Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan...

16
79 Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaha Pengantar Banyak orang menganggap melakukan kegiatan usaha (berusaha) adalah kegiatan yang beresiko, karena itu mereka enggan, bahkan takut untuk melakukan kegiatan usaha. Tetapi melakukan kegiatan usaha justru mendatangkan kuentungan tersendiri bagi Rauf Muchsin, Muhajdril Ismail, Sulaiman Baco, Jalnudin Ramli dan Nursama Asmi (selanjutnya akan disebut; migran Makassar). Karena dengan berusaha di Jayapura, migran Makassar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat memiliki berbagai aset fisik, seperti rumah, tanah, kendaraan dan lain-lain. Pencapain tersebut secara tidak langsung mencerminkan adanya kemampuan migran Makassar dalam berusaha di Jayapura. Kenyataan tersebut, menimbulkan pertanyaan mendasar; bagaimana migran Makassar mampu memulai dan mengembangkan usahanya di Jayapura, padahal mereka adalah kaum migran, dan biasanya kaum migran memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya di daerah migrasi 1 . Bila memgacu pada bab lima, yang membahas tentang pengalaman berusaha dari migran Makassar. Jawaban untuk pertanyaan di atas, dapat dengan mudah ditebak. Karena dalam pembahasan bab lima, secara jelas memperlihatkan bahwa migran Makassar dapat memulai dan mengembangkan usaha di Jayapura, karena adanya sumber daya usaha seperti informasi, modal usaha (uang), bahan baku, dan ijin usaha, yang diberikan oleh organisasi IKBM, dan anggota IKBM lainnya. 1 Untuk memperjelas dan membuktikan bahwa migran biasanya memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya di daerah migrasi, baca Mc niki, (2014). Erlado, (2014). Danurmandhany, (2013).

Transcript of Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan...

Page 1: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

79

Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaha

Pengantar

Banyak orang menganggap melakukan kegiatan usaha (berusaha) adalah kegiatan yang beresiko, karena itu mereka enggan, bahkan takut untuk melakukan kegiatan usaha. Tetapi melakukan kegiatan usaha justru mendatangkan kuentungan tersendiri bagi Rauf Muchsin, Muhajdril Ismail, Sulaiman Baco, Jalnudin Ramli dan Nursama Asmi (selanjutnya akan disebut; migran Makassar). Karena dengan berusaha di Jayapura, migran Makassar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dan dapat memiliki berbagai aset fisik, seperti rumah, tanah, kendaraan dan lain-lain.

Pencapain tersebut secara tidak langsung mencerminkan adanya kemampuan migran Makassar dalam berusaha di Jayapura. Kenyataan tersebut, menimbulkan pertanyaan mendasar; bagaimana migran Makassar mampu memulai dan mengembangkan usahanya di Jayapura, padahal mereka adalah kaum migran, dan biasanya kaum migran memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya di daerah migrasi1.

Bila memgacu pada bab lima, yang membahas tentang pengalaman berusaha dari migran Makassar. Jawaban untuk pertanyaan di atas, dapat dengan mudah ditebak. Karena dalam pembahasan bab lima, secara jelas memperlihatkan bahwa migran Makassar dapat memulai dan mengembangkan usaha di Jayapura, karena adanya sumber daya usaha seperti informasi, modal usaha (uang), bahan baku, dan ijin usaha, yang diberikan oleh organisasi IKBM, dan anggota IKBM lainnya.

1 Untuk memperjelas dan membuktikan bahwa migran biasanya memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya di daerah migrasi, baca Mc niki, (2014). Erlado, (2014). Danurmandhany, (2013).

Page 2: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

80

Jawaban diatas tidak salah, karena memang kenyataannya demikian. Tetapi jawaban tersebut, menyisihkan pertanyaan lain, yaitu; mengapa organisasi IKBM, dan anggota IKBM, bersedia memberikan dukungan, dalam proses berusaha yang dilakukan migran Makassar, di Jayapura. Untuk menjawab pertanyaan ini, maka penulis melakukan sintesa terhadap pembahasan pada bab lima, dan pembahasan pada bab empat.

Hasil sintesa tersebut, menunjukan bahwa ada hubungan antara penguatan identitas sosial etnis Makassar, yang dilakukan oleh migran Makassar. Dengan, kesedian organisasi IKBM dan anggota IKBM, memberikan dukungan dalam proses berusaha migran Makassar. Hubungan itu terletak pada rasa percaya dari organisasi IKBM dan anggota IKBM, terhadap migran Makassar. Artinya, karena migran Makassar melakukan penguatan terhadap identitasnya sebagai etnis Makassar, sehingga ada kepercayaan dari organisasi IKBM dan anggota IKBM. kepercayaan itulah yang membuat sehingga organisasi IKBM dan anggota IKBM, bersedia memberikan dukungan dalam proses berusaha yang dilakukan migran Makassar.

Dengan demikian penjelasan tentang kemampuan berusaha migran Makassar, di Jayapura, akan menjadi seperti ini; Migran Makassar mampu berusaha di Jayapura, karena adanya dukungan dari organisasi IKBM dan anggota IKBM, dalam hal memberikan modal usaha (uang), informasi, bahan baku, dan ijin usaha. Penjelasan ini sekaligus jawaban atas pertanyaan mendasar; mengapa migran makassar mampu berusaha di Jayapura, padahal mereka adalah kaum migran.

Sebagai gambaran awal tentang bagaimana migran Makassar mampu melakukan kegiatan usaha di Kota Jayapura, maka gambar berikut merupakan proses yang migran Makassar lalui untuk memperoleh modal usaha (uang), informasi, bahan baku, dan ijin usaha.

Page 3: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

81

Gambar 6.1

Pola2 Terbentunya Kemampuan Berusaha Migran Makassar

Migrasi Berantai, Cara Mengatasi Kerentanan Ekonomi

Pada pembahasan bab empat tentang profil informan, migran Makassar pada umumnya mengatakan bahwa mereka bermigrasi karena ingin memperbaiki kondisi ekonominya, dan keluarganya. Hal itu

2 Pola terbentuknya kemampuan berusaha migran Makassar, dibuat atas dasar imajinasi penulis, setelah melakukan peneliskan terhadap dua bab empiris, yaitu bab empat dan bab lima. Tujuan dari gambar ini, ingin menjelaskan bahwa wirausaha migran Makassar mengalami kerentanan ekonomidi kampung halaman. Karena itu, mereka berinisiatif untuk melakukan migrasi mengikuti teman/kerabat, ke Kota Jayapura. Setelah berada di Jayapura, mereka bergabung dengan IKBM untuk mendapatkan pengakuan sosial dari sesama migran Makassar di Kota Jayapura (melakukan penguatan identitas sosial etnis). Karena mereka bergabung dengan IKBM, maka ada rasa kepercayaan dari anggota IKBM dan organisasi IKBM, sehingga terbentuk jaringan sosial diantara mereka dengan anggota IKBM dan organisasi IKBM. Jaringan sosial inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh migran Makassar untuk memperoleh sumber daya usaha, seperti Informasi, bahan baku, ijin usaha, dan modal usaha. Dengan demikian migran Makassar memiliki kemampuan untuk memulai dan atau mengembangkan usaha (berusaha), di Kota Jayapura.

Page 4: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

82

berarti migran Makassar mengalami kondisi kerentanan ekonomi di daerah asalnya (Makassar). Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kerentanan ekonomi adalah kerapuhan secara ekonomi yang dialami oleh individu, atau keluarga, atau masyarakat, sehingga menyebabkan kondisi tidak siap secara ekonomi untuk menghadapi ancaman (Apriliana, 2012)

Kondisi kerentanan ekonomi yang dialami oleh migran Makassar, awalnya terjadi karena rendahnya pendapatan keluarga (orang tua). Karena itu, migran Makassar telah berusaha untuk mengatasi kerentanan ekonomi tersebut, dengan cara bekerja. Tetapi karena minimnya penghasilan yang diterima oleh migran Makassar, dari pekerjaan yang mereka lakukan. Sehingga migran Makassar tetap mengalami kondisi kerentanan ekonomi, di daerah asalnya.

Jika demkian kenyataannya, muncul suatu pertanyaan; mengapa migran Makassar memilih bermigrasi, sebagai cara untuk mengatasi kerentanan ekonominya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknyanya untuk menjawab lebih dulu, tentang bagaimana migran Makassar bermigrasi.

Dalam hal bermigrasi ke Jayapura, migran Makassar pada umumnya mengikuti teman atau kerebatnya, yang lebih dulu bermigrasi dan tinggal di Jayapura. Contohnya, Baco bermigrasi mengikuti pamannya, kemudian Ramli mengikuti Baco (sahabat/temannya) untuk bermigrasi, dan Ramli mendatangkan adik iparnya, yaitu Asmi.

Pola migrasi seperti demikian, sering disebut sebagai pola migrasi berantai. Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah yang lain yang kemudian diikuti oleh penduduk daerah asalnya, karena adanya ajakan atau hasutan dan atau karena difasiltasi oleh orang pertama yang telah berhasil di daerah tujuan migrasi (Susanti et al, 2013).

Pola migrasi berantai yang dilakukan migran Makassar, menujukan bahwa ada pemanfaatan jaringan sosial dalam hal bermigrasi. Hal itu berarti migran Makassar memilih bermigrasi, sebagai cara untuk mengatasi kerentanan ekonominya, karena migran Makassar memiliki sumber daya dalam bentuk jaringan sosial. Itulah jawaban atas

Page 5: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

83

pertanyaan; mengapa migran Makassar memilih bermigrasi, sebagai cara untuk mengatasi kerentanan ekonominya.

Setelah melakukan migrasi berantai, dan bekerja di Kota Jayapura. Perlahan-lahan, migran Makassar dapat mengatasi kondisi kerentanan ekonominya. Karena itu, migrasi berantai dikatakan sebagai cara migran Makassar mengatasi kondisi kerentanan ekonomi yang dihadapinya.

Identitas Makassar

Untuk dapat mengetahui identitas seseorang, tidak selamanya harus mendengar pengakuan dari orang tersebut. Kerena identitas seseorang dapat nampak dari ciri-ciri fisik, penampilan, atau bahasa yang dipergunakannya. Identitas seseorang juga dapat nampak dari perilaku dan sifat yang ditampilkannya.

Masyarakat kota Jayapura pada umumnya, sering menganggap seorang yang beridentitas Makassar adalah orang dengan kulit putih kekuningan (sawo mateng), serta mengunakan perhiasan yang banyak, dan berbusana dengan warna mencolok (merah, hijau muda, ungu). Hal itu berarti identitas seorang Makassar, dapat dikenal dari bentuk fisik dan penampilannya.

Selain itu, seorang Makassar juga dapat dengan mudah dikenali identitasnya, karena sering berbicara dengan intonasi kuat dan tegas, sambil mengunakan kata-kata seperti; ididih, tena-me. atau a-nu toh. Artinya, identitas seorang Makassar juga dapat dikenal dari cara berbicra dan bahasa (istilah) yang sering diucapkan.

Itulah beberapa parameter yang secara lazim digunakan orang (khususnya masyarakat Jayapura), untuk mengenali orang yang beridentitas Makassar. Disamping beberapa parameter lainya, seperti ; agama, tempat tinggal, profesi, sifat, adat istiadat, dan senjata untuk membela diri.

Tidak menutup kemungkinan migran Makassar (anggota IKBM) di Jayapura, juga menggunakan parameter yang sama untuk mengenali orang Makassar. Tetapi yang menjadi pertanyaan; apakah parameter yang sama juga menjadi tipe ideal bagi migran Makassar untuk melakukan kategorisasi sosial (untuk membedakan in-grup dan out

Page 6: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

84

grup). Untuk itu, dalam kajian ini akan membahas salah satu tipe ideal yang harus dipenuhi oleh seorang migran Makassar, agar identitas sosial Makassar yang disandangnya, boleh mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama migran Makassar, di Jayapura. Serta bagaiman seorang migran Makassar, dapat memperkuat identitas sosialnya.

Tipe Ideal Identitas Makassar Di Jayapura.

Tak bisa dipungkiri bahwa etnis merupakan suatu identitas sosial yang given. Tetapi dalam kenyataanya, identitas etnis sering dikontruksikan berdasarkan sejarah. Untuk itu, suatu kelompok etnis migran juga biasanya mengkontruksi identitas etnis mereka, berdasarkan sejarah atau kebiasaan mereka di daerah migrasi. Karena itulah, maka munculah tipe ideal, yang harus dipenuhi oleh seorang migran, agar identitas sosial etnis yang disandangnya, bisa mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama etnisnya di daerah migrasi (Rayaho, 2010, Davis, 2013).

Jika demikian, maka tentu migran Makassar di Jayapura, juga mengkontruksi identitas etnis mereka, berdasarkan sejarah atau kebiasaan mereka di Jayapura. Hal itulah yang memunculkan adanya tipe ideal, yang harus dipenuhi oleh seorang migran Makassar, agar identitas sosial Makassar yang disandangnya, boleh mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama migran Makassar, di Jayapura.

Bila mengamati bab empat tentang alasan meraka bergabung dengan IKBM. Akan nampak bahwa salah satu tipe ideal yang harus dipenuhi oleh seorang migran Makassar, yaitu menjadi anggota organisasi IKBM. Tipe ideal ini muncul karena berdasarkan sejarah keberadaan migran Makassar, di Jayapura. Pada tahun 1970-an, migran Makassar di Jayapura, telah mendeklarasikan bahwa mereka telah bergabung menjadi satu dalam organisasi IKBM. Organisasi IKBM merupakan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Kota Jayapura. Tujuan organisasi IKBM didirikan adalah untuk menghimpun dan memberdayakan masyarakat migran Makassar di Jayapura. Agar tercipta kekerabatan, keharmonisan dan kesejahkteraaan hidup migran Makassar di Jayapura.

Page 7: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

85

Sejak adanya deklarasi tersebut, migran Makassar di Jayapura selalu diidentikan dengan organisasi IKBM. Karena itu, menjadi anggota organisasi IKBM adalah salah satu tipe ideal, yang harus dipenuhi oleh seorang migran Makassar, agar identitas sosial etnis Makassar yang disandangnya, mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama Makassar, di Jayapura.

Tipe ideal ini terus dipertahankan hingga saat ini, melalui doktrin-doktrin yang terus dilancarakan oleh pengurus organisasi IKBM, bahkan juga oleh anggota IKBM pada umumnya. Sebagai contoh adanya doktrin, yang mempertahankan keberadaan tipe ideal ini, yaitu pernyataan Muchsin berikut;

“saya pertama tidak mau bergabung dengan IKBM, karena saya pikir; saya datang untuk kerja, bukan untuk ikut segala macam. Tapi akhirnya saya gabung dengan IKBM, karena Yusman bilang ke saya; ‘Muchsin, kita ini kan dirantau, jadi kita harus cari teman, makanya kau harus ikut IKBM, supaya orang Makassar lain bisa kenal kau, dan anggap kau juga orang Makassar, biar kalau kau susah, mereka mau bantu’. Kata-kata itu juga yang saya pakai untuk ajak ismail gabung dengan IKBM”.

Pernyataan Muchsin dengan jelas memperlihatkan adanya doktrin

pendahulu yang membuat sehingga muncul presepsi bahwa menjadi anggota IKBM, merupakan salah satu tipe ideal yang harus dipenuhi oleh seorang migran Makassar, agar identitas sosial Makassar yang disandangnya, mendapat pengakuan dari sesama migran Makassar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menjadi anggota IKBM, merupakan salah satu tipe ideal identitas sosial Makassar, di Jayapura. Tipe ideal ini dikontruksikan berdasarkan sejarah keberadaan migran Makassar di Jayapura, dan tipe ideal ini dipertahankan melalui doktrin dari pengurus organisasi IKBM, maupun anggota IKBM pada umumnya.

Penguatan Identitas Sosial Makassar

Karena menjadi anggota organisasi IKBM merupakan salah satu tipe ideal yang harus dipenuhi oleh seorang migran Makassar, agar identitas sosial etnis Makassar yang disandangnya, mendapat pengakuan sosial dan kesetaraan sosial dari sesama Makassar, di Jayapura. Sehingga dengan kata lain, menjadi anggota organisasi IKBM merupakan salah

Page 8: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

86

bentuk penguatan terhadap identitas sosial, yang dimiliki migran Makassar.

Untuk menjadi anggota IKBM, tidak memerlukan biaya ataupun syarat-syarat yang sulit. Syarat utama untuk menjadi anggota IKBM adalah harus berasal dari daerah Makassar. Kemudian, syarat kedua adalah sekali mengikuti kegiatan silaturahmi IKBM, dan mengisi formulir keanggotaan IKBM.

Tetapi yang menjadi pertanyaan, yaitu bagaimana seorang migran Makassar, yang baru datang dari Makassar, ke Jayapura. Dapat mengetahui adanya organisasi IKBM, dan bergabung menjadi anggota IKBM. Padahal IKBM, tidak pernah melakukan promosi akan keberadaannya di Kota Jayapura.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka ada baiknya untuk melihat kembali pembahasan pada bab empat, khusunya pembahasan tentang pengalaman awal migran Makassar di Kota Jayapura. Karena pada pembahasan tersebut, migran Makassar telah mengisahkan bagaimana mereka dapat mengenal dan bergabung dengan IKBM. Sebagai contoh adalah kisah yang diceritakan oleh Baco, ketika dia baru datang dari Makassar, ke Jayapura. Dalam penuturannya, Baco mengaku mengetahui adanya organisasi IKBM, karena diperkenalkan oleh Pamannya. Kemudian dia dapat bergabung menjadi anggota IKBM, karena dia diajak oleh pamanya, untuk mengikuti silaturahmi IKBM.

Kisah yang serupa juga dituturkan oleh migran Makassar lainnya, yaitu Muchsin, Ismail, Ramli dan Asmi. Mereka juga pada umumnya mengaku dapat mengenal dan dapat bergabung dengan organisasi IKBM, karena diperkenalkan dan diajak oleh teman atau kerabat, yang lebih dulu tinggal di Jayapura, dan menjadi anggota IKBM. Dari pengalaman empiris migran Makassar, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa karena adanya peran aktor, yang memfasilitasi migran Makassar untuk bergabung dengan organisasi IKBM, maka migran Makassar dapat melakukan penguatan terhadap identitas sosialnya.

Page 9: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

87

Peran IKBM dan Sesama Anggota IKBM Dalam konteks relasi sosial, tak satu orang pun memiliki identitas

sosial tunggal (single-identity). Dengan kata lain, dalam diri setiap orang selalu melekat identitas sosial majemuk (multiple-identities). Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan tertentu dalam hidup, seseorang akan lebih mengidentifikasikan dirinya kepada identitas sosial tertentu ketimbang identitas sosial lain yang sama-sama melekat pada dirinya. Artinya, ketika seseorang malakukan penguatan identitas sosialnya, maka dia memiliki tujuan tertentu.

Berangkat dari pernyataan di atas, maka tentu migran Makassar juga memiliki tujuan di balik penguatan identitas sosial yang dilakukannya. Menurut Sjaf (2013), tujuan migran melakukan penguatan terhadap identitas sosial-nya, yaitu agar mendapat dukungan dalam upayanya mencapai economic interest (kepentingan ekonomi), dan atau power interest (kepentingan kekuasaan). Dengan demikian tujuan penguatan identitas sosial yang dilakukan migran Makassar juga tidak terlepas dari upayanya mencapai kepentingan ekonomi, dan kepentingan kekuasaan, di Jayapura.

Penguatan identitas dianggap bisa memfasilitasi pencapaian kepentingan ekonomi, dan kepentingan kekuasaan, di Jayapura. Karena dengan seseorang melakukan penguatan identitas sosialnya, secara khusus identitas yang embedded (melekat/tertanam) dalam dirinya, seperti identitas suku (etnis) dan agama. Orang tersebut akan mendapatkan dukungan dari relasi sosial, yang terbentuk akibat adanya kesamaan identitas yang embedded (Sjaf, 2013). Hal semacam itu yang terlihat dari fenomena penguatan identitas yang dilakukan oleh migran Makassar. Artinya, karena migran Makassar melakukan penguatan identitas, maka organisasi IKBM secara kolektif dan anggota IKBM, memberikan dukungan dalam proses pendirian dan pengembangan usaha dari migran Makassar, di Jayapura.

Tetapi mengapa penguatan identitas yang dilakukan migran Makassar, dapat membuat organisasi IKBM, dan anggota IKBM memberikan dukungan pada proses berusaha migran Makassar. jawabanya, yaitu karena setelah migran Makassar melakukan penguatan identitas sosial, maka ada kepercayaan dari organisasi IKBM, dan anggota IKBM. Dengan adanya rasa kepercayaan dari organisasi IKBM,

Page 10: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

88

dan anggota IKBM, maka mereka bersedia yang terjalin antara mereka, telah membentuk jaringan sosial yang memberikan dukungan pada proses berusaha migran Makassar. Tetapi, mengapa dukungan organisasi IKBM, dan anggota organisasi IKBM, menjadi penting bagi kemampuan Berusaha migran Makassar. Untuk itu dalam kajian ini, penulis akan membahas kenapa modal usaha dan akses terhadap modal usaha, informasi, legalitas usaha, serta mitra usaha, dapat mendukung kemampuan Berusaha.

Menyediakan Informasi

Bila merujuk pada bab empat, tampak bahwa sebelum migran Makassar memutuskan untuk memulai Berusaha, atau mengembangkan usahanya. Migran Makassar selalu berupaya mengumpulkan informasi tentang tempat usaha, keterdapatan modal usaha, harga barang, dan lain-lain. Sebagai contoh, Ketika Ismail (seorang migran Makassar) hendak memulai untuk Berusaha, di Kota Jayapura. Ismail tidak tahu harus memulai dengan jenis usaha apa, dan dimana dia dapat Berusaha. Karena itu, Ismail lalu mengumpulkan informasi dari organisasi IKBM, maupun anggota IKBM lainnya. Berdasarkan informasi itulah, akhirnya Ismail dapat memilih jenis usaha, dan tempat usaha yang tepat baginya.

Tindakan migran Makassar membuktikan bahwa informasi sangat penting dalam pengambilan keputusan Berusaha. Informasi di anggap sangat penting, karena informasi adalah suatu data terorganisasi yang dapat mendukung ketepatan dan kepastian pengambilan keputusan. Untuk itu, informasi diperlukan oleh seorang wirausaha, untuk menjadi bahan pertimbangan sebelum memutuskan suatu keputusan bagi usahanya.

Informasi yang dibutuhkan para wirausaha, antara lain meliputi informasi mengenai konsumen, permintaan dan penawaran, pesaingan, advertensi, produk saingan, pengembangan produk, desain, dan prilaku konsumen. Dengan adanya informasi-informasi tersebut, maka wirausaha dapat melakukan pengambilan keputusan dalam hal penentuan jenis usaha, tempat usaha, pemasaran, dan penyelesaian permasalah usaha yang dihadapi

Karena informasi merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan usaha, maka tentu seorang wirausaha sangat membutuhkan

Page 11: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

89

sumber-sumber informasi usaha yang lengkap, akurat, dan muktahir. Karena bila sumber informasi yang dipilih wirausaha tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka biasanya keputusan usaha yang dihasilkan kurang sempurna. Di samping harus lengkap, akurat, dan muktahir, sumber-sumber informasi itu juga harus mudah diakses.

Dalam konteks seperti itu, menarik untuk melihat; mengapa migran Makassar pada umumnya, memilih mengakses informasi dari organisasi IKBM, atau informasi apa saja yang disediakan organisasi IKBM, dan bagaimana organisasi IKBM menyajikan informasi tersebut, sehingga migran Makassar memilih organisasi IKBM sebagai sumber informasi baginya.

Menurut Bapak Haji JR, selaku ketua organisasi IKBM Kota Jayapura. Organisasi IKBM melalui biro pengembangan anggota, selalu berusaha mendata kepemilikin usaha dari setiap anggotanya. Selain sebagai kelengkapan data untuk organisasi IKBM, pendataan itu juga dimaksudkan agar dapat menjadi informasi dan bahan referensi bagi anggota lain yang hendak Berusaha. Lebih lanjut Haji JR menambahkan bahwa organisasi IKBM setiap minggu menerbitkan buletin gratis yang berisi informasi-informasi umum tentang Kota Jayapura, dan ada kolom khusus tentang usaha, yang biasanya berisikan informasi-informasi usaha, seperti peluang usaha, tanah yang dijual, harga barang, dan berita ekonomi lainnya. Bahkan menurut Haji JR, organisasi IKBM juga memberikan layanan konsultasi usaha bagi anggotanya yang membutuhkan. Layanan tersebut disediakan secara gratis, dan dapat diakses melalui telepon, SMS (short message service), dan email, maupun Facebook.

Jika benar apa yang disampikan oleh Haji JR, maka alasan migran Makassar memilih organisasi IKBM sebagai sumber informasi, yaitu karena organisasi IKBM mampu memberikan informasi-informasi yang lengkap, akurat, muktahir dan mudah di akses. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa karena organisasi IKBM menyediakan informasi-informasi yang relefan dengan kebutuhan migran Makassar, maka migran Makassar mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat bagi usahanya. Dengan adanya keputusan-keputusan usaha yang tepat, maka migran Makassar dapat memulai usaha dengan yakin dan dapat mengembangkan usaha mereka, di Jayapura.

Page 12: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

90

Menyediakan Modal Usaha dan Akses Terhadap Modal Usaha

Seperti yang telah di jelaskan bahwa dalam menjalankan sebuah usaha, salah satu faktor pendukung yang dibutuhkan adalah modal usaha (uang), jika memulai usaha diibaratkan dengan membangun sebuah rumah, maka adanya modal merupakan bagian fondasi dari rumah yang akan dibangun. Semakin kuat fondasi yang dibuat, maka semakin kokoh pula rumah yang dibangun. Begitu juga pengaruh modal terhadap sebuah usaha, keberadaannya menjadi fondasi awal usaha yang akan dibangun. Modal usaha adalah mutlak diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha.

Bila modal usaha merupakan hal mutlak dalam suatu kegiatan usaha (berusaha), maka tentu migran Makassar juga menggunakan modal dalam Berusaha. Tetapi pertanyaannya; dari mana migran Makassar mendapatkan modal untuk berwirausah, dan modal seperti apa yang mereka gunakan dalam Berusaha, serta bagaimana mereka memperoleh modal untuk Berusaha.

Ada tiga sumber modal usaha, yaitu modal sendiri, bantuan pemerintah, pinjaman lembaga kueangan baik bank dan lembaga kueangan non bank. Untuk itu, bila mengacu pada pembahasan bab lima, migran Makassar lebih memilih untuk memulai dan mengembangkan usahanya dengan modal pinjaman (Elsiyani et al, 2014).

Pada umumnya modal pinjaman untuk memulai usaha, migran Makassar peroleh dengan memanfaatkan program modal bergulir yang dibuat oleh IKBM. Modal pinjaman bergulir adalah pinjaman modal bagi wirausaha untuk melakukan usaha menggunakan modal yang ada. Dalam konteks ini, pemberi modal yang akan digunakan untuk usaha hanya memberikan dukungan modal dan peminjam harus mengembangkan modal tersebut dalam pekerjaannya. Kemudian, dalam jangka waktu tertentu (biasanya tiga bulan setelah mulai Berusaha), peminjam diwajibkan mengembalikan modal tersebut secara berangsur-angsur, hingga batas waktu yang telah disepakati bersama. Dengan begitu modal tersebut dapat digulirkan (diberikan) bagi wirausaha lain yang membutuhkan (Buera et a, 2014).

Sistem modal bergulir sebenarnya sangat rawan sekali untuk tidak bisa bergulir pada yang lainnya. Karena ada kemungkinan modal tersebut tidak bisa dikembalikan oleh peminjam. Untuk itu, ornganisasi

Page 13: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

91

IKBM hanya memberikan pinjaman modal bergulir bagi migran Makassar yang telah dipercaya dan dikenal identitasnya (yang telah menjadi anggota IKBM). Kemungkinan tidak kembalinya modal yang dipinjamankan, mungkin –penulis mengunakan kata ‘mungkin’ karena perlu penelitian lebih lanjut- menjadi salah satu alasan, mengapa IKBM berperan aktif dalam proses berusaha migran Makassar.

Sedangkan modal pinjaman untuk pengembangan usaha, migran Makassar dapatkan dari bank yang melayani kredit. Tetapi tetap melalui pengatar dari organisasi IKBM. Menurut oknum bank, bentuk pinjaman modal usaha dari bank, yang biasanya menjadi favorit migran Makassar, yaitu pinjaman modal bunga ringan. Pinjaman modal bunga ringan merupakan salah satu jenis permodalan usaha yang diberikan pihak bank dengan mewajibkan peminjam mengembalikan dana pinjaman secara berkala dengan bunga kecil, dan dalam jangka waktu yang relatif panjang. Dengan demikian tidak memberatkan peminjam atau wirausaha.

Dengan demikian organisasi IKBM, memiliki pengaruh besar dalam kepemilikian modal usaha bagi migran Makassar. Hal itu ditunjukan dengan peran organisasi IKBM, yang menyediakan modal usaha, dan menyediakan akses terhadap kepemilikan modal usaha. Ketersediaan modal usaha, dapat dikatakan sebagai salah satu alasan, yang memampukan migran Makassar mampu memulai dan mengembangkan usaha di Jayapura. Karena modal usaha adalah sejumlah uang yang digunakan oleh pengusaha untuk membeli apa yang mereka butuhkan untuk membuat produk mereka atau untuk menyediakan layanan kepada sektor ekonomi di mana operasi mereka didasarkan. (Burhn dan Zia, 2013)

Manjamin Legalitas Usaha

Memulai suatu usaha baru (memulai usaha), memerlukan berbagai macam persiapan. Salah satu hal yang perlu dipersiapkan adalah unsur legalitas dari usaha tersebut. Dalam suatu usaha, legalitas ini berwujud pada kepemilikan surat izin usaha. Artinya, dengan memiliki izin usaha maka kegiatan usaha yang dijalankan tidak disibukkan dengan isu-isu penertiban atau pembongkaran. Manfaat yang diperoleh dari kepemilikan izin usaha tersebut adalah sebagai sarana perlindungan hukum.

Page 14: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

92

Selain itu, manfaat kepemilikan ijin usaha, yaitu dapat mempermudah dalam proses pengajuan kredit kepada perbankan atau lembaga kueangan lainnya, dan mendapat prioritas pembinaan dari instansi pemerintah yang menangani pembinaan usaha kecil dan instansi terkait lainnya. Lebih dari itu merupakan bukti bahwa pengusaha tersebut benar-benar memiliki dan menjalankan usaha, sehingga lebih dipercaya bila ingin melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

Dalam konteks migran Makassar, mereka juga pada umumnya sadar akan pentingnya legalitas usaha. Karena itu, migran Makassar dengan sadar mengurus surat perijinan usaha, walaupun biasanya setelah mereka memulai usahanya. Hal itu dapat terlihat dari pembahasan pada bab empat, khususnya pembahasan tentang penangulangan permasalahan usaha.

Untuk dapat memperoleh surat ijin usaha, baik itu Surat Ijin Usaha Perdangan (SIUP), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), ataupun Surat Ijin Pengusaha Angkutan (SIPA). Migran Makassar memilih untuk mengurunya melalui pihak IKBM, dengan alasan lebih mudah dan cepat. Sebagai contoh, ketika Asmi hendak mengurus surat ijin usaha melalui IKBM. Pada saat itu, dia mengaku hanya mengisi formulir dan menandatandatangani formulir tersebut, diatas meterai enam ribu. Kemudian menyerahkan sejumlah uang untuk biaya administrasi pengurusan. Setelah itu tidak lebih dari satu minggu, Asmi telah mendapatkan surat ijin usaha yang diperlukannya.

Pengalaman Asmi, membuktikan bahwa adanya peran organisasi IKBM dalam hal menjamin legalitas usaha migran Makassar. Hal itu di akui oleh bapak Haji JR, bahkan dia menambahkan bahwa organisasi IKBM memainkan peran tersebut, semata-mata untuk memberikan perlindungan hukum atas usaha yang dimiliki migran Makassar. Dengan begitu diharapkan migran Makassar lebih percaya diri dalam menjalankan usaha, di Jayapura.

Rasa percaya diri itu-lah yang membuat migran Makassar mampu memulai dan mengmbangkan usaha di Jayapura. Karena keberhasilan atau kegagalan dalam suatu usaha, lebih ditentukan oleh sikap mental, dan sikap mental yang percaya diri adalah suatu akar kemampuan dan kesuksesan usaha/bisnis.

Page 15: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

93

Menjadi Supplier Bahan Baku

Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di Indonesia, wirausaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat demi menjaga kelangsungan proses Berusaha yang dilakukannya. Untuk itu, dalam Berusaha, wirausaha perlu untuk melakukan efisiensi terhadap faktor-faktor produksinya.

Sebelum melakukan kegiatan Berusaha, wirausaha terlebih dahulu menyiapkan faktor-faktor produksinya diantaranya adalah bahan baku yang akan diolah menjadi produk jadi. Bahan baku dalam kegiatan Berusaha, bisa berupa bahan baku mentah, bahan setengah jadi, maupun bahan jadi. Dalam pengadaan bahan baku untuk Berusaha, wirausaha dapat membuat sendiri bahan baku-nya, tetapi juga dapat membeli bahan baku tersebut dari supplier (pemasok). Tetapi lebih banyak wirausaha memilih untuk membeli bahan baku dari supplier.

Salah satu hal yang penting dalam kelangsungan kegiatan berusaha, yaitu pemilihan supplier bahan baku. Pemasok atau supplier adalah individu atau organisasi bisnis (perusahaan) yang menyediakan barang atau jasa kepada wirausaha dengan imbalan yang telah disepakati berdasarkan kompensasi yang telah disepakati pula.

Supplier bahan baku merupakan bagian terpenting dari suatu usaha. Karena supplier -lah yang menyediakan ketersedian bahan baku bagi suatu usaha, dan sekaligus menentukan ada tidaknya bahan baku bagi suatu usaha. Sehingga menurut penelitian dari Klemn et al (2005), Valderma (2013), dan Harriatte dan Sanders (2013), memilih supplier untuk suatu usaha, harus yang dapat memberikan nilai ekonomis dan dapat menjamin ketersedian bahan baku.

Pentingnya supplier bahan baku, tampaknya telah disadari oleh migran Makassar, yang berusaha di Kota Jayapura. Karena jika menyimak pembahasan pada bab empat, khususnya pembahasan tentang pendirian usaha. Nampak bahwa pada umumnya migran Makassar memilih supplier bahan baku dari sesama migran Makassar, dengan alasan bisa saling mempercayai, dan dapat memperoleh harga lebih rendah, atau bahkan dapat membayar secara berangsur. Dengan

Page 16: Bab 6 Penguatan Identitas Sosial dan Kemampuan Berusaharepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5384/7/T2_092010004_BAB VI.pdf · Pola migrasi berantai adalah perpindahan penduduk

94

begitu migran Makassar dapat memiliki bahan baku usaha yang secara lebih mudah dan cepat.

Adanya sesama anggota IKBM yang berperan sebagai supplier bahan baku, secara langsung telah memberikan kemampuan usaha bagi migran Makassar, di Jayapura. Karena menurut Harriatte dan Sanders (2013), kelancaran suatu proses usaha, sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku. Artinya, dengan bahan baku, seorang wirausaha dapat memhasilkan produknya dan kemudian memasarkannya. Dengan demikian akan mendatangkan keuntungan ekonomis bagi wirausaha tersebut (Valderma, 2013).