Bab 5 Kkn Tanggul

42
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Musyawarah Masyarakat Desa Kegiatan pelaksanaan KKN-PPM ini akan dilakukan melalui strategi pendekatan masyarakat dengan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Kegiatan MMD ini akan dilakukan melalui 3 kali di desa Tanggul Kulon. Adapun hasil dari MMD sebagai berikut; Tabel 5.1. Pelaksanaan Dan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa No . Nama Desa Kegiatan Waktu Pelaksanaan dan Tempat Pelaksanaan Hasil Kegiatan 1. Tanggul Kulon MMD I Waktu, Jum’at 21 Juni 2014 Tempat; Balai Desa Tanggul Kulon Hasil dari Musyawarah Masyarakat Desa I tersebut adalah diterimanya mahasiswa KKN oleh pihak desa dan warga desa setempat. Hal ini akan memudahkan 22

description

KKN tanggul

Transcript of Bab 5 Kkn Tanggul

Page 1: Bab 5 Kkn Tanggul

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Musyawarah Masyarakat Desa

Kegiatan pelaksanaan KKN-PPM ini akan dilakukan melalui strategi pendekatan masyarakat dengan Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD). Kegiatan MMD ini akan dilakukan melalui 3 kali di desa Tanggul Kulon. Adapun hasil dari MMD sebagai

berikut;

Tabel 5.1. Pelaksanaan Dan Hasil Musyawarah Masyarakat Desa

No. Nama Desa Kegiatan Waktu Pelaksanaan dan Tempat

Pelaksanaan

Hasil Kegiatan

1. Tanggul

Kulon

MMD I Waktu, Jum’at 21 Juni 2014

Tempat; Balai Desa Tanggul Kulon

Hasil dari Musyawarah Masyarakat Desa I

tersebut adalah diterimanya mahasiswa KKN oleh

pihak desa dan warga desa setempat. Hal ini akan

memudahkan mahasiswa dalam melakukan

kegiatan di Desa Tanggul Kulon terutama dalam

melakukan screening, pengkajian maupun

intervensi kepada penderita TB yang menjadi

sasaran program ini.

22

Page 2: Bab 5 Kkn Tanggul

MMD II Waktu; Jumat 27 Juni 2014

Tempat; Balai desa Tanggul Kulon

Pada acara ini mahasiswa memaparkan

kepada pihak desa dan warga tentang program

yang akan dilaksanakan selama 2 bulan ke depan

dimana juga dilakukan sebuah diskusi tentang

kapan dan bagaimana program tersebut akan

dilaksanakan sehingga tercapai kesepakatan

bersama antara mahasiswa dan warga serta

perangkat desa untuk dapat melaksanakan

Program Santun Tuberculosis (PESAT), ini.

Dari hasil pengkajian, Jumlah penduduk di Desa Tanggul Kulon adalah 11.394 jiwa dengan total Kepala Keluarga sejumlah 3.359 KK, komposisi menurut klasifikikasi umur yaitu, 0-12 bulan, 1-5 tahun, 7-18 tahun, 18-56 tahun. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Laki-laki sebesar 5.569 jiwa dan perempuan 5.825 jiwa, sedangkan di Tanggul Kulon sendiri dilihat dari catatan puskesmas Tanggul khusus pada Tanggul Kulon adalah sejumlah 10 kasus yang menjalani

23

Page 3: Bab 5 Kkn Tanggul

pengobatan TB Paru yaitu 7 orang laki-laki dan 3 orang lainnya adalah perempuan

Program yang akan dilaksanakan Program Santun Tuberculosis (PESAT) yaitu sebagai berikut;

a. Pelatihan PMO

b. Pembentukan kader TB

c. Pembentukan Paguyuban Penderita TB

d. Pembentukan peguyuban masyarakat peduli

TB

e. Pelibatan tokoh lokal

f. Melakukan deteksi dini pada warga

masyarakat

g. Melakukan deteksi dini pada warga

masyarakat

Rencana tidak lanjut yang direncanakan oleh

kelompok Desa Tanggul Kulon untuk Program

Santun Tuberculosis (PESAT) antara lain :

24

Page 4: Bab 5 Kkn Tanggul

MMD III Waktu; Jumat, 22 Agustus 2014

Tempat; Balai Desa Tanggul Kulon

a. Pemerintah desa dan kader berkolaborasi

dengan puskesmas jelbuk untuk menambah

keterampilan kader posyandu di desa

Sucopangepok dalam hal screening balita gizi

kurang sesuai dengan anjuran Departemen

Kesehatan.

b. Pemerintah desa Sucopangepok dan bidan

desa menyusun perencanaan anggaran dana

untuk pembagian MP-ASI bagi balita gizi

kurang di desa Sucopangepok.

c. Bidan desa mengawai peaksanaan system 5

meja posyandu yang dilaksanakan oleh kader

posyandu sesuai dengan ketentuan.

d. Pelatihan kader yang dibina oleh Bidan desa

diseluruh desa Sucopangepok

e. Pengontrolan dan penimbangan berkelanjutan

yang berfokus terhadap baduta yang

teridentifikasi dalam program Gerakan Bebas

Gizi Buruk untuk memantau pertumbuhan

25

Page 5: Bab 5 Kkn Tanggul

berat badan yang dilakukan oleh kader

posyandu dan dilaporkan kepada bidan desa

untuk ditindak lanjut.

f. Pemerintah desa Sucopangepok bekerjasama

dengan masyarakat untuk tetap menanam

tanaman local sebagai bahan baku pembuatan

MP-ASI untuk peningkatan status gizi baduta

di desa Sucopangepok.

g. Pelaporan oleh kader posyandu dan bidan

desa kepada puskesmas Jelbuk terhadap

penemuan kasus gizi kurang di desa

Sucopangepok.

26

Page 6: Bab 5 Kkn Tanggul

5.2 Screening Dan Pemetaan Masalah Penyakit TB Paru Di Desa Tanggul

Kulon

Puskesmas merupakan upaya pembangunan kesehatan untuk jenjang

tingkat pertama. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/kota yang bertanggungjawab untuk menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Salah satu Puseksemas di Kabupaten Jember

yang memiliki indikator pencapaian gizi buruk adalah Puskesmas Jelbuk.

Puskesmas Jelbuk saat ini menempati nomor urut ke 48 dari 49 puskesmas di

Kabupaten Jember dalam pencapaian program pelayanan kesehatan. Data BGM

(Bawah Garis Merah) baru di Pukesmas Jelbuk akhir tahun 2012 menunujukkan

dari 111 Balita mengalami gizi sangat kurang 15 balita, gizi kurang 60 balita, dan

gizi normal 36 balita. Permasalahan gizi kurang dan gizi sangat kurang di

Kecamatan Jelbuk tersebar di 6 desa, yaitu Desa Jelbuk, Desa Sucopangepok,

Desa Panduman, Desa Sukowiryo, Desa Sukojember, dan Desa Sugerkidul.

Kelompok usia 6 bulan samapai 24 bulan merupakan usia emas

pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil screening antropometri bawah dua

tahun (Baduta) yang dilakukan di enam desa diketahui terdapat

Penentuan baduta gizi kurang menggunakan beberapa alat ukur. Alat ukur

yang digunakan adalah NCHS, standar deviasi antoprometri status gizi anak dan

z-skor. Penggunaan tiga alat ukur dilakukan untuk menentukan alat ukur yang

paling cocok untuk program ini. NCHS merupakan alat ukur pertumbuhan balita

dan baduta yang digunakan secara internasional. NCHS dikeluarkan CDC dan

disetujui oleh WHO pada tahun 2000. Standar deviasi antoprometri status gizi

anak dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2010. Klasifikasi

status gizi berdasarkan baku WHO-NCHS ada tiga cara penyajian klasifikasi

status gizi, yaitu persen median, skor simpangan baku (Z-score), dan persentil.

Penyajian publikasi hasil penelitian-penelitian pada jurnal internasional lebih

banyak menggunakan Z-score. Klasifikasi status gizi berdasarkan Z-score

merupakan suatu metode untuk mengukur deviasi hasil pengukuran antropometri

terhadap nilai median buku rujukan. Sistem Z-score ternyata dapat

mengidentifikasi lebih jauh batas-batas dari data rujukan yang sesungguhnya.

37

Page 7: Bab 5 Kkn Tanggul

Sistem Z-score mampu mengklasifikasikan status gizi secara akurat dibandingkan

persen median dan persentil. Selain itu, meskipun menggunakan indeks

antropometri yang berbeda, limit yang digunakan untuk klasifikasi status gizi

tetap konsisten.

Alasan menggunakan hasil pengolahanan data z-skore karena

memperhitungkan efisiensi waktu, tenaga dan dana. Hasil z-skor dipilih juga

karena hasil lebih konsisten dan tepat sasaran. Pada z-skore dipilih perbandingan

BB/umur dari pada BB/TB. Berat badan/umur dipilih karena sensitif untuk

mengukur gizi kurang akut.

Hasil data yang diperoleh dari penghitungan Z Score di Desa Suger Kidul di

dapatkan hasil bahwa jumlah balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 11

balita. Pengolahan data menggunakan Z-skor ditemukan 21 baduta gizi kurang di

Desa Panduman. Pengkajian menggunakan Z Score yang digunakan untuk

menentukan status gizi balita, terdapat 22 balita yang mengalami gizi kurang di

desa Jelbuk. Jumlah gizi kurang setiap Dusun di Desa Sukowiryo berdasarkan alat

ukur Z score dapat disimpulkan bahwa jumlah total balita mengalami gizi kurang

di Desa Sukowiryo terdapat 17 balita. Berdasarkan pengkajian dan analisis data di

Desa Sucopangepok, terdapat bayi usia 6-24 bulan, yaitu sebanyak 20 bayi

dengan gizi kurang, dan Desa Sukojember sebanyak 21 balita. Total Bawah Dua

tahun berdasarkan Z score dengan kriteria gizi kurang yakni sebanyak 112 baduta

sasaran.

Diagram 5.1 Hasil Sreening Z-Score Status Gizi Bawah Dua Tahun

38

Page 8: Bab 5 Kkn Tanggul

Fungsi perencanaan diperlukan suatu program untuk mengatasi gizi buruk

yang terdapat di Kecamatan Jelbuk melalui program “GERBASGIBUR”

(Gerakan Bebas Gizi Buruk), yakni dari masing-masing desa terdapat berbagai

program antar lain di Desa Sukojember “PORSI BATAS” (Program Sigap Gizi

BALITA Sehat), di Desa Jelbuk terdapat “KuBisa Sehat” (Kader Mampu, Ibu

Bisa, Bayi Sehat), di Desa Sucopangepok terdapat Pilus Sehati (Posyandu

Interaktif Plus Senyum Sehat Bernutrisi), KREMES (KREasi MEmaSak) MP-ASI

di Desa Panduman, Sukowiryo memiliki “Anak Sehat dan Ibu Trampil” (Asi

Trampil), dan di Desa Sugerkidul terdapat Gerakan Peduli Gizi Baduta

(GeLiGiTa).. Program tersebut terdiri dari beberapa kegiatan yaitu Posyandu Plus

melalui Nursing Feeding Center, pelatihan kader kesehatan, pendidikan

kesehatan, pelatihan dalam membuat makanan pendamping ASI, lomba kader,

lomba posyandu dan lain-lain. Untuk kegiatan Posyandu Plus setiap posyandu

akan terdapat penambahan program yaitu pemberian makanan tambahan (PMT)

dengan menggunakan bahan-bahan lokal sehingga masyarakat tidak kesulitan

dalam mancari bahan untuk makanan pendamping ASI (MP ASI) yang

sebelumnya tidak diberikan saat kegiatan posyandu namun langsung diberikan

dari rumah ke rumah secara langsung kepada balita sasaran dan tidak diberikan

secara merata atau tidak keseluruhan mendapatkan MP-ASI.

5.3 Pembentukan Program Posyandu Plus Dengan Potensi Masyarakat

1. Pembentukan Struktur Posyandu Dan Tugas Pokok Pengurus

Posyandu

Posyandu yang dilakukan di tiap desa telah dilakukan dengan baik. Pada

posyandu di bulan Agustus telah dilakukan sistem lima meja dan sudah terbentuk

struktur kepengurusan posyandu ( Terlampir ). Terbentuknya kepengurusan

posyandu merupakan usaha untuk menguatkan organisasi posyandu. Dengan

adanya struktur kepengurusan membuat kerja dan pembagian tugas masing-

masing anggota lebih jelas. Struktur posyandu juga memudahkan petugas

39

Page 9: Bab 5 Kkn Tanggul

kesehatan untuk menghubungi posyandu. Berikut merupakan tugas pokok dan

fungsi dari pengurus Posyandu :

A. Ketua

1) Melakukan koordinasi antar kader dalam setiap penyelenggaraan

Posyandu

2) Memastikan kelengkapan sarana dan alat-alat dalam pelaksanaan

Posyandu, seperti ; timbangan berat badan, alat pengukur tinggi

badan, meja

3) Melakukan fungsi koordinasi dengan bidan wilyah dalam penemuan

dan pelaporan terkait masalah kesehatan

4) Meningkatkan motivasi anggota pengurus dalam melaksanakan sistem

5 meja plus dalam pelaksanaan pemberian PMT/MPASI

B. Sekertaris

1) Melakukan fungsi pencatatan data dari setiap hasil kegiatan Posyandu

yang dilakukan

2) Melakukan fungsi penyimpanan/arsip data-data Posyandu

3) Menyiapkan catatan pelaporan dari hasil/perkembangan setiap

kegiatan Posyandu

C. Bendahara

1) Melakukan fungsi penyimpanan kas Posyandu

2) Melakukan fungsi pencatatan dari setiap alur masuk keluarnya

penggunaan kas Posyandu

D. Anggota

1) Membantu jalannya pelaksanaan Posyandu pada meja 1 sampai meja

5

2) Memotivasi warga sasaran di wilayah posyandu untuk aktif dalam

kegiatan Posyandu

3) Meningkatkan motivasi peserta dalam mengikuti sistem 5 meja plus

dan pelaksanaan pemberian PMT/MPASI pada bayi dan balita secara

mandiri.

40

Page 10: Bab 5 Kkn Tanggul

Monitoring dan evaluiasi harus tetap dilakukan setiap selesai melakukan

Posyandu. Monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan Posyandu.

Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari

Posyandu yang telah dilakukan.monitoring tidak harus dilakukan olehtenaga

kesehatan desa. Monitoring juga bisa dilakukan oleh perangkat desa, tokoh

masyarakat dan masyarakat. Posyandu merupakan milik bersama sehingga semua

orang merasa memiliki Posyandu.

2. Pendidikan Kesehatan Dan Peer Group

1) Desa Sucopangepok

Peer group merupakan proses diskusi kelompok yang disertai dengan

penyuluhan kepada ibu baduta sasaran dan perwakilan kader dari setiap dusun.

Kegiatan peer group di Desa Sucopangepok dilaksanakan pada hari senin tanggal

19 Agustus 2013 di Balai Desa Sucopangepok. Peserta yang diundang adalah

seluruh ibu dari baduta BGM yang telah menjadi sasaran di Desa Sucopangeppok,

beserta perwakilan kader dari masing-masing dusun (1 kader setiap dusunnya),

dan juga perangkat desa seperti ibu PKK dan Bidan desa. Peserta yang diundang

dalam kegiatan Peer group ini berjumlah 28 peserta, akan tetapi peserta yang hadir

berjumlah 22 orang. Ke-enam peserta yang tidak hadir telah didatangi ke

rumahnya, beberapa siantaranya mengtakan bahwa tidak dapat hadir karena

anaknya sakit, ada pula yang tidak hadir karena sibuk membantu saudaranya yang

sedang menikah.

Kegiatan peer group ini ditujukan untuk mengumpulkan ibu dengan baduta

BGM yang ada di Desa Sucopangepok agar mereka saling mengenal dan bertukar

informasi. Ibu-ibu tersebut dikelompokan sesuai dengan umur. Dilihat dari

perkembangan badutanya, ada beberapa baduta yang mengalami penurunan berat

badan, ada yang tetap dan ada pula yang mengalami kenaikan berat badan yang

signifikan. Disinilah ibu-ibu yang badutanya mengalami kenaikan berat badan

diminta untuk memberikan kiat-kiat bagaimana agar BB anak bisa meningkat, dan

41

Page 11: Bab 5 Kkn Tanggul

memberikan motivasi kepada ibu-ibu yang lain agar mereka juga dapat meniru

keberhasilan dari ibu tersebut dalam menaikan BB anaknya.

Selain kegiatan tukar pendapat dan berbagi informasi, kami juga memberikan

sedikit penyuluhan kesehatan mengenai gizi yang diperlukan balita sesuai dengan

tahap tumbuh kembangnya. Hal ini ditujukan agar para ibu dapat mengerti dan

mengaplikasikan pemberian menu makanan pada anak yang sesuai dengan tahap

pertumbuhan dan jumlah zat gizi yang diperlukan. Selain itu, penyuluhan tentang

tahap tumbuh kembang anak juga diberikan kepada para unudangan. Hal ini

dilakukan agar para ibu dapat mengerti dan memahami hal-hal apa saja yang

seharusnya dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya, dan ibu dapat segera

mengetahui apabila anak mengalami kegagalan dalam pencapaian tahap tumbuh

kembang.

2) Desa Sukojember

Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2013

pukul 15.00 WIB– selesai di halaman depan Posko Kelompok 82 Dusun Krajan

Barat Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Hasil kegiatan

kegiatan pendidikan kesehatan gosok gigi berjalan dengan baik dan lancar. Peserta

pendidikan kesehatan yang hadir dalam acara tersebut terdiri dari 20 anak usia

prasekolah dan sekolah yang berasal dari dusun Krajan Barat Desa Sukojember.

Peserta mengikuti kegiatan dengan antusias dan mampu mendemontrasikan ulang

cara menggosok gigi yang benar dan tepat serta mampu mengulang materi yang

telah diberikan saat diberikan pertanyaan.

Kegiatan Pendidikan Kesehatan “Cuci Tangan Bersih” dilakukan pada

Minggu, 21 Juli 2013 pukul 15.00 – selesai di Halaman Posko 82 di Desa

Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Peserta pendidikan kesehatan

yang hadir dalam acara tersebut terdiri dari 20 orang, meliputi anak-anak TK dan

sekolah yang bertempat tinggal di sekitar posko 82,di Desa Sukojember. Peserta

mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan dengan tertib dan berpartisipasi aktif

dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Peseta juga mengikuti praktik cuci

tangan secara mandiri seperti yang sudah dicontohkan oleh mahasiswa.

42

Page 12: Bab 5 Kkn Tanggul

3) Desa Sugerkidul

Diskusi ( peer group ) kader dilakukan pada hari selasa 20 agustus 2013

bertempat disalah satu rumah kader Desa Sugerkidul Kecamatan Jelbuk.

Kegiatan dilakukan selama dua jam dimulai pada pukul 10.00 sampai dengan

12.00. Dalam kegiatan ini terdapat 8 peserta yang melakukan diskusi terkait

dengan makanan pendamping ASI. Mahasiswa dan para kader serta masyarakat

melakukan diskusi menentukan pilihan makanan pendamping ASI yang baik dan

sesuai dengan kebutuhan serta tingkat ekonomi masyarakat setempat.

Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan di Dusun Kebun dilaksanakan pada

hari kamis tanggal 22 Agustus 2013 pada pukul 18.00-19.00 WIB. Materi yang

disampaikan yaitu pendidikan kesehatan terkait hipertensi dan asam urat yang

bertempat di masjid saat pelaksanaan pengajian bapak-bapak Dusun Kebun.

Rencana tindak lanjut pada pelaksanaan pendidikan kesehatan di Dusun Kebun

yaitu masyarakat bersedia memerikasakan diri ke pelayanan kesehatan apabila

ditemukan tanda-tanda seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, mudah marah dan lain-

lain; masyarakat memerikasakan tekanan darah dan asam urat setiap bulannya di

pelayanan kesehatan; Masyarakat memiliki pola hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Desa Jelbuk

Kegiatan peer group dilaksanakan di salah satu rumah warga pada hari

rabu tanggal 14 agustus 2013 pada pukul 15.00 WIB di Dusun Krajan Timur, hari

rabu tanggal 14 agustus 2013 pada pukul 09.00 WIB di Dusun Tenggir Barat, hari

kamis tanggal 15 agustus 2013 pada pukul 15.00 WIB di Dusun Krajan Barat dan

tanggal 15 agustus 2013 pada pukul 09.00 WIB di Dusun Tenggir Timur. Isi dari

kegiatan peer group ini merupakan penyuluhan mengenai gizi bagi balita

khususnya usia 6 – 24 bulan. Penyuluhan ini berisi pengertian gizi, pentingnya

gizi bagi balita khususnya usia 6 – 24 bulan, gizi yang dibutuhkan bagi balita usia

6 – 24 bulan, makanan-makanan local yang memiliki kandungan gizi yang tinggi,

kandungan gizi yang ada dalam beberapa bahan makanan dan komposisi makanan

yang bergizi bagi balita usia 6 – 24 bulan. Selama kegiatan peer group berjalan

43

Page 13: Bab 5 Kkn Tanggul

lancar dan peserta terlihat antusias namun masih kurang aktif. Kegiatan peer

group ini berjalan kurang lebih selama satu jam dan terdiri dari beberapa sesi

yaitu sesi pertama perkenalan dan penjelasan tujuan, sesi kedua penyuluhan

tentang gizi dan sesi terakhir yaitu sesi evaluasi, Tanya jawab dan penutupan.

Hasil evaluasi dilihat dari hasil tanya jawab peserta. Dari hasil evaluasi tersebut

didapatkan hasil bahwa pengetahuan para ibu yang mempunyai balita 6 – 24 bulan

kurang memiliki pengetahuan mengenai gizi balita. Hal tersebut dapat di ketahui

dari banyaknya pertanyaan yang muncul dari ibu-ibu yang datang disertai dengan

jawaban yang salah ataupun kurang tepat setelah diberi pertanyaan oleh

mahasiswa.

5) Desa Sukowiryo

Tanggal 3 Agustus 2013 pukul 08.00 WIB di Sukowiryo mahasiswa

KKN-PPM melakukan pendidikan kesehatan terkait MP-ASI sekaligus evaluasi

MP-ASI yang selama ini diberikan kepada baduta bawah garis merah (BGM).

Respon yang diberikan bahwa orang tua kooperatif dalam memberikan MP-ASI

kepada baduta.

6) Desa Panduman

Peer group kremes adalah peer group yang di dalamnya terdapat ibu

dengan anak usia baduta dan kader posyandu. Peer group kremes dilaksanakan di

sela-sela acara kremes, dimana peserta yang sedang tidak tampil dalam Lomba

KreMes berkumpul di dalam satu ruang mendiskusikan masalah pada balita dan

tata cara penanganan yang biasa dilakukan. Para anggota peer group antusias

dalam mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan dengan format semi-

informal dimana para anggota menyampaikan pengalaman dan pertanyaan seputar

masalah pada balita dan kemudian mendiskusikannya berdasarkan pengetahuan

dan pengalaman masing-masing. Mahasiswa yang ikut serta hanya memberikan

tanggapan apabila ada pendapat yang kurang tepat dan seketika itu juga

disampaikan dari sudut pandang Ilmu Keperawatan. Berikut adalah topik yang

dibahas selama peer group berlangsung:

44

Page 14: Bab 5 Kkn Tanggul

1. Cuci tangan bersih dan lima waktu penting cuci tangan pakai sabun

2. Diare pada anak

3. Penting gizi untuk balita

5.4 Pembentukan Kader Terlatih Dalam Masalah Gizi BurukFungsi pengorganisasian yang belum berjalan baik terkait gizi buruk di

Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember salah satunya adalah tidak adanya program

pelatihan kader dalam mengenal ciri-ciri gizi buruk. Kegiatan program pelatihan

dan pemberdayaan Kader telah dilakukan dengan kegiatan Pelatihan Kader yang

dilakukan di tiap desa dan telah dilakukan pemberdayaan Kader dengan masing-

masing kegiatan di setiap desa. Hasil rincian kegiatan pelatihan dan

pemberdayaan Kader yang telah dilakukan di setiap desa adalah sebagai berikut;

a) Desa Sugerkidul

Pelatihan dan Penyegaran Kader Posyandu dilaksanakan selama dua hari

pada tanggal 22 dan 23 Agustus 2013 bertempat di Balai Desa Suger Kidul pada

pukul 08.00–11.00 WIB. Tujuan kegiatan Pelatihan dan Penyegaran Kader

Posyandu yaitu meningkatkan pengetahuan kader mengenai Posyandu Plus dan

status gizi Baduta sehingga diharapkan kader mampu secara mandiri untuk

membantu meningkatkan status kesehatan Baduta, khususnya dalam penanganan

masalah gizi Baduta.

45

Page 15: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.1. Hasil Pelatihan Kader Desa Sugerkidul

Grafik 5.1 menunjukkan hasil Pretest dan Posttest tingkat pengetahuan

kader saat mengikuti pelatihan. Hasil dari pelatihan yang dilaksanakan di Desa

Sugerkidul didapatkan peningkatan pengetahuan Kader setelah mengikuti

pelatihan. Hasil evaluasi kegiatan hari pertama yaitu pemateri memberikan materi

terkait posyandu plus, konsep dasar gizi, dan MP-ASI kepada peserta. Setelah

diberikan materi peserta akan diberikan waktu untuk sesi tanya jawab dan diskusi.

Dalam penyuluhan ini peserta sangat antusias dan aktif. Peserta mampu

mengulang materi yang telah dijelaskan ketika pemateri memberikan pertanyaan

kepada peserta.

Kegiatan kedua yang dilakukan yaitu role play kegiatan posyandu plus dan

demonstrasi MP-ASI. Dalam kegiatan ini peserta mampu mempraktikan hasil

penyuluhan dengan bermain peran sebagai petugas posyandu. Peserta diminta

mempraktikan dengan menggunakan sistem 5 meja posyandu. Peserta juga diajak

untuk berpartisipasi dalam demonstrasi MP-ASI.

b) Desa Jelbuk

Kegiatan pelatihan kader dan pemberdayaan kader ini dilaksanakan pada

tanggal 24 Juli 2013 yang dimulai pada pukul 09.00 WIB s.d selesai di Balai Desa

Jelbuk Kecamatan Jelbuk. Tujuan dari pelatihan ini adalah Memberikan

pengetahuan baru kepada kader mengenai gizi, posyandu serta MP-ASI sehingga

kader dapat secara mandiri membantu peningkatan gizi di Desa Jelbuk. Agar

terbentuk suatu koordinasi antar kader sehingga pemerataan tugas dapat terlihat

dan dapat berjalan dengan baik demi keberhasilan posyandu dalam desa Jelbuk.

46

Page 16: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.2 Hasil Pelatihan Kader Desa Jelbuk

Grafik 5.2 menunjukkan hasil pretest dan posttest dari pelatihan kader di

Desa Jelbuk, dari grafik kita dapat mengetahui hasil peningkatan pengetahuan

kader tentang Posyandu dan pelaksanaan Posyandu dengan sistem 5 meja plus,

gizi, dan MP ASI. Pelatihan kader yang dihadiri oleh kader sebanyak 11 orang

berlangsung lancar. Semua kader yang datang sangat antusias dengan kegiatan ini.

Kader diberikan pretest saat sebelum dimulainya acara dan setelah acara

berlangsung, kader juga diberikan post test dimana dari hasil pretest, kader dapat

menjawab dengan baik. Setelah acara selesai kader juga diberi post test dimana

setelah dinilai didapatkan hasil dari 11 kader semua kader mengalami peningkatan

dari segi hasil. Semua kader mengalami peningkatan nilai tidak ada kader yang

tetap dan turun. Hal ini menandakan secara kuantitatif, kemampuan kognitif dari

para kader juga meningkat setelah diberikan pelatihan. Dari sudut pandang

kualitatif para kader yang telah datang diberikan amanah untuk memberikan

pengetahuan yang didapat kepada kader yang lain, sehingga diharapkan para

kader yang lain juga mendapatkan pengetahuan tentang gizi, posyandu, MP-ASI.

c) Desa Sukowiryo

Pelatihan kader Posyandu Plus dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 Juli

2013 di Balai Desa Sukowiryo. Kegiatan diikuti oleh kader Posyandu yang berada

di Desa Sukowiryo, kegiatan pelatihan kader mengundang sebanyak 25 kader dari

5 Posyandu. Kader yang datang mengikuti pelatihan sebanyak 16 kader. Kegiatan

pelatihan kader diadakan satu hari. Acara pelatihan dimulai dengan pembukaan,

pretest, presentasi materi, praktik dan postest. Pretest dan posttest menggunakan

format yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh semua desa di Kecamatan

Jelbuk, pretest diberikan sebelum materi dipresentasikan, dan posttest dilakukan

setelah demo memasak, sebelum acara diakhiri.

47

Page 17: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.3. Hasil Pelatihan Kader Desa Sukowiryo

Hambatan yang dijumpai pada saat kegiatan pelatihan kader yaitu adanya

kader yang tidak hadir dalam acara kegiatan pelatihan dikarenakan bekerja

ataupun karena kesibukan yang lain. Kesimpulan yang didapatkan pada pelatihan

kader yaitu terdapat 15 kader yang nilainya meningkat setelah mengikuti pelatihan

kader, 1 kader yang nilainya mengalmi penurunan, 4 kader yang nilainya tetap,

dan 1 kader yang nilai posttestnya tidak diketahui, karena kader tidak mengikuti

acara pelatihan hingga selesai.

d) Desa Sukojember

Pelatihan kader Posyandu Plus dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2013

pukul 08.00 sampai dengan selesai di Balai Desa Sukojember. Hasil kegiatan

kegiatan pelatihan kader Posyandu Plus yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal

31 Juli 2013 berjalan dengan baik dan lancar. Peserta pelatihan kader yang hadir

dalam acara tersebut terdiri dari 13 orang, meliputi perwakilan kader dari masing-

masing dusun di Desa Sukojember.

48

Page 18: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.4. Hasil Pelatihan Kader Desa Sukojember

e) Desa Panduman

Kegiatan kegiatan pelatihan kader Posyandu Plus yang dilakukan pada

hari Kamis –Jumat, tanggal 25-26 Juli 2013 pukul 08.00 berjalan dengan baik dan

lancar. Peserta pelatihan kader yang hadir dalam acara tersebut terdiri dari 11

orang, yang terdiri atas 10 orang perwakilan kader dari masing-masing dusun di

Desa Panduman dan satu orang ketua Tim Penggerak PKK Desa Panduman dan

bidan Desa Panduman. Dilihat dari jumlah peserta yang datang, rata-rata semua

perwakilan tiap posyandu hadir dalam acara Pelatihan Posyandu Plus, akan tetapi

hanya ada satu perwakilan dari Dusun Bacem yang tidak menghadiri acara ini

dikarenakan ada kepentingan lain. Sehingga pelatihan Posyandu Plus dilakukan

dirumah salah satu kader di dusun bacem.

49

Page 19: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.5. Hasil Pelatihan Kader Desa Panduman

Grafik 5.5 menunjukkan Hasil pre test kader posyandu memiliki rentang

pengetahuan yang baik dengan rata-rata nilai sebesar 87,6. Sedangkan hasil post

test setelah diberikan pelatihan kader memiliki rentang pengetahuan baik dengan

rata-rata nilai sebesar 93,8. Hal ini mengartikan bahwa pengetahuan kader

mengalami peningkatan sebesar 6,2%. Pre test dan post tes yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan kognitif kader. Dengan hasil tersebut menunjukkan

potensi yang besar dari kader-kader yang ada di Desa Panduman. Kader juga

mengucapkan banyak terima kasih telah diadakannya pelatihan ini. Kader

beralasan ada beberapa materi yang belum dipahami terutama tentang MP-ASI

dan sistem lima meja.

f) Desa Sucopangepok

Kegiatan pelatihan kader dilaksanakan selama 2 hari, yaitu pada hari Sabtu

dan Minggu, 27-28 Juli 2013. Pada hari pertama dihadiri 23 kader, dan peda hari

kedua dihadiri 28 kader. Hari pertama dilakukan pelatihan kader dengan sesi

penyampaian materi. Materi yang disampaikan ada dua, yang pertama berupa cara

pengisian KMS, yang didalamnya juga diberikan cara menimbang yang benar saat

Posyandu. Kemudian materi yang kedua yaitu tentang pemberian gizi yang baik

kepada bayi dan balita. Kemudian di hari kedua, dilakukan demo masak yang

dipraktekkan oleh teman-teman Mahasiswa. Dalam demo masak ini dipraktekkan

dua menu yaitu menu Palu Butung dan Tempe ikan. Dalam kegiatan pelatihan

50

Page 20: Bab 5 Kkn Tanggul

kader dilakukan evaluasi dengan cara memberikan pretest dan posttest untuk

mengevaluasi kognitif peserta pelatihan. Berdasarkan hasil pre test, terdapat 112

jumlah salah. Pada hasil post test, didapatkan jumlah salah sebanyak 72 jawaban.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pelatihan

memberikan perubahan signifikan terhadap aspek kognitif kader. Berikut grafik

dari pretest dan posttest;

Grafik 5.6. Hasil Pelatihan Kader Desa Sucopangepok

Dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan pada ibu-ibu baduta di desa

Sucopangepok ini didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu baduta sebelum

dan setelah diberi penyuluhan tentang kebutuhan gizi pada baduta dan tahap

tumbuh kembang baduta tidak terlalu mendapatkan hasil yang signifikan. Ini

dapat dilihat dari 21 ibu yang mengikuti pretest dan posttest didapatkan bahwa

sebanyak 10 orang ibu (47,6%) mendapatkan hasil posttest yang lebih rendah

daripada hasil pretestnya, 6 orang ibu (28,6%) yang hasil posttestnya lebih tinggi

daripada hasil pretestnya, 3 orang ibu (14,3%) tidak mengalami peningkatan

ataupun penurunan hasil posttest, serta 2 orang ibu (9,5%) yang tidak lengkap.

51

Page 21: Bab 5 Kkn Tanggul

5.5 Nursing Feeding Center di Posyandu Plus

1. Sukowiryo

Tabel 5.2. Pelaksanan MP-ASI di Desa Sukowiryo

No. Minggu

ke-

Tanggal Menu MP-ASI

1. I 22-28 Juli 2013 Menu ubi merah tahu

2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu hati tahu

3. III 12-18 Agustus 2013 Menu jagung ikan giling dan

formula ayam

4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu tempe wortel dan menu

palu butung

5. V 26-31 Agustus 2013 Menutempe ikan dan menu

kentang susu

Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku

yang tersedia di Desa Sukowiryo dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta

sasaran. Pemilihan manu yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil

yang maksimal dari pemberian MP-ASI. Hasil pencapaian dari pelaksanaan MP-

ASI di desa Sukowiryo sebagai berikut :

Grafik 5.7. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran

52

Page 22: Bab 5 Kkn Tanggul

Hasil kenaikan berat badan baduta binaan jika dibandingkan dengan berat

badan awal sebesar 800 gr. Penimbangan kedua menunjukkan penurunan berat

badan dikarenakan banyak baduta sasaran yang sakit. Pada penimbangan

selanjutnya terlihat peningkatan berat badan dan baduta sasaran menghabiskan

porsi MP-ASI yang diberikan. Pada penimbangan terakhir rata-rata berat badan

baduta sasaran hampir 8 Kg. Peningkatan ini menunjukkan pemberian MP-ASI

kepada baduta sasaran di Desa Sukowiryo bisa meningkatkan berat badan.

2. Jelbuk

Tabel 5.3. Pelaksanan MP-ASI di Desa Jelbuk

No. Minggu

ke-

Tanggal Menu MP-ASI

1. I 22-28 Juli 2013 Menu ayam tempe dan menu telur

2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu ayam dan menu hati tahu

3. III 12-18 Agustus 2013 Menupundutdan menu ikan tempe

4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu bubur jalo dan menu

gangan waluh balamak

5. V 26-31 Agustus 2013 Menu kanji rumbi dan menu telur

Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan

baku yang tersedia di Desa Jelbuk dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta

sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran supaya

hasilnya bisa maksimal. Hasil pencapaian dari pelaksanaan MP-ASI di Desa

Jelbuk sebagai berikut :

53

Page 23: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.8. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran

Selama pemberian MP-ASI selama 2 bulan, keluarga sangat antusias dengan

bahan makanan yang diberikan dan berat badan baduta sasaran mengalami

peningkatan. Rata-rata peningkatan berat badan baduta sasaran di Desa Jelbuk

hampir 900 gr. Berat badan baduta sasaran mengalmai peningkatan sejak pertama

kali diberi MP-ASI. Pada panimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta

sasaran 8,54 Kg jauh meningkat jika dibandingkan dengan berat badan awal yang

hanya 7,6 Kg. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian MP-ASI di

Desa Jelbuk mampu meningkatkan berat badan baduta sasaran.

3. Sucopangepok

Tabel 5.4. Pelaksanan MP-ASI di Desa Sucopangepok

No. Tanggal Hari Menu MP-ASI

1. 22 Juli-

31

Agustus

2013

Senin-Rabu Formula kacang hijau kuning

telur, formula Kole-kole, formula

Liteka

2. Kamis-Minggu Formula Telur, formula Palu

butung, formula Ayam tempe dan

54

Page 24: Bab 5 Kkn Tanggul

formula tempe ikan

Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan

baku yang tersedia di Desa Sucopangepok dan tidak menimbulkan alergi bagi

baduta sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran

supaya hasilnya bisa maksimal dan bisa dilanjutkan oleh masyarakat. Hasil

pencapaian dari pelaksanaan MP-ASI di Desa Sucopangepok sebagai berikut :

Grafik 5.9. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran

Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan

berat badan awal sebesar 150 gr. Peningkatan berat badan yang signifikan terjadi

pada baduta dengan nafsu makan yang cukup baik. Hal tersebut dapat

diidentifikasi berdasarkan evaluasi kunjungan penanggung jawab dusun kepada

keluarga baduta.Penimbangan ketiga menunjukkan penurunan berat badan

dikarenakan banyak baduta sasaran yang sakit. Pada penimbangan terakhir rata-

rata berat badan baduta sasaran 8,52 Kg. Peningkatan ini menunjukkan pemberian

MP-ASI di Desa Sucopangepok bisa meningkatkan berat badan naduta sasaran.

55

Page 25: Bab 5 Kkn Tanggul

4. Panduman

Tabel 5.5. Pelaksanan MP-ASI di Desa Panduman

No. Minggu

ke-

Tanggal Menu MP-ASI

1. I 22-28 Juli 2013 Menu ayam

2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu babongko

3. III 12-18 Agustus 2013 Menutempe

4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu liteka

5. V 26-31 Agustus 2013 Menu kole-kole

Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku

yang tersedia di Desa Panduman dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta

sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran supaya

hasilnya bisa maksimal dan tidak berlebihan. Hasil pencapaian dari pelaksanaan

MP-ASI di Desa Panduman sebagai berikut :

Grafik 5.10. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran

Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan

berat badan awal sebesar 1,2 Kg. Peningkatan berat badan yang signifikan

56

Page 26: Bab 5 Kkn Tanggul

ditunjang dari nafsu makan yang baik dan ketepatan memilih menu yang

diberikan. Penimbangan keempat menunjukkan penurunan berat badan

dikarenakan banyak baduta sasaran yang terkena diare pada saat hari raya. Pada

penimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta sasaran 8,9 Kg, jauh meningkat

dari berat badan awal. Peningkatan ini menunjukkan pemberian MP-ASI di Desa

Panduman bisa meningkatkan berat badan baduta sasaran.

5. Sukojember

Tabel 5.6. Pelaksanaan MP-ASI di Desa Sukojember

No. Minggu

ke-

Tanggal Menu MP-ASI

1. I 22-28 Juli 2013 Menu tempe, babongko, ayam,

kedelai dan kole-kole

2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu kacang ijo kuning telur,

susu pisang, tempe ikan, bubur

jalo dan singkong

3. III 12-18 Agustus 2013 Menu tempe ikan, ayam, tempe

wortel, susu pisang dan kacang

ijo telur

4. IV 19-25 Agustus 2013

5. V 26-31 Agustus 2013

Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku

yang tersedia di Desa Sukojember dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta

sasaran. Pemilihan manu memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran supaya

hasilnya bisa maksimal dan bisa dilanjutkan oleh masyarakat. Hasil pencapaian

dari pelaksanaan MP-ASI di Desa Sukojember sebagai berikut :

57

Page 27: Bab 5 Kkn Tanggul

Grafik 5.11. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran

Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan

berat badan awal sebesar 400 gr. Peningkatan berat badan yang signifikan terjadi

pada baduta dengan nafsu makan yang cukup baik. Penimbangan kelima

menunjukkan penurunan berat badan dikarenakan banyak baduta sasaran yang

sakit. Pada penimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta sasaran 8 Kg

meningkat jauh jika dibandingkan dengan berat badan awal. Peningkatan ini

menunjukkan pemberian MP-ASI di Desa Sukojember bisa meningkatkan berat

badan baduta sasaran.

6. Sugerkidul

Tabel 5.7 Pelaksanan MP-ASI di Desa Sugerkidul

No. Minggu

ke-

Tanggal Menu MP-ASI

1. I 22-28 Juli 2013 Menu ayam tempe dan menu telur

2. II 29 Juli – 4 Agustus 2013 Menu ayam dan menu hati tahu

3. III 12-18 Agustus 2013 Menu pundut dan menu ikan

tempe

58

Page 28: Bab 5 Kkn Tanggul

4. IV 19-25 Agustus 2013 Menu bubur jalo dan menu

gangan waluh balamak

5. V 26-31 Agustus 2013 Menu kanji rumbi dan menu telur

Menu yang diatas dipilih berdasarkan kemudahan dalam mencari bahan baku

yang tersedia di Desa Sugerkidul dan tidak menimbulkan alergi bagi baduta

sasaran. Pemilihan menu juga memperhatikan kebutuhan gizi badita sasaran

supaya hasilnya bisa maksimal. Hasil pencapaian dari pelaksanaan MP-ASI di

Desa Sugerkidul sebagai berikut :

Grafik 5.12. Perkembangan Berat Badan Bawah Dua Tahun Sasaran

Rata-rata kenaikan berat badan baduta sasaran jika dibandingkan dengan

berat badan awal sebesar 500 gr. Peningkatan berat badan yang signifikan

ditunjang nafsu makan yang cukup baik dan pemilihan menu yang tepat.

Penimbangan ketiga menunjukkan penurunan berat badan dikarenakan banyak

baduta sasaran yang sakit. Pada penimbangan terakhir rata-rata berat badan baduta

sasaran 8,45 Kg. Peningkatan ini menunjukkan pemberian MP-ASI di Desa

Sugerkidul bisa meningkatkan berat badan naduta sasaran.

59