Bab i Gadai Benper

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak lepas dari permasalahan ekonomi. Dilihat dari lapisan masyarakatnya, banyak kalangan menengah ke bawah yang masih kurang mampu untuk memenuhi kewajibannya. Salah satu solusi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan gadai. Gadai merupakan suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu utang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan. 1 Gadai diatur dalam Buku II Bab 20 Pasal 1150 sampai dengan pasal 1161 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). 1 https://www.academia.edu/6731186/Hak_Gadai 1

description

bab 1

Transcript of Bab i Gadai Benper

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak lepas dari permasalahan ekonomi. Dilihat dari lapisan masyarakatnya, banyak kalangan menengah ke bawah yang masih kurang mampu untuk memenuhi kewajibannya. Salah satu solusi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan gadai.Gadai merupakan suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu utang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan.[footnoteRef:1] Gadai diatur dalam Buku II Bab 20 Pasal 1150 sampai dengan pasal 1161 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). [1: https://www.academia.edu/6731186/Hak_Gadai]

Gadai terjadi karena adanya unsur-unsur timbulnya hak debitur yang disebabkan perikatan utang-piutang, dan adanya penyerahan benda bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud sebagai jaminan yang diberikan oleh kreditur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gadai dan dasar hukumnya?2. Bagaimana contoh putusan mengenai gadai beserta analisisnya?

1.3Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gadai dan apa yang menjadi dasar hukum dari gadai tersebut?2.Untuk mengetahui bagaimana contoh putusan mengenai gadai dan mengetahui bagaimana analisis terhadapnya?

1.4Metode Penulisan

1. Studi PustakaPenulis melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku maupun artikel-artikel mengenai pemilu yang terdapat di internet.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.1 Hukum Jaminan

Hukum Jaminan di dalam KUHPerdata tidak didefinisikan secara khusus. Hukum Jaminan menurut literatur yaitu Zakerheidrecht atau Hukum Jaminan/Hak Jaminan. Hukum Jaminan dapat dirumuskan melalui pasal 1131 dan pasal 1132 KUHPerdata. Menurut J. Satrio, Hukum Jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan seorang kreditur terhadap seorang debitur. Macam-macam jaminan yaitu Jaminan Umum dan Jaminan Khusus. Jaminan Umum dapat dilihat dari pasal 1131 dan pasal 1132 KUHPerdata. Jaminan Khusus diatur dalam pasal 1133 KUHPerdata dimana diatur bahwa dalam Jaminan Khusus terdapat timbulnya hak yang didahulukan, hak preferent dapat timbul karena :1. Ketentuan Undang-undang, pasal 1134 KUHPerdata2. Diperjanjikan, yang terbagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu :a) Jaminan PeroranganProf. Soebekti mengatakan bahwa Jaminan Perorangan adalah suatu perjanjian antara kreditur dengan seorang pihak ketiga untuk pemenuhan kewajiban debitur. b)Jaminan KebendaanJaminan Kebendaan adalah jaminan yang memberikan pada kreditur atas suatu kebendaan milik debitur, dimana kreditur mendapatkan hak untuk memanfaatkan benda tersebut jika debitur wanprestasi.Jaminan kebendaan atas benda bergerak yaitu Gadai dan Fidusia, sedangkan jaminan kebendaan atas benda tetap yaitu Hipotek dan Hak Tanggungan.

2.1.2 Gadai

Gadai menurut pasal 1150 KUHPerdata adalah hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak yang diserahkan padanya oleh debitur yang memberikan kekuasaan pada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang dengan hak preferent. Menurut Prof. Sri Soedewi, gadai adalah hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak untuk menjamin suatu hutang. Objek gadai adalah semua benda bergerak baik yang bertubuh maupun tak bertubuh. Untuk benda bergerak yang tak bertubuh diatur dalam pasal 1153 KUHPerdata, dimana gadai tersebut kecuali surat tunjuk dan surat bawa lahir harus diberitahukan pada orang yang mempunyai kewajiban membayar, pemberitahuan tersebut dapat dituntut bukti tertulisnya dan mengenai izin serta pemberian gadainya oleh orang yang berkewajiban tersebut.

Para pihak dalam gadai adalah sebagai berikut :a) Pemberi gadai (debitur)b) Penerima gadai

Sifat dan tujuan hak gadai, yaitu :1) Hak preferent yaitu hak untuk didahulukan dari debitur lain2) Bersifat kebendaan3) Accesoir yaitu sebagai perjanjian ikutan4) Menjadi pelunasan hutang5) Tidak dapat dibagi-bagi, seluruh benda menjadi satu kesatuan6) Inbezitstelling

Syarat sahnya gadai yaitu :1) Harus ada penyerahan atas benda yang dijadikan jaminan (inbezitselling).2) Benda yang digadaikan harus dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai (debitur)

Untuk syarat sahnya perjanjian gadai sama halnya dengan syarat sahnya perjanjian pada umumnya yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPer yang menentukan antara lain:1. Adanya kata sepakat2. Adanya kecakapan3. Adanya hal tertentu4. Adanya kausal atau sebab yang halal[footnoteRef:2] [2: http://www.pps.unud.ac.id/]

Karena gadai merupakan hak kebendaan, maka gadai mempunyai sifat-sifat dari hak kebendaan yaitu:1. Selalu mengikuti bendanya (droit de suit)2. Yang terjadi terlebih dahulu didahulukan dalam pemenuhannya (droit de preference)3. Dapat dipindahkan, dan4. Mempunyai kedudukan preferensi yaitu didahulukan dalam pemenuhan melebihi kreditur-kreditur lainnya [footnoteRef:3] [3: Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 178.]

Proses terjadinya gadai, yaitu :a) Benda bergerak berwujud. Untuk perjanjian hutang piutang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu lisan dan tertulis. Untuk yang tertulis, bentuknya dapat berupa akte dibawah tangan atau akta otentik. Menurut pasal 1151 KUHPerdata, persetujuan gadai dapat dibuktikan dengan semua alat-alat pembuktian yang diperbolehkan untuk membuktikan adanya perjanjian pokok. Barang yang dijadikan jaminan harus dilepaskan dari kekuasaan pemberi gadai (pasal 1152 KUHPerdata).b) 1. Untuk surat piutang atas nama ada syarat-syarat tertentu, yaitu :a. harus ada perjanjian gadaib. harus ada pemberitahuan pada debitur yang mempunyai kewajiban melakukan pembayaran

2. Untuk piutang atas tunjuk, syarat nya adalah :a. harus ada perjanjian gadaib. harus ada endosemen yaitu surat piutang diserahkan

3. Pada cessie (pengalihan hak atas kebendaan tak bertubuh (intangible goods) kepada pihak ketiga. Kebendaan tak bertubuh di sini biasa berbentuk piutang atas nama), tunduk pada ketentuan pasal 613 KUHPerdata. Cessie dilakukan melalui akta otentik atau akta di bawah tangan, akta tersebut sebagai bukti telah dilakukannya pemindahan hak. Pada cessie syarat untuk keabsahannya yaitu pemberitahuan pada debitur, syarat ini dibutuhkan dengan tujuan agar debitur sadar adanya pengikat berupa cessie.

Hak dan kewajiban penerima gadai :1. Berhak menahan barang barang yang dijaminkan baik mengenai jumlah pokok, bunga.2. Berhak atas pelunasan dari pengikatan penjualan hasil eksekusi penjual barang yang dijaminkan, caranya dapat berupa dijual sendiri atau dilelang.3. Berhak mendapat ganti rugi atas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan barang jaminan.4. Berhak menggadaikan lagi jika sudah menjadi kebiasaan, misalnya gadai surat-surat sero obligasi.5. Bertanggung jawab atas hilangnya atau susutnya barang jaminan karena kelalaiannya.6. Dalam hal barang jaminan akan dijual maka harus ada pemberitahuan pada debitur.7. Berkewajiban memberikan perhitungan tentang pendapatan penjualan setelah mengambil pelunasan hutangnya.8. Mengembalikan barang jaminan jika hutang lunas berikut bunga dan biaya.

Perbedaan gadai menurut KUHPerdata dengan Hukum adat, yaitu:a. Menurut KUHPerdata1. Barang dilepas dari kekuasaan debitur.2. Jika debitur lalai, tidak boleh memperjanjikan barang yang digadaikan otomatis dimiliki debitur.b. Menurut hukum adat1. Ada 2 (dua) bentuk yaitu borreg dan cekelan. Barang jaminan tetap dilunasi debitur.2. Dalam bentuk cekelan, tidak dilarang untuk memperjanjikan barang yang digadaikan menjadi milik kreditur jika debitur lalai.

Hapusnya Gadai : Karena hapusnya perjanjian peminjaman uang. Karena perintah pengembalian benda yang digadaikan lantaran penyalahgunaan dari pemegang gadai. Karena benda yang digadaikan dikembalikan dengan kemauan sendiri oleh pemegang gadai kepada pemberi gadai. Karena pemegang gadai lantaran sesuatu sebab menjadi pemilik benda yang digadaikan. Karena dieksekusi oleh pemegang gadai. Karena lenyapnya benda yang digadaikan. Karena hilang benda yang digadaikan.

2.2Contoh Putusan dan Analisisnya

PUTUSANNo. 502 K/PDT/2009DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNGmemeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara :AMAQ ATI, bertempat tinggal di Dusun Beleka, Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah ;Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding ;melawan1. INAQ RENDAH ;2. INAQ SINE, keduanya bertempat tinggal di Dusun Beleka, Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah ;Para Termohon Kasasi dahulu para Penggugat/para Terbanding ;Mahkamah Agung tersebut ;Membaca surat-surat yang bersangkutan ;Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat telah digugat sekarang para Termohon Kasasi dahulu sebagai para Penggugat di muka persidangan Pengadilan Negeri Praya pada pokoknya atas dalil-dalil :Bahwa para Penggugat ada memiliki sebidang tanah sawah yang terletak di Dusun Beleka, Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, yang tercantum daIam Pipil No. ..., Persil No. ....., Klas ..... Luas 40 are, dengan batas-batas :Sebelah utara : sawah Amaq Nurasim ;Sebelah selatan : sawah Amaq Alur ;Sebelah timur : sawah Amaq Jumidi ;Sebelah barat : sawah Amaq Roh ;Yang untuk selanjutnya disebut sebagai : Tanah Sengketa ;Bahwa sekitar dalam tahun 1984, tanah sawah sengketa tersebut di atas para Penggugat telah gadaikan kepada seorang laki-Iaki bemama : AMAQ JU, dari Dusun Keselet, Desa Beleka, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dengan harga gadai 3 (tiga) ton padi cerai ;Bahwa masa gadai tanah sawah sengketa kepada Sdr. Amaq Ju, hanya berlangsung 6 (enam) tahun yaitu dari tahun 1984 s/d tahun 1990, oleh karena oleh Sdr. Amaq Ati (Tergugat) berkali-kali meminta kepada para Penggugat untuk menebus tanah sawah sengketa milik para Penggugat kepada Sdr. Amaq Ju, akan tetapi para Penggugat tidak mau dan tidak mengizinkan untuk menebusnya dengan alasan apapun ;Bahwa ternyata secara diam-diam Sdr. Amaq Ati (Tergugat) dengan cara memaksakan kehendak dan tanpa sepengetahuan Penggugat sebagai orang yang paling berhak atas tanah sawah sengketa telah menebus tanah sawah sengketa yang Penggugat gadaikan kepada Sdr. Amaq Ju sebagaimana harga gadai yang Penggugat gadai kepada Sdr. Amaq Ju yaitu sebesar 3 (tiga) ton padi cerai ;Bahwa setelah Penggugat merasa mampu untuk menebus dan meminta kembali tanah sawah sengketa yang dikuasai. Sdr. Amaq Ati (Tergugat) yaitu sekitar dalam tahun 2000, akan tetapi Tergugat tetap bertahan dan tidak mau ditebus dengan bermacam-macam alasan yang dibuat-buat dengan penuh kebohongan ;Bahwa kendatipun Sdr. Amaq Ati tidak mau ditebus atas tanah sawah sengketa, para Penggugat sering kali mencoba bahkan berkali-kali namun ternyata Sdr. Amaq Ati (Tergugat) tetap pula bertahan dengan bermacam-macam dalih dan alasan yang dibuat-buat ;Bahwa penyelesaian terhadap tanah sawah sengketa secara kekeluargaan sulit ditempuh, sehingga para Penggugat pernah mencoba penyelesaian melalui Kepala Desa setempat bahkan melalui Camat Praya Timur, namun ternyata seIalu menempuh jalan buntu, sehingga dengan demikian ber-dasarkan anjuran serta sesuai dengan surat pengantar dari Camat Praya Timur tertanggal 25 September 2007, Nomor : 140/290/PTR, para Penggugat dianjurkan untuk menggugat melalui Pengadilan Negeri Praya sebagai instansi yang punya kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara yang bersangkutan ;Bahwa gugatan ini diajukan berdasarkan bukti-bukti yang cukup akurat, dan untuk itu kiranya mohon kehadapan Bapak Ketua Pengadilan Negeri Praya atau MajeIis Hakim yang ditunjuk dapat memberikan putusan serta merta yaitu putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada verzet, banding ataupun kasasi ;Bahwa Penggugat merasa khawatir atas tindakan tidak baiknya dari Tergugat yang dengan sengaja ingin memindahtangankan tanah sengketa kepada pihak lain yang akan merugikan pihak Penggugat, sebelum perkara ini diputus oleh Pengadilan Negeri dan mempunyai kekuatan hukum tetap, untuk itu kiranya dapat diletakkan sita jaminan atas objek sengketa, guna untuk menjamin gugatan Penggugat ;Bahwa penguasaan tanah sawah sengketa oleh Tergugat sejak tahun 1990 telah berlangsung selama 17 tahun, sehingga sebagaimana ketentuan undang- undang, kelebihan masa gadai penguasaan atas tanah sawah sengketa oleh Tergugat telah berlangsung selama 10 tahun, dari kelebihan masa gadai atas tanah sawah sengketa para Penggugat menderita kerugian atas hasil tanah sengketa tersebut yang kalau diperhitungkan setiap tahunnya menghasilkan 3 ton padi gabah kering, yang mana kalau diperhitungkan total secara keseluruhan kerugian para Penggugat adalah 10 x 3 ton = 30 ton (300 kwintal), yang mana kalau diperhitungkan dengan uang, maka harga per 1 kwintal sebesar Rp.200.000,- x 300 kwintal = Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) ;Bahwa sedangkan selain hasil panen padi tersebut di atas adapula menghasilkan tanaman tembakau yang rata-rata tiap tahunnya menghasil-kan uang sejumlah Rp.10.000.000,- x 10 tahun = Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) ;Bahwa jadi total secara keseluruhan kerugian yang diderita para Penggugat baik dari hasil tanaman padi maupun tembakau adalah Rp.60.000.000,- + Rp.100.000.000,- = Rp. 160.000.000,- (seratus enam puluh juta rupiah) ;Bahwa penguasaan atas kelebihan dari masa gadai atas tanah sawah sengketa oIeh Tergugat adalah penguasaan tanpa hak untuk itu sebagai-mana ketentuan hukum yang berlaku, kiranya sungguh patut Tergugat dihukum untuk menyerahkan tanah sawah sengketa kepada para Penggugat dalam keadaan kosong tanpa uang tebusan atau beban apapun ;Bahwa segala surat-surat yang berkaitan dengan tanah sawah sengketa yang diatas namakan Tergugat adalah surat-surat yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku untuk itu harus dinyatakan cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan hukum ;Bahwa sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku, maka segala biaya yang timbul akibat perkara ini harus pula dibebankan kepada Tergugat ;Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, para Penggugat mohon kehadapan Bapak Ketua Pengadilan Negeri Praya dan atau Majelis Hakim yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dapat memberikan putusan sebagai berikut :1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;2. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah sawah sengketa adalah milik para Penggugat;3. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah sawah sengketa telah tergadai kepada Sdr. Amaq Ju sejak tahun 1984 s/d tahun 1990 dengan harga gadai 3 (ton) padi cerai ;Menyatakan menurut hukum bahwa Tergugat telah menebus tanah sawah sengketa milik para Penggugat kepada Sdr. Amaq Ju tanpa sepengetahuan dan seizin para Penggugat sekitar dalam tahun 1990 ;4. Menyatakan menurut hukum bahwa penguasaan tanah sawah sengketa oleh Tergugat telah berlangsung selama 17 tahun ;6. Menyatakan menurut hukum bahwa penguasaan tanah sawah sengketa selama kelebihan masa gadai adalah penguasaan tanpa hak, untuk itu pula harus dihukum untuk menyerahkan tanah sawah sengketa dalam keadaan kosong kepada para Penggugat tanpa uang tebusan dan beban apapun ;7. Menyatakan menurut hukum bahwa segala surat-surat yang berkaitan atas tanah sawah sengketa yang diatasnamakan Tergugat adalah tidak sah dan harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum ; 8. Menyatakan menurut hukum bahwa sita jaminan yang telah diletakkan atas tanah sawah sengketa adalah sah dan berharga ; 9. Menyatakan menurut hukum bahwa putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada verzet, banding atau kasasi (uitvoerbaar bij voor- raad) ;10. Menghukum Tergugat atau kepada barang siapapun yang memperoleh hak dari padanya untuk mengosongkan dan menyerahkan tanah sawah sengketa kepada Penggugat sebagai orang yang paling berhak dengan tanpa uang tebusan atau beban apapun, dan jika dipandang perlu dapat memohon bantuan pihak Kepolisian ;11. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian atas hasil tanah sawah sengketa selama penguasaan tanpa hak, yang ditotal secara keseluruhan sebesar Rp.160.000.000,- (seratus enam puluh juta rupiah) ;12. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya-biaya yang timbul aki- bat perkara ini ;Dan atau diberikan putusan yang seadil-adilnya ;Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Pengadilan Negeri Praya telah mengambil putusan yaitu putusannya No. 39/Pdt.G/2007/PN.PRA, tanggal 01 April 2008 adalah sebagai berikut :1. Mengabulkan gugatan para Penggugat untuk sebagian ;2. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah sawah sengketa adalah milik para Penggugat ;3. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah sawah sengketa telah tergadai kepada Sdr. Amaq Ju, sejak tahun 1984 s/d tahun 1990 dengan harga gadai 3 ton padi cerai ;4. Menyatakan menurut hukum bahwa Tergugat telah menebus tanah sawah sengketa milik para Penggugat kepada Sdr. Amaq Ju tanpa sepengetahuan dan seijin para Penggugat sekitar dalam 1990 ;5. Menyatakan menurut hukum bahwa penguasaan tanah sawah sengketa oleh Tergugat telah berlangsung selama 17 tahun ;6. Menyatakan menurut hukum bahwa penguasaan tanah sawah sengketa selama kelebihan masa gadai adalah penguasaan tanpa hak, untuk itu pula harus dihukum untuk menyerahkan tanah sawah sengketa dalam keadaan kosong kepada para Penggugat tanpa uang tebusan dan beban apapun ;7. Menyatakan menurut hukum bahwa segala surat-surat yang berkaitan atas tanah sawah sengketa yang diatas namakan Tergugat adalah tidak sah dan harus dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum ; 8. Menghukum Tergugat atau kepada barang siapapun yang memperoleh hak dari padanya untuk mengosongkan dan menyerahkan tanah sawah sengketa kepada para Penggugat sebagai orang yang paling berhak dengan tanpa uang tebusan atau beban apapun, dan jika dipandang perlu dapat memohon bantuan pihak Kepolisian ; 9. Menolak gugatan selain dan selebihnya ;10. Menghukum Tergugat untuk membayar ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp.782.000,- (tujuh ratus delapan puluh dua ribu rupiah);

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Mataram dengan putusan No. 105/PDT/2008/PT.MTR, tanggal 10 Oktober 2008 ;Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada Tergugat/Pembanding pada tanggal 28 November 2008 kemudian terhadapnya oleh Tergugat/Pembanding diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 02 Desember 2008 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No.18/PDT-KASASI/2008/PN.PRA, yang dibuat oleh Panitera Penga- dilan Negeri Praya, permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 10 Desember 2008 ;Bahwa setelah itu oleh para Penggugat/para Terbanding yang pada tanggal 15 Desember 2008 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat/ Pembanding namun tidak diajukan jawaban memori kasasi ;Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Tergugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :Bahwa terlepas dari hal tersebut di atas, maka Pemohon Kasasi/Tergugat asal akan memaparkan sedikit tentang posita bantahan terdahulu, bahwa penguasaan objek sengketa oleh Tergugat pada dasarnya berawal dari hasil musyawarah beberapa sesepuh masyarakat baik itu dari tokoh agama dan ataupun tokoh masyarakat yang mungkin istilah klasiknya di dalam hukum adat sasak lebih dikenal krama gubuk ;Bahwa krama gubuk ini adalah merupakan produk hukum yang dibuat oleh sesepuh masyarakat sasak, yang sudah barang tentu dari semua pemeluk- pemeluk adat itu sendiri harus tunduk dan patuh atas hasil keputusan krama gubuk itu sendiri ;Bahwa berangkat dari hal tersebut di atas, maka Pemohon Kasasi akan mempergunakan hasil krama gubuk sebagai alasan-alasan utama dalam risalah memori kasasi ini, yang mana hasil krama gubuk tersebut telah terungkap pula sebagai fakta hukum dimuka persidangan, yang untuk jelasnya sebagai beri- kut :1. Bahwa Pemohon Kasasi ditingkat peradilan pertama telah mengajukan alat bukti baik secara formil maupun materiil :- Bukti formil yaitu 2 (dua) buah alat bukti antara lain :1. Foto kopi SPPT tanggal 08 Februari 2007 (diberi tanda bukti T-1) ;2. Foto kopi Silsilah Keturunan Inaq Layu alias Inaq Ogang (diberi tanda bukti T-2) ;- Bukti materiil yaitu 2 (dua) orang saksi yang menerangkan di bawah sumpah, antara lain :1. Saksi Sadi als. Amaq Miasih, menerangkan sebagai berikut :- Bahwa Amaq Lasih mendapatkan tanah itu dari orang tuanya, saksi mengetahui hal itu karena pada saat itu dikumpulkan di Kadus ;- Bahwa saat itu saksi ikut menjadi saksi yang menyaksikan bahwa Inaq Sine minta tanah kepada Amaq Lasih namun tidak diberi, tetapi hasil dari sawah tersebut diberikan kepada Inaq Sine ;- Bahwa isi dari krama gubuk tersebut adalah Inaq Sine meminta tanah ke Amaq Lasih tetapi tidak dikabulkan, hasilnya saja yang diberikan kepada Inaq Sine, sedangkan tanahnya tetap dikuasai oleh Amaq Lasih ;- Bahwa Amaq Lasih adalah orang tua Amaq Ali ;-dstnya..;2. Saksi Juarka als. Amaq Minase, menerangkan sebagai berikut :- Bahwa hasil kesepakatan krama gubuk tersebut adalah Inaq Sine diberikan hasil-hasil dari tanah tersebut, sedangkan tanahnyatetap dikuasai oleh Amaq Lasih ; - dstnya..........;2. Bahwa dari kedua alat bukti tersebut, baik di tingkat peradilan pertama maupun di tingkat pengadilan tinggi tidak pernah tersentuh dalam pertimbangan hukumnya, lebih-Iebih Pengadilan Tinggi Mataram dalam pertimbangan hukumnya telah secara serta merta mengambil alih pertimbangan hukum Judex Facti Pengadilan Negeri Praya ;3. Bahwa bila dikaji secara yuridis sebagaimana Pemohon Kasasi uraikan di atas, bahwa krama gubuk adalah merupakan hukum adat yang tak tertulis yang nilai pembuktiannya setara dengan hukum positif, bahwa bila berangkat dan merujuk pada krama gubuk di atas, maka seharusnya Judex Facti Pengadilan Negeri Praya jo. Judex Facti Pengadilan Tinggi Mataram, harus dipakai sebagai dasar acuan pertimbangan didalam memberikan putusan yang seadil-adilnya kepada pencari keadilan khususnya kepada Pemohon Kasasi sekarang ini ;4. Bahwa dari fakta di atas, Judex Facti Pengadilan Tinggi Mataram yang telah mengambil alih pertimbangan hukum Judex Facti Pengadilan Negeri Praya, telah salah dan atau telah keliru didalam menerapkan hukum, oleh karena hukum yang hidup dimasyarakat yang dibuat oleh pemeluk-pemeluk adat itu sendiri mempunyai nilai pembuktian dan mengikat kepada para pembuat hukum itu sendiri ;5. Bahwa sebagaimana keterangan saksi yang menyangkut tentang krama gubuk bila dikaitkan dengan bukti formil seperti yang diberi tanda bukti T-1 dan T-2, maka dengan sendirinya objek sengketa adalah merupakan hak dari Tergugat / Pemohon Kasasi, untuk itu Putusan Judex Facti Pengadilan Tinggi Mataram tertanggal 10 Oktober 2008, Nomor : 105/PDT/2008/ PT.MTR, jo Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri Praya tanggal 1 April 2008 Nomor : 39/Pdt-G/2007/PN.PRA, harus dapat dinyatakan batal ;Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat :Mengenai alasan-alasan ke 1 s/d 5 :Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum/melanggar hukum yang berlaku, dengan pertimbangan sebagai berikut :Sengketa tanah gadai yang ditebus oleh Tergugat tanpa sepengetahuan Penggugat, Judex Facti (Pengadilan Negeri yang dikuatkan Pengadilan Tinggi) kabulkan gugatan sebagian, tanah sengketa milik Penggugat, Tergugat menebus tanpa seizin Penggugat dan menguasai tanah selama 17 tahun, penguasaan tersebut adalah tanpa hak ;Tergugat mengajukan kasasi dengan alasan dalam memori kasasi tanggal 10 Desember 2008 tetapi tidak memberikan alasan yang cukup untuk dapat diterima, karena sekalipun kesepakatan karma gubuk merupakan hukum adat yang berlaku tetapi kesepakatan tersebut tidak menunjukkan orang tua Penggugat adalah pemilik tanah sengketa ;Judex Facti sudah menerapkan hukum secara tepat dan benar menyatakan tanah sengketa adalah milik Penggugat yang ada dalam status gadai tetapi ditebus oleh Tergugat yang merasa sebagai orang yang memiliki tanah sengketa dengan dikuasai lebih dari 17 tahun ;Penguasaan tanah oleh Tergugat selama 17 tahun adalah sah sebagai hasil peralihan gadai dan karena Penggugat tidak menebus tanah tersebut, maka gadai berlangsung terus sampai ada penebusan, ketentuan tentang batas waktu gadai yang diatur dalam Undang-undang No. 56 Prp 1960 selama 7 tahun tidak membahas tentang hal tersebut ;Menimbang, bahwa terlepas dari pertimbangan tersebut di atas menurut pendapat Mahkamah Agung amar putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri harus diperbaiki sepanjang diktum putusan Pengadilan Negeri No. 6 dan 7 ;Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh para Pemohon Kasasi tersebut harus ditolak dengan perbaikan amar putusan Pengadilan Tinggi Mataram No. 105/PDT/2008/PT.MTR, tanggal 10 Oktober 2008 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Praya No. 39/Pdt.G/2007/PN.PRA, tanggal 01 April 2008 sehingga amarnya seperti yang akan disebutkan di bawah ini ;Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi ditolak, meskipun dengan perbaikan amar, maka Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;Memperhatikan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;M E N G A D I LI :Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : AMAQ ATI tersebut ;Memperbaiki amar putusan Pengadilan Tinggi Mataram No. 105/ PDT/2008/PT.MTR, tanggal 10 Oktober 2008 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Praya No. 39/Pdt.G/2007/PN.PRA, tanggal 01 April 2008 sehingga amar selengkapnya sebagai berikut :1. Mengabulkan gugatan para Penggugat untuk sebagian ;2. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah sawah sengketa adalah milik para Penggugat ;3. Menyatakan menurut hukum bahwa tanah sawah sengketa telah tergadai kepada Sdr. Amaq Ju, sejak tahun 1984 s/d tahun 1990 dengan harga gadai 3 ton padi cerai ;4. Menyatakan menurut hukum bahwa Tergugat telah menebus tanah sawah sengketa milik para Penggugat kepada Sdr. Amaq Ju tanpa sepengetahuan dan seizin para Penggugat sekitar dalam 1990 ;5. Menyatakan menurut hukum bahwa penguasaan tanah sawah sengketa oleh Tergugat telah berlangsung selama 17 tahun ;6. Menghukum Tergugat atau kepada barang siapapun yang memperoleh hak dari padanya untuk mengosongkan dan menyerahkan tanah sawah sengketa kepada para Penggugat sebagai orang yang paling berhak dengan tanpa uang tebusan atau beban apapun, dan jika dipandang perlu dapat memohon bantuan pihak Kepolisian ;7. Menolak gugatan selain dan selebihnya ;

Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi sebesar Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah) ;Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Senin tanggal 21 Desember 2009 oleh Dr.H.Abdurrahman, SH.,MH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Syamsul Maarif, SH.,LL.M.,Ph.D dan Prof.Dr.Mieke Komar, SH.,MCL Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis tersebut beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Yuli Heryati, SH.,MH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak ;Hakim-Hakim Anggota K e t u aTtd./ Syamsul Maarif, SH.,LL.M.,Ph.D Ttd.TTd./ Prof.Dr.Mieke Komar, SH.,MCL Dr.H.Abdurrahman, SH.,MH

Biaya-biaya : Panitera Pengganti Meterai..................... Rp. 6000,- Ttd. R e d a k s i ............... Rp. 1000,-Yuli Heryati, SH.,MHAdministrasi kasasi......Rp. 493.000,- ------------------------------------------------ +Jumlah............. Rp. 500.000,-

UNTUK SALINAN MAHKAMAH AGUNG R.I. Panitera Panitera Muda Perdata SOEROSO ONO, SH.MH. NIP : 040.044.809

Berdasarkan analisa, perkara yang terdapat dalam putusan No 502 K/PDT/2009 tersebut merupakan perkara gadai bukan menurut KUH Perdata, melainkan merupakan bentuk gadai dalam konteks hukum adat.Hal ini terlihat jelas dari objek jaminan dalam gadai pada putusan tersebut adalah tanah, sedangkan gadai menurut KUHPerdata menurut pasal 1150 KUHPerdata adalah hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak yang diserahkan padanya oleh debitur yang memberikan kekuasaan pada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang dengan hak preferent.Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa objek dalam gadai menurut KUHPerdata adalah benda bergerak, baik itu benda bergerak yang bertubuh atau berwujud maupun yang tidak bertubuh atau berwujud.Selain perbedaan dalam lingkup objek diatas, berikut perbedaan secara prinsipil antara gadai menurut KUHperdata dengan gadai menurut hukum adat berdasarkan buku Hukum Kebendaan Perdata : Hak-Hak yang memberikan jaminan Jilid 2 karangan Ny. Frieda Husni Hasbullah.1. Pada Gadai/pand, gadai didahului dengan suatu perjanjian hutang-piutang(pinjam uang) dengan jaminan benda bergerak sedangkan gadai menurut hukum adat bukan merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang, melainkan merupakan suatu transaksi tanah.2. Gadai/pand merupakan suatu perjanjian accesoir atau tambahan untuk menjamin terlaksananya atau terpenuhinya perjanjian pokok sedangkan pada gadai adat merupakan transaksi yang berdiri sendiri.3. Hak menebus pada gadai/pand memiliki batas yaitu sesuai dengan perjanjian.Sedangkan pada gadai adat dahulu hak menebus tidak ada batasnya.Tetapi dengan berlakunya PERPU no. 56/1960 sebagai pelakasanaan pasal 7 UUPA penguasaan atas tanah dibatasi.Ketentuan tersebut menyatakan bahwa untuk tidak merugikan kepentingan umum, maka tanah pertanian yang telah dikuasai selama tujuh tahun lebih harus dikembalikan kepada pemiliknya tanpa uang tebusan.Kemudian melalui keputusan Mahkamah Agung No. 810 K/Sip/1970 tanggal 6 Maret 1971 diputuskan bahwa ketentuan perpu tersebut bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan walaupun telah diperjanjikan antara kedua belah pihak bersangkutan.4. Pada Gadai/pand penerima gadai walau dimungkinkan jarang mengulang gadaikan benda jaminannya.Sedangkan pada gadai adat si penerima gadai berhak untuk mengulang gadaikan tanahnya.5. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan benda gadai tersebut tidak ditebus, maka penerima gadai demi hukum dapat melaksanakan eksekusi seperti menjual atau melelangnya untuk dijadikan pelunasan hutang tanpa perlu melalui pengadilan.Sedangkan pada gadai adat tidak bisa secara otomatis dimiliki si penerima gadai jika tanah tersebut tidak ditebus oleh si pemberi gadai.

Namun, selain memiliki perbedaan Gadai/pand dengan gadai adat ini juga memilik persamaan-persamaan, antara lain, sama-sama memberikan jaminan yang bendanya diserahkan kedalam kekuasaan si kreditur, lalu memiliki sifat droit de suite, yaitu hak kebendaan melekat kepada pemilik benda atau hak milik melekat kepada pemilik benda.Berdasarkan persamaan tersebut, maka putusan dalam gugatan tersebut yang mengabulkan gugatan penggugat adalah tepat, dikarenakan sifat droit de suite yang ada pada gadai adat tersebut dimana penggugat sebagai pemilik sejati dari tanah sengketa tersebut berhak untuk menebus benda tersebut di tangan siapapun benda tersebut berada.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanAdapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak pernah lepas dari permasalahan ekonomi, yang membuat gadai menjadi salah satu solusinya. Gadai seringkali digunakan dalam kalangan rakyat lapisan bawah. Gadai diatur dalam Buku II Bab 20 Pasal 1150 sampai dengan pasal 1161 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Namun, dengan tingginnya popularitas gadai di kalangan masyarakat, menimbulkan banyaknya masalah gadai dalam prakteknya, seperti yang telah dilampirkan dalam makalah ini.

23