BAB I Dari Titin

download BAB I Dari Titin

of 29

Transcript of BAB I Dari Titin

PENGARUH KUALITAS SISTEM INFORMASI, PERCEIVED USEFULLNESS, DAN KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA AKHIR SOFTWARE AUNTANSI

Oleh : EUIS KARTIKA 084020109

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Peran akuntan publik dewasa ini menunjukkan perkembangan pesat. Pengaruh globalisasi menyebabkan kaburnya batas-batas antar Negara. Dampaknya, semakin jauh jarak pembuat dan pengguna informasi yang akhirnya menyebabkan bisa pada informasi tersebut. Selain itu, terdapat pula perbedaan kepentingan antara pembuat laporan dan pengguna laporan. Untuk itu diperlukan suatu opini dari pihak ketiga yang independen untuk menilai informasi tersebut. Pihak ketiga yang dimaksud dalam hal penilaian informasi yang terkait dengan keuangan tersebut adalah akuntan publik. Disini akuntan publik bertugas memberikan opini terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Opini tersebut nantinya akan digunakan oleh pengguna laporan

keuangan seperti pemegang saham, kreditor, atau pemerintah, sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan demikian, opini yang dibuat akuntan publik akan sangat berpengaruh pada kegiatan perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur Standar umum pemeriksaan akuntan public. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan public baik diluar negeri maupun didalam negeri. Skandal didalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan public yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkaperusahaan didenda oleh Bapepam (Christiawan 2003:82). Kualitas audit diartikan oleh De Angelo adalah sebagai probabilitas seseorang auditor dalam menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam

system

akuntansi

klien.

Dalam

SPAP

(2001:150.1)

guna

menunjang

profesionalismenya sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang diterapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum mengatur syarat-syarat diri auditor, standar pekerjaan lapangan mengatur mutu pelaksanaan auditing, dan standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan.(Aprianti,2008). Kane dan Velury (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya. Russel (2000), menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya. Kualitas audit yang buruk dapat merugikan bagi pihak yang menggunakan jasa audit, sebagaimana kasus pada perusahaan Kima Farma Tbk. Pada laporan auditnya Bapepam menemukan adanya indikasi mark up terhadap laba dimana tahun 2001 ditulis Rp. 132 milyar padahal sebenarnya hanya senilai Rp. 99,594 milyar. PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa.

Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut. Kemampuan untuk menemukan kecurangan dari laporan keuangan ditentukan oleh Kompetensi auditor.

Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp. 500 juta kepada PT. Kimia Farma Tbk dan kepada auditornya sebesar Rp. 100 juta (Media Akuntansi, 2003). Kemudian pada kasus Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Pada tahun tersebut Bapepam menemukan adanya tiga versi laporan keuangan. Laporan yang berbeda itu, pertama, yang diberikan kepada public atau diiklankan melalui media massa pada 28 November 2002. Kedua, laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002, dan ketiga, laporan yang disampaikan akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan opini wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Akibat adanya manipulasi tersebut maka Bapepam menjatuhkan sanksi denda kepada Bank Lippo sebesar Rp 2,5 miliar, karena pencantuman kata diaudit dan opini wajar tanpa pengecualian di laporan keuangan 30 September 2002 yang dipublikasikan pada 28 Nopember 2002, dan sanksi denda sebesar Rp 3,5 juta kepada Ruchjat Kosasih selaku partner kantor akuntan publik (KAP) Prasetio, Sarwoko & Sandjaja karena keterlambatan penyampaian informasi penting mengenai penurunan agunan yang diambil alih (AYDA) Bank Lippo selama 35 hari. (http://nem-idunggede.blogspot.com/2009/11/skandalmanipulasi- laporan-keuanganpt.html).

Dampak penurunan kualitas audit dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi, menurunkan kredibilitas para akuntan public atas hasilhasil audit yang mereka lakukan. Pada akhirnya akibat dari penurunan kualitas audit dapat mematikan profesi itu sendiri serta akan menimbulkan campur tangan pemerintah yang berlebihan terhadap profesi itu sendiri (Otley dan Pierce 1995). De Angelo dalam Kusharyanti (2003:25) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan pembuatan laporan audit, auditor harus mempunyai tekanan anggaran waktu yang baik. Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Hal ini dikarenakan standard of care untuk auditor berpindah target yaitu menjadi berdasarkan kekerasan konsekuensi dari kegagalan audit. Kualitas audit yang tinggi tidak menjamin dapat melindungi auditor dari kewajiban hukum saat konsekuensi dari kegagalan audit adalah keras (Kadous, 2000). Terlebih dengan adanya fenomena hindsight bias yang sangat merugikan profesi akuntan publik. Jika hindsight bias diberlakukan, maka auditor harus membuat keputusan tanpa pengetahuan hasil akhir, tetapi kewajiban auditor ditentukan dari sebuah perspektif hasil akhir (Anderson dkk, 1997). Dalam mengevaluasi auditor, juri menganggap (in hindsight) bahwa peristiwaperistiwa tertentu secara potensial dapat diprediksi dan (in foresight) seharusnya dapat mengantisipasi sebuah hasil yang

menjadi jelas hanya dengan melihat ke belakang (Baron dan Hershey, 1988; Fischhoff, 1975; Mitchell dan Kalb, 1981 dalam Anderson, 1997). Auditor seringkali bekerja dalam keterbatasan waktu. Setiap KAP perlu mengestimasi waktu yang dibutuhkan (membuat anggaran waktu) dalam kegiatan pengauditan. Anggaran waktu ini dibutuhkan untuk menentukan cost audit dan mengukur efektifitas kinerja auditor (waggoner dan Cashell 1991).Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka penulis tertarik meneliti masalah PENGARUH KOMPETENSI, KEMAHIRAN PROFESIONAL, ETIKA

AUDITOR DAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU TERHADAP KUALITAS AUDIT.

1.2

Perumusan Masalah Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik maka auditor dalam

melaksanakan tugas audit harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan

yang diauditnya secara keseluruhan. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1. Apakah faktor kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah faktor kemahiran profesional (due profesional care) berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah faktor etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? 4. Apakah faktor tentang tekanan anggaran waktu (time pressure budget) berpengaruh terhadap kualitas audit?

1.3

Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan bukti empiris tentang kompetensi terhadap kualitas audit. 2. Untuk memberikan bukti empiris tentang kemahiran profesional (due profesional care) terhadap kualitas audit. 3. Untuk memberikan bukti empiris tentang etika auditor terhadap kualitas audit. 4. Untuk memberikan bukti empiris tentang tekanan anggaran waktu (time pressure budget) terhadap kualitas audit.

1.4

Manfaat Penelitian 1. Memberikan kontribusi bagi pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan kualitas audit. 2. Memberikan kontribusi bagi kantor akuntan publik berkaitan dengan faktor factor yang mempengaruhi kualitas audit. 3. Sebagai bahan masukan pada penelitian di masa mendatang untuk menjelaskan faktor faktor yang mempengaruhi kualitas audit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1

Tinjauan Teoritis Pengertian Kualitas Audit Pengertian Kualitas adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek

2.1.1

untuk

memperoleh

tingkat

kepuasan,

sehingga

akan

menimbulkan

hasrat

subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut (Akmal, 2006:65). Kualitas audit adalah Probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Sososutikno, 2003). Adapun untuk mengukur kualitas audit pada auditor digunakan indikator kualitas audit yang dikemukakan SPAP, SA Seksi 411, PSA No.72, 2001 yaitu sebagai berikut: (a) Ketepatan waktu penyelesaian audit. (b) Ketaatan pada standar auditing. (c) Komunikasi dengan tim audit dengan manajemen klien. (d) Perencanaan dan pelaksanaan. (e) Independensi dalam pembuatan outcome / laporan audit.

2.2

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit Banyak faktor-faktor yang oleh peneliti dianggap dapat mempengaruhi

kualitas audit. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi: 2.2.1 Kompetensi Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, kemampuan, atauketerampilan dan sikap kerja ditambah atribut kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang mencakup kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Iskandar Dinata, 2006:36). Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dibandingkan auditing dan akuntansi. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktek audit. Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan mengcakup aspek teknis maupun pendidikan umum (SPAP, SA Seksi 210,PSA No. 04, 2001). Kompetensi terbagi dalam 4 (empat) komponen yaitu pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan. (SPAP, PSA No.04, 2001)

2.2.2

Kemahiran Profesional Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan

seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun

kecurangan.Formalisasi pengembangan sistem informasi.

2.2.3

Etika Auditor Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau

aturanaturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu (Sukamto , 1991 : 1). Menurut Suseno Magnis (1989 : 14) dan Sony Keraf (1991 : 20) bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas. Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran-ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkrit tentang bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Dimensi etika yang sering digunakan dalam penelitian adalah 1) kepribadian yang terdiri dari locus of control external dan locus of control internal; 2) kesadaran etis dan 3) kepedulian pada etika profesi, yaitu kepedulian pada Kode Etik IAI yang merupakan panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai Akuntan Publik, bekerja dilingkungan usaha pada instansi pemerintah maupun dilingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Untuk tujuan itu terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa dan kepercayaan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut : 1. Tanggung jawab professional; 2. Kepentingan publik; 3. Integritas;

4. Objektifitas; 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional; 6. Kerahasiaan; 7. Perilaku professional; 8. Standar teknis, harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang telah ditetapkan.

2.2.4

Tekanan Anggaran Waktu

Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau

terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan baku (Sososutikno, 2003). Tekanan Anggaran Waktu merupakan rentang waktu yang diberikan oleh yang memberikan tugas untuk melakukan audit terhadap auditor untuk menyelesaikan tugas auditnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samekto dan Agus menunjukan bahwa jika waktu pelaksanaan audit yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugasnya secara tergesa-gesa sesuai dengan kemampuannya atau mengerjakanya hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka fokus perhatian auditor akan berkurang sehingga akan cenderung gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan eksperimen yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell dalam yang menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak transaksi yang dapat dites oleh auditor.

2.3 2.3.1

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pengembangan Hipotesis

2.3.1.1 Keterlibatan Pemakai Terhadap Kepuasan Pemakai Sistem Informasi Akuntansi Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan indepedensi (Christiawan, 2002) Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada indepedensi auditor (Simposium Nasional

Akuntansi, Juli 2007) Alim Hasari dan Purwanti (2007) dalam penelitiannya berkaitan kompetensi dan indepedensi terhadap kualitas audit menjelaskan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sebagian besar studi yang pernah dilakukan dalam rangka kualitas audit, selalu membuat kesimpulan dari sudut pandang auditor (widagdo, et al, 2002).

2.3.1.2 Kemahiran Profesional (due profesional care) terhadap Kualitas Audit Due professional care merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai. Hasil penelitian Kopp, Morley, dan Rennie dalam Mansur (2007: 38) membuktikan bahwa masyarakat mempercayai laporan keuangan jika auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya (professional skepticism) dalam proses pelaksanaan audit. Auditor harus tetap menjaga sikap skeptic profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptic profesionalnya, maka laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi, dan memungkinkan adanya litigasi paska audit. Nearon (2005) dalam Mansur (2007) juga menyatakan hal serupa bahwa jika auditor gagal dalam menggunakan sikap skeptis atau penerapan sikap skeptis yang tidak sesuai dengan kondisi pada saat pemeriksaan, maka opini audit yang diterbitkannya tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik. Menurut GAO (2007: 116) dalam Mansur (2007: 42), audit kinerja yang sesuai

dengan GAGAS harus memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan audit agar tujuan dapat tercapai. Dengan demikian due professional care berkaitan dengan kualitas audit.

2.3.1.3 Etika Auditor terhadap Kualitas Audit Alim dkk (2007) menyatakan adanya hubungan negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan antara etika auditor dengan kualitas audit.

2.3.1.4 Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit Tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh profesional dalam bidang pengauditan dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor serta mengurangi perhatian mereka terhadap aspek kualitatif dari indikasi salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan atas pelaporan keuangan (Dezoort, 2002). Time budget selalu digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi juga merupakan komponen penilaian dalam performance appraisal. Hal ini menimbulkan pressure kepada auditor untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan. Dibawah time budget pressure, auditor akan menerima pilihan

yang berisiko dan hanya fokus terhadap informasi yang penting. Time budget pressure yang terlalu ketat yang kemungkinan berdampak pada penurunan kualitas kinerja auditor serta berpengaruh terhadap kualitas pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh auditor (Burmansyah 2009). Gambar Model Penelitian

Kompetensi (X1)

Kemahiran Profesional (X2) Kualitas Audit Etika Auditor (X3) (Y)

Tekanan Anggaran Waktu (X4)

2.3.2

Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Kuncoro (2003:47) merupakan penjelasan sementara

tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dari kerangka konseptual dan uraian teoretis tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi terhadap kualitas audit. : Terdapat pengaruh signifikan antara kemahiran profesional (due profesional care) terhadap kualitas audit. H3 H4 : Terdapat pengaruh signifikan antara etika auditor terhadap kualitas audit. :Terdapat pengaruh signifikan antara tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit. 2.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini mempunyai 2 (dua) variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu kompetensi, kemahiran profesional, etika auditor dan tekanan anggaran waktu sedangkan variabel dependen yaitu kualitas audit. Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Penelitian No 1 variabel Dependen : Kualitas Audit Kualitas audit adalahProbabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan Penyelewengan yang terjadi dalam system akuntansi klien. 1. Ketepatan Waktu Penyelesaian tugas audit 2. Ketaatan pada standar auditing 3. Komunikasi tim audit dengan manajemen klien 4. Perencanaan dan pelaksanaan 5. Indepedensi dalam pembuatan laporan outcome / laporan audit.

Definisi Operasional

Indikator

Skala

Ordinal

2

Independen : a. kompetensi

Kompetensi Keseluruhan pengetahuan, kemampuan,

adalah 1.Pengetahuan 2.Pengalaman 3.Pendidikan atau 4.Pelatihan

Ordinal

keterampilan dan sikap kerja ditambah atributkepribadian

yang dimiliki oleh seseorang yang

mencakup kemampuan berfikir keluasan pengetahuan, kecerdasan emosional, pengalaman, pelatihan, sikap positif, keterampilan kerja kreatif,

serta kondisi kesehatan yang baik dan bisa dibuktikan dalam pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab dibebankan kepadanya. yang

Kecermatan dan b. Kemahiran keseksamaan dalam

1. kecermatan 2. keseksamaan

Ordinal

profesional

penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut.

dalam penggunaan kemahiran profesional 3. berpikir kritis terhadap bukti audit.

c. Etika Auditor

Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturanaturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu

1. Ketaatan terhadap Kode Etik Auditor. 2. Hubungan antara sesama auditor, klien dan masyarakat.

Ordinal

d.

Tekanan Anggaran Waktu

Tekanan anggaran waktu adalah suatu keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan baku.

1. waktu penugasan yang terbatas(sempit). 2. Beban pekerjaan yang terlalu berat atau banyak

Ordinal

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2010:2) metode penelitian adalah : Cara ilmiah untuk mendapatkan data valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian studi empiris,

yang dikemukakan oleh Sugiyono. Pengertian metode studi empiris menurut Sugiyono (2010:2) adalah : Penelitian empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi dan waktu penelitian ini adalah : Tempat Waktu : Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung : Maret-Mei

3.3 3.3.1

Populasi dan Sampel Populasi Menurut Sugiyono dalam buku (2010:80) populasi dapat didefinisikan sebagai

berikut : Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi adalah sekelompok objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu dan dapat dikategorikan ke dalam objek tersebut berupa manusia, dokumen-dokumen atau file-file yang dapat dianggap sebagai objek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi sasaran adalah objek penelitian yang akan digunakan untuk menjadi sasaran penelitian. Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi populasi sasaran adalah para auditor yang ada di Kantor Akuntan Publik. 3.3.2 Ukuran Sampel Menurut Sugiyono (2010:81), sampel dapat didefinisikan sebagai berikut : Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Pengukuran sampel merupakan langkah-langkah untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil dalam melaksanakan suatu penelitian. Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa sampel yang dipilih harus representative artinya segala karakteristik populasi hendaknya tercemin dalam sampel yang dipilih. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan populasi sebenarnya.

2.4

Teknik Dan Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dari data primer, yaitu data

yang diperoleh atau dikumpulkan dari hasil penyebaran kuesioner pada Kantor Akuntan Publik tempat penulis melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keteranganketerangan yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian secara langsung terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian dan pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan ( Field Research) Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka diperlukan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Maka sarana untuk memperoleh data dan informasi tersebut adalah :

a. Wawancara ( interview) Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan para pegawai yang berwenang di lingkungan perusahaan untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti. b. Pengamatan langsung ( observation) Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. c. Kuesioner Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. 2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research) Dalam melaksanakan studi kepustakaan, dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan literature-literatur ataupun sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

2.5

Metode Analisis Data Analisis data adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah

diinterprestasikan. Data yang terhimpun dari hasil penelitian akan penulis bandingkan antara data yang ada di lapangan dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan data

yang akurat dan dapat dipercaya yang nantinya akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Menurut Sugiyono (2010:147), menyatakan pengertian Analisis data adalah sebagai berikut : Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul, kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasrkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Adapun analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis kompetensi, kemahiran profesional (due profesional care), etika auditor dan tekanan anggaran waktu (time pressure budget) pada beberapa Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. 2. Menganalisis Kualitas audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. 3. Menganalisis pengaruh kompetensi, kemahiran profesional (due profesional care), etika auditor dan tekanan anggaran waktu (time pressure budget) terhadap kualitas audit.

DAFTAR PUSTAKA

Ida Rosnidah. 2008. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit dan Spesialisasi Auditor di Bidang Industri Klien Terhadap Kualitas Audit dan Implikasinya pada Kepuasan Pengguna Jasa Audit (survei pada Emiten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.) Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad. http://ejournal.unud.ac.id Jurnal Ekonomi dan Bisnis vol.XIII No.1,Maret 2007: 54-78, Pengaruh kompeleksitas Audit dan Tekanan Anggaran Waktu Terhadap kualitas Audit. Mulyadi. 2009. Auditing. Cetakan ke-6. Jakarta : Salemba Empat. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X Uhas Makassar 26-28 Juli 2007, Pengaruh Kompetensi dan Indepensi Terhadap Kualitas Audit. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) 2001. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta : Salemba Emapat. Arens a. Alvin, Elder j. Randal, Beasley S. Mark. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Edisi Kesembilan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Indeks. Simamora. 2008 : Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Universitas Trunojoyo, Bangkalan. http://nem-idunggede.blogspot.com/2009/11/skandalmanipulasi- laporan-keuanganpt.html.http://elib.unikom.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-pramajakat 26952