BAB FGD11

23
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia masih dominan oleh masalah gizi kurang energy protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya yodium (GAKY), masalah kurangnya vitamin A (KVA), dan masalah anemia gizi (Suprariasa dkk, 2000). Zat gizi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah zat besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi banding anemia defisiensi zat gizi laon seperti asam folat , vitanib B 12 ,vitamin C dan trace element lainnya ( Wirakusumah, 1998). Anemia yang paling umum ditemukan pada masyarakat adalah anemia defisiensi besi . diperkirakann 25% dari penduduk dunia atau setara dengan 3,5 milyar orang menderita anemia (Urtular dan Triasih, 2005). Estimiasi prevalen secara global sekitar 51%, dimana penyakit ini cenderung berlangsung pada Negara yang sedang berkembang daripada Negara yang telah maj. Terdapat 36% dari perkiraan populasi 3.800 juta orang di Negara yang sedang berkembang,menderita , anemia jenis ini, sedangkan prevelensi anemia di Negara majuhanya sekitar 8% dari perkiraan populasi dari 1.200 juta orang (DeMaeyer, 1995). Pendidikan, kesehatan dan ekonomi dimana ketiga factor tersebut erat dengan kaitannya dengan setatus gizi adalah pendidikan diindonesia yang masih lemah dengan pengetahuan tentang gizi. Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Difesiensi besi adalah penyebab anemia paling umum.. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan. Defesiensi besi dapat terjadi dari pola 1

description

anemia

Transcript of BAB FGD11

BAB I PENDAHULUANI.I Latar Belakang Masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia masih dominan oleh masalah gizi kurang energy protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya yodium (GAKY), masalah kurangnya vitamin A (KVA), dan masalah anemia gizi (Suprariasa dkk, 2000). Zat gizi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah zat besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi banding anemia defisiensi zat gizi laon seperti asam folat , vitanib B12,vitamin C dan trace element lainnya ( Wirakusumah, 1998). Anemia yang paling umum ditemukan pada masyarakat adalah anemia defisiensi besi . diperkirakann 25% dari penduduk dunia atau setara dengan 3,5 milyar orang menderita anemia (Urtular dan Triasih, 2005). Estimiasi prevalen secara global sekitar 51%, dimana penyakit ini cenderung berlangsung pada Negara yang sedang berkembang daripada Negara yang telah maj. Terdapat 36% dari perkiraan populasi 3.800 juta orang di Negara yang sedang berkembang,menderita , anemia jenis ini, sedangkan prevelensi anemia di Negara majuhanya sekitar 8% dari perkiraan populasi dari 1.200 juta orang (DeMaeyer, 1995). Pendidikan, kesehatan dan ekonomi dimana ketiga factor tersebut erat dengan kaitannya dengan setatus gizi adalah pendidikan diindonesia yang masih lemah dengan pengetahuan tentang gizi. Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Difesiensi besi adalah penyebab anemia paling umum.. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan. Defesiensi besi dapat terjadi dari pola makan sehari-hari yang rendah besi. Kurang protein, asam folat, vitamin B12 dari makanan sehari-hari juga memungkinkan terjadinya anemia, mengingat pentingnya unsure-unsurtersebutdalampembentukansel-seldarahmerah. Anemia juga bisa disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus (slow bleeding) seperti akibat wasir, tukak lambung, kanker lambung atau usus dan efek penggunaan aspirin atau obat-obat nonsteroid anti inflamasi terus menerus, menstruasi berat, penyakit yang berhubungan dengan darah seperti leukemia dan infeksi (cacing, malaria). Pecandu alcohol, perokok, pasien dengan penyakit saluran pencernaan vegetarian ekstrim, orang lanjut usia dan wanita hamil termasuk yang beresiko defisiensi besi, akibat gizi buruk atau kurang gizi atau penyerapan gizi kurng baik. Terganggunya tugas sel darah merah di dalam tubuh disebabkan karena beberapa hal,seperti menurunnya hemoglobin sel darah merah karena kekurangan zat besi (Fe), kerusakan sel darah merah. Penyebabnya bisa karena kurang gizi, adanya zat beracun atau patogen, factor keturunan (genetis), penyakit Hodgkin atau kanker yang terdapat pada organ penyimpanan (hati), adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti asam fitat, asam oksalat, tannin yang banyak terdapat pada serealia, kacang-kacangan dan the, gangguan-gangguan secara fisik, seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi pendonor darah.dan kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh (cacing tambang dan cacing pita).

Diketahui prevalensi Anemia Remaja Putri di Kabupaten Melati tahun 2014

PuskemasPrevalensi (%)

Kamboja25,3

Anggrek25,6

Mawar28,3

Flamboyan26,1

Kenanga25,8

Semangka26,4

Manggis25,7

Apel26,2

I.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana cara pencegahan dan penangulangan terjadinya Anemia gizi ?

I.3 Tujuan 1.Untuk mengetahui cara menanggulangi Anemia gizi di wilayah Puskesmas Mawar

BAB IIANALISIS DAN PEMBAHASANAnalisis Secara Epidemiologi2.1 Masalah Gizi di Indonesia Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masihdidominasioleh masalah :1.Anemia 2. Kurang energi protein (KEP)3.Masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)4.Masalah kurang vitamin A (KVA)5. Obesitas

1.PengertianAnemia Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.. 2. Tanda-tanda Anemia Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi: a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L) b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang c. Gejala lebih lanjut adalah konjungtiva, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut: 1) Gejala Umum anemia Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang menurun di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah: a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung. b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas. c) Sistem Urogenital: dismenore dan libido menurun. d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.

2) Gejala Khas Masing-masing anemia Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut: a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis. b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue) c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali. d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda tanda infeksi.

3) Gejala Akibat Penyakit Dasar Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna pucat. Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti : a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang b. Glositis : iritasi lidah c. Keilosis : bibir pecah-pecah d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

4. Klasifikasi Anemia1. Anemia Hipokromik MikrositikAnemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal penurunan Indeks Eritrosit( MCV,MCH,MCHC).2. Anemia Normokromik Normositik Anemia normokromik normositik disebabkan oleh karena perdarahan akut, peningkatan destruksi (hemolisis), dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.

3. Anemia Makrositik Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkromik karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.Contohnya : 1. Anemia Defesiensi Asam Folat (B9) 2. Anemia Defesiensi Asam Kobalamin (B12)

Masalah gizi yang sering terjadi di Indonesia adalah Anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006). Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).. Anemia defisiensi zat besi terdapat pada golongan rentan, salah satunya adalah wanita hamil (Dep.Kes,1995). Masalah gizi yang sering dihadapi oleh ibu hamil salah satunya adalah anemia gizi. Terjadinya defisiensi (Fe) pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal, apabila hal ini terjadi secara berulang atau berlanjut berdampak pada kadar Hemoglobin ibu tidak normal dan menyebabkan terjadinya anemia. Anemia juga dapat menyebabkan seorang ibu melahirkan berat bayi rendah (BBLR) dan anemia pada yang bayi yang dilahirkan (Muryanti, 2006) . Anemia kekurangan zat besi dan juga anemia kekurangan asam folat sebenarnya tidak terjadi bila makanan sehari hari cukup mengandung besi dan asam folat. Pola konsumsi masyarakat Indonesia yang semakin besar terdiri dari serelia kacang-kacangan dan sayuran yang memiliki tingkat absorpsi yang rendah karena jenis pangan tersebut tergolong non heme iron. Intervensi melalui makanan cukup sukar karena sumber makanan besi dari nabati penyerapannya kurang dari 5% sedangkan besi heme dari sumber makanan hewani daya serap besinya lebih dari 15% tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (Muhilal, 2000). 5. Etiologi Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya asupan besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun: 1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari: a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia. c. Saluran kemih: hematuria. d. Saluran nafas: hemoptisis. 2. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah. 3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan kehamilan. 4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).

6. Dampak Anemia gizi Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2004). Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia pada remaja adalah:

a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot

7. Alternatif Penyelesaian Masalah Gizi dan PrioritasBerdasarkan penyebab yang di uraikan diatas maka alternative penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan melalui penyuluhan, terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap seperti hati, ikan ,daging dan lain-lain. Selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran). Untuk membantu penyerapan besi dan membantu proses pembentukan Hb. 2. Pemberian suplementasi dengan tablet besi .Untuk menanggulangi akibat buruk yang diderita penderita anemia terutama yang disebabkan oleh kekurangan zat besi maka perlu diberi tambahan zat besi 3. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi. Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi kedalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat. Keuntungan Fortifikasi diantaranya dapat diterapkan pada populasi yang besar dan biaya relatif murah. Fortifikasi bahan makanan dapat dilakukan dengan menambahkan zat besi,asam folat, vitamin A dan asam amino pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. (Wirakusumah, Emma S,1999)8. Upaya cara pelaksanaan menanggulanginya :1.Pembasmian infeksi cacing secara berkala Penanggulangan anemia perlu disertai dengan pemberian obat cacing didaerah yang di duga prevalensi cacingnya tinggi. Prioritas pemerintah sekarang ini adalah pembasmian cacing untuk anak sekolah, daerah vital produksi, daerah terpencil dan daerah kumuh. Direktorat Bini Gizi masyarakat perlu berpartisipasi dalam rangka memperluas gerakan pembasmian cacing ini. Direktorat Bini Gizi masyarakat juga perlu membantu pergerakan pembasmian cacing yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat ataupun swasta. Dalam rangka pembasmian cacing ini perlu diperhatikan bahwa pembasmian hanya akan langgeng bila disertai degan kegiatan untuk mengubah perilaku penduduk kearah hidup yang lebih bersih ( seperti cuci tangan, memggunakan sandal dan kegiatan untuk mengubah lingkungan ( seperti jambanisasi) agar siklus hidup cacing bisa diputus secara permanan).

2. Pemberian obat anti malaria untuk daerah endemis Pemberian obat anti malaria didaerah endemis malaria juga perlu diberikan sekaligus pada waktu pemberian tablet tambah darah (TTD). Direktorat jendral P2MPLP sekarang sudah memberikan anti malaria sekaligus tablet tambah darah (TTD), namun baru daerah prioritas, seperti transmigrasi, daerah potensi wabah daerah pembangunan dan daerah perbatasan.

2.2 Hubungan Anemia pada Petani atau Buruh Tani Anemia adalah kondisi dimana tubuh kekurangan zat besi dan sering ditemukan pada remaja perempuanyangsedang pada fase pubertas, yang ditandai dengan rasa letih dan lesu pada penderritanya. Anemia dapat terjadi bukan hanya dikarenakan defisiensi Fe, namun pada scenario 1 ,anemia yang terjadi disebabkan oleh cacing parasit salah satunya Soil Transmitted Helminth (STH), yang termasuk STH yaitu:1. Ascarislumbricoides.2. Necatoramericanusdanancylostomaduodenale 3. Trichuristrichiura.4. Strongyloidesstecoralis. Melihat dari lokasi dan pekerjaan petani yang bekerja sehari-hari di daerah tanah berlumpur atau lembab yang dimana merupakan tempat cacing tambang (Hookworm) salah satunya necator americanus yang paling banyak ditemukan di ASIA dan merupakan kosmoploit atau tersebar diseluruh dunia, cacing tersebut sering kali berada pada tanah yang lembab seperti dipersawahan dan para petani sering kali saat membajak sawah atau ladang tidak menggunakan alas kaki atau boots, sehingga kemungkinan besar necator americanus masuk melalui sub-cutan atau menembus kulit, sering kali necator americanus yang dapat menembus kulit (sub-cutan) adalah larva filariform yang berbentuk langsing, sehingga memudahkan menembus kulit. Hubungan hookworm dengan kejadian anemia pada petani adalah dimana necator americanus ini pada saat menembus kulit dia akan masuk dan berada pada mukosa duodenum dan jujenum dan pada bagian kepala necator americanus di dapatkan bentukan seperti taring yang berisikan antikoagulan, dimana jika cacing ini masuk dan menggit mukosa duodenum dan jujenum akan mengakibatkan pendarahan yang menerus dikarenakan darah tidak dapat membeku ,akibat antikoagulan dari necatoramericanus, sehingga penderita dapat mengalami anemia hipokrom makrositik. Pada penularannya larva filariform dapat menembus kulit (sub-cutan), pencegahan dapat dilakukan dengan upaya memakaia alas kaki bila berjalan didaerah tanah lembab, dan hindari kontak langsungdengan tanah lembab. Anemia juga dapat disebabkan karena malabsorbsi akibatinfeksi cacing diusus, melihat latarbelakang sebagai petani dan tingkat pengetahuan informasi yang tidak lengkap dapat mengindikasikan bahwa makanan yang tidak dicuci di air mengalir dan juga tidak mencuci tangan sebelum makan, dalam hal ini cacing yang dapat menginfeksi salah satunya adalah ascarislumbricoides yang dimana nantinya dapat berakibat malabsorbsi, terutama malabsorbsi zatbesi (Fe) yang dapat berakibat anemia hipokrom-makrositik.

2.3 Hubungan BBLR dengan Anemia Gizi Anemia pada saat hamil dapat mengakibatkan efek buruk baik pada ibu maupun kepada bayi yang akan dilahirkannya. Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan bayi antara lain kamatian bayi, bertambahnya kerentanan ibu terhadap infeksi dan kemungkinan bayi lahir prematur (Setyawan, 1996). Pada anemia ringan mengakibatkan terjadinya kelahiran prematur dan BBLR. Sedangkan pada anemia berat selama masa hamil dapat mengakibatkan resiko morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi yang di lahirkan. Selain itu, anemia juga dapat mengakibatkan habatan tumbuh kembang janin dalam rahim, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 1998).

BAB IIIRENCANA PROGRAM3.1 PERENCANAAN

1. Asesmen Analisis keadaan sasaran Analisis kapasitas organisasi (PKK, posyandu, puskesmas, dll)

2. IdentifikasiMasalah Identifikasi akar permasalahan dari data-data yang diperoleh Analisis masalah3.Penetapan Tujuan Menentukan tujuan berdasarkan kriteria SMART (Spesific, Measureable, Achievable, Realistic, Time-bound)4.Strategi dan Metodelogi Proses untuk menentukan konsep kegiatan dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan Penentuan metodelogi didasarkan pada latar belakang, tujuan, sumberdaya yang dimiliki, waktu, dansasaran5. Rencana kegiatanMerancang konsep acara yang lebih rinci, mencakup : Outcome (hasil) dan indicator keberhasilan Sasaran Tempat dan waktu pelaksanaan Timeline kerja Konsep program (Metode follow up dan metode evaluasi) Kepanitiaan Anggaran

3.2 PENDEKATAN MELALUI PENGEMBANGAN ORGANISASI.

1. Menggalang kerja sama dengan para organisasi seperti, Ibu PKK, posyandu, puskesmas. Ini bertujuan untuk bertukar informasi dan bertujuan untuk mengurangi angka kejadian anemia di KabupatenMelati.2. Meningkatkan kerjasama dan meningkatkan pengetahuan penduduk akan penyebab anemia.3. Ikut serta dalam setiap kegiatan kelurahan atau kegiatan RW, hal ini bertujuan untuk bonding atau pendekatan dengan masyarakat agar nantinya tidak ada hambatan saat pelaksanaan program.

3.3 PELAKSANAAN.1. Pengelolaan sumber daya dan Implementasi Manajemen waktu Sumber daya keuangan Monitoring dan evaluasi

3.4 EVALUASI. 1. Evaluasi Mengevaluasi hasil Mengevaluasi tujuan Mengevaluasi manajemen keuangan Mengevaluasi dampak program kegiatan Mengevaluasi proses

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN4.1Kesimpulan Jadi kami menduga anemia yang dialami oleh petani adalah Anemia Hipokrom makrositik yaitu anemia yang disebabkan defisiensi zat besi (Fe). Kekurangan zat besi menyebabkan tidak terbentuknya sel darah merah sehingga tubuh mengalami kekurangan sel darah merah yang dimana pada scenario salah satu penyebabnya disebabkan oleh Helminth (cacing), factor lingkungan dapat dilihat dari area persawahan yang biasanya para petani bekerja dan juga factor kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan dan sayuran pada air mengalir.4.2SaranMasyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah harus saling bekerjasama untuk mencegah dan menanggulangi Anemia gizi.

DAFTAR REFERENSI

5

Pelayanankesehatan
ASUPANGIZI
INFEKSIPENYAKIT
Perilaku/asuhanIbu dan Anak
KetersediaanPangan tingkatRumah Tangga
KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH,KETERSEDIANAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA
KRISIS POLITIK DAN EKONOMI
PenyebabLANGSUNG
PenyebabTAKLANGSUNG
MasalahUTAMA
MasalahDASAR
PENYEBAB MASALAH GIZI
STATUS GIZI