BAB I Dismenore
-
Upload
syahrial-laskar-pelangi -
Category
Documents
-
view
244 -
download
1
Transcript of BAB I Dismenore
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 1/30
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan
oleh rontoknya endometrium. Menstruasi terjadi hampir setiap 28 hari selama tahun -
tahun reproduktif, meskipun siklus normal dapat beragam dari 21 sampai 42 hari.
Periode keluarnya darah ini berlangsung dari 4 sampai 5 hari, selama waktu tersebut 50
- 60 ml darah keluar. Siklus menstruasi endometrium terdiri dari empat fase yakni fase
menstruasi yaitu hari ke 1 sampai ke 4, fase proliferasi yaitu hari ke 5 sampai ke 14,
fase sekresi yaitu hari ke 15 sampai ke 25 dan fase premenstruasi adalah hari ke 25
sampai ke 28. Menstruasi merupakan gejala fisiologis yang secara periodik dialami
oleh setiap wanita usia reproduksi. Proses menstruasi dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya faktor hormonal, anatomi dan psikis. Apabila terjadi gangguan pada salah
satu atau lebih faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan dalam siklus
menstruasi.1
Kelainan haid merupakan masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau
sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.1 Gangguan
menstruasi yang terjadi dapat berupa gangguan lama siklus menstruasi seperti
polimenorrhea dan oligomenorrhea, volume darah yang dikeluarkan sewaktu
menstruasi seperti hipermenorea, hipomenorrhea dan perdarahan bercak (spotting),
beserta gejala-gejala yang menyertai menstruasi seperti dismenorrea dan Premenstrual
sindrom itu sendiri yang mengganggu aktifitas sehari-hari.
Untuk negara Indonesia, rata-rata wanita mengalami menstruasi di usia 12-14tahun. Insidensi amenorrhoea primer di negara Indonesia (dimana wanita gagal
mencapai menstruasi pertama pada usia 16 tahun atau lebih atau tidak adanya tanda
seksual sekunder sampai usia 14 tahun atau lebih) mencapai 2,5%.
Beberapa gangguan haid dan siklusnya adalah premenstrual tension
(ketegangan pra haid), mastodinia (nyeri pada mammae), mittleschmerz (rasa nyeri pada
ovulasi), dan dismenore (nyeri haid).Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau
selama haid sampai menimbulkan gangguan aktivitas dan harus istirahat.Rasa nyeri ini
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 2/30
2
sering diikuti dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan dan lekas
marah.Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari Yunani berarti nyeri haid yang
terjadi sebelum dan selama siklus menstruasi pada wanita. Dismenore, salah satu
keluhan ginekologi yang paling umum, diperkirakan mempengaruhi 60% sampai 90%
perempuan pada usia produktif. Diantaranya, 59,7% dari wanita usia dewasa muda
melaporkan beberapa unsur nyeri haid.
Dismenore dikelompokkan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder. Dismenore primer mengacu sebagai nyeri haid tanpa kelainan
anatomi atau pelvis, diduga disebabkan oleh peningkatan sekresi prostaglandin
oleh endometrium sehingga menyebabkan kontraksi uterus abnormal yang diikuti
dengan pengurangan aliran darah rahim dan terjadinya sensasi nyeri akibat iskemik.
Sedangkan dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid yang dikaitkan
dengan kelainan pelvis yang mendasarinya.
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 3/30
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASPEK NEUROENDOKRIN DALAM SIKLUS MENSTRUASI
Dalam proses ovulasi hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
(hypothalamic-pituitary-ovarian axis) memegang peranan yang penting. Menurut
teori neurohormonal, hipotalamus mengawasi sekresi human gonadotropin oleh
adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel
adenohipofisis melalui sirkulasi portal yang khusus. 1
Perubahan-perubahan hormon sepanjang siklus menstruasi disebabkan
oleh mekanisme umpan baik ( feedback mechanism) antara hormone steroid dan
hormon gonadotropin.2,1
Hipotalamus
Hipotalamus terletak di dasar otak tepat diatas kiasma optikum dan
dibawah ventrikel ketiga.Hipotalamus berhubungan langsung dengan kelenjar
hipofisis dan merupakan bagian dari otak sebagai sumber dari sekresi
hipofisis.Secara anatomis hipotalamus dibagi menjadi tiga zona, yaitu
periventrikuler, medial dan lateral. Selanjutnya setiap zona dibagi lagi menjadi
struktur yang dikenal sebagai nukleus, yang masing-masing nukleus memiliki tipe
sel saraf yang sama. 2,3
Hipotalamus bukan merupakan struktur yang terisolasi di dalam susunan
saraf pusat, hipotalamus memiliki hubungan yang luas dengan daerah lain di otak.
Hipotalamus merupakan sumber dari seluruh produksi hormon neurohipofisis.3
Diketahui adanya beberapa mekanisme umpan balik ( feedbackmechanism) pada hipotalmus, yang dikenal sebagai mekanisme umpan balik
panjang, pendek dan sangat pendek. Mekanisme umpan balik yang panjang terdiri
dari input endokrin dari hormin sirkulasi, seperti umpan balik androgen dan
estrogen terhadap reseptor steroid yang terdapat pada hipotalamus. Hormon
hipofisis juga akan memberikan efek umpan balik pada hipotalamus melalui
mekanisme umpan balik yang pendek, sedangkan sekresi hipotalamus sendiri juga
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 4/30
4
akan memberikan efek umpan balik yang sangat pendek terhadap hipotalamus itu
sendiri. 3
Hormon yang dihasilkan hipotalamus merupakan releasing factor bagi
hipofisis, yaitu: 1,2,3
a. Gonadotropin-releasing hormone ( GnRH), yang mengatur sekresi dari
luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH).
b. Corticotropin--releasing hormone (CRH), yang mengatur pelepasan
adrenocorticotropin hormone (ACTH).
c. Growth hormone--releasing hormone (GHRH), yang mangatur pelepasan
growth hormone (GH).
d. Thyrotropin-releasing hormone (TRH), yang mengatur sekresi thyroid-
stimulating hormone (TSH).
Gonadotropin-releasing hormone ( GnRH) merupakan faktor pengatur
sekresi gonadotropin.Merupakan dekapeptida yang dihasilkan oleh badan sel di
nukleus arkuata hipotalamus.Secara embriologi, sel neuron ini berasal dari celah
optik yang selanjutnya bermigrasi. Axon kemudian membawa GnRH dan
berakhir di pembuluh darah portal di eminensia medialis, dimana kemudian
GnRH disekresi untuk kemudian disalurkan ke hipofisis anterior. 3
GnRH merupakan hormonyang paling unik, dimana hormon ini secara
simultan merangsang sekresi dari dua hormon, yaitu FSH dan LH.Selain itu
GnRH disekresi dalam bentuk pulsatil dan pelepasan GnRH secara pulsatil ini
mempengaruhi pelepasan dua hormon gonadotropin.Sekresi pulsatil GnRH secara
kontinu sangat diperlukan karena GnRH memiliki waktu paruh yang sangat pendek (2-4 menit).Sekresi pulsatil dari GnRH bervariasi baik frekuensi maupun
amplitudonya pada siklus menstruasi.Fase folikuler ditandai dengan sekresi
GnRH yang lebih sering dengan amplitudo pulsasi yang kecil.Selama fase luteal,
terdapat pemanjangan interval antara pulsasi dan terjadi penurunan amplitudo.
Variasi dari frekuensi dan amplitudo pulsasi bertanggung jawab terhadap jumlah
sekresi gonadotropin dari hipofisis, walaupun pengaruh hormonal dari hipofisis
akan mengatur kembali efek dari GnRH. 2,3
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 5/30
5
Hipofisis
Hipofisis merupakan kelenjar kecil yang terletak di sela tursika, dan
dihubungkan dengan hipotalamus oleh tangkai hipofisis. (Guyton) Hipofisisdibagi menjadi 3 lobus, yaitu : lobus anterior, intermediet dan posterior. Lobus
anterior hipofisis (adenohipofisis) merupakan struktur yang sedikit berbeda dari
lobus posterior hipofisis (neurohipofisis), dimana memiliki ekstensi langsung ke
hipotalamus.Adenohipofisis secara embriologi berasal dari lipatan kantung
Rathke’s. (novak) Sedangkan hipofisis anterior berasal dari penonjolan
hipotalamus.2
Sel spesifik dari hipofisis anterior diklasifikasikan berdasarkan pola
pewarnaan hematoxyllin dan eosin.Sel asidofil terutama mensekresi Gonadotropin
Hormone (GH, yaitu FSH dan LH) dan prolaktin dan, pada beberapa bagian,
menghasilkan ACTH.Gonadotropin disekresi oleh sel basofilik dan TSH
dihasilkan oleh sel kromofob. 3
Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon atau
sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus.Sekresi kelenjar hipofisis posterior
diatur oleh sinyal-sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus dan berakhir pada
hipofisis posterior.Sebaliknya, sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh
hormone GnRH yang disekresikan ke dalam hipotamalus sendiri dan selanjutnya
dijalarkan ke hipofisis anterior melalui pembuluh darah porta hipotalamus-
hipofisis.1,3
Hipofisis posterior menghasilkan hormon antidiuretik (ADH), yang
mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh, dan hormon oksitosin,
yang membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu
selama penghisapan, serta membantu dalam proses persalinan. 2,3
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 6/30
6
2.2 SIKLUS MENSTRUASI NORMAL
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium.Panjang siklus mentruasi ialah jarak antara
tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya.Panjang siklus
menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah
28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari,
tetapi kadang bervariasi tiap individu. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ±
16 cc.5 Siklus menstruasi dibagi menjadi dua bagian yaitu siklus ovarium dan
siklus uterus.3
2.2.1 Siklus Ovarium
Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk dan
posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di samping itu,
terdapat perubahan-perubahan histologik yang disebabkan oleh rangsangan
berbagai kelenjar endokrin.5
Gambar 1.1 Siklus Ovarium
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 7/30
7
Fase Folikuler
Fase folikuler bermula setelah haid. Pada mulanya terdapat peningkatan
hormon perangsang folikel (FSH), yang merangsang pertumbuhan dan
pematangan folikel-folikel, dan transisi dari frekuensi kadar LH rendah ke yang
tinggi. Sintesis dan pelepasan LH dan FSH diatur oleh LH-RH (luteinizing
hormome releasing hormone). LH-RH dibuat dalam neuron di hipotalamus,
dilepaskan ke dalam pembuluh darah portal hipofisis, dan diangkut oleh aliran
akoplasma ke bagian depan kelenjar hipofisis. Rekrutmen folikel terjadi dalam 4
sampai 5 hari pertama fase folikuler, dan pada hari ke 5 sampai 7 terjadi seleksi
dari sebuah folikel yang dominan. Folikel-folikel yang tersisa bisa mengalami
tambahan pertumbuhan yang terbatas tetapi pada akhirnya akan mengalami
atresia. Pematangan sebuah folikel yang dominan terjadi antara hari ke 8 dan 12.
Folikel yang dominan itu mencapai diameter rata-rata 20mm beberapa hari
sebelum lonjakan LH.2,3,6
Folikel tersebut mengandung sel-sel teka dan sel-sel granulose.Sel-sel
teka memiliki reseptor LH dan bereaksi terhadap perangsangan LH dengan
memproduksi androgen, terutama androstenedion dan testosterone. Sel-sel
granulose, yang terletak di bagian dalam folikel, adalah penghasil utama
estrogen.2,3,6
Gambar 1.2 Pertumbuhan ovum dan proses ovulasi
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 8/30
8
Seringkali ovulasi terjadi antara hari ke-13 dan 15. Fase ovulasi mulai 2
sampai 3 hari sebelum gejolak pertengahan siklus dari LH ketika terjadi
peningkatan 17 β-estradiol yang sejajar dengan kenaikan kecil dari progesterone,
17α-hidroksiprogesteron, dan inhibin. Kenaikan progesterone merefleksikan
proses luteinisasi dari sel-sel granulose setelah penambahan dari reseptor-
reseptor LH dan yang membuat LH mampu untuk memulai biosintesis dari
progesterone dan 17α-hidroksiprogesteron. Lonjakan LH dan FSH mulai tiba-
tiba dan disertai sementara oleh kadar 17 β-estradiol puncak dan permulaan
kenaikan yang cepat dari progesteron 12 jam lebih awal. Durasi lonjakan LH
berkisar 48 jam. Ovulasi terjadi sekitar 36 jam setelah lonjakan LH dimulai.3,6
Pertumbuhan Folikel
Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi
oleh selapis sel-sel granulosa, dan ovum, dengan selubung sel granulosanya
disebut folikel primordial. Sepanjang masa kanak-kanak, sel-sel granulosa
diyakini berfungsi memberi makanan untuk ovum dan untuk mensekresi faktor
yang menghambat pematangan oosit, yang membuat ovum tetap dalam keadaan
primordial, menahan ovum sepanjang waktu ini dalam fase profase pembelahan
meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, bila FSH dan LH dari kelenjar hipofisis
anterior mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium, bersama
dengan folikelnya, akan memulai pertumbuhanny.2,3
Gambar 1.3 Folikel primordial
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 9/30
9
Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari
ovum itu sendiri, yang meningkat diameternya menjadi dua sampai tiga kali
lipat, kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan,
dan folikel menjadi apa yang disebut folikel primer. Sekurang-kurangnya
beberapa perkembangan ke tahapan ini dapat terjadi walaupun tidak ada FSH
dan LH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi tanpa
kedua hormon tersebut.2,3
Selama beberapa hari pertama sesudah dimulainya menstruasi,
konsentrasi FSH dan LH meningkat dari sedikit menjadi sedang, di mana
peningkatan FSH sedikit lebih besar dan lebih awal beberapa hari dari
LH.Hormon-hormon, ini, khususnya FSH, dapat mempercepat pertumbuhan 6-
12 folikel primer setiap bulan.Efek awalnya adalah proliferasi yang berlangsung
cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak sel-sel berbentuk kumparan
yang dihasilkan dari interstitium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di
luar sel granulosa, membentuk kelompok sel kedua yang disebut teka. Teka
terbagi menjadi dua sublapisan: teka interna, sel-selnua mempunyai karakteristik
epitelium yang mirip dengan sel-sel granulosa dan membentuk suatu
kemampuan untuk mensekresi hormon steroid, yang mirip dengan kemampuan
sel granbulosa untuk mensekresi sejumlah kecil hormon-hormon yang berbeda.
Lapisan luar, teka eksterna, berupa kapsul jaringan ikat yang sangat vaskuler.
Kapsul ini akan berkembang menjadi kapsul dari folikel yang sedang tumbuh.2,3
Gambar 1.4 Folikel primer
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 10/30
10
Sesudah tahap awal pertumbuhan proliferasi, yang berlangsung selama
beberapa hari, massa sel granulosa mensekresi cairan folikular yang
mengandung estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Pengumpulan cairan ini
menyebabkan munculnya antrum di dalam massa sel granulosa. Sekali antrum
sudah terbentuk, sel granulosa dan sel teka berproliferasi lebih cepat, laju
kecepatan sekresinya meningkat, dan masing-masing folikel yang tumbuh
menjadi folikel antral.2,3
Gambar 1.5 Folikel antral
Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang
oleh FSH sendiri.Kemudian peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran
terjadi di dalam folikel antral, menuju ke arah folikel yang lebih besar yang
disebut folikel vesikular. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi sebagai berikut:2
1. Estrogen disekresikan ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa
membentuk jumlah reseptor FSH yang semakin banyak; keadaan ini
menyebabkan suatu efek umpan balik positif karena estrogen membut sel-
sel granulosa jauh lebih sensitif terhadap FSH yang disekresikan oleh
hipofisis anterior
2. FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH
terhadap sel-sel granulosa juga, sehingga LH dapat merangsang sel-sel ini
sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH dan membentuk
peningkatan sekresi folikular yang cepat.
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 11/30
11
3. Peningkatan jumlah estrogen dari folikel ditambah dengan peningkatan LH
dari kelenjar hipofisis anterior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan
proliferasi sel-sel teka folikular dan juga meningkatan sekresi folikular.
Oleh karena itu, sekali folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan lebih
lanjut folikel-folikel tersebut terjadi dengan cepat. Diameter ovum sendiri
juga masih membesar tiga sampai empat kali lipat lagi, menghasilkan
peningkatan diameter total dari awal sampai menjadi 10 kali lipat, atau
peningkatan massa sebesar 1000 kali lipat.1,2,3
Ketika folikel vesikular membesar, ovum sendiri tetap tertanam di dalam
massa sel granulosa yang terletak pada sebuah kutub dari folikel. Ovum bersama
dengan sel granulosa di sekelilingnya disebut kumulus ooforus.1,2
Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih tetapi sebelum
terjadi ovulasi salah satu dari folikel mulai tumbuh melebihi semua folikel yang
lain; sisanya mulai berinvolusi, dan sisa folikel ini dikatakan mengalami atretik.
Penyebab atresia masih belum diketahui, tetapi diduga dikarenakan sebagai
berikut: satu-satunya folikel yang sangat berkembang daripada folikel yang lain juga menyekresikan lebih banyak estrogen. Lebih jauh lagi, estrogen
menyebabkan satu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal setempat
tersebut karena FSH (1) meningkatkan proliferasi sel granulosa dan sel teka,
yang menimbulkan produksi estrogen lebih lanjut dan siklus proliferasi sel yang
baru, dan (2) kombinasi dari FSH dan estrogen menyebabkan peningkatan
jumlah reseptor FSH dan LH pada sel-sel granulosa dan lebih banyak pada sel-
sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus umpan balik positif yang lain.Efek-efek ini bersama-sama akan menyebabkan suatu ledakan peningkatan
kecepatan sekresi cairan dan hormon dalam folikel yang berkembang dengan
cepat ini. Pada waktu yang sama, sejumlah besar estrogen yang berasal dari
folikel ini bekerja pada hipotalamus untuk lebih menekan kecepatan sekresi FSH
oleh kelenjar hipofisis anterior, diyakini dengan cara ini dapat menghambat
pertumbuhan dari folikel-folikel yang kurang berkembang, yang belum memulai
rangsangan umpan balik positifnya sendiri. Oleh karena itu, folikel yang paling
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 12/30
12
besar dapat melanjutkan pertumbuhannya karena pengaruh efek-efek umpan
balik positif intrinsik yang dimilikinya sementara semua folikel yang lain
berhenti tumbuh, dan berinvolusi.1,2,3
Proses atresia ini penting karena hanya membuat satu folikel tumbuh
sampai cukup besar untuk berovulasi. Folikel tunggal tersebut mencapai ukuran
1 sampai 1,5 cm pada saat ovulasi dan disebut sebagai folikel yang matang. 2
Gambar 1.6 Folikel yang matang
Ovulasi
LH diperlukan untuk pertumbuhan akhir dari folikel dan ovulasi. Tanpa
hormon ini, bahkan walaupun FSH tersedia dalam jumlah besar, folikel tidak
akan berkembang ke tahap ovulasi.2
Sekitar dua hari sebelum ovulasi, laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar
hipofisis anterior meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan
mencapai puncaknya 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat kira-kira dua
sampai tiga kali lipat pada saat yang bersamaan, dan kedua hormon iniakan
bekerja secara sinergi untuk mengakibatkan pembengkakan folikel yang
berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunyai
efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yang mengubah kedua jenis sel
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 13/30
13
tersebut menjadi lebih bersifat sel yang mensekresikan progesteron dan sedikit
mensekresikan estrogen. Oleh karena itu, sekresi estrogen mulai menurun kira-
kira 1 hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil progesteron mulai
disekresikan.2,3
Pada lingkungan dimana terjadi folikel yang berlangsung cepat,
berkurangnya sekresi estrogen sesudah fase sekresi estrogen yang berlangsung
lama, dan dimulainya sekresi progesteron, terjadi ovulasi.2
Sekresi LH dalam jumlah besar menyebabkan sekresi hormon-hormon
steroid folikular dengan cepat, yang mengandung sejumlah kecil progesteron
untuk pertama kalinya. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua
peristiwa yang diperlukan untuk ovulasi:2
- Teka eksterna (kapsul folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dari
lisosim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya yaitu
melemahnya dinding, menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel
dan degenerasi dari stigma.
- Secara bersamaan, akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang
berlangsung cepat ke dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama,
prostaglandin akan disekresi dalam jaringan folikular.
Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke
dalam folikel, yang juga berperan pada pembengkakan folikel. Beberapa saat
sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan
cepat, dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul, yang disebut stigma, akan
menonjol. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan mulai mengalir dari folikel
melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian, ketika folikel menjadi lebih kecil
karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar, dan cairan yang
lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami evaginasi keluar
ke dalam abdomen. Cairan kental ini membawa ovum bersamanya, yang
dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulosa kecil yang disebut korona radiata.2,3
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 14/30
14
Gambar 1.7. Ovulasi
Fase Luteal
Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel,
sel-sel granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel
lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan terisi dengan inklusi
lipid yang memberi tampilan kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan
seluruh massa dari sel bersama-sama disebut sebagai korpus luteum. Suatu
suplai vaskular yang berkembang baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum.2,3
Sel-sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah
retikulum endoplasmik halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar
hormon progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron. Sel-sel teka
terutama lebih membentuk hormon androgen, androstendion dan testosteron
daripada hormon seks wanita. Akan tetapi, sebagian besar hormon tersebut akan
dikonversi oleh sel-sel granulosa menjadi hormon-hormon wanita.2
Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-kira
1,5cm, tahap perkembangan ini dicapai dalam waktu kira-kira 7 sampai 8 hari
setelah ovulasi, menjadi pada yang disebut korpus albikan; selama beberapa
minggu korpus albikan akan digantikan oleh jaringan ikat.2,3
Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat
bergantung pada LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 15/30
15
anterior.Luteinisasi sel-sel granulosa juga bergantung pada pengeluaran ovum
dari folikel. Sebuah hormon setempat yang masih belum ditemukan pada cairan
folikel, yang disebut faktor penghambat luteinisasi, berfungsi menahan proses
luteinisasi sampai sesudah ovulasi. Karena alasan inilah, korpus luteum tidak
berkembang pada folikel yang tidak berovulasi.2
Korpus luteum adalah organ yang sangat sekretorik, yang mensekresi
sejumlah besar progesteron dan juga mensekresi estrogen.Sekali LH (terutama
yang disekresi selama ovulasi) bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk
menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel lutein yang baru terbentuk kelihatannya
diprogram untuk meneruskan tahapan yang sudah diatur, yaitu (1).Proliferasi,
(2).Pembesaran, dan (3).Sekresi, kemudian diikuti dengan (4) degenerasi.
Bahkan pada keadaan tidak ada sekresi LH lebih lanjut oleh kelenjar hipofisis
anterior, proses ini masih tetap berlangsung, tetapi hanya selama 4 sampai 8 hari.
Sebaliknya, adanya LH akan meningkatkan tingkat pertumbuhan korpus luteum,
sekresinya bertambah banyak, dan masa hidupnya bertambah lama.2,3
Estrogen, khususnya, dan progesteron, dalam jumlah sedikit, yang
disekresi oleh korpus luteum selama tahap luteal dari siklus ovarium mempunyai
efek umpan balik yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam
mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah. Selain dari
itu, sel lutein juga akan mensekresi sejumlah kecil hormon inhibin. Hormon ini
menghambat sekresi kelenjar hipofisis anterior, khususnya FSH. Sebagai
akibatnya, konsentrasi FSH dan LH dalam darah turun menjadi rendah, dan
hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara
menyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus luteum. Involusi akhir
terjadi pada hampir tepat 12 hari dari masa hidup korpus luteum, yangmerupakan hari ke-26 dari siklus seksual wanita normal, 2 hari sebelum
menstruasi dimulai.2,3
Kurangnya sekresi estrogen, progesteron dan dihasilkannya inhibin dari
korpus luteum akan menghilangkan umpan balik negatif dari kelenjar hipofisis
anterior, memungkinkan kelenjar kembali meningkatkan sekresi FSH, dan
setelah beberapa hari kemudian sedikit meningkatkan jumlah LH. FSH dan LH
akan merangsang pertumbuhan folikel baru untuk memulai siklus ovarium yang
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 16/30
16
baru. Tetapi sebelum folikel-folikel ini dapat berlanjut secara bermakna,
sejumlah kecil sekresi progesteron dan estrogen akan menyebabkan menstruasi
oleh uterus.2,3
2.2.2 Siklus Uterus
Uterus terdiri dari 2 lapisan dasar; yang sebelah luar, tebal, miometrium
yang berotot, dan yang sebelah dalam, tipis, jaringan berkelenjar, endometrium.
Endometrium berespon terhadap estrogen dengan mengalami pembelahan
mitosis yang cepat dan pembentukan struktur kelenjar (endometrium fase
proliferasi). Setelah ovulasi, korpus luteum menghasilkan sejumlah besar
progesteron, yang bekerja terhadap endometrium untuk memperbesar ukuran
kelenjar-kelenjar pada endometrium dan meningkatkan pembuatan dan
pengeluaran protein-protein dan factor-faktor lain (endometrium fase sekresi)
dalam persiapan untuk implantasi dan kehamilan. Endometrium fase sekresi
dipertahankan oleh sekresi estrogen dan progesteron dari ovarium. Penurunan
kadar perifer dari steroid-steroid ini menyebabkan degenerasi dan nekrosis dari
endometrium fase sekresi, dan terjadilah menstruasi.6
Gambar 2.1 Siklus Menstruasi Normal
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 17/30
17
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lender
uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan
aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu:
1
a. Fase menstruasi atau deskuamasi
Kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus menstruasi, korpus luteum tiba-
tiba berinvolusi dan hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron
menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah, kemudian terjadi
menstruasi. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium
bulanan.Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel
endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi
endometrium sendiri menjadi kira-kira 65% dari ketebalan semulan.
Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah
yang berkelok-kelok mengarah ke lapisan mukosa endometrium, akan
menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti
pelepasan bahan vasokonstriktor dan prostaglandin yang terdapat dalam
jumlah sangat banyak pada saat ini. Vasospasme dan hilangnya rangsangan
hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada endometrium,
khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke
lapisan vaskuler dari endometrium, dan daerah perdarahan akan bertambah
besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Perlahan-lahan, lapisan
nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah
perdarahan tersebut, sampai, kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi,
semua lapisan superfisial dari endometrium sudah berdeskuamasi. Massa
jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum uteri, mungkin ditambah
efek kontraksi dari prostaglandin, akan merangsang kontraksi uterus yang
menyebabkan dikeluarkannya isi uterus. 1,2,3,7
Selama menstruasi normal, 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan
serus dikeluarkan.Cairan menstruasi normalnya tidak membentuk bekuan,
karena fibrinolosin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik
endometrium.1,2
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 18/30
18
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah
mengalami epitelisasi kembali. 1,2
Gambar 2.2. Fase Menstruasi
b. Fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ±
0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
1
c. Fase proliferasi
Dibawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih
banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma
dan sel epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan
mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah
terjadinya menstruasi. Kemudian, selama satu setengah minggu berikutnya,
yaitu sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat
karena jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena pertumbuhan
kelenjar endometrium serta pembuluh darah yang progresif ke dalam
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 19/30
19
endometrium.2,7Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal
±3,5mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai ke hari ke-14 dari siklus
menstruasi. 1
Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan
mengsekresi mukus yang encer mirip benang yang akan terususun di
sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang membantu
mengarahkan sperma ke arah yang tepat menuju ke dalam uterus. 2
Gambar 2.3. fase Proliferasi
Fase proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
- Fase proliferasi dini (early proliferation phase)
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7.Fase
ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 20/30
20
epitel, terutama dari mulut kelenjar.Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus,
pendek dan sempit.Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase
proliferasi; sel-sel kelenjar mengalami mitosis.Sebagian sediaan masih
menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan-
perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid.Stroma
padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk
bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis.Nukleus sel stroma
relative besar sebab sitoplasma relatif sedikit.1,7
- Fase proliferasi madya (midproliferation phase)
Fase ini berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10.fase ini
merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang
berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar berlekuk-lekuk dan
bervariasi.Sejumlah stroma mengalami edema.Tampak banyak mitosis
dengan inti berbentuk telanjang (nake nucleus). 1,7
- Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14.Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis.Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi.Stroma
bertumbuh aktif dan padat. 1,7
d. Fase sekresi
Selama sebagian besar separuh akhir siklus menstruasi, setelah terjadi
ovulasi, progesterone dan estrogen disekresi dalam jumlah yang besar oleh
korpus luteum.Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada
endometrium Selama fase siklus endometrium ini, sedangkan progesterone
menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik dariendometrium.Kelenjar makin berkelok-kelok; kelebihan substansi sekresinya
bertumpuk di dalam sel epitel kelenjar. Juga sitoplasma dari sel stroma
bertambah banyak, deposit lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel
stroma, dan suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut akan meningkat
sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, sedangkan pembuluh
darah menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 21/30
21
minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6
mm. 1,2,3
Perubahan endometrium ini bertujuan untuk menghasilkan
endometrium yang sangat sekretorik, yang mengandung sejumlah besar
cadangan nutrisi yang dapat membentuk kondisi yang cocok untuk
implantasi ovum yang sudah dibuahi. 1,7
Sekali zigot berimplantasi di dalam endometrium, sel-sel trofoblas
pada permukaan blastokista yang berimplantasi mulai mencerna substansi
yang disimpan endometrium, juga menyediakan jumlah persediaan nutrisi
yang semakin besar untuk embrio2.
Gambar 2.4. Fase sekresi
Fase sekresi dibagi atas:
- Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan,
yakni:
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 22/30
22
a. Stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan lapisan miometrium; lapisan ini tidak aktif,
kecuali mitosis pada kelenjar. 1
b. Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman
seperti pons. Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar
dan berlekuk-lekuk dan hanya sedikit stroma diantaranya. 1
c. Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi secret, dan stromanya edema. 1
- Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5-6 mm. Dalam fase ini terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk dan kaya dengan
glikogen.Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan
ovum.Sitoplasma sel-sel stroma bertambah.Sel stroma menjadi sel
desidua jika terjadi kehamilan.1
2.3 DISMENOREA
2.3.1 Definisi.8
Dismenorea adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi
pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-
36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram
tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapat menjalar
ke punggung atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan
penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut.Dismenorea primer adalah sensasi nyeri selama menstruasi, tetapi tidak
berkaitan dengan penyebab fisik yang nyata. Sedangkan dismenorea sekunder
adalah sensasi nyeri selama menstruasi, dan mempunyai patologi panggul yang
nyata.
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 23/30
23
2.3.2 Epidemiologi
Prevalensi dismenorea sulit untuk ditentukan karena terdapat
perbedaan definisi dalam berbagai kondisi dan perbedaan kelompok
studi. Namundiperkirakan prevalensi dismenorea bervariasi dari 60% hingga
90%.8
2.3.3 Etiologi.8,9
a. Etiologi Dismenorea Primer
Penyebab utama dismenorea primer tidak diketahui, diduga
peningkatan kadar prostaglandin, leukotriens, dan pelepasan vasopressin
selama peluruhan endometrium memegang peranan utama dalam
simtomatologi dismenore. Prostaglandin, khususnya PGF2α dan PGE2,
diduga meningkatkan kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia
uteri dan sensitivitas saraf terminalis. Tingkat keparahan dismenore
sangat berkorelasi dengan durasi mentruasi, jumlah aliran menstruasi, dan
kadar prostaglandin yang dilepaskan dalam cairan haid.
b. Etiologi Dismenorea Sekunder
Penyebab dismenorea sekunder bergantung pada kelainan yang terjadi
pada panggul. Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis,
polip atau fibroid uterus, penyakit radang panggul (PRP), perdarahan uterus
disfungsional, prolaps uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus
spontan, abortus terapeutik, atau melahirkan serta kanker ovarium atau
uterus.
2.3.4 Patofisiologi
a. Patofisiologi Dismenorea Primer
Nyeri menstruasi yang terjadi pada dismenorea primer terutama
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hiperkontratilitas uterin,
kurangnya aliran darah ke uterin, atau terjadi hipersensitivitas saraf tepi.9
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 24/30
24
Prostaglandin dan Leukotrien
Terjadinya dismenorea primer, berhubungan dengan siklus ovulasi
yang normal tanpa disertai kelainan patologi pada panggul yang jelas.
Setelah ovulasi, terjadi penumpukan asam lemak pada fosfolipid membran
sel sebagai respon terhadap progesteron. Kemudian tepat sebelum
menstruasi, terjadi progesteron withdrawal sehingga asam lemak khususnya
asam arakidonat dilepaskan dan menginisiasi kaskade prostaglandin dan
leukotrien dalam uterus.Hal ini kemudian mencetuskan suatu respon.
Diketahui bahwa kebanyakkan wanita dengan dismenorea primer
melepaskan prostaglandin F2α (PGF2α) yang luar biasa tinggi dalam
cairan menstruasi dan jaringan endometrium. PGF2α yang dilepaskan
ini akan menyebabkan vasokonstriksi dan kontraksi miometrium sehingga
terjadi kram. Intensitas kram dan gejala lain yang terjadi saat menstruasi
berbanding lurus dengan kadar progesteron yang dilepaskan.
Perbandingan PGF2α: PGE2 yang abnormal memicu terjadinya dismenorea.9
Leukotrien sudah dikenal sebagai faktor yangmenyebabkan
hipersensitivitas serabut nyeri pada uterus. Hal ini dikemukakan karena
ditemukan kadar leukotrien yang meninggi pada wanita dewasa yang
mengalami dismenorea. Walaupun peran dan mekanisme leukotrien dalam
peristiwa dismenorea masih belum jelas, tetapi substansi ini merupakan
vasokonstriktor dan mediator inflamasi yang poten. Peningkatan produksi
leukotrienmelalui jalur yang melibatkan enzim 5-lipo-oksigenase dan
bukannya melaui jalur siklooksigenase (COX) meningkatkan kemungkinan
bahwa tipe dismenorea yang tertentu tidak berespons terhadap terapi
OAINS.
8,9
Vasopresin
Vasopresin merupakan suatu hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
pituitari posterior.Akan tetapi, peranan vasopressin dalam menyebabkan
dismenorea belum diketahui.Dikemukakan bahwa peningkatan kadar
vasopresin saat menstruasi menyebabkan kontraksi disritmia pada uterus
diikuti dengan penurunan aliran darah ke uterus, dan akhirnya
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 25/30
25
menyebabkan hipoksia pada uterus dan hipersensitivitas miometriumn
inflamasi yang menyebabkan kontraksi abnormal pada uterus. Respon
inflamasi yang dimediasi oleh prostaglandin juga menimbulkan gejala
sistemik seperti nausea, muntah, perut kembung dan sakit kepala.9,10
b. Patofisiologi Dismenorea Sekunder
Dismenoreasekunder adalah rasa nyeri saat menstruasi yang
disertai dengan abnormalitas pada panggul. Dismenorea sekunder
biasanya ditemukan dengan nyeri pelvik yang kronik, nyeri siklus
pertengahan (nyeri yang berlangsung terus-menerus atau intermiten),
dispareunia, metroragia, atau menoragia. Mekanisme patologi nyeri
yang berhubungan dengan dismenore sekunder khususnya disebabkan oleh
etiologi yang mendasarinya.9
Endometriosis, penyebab umum dismenorea sekunder, merupakan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar rongga uterus
(etopik).Pertumbuhan jaringan endometrium terutama terjadi pada panggul
dan umumnya pada ovarium.Endometriosis merupakan kelainan yang
estrogen-dependent. Peninggian kadarestrogen mungkin berperan dalam
peningkatan aktivitas COX dan diikuti dengan peningkatan produksi
prostaglandin. Akibat akumulasi estrogen dan prostaglandin, terjadi
suatu proses peradangan yang poten disertai dengan nyeri panggul.
Tingkat rasa nyeri terutama dipengaruhi oleh lokasi dan kedalaman
terjadinya implant endometriosis.9
Adenomiosis adalah kondisi lain yang jinak pada uterus di
mana endometrium (membran mukosa yang melapisi bagian dalam uterus)tumbuh ke dalam miometrium (otot uterus yang tepat pada bagian luar
endometrium), sehingga terjadinya dismenore dan menoragia. Etiologi
lain seperti yang telah dipaparkan di atas yang mengakibatkan suatu
distorsi dan displacement uterus yang normal umumnya juga
berhubungan dengan nyeri panggul kronis, dispareunia dan gangguan
dalam menstruasi.10
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 26/30
26
2.3.5 Gejala Klinis.8,9,10
a. Gejala Klinis Dismenorea Primer
Dismenorea primer biasanya ditemukan pada remaja, kira-kira 6-12
bulan setelah menarche, atau apabila siklus ovulasi menjadi teratur. Hal
ini ditandai dengan nyeri abdominal (daerah suprapubik) yang
berfluktuasi dan kram spasmodik yang biasanya dimulai beberapa jam
sebelum atau saat terjadinya menstruasi. Rasa nyeri yang paling hebat
terjadi pada 24-48 jam pertama dari onset menstruasi, dan gejala-
gejalanya dapat berlanjutan sampai 72 jam. Umumnya, dismenore juga
disertai dengan nyeri punggung, nyeri pada paha nausea, mual, muntah,
sakit kepala, kelelahan, pusing, gementar, gelisah berkeringat, pening,
sinkop, tarkikardia, perut kembung, meningkatnya frekuensi defekasi, rasa
nyeri pada payudara dan perubahan suasana hati.
b. Gejala Klinis Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder bisa terjadi kapan saja setelah menarche,
umumnya pada wanita setelah usia 25 tahun. Dismenorea sekunder harus
dicurigai bila nyeri muncul pada seseorang wanita yang berusia 30-an atau
40-an dan nyeri berrsifat unilateral. Rasa sakit yang berhubungan dengan
dismenoreasekunder biasanya dimulai beberapa hari atau 1-2 minggu
sebelum timbulnya perdarahan atau menstruasi dan dapat berlangsung
sampai akhir fase menstruasi. Dismenorea sekunder juga disertai dengan
gejala ginekologi yang lain seperti dispareunia, menoragia, perdarahan
intermenstrual, infertilitas, dan perdarahan pasca-koitus, tergantung pada
kondisi yang mendasarinya.
2.3.6 Diagnosis Dismenorea
a. Diagnosa Dismenorea Primer
Dalam mendiagnosa dismenorea primer, anamnesis yang cermat dan
pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan panggul palpasi rektovaginal)
diperlukan untuk menyingkirkan keadaan patologi pada panggul.Tidak ada
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 27/30
27
tes laboratorium yang khusus diperlukan.Tidak adanya pertemuan positif
dalam pemeriksaan fisik adalah kunci diagnosis pada dismenoreaprimer.
Terapi dengan inhibitor prostaglandin sintetase, kontrasepsi oral, atau
keduanya dapat digunakan untuk tujuan diagnostik apabila pemeriksa
mencurigai suatu kelainan yang merupakan dismenorea
primer.Pemeriksaan klinis ini biasanya dilakukan selama tiga sampai empat
bulan; apabila tidak ada perbaikan,evaluasi yang lebih lanjut diperlukan
untuk membedakan dismenorea primer dari dismenorea sekunder.
b. Diagnosa Dismenorea Sekunder
Penderita dismenorea sekunder tidak mempunyai riwayat nyeri
sebelumnya; riwayat nyeri pertama kali terjadi setelah usia 25 tahun;
perdarahan menstruasi yang berat atau pola haid yang tidak teratur;
sedikit berespon atau langsung tidak berespon terhadap obat anti-
inflamasi non steroid (OAINS), kontraseptif oral, atau keduanya. Di
samping itu, hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suatu kelainan
organik.Permeriksaan radiografi yang paling sering digunakan adalah
ultrasonografi panggul disertai dengan transabdominal dan transvaginal
sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis dismenorea
sekunder.Histeroskopi dan laparaskopi biasanya dilakukan sebagai prosedur
diagnostik untuk mengolongkan dan mengobati kelainan yang mendasari
dismenorea sekunder.
2.3.7 Penatalaksanaan Dismenorea
1. Non-steroidal anti-inflammatory drugs.8
Obat ini menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan enzimsiklooksigenase-2. Pada uji klinis menyimpulkan bahwa naproxen,
ibuprofen, asam mefenamat dan aspirin sangat efektif untuk pengobatann
dismenorea primer. Rasio tingkat respon naproxen dan ibuprofen secara
umum mendukung, aspirin memiliki rasio respon terendah. NSAID dapat
digunakan dalam kombinasi dengan analgesik lain, seperti parasetamol atau
kodein.
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 28/30
28
2. Terapi Hormonal. 8
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar
Dismenorea Primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu menstruasi tampa terganggu. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
3. Dilatasi Kanalis Servikalis dapat memberi keringanan karena memudahkan
pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya, neuroktomi prasakral
(pemotongan saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) di tambah
dengan neuroktomi ovarii (pemotongan urat saraf yang ada di ligamentum
infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha lain gagal.
Bila OAINS dan kontrasepsi oral tidak berhasil dalam pengurangan rasa
sakit pada pasien yang mengalami dismenore, maka diagnosis dismenore primer
harus dipertanyakan supaya evaluasi yang lebih lanjut (termasuk laparaskopi)
harus dianjurkan. Bila penderita dismenorea sekunder dengan penyebab yang
jelas seperti stenosis servikal atau IUD, penatalaksanaan harus menuju
terhadap penyakit yang mendasarinya.8,9
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 29/30
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dismenore merupakan salah satu gangguan menstruasi yang ditandai dengan
rasa sakit yang sangat menggangu aktifitas sehari-hari. Dismenore dibagi menjadi 2
yaitu dismenore primer dan dismenore sekumder, dismenore primer Penyebab utama
dismenorea primer tidak diketahui, diduga peningkatan kadar prostaglandin,
leukotriens, dan pelepasan vasopressin selama peluruhan endometrium
memegang peranan utama dalam simtomatologi dismenore.
Penyebab dismenorea sekunder bergantung pada kelainan yang terjadi pada
panggul. Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh endometriosis, polip atau
fibroid uterus, penyakit radang panggul (PRP), perdarahan uterus disfungsional,
prolaps uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR),
produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik,
atau melahirkan serta kanker ovarium atau uterus.
7/27/2019 BAB I Dismenore
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dismenore 30/30
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan.2008.Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 46-50; 55-64
2. Guyton & Hall. Fisiologi Wanita Sebelum Kehmilan; dan Hormon-Hormon
Wanita; Kehamilan dan Laktasi. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . 1997.
Jakarta; EGC: 1284-97; 1305-12.
3. Palter S.F. & Olive D.L. Reproductive Physiology. In Novak’s Gynecol ogy.
Berek J.S., ed. Edisi 13. 2002. Philadelphia; Lippincot Williams & Wilkins: 149-
168.
4. Cunningham FG et al. The Endometrium an Decidua, Menstruation and
Pregnancy. In: Williams Obstetric. 21st edition. 2001. New York; Mac Graw
Hill: 66-82.
5. Leon Speroff dan Marc A. Fritz.Clinical Gynecologic Endocrinology and
Infertility 7th Ed . 2005.Lippincott Williams & Wilkins
6. H. DeCherney, Alan.Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology,
Tenth Edition.2007.The McGraw-Hill Companies, Inc 7. Ramacharan S, Love EJ, Fick GH, Goldfien A, The epidemiology of
premenstrual symptoms in a population based sample of 2650 urban women. J
Clin Epidemiol 45:377, 1992.
8. West. CP, 2010. A study of dysmenorrheal during menstruation
in adolescent girls.Indian J Community Med; 35. 159-164
9. Blakey, H., Chisholm, C., Dear, F., Harris, B., Hartwell, R., Daley, A.J., Jolly,
K., 2009. Is exercise associated with primary dysmenorrhoea in young women.BJOG. 117.
10. Burnett, M.A., Antao V., Black, A., Feldman, K., Grenville, A., Lea, R., et al.,
2005. Prevalence of primary dysmenorrhoea in Canada. Canada. Journal of
Obstestics and Gynecology Canada Vol. 27. 768