BAB I Gizi Lansia

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal. 1.2 TUJUAN PENULISAN

description

lansia

Transcript of BAB I Gizi Lansia

Page 1: BAB I Gizi Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun dengan tujuan :

1.Untuk Memenuhi tugas SP Mata Kuliyah Ilmu Gizi

2.Untuk Mengetahui Hubungan Ilmu Gizi dengan Keperawatan

3.Untuk Menambah Ilmu Pengetahuan Ilmu Gizi

Page 2: BAB I Gizi Lansia

BAB II

ISI

2.1 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang

maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi

akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan

adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor

yang berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut

dapat diperbaiki

a.       Perubahan anatomi dan fisiologi

Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat

kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma.

Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau

proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat

yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan

gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian

menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan

perubahan-perubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan

fisiologik yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.

b.      Alat indera

Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak

langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai

mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia

74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul

glossodyna atau nyeri pada lidah.

c.       Saluran cerna/digestif

Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi

sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang

muncul adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin

memberikan rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga

menurun hingga terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi

Page 3: BAB I Gizi Lansia

oleh karena berkurangnya sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan

absorpsi kalsium dan non-hem-iron.

Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12,

malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi

penurunan motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi.

d.      Metabolisma

Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan

kenaikan glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi

mungkin karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng

menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini

terjadi karena berkurangnya lean body mass pada lansia.

e.       Ginjal

Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa

terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma

protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.

f.       Fungsi jaringan

Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82

% untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat

otak.

2.2 Keadaan Gizi Lansia

a. definisi lansia

         Manusia lanjut usia à mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992)

membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly (75 tahun)

         Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 – 84

tahun dan 85 tahun

         Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur

di atas 60 tahun

b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia

Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer

maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang

diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental,

kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera,

Page 4: BAB I Gizi Lansia

gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta

alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan olah pendidikan yang

sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah

hidup dan tidak ada keinginan untuk masak. Gangguan fisik terjai pada lansia yang

mengalami hemiparese/hemiplegia, artritis dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada

lansia yang dement dan mengalami depresi. Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang

mendapat diet lambung untuk jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C.

selanjutnya gangguan selera, megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan

fungsi alat pencernaan dan pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi,

ikemik dinding perut dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan makanan tertentu

seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya ketan). Kebutuhan yang

meningkat terjadi pada lansia yang mengalami keseimbangan nitrogen negatif dan

katabolisme protien yang terjadi pada mereka yang harus berbaring di tempat tidur untuk

jangka waktu lma dan yang mengalami panas yang tinggi.

Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein) kronik,

baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui

penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia dibanding

dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul adalah defisiensi besi

dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.

Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya hidup pada

usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai

makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany sumber lemak, terjadi asupan makan

dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal

usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai

dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus dan dislipidemia.

Penyakit-penyakit tersebut akan memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang mungkin

harus dijalani sepanjang usia yang masih tersisa.

2.3 Pemantauan Status Gizi Pada Lansia

Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai

tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara

langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.

Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:

Page 5: BAB I Gizi Lansia

tanda- tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi

gejala- gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut

gejala- gejala yang tidak berhubungan dengan gizi

Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ

seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan

antropometrik adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara

umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan

meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua

hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam melakukan

interpretasi, digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional maupun nasional seperti

baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya. Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan

tinggi badan pada lansia dapat memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena

telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang

columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat

dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI)

(Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara BMI

dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk

pria dengan nilai p-0,001.

Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh, namun yang

paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi

statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan

sebagainya.

Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat

osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu.

Penimbangan Berat Badan

a.       Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan

BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1

minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg

/minggu menunjukkan kekurangan berat badan.

Menghitung berat badan ideal pada dewasa :

Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)

Page 6: BAB I Gizi Lansia

Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160

cm, digunakan rumus :

Berat badan ideal = TB dalam cm – 100

Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

2.4 Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia

Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedman Umum

Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang bagi lansia

dengan dasar PUGS dan dengan memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit

degenerasi yang dihadapi para lansia.

1. Makanlah aneka ragam makanan

2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)

3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan

4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.

5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.

6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak.

7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.

8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar berlebihan, kurangi

konsumsi makanan dengan pengawaet

2.5 Kebutuhan Gizi Pada Lansia

1.      Kalori

Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme

seluruh sel dan kegiatan otot berkurang

2.      Protein

Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk

mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai

tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan pembedahan

3.      Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori

total

4.      Lemak

Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan

kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah

Page 7: BAB I Gizi Lansia

5.         Serat

Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit

Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya

memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding saluran

cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat

6.         Vitamin

Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung

pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam

folat

2.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia

1.   Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.

2.   Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin,

asam, dan pahit.

3.   Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

4.   Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5.   Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.

6.   Penyerapan makanan di usus menurun.

2.7 Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70

tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka

cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.

Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang

lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal,

penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan

garam dapat meningkatkan tekanan darah.

Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan

makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena

depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun.  Masalah gigi sering dialami

Page 8: BAB I Gizi Lansia

lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya

ini berisiko menimbulkan kurang gizi.

Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari

Waktu Makan Pria (2200 kal) Wanita (1850 kal)

Pagi

1 ½ gls nasi/ pengganti

1 butir telur (Telur Mata Sapi)

100 gr sayuran (Cah Kangkung)

1 gls susu skim

1 gls nasi/ pengganti

1 btr telur

100 gr sayuran

1 gls susu skim

Pukul 10.00 Snack/buah (Nagasari) Snack/buah

Siang

1 ½ gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas

(Pepes Ikan)

25 gr tempe/kacang-kacangan

(Tempe bb Tomat)

150 gr sayuran (Sayur Asem)

1 ptg buah (Semangka)

1  gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas

25 gr tempe/kacang-kacangan

150 gr sayuran

1 ptg buah

Pukul 17.00Snack/ buah

(Bubur Kacang Hijau)Snack/ buah

Malam

1 ½ gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas

(Basho Daging)

50 gr tahu (Hot Tahu)

150 gr sayuran (Sup Sayur)

1 ptg buah (Pisang)

1  gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas

50 gr tahu

150 gr sayuran

1 ptg buah

Page 9: BAB I Gizi Lansia

Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua

Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara

lain (Dickinson A, 2002) :

1. Beta-glucan.

Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,

gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat

mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).

2.      Hormon DHEA.

Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi

imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita

menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan

DHEA.

3.      Protein: arginin dan glutamin.

Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-

pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor,

dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial

berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan

fungsi sel T dan neutrofil.

4.      Lemak

Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan

kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak

omega 3 dapat menurunkan sel  helper, produksi cytokine.

5.      Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.

Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi

usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.

6.      Mikronutrien (vitamin dan mineral).

Page 10: BAB I Gizi Lansia

Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua

adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh

adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.

7.      Zinc.

Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung

mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA,

dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung

menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan

produksi IL-2.

8.      Lycopene.

Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)

9.      Asam Folat

Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok

hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons

mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan

intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S,

2002).

10.  Vitamin E

Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang

dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat

membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah

antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi

yang berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga

harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).

11.  Vitamin C.

Page 11: BAB I Gizi Lansia

Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan

aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari

serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.

12.  Vitamin A.

Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T

dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran

termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi

tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak

dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin

berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi

vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang

tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda

tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi

pernapasan dan urogenital lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.

13.  Vitamin D.

Menghambat respons limfosit Th-1.

14.  Kelompok Vitamin B.

Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia

defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun.

Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih.

Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal

yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua

dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam

produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan

limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta

menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :

Page 12: BAB I Gizi Lansia

                     Sumber : Ahli Gizi Ejawantah’s Blog

                                     

Menu untuk Lansia dalam sehari :

WAKTU MENU PORSI

Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas

Selingan Papais 2 bungkus

Siang Nasi 1 piring

Semur 1 potong

Pepes tahu 1 bungkus

Sayur bayam 1 mangkok

Pisang 1 buah

Selingan Kolak pisang 1 mangkok

Malam Mie baso 1 mangkok

Pepaya 1 buah

2.8 Menu Sehat Bagi Lansia

Perencanaan Makanan untuk Lansia

KOMPOSISI LAKI-LAKI PEREMPUAN

Energi (kal) 1960 1700

Protein (gram) 50 44

Vitamin A (RE) 600 700

Thiamin (mg) 0,8 0,7

Riboflavin (mg) 1,0 0,9

Niasin (mg) 8,6 7,5

Vitamin B12 (mg) 1 1

Asam folat (mcg) 170 150

Vitamin C (mg) 40 30

Kalsium (mg) 500 500

Fosfor (mg) 500 450

Besi (mg) 13 16

Seng (mg) 15 15

Iodium (mcg) 150 150

Page 13: BAB I Gizi Lansia

1.   Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari :

zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2.   Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur

merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.

Contoh menu :

Pagi : Bubur ayam

Jam 10.00 : Roti

Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya

Jam 16.00 : Nagasari

Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

1.      Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran

sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal

serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.

2.      Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti

santan, mentega dll.

3.      Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu

manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi

palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil

tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.

4.      Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula

untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

5.      Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak,

bayam, dan sayuran hijau.

6.      Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang

kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :

1.      Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena

tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia

lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.

2.      Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.

Page 14: BAB I Gizi Lansia

3.      Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat

adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.

4.      Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.

5.      Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur, ayam

tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total

kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.

6.      Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram

sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak,

kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.

7.      Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati

atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.

8.      Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari

9.      Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet

10.  Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia

lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-

bijian seperti kacang.

11.  Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.

Kalsium penting untuk kesehatan tulang.

12.  Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.

13.  Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang

terlalu gurih dan manis.

14.  Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

2.9 Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa

kegiatan yang harus dilakukan seperti :

1. Olah raga yang teratur dan sesuai

Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan

atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau

bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki,

dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam,

mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif

dapat diberikan.

Page 15: BAB I Gizi Lansia

2. Istirahat, tidur yang cukup

Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau

kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh

memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada

umumnya akan merasa segar setelah istirahat.

3. Menjaga kebersihan

Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan

dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh  adalah mandi dua kali

sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah

selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan

organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.

Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan

genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi

selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar

mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari

keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.

4. Memeriksakan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan

dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan

untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui

lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang

menyebabkan penyakit dapat dicegah.

5. Mental dan batin tenang dan seimbang

Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan,

hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan

yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan

sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua

orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki

kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi  yang

tinggi dan untuk melemaskan otak  dari kelelahan.

Page 16: BAB I Gizi Lansia

6. Rekreasi

Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di

pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun

1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal

sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan

oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif.

Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau

komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga

mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam

struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini

berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan

mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi

tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya

yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik

secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran

secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut

memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai

fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.

3.2 .Kritik dan Saran

Page 17: BAB I Gizi Lansia

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan

pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu,

pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah

ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada

semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.