BAB I Coba
-
Upload
blacklights -
Category
Documents
-
view
444 -
download
0
Transcript of BAB I Coba
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekadar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang yang sehat jiwa dapat
mempercayai orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok
(Depkes, 2005).
Kesehatan jiwa telah menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat
(public health) yang dihadapi semua negara. Salah satu pemicu terjadinya
berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana
tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan dan kemajuan
teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung
namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan
menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat
sekitarnya, dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4)
disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (Djatmiko, 2007).
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat
masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri.
Keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif,
kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut
tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan
serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat
pembangunan karena mereka tidak produktif dan tidak efiesien (Hawari,
2003).
Secara umum, gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu
psikosa dan non psikosa. Golongan psikosa ditandai dengan dua gejala utama
yaitu tidak adanya pemahaman diri (insight) dan ketidakmampuan menilai
realitas (reality testing ability, RTA) sedangkan golongan non psikosa, kedua
gejala utama tersebut masih baik. Golongan psikosa itu sendiri dibagi dalam
dua sub golongan yaitu psikosa fungsional dan psikosa organik. Salah satu
jenis gangguan jiwa psikosa fungsional yang terbanyak adalah skizofrenia
(Hawari, 2003).
Data dari penelitian WHO (2005) memperkirakan prevalensi gangguan
jiwa dalam masyarakat berkisar antara satu sampai tiga permil penduduk.
Sebagai contoh, bila dalam suatu kota yang berpenduduk lebih kurang 30 juta,
maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Dengan demikian
10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik, maka terdapat 3.000-
9.000 penderita psikotik yang harus dirawat (Izzudin, 2005).
2
Berdasarkan data dari Pusat Data Skizofrenia Amerika Serikat (2002)
tiga perempat klien dengan skizofrenia berusia 16-25 tahun. Data ini memiliki
kesamaan dengan pernyataan Hawari (2001) yang mengatakan bahwa
skizofrenia di Indonesia umumnya menyerang remaja pada kelompok usia 16-
25 tahun. Skizofrenia mempengaruhi lebih banyak laki-laki dibanding
perempuan. Pada kelompok usia 25-30 tahun, penyakit ini lebih banyak
menyerang perempuan dibanding laki-laki.
Di Indonesia sendiri angka klien dengan skizofrenia 25 tahun yang lalu
diperkirakan mendekati 1/1000 penduduk, dan proyeksi 25 tahun mendatang
mencapai 3/1000 penduduk. Mayoritas klien dengan skizofrenia berada di
kota-kota besar. Ini terkait dengan tingginya stress yang muncul di daerah
perkotaan akibat kerasnya persaingan hidup dan semakin merebaknya alih
teknologi dan ilmu saat ini (Hawari, 2001).
Dari sekian banyak penderita skizofrenia tersebut di atas, diperkirakan
prevalensi terjadinya waham adalah 24%-30% (Tanod, 2009). Artinya 3 dari
10 orang yang menderita skizofrenia mengalami waham. Waham lebih sering
terjadi pada wanita daripada pria dan kebanyakan kasus didiagnosa pada usia
40-45 tahun, namun juga dapat terjadi pada usia dewasa muda (Tanod, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian medical record Badan
Pengelola Rumah Sakit Dadi Propinsi Sulawesi Selatan didapatkan jumlah
penderita waham mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2007
dari 9.245 pasien gangguan jiwa, 682 orang (7%) diantaranya adalah pasien
3
waham. Sedangkan pada tahun 2008, dari 10.567 pasien gangguan jiwa, 1.653
orang (16%) diantaranya adalah penderita waham.
Merujuk pada angka pasien yang mengalami waham di atas, maka hal ini
merupakan masalah bagi dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia.
Pasien dengan waham dapat mengalami kerusakan pada komunikasi
verbalnya. Selain itu, pasien dengan waham juga dapat berakibat terjadinya
resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan
diri, orang lain, dan lingkungan (Syahbana, 2009), pemberian asuhan
keperawatan yang profesional diharapkan mampu mengatasi hal ini.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian menggunakan metode studi kasus dengan penerapan
“Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. Y dengan Masalah Utama
Gangguan Isi Pikir: Waham Kebesaran Di Ruang Sawit BPRS Dadi
Makassar Tanggal 18-20 Agustus 2009.”
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada klien Tn. “Y” dengan gangguan isi pikir: waham
kebesaran di ruang perawatan Sawit BPRS. Dadi Makassar.
4
2. Tujuan Khusus
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam:
a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan benar pada klien Tn. “Y”
dengan gangguan isi pikir: waham kebesaran.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan benar pada klien Tn. “Y”
dengan gangguan isi pikir: waham kebesaran.
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan dengan tepat pada klien
Tn. “Y” dengan gangguan isi pikir: waham kebesaran.
d. Melakukan implementasi keperawatan dengan benar pada klien Tn.
“Y” dengan gangguan isi pikir: waham kebesaran.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan dengan benar pada klien Tn. “Y”
dengan gangguan isi pikir: waham kebesaran.
f. Menganalisa kesenjangan antara teori dan data yang ditemukan pada
kasus serta mencari alternatif pemecahan masalahnya.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di
Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan keperawatan Makassar.
b. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan isi pikir: waham kebesaran.
2. Bagi Institusi
a. Sebagai bahan bacaan dan kerangka perbandingan untuk
pengembangan ilmu keperawatan.
5
b. Memperkaya khasanah sumber referensi dan data bagi mereka yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut di Politeknik Kesehatan
Makassar Jurusan Keperawatan Makasar.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan di BPRS. Dadi Makassar
agar dapat lebih mengetahui dan menambah pengalaman secara jelas
tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan isi pikir: waham
kebesaran.
b. Sebagai acuan atau kerangka dan pedoman kerja di rumah sakit dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan isi
pikir: waham kebesaran.
4. Bagi Masyarakat.
a. Sebagai salah satu wujud pengabdian terhadap masyarakat, terutama
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat yang
menjalani perawatan di Rumah Sakit.
b. Memberikan informasi tentang gangguan isi pikir: waham kebesaran.
D. METODE PENULISAN
1. Tempat dan Waktu
Studi kasus ini dilaksanakan di ruang perawatan Sawit BPRS Dadi
Makassar dalam waktu 3 (tiga) hari, mulai dari tanggal 18 sampai dengan
20 Agustus 2009.
2. Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
antara lain:
6
a. Studi kepustakaan: membaca berbagai sumber bacaan
yang erat kaitannya dengan judul karya tulis ini.
b. Pengumpulan data dengan teknik:
1) Observasi atau pengamatan:
cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistemik gejala-gejala yang diselidiki.
2) Wawancara: proses tanya
jawab untuk mendapatkan data secara langsung dari klien/keluarga.
3) Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
untuk mengetahui keluhan fisik yang dirasakan oleh klien.
4) Studi dokumentasi, yaitu
dengan melihat atau membaca status/catatan medik klien untuk
mengetahui riwayat pengobatan dan perawatan klien.
c. Metode studi kasus
Matode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan deskriptif
eksploratif, yaitu menggunakan pendekatan literatur dalam melihat
kesenjangan konsep dan teori dengan temuan kasus yang nyata,
meliputi kesenjangan teori dan kasus pada asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian hingga evaluasi.
d. Konsultasi dengan pembimbing institusi dan tim
kesehatan lainnya dalam rangka penyempurnaan karya tulis ini.
7
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ini akan dibahas lima bab secara sistematis
dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas latar belakang masalah, tujuan, manfaat,
metode dan teknik, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Gangguan Isi Pikir: Waham, meliputi:
pengertian waham, etiologi waham, tanda dan gejala waham,
kategori waham, jenis-jenis waham, rentang respon waham,
dan mekanisme koping pada pasien waham.
B. Konsep Dasar Keperawatan, meliputi: pengkajian, pohon
masalah, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Bab ini membahas tentang tinjauan kasus yang meliputi:
pengkajian, klasifikasi data, analisa data, pohon masalah, diagnosa,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bagian yang menguraikan tentang kesenjangan
antara konsep dasar dengan tinjauan kasus.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9