Bab 5 Pendekatan

40
BAB 5 PENDEKATAN, METODOLOGI & PROGRAM KERJA 6.1 Pendekatan Didalam pekerjaan ini konsultan akan mengunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjawab tujuan dari pekerjaan ini. namun sebelum itu konsultan akan memberikan gambar proses skematik yang diharapkan dapat menjadi panduan. Gambar 1 Skema pendekatan Seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka acuan pekerjaan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh kab. Banggai aut adalah luas lautan sebesar 96% sedangkan 4 % sisanya adalah daratan. Oleh karena karakteristik daerah tersebut diperlukan sebuah kajian transportasi laut sebagai solusi untuk menghubungkan berbagai pulau (daratan) sebagai usaha untuk meningkatkan interaksi ekonomi, social dan politik. 6.1.1 Pendekatan Teknis Pendekatan teknis dalam proposal ini disesuaikan

description

sfv

Transcript of Bab 5 Pendekatan

BAB 5 PENDEKATAN,METODOLOGI & PROGRAM KERJA

6.1 PendekatanDidalam pekerjaan ini konsultan akan mengunakan beberapa pendekatan untuk dapat menjawab tujuan dari pekerjaan ini. namun sebelum itu konsultan akan memberikan gambar proses skematik yang diharapkan dapat menjadi panduan.

Gambar 1 Skema pendekatan

Seperti yang telah dijelaskan dalam kerangka acuan pekerjaan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh kab. Banggai aut adalah luas lautan sebesar 96% sedangkan 4 % sisanya adalah daratan. Oleh karena karakteristik daerah tersebut diperlukan sebuah kajian transportasi laut sebagai solusi untuk menghubungkan berbagai pulau (daratan) sebagai usaha untuk meningkatkan interaksi ekonomi, social dan politik.

6.1.1 Pendekatan TeknisPendekatan teknis dalam proposal ini disesuaikan dengan lingkup kegiatan yang akan dicapai sesuai kerangka acuan pekerjaan.Metode pendekatan teknis Penyusunan Master Plan Transportasi Laut ini adalah :1. Menguraikan kondisi Provinsi Kepri yang melatar-belakangi permasalahan kebutuhan moda transportasi angkutan laut meliputi :a. Kebijaksanaan pembangunan sistem transportasi b. Keadaan perkembangan ekonomic. Kondisi angkutan laut saat ini.

2. Pengkajian terhadap kondisi kelautan, faktor sosial-ekonomi penduduk, tingkat aksesibilitas dan kebutuhan (demand) serta faktor-faktor pendukung lainnya. Pengkajian ini dimaksudkan untuk melihat potensi dan kecenderungan perkembangan kebutuhan (demand) serta ketersediaan pelayanan (supply) angkutan laut.3. Melakukan identifikasi faktor-faktor pendukung, melihat kecenderungan perkembangan pelayanan, fasilitas dan tingkat pelayanan serta faktor-faktor keamanan, kenyamanan dan serta variasi tujuan perjalanan.4. Merumuskan berbagai indikator perkembangan dan kecenderungan perkembangan berdasarkan analisis supply dan demand, tingkat pelayanan serta skala pelayanan pelayaran (lokal, regional, internasional). Perumusan tersebut sebagai bahan perumusan alternatif pengembangan transportasi laut baik aspek fisik, prasarana, pelayanan, pengelolaan maupun kelembagaan.5. Rekomendasi Pengembangan dengan berbagai alternatif pengembangan dan pelaksanaan program-program dan kegiatan pembangunan.

Untuk melakukan lima (5) pendekatan tersebut, konsultan membaginya dalam beberapa langkah teknis kegiatan sebagai berikut;

6.1.2 Pendekatan Normatif/Kebijakan

Yang dimaksud dengan pendekatan normative adalah pendekatan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, baik itu peraturan pemerintah, keputusan menteri, dan peraturan daerah yang mengatur tentang transportasi. Berikut ini beberapa peraturan yang akan ditinjau sebagai bahan masukan terhadap pembangunan dermaga desa timpaus;1. Peraturan Pemerintah No 61 tahun tentang Kepelabuhanan2. Undang-undang penataan ruang No. 26 tahun 20103. Undang Undang No 17 tahun 2008 tentang pelayaran4. Keputusan Menteri Perhubungan KM 53 tahun 2002, tentang Tatanan Kepelabuhan nasional5. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493);6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3907);8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);9. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4001);10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145);11. Peraturan menteri perhubungan No 77 tahun 2009, tentang Rencana Induk Pelabuhan Batam (terminal kabil, terminal sekupang, terminal batu ampar dan terminal batam center).12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 54 tahun 2002 tentang penyelenggaraan pelabuhan laut13. Keputusan Menteri perhubungan nomor KP 330 tahun 2009 tentang penetapan pelabuhan bebas pada kawasan perdagangan bebas di Batam, bintan dan karimun

6.1.2.1 Rencana Tata RuangRencana tata ruang yang dimaksud dalam proposal ini adalah dimulai dari rencana tata ruang nasional, rencana tata ruang provinsi dan rencana tata ruang kabupaten dan kota.

6.1.2.2 Rencana Tata Ruang NasionalSesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. RTRWN merupakan pedoman untuk: (1) penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; (2) penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; (3) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (4) mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi serta keserasian antarsektor; (5) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; (6) penataan ruang kawasan strategis nasional; dan (7) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/ kota.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan, upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik. Untuk itu, salah satu hal penting yang dibutuhkan adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang secara spasial dirumuskan dalam RTRWN.

Penyusunan RTRWN didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah. Semua itu diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.

A. Struktur Ruang Wilayah NasionalStruktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah nasional berdasarkan RTRWN yang terkait dengan infrastruktur jalan meliputi (1) peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, serta (2) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi (termasuk di dalamnya prasarana jalan), telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.Strategi untuk meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhirarki, khususnya yang terkait dengan infrastruktur jalan adalah dengan menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya. Adapun strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana, khususnya yang terkait dengan prasarana jalan adalah dengan meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.Dalam RTRWN, rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi:1. Sistem Perkotaan NasionalSistem pusat perkotaan nasional yang ditetapkan dalam RTRWN meliputi pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan strategis nasional (PKSN).A. PKN (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria: kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsiB. PKW (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria: kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.C. PKSN (Pusat Kegiatan Nasional) ditetapkan dengan kriteria: pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga; pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga; pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/ataua. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

2. Sistem Jaringan Transportasi NasionalRencana sistem jaringan transportasi nasional merupakan sistem yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi antarwilayah dan antarkawasan perkotaan dalam ruang wilayah nasional, serta keterkaitannya dengan jaringan transportasi internasional. Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional dimaksudkan untuk menciptakan keterkaitan antarpusat perkotaan nasional serta mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antara pusat perkotaan nasional dengan sektor kegiatan ekonomi masyarakat.

Jaringan jalan nasional terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan jalan strategis nasional, dan jalan tol. Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan:a. antar-PKN;b. antara PKN dan PKW; dan/atauc. PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.

Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk menghubungkan antar-PKW dan antara PKW dan PKL. Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan pula untuk menghubungkan antar ibukota provinsi.

Jaringan jalan strategis nasional merupakan jaringan jalan yang dikembangkan untuk mendukung kebijakan pengembangan wilayah yang memiliki nilai strategis nasional. Spesifikasi teknis jalan strategis nasional disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang ada, sehingga tidak harus sama dengan spesifikasi teknis jaringan jalan arteri primer atau kolektor primer. Jaringan jalan strategis nasional dikembangkan untuk menghubungkan:a. antar-PKSN dalam satu kawasan perbatasan negara;b. antara PKSN dan pusat kegiatan lainnya; danc. PKN dan/atau PKW dengan kawasan strategis nasional

Adapun jalan tol dikembangkan untuk mempercepat perwujudan jaringan jalan bebas hambatan sebagai bagian dari jaringan jalan nasional. Yang dimaksud dengan jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan.

3. Sistem jaringan energi nasionalSistem jaringan energi nasional terdiri dari jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik.4. Sistem jaringan telekomunikasi nasionalSistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri dari jaringan terrestrial dan jaringan satelit.5. Sistem jaringan sumberdaya air nasionalSistem jaringan sumberdaya air (SDA) merupakan sistem SDA pada setiap wilayah sungai (WS) dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi WS lintas negara, WS lintas provinsi, dan WS strategis nasional.

B. Pola Ruang Wilayah NasionalPola ruang wilayah nasional merupakan distribusi peruntukkan ruang dalam ruang wilayah Indonesia yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Nilai strategis nasional yang dimaksud adalah kemampuan kawasan tersebut untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya, serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Terdapat kebijakan pengembangan kawasan lindung yang harus diperhatikan dalam pengembangan infrastruktur jalan, yaitu pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi untuk mewujudkan kebijakan tersebut diantaranya dengan (1) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; serta (2) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.Adapun kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budidaya (baik di ruang darat maupun ruang laut) yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.

6.1.2.3 Rencana Tata Ruang Provinsia. Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah provinsi yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan (sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi terutama jaringan transportasi. Pusat-pusat kegiatan pada wilayah provinsi merupakan pusat pertumbuhan wilayah provinsi, yang dapat terdiri atas:a. PKN yang berada di wilayah provinsi;b. PKW yang berada di wilayah provinsi;c. PKSN yang berada di wilayah provinsi; dand. PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.

Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah provinsi.

Rencana struktur ruang wilayah provinsi berfungsi:a. sebagai pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah provinsi yang memberikan layanan bagi wilayah kabupaten dan wilayah kota yang berada dalam wilayah provinsi; danb. sebagai arahan perletakan sistem jaringan prasarana antarwilayah kabupaten/kota yang juga menunjang keterkaitan pusat kabupaten/kota antarwilayah provinsi.c. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi, Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Rencana pola ruang wilayah provinsi berfungsi:a. sebagai alokasi ruang untuk kawasan budi daya bagi berbagai kegiatan sosial ekonomi dan kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan dalam wilayah provinsi;b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dand. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang skala besar pada wilayah provinsi.

Gambar 2 Skema Posisi RTRW Provinsi Terhadap RTRW Nasional

6.1.2.4 Rencana Tata Ruang Kabupaten/KotaDalam jenjang perencanaan tata ruang, Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten merupakan produk rencana untuk :a. Rencana operasional arahan pembangunan kawasan (operasional action plan);b. Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan (area development plan);c. Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun (urban design guidelines).Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kabupaten harus merujuk pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah. Kedudukan RDTR Kabupaten dalam pengaturan ruang diilustrasikan dalam gambar dibawah ini.Gambar 3 Skema RTRW Kabupaten terhadap RTRW Provinsi

Untuk itu nantinya RTRW Kabupaten di wilayah kabupaten Banggai laut harus ditinjau agar dalam studi kelayakan pembangunan dermaga laut menjadi sinergis dan memiliki keterpaduan.

6.1.2.5 Studi Kelayakan Dermaga Nasional dan Tatanan kepelabuhan NasionalDidalam undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran dan peraturan pemerintah nomor 61 tahun 2009 tentang kepelabuhanan. Jelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tatanan Kepelabuhanan nasional adalah suatu system kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional adalah pengaturan ruang pelabuhan berupa peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan di Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.Berikut ini gambar skema kebijakan tatanan kepelabuhanan sesuai dengan UU nomor 61 tahun 2009.

Gambar 4 Skema Tatanan Kepelabuhanan Nasional

Berikut ini gambar skema rencana induk pelabuhan nasional

Gambar 5 Skema Rencana Induk Pelabuhan Nasional

Berikut ini kerangka dan pola berfikir konsep TKN dan RIPN

Gambar 6 Skema Kerangka dan Pola Pikir Konsep TKN dan RIPN

Berikut ini adalah konsep TKN dan RIPN sesuai dengan UU dan PP

Gambar 7 Skema Konsep TKN dan RIPN

2.1 Kerangka PendekatanPelaksanaan studi ini secara umum dapat dikelompokan kedalam beberapa kegiatan yaitu: 1) Studi aspek eknomi potensi arus barang di daerah Hinterland;2) kajian perkembangan arus barang yang memerlukan fasilitas pelabuhan; 3) analisis kebutuhan sarana dan prasarana pembangunan pelabuhan niaga; 4) kajian mengenai kelayakan ekonomi pembangunan dan 5) penyusunan laporan. Pelaksanaan studi ini digambarkan dalam Gambar 1.Sebagai langkah awal, diperlukan pengenalan kondisi lapangan. Hal ini diperlukan dalam perencanaan rencana kerja, penentuan lokasi pengambilan sampel, dan pekerjaan lapangan. Selanjutnya diperlukan pengumpulan data sekunder yang mencakup data potensi Hinterland, arus barang, studi-studi terdahulu, data akhir materi dan kondisi eksisting. Selain data sekunder, juga diperlukan data primer yang diperoleh melalui questionair survey dan interview.

2.2 Metodologi2.2.1 Lokasi PenelitianLokasi penelitian adalah daerah hinterland dari Kabupaten banggai laut yaitu di desa timpaus kecamatan Bokan Kepulauan.

2.2.2 MetodeMetode yang digunakan dalam Feasibility Study Pembangunan Dermaga Desa Timpaus adalah survey dan pengamatan (observasi) di lapangan. Survey lapangan dan observasi dilakukan untuk memperoleh data potensi hinterland dan kondisi operasionalnya.Berdasarkan sifat data, maka data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh meliputi : (1) Wawancara lansung dengan pejabat kunci, (2) Survey lapangan yang berupa pengamatan langsung terhadap pelaksanaan operasional pelabuhan dan potensi hinterland, dan (3) Diskusi dengan Tim pendamping proyek. Sedangkan data sekunder meliputi : (1) Pengumpulan peraturan atau ketentuanketentuan perundangan yang berlaku, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, serta keputusan-keputusan intern yang diterbitkan oleh Daerah, (2) Berbagai keputusan tentang pelabuhan.

6.2.1 Metode Proyeksi Arus Penumpang dan BarangMetode proyeksi arus barang dan penumpang dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Data tahunan terdiri atas data kunjungan kapal, volume barang dan jumlah penumpang. Sedangkan data dari laporan bulanan terdiri atas kunjungan kapal, ukuran kapal (seperti GT, LOA), waktu sandar (BT), volume barang dan jumlah penumpang tiap-tiap kapal. Pertama-tama, data dari laporan tahunan yaitu GT, LOA, BT, volume barang, dan penumpang di kelompokkan secara terpisah berdasarkan ukuran kapal. Berikutnya, proyeksi arus barang dan penumpang dilakukan berdasarkan pada data tahunan untuk daerah studi setelah dipisahkan dari pendaratan-pendaratan sekitarnya. Tahap ketiga adalah proyeksi arus barang dan penumpang untuk setiap target tahun, dan akhirnya dilakukan estimasi jumlah kunjungan kapal dengan berdasarkan pada hasil proyeksi arus barang dan penumpang pada tahap sebelumnya.a) Model regresi linear,Adalah metode proyeksi yang paling dasar (sederhana) dan paling banyak digunakan. Model ini, dalam bentuk rumusan seperti ini;

b) Model rata rata laju pertumbuhan ;Adalah metode proyeksi yang didasarkan pada rata-rata laju pertumbuhan tahunan. Model ini dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut;

c) Model Moving average (MA), auto regressive (AR), Auto Regressive Moving Average (ARMA) ; adalah model proyeksi yang cukup handal dan terkenal untuk time series dan model ini dapat digunakan untuk melakukan proyeksi walaupun terdapat gangguan (noise) pada data yang dianalisis. Perhitungan dengan model ini dilakukan dengan perangkat Eviews. Berikut rumusannya;

6.2.2 Metode Proyeksi PendudukAda beberapa cara atau metode untuk memproyeksi penduduk dimasa yang akan datang terhadap wilayah-wilayah yang menjadi potensial terhadap pengembangan transportasi laut.1. Metode matematik yaitua. Linear rate growth yang terdiri atasi. Aritmathic Rate Growth Pn = Po (1 + rn)ii. Geometric Rate growth Pn = Po (1 +r)nb. Eksponential rate of growth : Pn = Po ernDimana ;Po = jumlah penduduk pada tahun awalPn = jumlah penduduk pada tahun ke-nR = tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun awal ke tahun ke-nN = banyak perubahn tahun2. Metode komponenMetode ini melakukan tiap komponen penduduk secara terpisah dan untuk mendapatkan proyeksi jumlah penduduk total, hasil proyeksi tiap komponen digabungkan. Metode ini membutuhkan data-data sebagai berikut ;a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah dilakukan perapihanb. Pola mortalitas menurut umur c. Pola fertilitas menurut umurd. Rasio jenis kelamin saat lahire. Proporsi migrasi menurut umum

6.2.3 Metode Perhitungan PDRBProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat metode pendekatan yakni:a. Pendekatan ProduksiPendekatan ini disebut juga pendekatan nilai tambah dimana Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi.b. Pendekatan pendapatanPada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk sector pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha (bunga neto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkanc. Pendekatan PengeluaranPendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal; dan ekspor. Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen- komponen di atas harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto. Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atasdasar harga pasar.d. Metode AlokasiMetode ini digunakan jika data suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatannya lebih tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data provinsi. Beberapa alokator yang dapat digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok untuk menghitung nilai suatu unit produksi.

Kegunaan PDRB;PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan regional. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi masing-masing sector ekonomi terhadap total nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Selain itu, pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat digunakan untuk membanding tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan dapat juga digunakan untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan PDRB yang disajikan secara berkala akan dapat diketahui:a. Tingkat pertumbuhan ekonomi;b. Gambaran struktur perekonomian;c. Perkembangan pendapatan per kapita;d. Tingkat kemakmuran masyarakat;e. Tingkat inflasi atau deflasi

6.2.4 Metode KuesionerMetode penggunaan kuesioner adalah cara untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrument pengumpul data. Beberapa prosedur yang harus dilalui dalam penyusunan kuesioner adalah;a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesionerb. Mengidentifikasikan variable yang akan dijadikan sasaran kuesionerc. Menajbarkan setiap variable menjadi sub variable yang lebih spesifik dan tunggal.d. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus utuk menentukan teknik analisisnya.

Untuk memperoleh kuesioner dengna hasil mantap adalah dengan proses uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari populasi dimana sampel penelitian akan diambil. Dalam ujicoba, responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diujicobakan tersebut. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengna situasi kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakanan.Salah satu kelemahan metode angket adalah bahwa angketnya sukar kembali. Apabila demikian keadaanya maka peneliti sebaiknya mengirim surat kepada responde yang isinya seolah-olah yakin bahwa sebenarnya angketnya akan diisi tetapi belum mempunyai waktu. Surat yang dikirim itu hanya sekedar mengingatkan.

2.2.3 Metode AnalisisData yang diperoleh akan diklasifikasikan, dianalisis dan diolah sesuai dengan tahapan dan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta dianalisis kelayakannya menurut aspek ekonomi, dan keuangan.

1. Metode PeramalanUntuk mendapatkan besarnya arus muatan dan kapal pada tahun 2026 yang melalui Dermaga Timpaus, dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode peramalan. Perhitungan arus muatan dan kapal yang melalui dermaga timpaus dipengaruhi oleh pertumbuhan dari beberapa faktor yaitu GNP, PDRB, Jumlah penduduk dan sektor produksi. Mengingat karakteristik data dari faktor-faktor tersebut, peramalan pertumbuhan dilakukan dengan metode regresi linier dan non linier. Faktor-faktor yang dianalisa dengan menggunakan metode regresi linier adalah GNP, PDRB, dan jumlah penduduk, hal ini disebabkan karena karakteristik data pertumbuhan dari GNP, PDRB, dan jumlah penduduk yang relatif konstan tiap tahunnya, sehingga metode regresi linier cocok untuk memproyeksikan pertumbuhannya pada tahun-tahun berikutnya. Sedangkan untuk faktor-faktor produksi yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan industri, arus muatan dan jumlah kapal, digunakan metode regresi non linier yang berfluktuatif setiap tahunnya, sehingga metode regresi non linier time depending dianggap cocok untuk memproyeksikan pertumbuhannya. Solusi dari metode regresi linier dan regresi non linier akan digunakan media software curve expert (CE) dan akan ditunjukkan dalam bentuk grafik.

a. Metode Regresi LinierPersamaan umum regresi linier sederhana adalah : Y = a + bXDimana :

Y = peubah tak bebas yaitu hasil yang ingin diketahuiX = peubah bebas, yaitu parameter yang diketahui. a = intersepb = kemiringan yang dicari.

b. Metode Regresi Non LinierPenyelesaian bentuk persamaan regresi non linier menggunakan metode Levenberg-Marquart (LM). Metode ini menggabungkan metode Steepset Descent dan metode deret Taylor dasar, karena terbukti dapat menyelesaikan dengan cepat dan dapat diandalkan untuk mengoptimasi bentuk non linier. Alasan penggabungan dua metode tersebut adalah karena tidak ada satupun metode optimasi yang benar-benar sempurna. Sebagai contoh adalah bahwa metode Levenberg-Marquart hanya cocok untuk data yang jauh dari nilai minimum sedangkan metode deret Taylor cocok untuk data yang dekat dengan nilai minimum. Secara umum pemodelan persamaan (dengan satu variabel bebas) dapat dinyatakan sebagai berikut:Y = f (x,a)Bentuk persamaan sederhana diatas menyatakan bahwa variabel tak bebas y dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi dari variabel bebas x. Dan parameter berupa vektor a dari besaran panjang yang berubah-ubah. Sebagai catatan bahwa penggunaan metode Levenberg-Marquart pada beberapa persamaan non linier dengan parameter tidak tetap, dapat digunakan sebagai pemodelan data persamaan.Pemodelan regresi non linier dibagi dalam beberapa kelompok dasar yang disesuaikan dengan karakteristik dari masing-masing data yang dievaluasi. Pada studi ini kelompok yang sesuai untuk evaluasi data adalah kelompok pertumbuhan. Bentuk dasar persama yang digunakan dalam bentuk pertumbuhan ini adalah sebagai berikut:

- Exponential Assoc (1) : Y = a (1-e-bx)

- Exponential Assoc (2) : Y = a (b-e-cx)

- Saturation Growth : Y = a Ln (x)-b

c. Metode Regresi Linier BergandaPenyelesaian bentuk persamaa regresi linier berganda dimaksudkan untuk melihat pengaruh dari variabel bebas yang lebih dari satu karena banyaknya data pengamatan. Secara umum pemodelan persamaan linier berganda dengan variabel bebas lebih dari satu dapat dinyatakan sebagai berikut:Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + ........ + bi Xi +

Dimana :Y = variabel bebas a = intersepb1 ... bi = konstantaX1 ... Xi = variabel tak bebas.

2. Metode Penilaian Rencana InvestasiUntuk menilai kelayakan secara ekonomis, alat analisis yang digunakan antara lain Metode Net Present Value, Profitabilitas Indeks dan Payback Period.

a. Metode Net Present ValueDalam metode ini digunakan faktor diskoton. Semua pengeluaran dan penerimaan dimana saat pengeluaran dan penerimaannya adalah dalam waktu yang tidak bersamaan. Harus diperbandingkan dengan nilai yang sebanding dalam arti waktu. Dalam hal ini berarti kita harus mendiskotokan nilai-nilai pengeluaran dan penerimaan tersebut ke dalam penilaian yang sebanding atau sama. Pengeluaran adalah dilakukan pada saat mula-mula atau sekarang, sedangkan penerimaan baru akan diperoleh di masa-masa yang akan datang, padahal nilai uang sekarang adalah tidak sama atau lebih tinggi dari nilai uang dikemudian hari. Oleh karena itu jumlah estimasi penerimaan itu harus kita diskontokan, kita jadikan jumlah-jumlah nilai sekarang (penilaian yang sebanding dengan pengeluarannya).Urut-urutan perhitungan dalam metode ini adalah :

1) Menghitung cash flow yang diharapkan dari investasi yang akan dilaksanakan.2) Mencari nilai sekarang (Present Value) dari cash flow dengan mengalikan tingkat diskonto tertentu yang ditetapkan.3) Kemudian jumlah nilai sekarang atau Present Value dari cash flow selama umur investasi dikurangi dengan nilai investasi awal akan menghasilkan Net Present Value (NPV).Net Present Value dari investasi itu dapat diperoleh dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

P1 P2 P3 PnNPV = + + + .......... (1 + i)1 (1 + i)2 (1 + i)3 (1 + i)n

n PtNPV = - IO1 (1 + i)t

Keterangan :Pt = Net Cash Flow pada tahun ke-t i = Tingkat diskonton = Lama waktu atau perode perlangsungan investasiIO = Pengeluaran mula-mula atau nilai investasi awal

Untuk pengambilan keputusan, maka apabila NPV lebih besar dari Nol (positif) maka berarti proyek itu menguntungkan. Apabila jumlah nilai Proceed dari tiap- tiap tahun menunjukkan angka yang sama besarnya, maka perhitungan nilai sekarang dari Proceed itu akan dapat lebih disederhanakan lagi dan lebih dapat dipercepat.

b. Profitabilitas IndeksProfitabilitas Indeks (PI) adalah perbandingan dari Precent Value dari Net Cash Flow dengan Precent Value dari investasi awal.

P . V Net Cash Flow (Proceeds)PI = P . V Initial Outlays (IO)

i Pn 1 (1 + i)nPI = IO

Dimana :Pn = Net Cash Flow (Proceed) pada tahun ke-t i = Tingkat Diskonton = Lama waktu/periode umum investasiIO = Initial Outlays (nilai investasi mula-mula)

Untuk pengambilan keputusan dari kriteria penilaian Profitabilitas Indeks (PI) adalah apabila PI lebih besar dari satu maka usulan investasi akan diterima dan dilaksanakan, tetapi apabila PI kurang dari saru maka usulan investasi itu akan ditolak.

c. Payback PeriodPayback Period menunjukkan periode waktu yang diperoleh untuk menutup kembali uang yang telah diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh atau (Net Cash Flow) dari investasi tersebut.Payback Period ini dimaksudkan untuk mengukur kecepatan dari suatu investasi dapat ditutup kembali dengan Net Cash Flow dari hasil investasi tersebut. Apabila investasi akan dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian Payback Period maka sebelumnya ditetapkan lebih dahulu Payback Period maksimum atau target Payback Period untuk pendamping dengan Payback Period dari investasi yang akan dilaksanakan.Untuk pengambilan keputusan, diperbandingkan antara Payback Period maksimum yang ditetapkan dengan Payback Period investasi yang akan dilaksanakan. Apabila Payback Period investasi yang akan dilaksanakan lebih singkat atau pendek waktunya dibanding Payback Period maksimum yang disyaratkan maka investasi itu akan dilaksanakan, tetapi sebelumnya apabila lebih panjang waktunya dibanding Payback Period maksimum yang disyaratkan maka investasi itu ditolak.

6.3 Program KerjaDalam bab ini usulkan kegiatan utama dari pelaksanaan pekerjaan, substansinya dan jangka waktu, pentahapan dan keterkaitannya, target (termasuk persetujuan sementara dari Pejabat Pembuat Komitmen), dan tanggal jatuh tempo penyerahan laporan-laporan. Program kerja yang diusulkan harus konsisten dengan pendekatan teknis dan metodologi, dan menunjukkan pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja dan kemampuan untuk menerjemahkannya ke dalam rencana kerja. Daftar hasil kerja, termasuk laporan, gambar kerja, tabel, harus dicantumkan. Program kerja ini harus konsisten dengan Data Teknis-6 mengenai Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.

6.3.1 Tahapan Pekerjaan6.3.1.1 Persiapan Survei1. Persiapan dasar, berupa pengkajian data/informasi dan literatur yang telah ada yang berkaitan dengan Master Plan Transportasi Laut yang hasilnya dapat berupa asumsi dan hipotesa mengenai perspektif kondisi wilayah.2. Mempersiapkan instrumen survey berupa :a. Peta-peta dasar bagi kawasan studib. Menyusun daftar data/informasi yang diperlukan. c. Menyusun daftar pertanyaan (quesionaire)d. Instrumen dan peralatan lainnya.

6.3.1.2 Kegiatan SurveiSurvey data instansional, berupa pengumpulan dan atau perekaman data dari instansi-instansi. Hasil yang diharapkan adalah uraian, data angka atau peta mengenai keadaan wilayah, keadaan Kawasan Studi secara keseluruhan dan wilayah di sekitarnya.Survey keadaan sistem perangkutan di Provinsi Kepri meliputi tinjauan :a. Peran dan fungsi angkutan.b. Peran dan fungsi dermaga/pelabuhan dalam melayani karakteristik lalu-lintas barang dan penumpang serta keterkaitan dengan aspek transportasi bagi produk dan masyarakat Kepri.c. Kondisi fasilitas dan tingkat pelayanan transportasi Survey lapangan, untuk menguji data instansional dan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Hasil yang diharapkan ialah tersusunnya data-data yang mencakup :a. Lingkup wilayah (makro)b. Lingkup Kawasan studi (mikro), yang perlu dipetakan adalah penggunaan geologi/daya dukung tanah, hidrologi/sumber air kondisi jalan dan sanitasi. Disamping itu perlu ditambahkan data mengenai penggunaan dermaga, kondisi dermaga, panjang dan lebar jalan menurut fungsinya, jenis dan kondisi perkerasan, saluran pengeringan, jaringan utilitas (listrik, air bersih, air limbah dan sebagainya).c. Survey objek khusus, berupa pengisian daftar pertanyaan yang diajukan antara lain kepada Stage Holder.d. Observasi dan interview untuk melengkapi survey tersebut di atas dan untuk memperoleh data/informasi yang lebih rinci.

6.3.1.3 Kompilasi DataPekerjaan kompilasi data adalah suatu tahap proses seleksi data, tabulasi dan pengelompokkan/mensistematisasikan data sesuai dengan kebutuhan. Hasil yang diharapkan ialah tersusunnya Buku Kompilasi Data yang disajikan secara sistematik dan siap untuk dianalisis, dilengkapi dengan tabel, angka-angka, diagram dan peta. Jenis data dan sistematikanya adalah sebagai berikut :1. Skala makro (wilayah) mencakup data pokok tentang :2. Aspek kebijaksanaan regional yang diduga berpengaruh pada perkembangan transportasi laut .3. Aspek Kependudukan4. Aspek perekonomian5. Aspek sumber daya alam, antara lain :6. Aspek fasilitas pelayanan dan prasarana7. Skala mikro (Kawasan studi) mencakup data pokok tentang :i. Aspek sosialii. Aspek perekonomian iii. Aspek fisik dasariv. Aspek tata guna tanah yang secara umum dirinci menurut jenis-jenis penggunaan.v. Aspek fasilitas pelayananvi. Aspek administrasi/pengelolaan

Selain data kuantitatif (angka-angka) seyogyanya juga secara kualitatif mengenai kondisi eksisting (saat ini), mengenai potensinya, dan mengenai masalah yang dihadapi.

6.3.1.4 Kegiatan AnalisisMerupakan penilaian terhadap berbagai keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan dan metode serta teknis analisis studi yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara ilmiah maupun secara praktis.Berhubung kegiatan analisis ini merupakan salah satu kunci keberhasilan penyusunan studi, maka sebelum langkah kegiatan ini dimulai, hendaknya prinsip-prinsip pendekatan dan metode serta teknis analisis dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Tim Teknis.Beberapa kegiatan analisis yang akan dilakukan meliputi ;a. Analisis perkembangan kependudukan di kab. Banggai laut khususnya desa timpaus dan sekitarnya;b. Analisis perkembangan ekonomi di masing-masing kecamatan desa di kab. Banggai laut;c. Analisis perkembangan pendapatan asli daerah dari berbagai sector yang mempengaruhi perkembangan di desa timpaus dan sekitarnya;d. Analisis pola bangkitan perjalanan penumpang dan barang antar daerah desa dan kecamatan disekitar desa timpaus;e. Analisis pengembangan moda transportasi yang ada dan mendatang

6.3.1.5 Kegiatan Penyusunan Rancangan Rencana Masterplan Transportasi LautSebelum Penyusunan Laporan Akhir, terlebih dahulu disusun suatu alternatif rancangan laporan akhir sebagai bahan bahasan dalam forum seminar. Rancangan laporan akhir tersebut merupakan rumusan hasil studi.Rancangan Laporan Akhir dimaksud antara lain akan memuat : Pendahuluan Gambaran umum kab. Banggai laut khususnya desa timpaus Pola dan bangkitan perjalanan Isu-isu strategis transportasi laut Dasar penyusunan masterplan (rencana induk) transportasi laut Rencana umum pengembangan transportasi laut Rencana pengembangan jangka pendek dan jangka panjang

6.3.1.6 Penyusunan Laporan AkhirMenyempurnakan rancangan laporan akhir sesuai dengan alternatif yang disarankan/ dirumuskan dalam seminar atau rapat konsultasi pemantapan di daerah.Menyusun laporan akhir dalam bentuk buku Laporan Akhir Master Plan Transportasi Laut berisi uraian, keterangan, angka-angka dan diagram yang kesemuanya lebih lengkap dari Rancangan Rancangan Laporan Akhir.