BAB I fredy

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia merupakan paduan yang serasi dan seimbang antara fisik, mental rohani dan sosial agar terpenuhi nya kebutuhan gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan. Terwujudnya kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus diperhatikan sejak janin dalam kandungan hingga usia lanjut, sehingga diperoleh manusia yang sehat, produktif dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Gizi buruk adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besarnutrisi 1

Transcript of BAB I fredy

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia merupakan paduan yang serasi dan seimbang antara fisik, mental rohani dan sosial agar terpenuhi nya kebutuhan gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan. Terwujudnya kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus diperhatikan sejak janin dalam kandungan hingga usia lanjut, sehingga diperoleh manusia yang sehat, produktif dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.

Gizi buruk adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besarnutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (over nutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrient spesifik secara berlebihan kedalam tubuh. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi (Pudjiadi, 2005).

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah tingkat pendapatan. Pendapatan yang rendah dapat mempengaruhi pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi berarti ketidakmampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi pada balitanya akan terganggu. Di negara seperti indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama makanan bergizi (Rumiasih, 2003).

Menurut Marpaung Lestrina (2009), gizi buruk dipengaruhi banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung dan tidak langsung gizi buruk dipengaruhi anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, infeksi pada balita, ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan pengetahuan.

Menurut data yang diperoleh dari Depkes (2010), memperlihatkan prevalensi gizi buruk di Indonesia terus menurun dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun 2010. Namun prevalensi gizi buruk di Jawa Tengah dari tahun 2007-2009 mengalami kestabilan yaitu 4%. Prevalensi gizi buruk pada balita adalah 5,4% dan gizi kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goals pada tahun 2015 (18,5%) telah tercapai pada tahun 2007.

Keadaan status gizi balita di Sumatera Utara berdasarkan berat badan menurut umur pada tahun 2010 menunjukkan berat kurang pada balita juga masih tinggi dibanding angka nasional yaitu mencapai 21,3 % terdiri dari gizi buruk 7,8 % dan gizi kurang 13,5 % dan prevalensi tubuh pendek mencapai 41,3 % (Depkes, 2010).

Kondisi status gizi yang buruk pada balita terjadi di berbagai daerah di Sumatera Utara, di Kabupaten Batu Bara terdapat peningkatan persentase kejadian gizi buruk dari 78 di tahun 2008 menjadi 122 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 dari 37.906 balita yang ditimbang terdapat 119 gizi kurang dan 29 gizi buruk (Dinkes Provinsi Sumut, 2011).

Namun demikian sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di RSUD. Dr. Pirngadi Medan terhadap 40 anak yang menderita gizi buruk terlihat tidak bisa duduk, cuma bisa terbaring di tempat tidur saja. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang gambaran faktor-faktor terjadinya gizi buruk pada balita di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya gizi buruk pada balita di RSUD. Dr.Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.3. Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya gizi buruk pada balita di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui faktor pekerjaan orang tua.

2. Mengetahui faktor pendapatan orang tua.

3. Mengetahui faktor pendidikan orang tua..

4. Mengetahui tingkat pengetahuan.

5. Mengetahui faktor pola asuh orang tua.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk, sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya gizi buruk.

1.4.2 Bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Memberikan informasi dalam pengambilan keputusan untuk menuntaskan kejadian kasus gizi buruk.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai dasar dan data pendukung bagi peneliti selanjutnya untuk menyempurnakan penelitian tentang gambaran faktor-faktor terjadinya gizi buruk.

1