Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah...

20
105 Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah Pengantar Kegiatan pasar menjadi bagian penting dari kehidupan ekonomi masyarakat. Pasar menjadi pusat kegiatan jual beli antara konsumen dan penjual yang dilakukan oleh berbagai latar belakang etnis, dengan kemampuan dan peluang yang berbeda. Pedagang mama-mama asli Papua yang merupakan bagian dari pelaku kegiatan jual beli, berada di antara berbagai etnis tersebut. Mengingat pedagang mama-mama asli Papua adalah penduduk asli (pribumi) yang sudah melalukan aktivitas ini bertahun-tahun, maka seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih melalui kebijakan-kebijakan ekonomi rakyat agar mereka tetap bisa mempertahankan eksistensinya. Namun dalam kenyataannya prioritas yang diharapkan itu belum dirasakan secara maksimal oleh pedagang mama-mama asli Papua, sehingga dikhawatirkan hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan eksistensi mereka di pasar. Bahkan bisa jadi mereka akan tersingkir dari tanah kelahirannya sendiri. Pada bagian ini penulis akan membicarakan mengenai upaya- upaya yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan keberlanjutan kegiatan ekonominya di pasar. Untuk dapat bertahan mereka memiliki strategi dalam memperoleh dan menjual barang dagangan, serta modal usaha. Strategi pintu utama merupakan cara yang efektif dan efisien untuk bertahan dalam mela- kukan kegiatan jual beli. Strategi berdagang mama-mama asli Papua ini dijelaskan pada bagian berikut ini.

Transcript of Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah...

Page 1: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

105

Bab Enam

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah Pengantar

Kegiatan pasar menjadi bagian penting dari kehidupan ekonomi masyarakat. Pasar menjadi pusat kegiatan jual beli antara konsumen dan penjual yang dilakukan oleh berbagai latar belakang etnis, dengan kemampuan dan peluang yang berbeda. Pedagang mama-mama asli Papua yang merupakan bagian dari pelaku kegiatan jual beli, berada di antara berbagai etnis tersebut. Mengingat pedagang mama-mama asli Papua adalah penduduk asli (pribumi) yang sudah melalukan aktivitas ini bertahun-tahun, maka seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih melalui kebijakan-kebijakan ekonomi rakyat agar mereka tetap bisa mempertahankan eksistensinya. Namun dalam kenyataannya prioritas yang diharapkan itu belum dirasakan secara maksimal oleh pedagang mama-mama asli Papua, sehingga dikhawatirkan hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan eksistensi mereka di pasar. Bahkan bisa jadi mereka akan tersingkir dari tanah kelahirannya sendiri.

Pada bagian ini penulis akan membicarakan mengenai upaya-upaya yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan keberlanjutan kegiatan ekonominya di pasar. Untuk dapat bertahan mereka memiliki strategi dalam memperoleh dan menjual barang dagangan, serta modal usaha. Strategi pintu utama merupakan cara yang efektif dan efisien untuk bertahan dalam mela-kukan kegiatan jual beli. Strategi berdagang mama-mama asli Papua ini dijelaskan pada bagian berikut ini.

Page 2: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

106

Strategi Mendapatkan Barang Dagangan Barang dagangan menjadi faktor penentu dan sekaligus ukuran

utama bagi seorang pedagang dalam melakukan kegiatan jual beli, baik di pasar maupun di ruang-ruang kegiatan ekonomi yang lain. Setiap kegiatan dan ruang yang berbeda akan menuntut adaptasi kreatif dari masing-masing orang yang berkecimpung di dalamnya. Relasi menjadi bagian yang dominan dalam sebuah kegiatan ekonomi karena melalui relasi maka segala informasi, kerjasama, dan peluang mendapatkan barang dagangan dapat terpenuhi dengan baik. Kegiatan ekonomi pribumi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Seperti pernyataan Spradley (1972) bahwa perwujudan model-model kognitif dipakai oleh manusia untuk menghadapi lingkungannya.

Perilaku kegiatan ekonomi pribumi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kegiatan ekonominya. Kegiatan ekonomi menjadi sebuah peradapan yang dimiliki oleh pedagang pribumi dalam mengatasi kondisi lingkungan itu sendiri. Kegiatan ekonomi memun-culkan sebuah relasi ketergantungan antara manusia, ekonomi dan lingkungannya. Liliweri (2003) mengatakan bahwa setiap kebudayaan dari anggota masyarakat mempunyai suatu keunikan yang dijadikan sebagai identitas sosial untuk menyatakan siapa mereka dan mengapa mereka ada, kemudian muncullah budaya material.

Relasi menegaskan sebuah interaksi antar individu dalam sebuah kehidupan bermasyarakat dan kegiatan ekonominya. Interaksi masya-rakat dan kegiatan ekonomi merupakan dua bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial mereka. Kondisi ini diperkuat oleh pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang menyatakan bahwa hubungan antara masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi, maka inilah yang disebut dengan sosiologi ekonomi.

Interaksi sosial menjadi sebuah kekuatan dalam kehidupan bermasyarakat yang menciptakan peluang-peluang yang berkaitan dengan ketergantungan satu sama lain dalam hal kebutuhan ekonomi. Ekonomi menjadi bagian dari aktivitas yang dilakukan oleh para

Page 3: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

107

individu, baik pribumi maupun non pribumi yang mempunyai tujuan sama yaitu untuk mencapai perubahan-perubahan maupun perbaikan yang diinginkan.

Interaksi sosial bisa terbangun dari berbagai ruang kegiatan ekonomi dan mampu memberi peluang bagi individu baik dalam kelompok maupun di luar kelompok. Kekuatan relasi baik secara interen maupun eksteren menjadi modal utama dalam mendukung kelancaran kegiatan ekonomi yang ditekuni oleh pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) dan sekaligus sebagai tantangan dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian mereka dituntut mampu beradaptasi dan bersaing dalam merebut peluang-peluang yang terjadi dalam perkembangan kegiatan ekonomi itu sendiri.

Persaingan merupakan bagian dari aktivitas manusia, baik dalam kegiatan ekonomi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ekonomi menjadi ruang yang sarat dengan suasana persaingan karena setiap individu maupun kelompok pada ruang ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kesejahteraan. Dalam tataran ini pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) berada di antara suasana subsisten dalam kegiatan ekonomi pasar. Widjojo (2009) mengatakan bahwa, peningkatan tahap kegiatan ekonomi dari subsisten menuju ekonomi pasar diharapkan akan memperbaiki kesejahteraan masya-rakat, meningkatkan daya beli, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di perkotaan maupun di perkampungan.

Pergeseran dari subsisten ke ruang ekonomi pasar akan memberi peluang perubahan pada perilaku kegiatan ekonomi pribumi yang lebih efisien dan produktif untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Pada tataran yang lebih luas perubahan dimulai dari wilayah perkotaan dan kehidupan masyarakat kampung. Ketergantungan perubahan antara perkotaan dan pedesaan akan memberi peluang yang lebih besar pada kegiatan ekonomi masyarakat, karena wilayah pedesaan sebagai sumber penyediaan bahan-bahan hasil subsisten untuk disalurkan ke wilayah perkotaan.

Page 4: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

108

Perkotaan menjadi pusat perubahan dan perkembangan semua aspek kehidupan masyarakat, namun wilayah pedesaan menjadi modal bagi pedagang pribumi dalam proses mendapatkan barang dagangan. Oleh sebab itu pedagang pribumi menggunakan tiga strategi dalam mempertahankan kegiatan ekonominya, yaitu (1) mengandalkan hasil kebun sendiri; (2) membeli dari pedagang lain; (3) menggunakan dua sumber, yaitu mengandalkan hasil kebun sendiri dan membeli dari pedagang lain. Dari ketiga strategi inilah pedagang mama-mama asli Papua mempertahankan eksistensinya di pasar.

Pasar menjadi pertemuan antara pembeli dan penjual sebagaima-na dijelaskan oleh Prianto (2008) bahwa, pasar sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling berinteraksi, saling tarik-menarik kemudian menciptakan harga barang di pasar. Melalui proses interaksi akan tercipta sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dan melengkapi apa yang menjadi bagian dari proses kegiatan jual beli tersebut. Keuntungan merupakan perhatian utama para pedagang baik mama-mama asli Papua maupun pedagang pendatang. Sisi ketergan-tungan antara pembeli dan penjual menjadi bagian dari kegiatan ekonomi pasar.

Pertemuan antara pedagang dengan pedagang, maupun antara pembeli dengan pedagang memberi peluang terjadinya relasi atau hubungan sosial yang positif, yang berdampak langsung pada situasi kegiatan ekonomi. Hubungan sosial yang positif tentu akan memberi konstribusi pada kegiatan ekonomi masyarakat atau pedagang, teruta-ma pada kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Relasi terbuka bagi para pedagang, baik pedagang lokal maupun pedagang pendatang yang berada pada lokasi yang sama. Diharapkan dari keterbukaan tersebut akan memberi manfaat pada posisi kegiatan ekonomi masing-masing. Skoufias et al. (2010) menyatakan: ...”hubungan sosial memberikan konstribusi dalam kegiatan ekonomi pada masyarakat lokal”...

Hubungan sosial dalam kegiatan ekonomi, baik di pasar maupun di luar pasar sangat penting dari sisi konstribusi. Pedagang mama-mama asli Papua (masyarakat lokal) yang juga melakukan kegiatan ekonomi pasar diharapkan mampu menghidupkan relasi pasar, baik

Page 5: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

109

antar sesama pedagang pribumi; antara pedagang pribumi dengan pedagang pendatang; maupun dengan pembeli atau pihak lain. Hubungan sosial di antara para pedagang mempunyai ketergantungan dari sisi jenis barang dagangan maupun kehidupan pribadi. Pedagang mama-mama asli Papua sebagai penduduk lokal memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam hal: (1) relasi; (2) kepemilikan; dan (3) jenis komoditi barang yang diperdagangkan. Ketiga aspek ini menjadikan pedagang pribumi cukup disegani di antara para pedagang yang lain, sehingga mereka memiliki peluang besar terhadap ruang-ruang pasar yang ada. Steward 1955 dan Force 1974 (Su Ritohardoyo 2006), mengungkapkan ...”adaptasi dalam arti luas yaitu sebagai aktivitas-aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan, dalam rangka memper-tahankan kehidupannya dengan tingkat budaya yang dimiliki”...

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik secara kelompok maupun individu memerlukan adaptasi yang tinggi baik antara manusia dengan manusia maupun dengan lingkungan dimana sebuah aktivitas dilakukan. Dalam beradaptasi dibutuhkan kekuatan, keterampilan, maupun strategi. Dengan berbagai kesiapan tersebut akan mempermudah seseorang ataupun kelompok mempertahankan kehidupan dan aktivitasnya di lingkungan di mana mereka berada, sehingga mereka tetap survive.

Cara Menjual Barang Dagangan

Strategi Pintu Utama

Kondisi pasar yang kompleks memunculkan situasi persaingan yang cukup tinggi di antara para pedagang. Oleh sebab itu para pedagang harus mampu merespon secara baik peluang-peluang yang ada. Perilaku pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) mempunyai perilaku yang berbeda dalam beradaptasi dan meman-faatkan peluang-peluang tersebut. Adaptasi yang menjadi perilaku pedagang mama-mama asli Papua dalam melakukan kegiatan jual beli adalah membangun relasi dengan sesama pedagang, pembeli, atau dengan pihak lain. Konsumen menjadi pertimbangan utama para pedagang mama-mama asli Papua dalam memperdagangkan barang

Page 6: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

110

dagangannya. Konsentrasi pada konsumen ini dirasa paling tepat karena memberi kepastian bagi pedagang mama-mama asli Papua untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik guna mendukung nafkah keluarga. Nafkah menjadi sebuah tuntutan untuk mencapai derajad pemenuhan kebutuhan yang berkelanjutan. Ellis F. (2000), mengatakan bahwa:

Pendekatan nafkah berkelanjutan berusaha mencapai kebu-tuhan sosial ekonomi dan ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajad kesejahteraan sosial didekati melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata nafkah.

Pandangan Ellis tersebut berhubungan dengan nafkah yang secara umum mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik maupun non fisik untuk menciptakan kesejahteraan. Ketergantungan pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) yang masih mengandalkan konstribusi lingkungan, termasuk dalam pemenuhan nafkah keluarganya, memposisikan mereka pada kondisi sosial eko-nomi yang tidak stabil, sehingga memunculkan pemikiran dan perilaku yang tidak responsif dalam kegiatan ekonomi pasar.

Strategi pintu utama merupakan pilihan sebagian besar pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) yang menekuni kegiatan jual beli baik di dalam pasar maupun di luar pasar. Posisi dekat dan di tempat terbuka bertujuan untuk mempermudah konsumen mendapat-kan barang yang diinginkan, sehingga dengan demikian proses jual beli dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Menurut Berman dan Evans (Ma’ruf, 2006) …”lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran eceran. Pemilihan lokasi yang tepat dan strategis pada sebuah gerai atau toko akan lebih sukses dibandingkan gerai yang berlokasi di tempat yang kurang strategis”...

Secara umum peluang diperhadapkan dengan tantangan dan persaingan. Upaya mengatasi persaingan untuk mencapai peluang tersebut diperlukan kesiapan yang baik dari segi modal (immaterial maupun material) ataupun strategi yang digunakan. Modal menjadi

Page 7: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

111

ukuran utama dan pendukung pada sektor informal sebagaimana pernyataan Subangun (1991), bahwa sektor informal meliputi:

(a) mudah untuk dimasuki; (b) bersandar pada sumber daya lokal; (c) usaha milik sendiri; (d) operasinya dalam skala kecil; (e) padat karya dan teknologinya bersifat adaptif; (f) ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal; dan (g) tidak terkenal langsung oleh regulasi dan dan pasarnya bersifat kompetitif.

Sementara Soegijono (2011) mengatakan bahwa pedagang kecil (petty trader) merupakan salah satu sektor informal. Sebagai sektor informal biasanya para pedagang tersebut hampir tidak memiliki aturan untuk berdagang.

Pedagang mama-mama asli Papua yang juga menjadi bagian dari pegiat sektor informal memanfaatkan sumber-sumber daya lokal sebagai sarana untuk mempertahankan eksistensinya di bidang perdagangan (jual beli). Namun sayangnya, mereka masih sangat kurang dalam hal keterampilan dan pengetahuan formal, sehingga mereka tidak mengalami perkembangan dalam kegiatan jual beli yang ditekuninya. Bahkan sebagian dari mereka tidak dapat meneruskan kegiatannya karena tidak mampu bersaing dengan pedagang pendatang dan tidak siap menghadapi modernisasi pasar.

Modal Sosial

Strategi pintu utama bisa berjalan secara efektif dan efisien jika didukung oleh modal sosial dan relasi yang baik dari para pedagang. Melalui proses modal sosial yang baik akan terbuka peluang yang lebih luas dalam kegiatan jual beli dari para pedagang tersebut. Sebagaimana ungkapan Portes (Narayan 1999), bahwa modal sosial memiliki keunik-an, karena berada pada struktur hubungan antar individu. Untuk mendapatkan modal sosial, seseorang harus berhubungan dengan orang lain dimana keduanya akan saling memperoleh manfaat. Menurut Colomen (Narayan 1999), modal sosial hanya akan bermanfaat apabila didistribusikan antara individu dalam struktur sosial yang mempunyai sifat “barang milik umum”.

Page 8: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

112

Modal sosial yang efektif akan memunculkan kondisi saling membutuhkan di antara para pedagang maupun dengan pihak lain, namun juga harus ditunjang oleh rasa percaya yang kuat dari masing-masing pihak sesuai kesepakatan yang sudah menjadi norma dalam hubungan sosialnya. Putnam (Field 2010) mengatakan, bahwa modal sosial sebagai bagian dari organisasi sosial yang meliputi kepercayaan, norma, dan jaringan dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan yang terkoordinasi. Menurut Tonkiss (Aloysius Gunadi Brata, 2004) modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok, misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan mendapatkan informasi, menemukan peker-jaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi.

Modal sosial tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, baik dalam bentuk formal maupun informal. Dalam kehidupan bermasya-rakat akan tercipta sebuah relasi yang akan melahirkan kerjasama di antara individu maupun kelompok. Di dalam relasi dan kerjasama dituntut perilaku saling percaya yang kuat dan terbuka. Agar kerjasama dapat berjalan dalam jangka waktu yang lama, maka kesepakatan harus ditaati untuk menjamin keharmonisan. Menurut Geertz (1989), dalam suatu organisasi kerja, hubungan-hubungan kerja yang stabil hanya terdapat pada unsur-unsur yang menyangkut individu tersebut dalam menjalin hubungan kerja sama. Kerjasama merupakan langkah strategis untuk mempertahankan dan melanggengkan usaha, dan juga penting untuk menjaga efektivitas kelompok dalam jangka panjang (Brodt dan Korsgaard, 2003).

Pintu utama menjadi strategi pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan eksistensi dagangnya. Strategi ini menjadi cara paling tepat bagi mereka karena didukung oleh kondisi pasar secara fisik yang masih luas dan berada pada posisi yang strategis. Dalam proses kegiatan jual belinya telah tercipta ruang relasi yang akrab di antara penjual maupun pembeli yang memungkinkan terjadinya tawar-menawar di antara mereka. Hal ini dikemukakan Yamato (2011)1 1 Sumber: Tinjauan Pustaka. Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/handle/123456789/55740/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=5. Di kunjungi tanggal 20 Maret 2013.

Page 9: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

113

bahwa kelebihan dari pasar tradisional adalah memiliki lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar-menawar yang menun-jukkan sikap kearaban antara penjual dan pembeli.

Pasar tradisional memberi peluang bagi pedagang atau penjual lebih leluasa dalam kegiatan jual belinya. Pasar tradisional dengan karakteristiknya memberi kesempatan yang lebih menguntungkan bagi para pedagang terutama pada aspek lokasi yang memberi ruang gerak yang lebih leluasa untuk kegiatan jual belinya. Dalam proses kegiatan jual beli, pasar tradisional juga mempunyai sisi positif yang lain, yaitu keragaman jenis barang jualan, harga barang yang terjangkau, adanya sistem tawar-menawar, serta terjadinya keakraban antara penjual dan pembeli. Beberapa keunggulan pasar tradisional tersebut mampu mempengaruhi para konsumen untuk datang dan berbelanja. Basri (2012) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi banyak-nya pembeli yang datang ke pasar tradisional di antaranya adalah: faktor kenyamanan (fasilitas, kebersihan, keamanan, dan lain sebagai-nya); ketersediaan barang dengan berbagai macam variasinya, kualitas barang (kesegaran sayur-mayur, ikan, daging, dan lain sebagainya); harga yang relatif lebih murah; dan adanya kesempatan untuk tawar-menawar.

Peluang-peluang strategis yang dimiliki oleh pasar tradisional akan mendukung dan memberi konstribusi positif bagi para pedagang terutama pada perubahan pendapatan. Kontribusi pendapatan pada umumnya tergantung pada potensi lokal yang dimiliki oleh para pedagang. Dengan potensi tersebut secara perlahan akan memberi peningkatan dan perbaikan kesejahteraan, sekaligus meningkatkan daya beli konsumen. Widjojo (2009) mengatakan bahwa, peningkatan tahap kegiatan ekonomi dari subsisten menuju ekonomi pasar diharap-kan akan memperbaiki kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya beli, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di perkotaan maupun di perkampungan.

Page 10: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

114

Kerjasama

Strategi pintu utama bagi pedagang mama-mama asli Papua akan berjalan secara maksimal apabila ada kerjasama antara mama-mama dan anggota keluarga (suami atau anak). Kerjasama di antara anggota keluarga dalam proses kegiatan jual beli akan memperlancar kegiatan ekonomi yang dilakukan, karena di antara suami dan istri mempunyai peranan dan fungsi masing-masing baik menyangkut informasi, fasili-tas, maupun modal-modal lain yang lebih produktif (arisan, pelatihan, dan simpan pinjam) ke arah yang lebih efektif dan efisien. Kerjasama diantara anggota keluarga yang dimaksudkan antara lain: pembagian kerja antara suami, istri dan anak untuk mengurus kebun, mengambil hasil kebun dan membawanya sampai ke Pasar. Selain itu, mereka juga membagi kerja untuk mengurus rumah dan keluarga misalnya: pembagian tugas menyediakan makan keluarga, tugas bersih-bersih dan pembagian kerja lainnya di rumah. Namun harapan ini bagi pedagang mama-mama asli Papua khususnya di Pasar Remu dirasa kurang maksimal, karena sebagian dari anggota keluarga (terutama suami) belum berperan secara aktif dalam kegiatan jual beli yang dimaksud. Perilaku para suami ini dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan baik dari sisi tradisi maupun kemampuan akses terhadap faktor-faktor penunjang tersebut.

Seperti dikemukakan Torkelsson (2007), bahwa ikatan dan kerjasama penduduk perempuan sangat bergantung pada dukungan penduduk laki-laki. Bentuk dukungan dapat berupa informasi dan pemberian fasilitas bagi istri untuk melaksanakan kegiatan produktif seperti arisan, pelatihan, simpan pinjam dan sebagainya. Sementara Kutanegara (Irwan Abdullah, 2006), mengatakan bahwa pasar telah memberi kesempatan kepada perempuan untuk menciptakan “dunia baru” yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mencari keuntungan, tetapi juga sebagai tempat rekreasi dan memperoleh informasi baru. Sementara Assauri (2010) menjelaskan bahwa, pada mulanya istilah pasar dikaitkan dengan pengertian tempat pembeli dan penjual bersama-sama melakukan pertukaran. Pengertian itu berkem-bang menjadi pertemuan atau hubungan antara permintaan dan penawaran.

Page 11: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

115

Ruang pasar dengan berbagai kegiatan dan perilaku dari para pedagang akan memberi peluang positif bagi para pedagang itu sendiri. Perilaku pedagang di berbagai kegiatan tersebut akan menciptakan transformasi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pedagang bukan hanya mencari manfaat keuntungan tetapi itu sebagai bagian dari momen menye-garkan pikiran dan semangat baru. Menurut Mangkunegara (2003), perilaku konsumen adalah tindakan-tindaan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengam-bilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Keterlibatan Pemerintah Pada bagian lain yang dirasa kurang oleh pedagang mama-mama

asli Papua adalah keterlibatan pemerintah dalam hal permodalan dan sarana prasarana. Dibutuhkan sistem perbankan yang lebih sederhana agar pedagang pribumi (mama-mama asli Papua) lebih mudah meng-akses pinjaman modal usaha, sehingga usahanya cepat berkembang dan peningkatan pendapatan dapat tercapai secara maksimal. Di samping modal usaha, fasilitas tempat jualan dan alat transportasi juga menjadi hal penting dalam proses kegiatan jual beli yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua. Fasilitas atau sarana distribusi barang dari dan ke tempat jualan (pasar) yang belum lancar dan sulit secara tidak langsung menghambat pedagang mama-mama asli Papua untuk mem-pertahankan eksistensinya di bidang perdagangan. Kondisi ini menun-tut perhatian khusus pemerintah dalam menentukan kebijakan pasar sehingga pedagang mama-mama asli Papua mampu bertahan. Ife (2008) mengatakan bahwa, kebijakan-kebijakan aksi afirmatif2 atau diskri-minasi positif mengakui keberadaan kelompok-kelompok yang dirugi-kan (kadang dinyatakan secara spesifik dalam istilah-istilah struktural),

2 Kebijakan aksi afirmatif berasal dari affirmative action, yaitu praktik atau prinsip, apabila memilih orang untuk, misalnya, suatu pekerjaan atau suatu kursus pendidikan, dengan mendahulukan orang yang sering kali diperlakukan tidak adil terutama karena jenis kelamin atau ras; disebut sebagai diskriminasi positif (Ife, 2008).

Page 12: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

116

dan berupaya untuk memperbaiki keadaan ini dengan ‘mengubah aturan-aturan’ untuk menguntungkan kelompok yang dirugikan.

Kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua di ruang pasar menghadapi persaingan yang cukup tajam. Posisi kegiatan antara pedagang mama-mama asli Papua dengan pedagang pendatang mempu-nyai peluang dan kesempatan yang berbeda. Pedagang pendatang lebih berpeluang dan menguasai sebagian besar aset pasar baik secara fasilitas maupun posisi ruang pasar yang dianggap berpotensi untuk pengem-bangan kegiatan jual beli. Sementara pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) mempunyai peluang sangat sedikit terhadap fasilitas pasar yang layak dan memadai untuk pengembangan ekonomi atau kegiatan jual belinya. Pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) merasa kurang diuntungkan, sehingga dalam aktivitas dagangnya mereka tidak mampu bersaing.

Gobay (2007) mengatakan bahwa, orang asli Papua selama ini tidak menguasai modal, tetapi hanya mengandalkan hidupnya dari usaha tradisional yang tidak mementingkan atau mengejar uang sebagai alat yang paling berpengaruh dalam urusan perekonomian. Karena itulah, sangat nampak adanya kesenjangan ekonomi antara orang pendatang dan orang asli Papua. Selain itu, kegiatan jual beli diantara para pedagang mempunyai cara masing-masing untuk mendapatkan bahan baku dalam berkegiatan jual beli. Pada bagian ini terjadi secara terbuka bagi para pedagang untuk berkreasi dan bekerja keras dalam memanfaatkan situasi dan peluang yang berkaitan dengan persediaan dan penggunaan bahan baku yang diperlukan oleh para pedagang dan konsumen. Pada posisi ini pun para pedagang mama-mama asli Papua sedikit mengalami kesulitan, dan kurang berakses secara luas terhadap peluang ekonomi yang lain.

Sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua mengandalkan komoditi lokal sebagai bahan baku utama dalam bertransaksi di pasar. Dari sisi permodalan dan keterampilan yang berkaitan dengan dunia ekonomi (bisnis), mereka kurang didukung oleh pemerintah. Padahal modal finansial dan informasi keterampilan merupakan bagian yang sangat penting dalam mendukung kegiatan ekonomi pedagang. Oleh

Page 13: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

117

sebab itu dengan berbagai kondisi yang kurang berpihak tersebut membuat para pedagang mama-mama asli Papua tidak dapat meman-faatkan peluang untuk pengembangan kegiatan ekonominya. Kenya-taan ini menimbulkan dua kelompok yang berbeda dalam ruang kegiatan ekonomi masyarakat, ada kelompok yang beruntung dan eksis pada ruang ekonomi tersebut, namun ada juga kelompok yang berada pada kondisi memprihatinkan. Kondisi ini seperti dikatakan oleh Kuba Nelson Victoria (Abraham, 1991), bahwa:

Makin tinggi tingkat marginalitas individu atau kelas, makin besar dukungan gerakan-gerakan revolusioner oleh indi-vidu-individu atau kelompok-kelompok seperti itu;

makin besar tingkat konflik terhadap sumber-sumber ekonomi dalam kelas-kelas sosial, makin besar dukungan mereka terhadap revolusi;

makin rendah tingkat insititusionalisasi, makin besar dukungan gerakan-gerakan revolusioner.

Pernyataan Kuba Nelson Victoris merupakan sebuah peringatan dalam kehidupan bermasyarakat, baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Pada posisi ekonomi pedagang mama-mama asli Papua dan masyarakat pribumi pada umumnya mengalami kondisi yang sama. Sadar atau tidak, kenyataan ini terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan masyarakat pribumi. Kondisi ini cepat atau lambat akan menimbulkan kekuatan-kekuatan baru yang menuntut sebuah peru-bahan pada semua aspek kehidupan masyarakat. Menurut Gobay (2007), dominasi aset ekonomi di Papua berada di tangan para pendatang. Dominasi aset ekonomi tersebut dapat dilihat dalam tiga hal yaitu penguasaan modal, perampasan dan/atau penguasaan tanah dan penguasaan pasar. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa ketika sebuah komunitas menguasai sumber ekonomi di wilayah tertentu, maka merekalah yang menguasai kehidupan orang di wilayah itu. Jadi, ketika orang pendatang menguasai atau mendominasi sumber ekonomi melalui ketiga indikator tersebut, maka mereka sesungguhnya mengu-asai hidup orang asli Papua.

Persaingan akan memberi sisi positif dan negatif bagi para pedagang. Sisi positif yang secara tidak langsung dirasakan oleh peda-

Page 14: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

118

gang mama-mama asli Papua adalah motivasi untuk mempertahankan dan melakukan kegiatan ekonomi di pasar. Semangat dalam memperta-hankan kegiatan jual beli tentu didukung dengan cara-cara atau strategi yang tepat yang berkaitan dengan peluang-peluang yang ada, antara lain bagaimana cara mendapatkan barang dagangan dan bagaimana proses mendagangkan barang dagangannya. Namun per-saingan antara sesama pedagang pribumi tidak begitu nampak karena adanya tali persaudaraan yang masih sangat kuat. Daeng (2000) mengatakan bahwa, identitas tradisional ini dilingkari oleh batas primordial dalam wujud ikatan keluarga, desa, suku, dan agama.

Sisi positif yang lain adalah, pedagang mama-mama asli Papua memiliki kemampuan menarik pembeli dengan cara menurunkan harga barang, membeli dalam jumlah banyak diberikan potongan harga, melayani pembeli dengan baik dan sabar, serta memberi bonus tambahan pada pembelian barang tertentu. Menurut Kotler dan Amstrong (2001), harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk produk atau jasa, sedangkan harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah, manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Sementara Mowen (2002) mengatakan, kualitas pelayanan merupakan evaluasi konsumen tentang kesempurnaan kinerja layanan. Kualitas pelayanan bersifat dinamis yaitu berusaha menurut tuntutan pelanggan. Beberapa cara ini merupakan perilaku pedagang mama-mama asli Papua dalam proses berjualan secara terbuka di pasar. Perilaku ini juga merupakan hasil dari proses persaingan secara tidak langsung pada kegiatan jual beli di pasar.

Sisi negatif yang terjadi adalah, munculnya kecemburuan antara pedagang pribumi dengan pedagang pendatang dalam hal fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini akan memicu potensi konflik, karena penguasaan sumber ekonomi oleh sepihak, sehingga masing-masing pihak menggunakan caranya untuk merebut peluang-peluang ekonomi yang ada. Siapa yang kuat, baik secara modal maupun strategi maka dialah yang beruntung, begitu pun sebaliknya. Pada bagian ini pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) tentu mengalami kesulit-an, karena kegiatan jual beli mereka tidak ditunjang oleh keahlian

Page 15: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

119

berdagang; kurangnya dukungan kebijakan pemerintah; tidak adanya kemampuan mengelola uang untuk tujuan produktif; jenis barang dagangan (komoditi) yang dijual hanya hasil alam; kurangnya relasi dengan pedagang pendatang, serta kurangnya modal yang cukup untuk pengembangan usahanya.

Sisi negatif yang lain adalah, sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua memiliki pemikiran bahwa jenis barang dagangan yang dijual masih dimanjakan oleh alam. Jenis barang dagangan itu dapat diperoleh dari hasil kebun sendiri atau membeli dari orang lain sehingga mereka hanya berpikir untuk laris terjual saja. Di sisi lain pedagang mama-mama asli Papua merasa bahwa sebagai orang asli Papua (pribumi), tentu tidak begitu sulit untuk memperoleh akses terhadap kebutuhan hidup. Oleh sebab itu kegiatan ekonomi yang dilakukan lebih berorientasi pada desakan kebutuhan hidup keluarga saja, bukan untuk pengembangan kegiatan ekonomi di pasar.

Strategi untuk Mendapatkan Modal Jualan (Modal Usaha)

Akses modal sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua untuk menunjang kegiatan jual belinya di pasar belum maksimal. Modal yang dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua masih secara mandiri dengan bekerjasama secara pribadi pada penyedia jasa pinjaman yang disebut koperasi simpan pinjam. Lembaga koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang dikelola secara pribadi di luar ketentuan perbankan, dan mempunyai sistem pengembalian yang berbeda. Proses peminjaman modal antara koperasi simpan pinjam dan pedagang mama-mama asli Papua dilakukan dan disepakati secara bersama menyangkut besar pinjaman dan cara pengembaliannya. Kesepakatan peminjaman modal pada koperasi simpan pinjam sesung-guhnya sedikit memberatkan pedagang mama-mama asli Papua, karena sistem pengembalian dilakukan per hari, dan besar pengembalian per hari disesuaikan dengan besar pinjaman, sehingga dalam perjalanan waktu mereka terkadang mengalami kesulitan. Apabila pada saat pengembalian, para pedagang mama-mama asli Papua ini tidak mampu

Page 16: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

120

membayar angsuran, maka diberikan kesempatan pada hari berikutnya dengan tidak mengurangi jumlah pengembalian pada hari sebelumnya.

Secara administratif, koperasi simpan pinjam memiliki cara yang lebih sederhana dibandingkan lembaga perbankan formal. Namun pinjaman yang berbentuk kredit ini lebih mirip rentenir (pinjaman jangka pendek dengan bunga tinggi), sehingga hal ini mempengaruhi pengelolaan pendapatan hasil jualan. Antara pengeluaran dan pendapatan tidak seimbang, sehingga pedagang tidak memiliki modal untuk pengembangan usaha. Sebagaimana Pandu Suharto (1991), mengatakan bahwa, lebih mudah dan cepat, sumber keuangan yang paling sering dikunjungi adalah rentenir. Sedangkan menurut Eddy Priyono (1998) dan Adi Sasono (1999) bahwa, ada banyak lembaga finansial formal dan informal, namun karena operasinya bertumpu pada regulasi dan prosedur formal dengan menggunakan aplikasi yang hanya mampu diakses oleh masyarakat dengan pendidikan yang rendah, maka kredit-kredit semacam ini umumnya gagal memenuhi kebutuhan modal kerja usaha bakul (pedagang).

Sumber modal yang tidak sulit secara administrasi merupakan pilihan utama bagi sebagian besar pedagang kecil, karena pedagang kecil ingin memperoleh modal dengan cara mudah dan cepat. Secara umum pedagang kecil selalu mempunyai akses yang sangat kurang terhadap modal, hal ini dikatakan oleh Revrisond Baswir (1997), bahwa salah satu masalah besar yang umum dihadapi oleh usaha kecil dan mikro adalah keterbatasan akses sumber daya modal. Gunawan Sumodiningrat (1998) mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah pada umumnya dipandang oleh banyak pihak, tidak memenuhi kualifikasi perbankan.

Sumber modal lain yang digunakan oleh pedagang mama-mama asli Papua adalah modal pribadi. Modal pribadi diperoleh dengan usaha sendiri berupa modal simpanan, pinjaman pada pihak keluarga, atau-pun kerjasama dalam bentuk modal di antara para pedagang (arisan). Sebagaimana dikatakan oleh Riza Primahendra (2001) dan Tulus Tambunan (1998), bahwa sumber pembiayaan sangat bervariasi, bisa dalam bentuk tabungan pribadi; pinjaman atau bantuan keuangan dari

Page 17: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

121

keluarga atau kenalan; pinjaman dari pensuplai bahan baku dalam bentuk pembayaran belakangan; uang dalam bentuk pembayaran di muka (sebagian atau seluruhnya) dari pembeli; pinjaman dari peda-gang; sampai dengan bagian keuntungan yang diinvestasikan. Dua sumber modal usaha inilah yang digunakan oleh sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan kegiatan ekonomi di pasar dan untuk pendapatan keluarganya.

Sajogyo (1982), mengatakan bahwa alasan utama melakukan strategi nafkah ganda pada rumah tangga berbeda pada masing-masing lapisan. Pada rumah tangga lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi modal dan lebih bersifat ekspansi usaha, sedangkan pada lapisan menengah, pola nafkah ganda merupakan upaya konsoli-dasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Sebaliknya pada lapisan bawah, pola nafkah ganda merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat subsisten dan sebagai upaya untuk keluar dari kemiskinan

Strategi pintu utama dan seluruh prosesnya yang dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua lewat kegiatan jual beli baik di pasar maupun di luar pasar merupakan sebuah kondisi yang mendorong dan memotivasi mereka untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ekonomi yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua dengan kekuatan strategi pintu utama menjadi sebuah alasan untuk menjawab dan mengatasi persoalan kebutuhan keluarga. Sebagaimana dijelaskan oleh Bagong Suyanto (1996), bahwa ada beberapa alasan mengapa kaum perempuan banyak yang memilih menekuni pekerjaan di sektor perdagangan atau bakulan ini. Pertama, alasan ekonomi atau karena responden merasa bahwa selama ini penghasilan yang diperoleh suami relatif kurang, sehingga kemiskinan ini telah mendorong wanita tidak tinggal diam, mereka turut bekerja dengan modal terbatas atau hampir tanpa modal sama sekali. Menjadi bakul atau berdagang kecil-kecilan adalah salah satu cara untuk tetap survive di tengah tekanan kemiskin-an yang semakin berat. Kedua, daya tarik sektor perdagangan itu sendiri. Ciri-ciri sektor perdagangan di pasar tradisional mirip dengan sektor perdagangan informal, di samping memiliki kapabilitas yang besar, juga lentur dalam menyerap tenaga kerja, sehingga sektor ini

Page 18: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

122

mudah dimasuki oleh mereka yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan cukup. Ketiga, besar kecilnya resiko usaha. Bidang pertanian yang menjadi andalan penduduk pedesaan sangat tergantung pada musim yang dapat berubah-ubah dan gangguan lain seperti hama penyakit, bencana alam dan lain sebagainya. Usaha bakulan di pasar tradisional selain dapat dijagake (diandalkan) dan ajeg (teratur), dari segi resiko juga relatif kecil karena bisa berdagang hampir tanpa modal. Keempat, tekanan struktural yang berasal dari lingkungan mereka. Karena tidak memiliki tanah yang memberi daya dukung bagi keberlangsuangan kehidupan keluarga, menyebabkan perempuan cenderung bekerja di sektor perdagangan daripada sektor pertanian sebagai buruh atau petani gurem misalnya. Lagipula dengan adanya revolusi hijau yang mendorong mekanisasi dalam bidang pertanian mulai dari menyiapkan tanah sampai memetik hasilnya telah menggeser sejumlah besar tenaga kerja perempuan dari sektor pertani-an di pedesaan. Tenaga kerja menyiangi rumput di sawah (matun) atau panen padi dengan ani-ani telah digantikan dengan cara-cara yang lebih modern. Demikian juga pengolahan padi menjadi beras yang di masa lalu dilakukan dengan ditumbuk di lesung digantikan oleh mesin huller. Kelima, berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan pribadi perempuan. Alasan untuk berusaha di sektor perdagangan ini adalah keinginan kaum perempuan sendiri untuk meningkatkan bargaining position-nya, baik dihadapan suami, anak-anaknya, ataupun sesama perempuan.

Kesimpulan

Berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan Pedagang mama-mama asli Papua merupakan sebuah cara untuk mengatasi persoalan utama keluarga. Cara yang digunakan oleh pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan kegiatan ekonomi pasar adalah dengan strategi pintu utama. Strategi pintu utama ini menjadi sebuah pilihan bagi pedagang mama-mama asli Papua agar lebih eksis dan melariskan barang dagangan yang dijual. Strategi pintu utama ini dilakukan dengan cara berpindah-pindah dengan pertimbangan konsentrasi

Page 19: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah Daerah

123

konsumen dan kondisi pasar. Di samping itu sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua dalam mempertahankan hidup dan kegiatan ekonominya di pasar dilakukan secara mandiri tanpa ada keterlibatan pemerintah, utamanya pada modal dan informasi pembinaan keteram-pilan yang berkaitan dengan perdagangan.

Strategi pintu utama menjadi pilihan pedagang mama-mama asli Papua dalam upaya melariskan barang dagangannya, sedangkan proses mendapatkan barang dagangan menggunakan tiga cara. Pertama, hasil kebun sendiri yang dikelola secara pribadi; kedua, membeli pada orang lain atau sesama pedagang; dan ketiga, gabungan antara keduanya. Cara-cara tersebut dilakukan oleh pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan eksistesinya dalam kegiatan ekonomi di pasar.

Page 20: Bab Enam Mengatasi Disinsentif Kebijakan Pemerintah …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5386/7/T2_092011004_BAB … · pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang

BERJUANG DI ANTARA PELUANG Studi Pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong

124