenuhi prestasi, begitu juga sebaliknya.
Perbedaan pendapat dan beberapa ahli hukum dalam memberikan istilah
hukum perikatan.Misalnya, Wiryono Prodjodikoro dan R. Subekti.
1. Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas-asas Hukum Perjanjian (bahasa
Belanda:;het verbintenissenrecht oleh Wirjono diterjemahkan menjadi hukum
perjanjian bukan hukum perikatan.
2. R. Subekti tidak menggunakan istilah hukum perikatan tetapi menggunakan
istilah perikatan sesuai dengan judul Buku III KUH Perdata tentang perikatan.
Di dalam Buku III KUH Perdata III KUH Perdata memuat tentang perikatan
yang timbul dari :
1) persetujuan atau perjanjian
2) perbuatan yang melanggar hukum
3) Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan
(zaakwaarne,oomg).
Perikatan dapat terjadi karena :
1) perjanjian (kontrak), dan
2) bukan dari perjanjian (dari undang-undang)
Perjanjian adalah peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak
yang lain untuk melaksanakan suatu hal.
3.3 Dasar Hukum Perikatan
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2. Perikatan yang timbul dari undang-undang.
-
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum (onrechtmattige dead) dan perwakilan sukarela (zaakuwaarneming).
3.4 Asas-asas dalam hukum Perjanjian.
Dalam buku III KUH Perdata, yakni mengatur asas kebebasan berkontrak
dan asas konsensualisme.
3.5 Wanprestasi
Sementara wanprestasi timbul apabila salah satu pihak (debitur) tidak
melakukan apa yang diperjanjikan, misalnya ia alpa (lalai) atau ingkar janji.
Adapun bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori yakni.
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang
dijanjikan
c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
3.6 Akibat-akibat Wansprestasi
Akibat-akibat wanprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat agi debitur
yang melakukan wansprestasi, dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yakni
membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi) pembatalan perjanjian
atau pemecahan perjanjian, peralihan resiko.
3.6.1 Jenis-jenis Resiko
1. resiko dalam perjanjian sepihak
Resiko dalam perjanjian sepihak diatur dalam Pasal 1237 KUH Perdata yakni
risiko ditanggung oleh kreditur.
2. Resiko dalam perjanjian timbal balik
Resiko dalam perjanjian timbal balik terbagi menjadi tigas kategori yakni
risiko dalam jual beli, risiko dalam tukar menukar, dan risiko dalam sewa
menyewa.
3.7 Hapusnya Perikatan
-
Perikatan itu bisa hapus jika menemenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan Pasal
1381 KUH Perdata. Ada 10 cara penghapusan suatu perikatan adalah sebagai
berikut :
a. Pembayaran merupakan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
c. Pembaharuan utang
d. Penjumpaan utang atau kompensasi
e. Pencampuran uang
f. Pembelian utang
g. Musnahnya barang yang terutang
h. Batal/pembatalan
i. Berlakunya suatu syarat batal
j. Lewat waktu\
BAB 4 HUKUM DAGANG
4.1 Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang
Hubungan hukum perdata dengan hukum dagang dapat dikatakan saling
berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga tidak terdapat perbedaan secara
prinsipil antara keduanya. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Pasal 1 dan Pasal 15
KUH Dagang.
Sementara itu, dalam Pasal 1 KUH Dagang disebutkan bahwa KUH Perdata
seberapa jauh dari padanya dalam kitab ini tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang dibicarakan dalam kitab ini.
Kemudian di dalam Pasal 15 KUH Dagang disebutkan bahwa segala
persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang
bersangkutan, oleh kirab ini, dan oleh dalam perdata.
4.2 Berlakunya Hukum Dagang
Sebeum tahun 1938, Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang
saja yang melakukan usaha dagang. Kemudian, sejak tahun 1998 pengertian
perbuatan dagang menjadi lebih luas dan drubah menjadi perbuatan
-
perusahaanyang mengandung arti menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi setiap
pengusaha (perusashaan).
4.3 Hubungan Pengusaha dan Pembantu-pembantunya
Di dalam menjalin kegiatan satu perusahaan yang dipimpin oleh seorang
pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika
perusahaan tersebut dalam kala besar. Oleh karena ini, diperlukan bantuan
orang/pihak lain untuk membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Sementara itu, pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi
dua fungsi, yakni pembantu di dalam perusahaan dan pembantu di luar
perusahaan.
4.4 Pengusaha dan Kewajibannya
Ada dua macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh pengusaha,
yaitu :
a. Membuat pembukuan (sesuai dengan Pasal 6 KUH Dagang Yo undang-
undang No. 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan) dan
b. Mendaftarkan perusahaan (sesuai Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan)
4.4.2 Wajib Daftar Perusahaan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Wajib daftar perusahaan. Yang
dimaksud daftar perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut
atau berdasarkan ketentuan undang-undang ini atau peraturan-peraturan
pelaksanaan, memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan, dan
disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan.
Daftar perusahaan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat secara
benar dari suatu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua
pihak yang berkepentingan mengenai identitas, data, serta keterangan lainnya
tentang perusahaan yang mencantum dalam daftar perusahaan dalam rangka
menjamin kepastian perusahaan.
-
Pendaftaran wajib dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan setelah mulai
menjalankan usahanya.
Perusahaan-perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar perusahaan adalah
berbentuk badan hukum, persekutuan, perorangan dan perusahaan-perusahaan
baru yang ditolak pendaftarannya karena dianggap belum melakukan wajib daftar,
tetapi tidak mengurangi kesempatan dalam usaha atau kegiatan selama tenggang
waktu kewajiban pendaftaran sejak penolakan pendaftaran. Pihak yang ditolak
dapat mengajukan keberatan kepada Menteri.
4.5 Bentuk-bentuk Badan Usaha
1. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari jumlah pemiliknya terdiri dari
perusahaan perseorangan.
a. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh
perseorangan atau seorang pengusaha
b. Perusahaan Persekutuan
Perusahaan persekutuan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh
beberapa orang pengusaha yang bekerja sama dalam satu perusahaan.
2. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari suatu hukumnya terdiri dari
perusahaan berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.
a. Perusahaan berbadan hukum
Perusahaan berbadan hukum adalah sebuah subjek hukum yang
mempunyai kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi
anggotanya; mempunyai harta sendiri yang terpisah dari harta
anggotanya; punya tujuan yang terpisah dari tujuan pribadi para
anggotanya dan tanggung jawab pemegang saham terbatas kepada nilai
saham yang diambilnya
b. Perusahaan Bukan Badan Hukum
Perusahaan bukan badan hukum adalah harta pribadi para sekutu juga
akan terpakai untuk memenuhi kewajbian perusahaan tersebut, biasanya
perorangan maupun persekutuan.
-
4.5.2 Perusahaan Persekutuan Bukan Badan Hukum
Perusahaan persekutuan bukan badan hukum adalah perusahaan swasta yang
didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara bekerja sama dalam
bentuk persekutuan perdata.
1. Persekutuan Perdata (Maatschap)
Perusahaan perdata (Maatschap) adalah suatu perjanjian antara dua orang atau
lebih untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai
dengan jalan kedua orang (pihak) menyetorkan kekayaan untuk usaha
bersama. Dasar hukum untuk pembentukan persekutuan perdata diatur dalam
Pasal 1618 – Pasal 1652 KUH Perdata
2. Persekutuan Firma
(Vennootshaf Onder Eene Firma) diatur dalam Pasal 15, 15 sampai 35 KUH
Dagang.
Dalam Pasal 16 WuK (KUH Dagang) perseroan firma adalah tiap-tiap
perseroan (maatschap) yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di
bawah nama bersama, yakni anggota-anggotanya langsung dan sendiri-sendiri
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang-orang ketiga.
3. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootchap)
Persekutuan komanditer (Commanditaire Vennootchap) diaturdalam pasal 15,
19 sampai 21 KUH Dagang.
Persekutuan komanditer dibagi menjadi tiga, yakni persekutuan komanditer
diam-diam, persekutuan komanditer terang-terangan, dan persekutuan
komanditer dengan saham.
4.5.3 Perusahaan Persekutuan Berbadan Hukum
Perusahaan persekutuan berbadan hukum adalah perusahaan yang didirikan
dan dimiliki oleh pengusaha swasta, dapat berbentuk perseroan terbatas, dan
yayasan.
4.6 Perseroan Terbatas
-
Sementara ini bentuk badan usaha perseroan terbatas merupakan kumpulan
orang yang diberi hak dan diakui oleh hukum untuk mencapai tujuan tertentu.
Dasar hukum perseroan terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT.
4.6.1 Modal Dasar Perseroan
Modal dari perseroan terbatas terdiri dari modal :
1. Modal dasar (authorizzed capital)
Modal dasar (authorizzed capital) adalah keseluruhan nilai nominal saham
yang ada dalam perseroan. Dalam Pasal 25 UUPT, modal dasar perseroan
paling sedikit Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah). Biasanya jumlah
modal dasar perseroan tidaklah menggambarkan kekuatan finansial riil
perseroan, tetapi hanya menentukan jumlah maksimum modal dan saham
yang dapat diterbikan perseroan
2. Modal dasar ditempatkan (Issued capital)
Modal yang ditempatkan (Issued capital) adalah modal yang disanggupi
para pendiri untuk disetor ke dalam kas perseroan pada saat perseroan
didirikan. Dalam pasal 26 Ayat 1 UUPT disebutkan, yakni pada saat
pendirian perseroan paling sedikit 25% dari modal harus telah
ditempatkan sebagaimana dengan modal dasar.
3. Modal yang disetor (Paid capital)
Modal yang disetor (Paid capital) adalah modal perseroan yang beruupa
sejumlah uang tunai atau bentuk lainnya yang diserahkan para pendiri
kepada kas perseroan.
4.6.2 Organ Perseroan
Di dalam Pasal 1 butir 2 UUPT secara tegas menyebutkan bahwa organ dari
perseroan terdiri dari rapat umum pemegang saham (RUPS), direksi, dan
komisaris.
-
5.6.2.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah pemegang kekuasaan tertinggi
dalam perseroan terbatas dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada direksi atau komisaris.
4.6.2.2 Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggungjawab untuk kepentingan
dan tujuan perseroan serta mewakili baik di dalam maupun di luar pengadilan
sehingga dapat dikatakan bahwa direksi memiliki tugas wewenang ganda, yakni
melaksanakan pengurusan dan perwakilan perseroan.
4.6.2.3 Komisaris
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam
menjalankan perusahsaan.
4.7 Penyatuan Perusahaan
Dalam membentuk suatu perseroan dapat dilakukan berbagai cara, yakni
dengan pernyataan perusahaan baik secara penggabungan (merger), peleburan
(konsolidasi) dan pengambilalihan (akuisis).
1. Penggabungan (merger)
Penggabungan (merger) adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan
ke dalam satu perusahaan.
2. Peleburan (konsolidasi)
Merupakan peleburan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan
yang baru sama sekali, sementara tiap-tiap perusahaan yang meleburkan
diri berakhir kedudukannya sebagai badan hukum atau perusahaan.
3. Pengambilalihan (Akusisi)
Pengambilalihan adalah pembelian seluruh atau sebagian saham dalam
satu atau lebih oleh perusahaan atau pemilik perusahaan lainnya.
-
4.3 Pembubaran dan Likuidasi Perseroan Terbatas
Pembubaran dan likuidasi perseroan terbatas berpedoman pada Pasal 114
UUPT, dapat terjadi karena :
a. Keputusan RUPS.
b. Jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir
c. Penerapan pengadilan, apabila terjadi sebagai berikut:
1. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan yang kaut bahwa perseroan
telah melanggar kepentingan umum
2. Permohonan satu orang atau lebih pemegang saham atau yang
mewakilinya paling sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dan
mempunyai hak suara yang sah
4.9 Koperasi
Koperasi adalah perserikatan yang memenuhi keperluan para anggota dengan
cara menjual barang, keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang
keperluan sehari-hari dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung).
Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasin. Pasal 1 butir 1
koperasi adalah badan hukum yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi yang melandaskan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
4.9.1 Fungsi dan Peran Koperasi.
a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya
4.9.2 Pendirian Koperasi
-
Koperasi dapat didirikan oleh perseorangan (koperasi primer) maupun badan
hukum itu sendiri (koperasi sekunder). Namun untuk membentuk koperasi
primer sekurang-kurangnya ada 20 orang, sedangkan untuk koperasi sekunder
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.
4.9.3 Modal Koperasi
Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri
adalah modal yang menanggung risiko atau disebut modal ekuiti dapat
berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan cadangan dan hibah.
4.9.4 Struktur Organisasi Koperasi
Seperti halnya organisasi-organisasi lainnya, organisasi koperasi juga
mempunyai perangkat kerja. Berdasarkan Pasal 21 UUK 1992 memiliki perangkat
koperasi, yakni rapat anggota, pengurus, dan pengawas
4.10 Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota yang dikelola
oleh pengurus dan didirikan untuk tujuan sosial. Disebutkan juga dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2001, yayasasn merupakan suatu “badan hukum” dan
untuk dapat menjadi badan hukum wajib memenuhi kriteria dan persyaratan
tertentu, yakni :
1. Yayasan terdiri atas kekayaan yang terpisahkan
2. Kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan
3. Yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial keagamaan dan
kemanusiaan
4. Yayasan tidak mempunyai anggota
Sementara itu dalam menjalankan kegiatan usahanya yayasan dibina, diurus dan
diwasi oleh organ yayasan. Yang termasuk sebagai organ yayasan adalah pembina
dan pengurus.
-
BAB 5
SURAT-SURAT BERHARGA
5.1 Pendahuluan
Surat berharga adalah surat bernilai uang yang dapat diperjualbelikan atau
digunakan sebagai agunan saham dan /atau bukti penyertaan modal.
Surat-surat yang dikeluarkan dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni sruat
berharga (negotible instrument) dan surat berharga berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Yo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992.
1. Surat berharga (Negotible Instrumen)
Surat berharga (Negotible Instrumen) dikatakan surat berharga apabila surat
tersebut sengaja diterbitkan sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa
pembayaran sejumlah uang, tetapi tidak dilakukan dengan mata uang,
melainkan dengan alat pembayaran lain.
2. Surat berharga berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Yo
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992
5.2 Jenis-jenis Surat Berharga
Di dalam lalu lintas uang dikenal juga antara lain, wesel, cek, bilyet giro, surat
sanggup, commercial paper, surat berharga pasar uang, garansi bank, sertifikat
Bank Indonesia.
5.2.1 Wesel
Ketentuan mengenai wesel diatur dalam pasal 100 sampai dengan Pasal 173
KUH Dagang.
Dalam pasal 100 KUH Dagang ditentukan beberapa syarat wesel sebagai surat
berharga, sebagai berkut :
a. Penyebutan istilah “wesel” di dalam naskah surat wesel yang
bersangkutan;
b. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;
c. Nama orang yang harus membayar (tersangkut/tertarik)
-
d. Penetapan hari bayar (vervaldag)
e. Penerapan tempat pembayaran yang harus dilakukan
5.2.2 Surat Cek
Surat cek merupakan warkat perintah tidak bersyarat kepada bank-bank yang
memelihara rekening nasabah untuk membayarkan bank-bank yang memelihara
rekening nasabah untujk membayarkan suatu jumlah uang tertentu kepada orang
tertentu atau yang ditunjuk olehnya atau pembawanya.
Dasar hukum pengaturan cek diatur dalam Pasal 178 sampai dengan 229
KUH Dagang.
5.2.3 Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana
untuk memindahkan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebutkan namanya.
Dalam hal ini, dasar hukum bagi bilyet giro diatur dalam Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 28/32/UPG, tanggal 4 Juli 1995 Yo Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia Nomjor 28/32/Kep/Dir, tanggal 4 Juli 1995.
5.2.4 Surat Sanggup (Surat Promes / Aksep)
Surat sanggup (surat promes/aksep) adalah surat yang dibuat oleh seorang
yang berisikan suatu kesanggupan untuk membayar sejumlahuang pada waktu
tertentu.
Dasar hukumnya surat sanggup diatur dalam Pasal 174 sampai Pasal 177
KUH Dagang.
5.2.5 Commercial Paper
Mengenai persyaratan penerbitan dan perdagangan surat berharga komersial
(commercial paper), berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia, SE No.
28/49/UPG, tanggal 11 Agustus 1995, yakni persyaratan penerbitan dan
perdagangan surat berharga komersial (commercial paper) melalui bank umum di
-
Indonesia adalah merupakan surat sanggup tanpa jaminan berjangka waktu
pendek yang diterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan melalu
bank (bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan) atau perusahaan efek dengan sistem diskonto.
5.2.6 Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Surat berharga pasar uang (SBPU) diatur dalam dan di luar KUH Dagang,
menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 21/53/Kep/DIR tanggal
27 Oktober 1988, SPBU merupakan surat berharga jangka pendek dalam rupiah
yang dapat diperjualbelikan di pasar uang.
5.2.7 Surat Jaminan Bank (Bank Garansi)
Surat jaminan (bank garansi) adalah surat jaminan untuk membayar seseorang
berdasarkan undang-undang tertentu yang berfungsi sebagai alat pembayaran.
Dasar hokum surat jaminan bank diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal
1850 KUH Perdata. Garansi bank merupakan perjanjian tambahan (accesoir) dari
perjanjian penanggungan utang (borgtocht) dimana bank bertindak sebagai
penanggung utang.
Sementara itu, dalam KUH Dagang surat jaminan bank identic dengan
auvalis yang diatur dalam Pasal 217 KUH Dagang.
BAB 6
HUKUM ASURANSI
6.1. Pengertian
Dalam Pasal 246 KUH Dagang, asuransi atau pertanggungan merupakan
suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi
mengikatkan dirinya kepada tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian,
karena kehilangan, kerusakan, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, dan
yang akan dideritanya karena kejadian yang tidak pasti.
Dalam asuransi terkandung empat unsur adalah sebagai berikut :
-
1. Pihak tertanggung (isured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada
pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) keapda pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tidak tentu.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tertentu (tidak diketahui sebelumnya.
4. Kepentingan (interes) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tentu.
6.2. Dasar Hukum Asuransi
1. Pasal 246 sampai dengan Pasal 308 KUH Dagang.
2. Pasal 1774 KUH Perdata
3. Peraturan perundang-udnangan di luar KUH DAgang dan KUH Perdata
6.3. Penggolongan Asuransi
Dalam Pasal 1774 KUH Perdata, asuransi dapat digolongkan sebagai bunga
selama hidup seseorang atau bunga cagak hidup dan perjudian dalam perjanjian
untung-untungan (konsevereenskomst)
Berdasarkan atas perjanjian asuransi dapat digolongkan :
1. Asuransi kerugian (Schade Verzekering)
Asuransi kerugian (Schade Verzekering) adalah yang memberikan pergantian
kerugian yang mungkin timbul pada harta kekayaan tertanggung
2. Asuransi Jumlah (Sommen Verzekering)
Asuransi jumlah (Sommen Verzekering) merupakan pembayaran sejumlah
uang tertentu, tidak tergantung kepada persoalan apakah evenerment
menimbulkan kerugian atau tidak.
Menurut sifat pelaksanaan asuransi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu asuransi
sukarela, asuransi wajib, dan asuransi kredit.
6.4. Prinsip-Prinsip Asuransi
-
Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem hokum asuransi, yakni prinsip
kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest), indemnitas
(indemnity), asas kejujuran sempurna / itikat baik (utmost good faith), subrogasi
bagi penanggung (subrogation), proxima causa, dankontribusi (contribution)
1. Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest)
Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest) adalah setiap
pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus mempunyai
kepentingan yang dapat diasuransikan, artinya bahwa tertanggung harus
mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa
yang belum pasti terjadi dan yang bersangkutan menderita kerugaian akibat
dari peristiwa itu.
Dalam Pasal 250 KUH Dagang dinyatakan bahwa kepentingan yang
diasuransikan tersebut harus ada pada saat ditutupnya perjanjian asuransi.
Apabila syarat tersebut tidak dipeuhi maka penanggung akan bebas dan
kewajibannya untuk membayar kerugian, sednagkan Pasal 268 KUH Dagang
mensyaratkan kepentingan yang dapat diasuransikan itu harus dapat dinilai
dengan sejumlah uang.
2. Indentitas (Indemnity)
Indennitas (Indemnity) adalah berdasarkan perjanjian asuransi penanggung
memberikan suatu proteksi kemungkinan kerugaian ekonomi yang akan
diderita tertanggung.
3. Asas kejujuran Sempurna / Itikat BAik (Utmost Good Faith)
Apa kejujuran sempurna/itikad baik (utmost good faith) adalah prinsip adanya
itikad baik atas dasar k epercayaan antara pihak penanggung dengan pihak
tertanggung dalam perjanjian asuransi, artinya :
a. Penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu
tentang luasnya syarat/kondisi dari asuransi yang bersangkutan dan
menyelesaikan tuntutan ganti rugi sesua dengan syarat dan kondisi
pertanggungan.
b. Sebaliknya, tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan
benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan; misalnya
-
tertanggung tidak boleh menyembunyikan keterangan yang diketahui dan
harus memberikan keterangan yang benar tentang sebab terjadinya
kerugian.
BAB 7
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
7.1. Pengertian
Hak kekayaan adalah kekayaan hak yang mendapat perlindungan hokum
dalam arti o rang lain dilarang menggunakan hak itu tanpa izin pemiliknya,
sedangkan kata intelektual berkenaan dengan kegaitan intelektual berdasarkan
kegiatan daya cipta dan daya piker dalam bentuk ekspresi, ciptaan, dan penemuan
dibidang teknologi dan jasa.
Hak kekayaan intelektual adalah hak yang timbul dari kemampuan berpikir
atau olah piker yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk
manusia.
7.2 Prinsip-prinsip Hak Kekayaan Intelektual.
1. Prinsip Ekonomi
Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu ke
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang
bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam
pemilikannya.
3. Prinsip Kebudayaan
Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni
untuk meningkatkan kehidupan manusia.
4. Prinsip Sosial
Prinsip social (mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara), artinya
hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan
-
satu kesatuan sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat.
7.3 Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual
Berdasarkan WIPO ha katas kekayaan intelektual dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu hak cipta (copyrights), dan hak kekayaan industri (industrial
property rights)
7.4 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
Pengaturan hukum Hak Kekayaan intelektual di Indonesia dapat ditemukan
dalam :
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas tanaman
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak
Struktur Sirkuit Terpadu
7.5 Hak Cipta
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan.
Hak cipta terdiri dari hak ekonomi (ecomic rights) dan hak moral (moral
rights)
7.5.4 Masa Berlaku Hak Cipta
-
Dalam pasal 29 sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta diatur masa/jangka waktu untuk suatu ciptaan. Dengan
demikian, jangka waktu tergantung dari jenis ciptaan.
1. Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus menerus
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia.
2. Ha katas ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
3. Untuk perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun sejak
pertama kali diterbitkan.
4. Untuk ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya dan peninggalan
sejarah dan prasejarah benda budaya naisonal dipegang oleh Negara, jangka
waktu berlaku tanpa batas waktu.
5. Untuk ciptaan yang belum diterbitkan dipegang oleh Negara, ciptaan yang
sudah diterbitkan sebagai pemegang hak cipta dan ciptaan sudah diterbitkan
tidak diketahui pencipta dan penerbitan dipegang oleh Negara dengan jangka
waktu selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dikethaui secara
umum.
6. Untuk ciptaan yang sudah diterbitkan penerbit sebagai pemegang hak cipta
jangka waktu berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diterbitkan.
7.5.5 Pendaftaran Ciptaan
Pendaftaran tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan hak cipta,
sehingga dalam daftar umum pendaftaran ciptaan tidak mengandung arti sebagai
pengesahan atas isi, arti, maksud atau bnetuk dari ciptaan yang didaftar.
7.5.7 Penyelesain Sengketa
Pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada
pengadilan niaga atas pelanggan hak cipta dan meminta penyitaan terhadap benda
yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu.
Namun, apabila putusan pengadilan niaga tidak memberikan hasil yang baik
maka dapat diajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung.
-
7.5.8. Pelanggaran terhadap Hak Cipta.
Pelanggaran terhadap hak cipta telah dianut dalam Pasal 72 dan Pasal 73
Undang-Undang Nomor 19 TAhun 2002 tentang Hack Cipta dapat dikenakan
hukum pidana dan perampasan oleh Negara untuk dimusnahkan.
7.6 Hak Paten
7.6.1. Pengertian
Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada invertor
atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain
untuk melaksanakannya.
7.6.3 Jangka Waktu Paten
Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten,
paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal
penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang, sednagkan untuk paten
sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan
dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang.
7.7. Hak Merek
7.7.1 Pengertian
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau
jasa.
7.7.2 Jenis-jenis merek.
1. Merek dagang
2. Merek jasa
3. Merek kolektif
-
7.7.3 Merek yang tidak dapat didaftar
Apabla merek didasarkan atas permohonan dengan itikad tidak baik maka merek
tidak dapat didaftar apabila mengandung salah satu unsur.
1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, kesusilaan, atau ketertiban umum
2. Tidak memiliki daya pembeda
3. Telah mejadi milik umum, atau
4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohon
pendaftarannya.
.