BAB I geotek

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Mengetahui kondisi Batuan daerah penelitian Mampu menganalisis parameter pada RMR Mampu menentukan kelas batuan berdasarkan nilai RMR Mengetahui nilai SMR Mengetahui potensi jenis longsoran Mampu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan 1.2 Waktu Pelaksanaan Hari, Tanggal : Jum’at dan Rabu, 18 dan 23 Oktober 2013 Waktu : 13.30 – selesai dan 15.30-selesai Tempat : Ruang Seminar, Gedung Pertamina Sukowati

description

geologi

Transcript of BAB I geotek

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan Mengetahui kondisi Batuan daerah penelitian Mampu menganalisis parameter pada RMR Mampu menentukan kelas batuan berdasarkan nilai RMR Mengetahui nilai SMR Mengetahui potensi jenis longsoran Mampu memberikan rekomendasi berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan

1.2 Waktu PelaksanaanHari, Tanggal: Jumat dan Rabu, 18 dan 23 Oktober 2013Waktu: 13.30 selesai dan 15.30-selesaiTempat: Ruang Seminar, Gedung Pertamina Sukowati

BAB IIDASAR TEORI

2.1. Rock Mass Rating (RMR) System Metode Rock Mass Rating (RMR) merupakan suatu penilaian atau valuasi ketahanan massa batuan. Penilaian atau valuasi ini berupa klasifikasi kualitas suatu massa batuan. Kegunaan dari hasil Rock Mass Rating (RMR) ini adalah untuk menentukan kemiringan lereng maksimum maupun untuk support terowongan yang disebut Slope Mass Rating (SMR). Sistem klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating (RMR) menggunakan delapan parameter, dimana rating setiap parameter dijumlahkan untuk memperoleh nilai total dari Rock Mass Rating (RMR). 1. Unconfined Compressive Strength Unconfined Compressive Strength (UCS) merupakan suatu nilai kekuatan massa batuan yang bisa ditentukan dengan uji Uniaxial dan dapat diestimasi dari Point Load Test. Tabel 2.1 Penentuan kekuatan batuan di lapangan (ISRM, 1981)Grade*

Term

Uniaxial Comp. Strength (MPa)Point Load Index (MPa)Field estimate of strengthExamples

R6

Extremely strong

> 250

> 10

Specimen can only be chipped with a geological hammer Fresh basalt, chert, diabase, gneiss, granite, quarzite

R5Very strong

100 250

4 -10

Specimen requires many blows of a geological hammer to fracture it Amphibolite, sandstone, basalt, gabbro, gneiss, granodiorite, limestone, marble, rhyolite, tuff

R4Strong

50 100

2 4

Specimen requires more than one blow of a geological hammer to fracture it Limestone, marble, phyllite, sandstone, schist, shale

R3Medium strong

25 50

1 2

Cannot be scraped or peeled with a pocket knife, specimen can be fractured with a single blow from a geological hammer Claystone, coal, concrete, schist, shale, siltstone

R2Weak

5 25

**

Can be peeled with a pocket knife with difficulty, shallow indentation made by firm blow with point of a geological hammer Chalk, rocksalt, potash

R1Very weak

1 5

**

Crumbles under firm blows with point of a geological hammer, can be peeled by pocket knife Highly weathered or altered rock

R0Extremely weak0,25 1

**

Indented by thumbnailStiff fault gouge

* Grade according to Brown (1981). ** Point load tests will give highly ambiguous results on rocks with a uniaxial compressive strength of less than 25 MPa.

Nilai UCS yang diestimasi dari uji Point Load Test Is(50) x 24 = UCS

Tabel 2.2 Penilaian Unconfined Compressive Strength (MPa) (Bieniwaski, 1989)(UCS (MPa)Rating

< 10

1 51

5 252

25 504

50 1007

100 20012

> 20015

2. Rock Quality Designation (RQD)Pada tahun 1967 D.U.Deere memperkenalkan Rock Quality Designation (RQD) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. RQD didefinisikan sebagai presentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan yang diamati dari inti bor (core). Hanya bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari 100 mm (4 inchi) yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang total pengeboran (core run).RQD = Length of core pieces > 10 cm length X 100% Total length of core run

Metode RQD menurut Deere digunakan untuk menghitung RQD dari hasil pemboran inti (coring). Untuk menentukan RQD pada singkapan langsung di lapangan menggunakan dihitung dengan menggunakan rumus RQD menurut Priest dan Hudson. Menurut Priest dan Hudson (1967), hubungan (dengan kesalahan 5%) antara RQD dan frekuensi discontinuity per-meter adalah : Rumus RQD menurut Priest dan Hudson (1967)

dimana = frekuensi discontinuity per-meterTabel 2.3 Penilaian Rock Quality Design (RQD)(Bieniawski, 1989)RQD (%)RatingRock Quality

253Very Poor

25 508Poor

50 7513Fair

75 9017Good

90 10020Excellent

3. Joint Spacing (m/joint atau cm/joint) Pengukuran spasi kekar dilakukan secara tegak lurus seperti Prosedur Pengukuran Kekar (Kramadibrata, 1997) di bawah ini

Gambar 2.1. Prosedur pengukuran kekar (Kramadibrata, 1997)Keterangan :d14 = jarak sebenarnya antara dua kekar yang berukuran dalam satu setj14 = jarak semu antara dua kekar yang berurutan dalam satu setJoint Spacing = Spasi kekar set a + spasi kekar set b 2Untuk penilaian atau pembobotan Joint Spacing dilihat pada tabel di bawah ini :Tabel 2.4 Penilaian Joint Spacing (Bieniawski, 1989)Joint Spacing (m)Rating

< 65

6 208

20 6013

60 20015

> 20020

4. Joint Condition Kondisi kekar pada unit satuan yag diperleh dilapangan. Untuk penilaian atau pembobotan Joint Condition dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.5 Joint Condition (Bieniawski, 1989)KondisiRating

Gouge Lemah, tebal >5mm, atau renggangan >5mm, menerus0

Slickenside/gouge < 5 mm atau renggangan 1-5 mm, menerus10

Permukaan agak kasar, rennggangan < 1 mm, sangat lapuk (soft wall)20

Permukaan kasar, renggangan < 1 mm, agak lapuk (hard wall)25

Permukaan sangat kasar, tak menerus, tak renggang, tidak lapuk (hard wall)30

Seberapa besar tingkat pelapukan yang dialami oleh batuan dapat ditentukan dengan melihat perubahan warna butir batuan dengan bantuan alat palu geologi. Deskripsi tingkat pelapukan dapat dilihat pada tabel.Tabel 2.6 Pemerian Tingkat Pelapukan Batuan (ISRM, 1981 )IstilahKeteranganKelas

SegarTidak ada perubahan warna pada batuan atau sedikit perubahan warna pada permukaan diskontinyuitas.I

Sedikit LapukTerjadi perubahan warna pada butiran batuan dan permukaan diskontinyuitas. Batuan terdekomposisi dan atau terintegrasi menjadi tanah. Batuan segar atau yang hanya mengalami perubahan warna masih tetap ada.II

Pelapukan MenengahKurang dari setengah pada butiran batuan terdekomposisi dan atau terintegrasi menjadi tanah. Batuan segar dan atau yang hanya mengalami perubahan warna masih tetap ada.III

Pelapukan Tinggi LebihLebih dari setengah pada material batuan terdekomposisi dan atau terintegrasi menjadi tanah. Batuan segar atau yang mengalami perubahan warna masih tetap ada.IV

Pelapukan LengkapSeluruh material batuan terdekomposisi dan atau terintegrasi menjadi tanah. Struktur massa batuan yang asli maish ada.V

Tanah ResiduSeluruh material batuan berubah menjadi tanah. Ada perubahan volume tetapi tanah tidak tertransport.

5. Groundwater ConditionPada unit satuan batuan dilapangan diperhatikan kondisi airtanahnya . Untuk penilaian atau pembobotan Groundwater Condition dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.7 Penilaian Groundwater Condition (Bieniawski, 1989)Groundwater ConditionRating

Mengalir0

Menetes4

Basah7

Lembab10

Kering15

6. Total Rating Total rating merupakan jumlah total hasil pembobotan parameter RMR. Total rating inilah yang disebut sebagai RMR. Total rating pada unit satuan batuan yang ada dilapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.8 Parameter dan Pembobotan RMR A (Bieniwaski, 1989)

2.2 Slope Mass Rating Slope Mass Rating (SMR) adalah nilai sudut kemiringan lereng maksimum suatu massa batuan dalam kondisi stabil, yang ditentukan berdasarkan nilai Rock Mass Rating (RMR) batuan tersebut. Karena lereng tersusun atas beberapa unit satuan batuan, maka SMR dihitug dari nilai RMR total. Nilai Slope Mass Rating (SMR) berdasarkan nilai Rock Mass Rating (RMR) dapat dihitung dengan menggunakan beberapa rumus, yaitu :RMR Total = (RMR 1 x Tebal 1) + (RMR 2 x Tebal 2) + (RMR n x Tebal n)Tebal (1 n)Prosedur perhitungan SMR berdasarkan RMR dengan menggunakan beberapa rumus berikut:1. Laubscher (1975)Tabel 2.9 Klasifikasi SMR (Laubscher, 1975)RMRSMR ( 0)

80 10075

60 8065

40 6055

20 4045

0 -2035

2. Hall (1985) : SMR = 0.65 . RMR + 253. Orr (1992) : SMR = 35.ln.RMR - 71Tabel 2.10. Klasifikasi SMR (Romana, 1980)CLASS NO.VIVIIIIII

SMR 0-2021-4041-6061-8081-100

DescriptionVery badBadNormalGoodVery Good

StabillityFully InstableInstablePartially stableStableFully stable

FailuresBig planar or soil likePlanar or big wedgesSome joint or many wedgesSome blockNone

SupportRe-excavationImportant correctionSystematicOccasionalNone

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

BAB IVDATA & PENGOLAHAN DATA

4.1 RMR (perhitungan joint spacing)a. Litologi pertama SetJarak Semu (Ji) Sudut ()Di = Ji (cos 2+cos 1/2)

14,2 m43o3,097

3,7 m42 o2,73

4 m43 o2,93

3,5 m43 o2,56

7,4 m43 o5,37

44 o

Rata-rata (d1)16,687/5 = 3,3374

28,2 m0 o8,2

4,3 m0 o4,3

2,3 m0 o2,2996

4,7 m2 o4,6993

5,1 m0 o5,1

0 o

Rata-rata (d2)24,5989/5 = 4,91978

35 m32 o4,24

7 m32 o5,97

6,7 m31 o5,74

31 o

Rata-rata (d3)15,95/3 = 5,32

1/ = = = 4,526 = = 0,22 RQD = 100. (0,1 +1) = 100. (1,022) = 99,97b. Litologi KeduaSetJarak Semu (Ji) Sudut ()Di = Ji (cos 2+cos 1/2)

16 m15o5,82

2 m13 o1,94

3,2 m14 o3,098

4,7 m15 o4,54

3,7 m15 o3,59

3 m13 o2,917

3,8 m14 o3,687

14 o

Rata-rata (d1)25,592/7 = 3,656

26,2 m32 o5,26

2,2 m32 o1,855

6,2 m33 o5,229

6,6 m32 o5,597

7,9 m32 o6,699

32o

Rata-rata (d2)24,64/5 = 4,928

39,9 m47 o6,75

6,2 m47 o4,228

47 o

Rata-rata (d3)10,978/2 = 5,489

1/ = = = 4,691 = = 0,21 RQD = 100. (0,1 +1) = 100. (1,021) = 99,976RMRbasicParameterTipe 1Tipe 2

UCSNilai (Mpa)50-10025-50

Peringkat74

RQDNilai %99,9799,976

Peringkat2020

Joint spacingJarak m4,5264,691

Peringkat55

Kondisi Bidang DiskontinuKekasaran

Permukaan,

kemenerusan, spasi,

dan tingkat pelapukan

Permukaan kasar, renggang