BAB 5 - bi.go.id

34
Bab 5 - Artikel 87 dan Amerika Serikat adalah negara dengan kenaikan kasus tertinggi. Sejumlah negara pun meniru langkah Tiongkok menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran virus. Sumber: Bloomberg Grafik 1 Jumlah Kasus Covid-19 Global (per 19 Maret) Jurisdictions with cases confirmed as of March 8, 2020, 10:25 AM GMT+7 1-9 10-99 100-999 1.000-9.999 10.000 or more Penyebaran Covid-19 dan kebijakan restriksi ketat telah memukul kinerja ekonomi Tiongkok. Kebijakan restriksi ini menyebabkan aktivitas masyarakat turun tajam, dan aktivitas produksi perusahaan terhenti sementara. Kondisi tersebut menekan sektor jasa yang memiliki kontribusi dominan Sinyal awal pemulihan ekonomi global pada akhir 2019 tertahan akibat wabah Coronavirus (Covid-19). Wabah Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan (Tiongkok) dan telah menginfeksi lebih dari 200.000 orang di 176 negara (19 Maret’20). Sekitar 86.000 orang (43%) telah pulih, namun 9.000 orang lainnya (4,5%) meninggal. Pemerintah Tiongkok telah menerapkan restriksi yang ketat untuk memutus rantai penyebaran virus. Sejumlah provinsi diisolasi (lockdown) dan pasien yang terinfeksi dipantau secara ketat. Langkah Tiongkok membuahkan hasil. Kurang dari tiga bulan, wabah Covid-19 dapat diatasi. Namun, penyebaran Covid-19 justru meluas ke berbagai negara. Jumlah orang yang terinfeksi di luar Tiongkok mencapai sekitar 140.000 (63%). Italia, Iran, Spanyol, Jerman, Dampak Coronavirus Terhadap Ekonomi Global Oleh: Michael Christian dan Firman Hidayat 1 Artikel 1 BAB 5 1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Penelitian dan Asesmen Internasional

Transcript of BAB 5 - bi.go.id

Page 1: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

87

dan Amerika Serikat adalah negara dengan

kenaikan kasus tertinggi. Sejumlah negara

pun meniru langkah Tiongkok menerapkan

lockdown untuk mencegah penyebaran virus.

Sumber: Bloomberg

Grafik 1 Jumlah Kasus Covid-19 Global (per 19 Maret)

Jurisdictions with cases confirmed as of March 8, 2020, 10:25 AM GMT+7

1-9 10-99 100-999 1.000-9.999 10.000 or more

Penyebaran Covid-19 dan

kebijakan restriksi ketat telah memukul

kinerja ekonomi Tiongkok. Kebijakan

restriksi ini menyebabkan aktivitas masyarakat

turun tajam, dan aktivitas produksi perusahaan

terhenti sementara. Kondisi tersebut menekan

sektor jasa yang memiliki kontribusi dominan

Sinyal awal pemulihan ekonomi

global pada akhir 2019 tertahan akibat

wabah Coronavirus (Covid-19). Wabah

Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan

(Tiongkok) dan telah menginfeksi lebih

dari 200.000 orang di 176 negara (19

Maret’20). Sekitar 86.000 orang (43%)

telah pulih, namun 9.000 orang lainnya

(4,5%) meninggal. Pemerintah Tiongkok

telah menerapkan restriksi yang ketat untuk

memutus rantai penyebaran virus. Sejumlah

provinsi diisolasi (lockdown) dan pasien yang

terinfeksi dipantau secara ketat. Langkah

Tiongkok membuahkan hasil. Kurang dari

tiga bulan, wabah Covid-19 dapat diatasi.

Namun, penyebaran Covid-19 justru meluas

ke berbagai negara. Jumlah orang yang

terinfeksi di luar Tiongkok mencapai sekitar

140.000 (63%). Italia, Iran, Spanyol, Jerman,

Dampak Coronavirus Terhadap Ekonomi GlobalOleh: Michael Christian dan Firman Hidayat1

Artikel 1

BAB

5

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Penelitian dan Asesmen Internasional

Page 2: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

88

stabilitas keuangan. Kebijakan juga ditempuh

pemerintah Tiongkok untuk mengurangi

dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata,

UMKM, dan perdagangan. Sejalan dengan

itu, ekonomi Tiongkok diprakirakan pulih

secara gradual. OECD memprakirakan

ekonomi Tiongkok pada 2020 tumbuh 4,9%

yoy, turun dari 6,1% yoy pada 2019. Prospek

pertumbuhan tersebut berpotensi lebih

rendah karena penyebaran Covid-19 telah

meluas dan berbagai negara menempuh

kebijakan restriksi yang ketat sehingga akan

menurunkan permintaan global.

Sumber: Bloomberg

Grafik 3 Beberapa Indikator Ekonomi Tiongkok

20 20

15

10

5

0

-5

-10

-15

10

0

-10

-20

20072008 2009 20102011 2012 201320142015 2016 20172018 2019

China Fixed Asset Investment, YTD -24,50China Retail Sales, YTD -20,50China Industrial Production, YTD -13,50

Penyebaran wabah Covid-19

dan penurunan ekonomi Tiongkok

akan berdampak signifikan terhadap

ekonomi global. Tiongkok memiliki peranan

penting karena merupakan salah satu

motor pertumbuhan PDB dunia. Kontribusi

ekonomi Tiongkok terhadap ekonomi dunia

mencapai sekitar 17% pada 2019. Share

tersebut jauh lebih besar dibandingkan

share pada 2002 yang hanya sebesar 6%.

Tiongkok juga menjadi salah satu kontributor

terbesar sektor pariwisata global. Kontribusi

Tiongkok terhadap sektor pariwisata global

pada PDB Tiongkok (share 54%). Share sektor

jasa yang dominan—di tengah kontribusi

ekspor yang turun—mengakibatkan dampak

Covid-19 makin signifikan terhadap ekonomi

Tiongkok. Dampak Covid-19 bahkan lebih

besar dari SARS mengingat pada 2003 share

sektor jasa terhadap ekonomi tidak terlalu

signifikan (40%) dan kontribusi ekspor

terhadap perekonomian Tiongkok masih baik.

Sumber: CNBC

Grafik 2. Struktur Ekonomi Tiongkok pada 2003 vs 2019

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

Services

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2013

2014

2011

2012

2015

2016

2017

2018

2019

Industries Agriculture

Dampak Covid-19 terhadap

ekonomi Tiongkok telah terlihat pada

awal 2020. Sejumlah indiktor turun tajam

pada Januari dan Februari 2020. Penjualan

ritel, produksi perusahaan, dan kegiatan

investasi menurun signifikan. Kondisi ini

akan menyebabkan ekonomi Tiongkok

turun tajam pada TW1-20. Merespons hal

itu, sejumlah langkah kebijakan ditempuh

pemerintah dan bank sentral Tiongkok. PBOC

menurunkan suku bunga kebijakan dan

menerapkan berbagai stimulus lainnya untuk

menjaga confident, kecukupan likuiditas, dan

2. https://www.bloomberg.com/graphics/2020-wuhan-novel-coronavirus-outbreak/

20192

Page 3: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

89

tumbuh 3-4%. Penurunan ini setara dengan

penurunan international tourism receipts senilai

30-50 miliar dolar AS.

Wilayah Asia Pasifik diperkirakan

paling terdampak atas penurunan

pariwisata akibat Covid-19. UNWTO

memperkirakan kedatangan wisatawan

internasional ke Asia Pasifik akan turun 9%

hingga 12% yoy pada 2020–terutama karena

Tiongkok telah menghentikan semua tur

kelompok domestik dan internasional untuk

menahan penyebaran Covid-19. Industri di

sektor pariwisata (transportasi dan perhotelan)

mengalami penurunan kinerja, sementara

penjualan ritel dan pengeluaran bisnis juga

telah terdampak. Sektor pariwisata Hong Kong

dan Thailand diprakirakan terdampak paling

signifikan, diikuti Vietnam, Singapura dan

Malaysia. Potensi dampak terhadap Indonesia

relatif lebih rendah dibandingkan negara lain.

Sementara itu, dampak bagi Jepang akan jauh

lebih signifikan jika pelaksanaan Olimpiade di

Tokyo pada 24 Juli 2020 dibatalkan.

Sumber: UNWTO

Grafik 5 International Tourist Arrivals, World Growth

12%yoy

1110

987654321

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

(e) (e)

2020

-1 +0,1-0,4

-0,4

4,83,8

7,2

5,6

3,8

-1,0

-3,0

-2-3-4-5

0

2020 (estimate)COVID-19 outbreak

-1% to -3%

2009Global

economic crisis

2003SARS

epidemic

2001Sept, 11attacks

mencapai 9%. Peranan Tiongkok yang tidak

kalah penting adalah kontribusi terhadap

perdagangan dunia dan investasi dunia.

Kontribusi Tiongkok terhadap perdagangan

dan investasi global masing-masing mencapai

11% dan 7%.

Sumber: OECD

Grafik 4 Share Ekonomi Tiongkok terhadap Global

18%

Global GDP Global FDIGlobal trade

2002 2019

Global tourists

16

14

12

10

8

6

4

2

0

Covid-19 akan memengaruhi per-

ekonomian global melalui beberapa jalur,

yaitu pariwisata, perdagangan dan supply

chain, serta pasar keuangan. Pariwisata

adalah salah satu sektor yang paling terpukul

oleh wabah Covid-19, baik dari sisi supply

maupun demand. Kebijakan travel restrictions

dan pembatalan serta pengurangan frekuensi

penerbangan telah menurunkan supply jasa

pariwisata (domestik maupun internasional).

Sementara demand pariwisata terus menurun,

terutama dari wisatawan Tiongkok–menempati

posisi teratas dari aspek pengeluaran (outbound

spending).4 The UN World Tourism Organization

(UNWTO) memperkirakan perjalanan wisata-

wan internasional akan turun 1% hingga 3%

yoy pada 2020, dari proyeksi awal Januari

Global3

Growth5

3 OECD, Economic Outlook, Interim Report March 20204 Share wisman Tiongkok dalam belanja pariwisata

global hanya 3% pada 2003, lalu meningkat drastis menjadi 20% pada 2019.

5 https://webunwto.s3.eu-west-1.amazonaws.com/s3fs-public/2020-03/UNWTO-Impact-Assessment-COVID19.pdf.

Page 4: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

90

juga signifikan. Sekitar 20% dari impor

intermediate manufactured goods global

berasal dari Tiongkok (naik signifikan dari

4% pada 2002). Bagi Asia, ketergantungan

terhadap supply chain Tiongkok bahkan

lebih tinggi. Sekitar 40% impor intermediate

goods yang dikonsumsi di Kamboja,

Vietnam, Korea Selatan, dan Jepang berasal

dari Tiongkok pada 2015.7 Berdasarkan

sektornya, UNCTAD memperkirakan disrupsi Sumber: Continuum Economics

Tourism Receipt % GDP

Grafik 6 Eksposur Negara Asia Pasifik Terhadap Penurunan Pariwisata Asal Tiongkok

South Korea Vietnam

Singapore

Malaysia

PhilippinesThailand

Hong Kong

India

0,0%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%2,0% 4,0% 6,0% 8,0% 10,0% 12,0% 14,0% 16,0%

Indonesia

JapanAustralia

Di jalur perdagangan, penghentian

sementara aktivitas produksi perusahaan

di Tiongkok telah mengganggu

perdagangan global. Kuatnya peranan

Tiongkok dalam perdagangan dunia

mengakibatkan beberapa negara utama

memiliki ketergantungan tinggi terhadap

ekspor dan impor dari Tiongkok. Beberapa

negara itu diantaranya AS, Hong Kong,

dan Jepang. AS merupakan tujuan ekspor

terbesar Tiongkok (16,8% pada 2019), diikuti

Hong Kong (11,2%) dan Jepang (5,7%).

Sementara itu, negara pengimpor terbesar

Tiongkok adalah Korsel (8,4%), diikuti Jepang

dan Taiwan (8,3%). Beberapa negara lainnya

memiliki keterkaitan perdagangan yang

relatif tidak terlalu besar dengan Tiongkok.

Negara tersebut diantaranya Italia dan Iran

–dua negara non-Asia dengan kasus infeksi

tertinggi.

Peranan Tiongkok sebagai

pengekspor intermediate products

6 https://continuumeconomics.com/2020/02/24/asiapacific/asia-assessing-the-economic-fallout-from-covid.

Tiongkok6

7 Ketergantungan AS terhadap impor intermediate goods dari Tiongkok sekitar 30%, sementara Eropa hanya 10%.

8 BOC-Global-spread-of-virus-posts_19 GLOBAL INSIGHT Virus to Drag C

Sumber: BOCI

Grafik 7 Negara dengan Hubungan Perdagangan Erat dengan Tiongkok Daratan (2019)

18%

US

Weights in China’s exports Weights in China’s imports

ChinaHK

Japan SouthKorea

ChinaTaiwan

Italy Iran

1616,8

5,9

11,2

0,4 0,4 0,6

5,7

8,3 8,3

1,3 1,0

4,4

8,4

2,2

14

12

10

8

6

4

2

0

Sumber: Bloomberg

Grafik 8 Share Impor Intermediate Goods dari Tiongkok

10

None

15 20 25 30 35%

(2019)8

Tiongkok9

Page 5: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

91

Sumber: IIF

Grafik 10 Non-Resident Portfolio Flows to EM

75Miliar USD

EM Debt FlowsEM Equity FlowsTotal EM Portofolio Flows

50

25

-253 6 9 12

2017 2018 2019 20203 6 9 12 3 26 9 12

0

Perekonomian Indonesia tidak

terlepas dari dampak Covid-19. Pariwisata

dan perdagangan merupakan sektor yang

mengalami penurunan kinerja. Total wisman

yang berkunjung ke Indonesia mencapai 16,1

juta pengunjung pada 2019 (naik 1,88%

yoy dari 15,8 juta pada 2018). Share wisman

asal Tiongkok pada 2019 sebesar 12,9%

(2,07 juta), terbanyak kedua setelah Malaysia

(18,5% atau 3 juta). Setelah Covid-19

merebak, jumlah kunjungan wisman ke

Indonesia turun 7,62% mtm pada Januari

2020. Covid-19 juga berdampak terhadap

sektor perdagangan Indonesia. Ekspor

Indonesia ke Tiongkok turun -12,07% mtm

menjadi USD2,24 miliar pada Januari 2020,

terutama ekspor migas yang kontraksi 41%

mtm dan nonmigas yang turun 9,15% mtm

(Sumber: BPS).

Pemerintah Indonesia dan Bank

Indonesia menerapkan kebijakan

guna mengatasi dampak Covid-19.

Pemerintah Indonesia telah menempuh

rantai suplai terparah—akibat gangguan

pasokan Tiongkok—akan dialami oleh sektor

instrumen presisi, permesinan, dan otomotif.

Dari jalur keuangan, Covid-19

telah memicu ketidakpastian yang

sangat tinggi sehingga menekan kinerja

pasar keuangan global. Pasar global

telah memasuki periode uncertainty yang

meningkat tajam sehingga mengakibatkan

penurunan signifikan pada pasar saham,

komoditas, dan mendorong peningkatan

aliran modal keluar dari EMs. Kinerja saham

diberbagai negara utama turun signifikan,

antara lain di Italia, Denmark, Jepang, dan

AS. Kekhawatiran investor juga memicu

aliran modal keluar dari negara emerging.

IIF memperkirakan net foreign inflow ke

pasar saham dan obligasi EMs hanya sebesar

USD3,4 miliar pada Februari, jauh di bawah

nilai Januari sebesar USD28,9 miliar. Debt

inflow turun tajam menjadi USD13,2 miliar,

turun 60% mtm dari USD29,7 miliar. Di sisi

ekuitas, tren equity outflow berlanjut menjadi

-USD9,7 miliar pada Februari (dari -USD0,7

miliar pada Januari).

Sumber: BIS

Grafik 9 Performa Pasar Saham AS, Italia, Jerman, Jepang (21 Februari - 3 Maret)

-8

Per cent

-16

-24

-32

US IT DE JP

TotalTravel & leisureAutomobiles and partsBasic resourcesConsumer services

10 https://www.iif.com/Portals/0/Files/content/IIF_Capital%20Flows%20Tracker_March.pdf

EM10

Page 6: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

92

Prospek pertumbuhan ekonomi

dunia dan Indonesia 2020 tersebut

berpotensi lebih rendah apabila wabah

Covid-19 makin menyebar sehingga

memicu penerapan kebijakan restriksi

atau social distancing yang lebih ketat

oleh berbagai negara, dan tekanan

pasar keuangan global berlanjut akibat

ketidakpastian yang tinggi. Prospek

ekonomi ke depan akan dipengaruhi

oleh upaya berbagai negara dalam

mengatasi penyebaran Covid-19. Respons

kebijakan setidaknya dapat diarahkan untuk

memitigasi risiko pada empat aspek, yaitu

manusia, perusahaan, dan ekonomi serta

sistem keuangan. Terkait aspek manusia,

kebijakan yang dapat ditempuh adalah

dengan memperkuat sumber daya di sektor

kesehatan, dan memberikan bantuan tunai

kepada masyarakat yang terdampak. Pada

aspek perusahaan, kebijakan perlu diarahkan

untuk mengurangi tekanan keuangan yang

dialami oleh perusahaan, yaitu dengan

mengurangi atau menunda pembayaran pajak

dari sektor ekonomi yang terdampak, dan

meningkatkan ketersediaan likuiditas serta

kredit kepada perusahaan yang terdampak.

Terkait ekonomi dan sistem keuangan,

kebijakan perlu diarahkan untuk menjaga

stabilitas melaui penyediaan likuiditas kepada

perbankan, menempuh kebijakan moneter

yang optimal guna merespons tekanan pasar

keuangan, dan menerapkan kebijakan untuk

mendorong investasi publik.

sejumlah langkah pencegahan penyebaran

Covid-19 dan memberikan stimulus fiskal

untuk memitigasi dampak Covid-19. Bank

Indonesia menurunkan suku bunga kebijakan

BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps

menjadi 4,50% pada Maret 2020. Bank

Indonesia juga memperkuat bauran kebijakan

antara lain dengan memperkuat intensitas

kebijakan triple intervention untuk menjaga

stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan

fundamental dan mekanisme pasar. Ke

depan, Bank Indonesia akan terus memantau

perkembangan Covid-19 dan potensi

dampaknya terhadap ekonomi Indonesia,

serta memperkuat koordinasi kebijakan

dengan pemerintah, OJK, maupun otoritas

terkait lainya guna menjaga kestabilan

makroekonomi dan sistem keuangan, serta

menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Berbagai dampak negatif yang

dipicu oleh Covid-19 akan menurunkan

kinerja ekonomi dunia pada 2020. Bank

Indonesia memprakirakan pertumbuhan

ekonomi dunia pada 2020 sebesar 2,5%

yoy, turun dibandingkan pertumbuhan 2019

sebesar 2,9% yoy. Ekonomi dunia diprakirakan

tumbuh membaik pada 2021 menjadi 3,7%,

seiring prakiraan teratasinya penyebaran

Covid-19. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia

merevisi outlook pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada 2020 dan 2021 masing-

masing menjadi 4,2% - 4,6% yoy dan 5,2-

5,6%.

Page 7: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

93

RISIKO PERUBAHAN IKLIM TERHADAP STABILITAS SISTEM KEUANGANOleh: Shinta Fitrianti, Aldy Perdana, Rizal Bintang Rahani dan Sheila Silalahi1

Memerhatikan tren historis, para ilmuwan

memperkirakan akan terjadi kenaikan

temperatur hingga 1,5°C dalam rentang

tahun 2030 - 2052. Pemanasan global

tersebut dapat memicu perubahan iklim yang

diyakini menjadi salah satu ancaman terbesar

bagi masa depan dunia yang berkelanjutan.

Grafik 1 Rata-rata Temperatur Global

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1880 1890 1900 1910 1920 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000 20102019

°C

Sebagai upaya global untuk

mengendalikan perubahan iklim, negara-

negara di dunia telah menyepakati Paris

Pendahuluan

Ekonomi dan keuangan global

menghadapi berbagai tantangan yang

tidak ringan ke depan. Salah satu sumber

tantangan adalah perubahan iklim global

yang berpotensi memengaruhi stabilitas

sistem keuangan dunia. Isu perubahan iklim

global ini telah menjadi perhatian otoritas

dan organisasi internasional, salah satunya

adalah Intergovernmental Panel on Climate

Change (IPCC). IPCC menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi dan populasi dunia

telah berkontribusi pada peningkatan

konsentrasi gas rumah kaca (GRK) hingga ke

level tertinggi dalam 800 ribu tahun terakhir.

Kemampuan GRK untuk ‘menjebak’ panas

menjadi salah satu penyebab intensitas

pemanasan global yang meningkat. Saat

ini, temperatur global terindikasi 1°C di atas

temperatur sebelum revolusi industri dengan

laju kenaikan rata-rata temperatur hampir

dua kali lipat laju pada 50 tahun yang lalu.

Artikel 2

Sumber: GISTEMP Team, 20202

Page 8: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

94

sama internasional dalam beberapa tahun

terakhir makin intensif. Sejumlah langkah

konkrit juga telah diambil berbagai lembaga

keuangan, khususnya bank investasi dan

perusahaan asuransi, untuk memasukkan

faktor perubahan iklim ke dalam model bisnis

mereka.

Risiko Perubahan Iklim terhadap Stabilitas

Sistem Keuangan

Risiko perubahan iklim terhadap

stabilitas sektor keuangan berasal dari

dua faktor utama. Risiko pertama adalah

risiko fisik dari peristiwa cuaca ekstrim akibat

perubahan iklim (extreme weather events).

Risiko kedua adalah risiko akibat transisi

menuju ekonomi hijau dan rendah karbon.

Kedua risiko tersebut dapat memiliki imbas

yang persisten terhadap berbagai variabel

makroekonomi dan keuangan yang bersifat

fundamental. Bagi lembaga keuangan, risiko

perubahan iklim dapat terjadi secara langsung

melalui eksposur kepada perusahaan, rumah

tangga, dan negara yang mengalami bencana

(climate shocks). Risiko juga dapat terjadi

secara tidak langsung melalui efek perubahan

iklim terhadap perekonomian secara

keseluruhan, termasuk feedback effects

yang terjadi di sistem keuangan. Oleh karena

itu, sesuai dengan mandat untuk menjaga

stabilitas sistem keuangan, bank sentral dan

otoritas keuangan berkepentingan untuk

memastikan resiliensi sistem keuangan

terhadap kedua risiko tersebut.

Agreement pada Konferensi Perubahan Iklim

PBB pada 12 Desember 2015 di Paris, Prancis.

Aspek utama kesepakatan tersebut adalah

membatasi kenaikan rata-rata temperatur

global hingga kurang dari 2°C di atas suhu

pada periode pra-industri, dan membatasi

kenaikan suhu hingga 1,5°C dalam jangka

panjang, melalui pengurangan emisi GRK.

Kesepakatan ini menjadi salah satu tonggak

sejarah yang penting mengingat kenaikan

temperatur global berdampak sistemik, multi-

dimensi, dan lintas generasi.

Dalam kaitannya dengan sistem

keuangan, pidato Mark Carney (Gubernur

Bank of England) pada September 2015

yang berjudul “Breaking the Tragedy of the

Horizon –Climate Change and Financial

Stability”, mengingatkan bahwa sektor

keuangan telah terimbas langsung oleh

dampak perubahan iklim. Carney juga

mengingatkan bahwa dampak terburuk dari

perubahan iklim akan terjadi dalam jangka

panjang dan di luar timeframe perencanaan

para pelaku sektor keuangan. Keterlambatan

dalam mengambil respons kebijakan pada

akhirnya akan menyebabkan “tragedy of the

commons” yang berdampak negatif terhadap

pencapaian mandat stabilitas makroekonomi

dan sistem keuangan.3 Untuk mengatasi

tantangan global tersebut, pembahasan isu

perubahan iklim di berbagai forum kerja

3 Situasi ekonomi dimana setiap individu secara independen mengeksploitasi sumber daya bersama yang belum diatur (shared and unregulated resource) secara berlebihan. Dalam konteks modern, sumber daya dimaksud dapat berupa jalan raya, laut, sungai, atau bahkan udara/atmosfer.

Page 9: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

95

yang mengalami bencana. Kerugian akibat

bencana perubahan iklim terus meningkat

hingga lebih dari tiga kali lipat dibandingkan

1980. Perusahaan dan rumah tangga akan

menanggung kerugian sendiri jika tidak

mengasuransikan asetnya (misalnya rumah

dan kendaraan). Sebaliknya, apabila aset

dijamin asuransi, maka klaim asuransi akan

meningkat. Pada 2017, kerugian akibat

bencana terkait perubahan iklim terhadap

industri asuransi mencapai angka tertinggi

dalam hampir 40 tahun terakhir.

Dalam jangka panjang, ketidakpastian

frekuensi dan besaran kerugian bencana

menyebabkan masyarakat makin tergantung

kepada asuransi. Kondisi tersebut akan

meningkatkan premi asuransi, atau

sebaliknya perusahaan asuransi justru enggan

menyediakan asuransi di daerah berisiko

besar. Sementara itu, bagi perbankan dan

pemberi pinjaman, perubahan iklim berisiko

a. Risiko Fisik

Risiko fisik dari perubahan iklim

meliputi biaya ekonomi dan kerugian finansial

akibat bencana ekstrim dari perubahan iklim.

Bencana tersebut antara lain gelombang

panas dalam durasi yang panjang disertai suhu

yang lebih tinggi, kemarau berkepanjangan,

longsor, banjir, kebakaran hutan, badai, dan

lain-lain. Kerugian yang terjadi dapat berupa

kerusakan terhadap properti, infrastruktur,

dan tanah. Risiko fisik juga dapat diakibatkan

oleh perubahan yang bersifat jangka panjang/

struktural akibat perubahan iklim, misalnya

perubahan tingkat presipitasi, perubahan

cuaca yang ekstrim, pengasaman laut, serta

kenaikan permukaan laut.

Bagi lembaga keuangan, risiko

perubahan iklim dapat terjadi secara

langsung melalui eksposur mereka kepada

rumah tangga, perusahaan, dan negara

Physical RIsk

Economy

Financialsystem

(Extreme weather events and gradual changes in climate)

Businessdisruption

Lower propertyand corporate

asset value

Market losses(equities, bonds,

commodities)

Credit losses(residential andcorporate loans)

Underwriting losses Operational risk(including liability

risk)

Lower corporateprofits, more

litigation

Lower growth and productivityaffecting financial conditions

Negativefeedback from

tighter financialconditions

Lower household

wealth

Assetdisruption Migration

Reconstruction/replacement

Lower value ofstranded assets

Increase in energyprices withdislocations

Transition Risk(Policy, technology, consumer preferences)

Sumber: : e-Conomy SEA Report, 2018Keterangan: CAGR (compound annual growth rate); B = Billion/Miliar USD

Gambar 1 Risiko Fisik dan Risiko Transisi

Page 10: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

96

(misalnya teknologi energi terbarukan),

perilaku konsumen, preferensi investor,

sentimen pasar, maupun peristiwa fisik selama

berlangsungnya penyesuaian. Proses tersebut

juga menuntut transformasi pada berbagai

sektor, terutama sektor energi, pertanahan,

perkotaan, infrastruktur, dan industri.

Transisi menuju lower carbon economy

dapat menyebabkan perubahan nilai aset dan

nilai investasi yang signifikan pada sektor

terkait. Sebagai contoh, saat ini perusahaan

raksasa produsen bahan bakar fosil dan

berbagai perusahaan mulai mengurangi

investasi di sektor batubara, serta mulai fokus

pada sumber energi baru terbarukan (EBT).

Langkah tersebut akan berdampak terhadap

harga aset dan nilai investasi yang dimiliki

bank dan perusahaan asuransi di sektor

yang bersifat carbon-intensive yang saat ini

bernilai triliunan dolar AS, seperti batubara,

minyak, dan gas. Re-asesmen nilai aset juga

dapat memengaruhi aset lainnya yang tidak

berkaitan langsung dengan proses transisi.

Misalnya, peralihan ke arah greener economy

selain berimbas kepada perusahaan produsen

kendaraan, kapal, dan pesawat, turut

berimbas kepada industri baja.

Proses transisi menuju ekonomi

rendah-karbon juga berpotensi menyebabkan

kenaikan biaya usaha. Berdasarkan konsensus

IPCC, investasi yang dibutuhkan untuk

melakukan transisi ekonomi sebesar 1%-

4% dari proyeksi agregat konsumsi global

pada 2030. Biaya tersebut bervariasi antar

negara, tergantung antara lain pada kondisi

sosioekonomi, politik dan teknologi di

mengurangi kemampuan debitur membayar

utang, serta menurunkan harga aset properti

ataupun nilai agunan sehingga meningkatkan

risiko kredit. Guna mengantisipasi risiko

kerugian tersebut, Bangladesh Bank dan Bank

of Ghana merilis prinsip untuk mendukung

praktik perbankan yang environmentally

sustainable and socially responsible.4 Selain

itu, sejumlah bank di dunia – seperti BBVA,

Deutsche Bank, dan Crédit Agricole CIB –

memelopori penyesuaian dalam kebijakan

kredit, misalnya dengan memberikan diskon

bagi kredit proyek yang bersifat sustainable

(green loans/bonds).

Sumber: Natural disasters of 2019 in figures, Munich RE

Grafik 2 Kerugian Akibat Bencana Alam

400

1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020

350

300

250

200

150

100

50

Overall losses in US$ bn (in 2019 values)Thereof insured losses in US$ bn (in 2019 values)

b. Risiko Transisi Menuju Lower Carbon

Economy terhadap Aset Lembaga

Keuangan

Proses transisi menuju ekonomi

rendah karbon atau rendah GRK dipicu oleh

beberapa hal. Pemicu tersebut khususnya

kebijakan pemerintah seiring komitmen

Paris Agreement, perkembangan teknologi

4 Bangladesh Bank dan Bank of Ghana masing-masing merilis prinsip tersebut pada 2017 dan 2019.

Page 11: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

97

keuangan. Para pembuat kebijakan juga

dapat mempertemukan stakeholder dan

pakar yang relevan untuk mengembangkan

taksonomi (klasifikasi) terkait aktivitas

ekonomi yang berkontribusi terhadap transisi

ke green economy serta aktivitas ekonomi

yang terpapar risiko fisik dan risiko transisi.

Taksonomi yang robust, detil, transparan

dan konsisten akan membantu otoritas

dan lembaga keuangan dalam melakukan

identifikasi, asesmen, dan pengelolaan risiko

terkait iklim dan lingkungan, memperoleh

pemahaman yang lebih baik mengenai

perbedaan potensi risiko antar kelompok

aset, serta untuk memobilisasi modal ke arah

investasi yang green dan rendah karbon.

Pengawasan risiko terkait iklim juga perlu

diintegrasikan ke dalam supervisi prudensial,

termasuk dengan memasukkan skenario

risiko perubahan iklim dalam strest test

terhadap lembaga keuangan. Di samping itu,

otoritas perlu memastikan bahwa respons

kebijakan yang ditempuh tetap sejalan

dengan penguatan regulasi prudensial.

Inisiatif lainnya yang dapat ditempuh

adalah pertukaran data antar otoritas

terkait untuk mendukung Climate Risk

Assessment (CRA). Hal ini mengingat selama

ini terdapat keterbatasan ketersediaan data

serta inkonsistensi data dalam penyusunan

analisa mengenai risiko iklim, misalnya data

aset fisik, data aset keuangan, serta data

terkait risiko fisik dan risiko transisi. Bank

sentral dan pengawas keuangan juga perlu

membangun kepedulian (awareness) serta

mengembangkan kapasitas intelektual,

masing-masing negara. Namun demikian,

biaya tersebut diyakini tetap lebih rendah

dibandingkan konsekuensi biaya apabila tidak

melakukan tindakan apapun.

Peran Bank Sentral dan Otoritas

Keuangan Lain

Bank sentral dan otoritas keuangan

lain dapat menempuh sejumlah respons

kebijakan dan menjadi lead by example dalam

mendorong proses transisi menuju green dan

sustainable economy. Dalam hal ini, IMF dan

NGFS telah menyusun sejumlah rekomendasi,

baik yang terkait dengan operasi moneter

bank sentral, strategi pengelolaan cadangan

devisa, maupun kebijakan makroprudensial.

Di sisi operasi moneter, bank sentral perlu

memasukkan faktor risiko iklim dalam

kerangka operasi refinancing dan strategi

investasi portofolio, misalnya dengan

memberlakukan haircut yang lebih tinggi atas

aset yang memiliki risiko fisik ataupun risiko

transisi.

Di sisi kebijakan makroprudensial,

risiko terkait iklim perlu diintegrasikan ke

dalam supervisi dan monitoring stabilitas

keuangan. Hal tersebut dilakukan dengan

memetakan risiko yang terkait perubahan

iklim dalam sistem keuangan, menyusun

simulasi dan analisis risiko kuantitatif terkait

perubahan iklim terhadap sistem keuangan

dengan menggunakan skenario yang

bersifat data-driven, serta memasukkan

risiko fisik dan risiko transisi dalam proyeksi

makroekonomi dan pemantauan stabilitas

Page 12: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

98

mengenai green financing yang kemudian

berkontribusi pada pengembangan dan

penerbitan obligasi hijau (green bond) oleh

Pemerintah Indonesia, menyelenggarakan

Annual Indonesia Investment Forum secara

berkala yang menempatkan promosi green

financing untuk proyek infrastruktur sebagai

agenda utama, dan mempersiapkan task

force terkait keuangan berkelanjutan untuk

mengkoordinasikan dan menyelaraskan

berbagai upaya dalam memperkuat peran

Bank Indonesia untuk mencapai target SDGs.

Referensi

Carney, M. (2015, September). Breaking the Tragedy of the Horizon - Climate Change and Financial Stability. London: Bank of International Settlement.

Grippa, P., Schmittmann, J., & Suntheim, F. (2019). Climate Change and Financial Risk. Finance & Development, 26-29.

Hardin, G. (1968). The Tragedy of the Commons. Ammerican Association of the Advancement of Science, 162(3859), 1243-1248.

IPCC (2014). Climate Change 2014 Synthesis Report: Summary for Policymakers. Geneva: Intergovernmental Panel on Climate Change .

NGFS (2019). A call for action: Climate change as a source of financial risk. Paris: Network for Greening the Financial System.

WEF (2020). The Global Risks Report 2020. Cologny: World Economic Forum.

melalui kolaborasi dalam technical assistance

dan knowledge sharing, mengenai bagaimana

faktor-faktor terkait iklim ditranslasikan

menjadi risiko dan peluang finansial dan

lingkungan. Selain itu, dibutuhkan framework

keterbukaan informasi yang robust dan

konsisten secara internasional, misalnya

mengenai eksposur lembaga keuangan

terhadap risiko dan peluang terkait iklim serta

risiko dan langkah mitigasi yang diambil.

Kontribusi Bank Indonesia

Sejalan dengan meningkatnya

kesadaran internasional untuk mendukung

pencapaian green economy, Bank Indonesia

turut berkomitmen untuk mendorong

terciptanya perekonomian dan sistem

keuangan yang mendukung pencapaian

Sustainable Development Goals (SDGs).

Komitmen ini diwujudkan antara lain dengan

masuknya Bank Indonesia menjadi anggota

Network for Greening the Financial System

(NGFS), yaitu organisasi internasional yang

bertujuan untuk mendorong implementasi

green financing guna mendukung

pertumbuhan berkelanjutan yang ramah

lingkungan. Sebagai anggota NGFS, Bank

Indonesia dapat secara aktif memberikan

masukan dan rekomendasi antara lain terkait

perumusan kebijakan guna memitigasi

potensi dampak climate change terhadap

stabilitas sistem keuangan.

Selain menjadi anggota NGFS, Bank

Indonesia juga telah melakukan sejumlah

inisiatif, diantaranya melakukan penelitian

Page 13: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

99

Dominasi USD dalam Transaksi

Perdagangan

Penggunaan mata uang USD

sebagai settlement currency dalam transaksi

perdagangan bilateral Indonesia dengan

negara mitra dagang hingga saat ini masih

dominan, yaitu di atas 90% pada transaksi

ekspor dan di atas 85% pada transaksi

impor.2 Meskipun beberapa hard currency

lainnya seperti EUR, JPY, IDR, SGD, dan CNY

digunakan, namun pangsanya jauh lebih

kecil dibandingkan penggunaan USD. Fakta

tersebut ironis mengingat perdagangan

internasional Indonesia paling banyak

dilakukan dengan negara-negara di kawasan

Asia dan Timur Tengah, yaitu sebesar 74%

dari total nilai perdagangan Indonesia.3

Sementara, perdagangan Indonesia

dengan negara-negara di Amerika dan

2 Data ekspor dan impor tahun 2019. Sumber: SEKI, Bank Indonesia

3 Data ekspor dan impor tahun 2019. Sumber: SEKI, Bank Indonesia

Dinamika perekonomian global yang

masih diwarnai ketidakpastian menuntut BI

untuk terus memperkuat kerja sama keuangan

guna mendukung stabilitas nilai tukar. Untuk

itu, Bank Indonesia terus memperkuat serta

memperluas kerja sama Local Currency

Settlement (LCS) berbasis Appointed Cross

Currency Dealer (ACCD). Sejak implementasi

awal 2018, kerja sama LCS antara Indonesia

dengan Thailand dan Malaysia menunjukkan

progres yang positif dan terdapat optimisme

untuk terus ditingkatkan. Inisiatif kerja sama

keuangan LCS berbasis ACCD akan terus

diperkuat dan diperluas. Kerja sama LCS

akan diperluas dengan Jepang, yang ditandai

dengan kesepakatan kerja sama LCS antara

BI dan Kementerian Keuangan Jepang di

Desember 2019. Kerja sama LCS tersebut

diharapkan dapat berkontribusi positif

bagi upaya Bank Indonesia dalam menjaga

kestabilan nilai tukar Rupiah.

KERJA SAMA LOCAL CURRENCY SETTLEMENT (LCS) ANTARA INDONESIA DAN JEPANGOleh: Tommy Aditya dan Satwika Lulu1

Artikel 3

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Hubungan Internasional 3

Page 14: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

100

bisnis karena kewajiban pembayaran utang

luar negeri atau perdagangan menjadi sulit

diprediksi. Dalam perekonomian, stabilitas

nilai tukar menjadi ukuran penting untuk

mendukung pertumbuhan dunia usaha

secara berkelanjutan.

Inisiatif Kerja Sama Local Currency

Settlement

Dalam rangka menjaga stabilitas nilai

tukar Rupiah, Bank Indonesia senantiasa

melakukan inisiatif kebijakan untuk

mengurangi risiko volatilitas nilai tukar Rupiah.

Salah satunya adalah dengan menginisiasi

kebijakan untuk mengurangi ketergantungan

terhadap USD, yaitu melakukan kerja sama

Local Currency Settlement (LCS) berbasis

Appointed Cross Currency Dealers (ACCD)

dengan bank sentral/otoritas mitra. Melalui

kerja sama ini, Bank Indonesia dan bank

sentral/otoritas menyepakati framework untuk

memfasilitasi setelmen perdagangan dan

investasi antara kedua negara menggunakan

mata uang lokal. Dengan spirit mendorong

penggunaan mata uang lokal, kerja sama

LCS ACCD diharapkan dapat berkontribusi

positif terhadap upaya Bank Indonesia dalam

menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Selain

itu, penggunaan mata uang lokal juga dapat

berdampak positif dalam (i) mendiversifikasi

eksposur mata uang yang digunakan dalam

transaksi, (ii) mengurangi biaya transaksi

karena menggunakan direct quotation

antara dua mata uang lokal secara langsung

tanpa melalui USD sebagai medium, dan (iii)

Eropa menempati urutan kedua dan ketiga

setelah kawasan Asia dan Timur Tengah

dengan pangsa masing-masing sebesar

11% dan 10%. Selain dalam perdagangan,

dominasi penggunaan USD juga terjadi pada

pasar keuangan domestik, dimana sekitar

80% transaksi pasar keuangan domestik

menggunakan mata uang USD.

Sebagai negara berkembang dengan

sistem perekonomian terbuka, Indonesia

berpotensi terpapar risiko penularan krisis

ekonomi yang bersumber di negara lain

(spillover). Pengalaman krisis ekonomi dan

keuangan Asia pada tahun 1997/1998

yang dipicu oleh pelemahan mata uang

Thailand (THB) terhadap USD memberikan

pelajaran berharga mengenai pentingnya

menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah demi

ketahanan eksternal. Dalam struktur ekonomi

Indonesia, dominasi USD sebagai settlement

currency dalam perdagangan Indonesia

dengan berbagai mitra dagang menimbulkan

ketergantungan ekonomi yang tinggi

terhadap USD, yang pada gilirannya dapat

meningkatkan risiko kerentanan eksternal

ekonomi Indonesia terhadap shock yang

bersumber dari dinamika ekonomi global.

Dengan ketergantungan yang

tinggi terhadap USD, setiap berita terkait

kerentanan ekonomi global akan mendorong

pelaku pasar keuangan bereaksi. Hal

tersebut dapat berdampak pada stabilitas

makroekonomi Indonesia, yaitu melalui

jalur volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap

USD. Bagi pelaku usaha, volatilitas nilai

tukar Rupiah dapat memengaruhi stabilitas

Page 15: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

101

LCS ACCD dengan bank sentral/otoritas

negara mitra dagang utama Indonesia

lainnya, termasuk Jepang. Sebagai langkah

nyata, Bank Indonesia dan Kementerian

Keuangan Jepang telah menyepakati

pembentukan kerangka kerja sama untuk

mendorong penggunaan mata uang lokal

untuk penyelesaian perdagangan bilateral dan

investasi langsung (local currency settlement).

Kesepakatan tersebut dituangkan melalui

penandatanganan Nota Kesepahaman yang

dilakukan antara Menteri Keuangan Jepang

dan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal

5 Desember 2019 di Tokyo, yang antara

lain meliputi penggunaan kuotasi nilai tukar

secara langsung, dan perdagangan antar

bank antara mata uang Yen dan Rupiah.

Selanjutnya, kerja sama ini akan diperkuat

melalui sharing informasi dan diskusi secara

berkala antara otoritas Jepang dan Indonesia.

Kolaborasi antara Kementerian Keuangan

Jepang dan Bank Indonesia ini menandai

tonggak penting dalam memperkuat kerja

sama keuangan bilateral antara Jepang dan

Indonesia. Hal ini diyakini akan berkontribusi

positif dalam mendorong penggunaan mata

uang lokal untuk penyelesaian perdagangan

dan investasi langsung antara kedua negara.

Hubungan perekonomian antara

Indonesia dengan Jepang yang signifikan

menjadi dasar utama perluasan kerja sama

LCS. Selama 2013-2019, Jepang adalah

negara tujuan ekspor ke-2 setelah Tiongkok

dengan rata-rata ekspor senilai USD18,7

miliar dan pangsa 11,2%. Sedangkan di sisi

impor, Jepang adalah negara asal impor ke-3

mendorong pendalaman pasar keuangan

domestik seiring dengan perkembangan

instrumen keuangan dalam mata uang lokal.

Kerja sama LCS ACCD pertama kali

diinisiasi oleh Bank Indonesia dengan bank

sentral Malaysia (Bank Negara Malaysia)

dan Thailand (Bank of Thailand) pada 2016

melalui penandatanganan Memorandum of

Understanding (MoU) secara bilateral antar

bank sentral. Melalui kerja sama ini, antar bank

sentral sepakat untuk mendorong setelmen

perdagangan dan investasi langsung antara

kedua negara menggunakan mata uang lokal

dalam rangka mengurangi ketergantungan

terhadap dominasi USD. Implementasi dari

kerangka LCS berbasis ACCD tersebut telah

dimulai sejak Januari 2018 dengan melibatkan

6 bank ACCD untuk memfasilitasi LCS

dengan Malaysia (Bank Mandiri, BCA, BNI,

BRI, Maybank Indonesia, dan CIMB Niaga),

serta 5 bank ACCD untuk memfasilitasi LCS

dengan Thailand (Bank Mandiri, BCA, BNI,

BRI, dan Bangkok Bank Cabang Jakarta).

Perkembangan yang positif dari kerja sama

LCS ini terlihat sejak diimplementasikan,

seiring tren kenaikan volume transaksi,

frekuensi transaksi, dan jumlah nasabah yang

menggunakan kerangka LCS ACCD.

Perluasan Kerja Sama Local Currency

Settlement

Manfaat yang kongkrit bagi

makroekonomi dan perkembangan transaksi

yang positif dari kerja sama LCS mendorong

Bank Indonesia untuk memperluas kerja sama

Page 16: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

102

5,5% untuk impor (Tabel 2). Dalam kondisi

ini, inisiatif pengembangan kerja sama LCS

Indonesia-Jepang berpotensi meningkatkan

penggunaan mata uang lokal (IDR atau JPY)

untuk penyelesaian perdagangan bilateral

kedua negara. Hal tersebut diharapkan

dapat berdampak positif dalam mengurangi

tekanan permintaan terhadap USD untuk

penyelesaian perdagangan dengan Jepang,

sehingga pada gilirannya dapat mengurangi

sumber volatilitas IDR terhadap USD.

Selain berpotensi untuk penyelesaian

perdagangan dalam mata uang lokal,

perluasan kerja sama LCS dengan Jepang

juga berpotensi dilakukan untuk memfasilitasi

investasi langsung dengan Jepang.

Berdasarkan data IMF selama tahun 2014-

2018, Jepang merupakan investor Foreign

Direct Investment (FDI) ke-4 bagi Indonesia

setelah Singapura, Belanda dan Amerika

Serikat, dengan nilai rata-rata FDI tahunan

sebesar USD21,6 miliar. Sebaliknya bagi

Jepang, Indonesia merupakan negara tujuan

FDI ke-9 dengan nilai rata-rata FDI tahunan

sebesar USD27,1 miliar. Konsentrasi FDI

dari Jepang selama ini utamanya masuk ke

setelah Tiongkok dan Singapura dengan rata-

rata impor senilai USD16,0 miliar dan pangsa

9,7% (Tabel 1). Surplus transaksi perdagangan

bilateral Indonesia dengan Jepang terus

menunjukkan tren yang semakin menurun,

bahkan di 2019 sudah tercatat defisit. Tren

penurunan surplus transaksi perdagangan

tersebut sebagai akibat dari penurunan

ekspor yang lebih besar dibandingkan

penurunan impor. Surplus sebesar USD7,5

miliar pada 2013 menurun 113% menjadi

defisit USD0,95 miliar pada 2019 seiring

dengan menurunnya ekspor sebesar 19%

(yoy) dibandingkan penurunan impor sebesar

12% (yoy).

Seperti dengan negara mitra dagang

lainnya, perdagangan dengan Jepang juga

masih didominasi oleh mata uang USD sebagai

settlement currency dengan pangsa mencapai

92% untuk ekspor dan 61% untuk impor.

Meskipun mata uang lokal (JPY atau IDR) telah

digunakan dalam setelmen perdagangan,

namun porsinya masih terbatas. Rata-rata

share penggunaan JPY dan IDR selama periode

2015-2019 masing-masing adalah 5,8%

dan 1,3% untuk ekspor, serta 32,2% dan

2013201420152016201720182019

Rata-rata

45,86

dalam miliar USD

37,6830,7228,2532,3837,0931,2234,74

7,503,944,202,291,660,48

(0,95)2,73

10,19,59,59,69,7

10,09,39,7

19,1816,8713,2612,9815,3618,3016,0816,01

0,250,060,030,060,030,030,040,07

18,9316,8113,2312,9215,3318,2716,0515,93

14,711,911,710,610,110,49,0

11,2

26,6820,8117,4615,2717,0218,7815,1318,74

10,656,174,472,122,382,521,364,24

16,03

EksporNon Migas Migas Pangsa (%)Export Non Migas Migas Pangsa (%)Export

Impor TotalPerdagangan

NeracaPerdagangan

14,6412,9913,1514,6416,2613,7714,50

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 1. Profil Perdagangan Indonesia-Jepang

Page 17: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

103

usaha di Indonesia yang memiliki hubungan

dagang atau investasi dengan mitra di Jepang

berpotensi besar untuk memanfaatkan kerja

sama LCS antara Indonesia dan Jepang

tersebut setelah kerangka LCS tersebut

diluncurkan oleh Bank Indonesia dengan

melibatkan peran aktif dari bank ACCD

yang ditunjuk. Beberapa sektor di Indonesia

yang dapat memanfaatkan kerangka LCS

tersebut antara lain real estate, konstruksi,

perdagangan, merchandise/ritel, dan

manufaktur untuk memfasilitasi transaksi

perusahaan induk/afiliasi di Jepang, seperti

penanaman modal, pengadaan bahan

baku, pembelian lahan, pembayaran lisensi/

remitansi. Peran aktif dari para pelaku usaha

dalam memanfaatkan kerja sama LCS dengan

negara mitra akan turut mendukung upaya

menjaga stabilias nilai tukar Rupiah dan

makroekonomi secara keseluruhan.

sektor (i) industri pengolahan dengan rata-

rata pangsa 68%, dan (ii) perdagangan besar

dan eceran; perbaikan kendaraan bermotor;

barang-barang rumah tangga dengan rata-

rata pangsa 12%. Aliran FDI dari Jepang

tersebut tentunya dapat menjadi potensi

pemanfaatan kerja sama LCS Indonesia-

Jepang, terutama dalam meningkatkan

sumber pasokan likuiditas dalam JPY di

pasar keuangan domestik. Selain itu, potensi

berkurangnya permintaan USD untuk aliran

keluar investasi ke Jepang juga diharapkan

dapat mengurangi sumber volatilitas nilai

tukar Rupiah terhadap USD.

Dengan semakin meningkatnya

hubungan ekonomi antara Indonesia dengan

Jepang, maka rencana perluasan kerja

sama LCS dengan Jepang diharapkan dapat

memperkuat upaya otoritas dalam menjaga

stabilitas nilai tukar Rupiah. Para pelaku

2015-2019

Ekspor

Peringkat ValutaAsal

Nilai Rata-rata(miliar USD)

PangsaRata-rata Peringkat Valuta

AsalNilai Rata-rata

(miliar USD)Pangsa

Rata-rata

Impor

1

2345

USD

JPYIDRCNYSGD

Total Total

13,00

0,820,190,100,04

91,8%

5,8%1,3%0,7%0,8%

1

2345

USD

JPYIDRSGDEUR

9,2

4,90,80,2

0,029

14,2 15,2

60,9%

32,2%5,5%1,2%0,2%

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 2. Penggunaan Mata Uang dalam Perdagangan Indonesia-Jepang

Page 18: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

104

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

105

pelaku usaha e-commerce domestik dalam

melayani konsumen dalam negeri, serta

memenangkan persaingan di tataran global.

Pertumbuhan transaksi perdagangan

berbasis elektronik

Memasuki era digital, kemajuan

teknologi yang pesat telah memicu

perubahan perilaku masyarakat, khususnya

dalam pola berbelanja. Perdagangan melalui

jaringan elektronik atau electronic commerce

(e-commerce) yang meningkat, menjadi bukti

membaiknya kesadaran masyarakat tentang

ekonomi digital. Kehadiran e-commerce

berhasil mengubah transaksi perdagangan

internasional dari cara konvensional

menjadi online, serta menjadi wajah baru

perekonomian dunia. Hal ini tentu bukan

tanpa dasar, nilai perdagangan dunia melalui

platform online tercatat mencapai USD3,5

Dinamika perdagangan berbasis

elektronik (e-commerce) yang memudarkan

sekat-sekat yuridiksi (borderless) menawarkan

manfaat dan peluang besar bagi perekonomian

dunia. Kehadiran e-commerce bahkan disebut

sebagai ‘wajah baru perekonomian dunia’ dan

diyakini akan mendongkrak pertumbuhan

ekonomi. Di saat bersamaan, tren digitalisasi

telah mendisrupsi tatanan perdagangan

konvensional dan menimbulkan kompleksitas

baru. Menyikapi kondisi ini, dibentuk forum

kerja sama perdagangan berbasis elektronik

untuk memformulasikan aturan perdagangan

e-commerce. Indonesia perlu memaksimalkan

manfaat pengaturan e-commerce dalam

perdagangan internasional terutama bagi

UMKM, sekaligus meminimalkan potensi

dampak negatifnya. Upaya tersebut

diharapkan dapat mendorong daya saing

Dinamika Upaya Pengaturan Global atas Perdagangan Berbasis Elektronik (e-Commerce) Oleh: Sonya Clarissa dan Dadan Gandara1

Artikel 4

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Hubungan Internasional 3

Page 20: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

106

Sebagai pasar e-commerce terbesar di Asia

Tenggara2, Indonesia berhasil membukukan

nilai perdagangan elektronik tertinggi

dengan kontribusi mencapai 50% dari

total transaksi di Asia Tenggara (Temasek,

2018). Peningkatan penggunaan internet

dan konsumen yang makin melek digital

internet, perubahan pola konsumsi di

tengah peningkatan jumlah pendapatan

kelas menengah (rising middle income)3,

menjadi faktor utama pertumbuhan industri

e-commerce di Indonesia yang pesat sehingga

menjadi salah satu penopang perekonomian.

Bahkan, gross merchandise value/total nilai

penjualan  pasar e-commerce  Indonesia

pada 2022 diproyeksikan tumbuh hingga

800% dibandingkan 2017.4 Menyadari

besarnya potensi yang ada, pemerintah

2 Total penduduk Indonesia mencapai 264 juta orang, atau 30% dari total penduduk kawasan Asia Tenggara (World Bank, 2017).

3 Saat ini 50 juta rakyat Indonesia tergolong kelas menengah atas dan 120 juta penduduk merupakan aspiring middle class (kelas menengah harapan) yakni kelompok yang tidak lagi miskin dan menuju kelas menengah yang lebih mapan (Kementerian Keuangan, 2019).

4 McKinsey & Company, 2018.

triliun pada 2019 atau meningkat 165%

dibandingkan tahun 2014 yang membukukan

penjualan senilai USD1,3 triliun. Fenomena

ini diproyeksikan berlanjut hingga mencapai

USD6,5 triliun pada 2022 (Grafik 1). Lebih

lanjut, share perdagangan melalui platform

online pada 2019 memiliki pangsa 14,1%

dan diprediksi mencapai 22% pada 2023,

linier dengan perkembangan teknologi digital

(Statista, 2020).

Sumber: Statista, 2020Keterangan: 2020 – 2023 merupakan angka proyeksi

Grafik 1. Nilai Transaksi E-commerce di Dunia (Miliar USD)

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020* 2021* 2022* 2023*

13361548 1845

23822982

3535

4206

4927

5695

6542

Sumber: Statista, 2020Keterangan: 2020 – 2023 merupakan angka proyeksi

Grafik 2. Share perdagangan e-Commerce terhadap total penjualan ritel di dunia

7,4%

2015

25%

22,5%

20%

17,5%

15%

12,5%

10%

7,5%

5%2016 2017 2018 2019 2020* 2021* 2022* 2023*

8,6%

10,4%

12,2%

14,1%

16,1%

18,1%

20%

22%

Sejalan dengan tren global,

ekosistem perdagangan elektronik di

Indonesia mencatatkan nilai impresif.

Sumber: : e-Conomy SEA Report, 2018Keterangan: CAGR (compound annual growth rate); B = Billion/Miliar USD

Grafik 3. Internet Economy Market Size (Total Nilai Penjualan, Miliar USD)

100B

27B

8B 5B 5B2B

8B

21B 21B 22B

43B

33B

9B3B

12B6B

10B7B

49%

28%

Indonesia Malaysia Indonesia Philippines Thailand Vietnam

16%

19%

25%

2015201820252025

13%22%

27% 35%

25%

16%30%

Page 21: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

107

serta proses penjualan/transmisi barang dan

jasa menggunakan platform elektronik. Sejak

itu, pengaturan isu e-commerce dilakukan

secara bilateral dan regional.

Kerja sama perdagangan RI yang memuat

pengaturan e-commerce

Keseriusan pemerintah Indonesia

dalam mempromosikan dan memfasilitasi

perdagangan elektronik dilakukan melalui

pengaturan isu e-commerce dalam perjanjian

perdagangan internasional. Di level bilateral,

Indonesia telah memiliki kerja sama

dengan Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IA-CEPA)5. Sementara

di level regional terdapat kerja sama ASEAN

Australia New Zealand Free Trade Agreement

(AANZFTA); Regional Comprehensive

Economic Partnership (RCEP), European Free

Trade Association Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IE-CEPA)6, serta

ASEAN Agreement on E-Commerce (AAEC).

AAEC merupakan perwujudan dari

komitmen ASEAN untuk meningkatkan

konektivitas perekonomian di kawasan.

Salah satu aspek konektivitas yang ingin

ditingkatkan adalah transaksi cross border

e-commerce. Untuk mewujudkan impian

ini, ASEAN melakukan kerja sama pada

beberapa aspek mengenai pengembangan

cross border e-commerce, yaitu infrastruktur,

5 Indonesia dan Australia telah menyelesaikan proses ratifikasi perjanjian IA-CEPA pada Februari 2020.

6 EFTA terdiri dari Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein (saat ini perjanjian IE-CEPA masih dalam proses ratifikasi di DPR).

kian serius menjadikan e-commerce

sebagai salah satu program nasional guna

mengoptimalkan bisnis e-commerce di dalam

negeri dan meningkatkan kontribusi industri

e-commerce terhadap produk domestik bruto

(PDB) Indonesia.

Pengaturan E-commerce pada Kerja Sama

Perdagangan Internasional

Dinamika perdagangan berbasis

elektronik yang tidak lagi mengenal

batasan antarnegara (borderless) telah

membawa sejumlah kompleksitas baru

yang perlu diselesaikan secara bersama-

sama. Perkembangan teknologi di satu sisi

membawa manfaat dan membuka peluang

lebih luas bagi suatu negara untuk melakukan

leap frog, namun di sisi lain juga memberikan

tantangan akibat perubahan yang terjadi.

Keamanan siber, perpajakan, perlindungan

konsumen, dan sistem pembayaran berbasis

elektronik menjadi contoh aspek baru

yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi

disinsentif transaksi e-commerce.

Kesadaran bersama untuk

menghindari disinsentif transaksi e-commerce

mendorong inisiatif perluasan cakupan

perjanjian perdagangan internasional ke arah

isu-isu e-commerce. baik di level bilateral

maupun multilateral. Upaya penyusunan

kerangka pengaturan e-commerce secara

multilateral sebenarnya telah dimulai sejak

1998, namun mengalami kebuntuan dan

baru menghasilkan definisi e-commerce, yaitu

kegiatan produksi, distribusi, pemasaran,

Page 22: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

108

82 negara anggota World Trade Organization

(WTO) dalam perundingan e-commerce

atau disebut Joint Statement Initiative on

E-Commerce WTO (JSI E-Commerce WTO).

Secara umum, isu terkait e-commerce pada

kerja sama perdagangan internasional

dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat),

yaitu regulatory framework, market access,

development facilitation, dan transparancy

(Tabel 1).

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap

pengaturan isu e-commerce dalam perjanjian

internasional yang dimiliki Indonesia (RCEP,

IA-CEPA, AANZFTA, IE-CEPA, dan AAEC),

serta dalam rumusan draf perjanjian

perdagangan internasional yang masih dalam

proses pembahasan dan negosiasi (IEU-CEPA

dan JSI E-Commerce WTO), beberapa elemen

pengaturan e-commerce pada kerja sama

perdagangan internasional terangkum pada

Tabel 2.

perlindungan konsumen, domestic legal

framework, keamanan transaksi elektronik,

sistem pembayaran, fasilitasi perdagangan,

iklim kompetisi, logistik, serta penyusunan

perjanjian e-commerce ASEAN (ASEAN

Agreement on E-Commerce atau AAEC) yang

disepakati pada 2018.

Kerja sama perdagangan internasional

antara Indonesia dengan kawasan/

negara mitra yang mencakup pengaturan

e-commerce diperkirakan terus bertambah

seiring meningkatnya transaksi e-commerce

dalam perdagangan global. Langkah kerja

sama tersebut antara lain meliputi kerja sama

perdagangan internasional antara Indonesia

dan negara Uni Eropa (Indonesia-European

Union Comprehensive Economic Partnership

Agreement/IEU-CEPA)7 yang telah bergulir

sejak 2018. Selanjutnya, di penghujung

2019, Pemerintah Indonesia secara resmi

telah memutuskan untuk tergabung bersama

7 Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, proses perundingan IEU-CEPA ditargetkan selesai pada 2020.

Kelompok Isu Penjelasan

Regulatory Framework Mengatur kerangka pengaturan beberapa elemen yang diperlukan untuk menciptakan pra-kondisi kondusif bagi cross border e-commerce, seperti proteksi privasi, keamanan siber, perlindungan atas iklan yang tidak diinginkan (unsolicited commercial messages), perluasan akses jaringan, hak kekayaan intelektual, otentifikasi elektronik, pengadaan barang dan jasa berbasis elektronik, hingga standar teknis yang akan digunakan.

Market access Mengatur beberapa elemen yang memiliki dimensi liberalisasi/pembukaan akses pasar yang diperlukan sebagai prakondisi cross border e-commerce, seperti pembukaan akses pasar di sektor jasa telekomunikasi, komputerisasi, profesional services (tenaga ahli), reduksi tarif untuk produk IT, aliran data secara lintas batas (cross border data flows), serta larangan pemungutan pajak/bea atas transmisi elektronik.

Development facilitation Kelompok ini terdiri dari beberapa elemen yang bersifat fasilitasi pengembangan e-commerce, seperti bantuan teknis dan kerja sama antar otoritas.

Transparency Kelompok ini terdiri dari beberapa elemen yang mengatur upaya peningkatan transparansi negara anggota dalam mengatur segala hal terkait e-commerce.

Tabel 1. Isu E-Commerce pada Kerja Sama Perdagangan Internasional

Page 23: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

109

order e-commerce; iii) meningkatkan nilai per-

dagangan barang dan jasa antarnegara untuk

menciptakan pertumbuhan yang inklusif dan

mengurangi kesenjangan antarnegara; iv)

mendukung promosi dan akses pasar UMKM;

v) meningkatkan efisiensi dan keamanan

bertransaksi e-commerce; vi) meningkatkan

transparansi terkait pengaturan e-commerce

masing-masing negara; dan vii) mendorong

pengembangan e-commerce melalui kerja

sama capacity building, penerapan best

practices international, serta kerja sama antar

otoritas lainnya.

Dalam rangka memperoleh manfaat

optimal dari pengaturan e-commerce pada

kerja sama perdagangan internasional,

Pemerintah Indonesia telah melakukan

sejumlah inisiatif antara lain sbb10.: i)

mengoptimalkan program strategis

pemberdayaan UMKM; ii) mengintensifkan

pelaksanaan Roadmap Revolusi Industri

Making Indonesia 4.0; iii) optimalisasi sistem

perizinan melalui Online Single Submission

(OSS); dan iv) memperkuat pengaturan

terkait dengan perlindungan data pribadi,

perdagangan melalui transaksi elektronik,

penyelenggaraan sistem dan transaksi

elektronik, serta kepabeanan, cukai dan pajak

atas impor barang kiriman. Ke depan, guna

mengoptimalkan manfaat dari pengaturan

e-commerce pada perdagangan internasional,

Indonesia perlu menyiapkan program

mitigasi antara lain menyusun program kerja

nasional dalam rangka kesiapan Indonesia

10 Berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan RI.

Upaya penguatan regulasi e-commerce

domestik

Indonesia terus melakukan upaya

persiapan dan pengaturan di level domestik,

serta terlibat dalam penyusunan kerangka

pengaturan e-commerce global. Langkah

tersebut diantaranya dilakukan melalui

penerbitan sejumlah landasan hukum terkait

perdagangan berbasis elektronik yang selaras

dengan kesepakatan di tataran internasional.

Pada 2019, pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 tentang

Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi

Elektronik (PSTE)8, serta PP No. 80 tentang

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

(PMSE). Undang-Undang Perlindungan

Data Pribadi juga sedang dalam proses

perumusan. Berbagai pengaturan tersebut

melengkapi kerangka pengaturan domestik

dan diharapkan memberikan kepastian

hukum kepada pelaku usaha, menjamin

implementasi perlindungan konsumen

e-commerce domestik, menciptakan

ekosistem perdagangan berbasis elektronik

yang aman dan efisien, serta equal playing

field bagi ekosistem perdagangan online.

Indonesia senantiasa mengedepankan

pendekatan yang berimbang (striking-

the-right-balance)9 dalam pengaturan

e-commerce. Langkah tersebut diharapkan

dapat memberikan manfaat yaitu: i)

meningkatkan daya saing pelaku usaha

domestik; ii) meningkatkan konektivitas cross-

8 PP No. 71 merupakan revisi dari PP No. 82 Tahun 2012.9 Antara mendorong inovasi dengan tetap mewaspadai

tantangan/risiko perkembangan teknologi.

Page 24: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

110

Indonesia tumbuh pesat dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

memanfaatkan cross-border e-commerce baik

untuk jangka pendek, menengah, maupun

panjang agar perekonomian digital inklusif

Tabel 2. Elemen Pengaturan E-Commerce pada

Kerja Sama Perdagangan Internasional

Elemen Pengaturan

Concluded/Proses Ratifikasi On Going

RCEPIA

CEPAAANZFTA AAEC IE CEPA IEU

CEPA JSI WTO

1. Facilitating Electronic Transaction

Electronic Transaction Framework - - - - - - √

Electronic Authentication & Signatures

√ √ √ √ - √ √

Electronic Contracts/Invoicing - - - - - √ √

Electronic Payment - - - √ - - √

2. Non-Discriminatory and Liability Treatment of Digital Products

Non-Discriminatory Treatment of Digital Products

√ √ - - - - √

Interactive Computer Services (liability) - - - - - - √

3. Consumer Protection and Privacy

Online Consumer Protection √ √ √ √ - √ √

Unsolicited Commercial E-Messages

√ √ - - - √ √

Personal Information/Data Protection

√ √ √ √ - √ √

4. Transparency And Cooperation

Transparency √ √ √ √ - - √

Domestic Regulation/Regulatory Framework

√ √ √ √ - - -

E-Availability of Trade Related Information - - - - - - √

Cooperation √ √ √ √ - √ √

Cooperation mechanism - - - - - - √

Dialogue on e-Commerce √ - - - - - -

5. Digital Trade Facilitation and Logistics

Page 25: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

111

Elemen Pengaturan

Concluded/Proses Ratifikasi On Going

RCEPIA

CEPAAANZFTA AAEC IE CEPA IEU

CEPA JSI WTO

Paperless Trading/E-Trade Adminis-tration Documents

√ √ √ √ - - √

Electronic Transferable Records - - - - - - √

Customs Procedures - - - - - - √

Improvements to Trade Policies - - - - - - √

Enhanced Trade Facilitation - - - - - - √

De Minimis √ √ - √ - √ √

Single Windows Data Exchange and System Interoperability - - - - - - √

Use of Technology for the Release and Clearance of Goods - - - - - - √

Paperless Trading √ √ √ √ - - √

Logistics Services - - - √ - - √

6. Flow of Information

Cross-Border Transfer of Informa-tion by E-Means/ Cross-Border Data Flows

√ √ - √ √ √ √

Location of Computing Facilities √ √ - √ √ √ √

Location of Financial Computing Facilities to Covered Financial Services Suppliers

- - - - - - √

7. Cybersecurity √ √ - √ - - √

8. Customs Duties on E-Transmissions

√ √ - √ - √ √

9. Access to Internet and Data

Open Government Data and Internet Access - - - - - - √

Competition - - - - - - √

Access to and Use of Interactive Computer Services - - - - - √ √

10. Business Trust

Source Code √ √ - - - √ √

ICT Products that Use Cryptog-raphy - - - - - - √

11. Capacity Building/ Technical Assistant

√ - √ - - - √

12. Public Procurement

Electronic Public Procurement - - - - - √ -

Electronic Auction in Public Pro-curement - - - - - √ -

Page 26: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

112

Elemen Pengaturan

Concluded/Proses Ratifikasi On Going

RCEPIA

CEPAAANZFTA AAEC IE CEPA IEU

CEPA JSI WTO

13. Principles of No Prior Authorisation

- - - - - √ -

14. Promotion of Movement of Natural Persons

√ - - - - - -

15. Stakeholder Engagement - - - √ - - -

Referensi

(2019, Januari). Kementerian Keuangan Republik Indonesia : https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/kelas-menengah-penggerak-ekonomi-indonesia/

(2020, February). Retrieved from Statista Business Data Platform: https://www.statista.com/

Bank Indonesia. (2019). Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025: Bank Indonesia Menavigasi Sistem Pembayaran Nasional di Era Digital.

Google, Temasek. (2018). e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia’s internet economy hits an inflection point.

Mckinsey & Company. (2018). The digital archipelago: How online commerce is driving Indonesia’s economic development.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019: Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. (2019, Oktober). Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019: Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. (2019, Desember). Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Page 27: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

105

pelaku usaha e-commerce domestik dalam

melayani konsumen dalam negeri, serta

memenangkan persaingan di tataran global.

Pertumbuhan transaksi perdagangan

berbasis elektronik

Memasuki era digital, kemajuan

teknologi yang pesat telah memicu

perubahan perilaku masyarakat, khususnya

dalam pola berbelanja. Perdagangan melalui

jaringan elektronik atau electronic commerce

(e-commerce) yang meningkat, menjadi bukti

membaiknya kesadaran masyarakat tentang

ekonomi digital. Kehadiran e-commerce

berhasil mengubah transaksi perdagangan

internasional dari cara konvensional

menjadi online, serta menjadi wajah baru

perekonomian dunia. Hal ini tentu bukan

tanpa dasar, nilai perdagangan dunia melalui

platform online tercatat mencapai USD3,5

Dinamika perdagangan berbasis

elektronik (e-commerce) yang memudarkan

sekat-sekat yuridiksi (borderless) menawarkan

manfaat dan peluang besar bagi perekonomian

dunia. Kehadiran e-commerce bahkan disebut

sebagai ‘wajah baru perekonomian dunia’ dan

diyakini akan mendongkrak pertumbuhan

ekonomi. Di saat bersamaan, tren digitalisasi

telah mendisrupsi tatanan perdagangan

konvensional dan menimbulkan kompleksitas

baru. Menyikapi kondisi ini, dibentuk forum

kerja sama perdagangan berbasis elektronik

untuk memformulasikan aturan perdagangan

e-commerce. Indonesia perlu memaksimalkan

manfaat pengaturan e-commerce dalam

perdagangan internasional terutama bagi

UMKM, sekaligus meminimalkan potensi

dampak negatifnya. Upaya tersebut

diharapkan dapat mendorong daya saing

Dinamika Upaya Pengaturan Global atas Perdagangan Berbasis Elektronik (e-Commerce) Oleh: Sonya Clarissa dan Dadan Gandara1

Artikel 4

1 Bank Indonesia, Departemen Internasional, Divisi Hubungan Internasional 3

Page 28: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

106

Sebagai pasar e-commerce terbesar di Asia

Tenggara2, Indonesia berhasil membukukan

nilai perdagangan elektronik tertinggi

dengan kontribusi mencapai 50% dari

total transaksi di Asia Tenggara (Temasek,

2018). Peningkatan penggunaan internet

dan konsumen yang makin melek digital

internet, perubahan pola konsumsi di

tengah peningkatan jumlah pendapatan

kelas menengah (rising middle income)3,

menjadi faktor utama pertumbuhan industri

e-commerce di Indonesia yang pesat sehingga

menjadi salah satu penopang perekonomian.

Bahkan, gross merchandise value/total nilai

penjualan  pasar e-commerce  Indonesia

pada 2022 diproyeksikan tumbuh hingga

800% dibandingkan 2017.4 Menyadari

besarnya potensi yang ada, pemerintah

2 Total penduduk Indonesia mencapai 264 juta orang, atau 30% dari total penduduk kawasan Asia Tenggara (World Bank, 2017).

3 Saat ini 50 juta rakyat Indonesia tergolong kelas menengah atas dan 120 juta penduduk merupakan aspiring middle class (kelas menengah harapan) yakni kelompok yang tidak lagi miskin dan menuju kelas menengah yang lebih mapan (Kementerian Keuangan, 2019).

4 McKinsey & Company, 2018.

triliun pada 2019 atau meningkat 165%

dibandingkan tahun 2014 yang membukukan

penjualan senilai USD1,3 triliun. Fenomena

ini diproyeksikan berlanjut hingga mencapai

USD6,5 triliun pada 2022 (Grafik 1). Lebih

lanjut, share perdagangan melalui platform

online pada 2019 memiliki pangsa 14,1%

dan diprediksi mencapai 22% pada 2023,

linier dengan perkembangan teknologi digital

(Statista, 2020).

Sumber: Statista, 2020Keterangan: 2020 – 2023 merupakan angka proyeksi

Grafik 1. Nilai Transaksi E-commerce di Dunia (Miliar USD)

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020* 2021* 2022* 2023*

13361548 1845

23822982

3535

4206

4927

5695

6542

Sumber: Statista, 2020Keterangan: 2020 – 2023 merupakan angka proyeksi

Grafik 2. Share perdagangan e-Commerce terhadap total penjualan ritel di dunia

7,4%

2015

25%

22,5%

20%

17,5%

15%

12,5%

10%

7,5%

5%2016 2017 2018 2019 2020* 2021* 2022* 2023*

8,6%

10,4%

12,2%

14,1%

16,1%

18,1%

20%

22%

Sejalan dengan tren global,

ekosistem perdagangan elektronik di

Indonesia mencatatkan nilai impresif.

Sumber: : e-Conomy SEA Report, 2018Keterangan: CAGR (compound annual growth rate); B = Billion/Miliar USD

Grafik 3. Internet Economy Market Size (Total Nilai Penjualan, Miliar USD)

100B

27B

8B 5B 5B2B

8B

21B 21B 22B

43B

33B

9B3B

12B6B

10B7B

49%

28%

Indonesia Malaysia Indonesia Philippines Thailand Vietnam

16%

19%

25%

2015201820252025

13%22%

27% 35%

25%

16%30%

Page 29: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

107

serta proses penjualan/transmisi barang dan

jasa menggunakan platform elektronik. Sejak

itu, pengaturan isu e-commerce dilakukan

secara bilateral dan regional.

Kerja sama perdagangan RI yang memuat

pengaturan e-commerce

Keseriusan pemerintah Indonesia

dalam mempromosikan dan memfasilitasi

perdagangan elektronik dilakukan melalui

pengaturan isu e-commerce dalam perjanjian

perdagangan internasional. Di level bilateral,

Indonesia telah memiliki kerja sama

dengan Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IA-CEPA)5. Sementara

di level regional terdapat kerja sama ASEAN

Australia New Zealand Free Trade Agreement

(AANZFTA); Regional Comprehensive

Economic Partnership (RCEP), European Free

Trade Association Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IE-CEPA)6, serta

ASEAN Agreement on E-Commerce (AAEC).

AAEC merupakan perwujudan dari

komitmen ASEAN untuk meningkatkan

konektivitas perekonomian di kawasan.

Salah satu aspek konektivitas yang ingin

ditingkatkan adalah transaksi cross border

e-commerce. Untuk mewujudkan impian

ini, ASEAN melakukan kerja sama pada

beberapa aspek mengenai pengembangan

cross border e-commerce, yaitu infrastruktur,

5 Indonesia dan Australia telah menyelesaikan proses ratifikasi perjanjian IA-CEPA pada Februari 2020.

6 EFTA terdiri dari Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein (saat ini perjanjian IE-CEPA masih dalam proses ratifikasi di DPR).

kian serius menjadikan e-commerce

sebagai salah satu program nasional guna

mengoptimalkan bisnis e-commerce di dalam

negeri dan meningkatkan kontribusi industri

e-commerce terhadap produk domestik bruto

(PDB) Indonesia.

Pengaturan E-commerce pada Kerja Sama

Perdagangan Internasional

Dinamika perdagangan berbasis

elektronik yang tidak lagi mengenal

batasan antarnegara (borderless) telah

membawa sejumlah kompleksitas baru

yang perlu diselesaikan secara bersama-

sama. Perkembangan teknologi di satu sisi

membawa manfaat dan membuka peluang

lebih luas bagi suatu negara untuk melakukan

leap frog, namun di sisi lain juga memberikan

tantangan akibat perubahan yang terjadi.

Keamanan siber, perpajakan, perlindungan

konsumen, dan sistem pembayaran berbasis

elektronik menjadi contoh aspek baru

yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi

disinsentif transaksi e-commerce.

Kesadaran bersama untuk

menghindari disinsentif transaksi e-commerce

mendorong inisiatif perluasan cakupan

perjanjian perdagangan internasional ke arah

isu-isu e-commerce. baik di level bilateral

maupun multilateral. Upaya penyusunan

kerangka pengaturan e-commerce secara

multilateral sebenarnya telah dimulai sejak

1998, namun mengalami kebuntuan dan

baru menghasilkan definisi e-commerce, yaitu

kegiatan produksi, distribusi, pemasaran,

Page 30: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

108

82 negara anggota World Trade Organization

(WTO) dalam perundingan e-commerce

atau disebut Joint Statement Initiative on

E-Commerce WTO (JSI E-Commerce WTO).

Secara umum, isu terkait e-commerce pada

kerja sama perdagangan internasional

dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat),

yaitu regulatory framework, market access,

development facilitation, dan transparancy

(Tabel 1).

Berdasarkan hasil pemetaan terhadap

pengaturan isu e-commerce dalam perjanjian

internasional yang dimiliki Indonesia (RCEP,

IA-CEPA, AANZFTA, IE-CEPA, dan AAEC),

serta dalam rumusan draf perjanjian

perdagangan internasional yang masih dalam

proses pembahasan dan negosiasi (IEU-CEPA

dan JSI E-Commerce WTO), beberapa elemen

pengaturan e-commerce pada kerja sama

perdagangan internasional terangkum pada

Tabel 2.

perlindungan konsumen, domestic legal

framework, keamanan transaksi elektronik,

sistem pembayaran, fasilitasi perdagangan,

iklim kompetisi, logistik, serta penyusunan

perjanjian e-commerce ASEAN (ASEAN

Agreement on E-Commerce atau AAEC) yang

disepakati pada 2018.

Kerja sama perdagangan internasional

antara Indonesia dengan kawasan/

negara mitra yang mencakup pengaturan

e-commerce diperkirakan terus bertambah

seiring meningkatnya transaksi e-commerce

dalam perdagangan global. Langkah kerja

sama tersebut antara lain meliputi kerja sama

perdagangan internasional antara Indonesia

dan negara Uni Eropa (Indonesia-European

Union Comprehensive Economic Partnership

Agreement/IEU-CEPA)7 yang telah bergulir

sejak 2018. Selanjutnya, di penghujung

2019, Pemerintah Indonesia secara resmi

telah memutuskan untuk tergabung bersama

7 Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, proses perundingan IEU-CEPA ditargetkan selesai pada 2020.

Kelompok Isu Penjelasan

Regulatory Framework Mengatur kerangka pengaturan beberapa elemen yang diperlukan untuk menciptakan pra-kondisi kondusif bagi cross border e-commerce, seperti proteksi privasi, keamanan siber, perlindungan atas iklan yang tidak diinginkan (unsolicited commercial messages), perluasan akses jaringan, hak kekayaan intelektual, otentifikasi elektronik, pengadaan barang dan jasa berbasis elektronik, hingga standar teknis yang akan digunakan.

Market access Mengatur beberapa elemen yang memiliki dimensi liberalisasi/pembukaan akses pasar yang diperlukan sebagai prakondisi cross border e-commerce, seperti pembukaan akses pasar di sektor jasa telekomunikasi, komputerisasi, profesional services (tenaga ahli), reduksi tarif untuk produk IT, aliran data secara lintas batas (cross border data flows), serta larangan pemungutan pajak/bea atas transmisi elektronik.

Development facilitation Kelompok ini terdiri dari beberapa elemen yang bersifat fasilitasi pengembangan e-commerce, seperti bantuan teknis dan kerja sama antar otoritas.

Transparency Kelompok ini terdiri dari beberapa elemen yang mengatur upaya peningkatan transparansi negara anggota dalam mengatur segala hal terkait e-commerce.

Tabel 1. Isu E-Commerce pada Kerja Sama Perdagangan Internasional

Page 31: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

109

order e-commerce; iii) meningkatkan nilai per-

dagangan barang dan jasa antarnegara untuk

menciptakan pertumbuhan yang inklusif dan

mengurangi kesenjangan antarnegara; iv)

mendukung promosi dan akses pasar UMKM;

v) meningkatkan efisiensi dan keamanan

bertransaksi e-commerce; vi) meningkatkan

transparansi terkait pengaturan e-commerce

masing-masing negara; dan vii) mendorong

pengembangan e-commerce melalui kerja

sama capacity building, penerapan best

practices international, serta kerja sama antar

otoritas lainnya.

Dalam rangka memperoleh manfaat

optimal dari pengaturan e-commerce pada

kerja sama perdagangan internasional,

Pemerintah Indonesia telah melakukan

sejumlah inisiatif antara lain sbb10.: i)

mengoptimalkan program strategis

pemberdayaan UMKM; ii) mengintensifkan

pelaksanaan Roadmap Revolusi Industri

Making Indonesia 4.0; iii) optimalisasi sistem

perizinan melalui Online Single Submission

(OSS); dan iv) memperkuat pengaturan

terkait dengan perlindungan data pribadi,

perdagangan melalui transaksi elektronik,

penyelenggaraan sistem dan transaksi

elektronik, serta kepabeanan, cukai dan pajak

atas impor barang kiriman. Ke depan, guna

mengoptimalkan manfaat dari pengaturan

e-commerce pada perdagangan internasional,

Indonesia perlu menyiapkan program

mitigasi antara lain menyusun program kerja

nasional dalam rangka kesiapan Indonesia

10 Berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan RI.

Upaya penguatan regulasi e-commerce

domestik

Indonesia terus melakukan upaya

persiapan dan pengaturan di level domestik,

serta terlibat dalam penyusunan kerangka

pengaturan e-commerce global. Langkah

tersebut diantaranya dilakukan melalui

penerbitan sejumlah landasan hukum terkait

perdagangan berbasis elektronik yang selaras

dengan kesepakatan di tataran internasional.

Pada 2019, pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 tentang

Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi

Elektronik (PSTE)8, serta PP No. 80 tentang

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

(PMSE). Undang-Undang Perlindungan

Data Pribadi juga sedang dalam proses

perumusan. Berbagai pengaturan tersebut

melengkapi kerangka pengaturan domestik

dan diharapkan memberikan kepastian

hukum kepada pelaku usaha, menjamin

implementasi perlindungan konsumen

e-commerce domestik, menciptakan

ekosistem perdagangan berbasis elektronik

yang aman dan efisien, serta equal playing

field bagi ekosistem perdagangan online.

Indonesia senantiasa mengedepankan

pendekatan yang berimbang (striking-

the-right-balance)9 dalam pengaturan

e-commerce. Langkah tersebut diharapkan

dapat memberikan manfaat yaitu: i)

meningkatkan daya saing pelaku usaha

domestik; ii) meningkatkan konektivitas cross-

8 PP No. 71 merupakan revisi dari PP No. 82 Tahun 2012.9 Antara mendorong inovasi dengan tetap mewaspadai

tantangan/risiko perkembangan teknologi.

Page 32: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

110

Indonesia tumbuh pesat dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

memanfaatkan cross-border e-commerce baik

untuk jangka pendek, menengah, maupun

panjang agar perekonomian digital inklusif

Tabel 2. Elemen Pengaturan E-Commerce pada

Kerja Sama Perdagangan Internasional

Elemen Pengaturan

Concluded/Proses Ratifikasi On Going

RCEPIA

CEPAAANZFTA AAEC IE CEPA IEU

CEPA JSI WTO

1. Facilitating Electronic Transaction

Electronic Transaction Framework - - - - - - √

Electronic Authentication & Signatures

√ √ √ √ - √ √

Electronic Contracts/Invoicing - - - - - √ √

Electronic Payment - - - √ - - √

2. Non-Discriminatory and Liability Treatment of Digital Products

Non-Discriminatory Treatment of Digital Products

√ √ - - - - √

Interactive Computer Services (liability) - - - - - - √

3. Consumer Protection and Privacy

Online Consumer Protection √ √ √ √ - √ √

Unsolicited Commercial E-Messages

√ √ - - - √ √

Personal Information/Data Protection

√ √ √ √ - √ √

4. Transparency And Cooperation

Transparency √ √ √ √ - - √

Domestic Regulation/Regulatory Framework

√ √ √ √ - - -

E-Availability of Trade Related Information - - - - - - √

Cooperation √ √ √ √ - √ √

Cooperation mechanism - - - - - - √

Dialogue on e-Commerce √ - - - - - -

5. Digital Trade Facilitation and Logistics

Page 33: BAB 5 - bi.go.id

Bab 5 - Artikel

111

Elemen Pengaturan

Concluded/Proses Ratifikasi On Going

RCEPIA

CEPAAANZFTA AAEC IE CEPA IEU

CEPA JSI WTO

Paperless Trading/E-Trade Adminis-tration Documents

√ √ √ √ - - √

Electronic Transferable Records - - - - - - √

Customs Procedures - - - - - - √

Improvements to Trade Policies - - - - - - √

Enhanced Trade Facilitation - - - - - - √

De Minimis √ √ - √ - √ √

Single Windows Data Exchange and System Interoperability - - - - - - √

Use of Technology for the Release and Clearance of Goods - - - - - - √

Paperless Trading √ √ √ √ - - √

Logistics Services - - - √ - - √

6. Flow of Information

Cross-Border Transfer of Informa-tion by E-Means/ Cross-Border Data Flows

√ √ - √ √ √ √

Location of Computing Facilities √ √ - √ √ √ √

Location of Financial Computing Facilities to Covered Financial Services Suppliers

- - - - - - √

7. Cybersecurity √ √ - √ - - √

8. Customs Duties on E-Transmissions

√ √ - √ - √ √

9. Access to Internet and Data

Open Government Data and Internet Access - - - - - - √

Competition - - - - - - √

Access to and Use of Interactive Computer Services - - - - - √ √

10. Business Trust

Source Code √ √ - - - √ √

ICT Products that Use Cryptog-raphy - - - - - - √

11. Capacity Building/ Technical Assistant

√ - √ - - - √

12. Public Procurement

Electronic Public Procurement - - - - - √ -

Electronic Auction in Public Pro-curement - - - - - √ -

Page 34: BAB 5 - bi.go.id

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi I 2020

112

Elemen Pengaturan

Concluded/Proses Ratifikasi On Going

RCEPIA

CEPAAANZFTA AAEC IE CEPA IEU

CEPA JSI WTO

13. Principles of No Prior Authorisation

- - - - - √ -

14. Promotion of Movement of Natural Persons

√ - - - - - -

15. Stakeholder Engagement - - - √ - - -

Referensi

(2019, Januari). Kementerian Keuangan Republik Indonesia : https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/kelas-menengah-penggerak-ekonomi-indonesia/

(2020, February). Retrieved from Statista Business Data Platform: https://www.statista.com/

Bank Indonesia. (2019). Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025: Bank Indonesia Menavigasi Sistem Pembayaran Nasional di Era Digital.

Google, Temasek. (2018). e-Conomy SEA 2018: Southeast Asia’s internet economy hits an inflection point.

Mckinsey & Company. (2018). The digital archipelago: How online commerce is driving Indonesia’s economic development.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019: Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. (2019, Oktober). Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019: Perdagangan Melalui Sistem Elektronik. (2019, Desember). Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.