BAB I GAKI

download BAB I GAKI

of 31

Transcript of BAB I GAKI

BAB IPENDAHULUANA.LatarBelakang

Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN), adalah tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk yang ditandai dengan bertempat tinggal di lingkungan bersih dan berperilaku hidup sehat dan masyarakat mampu untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2000).Derajat kesehatan masyarakat ditentukan dari berbagai indikator upaya-upaya yang diambil untuk tujuan tersebut salah satunya adalah peningkatan gizi masyarakat. Empat masalah gizi utama di Indonesia adalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) Kurang Vitamin A (KVA), Kurang Energi Protein (KEP). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh penderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama (Depkes RI, 2000) . Gangguan akibat kekurangan Yodium sangat berdampak secara langsung mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, tingkat kecerdasan dan sosial ekonomi, dampak secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Pokok masalah masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan, ketrampilan serta tingkat pendapatan masyarakat. Sebagian besar dari penderita GAKY adalah juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang pola konsumsi garam yang beryodium serta cara penggunaan dan penyajian garam yang baik dan benar sebelum dikonsumsi (Depkes RI, 2000).Adapun upaya penanggulangan akibat kekurangan yodium melalui peningkatan cakupan suplemen kapsul minyak beryodium 200 mg yang didistribusikan di sarana kesehatan dikonsumsi WUS 2 kapsul/tahun Depkes RI (2000). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan akibat kekurangan yodium. Dari beberapa kepustakaan ternyata bahwa faktor pengetahuan mempengaruhi status gizi sehingga dapat terjadi gangguan akibat kekurangan yodium Depkes RI (1997). Faktor internal yang diduga dapat dipengaruhi antara lain : faktor pengetahuan ibu terhadap kesehatan. Aspek ini dipandang penting karena biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap kemampuannya untuk bersikap dan mengambil keputusan penting dalam berbagai aspek kehidupan, terutama kesehatan keluarganya (Notoatmodjo,1993).Pada anak-anak yang kekurangan yodium kemungkinan lahir dari wanita usia subur yang kekurangan yodium. Anak-anak yang lahir dengan kekurangan yodium akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan fisik dan kecerdasannya Robins & Vinary (1995). Hal ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan bangsa Indonesia yang saat ini dititik beratkan pada peningkatan sumber daya manusia.Dari data di Wilayah Puskesmas Anggrek, selang tahun 2006 sampai dengan 2008 terdapat 63 orang wanita usia subur yang teridentifikasi menderita gangguan akibat kekurangan yodium (2%) dari 2784 WUS yang ada di wilayah Puskesmas Anggrek.Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik mengambil judul "Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (Gondok)"B.RumusanMasalahDari uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, penggunaan garam beryodium dan kebiasaan konsumsi bahan goiterogenik dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (Gondok) di wilayah Puskesmas Anggrek Kabupaten Gorontalo utara ?

PENDAHULUANLatar Belakang MasalahMasalah gizi di negara berkembang termasuk Indonesia masih didominasi oleh KurangEnergi Protein (KEP), anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), KurangVitamin A (KVA) dan obesitas (Supariasa, 2001). Gangguan Akibat Kekurangan Yodiummerupakan masalah serius mengingat dampaknya mempengaruhi kelangsungan hidup dankualitas sumber daya manusia yang mencakup aspek perkembangan, kecerdasan,perkembangan sosial dan perkembangan ekonomi. Kelompok yang sangat rawan masalahdampak defisiensi yodium salah satunya adalah anak usia sekolah (Fadilah, 2003).Kekurangan yodium tidak hanya menyebabkan gondok tetapi juga anak-anak yang mengalamidefisiensi yodium akan terganggu kecerdasannya (Ali Khomsan, 2004). Studi pendahuluan diSDN Sidorejo 2 Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi menunjukkan hasil yaitu terdapat 8 dari10 siswa dengan defisiensi yodium memiliki prestasi di bawah rata-rata kelas dan 10 siswayang tanpa defisiensi yodium semuanya memiliki prestasi di atas rata-rata kelas.Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 48Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan angka gondok di bawah lima persen(Siswono, 2001). Pada tahun 2007 prevalensi GAKY masih diderita 9,1% anak SD meskipunterjadi penurunan, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat karena secaraumum prevalensi masih di atas 5% (Admin, 2007). Di Desa Sidorejo Kecamatan KendalKabupaten Ngawi terjadi peningkatan prevalensi defisiensi yodium pada anak SD dari 24,39 %tahun 2003 menjadi 51,65 % tahun 2007. GAKY dapat menyebabkan gangguan padaperkembangan otak. Anak-anak penyandang GAKY memiliki kapasitas mental di bawahnormal, daya motoriknya berupa kecekatan dan keterampilannya juga cenderung terbelakang,dan intelegensinya sangat kurang, dan cenderung bodoh (Anonim, 2002). Kekuranganyodium akan mengakibatkan penurunan kecerdasan/IQ sebanyak 13,5 poin (Anonim, 2002).Dalam mengatasi GAKY, Depkes melaksanakan upaya jangka pendek yaitusuplementasi yodium atau distribusi kapsul minyak beryodium pada kecamatan endemikGAKY berat dan sedang, dengan pemberian kapsul minyak beryodium untuk SD Kelas I-VI didaerah yang kurang yodium berat satu kapsul pertahun. Upaya jangka panjang berupayodisasi garam, penyuluhan gizi seimbang, menghindari zat goitrogenik (Anonim, 2002).

PENDAHULUANGangguan Akibat KekuranganYodium (GAKY) merupakan salah satumasalah gizi yang menjadi faktorpenghambat pembangunan sumber dayamanusia karena dapat menyebabkanterganggunya perkembangan mental dankecerdasan terutama pada anak-anak(WHO, 1995, PAHO, 2001; Arisman,2004; Fardiaz, 2005). Gangguan tersebutdapat berakibat pada rendahnya prestasibelajar anak usia sekolah. Dari sejumlah20 juta penduduk Indonesia yang menderitaGAKY diperkirakan dapat kehilangan140 juta angka kecerdasan atau IQpoints (Tim GAKY Pusat, 2005). Lebihspesifik Zimmermann (2003) menyebutkandari hasil pemeriksaan ekskresiyodium dalam urin (EYU) sebanyak 2 milyarindividu di dunia menderita defisiensiyodium dan 285 juta diantaranya adalahanak-anak usia sekolah.Kekurangan yodium dalam tubuhmanusia disebabkan karena keadaantanah, air dan bahan pangan kurang mengandungyodium. Suatu wilayah menjadikekurangan yodium disebabkan lapisanhumus tanah sebagai tempat menetapnyayodium sudah tidak ada, karena akibaterosi tanah secara terus menerus dan seringterjadi pembakaran hutan yang mengakibatkanyodium dalam tanah hilang,daerah yang mempunyai karakteristik inidisebut sebagai daerah endemis GAKY(Boyages, 1993; Siswono, 2001; Ritanto,2003, Arisman, 2004). Dengan demikianuntuk menjamin kecukupan asupanyodium pada masyarakat yang tinggal didaerah endemis, diperlukan cara-carapenambahan yodium dalam berbagai carabaik jangka pendek maupun jangkapanjang.Secara universal yodisasi pada garamtelah dapat diterima dan banyak digunakanoleh masyarakat sebagai alternatif jangkapanjang (Depkes RI, 2002 ; Kartono, et al,2004), sedangkan penanggulangan jangkapendek dapat dilakukan melalui programpemberian kapsul yodium. Sejauh inisearch aimed to prove relation between iodine status (Iodine Urine Excretion/IUE) andcognitive function (Inteligence Quotient/IQ). This observational research use 50 sample ofchild at elementary school at Kiyaran I Subdistrict Cangkringan Sleman Regency. Themeasurement of IUE trough Atomic Absorption Spectrophotography (AAS) method andmeasurement of IQ with Colour Progressive Matrices (CPM) method. The result of thisresearch show that the average of IUEs samples are 76,66 g/dl, minimum value 10 g/dland maksimum value 259 g/dl. The catagory distribution of samples based on IUE aresevere hypothyroid 14 %, moderate hypothyroid 30 %, light hypothyroid 26 %. Amount ofnormal catagory 20 % and ecxessive category or hyperthyroid 10 %. Measurement of IQresult show the mean 27,34, minimum value 17 and maximum value 36. IQ category ofsamples are average 66 % and below average 34 %. Statistics test cant prove the significantrelation between IUE and IQ (p = 0,366). Conclusion of this research find the hypothyroidand hyperthyroid cases on school age children at Kiyaran I Subdistrict CangkringanSleman Regency. Based on this research recommend to the government to increase the realattention from several sector related to prevent and solce the IDD problem together.Keywords: Iodine status, cognitive, elementary school, and children.52 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 1, 2009: 50 - 60pasokan kapsul yodium sangat terbatassehingga masih diprioritaskan untukdaerah endemis pada kelompok wanita usiasubur (WUS) saja dan masih sangat jarangmenjangkau anak-anak usia sekolah (TimGAKY Pusat, 2005). Hal tersebut biladibiarkan maka anak usia sekolah terutamadi daerah endemis akan semakin berisikomenderita GAKY dengan akibat yangsangat serius yakni terganggunya perkembangankognisi yang ditandai berkurangnyaangka kecerdasan sebesar 13,5 IQ points(Hetzel, 2000 ; WHO, 2001 ; Jukes et al,2002; Zimmermann, et al, 2005;Zimmermann et al, 2006).Hasil survei pendahuluan mengenaikonsumsi garam beryodium di KabupatenSleman menunjukkan dari 86 desa hanyaada 6 desa yang mengkonsumsi garamberyodium dengan kadar cukup dengancakupan 75,3 %. Cakupan tersebut belumsesuai target USI (Universal Salt Iodization)sebesar 90 %. Kondisi ini dapat menjadijustifikasi meningkatnya angka TGR (TotalGoiter Rate) atau angka pembesarankelenjar gondok sebagai indikator masalahGAKY menjadi 18,1 %. Walaupundikategorikan sebagai daerah endemisringan (TGR > 5 - 19,9 %), tetapi dari 17kecamatan yang ada, 5 diantaranya termasukendemis berat, dengan angka TGRtertinggi di Kecamatan Cangkringansebesar 39,5 % (Dinkes Sleman, 2003).Berdasarkan latar belakang yangterurai maka dapat diidentifikasi bebe-rapapermasalahan yang terkait dengan GAKYyakni dampak negatif GAKY sangat luasmencakup semua kelompok umur termasukpenurunan angka kecerdasan padaanak usia sekolah. Kecamatan CangkringanKabupaten Sleman merupakankecamatan endemis dengan angka GAKYtahun 2003 sebesar 39,5 %. Pengukuranbesaran GAKY di Kabupaten Slemanmasih menggunakan angka pembesarankelenjar gondok dengan palpasi (WHOmerekomendasikan menggunakan metodebiokimia dengan pemeriksaan EYU).Secara umum penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui hubungan statusyodium urin dan fungsi kognitif padaanak sekolah dasar di SDN Kiyaran IKecamatan Cangkringan KabupatenSleman, dengan tujuan khusus sebagaiberikut mengukur kadar yodium dalam urinpada anak sekolah dasar, mengukur fungsikognitif pada anak sekolah dasar, mengetahuihubungan status yodium urin danfungsi kognitif pada anak SD di SDNKiyaran I Kecamatan Cangkringan KabupatenSleman.

Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan masalah yang sangat serius mengingat dampaknya secara langsung dapat mempengaruhi kelangsungan hidup manusia terutama berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia baik menyangkut pertumbuhan, kecerdasan, maupun produktivitas kerja. Untuk mempercepat penurunan prevalensi GAKY, pemerintah telah memberikan perhatian besar dan ingin lebih mengintensifkan upaya penanggulangan GAKY. Melalui Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY yang dilaksanakan sejak tahun 1997 secara lintas program dan lintas sektor dengan fokus utama : 1) Distribusi Kapsul minyak beryodium pada kecamatan endemik berat dan sedang (TGR > 20%)sebagai upaya jangka pendek 2) Yodisasi garam atau peningkatan konsumsi garam beryodium sebagai upaya jangka panjang, yang pelaksanaannya dipantau dengan kegiatan pemantauan garam beryodium melalui murid SD/MI (Depkes RI, 2002). Berbagai definisi inteligensi diajukan oleh beberapa ahli psikologi. Santrock (1995) mendefinisikan inteligensi sebagaiStatus Yodium dan Fungsi Kognitif Anak Sekolah Dasar ... (Mutalazimah dan Setya Asyanti) 53kemampuan verbal, ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari dan menyesuaikan diri dengannya. Terman mendefinisikan inteliensi sebagai kemamuan untuk berfikir abstrak, sedangkan David Weschler berpendapat intelegensi merupakan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Sarwono, 2000). Gardner dalam Santrock (1995) menyebutkan ada 7 macam inteligensi yaitu verbal. Matemats, spasial, musik, ketampilan menganalisis diri sendiri, ketampilan menganalisis orang lain, ketrampilan gerakan.Pengukuran inteligensi dilakukan dengan tes inteligensi. Beberapa tes yang dikenal untuk mengukur inteligensi anak Sekolah Dasar antara lain Stanford Binet, Wechsler Inteligence Scale for Children (WISC), Culture Fair Intelegence Test skala 2 (CFIT), dan Colour Progressive Matrices (CPM). Yang menjadi sorotan dalam psikologi adalah bahwa tes inteligensi seringkalibias budaya, yaitu lebih menguntungkan anak-anak perkotaan daripada anak-anak pedesaan, anak-anak kelas menengah dari pada anak-anak kelas bawah, dan anakanak klit putih dari pada anak-anak kuli hitam (Miller-Jones, dalam Santrock 1995). Biasanya tes yang bias budaya karena menggunakan tes verbal. Tes kecerdasan yang paling umum dipakai untuk mengetahui kemampuan kognitif secara umum dan tidak mengandung bias budaya adalah tes CPM.Penelitian mengenai perbaikan status yodium dan peningkatan perkembangan mental pada anak sekolah di Benin menyimpulkan bahwa anak yang mendapat Sulementasi yodium mengalami peningkatan EYU dengan nilai p 0,007 dan secara signifikan mengalami kenaikan skor tes perkembangan mental dengan nilai p 0,000 (Van den Briel, et al, 2000). Perbedaan perkembangan psikomotorik pada anak yang difisiensi yodium di India terbukti setelah anak berusia kirakira 2,5 tahun. Sedangkan perbedaan dari kemampuan belajar dan motivasi juga terlihat pada anak umur 9 15 tahun, defisiensi yodium tingkat sedang dan berat menyebabkan keterlambatan dalam belajar dan kurang motivasi untuk menyelesaikan pelajaran. Di Bangladesh, anak dengan kadar T4 rendah memilihi hasil test yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang T4-nya normal, baik pada kemampuan mengeja, membaca dan kemampuankognitif secara umum, bahkan defisiensi yodium pada tingkat yang lebih rendah dapat melemahkan fungsi mental dan motorik. Hasil meta analisis dari 18 penelitian menyebutkan bahwa dari hasil tes kognitif rata-rata menunjukkan adanya penurunan IQ sebesar 13,5 point pada anakanak yang defisiensi yodium (WHO, 2001). Penelitian lain di Columbia suplementasiyodium pada anak sekolah yang defisiensi yodium selama 22 bulan dengan metode randomized placebo controlled trials menyimpulkan bahwa ada peningkatan Skor IQ. Di Equador, 51 anak usia 6 sampai 10 tahun dari komunitas yang mengalami defisiensi yodium kemudian diberi suntikan minyak yodium dan setelah dua tahun kemudian dibandingkan dengan yang tidakdiintervensi (non placebo) maka yang anak sekolah yang diberi suntikan menunjukkan hasil tes IQ yang lebih baik. (Pan America Health Organization /PAHO, 2001) Anak sekolah usia 6 11 tahun di Afrika Selatan di beri biscuit yang difortikasi yodium, zat besi dan beta karoten hasilnya prevalensi anak dengan kadar 54 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 1, 2009: 50 - 60yodium urin yang rendah turun signifikan dari 97 % menjadi 5%. Implikasi yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa kadar yodium dalam urin mempunyai sifat lebih peka sebagai indikator untuk efektivitas program pemantauan defisiensi yodium pada satu populasi (Stuijvenberg, 2002). Studi dengan rancangan randomized controlled double blind yang bertujuan mengetahui efek suplementasi yodium pada 310 anak sekolah usia 10 12 tahun di Albania selama 24 minggu juga menghasilkan signifikansi dengan meningkatnya EYU dan kemampuan kognitif yang diukur dengan metode CPM dengan nilai p 0,0001 (Zimmermann, et al, 2006).

METODE PENELITIANGangguan Akibat Kekurangan Yodium: GAKY, atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan salah satu masalah yang muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan gondok endemik dilihat sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan dengan praktek kedokteran Cina yang menggunakan biji ganggang Sargassum dan Laminaria japonica yang kaya yodium sebagai obat gondok.Akan tetapi, mulai tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium berubah dari memandang defisiensi yodium berakibat pada gondok endemik dan kretin endemik saja ke perubahan yang lebih luas.Dengan demikian istilah defisiensi yodium dahulu yang diidentikkan dengan gondok endemik digantikan dengan gangguan akibat kekurangan iodium yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua segmen usia sejak dikandung ibu hingga pada orang dewasa.

Neonatus dan Ibu hamilKetika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang sempurna di kemudian hari.Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium. Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang, sebab model binatangnya belum ditemukan. Sumbangan pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI, lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.

Langkah PreventipUntuk pencegahan, dibutuhkan informasi yang cukup tentang sebab. Bagi yang bersebab tunggal pencegahannya tunggal (cf :vaccinasi). Bagi bersebab banyak, multifaktorial pencegahan juga menghilangkan faktor risiko tersebut. Bagi GAKI upayanya dengan memberikan unsur yodium.Bagaimana peran pemberian unsur yodium dalam bentuk garam beryodium dalam berbagai bentuk (garam curai, garam briket, shelf-lifenya, penyebarannya, harga, tingkat konsumsinya) perlu diteliti lebih lanjut. Juga larutan yodium dalam minyak diberikan secara oral (OIO, oral iodinated oil) maupun suntikan, efek obat ini berjangka panjang: oral dapat diberikan setiap 6-12 bulan sekali sedangkan suntikan 3-4 tahun sekali. Di daerah tertentu melarutkan yodium (bentuk tetesan atau slow-release products) dalam air minum atau sumur.Pemberian suntikan lipiodol sebelum diproduksi yodiol pun sebenarnya memberi hasil baik dan terlihat dari menurunnya prevalensi gondok, tercegahnya variabel kretin, misalnya EEG bayi dan sebagainya. Meskipun demikian masih ditemukan gejala sisa di replete area.Walaupun begitu dengan dosis yang diberikan sekarang ini, dan dengan kriteria beratnya masalah dinilai dari prevalensi anak sekolah, masih cukup banyak ibu hamil yang rawan GAKI bagi anak yang dikandungnya. KIE. Penanggulangan GAKI sering dilupakan orang adalah KIE ini. Meskipun nampaknya sebab GAKI telah diketahui dan juga sarana pencegahannya dikuasai, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Dalam bidang public health, litbang gizi telah melihat berbagai aspek baik dalam hubungannya dengan program pencegahan gangguan gizi lain, misalnya kadar yodium dalam ASI ibu menyusui yang mendapat yodiol, kestabilan yodium dalam garam di pelbagai masakan Indonesia dan pengaruh yodium tinggi pada reaksi vaksinasi.Berhasil tidaknya upaya penanggulangan masalah GAKY di masyarakat, di samping sistem penanggulangan sendiri di tingkat program, tidak kalah pentingnya adalah masalah lingkungan dan sosial budaya yang ada di masyarakat. Secara terperinci, menjelaskan bahwa dampak kekurangan yodium, di samping kretin endemik adalah (1) kemampuan mental dan psikomotor berkurang (2) angka kematian perinatal meningkat, demikian gangguan perkembangan fetal dan pasca lahir (3) hipotiroidisme neonatal banyak ditemukan di daerah dengan endemik berat (4) pada penduduk normal ditemukan hipotiroidisme klinis dan biokimiawi (5) di daerah gondok endemic kadar yodium air susu ibu lebih rendah dibandingkan dengan daerah non endemic (0,44 vs 10,02 ug/dl) (6) pada otak terlihat kalsifikasi ganglion basal, hipofisis membesar, tetapi arti klinik belum diketahui (7) terdapat minimal brain damage di daerah yang terkesan sudah iodine replete, dengan IQ point yang terlambat 10-15 point meskipun status tiroid sudah kembali normal (8) ada keterlambatan per-kembangan fisik anak, misalnya lambatnya mengangkat kepala, tengkurep, berjalan, hiporefleksi, strabismus konvergen, hipotoni otot.

Upaya Preventip Terkait dengan Sosial BudayaSetelah melalui pengkajian yang seksama baik dari segi teknis maupun operasional, ditetapkan bahwa garam merupakan bahan makanan yang paling cocok dan memenuhi kriteria untuk dilakukan fortifikasi.Di Indonesia, penggunaan garam beryodium dengan kadar yodium 40 ppm, dengan anggapan konsumsi garam 10 gram sehari, sehingga konsumsi 400 g potassium iodine per hari dan ini sesuai dengan 237 gram iodide.Konsumsi dalam keluarga juga dipengaruhi oleh faktor persepsi dan aseptasi terhadap penanggulangan kekurangan yodium dalam masyarakat.Persepsi merupakan hasil proses pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, wawasan, pemikiran dan pengetahuannya. Proses pembentukan persepsi meliputi proses konseptualisasi dan abstraksi.Pada tahap ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan, bahasa merupakan alat untuk menyederhanakan dan mengkategorisasikan berbagai stimulus yang sampai kepada individu. Melalui bahasa, kognisi individu dan segala sesuatu digambarkan dan dikomunikasikan. Proses kognisi akan mempengaruhi pembentukan persepsi. Reaksi tiap individu terhadap seseorang atau segala sesuatu yang ada di sekitarnya dibentuk oleh apa yang dia lihat atau dunia kognisinya.Sebenarnya Health Belief Model dikembangkan dari teori perilaku, yang antara lain berasumsi bahwa perilaku seseorang tergantung pada: (1) nilai yang diberikan individu pada suatu tujuan; dan (2) perkiraan individu terhadap kemungkinan bahwa perilakunya akan dapat mencapai tujuan tersebut.Berdasarkan hasil temuan di Jawa Tengah diketahui bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap lipiodol suntik dan garam beryodium sangat rendah. Pada umumnya responden dalam studi tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% belum pernah mendengar suntikan lipiodol baik di daerah gondok endemik sedang maupun berat. Rendahnya pemahaman mengenai kapsul yodium disebabkan karena rendahnya pelaksanaan penyuluhan akan manfaat kapsul yodium di dalam masyarakat. Penggunaan garam beryodium dalam rangka iodisasi juga ada masalah, mengingat bahwa penguapan kadar yodium dalam garam menyebabkan turunnya kadar yodium. Tidak satupun kebudayaan di dunia ini yang bebas dari pantangan terhadap makanan tertentu. Biasanya pantangan tersebut diberlakukan terhadap golongan masyarakat atau individu berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, yang ada di dalam sistem sosial.Ibu yang sedang hamil atau menyusui merupakan individu yang biasanya diberlakukan terhadap pantangan makanan yang sukar diterangkan secara alamiah yang akan berpengaruh pada bayi. Biasanya jenis makanan yang dilarang adalah susu, telur, ikan asin, ikan segar, dan sebagainya. Ikan, susu, telur, merupakan makanan sumber protein yang sangat baik dan diperlukan bagi ibu hamil maupun menyusui.

Penilaian Masalah GAKY di IndonesiaHasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY di sebagian besar daerah di Indonesia membaik secara nyata. Kriteria diatas didasarkan atas TGR anak sekolah, namun TGR wanita hamil selalu lebih tinggi. TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan) belum menjamin bahwa wanita hamil di daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini diperlukan tolok ukur tambahan. Di daerah lain ( Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk endemi berat. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gondok ini, tetapi faktor utama masih tetap defisiensi yodium.

Faktor-faktor yang Dianggap Berkaitan dengan Kejadian Gondok pada Siswa SD di Daerah Dataran Rendah

Spektrum GAKY seluruhnya terdiri dari gondok dalam pelbagai tingkat (stadium), kretin, terhambatnya pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, kejadian lahir mati meningkat, demikian juga dengan kematian bayi. Kekurangan unsur Iodium terutama dipengaruhi faktor lingkungan yang keadaan tanah dan airnya amat miskin unsur iodium, akibatnya penduduk yang tinggal di daerah tersebut akan selalu kekurangan iodium. Di Jawa Timur, penanggulangan GAKY merupakan prioritas utama dalam penanggulangan masalah gizi. Masalah GAKY di Jawa Timur berdasarkan survei GAKY nasional yang dilakukan pada tahun 1998, prevalensi gondoknya cukup tinggi (16,3 %).

Prevalensi GAKY Berdasarkan Hasil Palpasi Kelenjar GondokPemeriksaan kelenjar gondok (palpasi) dilakukan pada seluruh anak SD Negeri Kejayan I (kelas 1 sampai dengan kelas 6) sejumlah 203 (dua ratus tiga) anak sesuai jumlah yang hadir.Sebagian besar anak yang menjadi sampel (97,96%) adalah penduduk asli di daerah penelitian (tinggal di daerah penelitian sejak lahir) dan hanya 2,04% yang bukan berasal dari daerah penelitian, namun mereka sudah tinggal di daerah penelitian selama minimal 7 (tujuh) tahun. Sebagian besar anak (55,10%) berada pada kisaran umur 11 12 tahun, dengan ratarata umur 10,86 tahun dan SD = 1,21. Berdasarkan jenis kelamin 36,7% laki-laki dan 63,3% perempuan. Semua anak (100%) tidak pernah mendapat suntikan lipiodol. Sebagian besar (91,8%) anak pernah mendapat kapsul minyak beriodium, hanya 8,2% tidak pernah mendapat kapsul minyak beriodium.

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan GoitrogenikDiketahui bahwa sebagian besar anak (73,5%) di daerah penelitian tidak pernah mengkonsumsi ikan tawar basah dan 100% anak SD juga tidak mengkonsumsi ikan tawar kering (dalam satu tahun terakhir). Ikan laut basah hanya dikonsumsi kurang dari tiga kali per minggu (18,4%) dan dikonsumsi 3-5 kali per minggu (4,1%). Hanya 12,2% anak SD mengkonsumsi ikan laut basah dalam frekuensi 1 kali per hari, 6,1% mengkonsumsi 2 kali sehari dan 4,1% mengkonsumsi 3 kali sehari. Tampaknya ikan laut basah/segar belum masuk dalam pola konsumsi harian anak SD. Faktor lain yang diduga ikut berperan dalam menimbulkan kejadian gondok adalah miskinnya Iodium dalam air minum (dan tanah) 22. Sumber air minum keluarga pada umumnya (40,8%), berasal dari Air PAM, mata air (34,8%) dan 20,4 % air sumur. Sebelum mengkonsumsi air minum pada umumnya responden (65,3%) merebus air sampai mendidih. Berdasarkan palpasi kelenjar gondok, ditemukan Total Goiter Rate sebesar 23,65% dan Visible Goiter Rate sebesar 0,98%, daerah penelitian tergolong daerah endemik sedang. Bila ditinjau dari nilai median Iodium urin (253 ug/l), maka daerah penelitian belum termasuk daerah endemik gondok (masih di atas 100 ug/l).Perlu dilakukan upaya membudayakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) agar anak SD dapat memenuhi kecukupan gizinya, terutama meningkatkan konsumsi pangan sumber energi dan Iodium yang masih kurang dari kecukupan yang dianjurkan.Diperkirakan prevalensi gondok dunia adalah 12%. Dari 5 milyar lebih penduduk dunia, sebanyak 38% atau sekitar 2.2 milyar penduduk berisiko kekurangan iodium karena bertempat tinggal di daerah kekurangan iodium dimana TGR lebih dari 5%.Data yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa dari 6 milyar lebih penduduk 159 negara, sekitar 50% kekurangan iodium dan 3% kelebihan iodium.Daerah basis kekurangan iodium di Indonesia ditemukan di seluruh kepulauan mulai dari Sumatera di bagian barat hingga Papua di bagian timur. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY) di masa lalu identik dengan gondok yaitu pembesaran kelenjar tiroid.

Total Goiter RateTGR anak sekolah untuk tingkat nasional tahun 1996/1998 adalah 9.8% sedangkan tahun 2003 adalah 11.1%. Propinsi dengan TGR tertinggi tahun 1996/1998 maupun tahun 2003 adalah Maluku yaitu 33.39% dan 31.6%. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1.1% sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0.7%. Intensitas dari kekurangan yodium dapat dilihat dari pembesaran kelenjar gondok. Hubungan TGR Anak Sekolah dengan Konsumsi Garam Beriodium Rumah Tangga Hubungan antara TGR dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dalam suatu daerah adalah negatip, berarti semakin tinggi proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium semakin rendah TGR. Indikator TGR telah sejak lama digunakan di Indonesia dalam survei maupun sebagai dasar penetapan kebijakan program penanggulangan GAKY. TGR tidak menunjukkan penurunan dalam 1998-2003 walaupun dilaksanakan program penanggulangan intensif. Masalah yang sering dijumpai pada palpasi kelenjar tiroid adalah inter-observervariation (variasi antar palpator) demikian juga nilai sensitivitas dan spesifisitas. Sebagian pakar dan lembaga yang kompeten di bidang GAKY yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan indikator TGR untuk memantau kemajuan eliminasi GAKY.

Faktor yang Berhubungan dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Rumah Tangga: Sebuah Studi Kasus di Probolinggo.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden memilih atau menyediakan bentuk garam beryodium dengan alasan beryodium penting bagi kesehatan sebesar 67,2%. Responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium sebesar 32,8%. Diantara 32,8% responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium tersebut beralasan: karena hanya tersedia bentuk garam itu saja (42,9%), harga garam beryodium lebih mahal (19,0%) dan dengan alasan tidak tahu (28,6%). Adapun tempat membeli garam konsumsi sehari-hari responden adalah toko/warung dekat rumah (98,4%) dan dari tambak sebesar 1,6%.Sebagian besar pedagang garam setuju jika garam non yodium tidak beredar di pasaran (66,7%) atau ada peraturan larangan menjualnya (83,3%). Oleh karena garam non yodium banyak beredar di pasaran dan dengan alasan untuk memenuhi permintaan konsumen, maka sebagian besar pedagang juga menyediakan garam non yodium (terutama dalam bentuk krosok). Sebagian besar pedagang sebenarnya sudah mendengar dan mengetahui manfaat garam beryodium, yaitu: untuk mencegah gondok (76,7%).Tingkat pengetahuan responden tentang garam beryodium masih kurang. Sikap responden terhadap ketersediaan garam beryodium di rumah tangga sebagian besar mendukung, namun karena pada umumnya pedagang masih menyediakan garam non yodium di tingkat pasar, maka hal ini berdampak pada rendahnya ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga. Hanya sebesar 34,8% garam di tingkat pasar kan-dungan yodiumnya cukup, Warung/toko yang termasuk kriteria baik hanya 20%. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan garam yodium di tingkat pasar kurang. Tingkat pendidikan responden, tingkat pengetahuan dan sikap responden tentang garam beryodium serta ketersediaan garam beryodium di tingkat pasar berhubungan dengan ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga.

Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 47HUBUNGAN ANTARA DEFISIENSI YODIUM DENGAN PRESTASI BELAJARAnis Nurwidiawati*, Rahayu Sumaningsih**=Program Studi Kebidanan Magetan Jurusan Kebidanan Poltekkes Depkes SurabayaABSTRAKKekurangan yodium tidak hanya menyebabkan gondok tetapi juga menyebabkanterganggu kecerdasannya (Ali Khomsan, 2004). Di Desa Sidorejo Kecamatan KendalKabupaten Ngawi terjadi peningkatan prevalensi defisiensi yodium pada anak SD dari 24,39 %tahun 2003 menjadi 51,65 % pada tahun 2007. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubunganantara defisiensi yodium dengan prestasi belajar.Penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional ini dilakukan pada populasisiswa SDN Sidorejo 2 Kelas I-VI sebanyak 185 anak. Sampel diambil secara proportionatestratified random sampling sebanyak 127 siswa. Variabel bebas adalah defisiensi yodium danvariabel terikat adalah prestasi belajar. Data dikumpulkan melalui observasi, selanjutnyadianalisis dengan uji chi square dengan harga X2 tabel, dengan =0,05.HASIL PENELITIANHasil penelitian menggambarkan bahwa 56 (44,1%) siswa mengalami defisiensi yodiumdan 71 (55,9%) siswa tidak mengalami defisiensi yodium. Ada 68 siswa (53,5%) yang memilikiprestasi belajar tidak baik dan 59 siswa (46,5%) memiliki prestasi belajar baik.Vol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 49 Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang mengalami defisiensi yodium dan memilikiprestasi belajar baik sejumlah 15 (26,8%) sedangkan siswa yang tidak mengalami defisiensiyodium dan memiliki prestasi belajar baik sejumlah 44 (62%).

Tabel 1. Prestasi Belajar Siswa Menurut Kejadian Defisiensi YodiumDi SDN Sidorejo 2 Kecamatan Kendal Kabupaten NgawiDefisiensi yodium Prestasi belajar JumlahTidak baik Baikf % f % f %Mengalami defisiensi yodium 41 73,2 15 26,8 56 100Tidak mengalami defisiensi yodium 27 38 44 62 71 100Jumlah 68 53,5 59 46,46 127 100Analisis hubungan antara defisiensi yodium dengan prestasi belajar dengan uji chisquare dengan =0,05 dan df=1 didapatkan X2 hitung 15,582 dan X2 tabel 3,841, maka H0ditolak, artinya ada hubungan antara defisiensi yodium dengan prestasi belajar. Koefisienkontingensi C=0,331, menunjukkan defisiensi yodium dengan prestasi belajar memiliki tingkathubungan rendah.Dampak kekurangan Yodium bagi manusia cukup besar, terutama dalam upayapeningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, karena dapat menurunkan sekitar 140 IQ poindalam setahun (Haris Fadilah, 2003). Berdasarkan hasil penelitian, GAKY bisa menyebabkangangguan pada perkembangan otak. Anak-anak penyandang GAKY memiliki kapasitas mentaldi bawah normal, daya motoriknya berupa kecekatan dan keterampilannya juga cenderungterbelakang, dan intelegensinya sangat kurang, sehingga kemampuannya untuk menyerapinformasi pun menjadi terbatas, dan cenderung bodoh (Sianturi, 2002).Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkanprestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasaldari daerah yang berkecukupan yodium. dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodiummengakibatkan ketrampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerahkekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkankelainan otak yang berdimensi luas. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan, denganpemberian koreksi yodium akan memperbaiki pretasi belajar anak sekolah (Siswono, 2001).SIMPULAN DAN SARANSimpulan hasil penelitian adalah: 1) hampir setengahnya siswa SDN Sidorejo 2 Kelas IVItahun 2009 mengalami defisiensi yodium, 2) sebagian besar siswa SDN Sidorejo 2 Kelas IVIpada semester ganjil tahun ajaran 2008/2009 memiliki prestasi belajar tidak baik, 3) adahubungan antara defisiensi yodium dengan prestasi belajar.Saran yang diajukan adalah: 1) untuk institusi pendidikan Sekolah Dasar, diharapkanmemantau keadaan murid dan mengarahkan siswa didik/orang tua untuk meningkatkankonsumsi yodium, 2) bagi puskesmas khususnya pelaksana gizi, hasil penelitian dapatVol.I No.1 Januari 2010 ISSN: 2086-3098Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 50digunakan sebagai data dalam merencanakan tindak lanjut pemeriksaan kelenjar gondok dangaram beryodium secara berkesinambungan.DAFTAR PUSTAKAAkbar Hawadi, Reni. 2006. Akselerasi. Jakarta: Grasindo.Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGC.Depkes RI. 2000. Pedoman Distribusi Kapsul Minyak Beryodium. Jakarta: Depkes RI._________. 1998. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium di TingkatMasyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, DirektoratBina Gizi Masyarakat._________. 2004. Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium Tim Penanggulangan Pusat.Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.Dinkes Propinsi Jatim. 2003. Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)bagi Petugas Kesehatan Tingkat Kabupaten/Kota. Puskesmas dan PokjaPenanggulangan GAKY. Surabaya: Dinkes Propinsi Jatim.Hadi dan Haryono. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.Hari S, Ratna. 2004. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Penderita gondok dan BukanPenderita Gondok Siswa SLTPN II Bangorejo Di daerah Endemik Gondok KecamatanBangoreji kabupatan Banyuwangi. adln.lib.unair.ac.id (diakses 18 Maret 2009 pukul10.30 WIB).Indriastuti, W. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). gemari.or.id (diakses 18 Maret2009 pukul 10.00 WIB).Khomsan, Ali. 2004. Defisiensi Micronutrients Dan Nasib Bangsa Kita. www2. kompas.com(diakses 18 Maret 2009 pukul 12.00 WIB).Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.Palupi, Laksmi. 2008. Stabilkah Yodiat Dalam Garam. bahanpang.sumutprov. go.id. (diakses18 Maret 2009 pukul 13.30 WIB).Ridwan. 2008. Ketercapaian Prestasi Belajar. ridwan202.wordpress.com. (diakses 18 Maret2009 pukul 11.00 WIB).Shakira, Ghana. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa.syakira-blog.blogspot.com (diakses 18 Maret 2009 pukul 12.30 WIB).Siswono. 2001. Jutaan Poin IQ Hilang Karena Kekurangan Yodium. www.gizi.net (diakses 18Maret 2009 pukul 11.00 WIB).Sudrajat, Ahmad. Tes Penilaian Pengukuran. ahmadsudrajat.wordpress.com (diakses 18 April2009 pukul 12.55).

1. Konsep Dasar tentang Pengetahuana. Pengertian PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini taraf setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1993).Pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya memberikan perspektif pada manusia dalam mempersiapkan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap objek tertentu. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang (Rahmat, 1998).b. Tingkat PengetahuanNotoatmodjo (1993), ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu :1). Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.2). Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk rnenjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.3). Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).4). Analisis (Analysis)Analisis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.5). Sintesis (Synthesis)Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.6). Evaluasi (Evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut (Notoatmodjo, 1993).2. Konsep PendidikanKonsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.Pendidikan menurut ensiklopedia pendidikan (1979) dapat diartikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.Menurut bentuknya ada 3 jenis pendidikan yang sama-sama mempunyai kepentingan dan memberkan manfaat sendiri dibagi tiga jenis:a. Pendidikan formal dengan tingkatan pendidikan dari SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. b. Pendidikan informal. c. Pendidikan non formalPendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku melalui upaya pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mencapai kehidupan dan kepribadian yang mantap.3. Konsep Gangguan Akibat Kekurangan Yodiuma. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium) adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh penderita kekurangan yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.Terjadinya kekurangan unsur yodium terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana tanah serta air di suatu daerah amat miskin unsur tersebut (Depkes RI, 2000).Gondok endemik merupakan reaksi adaptasi terhadap kekurangan yodium di dalam tubuh. Disebut endemik bila prevalensinya lebih dari 10% populasi (Arisman, 2001).b. Etiologi dan PatogenesisBeberapa keadaan yang sering dihubungkan dengan gondok endemik, yaitu :1). Defisiensi YodiumDefisiensi yodium merupakan sebab pokok terjadinya gondok endemik dimana-mana. Dengan dasar perhitungan PII (Plasma lnorganik Iodine) kebutuhan ini diduga antara 100-200 g1. 2) Faktor GoitrogenGoitrogen adalah zat/bahan yang dapat mengganggu hormogenesis tiroid sehingga dapat membesarkan kelenjar gondok. Bahan goitrogen antara lain : cyanogenik glucoside (tiosianat), glukosinolat, sulphurated hydrocarbon. Kedua zat yang pertama (cyanogenik glukoside dan glukosinolat) terdapat pada beberapa tumbuhan, yakni : kubis, singkong. Akan tetapi belum jelas bahwa makanan atau zat yang ada pada binatang berpotensi bersifat goitrogen akan bertindak sebagai penyebab gondok pada manusia.3) Faktor Trace ElementsArtinya dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah kecil tetapi mempunyai fungsi khusus. 4) Faktor NutrisiMekanisme terjadinya adalah sebagai berikut, kekurangan. yodium menghambat pembentukan hormon tyroid oleh kelenjar tyroid dan akibatnya tidak terdapat hormon yang menghambat pembentukan TSH oleh hipofisis anterior, hal ini memungkinkan hipofisis mensekresi TSH dalam jumlah besar. Kemudian TSH menyebabkan set-set tyroid mensekresi tiroglobulin dalam jumlah besar ke dalam folikel dan kelenjar tubuh makin lama makin besar.5) Faktor Genetikc. Manifestasi KlinikAkibat kekurangan yodium maka terjadi pembesaran kelenjar gondok. Pada tingkat yang ringan hanya memberi dampak kosmetik, tetapi gondok yang besar dapat menimbulkan keluhan sesak napas. kesulitan menelan, meningkatnya frekuensi denyut jantung dan merasa cepat lelah. Pada tingkat yang lebih berat lagi, akan lahir bayi-bayi kreatin dengan kelainan yang bersifat menetap. Pada wanita usia subur gondok dapat menyebabkan gangguan kesuburan dan kehamilan berupa abortus (Noer,1997).Wanita usia subur adalah wanita usia 15-49 tahun dan tidak hamil. Sasaran kapsul minyak beryodium yaitu untuk WUS, ibu hamil dan ibu meneteki yang tinggal di daerah GAKY berat dan sedang.

Tabel 2.1Spektrum gangguan akibat kekurangan yodiumTahap perkembangan Bentuk gangguanJanin Keguguran (aborsi)Lahir matiKelainan kongenitalKematian perinatalKematian bayiKreatinisme sarafKreatinisme miksedemaKerusakan psikomotorBayi baru lahir Gondok neonatusHipotiroidisme neonatusAnak dan keluarga GondokHiptiroidisme juvenileFungsi mentalPerkembangan fisik terhambat.Dewasa Gondok dan penyakitHipotiroidismeFungsi mentalHipertiroidisme diimbas oleh yodium

Semua usia Kepekaan terhadap radiasi nuklirMeningkat

d. DiagnosaBeberapa cara yang digunakan dalam mendiagnosa adanya goiter pada seseorang, yakni (Noer, 1997). 1). Pemeriksaan fisika) Orang (sampel) yang diperiksa berdiri tegak atau duduk menghadap pemeriksa.b) Pemeriksa melalukan pengamatan pada bagian leher sampelterutama pada lokasi kelenjar gondoknya.c) Amatilah apakah sampel menderita gondok yang tanmpak nyata (tingkat II dan III).d) Bila langkah ke-3 negatif, pemeriksa menyuruh sampel menengadah dan menelan ludah. Pada gerakan menelan kelenjar akan ikut terangkat ke atas.e) Pemeriksa berdiri di beiakang orang yang diperiksa kernudian pemeriksa meletakkan dua jari tengahnya pada rnasing-masing lobus kelenjar gondok. Selanjutnya sampel disuruh menelan.f) Kemudian pemeriksa mendiagnosa sampel apakah menderita gondok atau tidak. Jika salah satu atau kedua lobus kelenjar lebih kecil dari ruas terakhir ibu jari berarti normal. Jika salah satu kelenjar atau lobus ternyata lebih besar dari ruas terakhir ibu jari sampel berarti menderita gondok.

Pembesaran kelenjar gondok berdasarkan modifikasi Perez, yaitu :Grade 0 : Tidak ada pembesaran kelenjarGrade IA : Pembesaran tidak nampak walaupun leher pada posisi tengadah maksimum Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasiGrade IB : Pembesaran terlihat jika leher pada posisi tengadah maksimum Pembesaran kelenjar teraba jelas ketika dipalpasiGrade II : Mudah terlihat pada posisi kepala biasa dan terlihat dari jarak 1 meter, palpasi tidak diperlukan untuk diagnosa.Grade III : Pembesaran kelanjar gondok tampak nyata dari jarak jauh (5-6) meter.2). Pemeriksaan laboratorium EYU (Ekskresi Yodium Urin) Pada gondok endemik didapatkan kadar yodium dalam urin kurang dari 50 g/gr kreatinin. Dengan pemeriksaan EYU., maka. Pan Amerika Health Organization Scientific Group (PAHO) pada tahun 1973 membangi derajat endemia gondok berdasarkan median EYU.Tabel 2.2Derajat Endemia Gondok Berdasarkan Median EYUDerajat Endemia Median EYU (gl/gr kreatinin)

Derajat I Endemia gondok dengan EYU rata-rata lebih dariDerajat 11 50 ql/gr kreatininEndemia gondok dengan EYU rata-rata antara. 25Derajat III 50 ql/gr kreatinin. Endemia gondok dengan EYU rata-rata kurang dari25 ql/gr kreatinin.

Berat ringannya endemisitas suatu daerah ditentukan dengan angka prevalensi dan eksresi yodium dalam urin dapat dilihat pada Tabel 2.2.Tabel 2.3Derajat Endemia Gondok Berdasarkan Prevalensi dan EYUDerajat Endemia Prevalensi Median EYUDerajat 1Endemia ringan 10-20% > 50 ql/gr kreatininDerajat IIEndernia sedang 21-30% 25 - 50 ql/gr kreatininDerajat IIIEndemia berat > 30% > 25 ql/gr kreatinin

e. Pencegahan dan PengobatanPencegahan merupakan upaya prioritas terutama di daerah kantong-kantong gondok endemik. Dalam pelaksanaannya ada beberapa program, yaitu : edukasi, penyuntikan lipiodol, iodisasi gararn, rote beniodium, pil KI, iodisasi air minum, dan pemberian kapsul minyak beryodium (Arisman. 2001). GAKY derajat ringan, dapat dikoreksi dengan pemberian garam beryodium sebanyak 10-25 mg/kg. GAKY ringan ini biasanya akan lenyap dengan sendirinya jika masyarakat memahami, mengetahui tentang pengobatan yang dianjurkan (Arisman, 2001 ).Dosis pemberian kapsul minyak beryodium. Kapsul minyak beryodium 200 mg diberikan kepada kelompok sasaran dengan dosis sebagai berikut : Wanita usia subur : 2 kapsul/tahun Ibu hamil : 1 kapsul/masa hamil Ibu meneteki : 1 kapsul/selama masa nifas Anak SD : I Kapsul / tahunKebutuhan minyak beryodium hanya diberikan 1 kali dalam 1 tahun (Depkes RI. 2000).Dalam Pelita V, penanggulangan GAKY di Indonesia meliputi 2 kegiatan, sebagai berikut : (Kartono, 1997).1). Jangka panjang, yaitu : iodisasi garam (sejak tahun 1977), iodisasi air minum (masih terbatas di beberapa provinsi).2). Jangka pendek, yaitu : pemberian kapsul minyak beriodiun terutama bagi penduduk di daerah endemik sedang dan berat, dan cara ini merupakan pengganti penyuntikan lipiodol yang telah dilaksanakan sejak tahun 1974. Pemberian kapsul ini mulai tahun 1992-199B. Kerangka BerpikirDalam meneliti Faktor-faktor yang berhubungan tingkat pendidikan, pengetahuan, Penggunaan Garam Beryodium dan Kebiasaan Mengkonsumsi bahan goiterogenik dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium di wilayah Puskesmas Anggrek maka kerangka berpikir dapat divisualisasikan sebagai berikut :

Ringan

Sedang

BeratKeterangan := Variable Independent (bebas)= Variable Dependent (terikat)Variabel PenelitianAdapun Variabel yang diteliti adalah :1. Variabel Bebas (Independent) adalah variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel terikat dalam hal ini menjadi variabel bebas adalah pendidikan, pengetahuan, penggunaan garam beryodium dan kebiasaan konsumsi bahan goiterogenik2. Variabel Terikat (Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam hal ini variabel terikat adalah gangguan akibat kekurangan yodium.E. Hipotesis PenelitianHipotesis adalah jawaban sementara dari masalah yang diteliti. 1. Hipotesis Nol (H0) a. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (Gondok).b. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (Gondok).c. Tidak ada hubungan antara penggunaan garam beryodium dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (Gondok).d. Tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi bahan goiterogenik dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (Gondok).2. Hipotesis alternatif (Ha)a. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian gangguan akibat kekurangan yodium (Gondok).b. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gangguan kekurangan yodium (Gondok).c. Ada hubungan antara penggunaan garam beryodium dengan kejadian gangguan kekurangan yodium (Gondok).d. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi bahan goiterogenik dengan kejadian gangguan kekurangan yodium (Gondok).

BAB VPENUTUPA.SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada 139 responden penderita GAKY diwilayah Puskesmas Anggrek hasil pengujian hipotesis dan pembahasan dengan tingkat kemaknaan