BAB I FIXXX
-
Upload
dwi-wahyu-arsita -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of BAB I FIXXX
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies gigi adalah suatu proses di dalam rongga mulut yang melibatkan
interaksi antara permukaan gigi dan hasil metabolisme bakteri yang
mengakibatkan kehilangan mineral dan kerusakan jaringan keras gigi. Karies
merupakan penyakit yang paling sering ditemukan didalam masyarakat, dan dapat
ditemukan seawal usia dini anak (Agustina, 2007).
Di Indonesia, 90% kasus karies ditemukan pada pasien anak yang datang
ke klinik Pedodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.2 Di
Jakarta pula, 90% anak mengalami masalah karies. Sementara itu, hasil penelitian
di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa 56,78% dari
317 anak balita mengalami karies. Di Malaysia pula, prevalensi karies gigi pada
anak balita adalah 87,1%. American Academy of Paediatrics menemukan lebih
dari 40% anak balita di Amerika Serikat mengalami karies pada saat memasuki
TK. Sementara itu Di Kota Zagreb, Republik Croatia, 30% anak balita mengalami
karies (Agustina, 2007).
Dalam melakukan suatu perawatan dokter/dokter gigi melakukan diagnose
baik secara subjektif atau pun secara objektif. Diagnose subjektif merupakan
pemeriksaanyang diakukan setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni identitas
pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental, riwayat keluarga,
dan riwayat sosial. Sedangkan diagnosa objektif merupakan pemeriksaan langsung pada
pasien baik pada ekstra oral ( diluar rongga mulut) dan Intra oral (didalam rongga mulut).
Pada pemeriksaan subjektif dan objektif dapat menunjang dilakukannya rencana
perawatan (Underwood, 1999)
Rencana perawatan merupakan salah satu aspek terpenting dan menarik
dari kedokteran gigi dan membutuhkan pengetahuan serta pengalaman yang
sangat luas. Dalam kaitanya dengan diperkenalkannya tehnik-tehnik baru, bahan-
bahan baru dan pengetahuan baru, aspek ini merupakan bisang yang terus
berubah, yang menawarkan perbaikan pada cara penyajian pelayanan. Hanya
setelah melakukan pemantauan terhadap pasiennya selama bertahun-tahun, dokter
1
2
gigi dapat menentukan keberhasilan peran atau kegagalan dari rencana
perawatannya (Underwood, 1999).
Faktor utama yang patut dipertimbangkan dalam membuat rencana
perawatan adalah memeriksa pasien dan perhatiaanya terhadap kesehatan rongga
mulutnya, details dari keluhan yang diajukan pasien, riwayat gigi, riwayat medis,
riwayat keluarga dan social, pemeriksaan intraoral dan ekstraoral dan pemeriksaan
gigi-geligi (Marilyn, 2000)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam pemeriksaan?
2. Bagaimana cara menegakkan diagnosa dan rencana perawatan?
3. Mengapa gigi sulung perlu direstorasi?
1.3 Tujuan Umum
Kompetensi yang akan dicapai peserta didik adalah mampu menerapkan
perawatan pada gigi desidui dan mempertimbangkan tingkat kemampuan
keseharian pasien baik dalam pencegahan dan perawatan gigi desidui maupun
restorasi pasca perawatan pedodonsia.
1.4 Tujuan Khusus
Pada akhir modul ini, peserta didik mampu :
1. Menganalisis hasil pemeriksaan, pemeriksaan laboratoris, pemeriksaan
radiologis serta pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosa
kelainan/penyakit jaringan keras gigi, jaringan pulpa dan jaringan
periapikal dengan benar.
2. Menjabarkan perawatan gigi anak yang meliputi :
Pulpitis reversible
Pulpitis irreversible
3. Memilih bahan-bahan yang digunakan di bidang konservasi gigi anak.
3
1.5 Hipotesa
Pemilihan rencana perawatan gigi sulung anak dipengaruhi tingkat keparahan
karies dan kooperatifan anak.