Bab I-bedah Ortopedi

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang normal dengan unit- unit neuromuscular yang menggerakkannya. Elemen tersebut juga berinteraksi untuk mendistribusikan stres mekanik ke jaringan sekitar sendi. Otot, tendon, ligamen, rawan sendi dan tulang saling bekerja sama agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna (Noer, S., 1996). Pembedahan dilakukan pada klien yang mengalami disfungsi musculoskeletal, untuk mngeoreksi masalah-maslah yang ditimbulkan. Masalah yang dikoreksi meliputi stabilitas fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, sindrom kompartemen, bahkan terhadap tumor. Sekitar tahun 1951 diperkenalkan satu bedah orthopedi yang ditemukan oleh Gavriel Ilizarov, seorang ahli ortopedik asal Rusia. Teknik yang dikenal dengan nama “ Ilizarov “. Selama ini, operasi yang dilakukan di Indonesia masih menggunakan metode ilizarov. Metode itu digunakan untuk mengoreksi bentuk kaki yang tidak simetris atau dikenal dengan istilah osteogenesis distraksi. Caranya, dengan melakukan pembukaan tulang dari luar ke 1

description

Bedah ortopedi

Transcript of Bab I-bedah Ortopedi

Page 1: Bab I-bedah Ortopedi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada efektifnya interaksi antara sendi

yang normal dengan unit-unit neuromuscular yang menggerakkannya. Elemen tersebut

juga berinteraksi untuk mendistribusikan stres mekanik ke jaringan sekitar sendi. Otot,

tendon, ligamen, rawan sendi dan tulang saling bekerja sama agar fungsi tersebut dapat

berlangsung dengan sempurna (Noer, S., 1996).

Pembedahan dilakukan pada klien yang mengalami disfungsi musculoskeletal,

untuk mngeoreksi masalah-maslah yang ditimbulkan. Masalah yang dikoreksi meliputi

stabilitas fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, sindrom

kompartemen, bahkan terhadap tumor.

Sekitar tahun 1951 diperkenalkan satu bedah orthopedi yang ditemukan oleh

Gavriel Ilizarov, seorang ahli ortopedik asal Rusia. Teknik yang dikenal dengan nama

“ Ilizarov “. Selama ini, operasi yang dilakukan di Indonesia masih menggunakan

metode ilizarov. Metode itu digunakan untuk mengoreksi bentuk kaki yang tidak

simetris atau dikenal dengan istilah osteogenesis distraksi. Caranya, dengan melakukan

pembukaan tulang dari luar ke dalam. ''Kelemahannya, pasien merasa tidak nyaman,

luka sayatan pun menjadi lebih besar, proses penyembuhannya menjadi lebih lama, 

bila tidak hati-hati, bisa timbul infeksi.

Sekarang telah diketemukan metode pembedahan tulang baru yang disebut

dengan metode “ Fitbone “.Berbeda dengan Ilizarov, metode fitbone  dilakukan

pertama kali di Singapura pada Tahun 2001, teknik fitbone ini merupakan teknik

dengan teknologi tinggi dan efek samping yang sangat kecil. Selain itu, teknik ini bisa

membuat pasien kembali beraktivitas seperti semula.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah

sebagai berikut.

1

Page 2: Bab I-bedah Ortopedi

a. Apa pengertian bedah ortopedi ?

b. Apa saja tujuan pembedahan ortopedi ?

c. Apa saja jenis – jenis pembedahan ?

d. Apa saja macam – macam gangguan ortopedi ?

e. Apa saja tindakan pada preoperatif ortopedi ?

f. Apa saja tindakan pada pascaoperatif ortopedi ?

g. Apa saja pemeriksaan penunjang pada bedah ortopedi ?

h. Bagaimana penatalaksanaan pada bedah ortopedi ?

i. Apa saja komplikasi dari bedah ortopedi dan bagaimana pencegahannya?

j. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan bedah ortopedi ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Menjelaskan tentang bedah ortopedi.

b. Tujuan Khusus

(1) Mengetahui pengertian bedah ortopedi.

(2) Mengetahui tujuan pembedahan ortopedi.

(3) Mengetahui jenis – jenis pembedahan.

(4) Mengetahui macam – macam gangguan ortopedi.

(5) Mengetahui tindakan pada preoperatif ortopedi.

(6) Mengetahui tindakan pada pascaoperatif ortopedi.

(7) Mengetahui pemeriksaan penunjang pada bedah ortopedi.

(8) Mengetahui penatalaksanaan pada bedah ortopedi.

(9) Mengetahui komplikasi dan pencegahan dari bedah ortopedi.

(10) Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien dengan bedah ortopedi.

2

Page 3: Bab I-bedah Ortopedi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Bedah Ortopedi

2.1.1 Pengertian Bedah Ortopedi

Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan dengan

pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem rangka, persendiannya, dan stuktur

yang berkaitan. Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem

muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik (Dorland, 1998).

Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi

disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi

sendi, jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem

muskuloskeletal (Brunner & Suddart).

Bedah orthopedi meliputi proses keperawatan preoperatif ortopedi dan

pascaoperatif ortopedi.

2.1.2 Tujuan Pembedahan Ortopedi

Pembedahan dilakukan pada klien yang mengalami disfungsi

musculoskeletal, untuk mngeoreksi masalah-maslah yang ditimbulkan. Masalah

yang dikoreksi meliputi stabilitas fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan

infeksi atau nekrosis, sindrom kompartemen, bahkan terhadap tumor.

Tujuan umum pembedahan ortopedi adalah memperbaiki fungsi dengan

mengembalikan gerakan dan stabilitas, mengurangi nyeri dan disabilitas.

2.1.3 Jenis – Jenis Pembedahan

Pembedahan ortopedi biasanya meliputi sebagai berikut :

a. Reduksi terbuka

Melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah

setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang

patah.

3

Page 4: Bab I-bedah Ortopedi

b. Fiksasi interna

Stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan sekrup, plat,

paku, dan pin logam.

Selain fiksasi interna ada fiksasi eksterna yaitu alat yang diletakkan

diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan

dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian

proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu

sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau

kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat

dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis.

Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang

diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona

trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan

rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk

menstabilisasikan fraktur.

c. Graft tulang

Penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk

memperbaiki penyembuhan untuk menstabilisasi atau penggantian tulang

yang terkena penyakit.

d. Amputasi

Adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota

tubuh/anggota gerak yang disebabkam karena adanya trauma, gangguan

peredaran darah, osteomielitis, kanker melalui tindakan pembedahan.

e. Artoplasti

Memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang

memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang

besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.

4

Page 5: Bab I-bedah Ortopedi

f. Menisektomi

Adalah eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

g. Penggantian sendi

Penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.

h. Penggantian sendi total

Merupakan penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendi

dengan bahan logam atau sintetis.

i. Transfer tendon

Adalah pemindahan insersi tendon untuk memperbaiki fungsi.

j. Fasiotomi

Pemotongan fasia otot untuk menghilangkan kontraksi otot atau

mengurangi kontraktur fasia. (Brunner & Suddarth. 2006)

2.1.4 Macam – Macam Gangguan Ortopedi

a. Fraktur

Adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150

klasifikasi fraktur, 5 diantaranya adalah;

1) Inclomplete : fraktur hanya melibatkan bagian potongan menyilang

tulang. Salah satu sisi patah, yang lain biasanya hanya bengkok atau

greenstick.

2) Complete : garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari

tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.

3) Tertutup (simple) : fraktur tidak meluas melewati kulit

4) Terbuka (compound) : fragmen tulang meluas melewati otot dan

kulit, dimana potensian untuk terjadi infeksi.

5

Page 6: Bab I-bedah Ortopedi

5) Patologis : fraktur terjadi pada penyakit tulang atau seperti kanker,

osteoporosis, dengan tak ada trauma atau hanya minimal.

b. Bedah rekrontuksi wajah

c. Amputasi :

Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, dan

gangguan kongenital. Untuk tujuan perencanaan asuhan ini, amputasi

adalah pengangkatan melalui bedah atau traumatik pada tungkai.

Amputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering dari pada amputasi

ekstremitas atas. Terdapat dua tipe amputasi:

1) Terbuka (provisional), yang memerlukan teknik aseptik ketat dan

refisi lanjut.

2) Tertutup atau flaps.

d. Penggantian sendi total

Penggantian sendi diindikasikan unuk kerusakan sendi peka rangsang

dan nyeri yang tak hilang (contoh; degeneratif dan artritis reumatoid;

fraktur tertentu (contoh, leher femur), ketidakstabilan sendi panggul

kongenital. Penggantian panggula dan lutut dalam bedah paling umum.

Prostase mungkin besi atau polietilen (atau kombinasi) dan ditanam

dengan semen akrilik, atau mungkin sesuatu yang berpori-pori, implan

bersalut yang mendorong pertumbuhan tulang kedalam (Doengoes

Marilyn. 2000.)

2.1.5 Preoperatif Ortopedi

Umumnya individu yang akan dioperasi akan mengalami beragam

ketakutan, rasa ketidakberdayaan, ketakutan akan masa depan yang harus

dilalui, dan ketakutan akan kematian yang muncul ketika klien berhadapan

dengan persiapan operasi. Periode preoperasi adalah waktu untuk

menghilangkan ketakutan klien dengan mempersiapkan mental dan fisik untuk

menjalani operasi. Fase preoperasi dimulai ketika klien pertama kali

mempertimbangkan dan diakhiri ketika masuk ke dalam ruang operasi.

6

Page 7: Bab I-bedah Ortopedi

a. Persiapan Administrasi Preoperasi

Beberapa institusi mempunyai bentuk beragam dalam administrasi

preoperasi. Perawat bertanggung jawab dalam mempersiapkan klien,

meyakinkan bahwa klien telah dipersiapkan dengan baik untuk menjalani

operasi maupun tahap selanjutnya. Berikut ini diuraikan implementasi dan

rasionalisasi pada tahap persiapan operasi ( Lukman Nurnaningsih, 2009 ).

No Implementasi Rasional

1 Mencuci tangan. Mengurangi pergerakan mikroorganisme.

2 Periksa kembali surat izin pembedahan (informed contcent), berbagai resiko dan perlengkapan klien.

Memberikan informasi akutan dan sebagai data dasar.

3 Periksa kembali nama klien, nama belakang dan nama panggilan.

Melindungi keabsahan dan melengkapi kenyamanan klien.

4 Tanyakan apakah klien memiliki pertanyaan lain tentang pembedaan dan jelaskan prosedur.

Mengurangi kecemasan, mungkin klien tidak tahu resiko komplikasi.

5 Lengkapi data preoperasi, termasuk riwayat dahulu, pengkajian fisik, dan ketepatan pemeriksaan.

Melengkapi data dasar.

6 Pengkajian persarafan, termasuk genggaman tangan, menekuk lutut, serta plantar dan dorsolfleksi pada kaki.

Melengkapi data dasar, untuk pengkajian pascaoperasi.

7 Mengakaji nadi, tekanan darah nadi apikal, nadi perifer, suhu badan, dan dibandingkan dengan informasi yang sudah didapat. Lebih dar 50% klien mmbutuhkan daa dasar EKG.

Melengkapi data dasar, bila ada beberapa yang tidak lazim beri catatan.

8 Auskultasi paru-paru kiri dan kanan, bagian depan dan

Melengkapi data dan adanya resiko komplikasi.  

7

Page 8: Bab I-bedah Ortopedi

belakang.

9 Kaji sistem gastrointestinal, makan terakhir, alergi makanan, bising usus, BAB/BAK terakhir.

Melengkapi data dasar, mencegah mual pascaoperasi, muntah. Biasanya instruksi puasa ( nothing per-oral-NPO ) dimulai dini hari.

10 Kaji alat genitalia/sistem perkemihan ( menstruasi terakhir ).

Melengkapi data dasar.

11 Mengkaji kekencangan kulit dan kekuatan otot.

Melengkapi data dasar.

12 Pastikan tidak ada alergi atau reaksi merugikan selama pembedahan / penggunaan anastesi.

Khususnya alergi iodin, karena povidon iodine adalah antiseptik umum yang dipakai pada perlengkapan untuk pembedahan.

13 Dapatkan riwayat pengobat. Menghindari interaksi dalam pengobatan.

14 Pastikan riwayat penggunaan alkohol, kapan terakhir penggunakan.

Penggunakan alkhohol  bisa mengubah rasa nyeri.

15 Periksa / timbang berat badan. Untuk pengkajian pascaoperasi.

16 Periksa keluarga dan status perannya dalam keluarga.

Keberadaan keluarga atau orang dekat, bisa menurunkan kecemasan, dan menambah dukungan.

17 Pastikan klien siap untuk dioperasi dan permintaan lagsung akan pembedahan (misalnya ingin hidup setelah operasi)

Melengkapi data, permintaan akan diteruskan/disampaikan kepada keluarga sebagai wali.

18 Lepaskan semua benda-benda yang dipakai. Untuk barang berharga disimpan ditempat khusus dan terkunci atau diberikan kepada keluarga (misal cincin kawin)

Menjaga keamanan barang-barang milik klien

8

Page 9: Bab I-bedah Ortopedi

19 Bila ada kacamata atau gigi palsu, tempatkan di tempat khusus dan diberi label.

Menjaga keamanan barang-barang milik klien.

20 Catat cairan intravena, termasuk pesanan cairan.

Mengikuti pesanan dan panduan/ prosedur.

21 Catat pengobatan termasuk order. Pastikan ceklist preoperasi sudah lengkap.

Melaksanakan panduan dan order.

22 Antarkan klien ke tempat operasi yang nyaman.

Melaksanakan prosedur baku.

23 Beritahu anggota keluarga dimana tempat menunggu dan tempat memperoleh informasi ketika pembedahans selesai.

Melengkapi jaminan kepada klien dan keluarga.

2.1.6 Pascaoperatif Ortopedi

Segera pascaoperasi klien dikirim ke area khusus yang disebut ruang

pemulihan, unit setelah operasi atau unit penyembuhan setelah operasi (PACU).

Anestesi dan prosedur operasi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

tubuh dan merupakan masa kritis. Klien diobservasi secara ketat pascaoperasi,

untuk memastikan bahwa sistem tubuhnya kembali ke keadaan normal.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Kadar Hb

3) Hitung darah putih

4) Kadar kalsium serum dan fosfor serum

9

Page 10: Bab I-bedah Ortopedi

5) Fosfatase asam dan fosfatase alkali

6) Kadar enzim serum kreatinin kinase (CK) dan SGOT, aspartat

aminotransferase

b. Pemeriksaan urin : Kadar kalsium urin

c. Pemeriksaan radiologi

1) Sinar-X

Sinar-X standar akan menampakan perubahan struktural atau

fungsional pada tulang dan sendi yang secara umum digunakan

untuk menilai masalah atau penyakit muskuloskeletal.

2) Arthrography

Arthrography akan memberikan visualisasi radiografik setelah

udara dan media kontras dimasukan ke sendi.

3) Myelography

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi kerusakan jaringan

chorda spinalis dan ujung–ujung saraf.

4) Scan tulang

Scan tulang memberikan tampilan gambar sistem tulang

setelah injeksi radioactive tracer.

5) Scan computed tomography (CT)

CT Scan dapat memberikan gambar irisan melintang dari

jaringan lunak dan tulang yang mengalami ketidaknormalan.

6) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI menyediakan ganbar-ganbar yang sensitif yang dapat

membedakan antara jaringan solid, lemak, darah dan tulang.

7) Analisis Cairan Synovial

Sebagian dari synovial diambil dengan jarum berlobang besar

yang dimasukan kedalam kapsul sendi. Cairan tersebut kemudian

dianalisa terhadap penyakit-penyakit sendi yaitu sepsis, perdarahan,

inflamasi dan noninflammasi.

2.1.8 Penatalaksanaan

10

Page 11: Bab I-bedah Ortopedi

Banyak pasien yang mengalami difungsi muskuloskletal harus menjalani

pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Masalah yang dapat dikoreksi

meliputi stabilisasi fraktur, deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau

nekrosis, gangguan peredaran darah (misalnya : sindrom kompartemen) dan

adanya tumor. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi reduksi

terbuka dengan fiksasi interna (ORIF, Open Reduction and Internal Fixation)

untuk fraktur; artroplasti, menisektomi, dan penggantian sendi untuk masalah

sendi, amputasi untuk masalah ekstremitas berat (misalnya : gangren trauma

masif); graft tulang untuk stabilisasi sendi, mengisi defek, atau perangsang

untuk penyembuhan, dan transfer tendon untuk memperbaiki gerakan. Sasaran

kebanyakan pembedahan ortopedi adalah memperbaiki fungsi dengan

mengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri dan disabilitas.

2.1.9 Komplikasi dan Pencegahan

a. Syok Hipovolemik

Kehilangan darah besar-besaran selama atau setelah pembedahan,

dapat mengakibatakan syok hipovolemik. Pantau kondisi klien setelah

pembedahan bila klien mengalami syok hipovoemik. Identifikasi tanda

dan gejala awal syok, misalnya peningkatan denyut nadi, penurunan

tekanan darah dan keluaran urin kurang dari 30 ml/jam, gelisah, perubahan

kesadaran, rasa haus, penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit darah.

Segera melaporkan ke dokter ahli bedah ortopedi, bila ditemukan tanda

dan gejala syok hipovolemik.

b. Atelaktasis dan Pneumonia

Pada pasien pre dan post bedah sering mengalami gangguan

pernafasan. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan

sekresi pernapasan dan terjadinya atelaktasis dan pneumonia.

Anjurkan klien latihan napas dalam dan batuk efektif serta pantau

suara paru. Pengembangan paru yang penuh dapat mencegah penimbunan

sekresi pernapasan dan terjadinya atelektasis serta pneumonia. Bila

11

Page 12: Bab I-bedah Ortopedi

diindikasikan menggunakan spirometri intensif, anjurkan klien untuk

menggunakannya. Bila muncul tanda gangguan pernapasan misalnya

peningkatan frekuensi pernapasan, batuk produktif, suara napas menurun

dan jauh, serta demam, segera lapor ke dokter ahli bedah.

c. Retensi Urine

Pengeluaran urine harus dipantau setelah pembedahan setiap jam.

Anjurkan klien untuk BAK  setiap 3 sampai 4 jam sekali untuk mencegah

retensi urine dan distensi kandung kemih. Berikan privasi selama klien

BAK. Bantu klien dalam berkemih dan melakukan perubahan posisi,

karena klien BAK dalam posisi yang tidak biasa. Gunakan pispot khusus,

misalnya untuk klien fraktur, biasanya akan lebih nyaman dibanding

dengan pispot jenis lain. Pada beberapa klien pria hanya dapat berkemih

jika dalam posisi tegak, mintakan kejelasan kepada dokter tentang

pembatasan gerak sebelum membantu klien berkemih dalam posisi tegak.

Bila klien tidak mampu berkemih, kateterisasi intermiten dapat dilakukan

sampai klien mampu berkemih secara mandiri

.

d. Infeksi

Infeksi merupakan risiko pada setiap pembedahan, bahkan pada

semua tindakan invasif. Risiko infeksi akibat tindakan invasif mencapai

80%. Infeksi merupakan perhatian khusus terutama pada klien

pascaoperasi ortopedi karena tingginya resiko osteomielitis. Osteomielitis

sering memerlukan pemberian antibiotik intravena jangka panjang.

Sesegera mungkin tulang, prostesis dan alat fiksasi interna yang terinfeksi

harus diangkat. Itulah sebabnya, antibiotik sistemik diberikan selama

perioperatif dan pascaoperatif.

Kaji respon klien terhadap penggunaan antibiotik. Pertahankanlah

teknik aseptik pada saat mengganti balutan dan mengeringkan cairan.

Pantau tanda vital klien, inspeksi luka klien, dan catat sifat serta jenis

cairan yang keluar. Bila ditemukan tanda–tanda infeksi seperti

12

Page 13: Bab I-bedah Ortopedi

peningkatan suhu, rasa nyeri, adanya pus, bengkak yang tampak jelas,

segera laporkan kepada dokter.

e. Trombosis Vena Profunda

Penyakit trombeobolik merupakan salah satu dari semua komplikasi

yang paling sering dan paling berbahaya pada klien pasca operasi

ortopedi. Pencegahan trombosis vena profunda memerlukan upaya

pencegahan yang dapat dilakukan dengan latihan "pemompaan" betis dan

pergelangan kaki, pemakaian stoking elastis atau alat penekan berkala,

hidrasi yang adekuat, dan mobilisasi awal. Dorong klien untuk minum

yang banyak agar mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang

menyertainya, yang akan mnyebabkan statis. Warfarin profilaksis atau

heparin dengan dosis yang disesuaikan dapat diberikan untuk mencegah

trombosis vena dalam, sedangkan aspirin tidak memperlihatkan efek

profilaksis yang jelas terhadap adanya trombosis vena dalam.

Perawat harus memantau klien terhadap adanya tanda trombosis vena

profunda dan segera melaporkan temuan tersebut kepada dokter untuk

mendapatkan penanganan segera. ( Sabiston, David 2000 )

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Bedah Ortopedi

2.2.1 Pengkajian

a. Preoperatif Ortopedi

Fokus pegkajian dipusatkan pada hidrasi, riwayat pengobatan

terbaru, dan kemungkinan adanya infeksi (Smeltzer, 2006).

1) Hidrasi

Hidrasi yang adekuat merupakan sasaran yang penting pada

klien ortopedi. Imobilisasi dan tirah baring dapat menyebabkan

trombosis vena dalam, stasis urine dan infeksi kandung kemih yang

dapat mengakibatkan pembentukan batu. Hidrasi yang adekuat

menurunkan kekentalan darah dan memperbaiki aliran kemih dan

membantu mencegah terjadinya tromboplebitis dan masalah sluran

13

Page 14: Bab I-bedah Ortopedi

kemih. Untuk menentukan hidrasi preoperatif, harus dikaji kulit,

tanda vital, keluaran urine, dan hasil pemeriksaan laboratorium

untuk membuktikan adanya dehidrasi.

2) Riwayat Pengobatan

Riwayat pemakaian obat dapat memberikan informasi untuk

penanganan perioperatif. Terapi steroid, baik yang baru maupun di

masa lalu, dapat memperburuk kemampuan tubuh menghadapi stress

operasi. Klien dengan infeksi kronis, misal artritis reumatoid,

penyakit paru akut sering mendapatkan pengobatan kortikosteroid

untuk mengontrol gejalanya. Kortikosteroid perlu diberikan

preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif agar kortikosteroid darah

adekuat dan mencegah terjadinya insufiensi adrenal karena supresi

fungsi adrenal. Penggunaan obat-obatan yang lain seperti

antikoagulan, obat kardiovaskular atau insulin, perlu dicatat dan

dibahas bersama ahli bedah dan ahli anestesiologi agar

penanganannya adekuat.

3) Infeksi

Tanyakan apakah klien mengalami demam, masalah gigi,

infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi lain dalam dua mnggu

sebelum operasi. Osteomielitis dapat terjadi melalui penyebaran

hematologik. Disabilitas permanen dapat terjadi akibat infeksi yang

terjadi dalam tulang dan sendi. Infeksi yang kebetulan ada juga harus

dioabati sebelum dilakukan pembedahan ortopedi terencana.

Daerah pengkajian operasi lainnya, sama dengan yang

dilakukan pada klien yang menjalani pembedahan pada umumnya.

Bila klien perlu diberi obat preoperatif, obat tersebut harus

disuntikkan ke dalam daerah yang sehat, karena absorbsi jaringan

jauh lebih baik pada daerah yang tidak mengalami trauma.

4) Pemeriksaan Fisik

14

Page 15: Bab I-bedah Ortopedi

(a) Move /Gerak

Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan

menggerakan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat

keluhan nyeri pada pergerakan. Pada pemeriksaan move,

periksalah bagian tubuh yang normal terlebih dahulu, selain

untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk

mengetahui gerakan normal penderita.

Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang

abnormal didaerah fraktur (kecuali fraktur incomplete).

Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari

tiap arah pergerakan, mulai dari titik 0 (posisi netral) atau

dengan ukuran metric. Pencatatan ini penting untuk

mengetahui apakah ada gangguan gerak.

Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat

disebabkan oleh factor intraarticuler atau ekstraarticuler.

Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila

penderita sendiri yang menggerakan karena disuruh oleh

pemeriksa) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang

menggerakan).

Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring,

juga perlu dilihat waktu berdiri dan berjalan. Pada

pemeriksaan jalan, perlu dinilai untuk mengetahui apakah

adanya pincang atau tidak. Pincang dapat disebabkan oleh

karena instability, nyeri, discrepancy atau fixed deformity.

(b) Anggota gerak

Sendi bahu merupakan sendi yang bergerak seperti bumi

(Global Joint). Ada beberapa sendi yang mempengaruhi gerak

sendi bahu, yaitu gerak tulang belakang meliputi gerak sendi

stenoclavicula, gerak sendi acromioclavicul, gerak sendi gleno

humeral, gerak sendi scapulo thoracal (floating joint).  Karena

gerakan tersebut di isolasi satu persatu, maka gerakan tersebut

15

Page 16: Bab I-bedah Ortopedi

sukar untuk di isolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan

diperiksa bersamaan kanan dan kiri. Pemeriksa berdiri

dibelakang pasien, kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita

berbaring, maka pemeriksa ada disamping pasien.

(c) Sendi Siku

Gerak flexi ekstensi adalah gerakan ulna humeral

(olecranon terhadap humerus).

Gerak pronasi dan supinasi adalah gerakan dari antebrachi

dengan sumbu ulna. Hal ini diperiksa pada posisi siku 90˚

untuk menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.

(d) Sendi Pergelangan Tangan

Untuk memeriksa pergerakan ini, perlu dilakukan fixasi

dan gerakan bagian lain kaki dengan memegang tumit dan

dilakukan flexi (plantar flexi) dan extensi (dorso flexi).

Abduksi dan adduksi merupakan sebagian gerakan

subtalar (Talo calcaneal).

Inversi dan eversi merupakan gerakan seperti supinasi

dan pronasi dan merupakan gerakan dari kaki / tarsalia,

sedangkan jari – jari kaki seperti juga gerakan jari tangan

(MTP, PIP, DIP)

(e) Tulang Belakang

Bagian yang cukup mobile adalah daerah leher dan

pinggang. Pencatatan rotasi mungkin masih mudah dicatat

dengan derajat, tetapi flexi extensi biasanya selain dengan

derajat, dicatat dengan metric jarak dari dua titik tertentu.

Pertambahan panjang ukuran metric pada waktu bergerak flexi

atau extensi dari dua titik yang prominen, atau garis yang

menghubungkan kanan dan kiri yang memotong garis tegak

pada ketinggian tertentu.

b. Pascaoperatif Ortopedi

16

Page 17: Bab I-bedah Ortopedi

Segera setelah menerima klien dari kamar operasi, perawat

memeriksa klien berdasarkan status pemeriksaan kewaspadaan meliputi

tanda vital, irama jantung, kecepatan dan efisiensi pernapasan, saturasi

oksigen, patensi intravena, serta kondisi saat pembedahan. Khusus

pembedahan ortopedi, perawat mengkaji ulang kebutuhan klien berkaitan

dengan nyeri, perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas, dan konsep

diri.

Trauma skelet dan pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot,

dan sendi dapat mengakibatkan nyeri. Perfusi jaringan harus dipantau

karena edema dan perdarahan ke dalam jaringan dapat memperburuk

peredaran darah dan mengakibatkan sindrom kompartemen. Anestesi

umum, analgesik dapat menyebabkan kerusakan fungsi dari berbagai

sistem. Pengkajian terhadap fungsi pernapasan, gastrointestinal, dan

perkemihan memberikan data untuk memperbaiki fungsi sistem tersebut.

Pengkajian dan pemantauan klien mengenai risiko yang berkaitan dengan

pembedahan, seperti syok hipovolemi harus menjadi perhatian.

Beberapa masalah kolaborasi atau risiko komplikasi yang dapat

terjadi pada klien pascaoperasi ortopedi adalah syok hipovolemia,

atelektasis, pneumonia, retensi urine, infeksi, dan trombosis vena

profunda. Penyakit tromboembolik, merupakan salah satu dari semua

komplikasi yang paling sering dan paling berbahaya pada klien

pascaoperasi ortopedi. Usia lanjut, hemostasis, pembedahan ortopedi

ekstremitas bawah, dan imobilisasi merupakan faktor-faktor risiko.

Pengkajian tungkai bawah harus dilakukan setiap hari, dari adanya nyeri

tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis serta tanda Homan positif.

Temuan abnormal harus dilaporkan pada tim medis. Juga perlu dikaji

terjadinya emboli lemak, yang ditandai adanya perubahan pola napas,

tingkah laku, dan penurunan tingkat kesadaran klien.

Peningkatan suhu dalam 48 jam pertama sering kali berhubungan

dengan atelektasis atau masalah pernapasan lain. Peningkatan suhu pada

beberapa hari kemudian, sering berhubungan dengan infeksi saluran

17

Page 18: Bab I-bedah Ortopedi

kemih. Infeksi superfisial memerlukan sekitar lima sampai sembilan hari

kemudian.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a. Preoperatif Ortopedi

Berdasarkan pendapat Altman (1999)  dan Smeltzer (2002),

diagnosa keperawatan pada klien preoperasi adalah sebagai berikut.

1) Nyeri berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedi,

pembengkakan atau inflamasi.

2) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

pembengkakan, alat yang mengikat, atau gangguan aliran balik vena.

3) Kerusakan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hilangnya

kemandirian.

4) Gangguan citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran berhubungan

dengan dampak masalah muskuloskeletal.

5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan

atau penggunaan alat imobilisasi.

b. Pascaoperatif Ortopedi

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien

pascaoperasi ortopedi adalah sebagai berikut.

1) Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan

dan imobilisasi.

2) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

pembengkakan   alat yang mengikat, atau gangguan peredaran darah.

3) Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan  hilangnya

kemandirian.

4) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri,

pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi

(misal bidai, traksi, gips).

2.2.3 Intervensi / Perencanaan Keperawatan

18

Page 19: Bab I-bedah Ortopedi

a. Preoperatif Ortopedi

No DiagnosaTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1 Nyeri berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedi, pembengkakan atau inflamasi.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang atau teratasi.Kriteria Hasil:a. Klien

melaporkan nyeri berkurang.

b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1.

c. Menyatakan bahwa obat yang dipakai efektif dalam mengontrol nyeri.

d. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.

1) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.

2) Tingkatkan kenyamanan untuk mengurangi nyeri klien dengan mengajarkan cara nonfarmakologik/psikilogik, misal distraksi,relaksasi.

3) Atur periode istirahat tanpa terganggu.

4) Meninggikan ekstremitas yang bengkak.

5) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai order.

1) Mengetahui tanda-tanda vital pasien.

2) Teknik nonfarmalogik dapat meminimalkan atau mengurangi nyeri , relaksasi mengurangi ketegangan otot.

3) Untuk mempertahankan energi pasien dan mengurangi nyeri pasien

4) Untuk memperbaiki aliran balik vena

5) Kolaborasi dapat mempercepat proses kesembuhan.

2 Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat, atau gangguan aliran

Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Perfusi jaringan normal.Kriteria Hasil :Klien memperlihatkan

1) Kaji status neurovaskuler (misal warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, rasa nyeri, edema, parastesi, dan kekuatan otot).

2) Tinggikan

1) Mengetahui perubahan perfusi jaringan perifer dari pasien.

2) Untuk

19

Page 20: Bab I-bedah Ortopedi

balik vena. perfusi jaringan yang adekuat:a. Warna kulit

normal.b. Kulit hangat.c. Respons

pengisian kapiler normal (<3 detik).

d. Perasaan dan emosi stabil (normal).

e. Edema berkurang.

ekstermitas yang bengkak.

3) Longgarkan balutan gips yang terlalu ketat. Jika peredaran darah mengalami gangguan segera lapor ke tim medis segera.

4) Memposisikan pasien senyaman mungkin.

memperbaiki aliran balik vena.

3)  Pelonggaran dapat memperbaiki perfusi jaringan perifer ekstremitas pasien.

4) Posisi yang nyaman dapat mengurangi keluhan pasien.

3 Kerusakan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hilangnya kemandirian.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri maupun dengan bantuan.Kriteria Hasil:a. Pasien

mengungkapakan seara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh.

b. Pasien merasa nyaman.

1) Observasi tingkat fungsional pasien setiap pergantian tugas jaga, dokumentasikan dan laporkan setiap perubahan.

2) Lakukan program penanganan untuk kondisi penyebab gangguan muskuloskeletal, pantau kemajuan, laporkan respon terhadap penanganan baik respon yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Penanganan harus dilakukan secara konsisten.

1) Melalui observasi yang cermat, perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan pasien.

2) Untuk memastikan perawatan yang konsisten.

20

Page 21: Bab I-bedah Ortopedi

3) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhannya mengenai defisit perawatan diri.

4) Bantu pasien dalam melakukan perawatan diri.

3) Untuk menigkatkan koping individu dari pasien.

4) Untuk membantu memenuhi perawatan diri pasien

4 Gangguan citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran berhubungan dengan dampak masalah muskuloskeletal.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu menunjukkan peningkatan citra tubuh secara maksimal.Kriteria Hasil:a. Klien

mengekspresikan kosep diri yang positif.

b. Mampu menerima perubahan konsep diri, sementara maupun menetap.

c. Mampu mendiskusikan perubahan kinerja peran.

d. Berpartisipasi dalam pengambilan

1) Bina hubungan saling percaya (BHSP).

2) Dorong klien mengungkapkan perasaan dan rasa ketakutan.

3) Berikan informasi tentang gangguan muskuloskeletal yang dialami pasien.

1) BHSP yang baik dapat mempermudah dalam komunikasi dan menambah kepercayaan pasien akan kondisi fisik.

2) Penjelasan yang baik dapat membuat psien lebih siap dalam melakukan terapi operasi.

3) Informasi yang akurat dapat membantu pasien dalam menerima perubahan citra tubuh, penurunan rasa diri atau ketidakmampuan melakukan kewajiban peran dalam hidupnya.

21

Page 22: Bab I-bedah Ortopedi

keputusan rencana perawatan

5 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan atau penggunaan alat imobilisasi.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien dapat memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik.Krtiteria Hasil:a. Meminta bantuan

bila akan bergerak.

b. Mampu menggunakan alat bantu.

1) Bantu klien menggerakkan bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan yang adekuat.

2) Ekstermitas yang bengkak ditinggikan dan disokong dengan bantal.

3) Nyeri dikontrol dengan bidai dan berikan anti nyeri sebelum digerakkan.

4) Bila pascaoperasi harus menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan.

1) Meningkatakan dan memperbaiki tingkat mobilitas fisik dan sokongan memberikan tahanan.

2) Menghindari perluasan luka.

3) Mengurangi rasa nyeri.

4) Alat bantu membantu pasien terbiasa menggunakan alat bantu kelak.

Pendidikan Kesehatan

Memastikan informasi kepada klien disampaikan oleh petugas yang

berkompeten.

Jika klien mengajukan pertanyaan lebih lanjut, jawablah dengan baik dan

benar.

Ingatkan klien untuk tidak bertanya hal yang tidak penting.

Jelaskan pentingnya melepas cincin, gigi palsu, lensa kontak atau kaca mata.

Jelaskan untuk tidak makan selama pembedahan.

22

Page 23: Bab I-bedah Ortopedi

Informasikan pada klien, apa yang diharapkan dari preoperatif dan

postoperatif. Menunggu lama diruang operasi bias menimbulkan ketakutan

terutama bila klien tidak tahu apa yang diharapkan.

b. Pascaoperatif Ortopedi

No DiagnosaTujuan dan Kriteria

HasilIntervensi Rasional

1 Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang atau teratasi.Kriteria Hasil :a. Menggunakan

berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.

b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1.

c. Menyatakan bahwa obat yang dipakai efektif dalam mengontrol nyeri.

d. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.

1) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.

2) Posisikan pasien senyaman mungkin.

3) Mengobservasi tingkat dan jenis nyeri pasien akibat prosedur pembedahan.

4) Atur periode istirahat tanpa terganggu.

5) Kolaborasi dengan Tim medis : pemberian analgetik.

1) Mengetahui tanda-tanda vital pasien.

2) Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri pasien akibat pembedahan.

3) Untuk mengetahui tingkat dan jenis nyeri dengan metode P,Q,R,S,T.

4) Untuk mempertahankan energi pasien dan mengurangi nyeri pasien.

5) Kolaborasi dapat mempercepat proses kesembuhan.

2 Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam perfusi

1) Kaji status neurovaskuler (misal warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, rasa

1) Mengetahui perubahan perfusi jaringan perifer dari pasien.

23

Page 24: Bab I-bedah Ortopedi

pembengkakan alat yang mengikat, atau gangguan peredaran darah.

jaringan normal.Kriteria Hasil :Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat :a. Warna kulit

normal.b. Kulit hangat.c. Respons

pengisian kapiler normal (<3 detik.

d. Perasaan dan emosi stabil (normal).

e. Memperlihatkan pegurangan pembengkakan.

nyeri, edema, parastesi, dan kekuatan otot).

2) Tinggikan ekstermitas yang sakit.

3) Balutan yang ketat harus dilonggarkan.

4) Anjurkan pasien untuk melakukan pengesetan otot, latihan pergelangan kaki, pemompaan betis setiap jam.

2) Untuk memperbaiki aliran balik vena.

3) Pelonggaran dapat memperbaiki perfusi jaringan perifer ekstremitas pasien.

4) Memperbaiki peredaran darah.

3 Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan  hilangnya kemandirian.

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pasien mampu memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan.Kriteria hasil :a. Mengubah posisi

sendiri untuk menghilangkan tekanan pada kulit.

b. Menjaga hidrasi yang adekuat.

c. Berhenti merokok.

d. Melakukan latihan

1) Bantu klien untuk merubah posisi setiap 2 jam.

2) Pantau adanya luka akibat tekanan.

3) Lakukan perawatan kulit, lakukan pemijatan dan minimalkan tekanan pada penonjolan tulang.

4) Kolaborasi kepada tim gizi, pemberian menu seimbang dan pembatasan susu.

1) Menghindari adanya ulkus tekanan.

2) Menentukan intervensi selanjutnya.

3) Menghindari kerusakan kulit lebih lanjut.

4) Diet seimbang dengan protein danvitamin yang adekuat sangat diperlukan untuk penyembuhan

24

Page 25: Bab I-bedah Ortopedi

pernapasan.e. Bergabung

dalam latihan penguatan otot.

luka.

4 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi (misal bidai, traksi, gips).

Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan Selama 1x24 jam klien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik.Krtiteria Hasil :a. Meminta bantuan

bila bergerak.b. Meninggikan

eksternitas yang bengkak setelah bergeser.

c.  Menggunakan alatimobilitas sesuai petunjuk.

d. Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran.

1) Bantu klien menggerakkan bagian cedera dengan tetap memberikan sokongan yang adekuat.

2) Ekstermitas yang bengkak ditinggikan dan disokong dengan bantal.

3) Nyeri dikontrol dengan bidai dan berikan anti nyeri sebelum digerakkan.

4) Ajarkan pasien menggunakan alat bantu gerak (tongkat, kursi roda), dan anjurkan klien untuk latihan menggunakan alat bantu.

1) Meningkatakan dan memperbaiki tingkat mobilitas fisik dan sokongan memberikan tahanan.

2) Menghindari perluasan luka.

3) Mengurangi rasa nyeri.

4) Alat bantu membantu pasien terbiasa menggunakan alat bantu kelak.

2.2.4 Evaluasi

a. Preoperatif Ortopedi

No.

DxEvaluasi

1 Pasien melaporkan nyeri berkurang :

a. Menggunakan banyak pendekatan untuk mengurangi nyeri.

25

Page 26: Bab I-bedah Ortopedi

b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1.

c. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.

2 Pasien  memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat :

a. Warna kulit normal.

b. Kulit hangat.

c. Respons pengisian kapiler normal (<3 detik).

d. Perasaan dan emosi stabil.

e. Edema berkurang.

3 a. Pasien mengungkapakan secara verbal kepuasan tentang

kebersihan tubuh.

b. Pasien merasa nyaman.

4 Pasien  mengekspresikan konsep diri yang positif :

a. Mampu menerima perubahan konsep diri, sementara maupun

menetap.

b. Mendiskusikan perubahan kinerja peran.

c. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan rencana

perawatan.

5 Pasien dapat memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik :

a. Meminta bantuan bila akan bergerak.

b. Meninggikan ekstermitas yang bergerak setelah berpindah.

c. Menggunakan alat imobilisasi dan alat bantu sesuai kebutuhan.

b. Pascaoperatif Ortopedi

No.

DxEvaluasi

1 Klien melaporkan nyeri berkurang :

a. Menggunakan berbagai pendekatan untuk mengurangi nyeri.

b. Kadang menggunakan obat per oral yntuk mengontrol

ketidaknyamanan.

c. Meninggikan ekstermitas untuk mengontrol pembengkakan dan

ketidaknyamanan.

26

Page 27: Bab I-bedah Ortopedi

d. Bergerak dengan lebih nyaman.

2 Klien memperlihatkan perfusi jaringan yang adekuat :

a. Warna kulit normal.

b. Kulit hangat.

c. Respons pengisian kapiler normal (<3 detik).

d. Perasaan dan emosi stabil (normal).

e. Memperlihatkan pegurangan pembengkakan.

3 Pasien mampu memperlihatkan upaya memperbaiki kesehatan :

a. Mengubah posisi sendiri untuk menghilangkan tekanan pada

kulit.

b. Menjaga hidrasi yang adekuat.

c. Berhenti merokok.

d. Melakukan latihan pernapasan.

e. Bergabung dalam latihan penguatan otot

4 Pasien memaksimalkan mobilitas dalam batas terapeutik :

a. Meminta bantuan bila bergerak.

b. Meninggikan eksternitas yang bengkak setelah bergeser.

c. Menggunakan alatimobilitas sesuai petunjuk.

d. Mematuhi pembatasan pembebanan sesuai anjuran.

27

Page 28: Bab I-bedah Ortopedi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk memullihkan kondisi

disfungsi muskuloskeletal seperti, fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi sendi,

jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen, serta sistem muskuloskeletal.

Bedah orthopedi meliputi proses keperawatan preoperatif ortopedi dan pascaoperatif

ortopedi.

Pada preoperatif ortopedi umumnya individu yang akan dioperasi akan

mengalami beragam ketakutan, rasa ketidakberdayaan, ketakutan akan masa depan

yang harus dilalui, dan ketakutan akan kematian yang muncul ketika klien berhadapan

dengan persiapan operasi. Periode preoperasi adalah waktu untuk menghilangkan

ketakutan klien dengan mempersiapkan mental dan fisik untuk menjalani operasi. Fase

preoperasi dimulai ketika klien pertama kali mempertimbangkan dan diakhiri ketika

masuk ke dalam ruang operasi.

Segera pascaoperasi klien dikirim ke area khusus yang disebut ruang pemulihan,

unit setelah operasi atau unit penyembuhan setelah operasi (PACU). Anestesi dan

prosedur operasi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tubuh dan

merupakan masa kritis. Klien diobservasi secara ketat pascaoperasi, untuk memastikan

bahwa sistem tubuhnya kembali ke keadaan normal.

3.2 Saran

Adapun saran dari kami untuk pembaca diharapkan agar setelah membaca

makalah ini pembaca bias mengetahui tindakan yang tepat untuk perawatan klien

dengan preoperatif dan pascaoperatif ortopedi.

Selain itu, diharapkan juga untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara

mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini sehingga dapat menghindari

kemungkinan tertular. Mulailah untuk hidup bersih dan makan makanan yang dimasak

dengan matang.

28

Page 29: Bab I-bedah Ortopedi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Nurnaningsih, Lukman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Bedah Ortopedi. Jakarta:

Salemba Medika.

29