BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

download BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

of 21

Transcript of BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    1/21

    BAB 4

    KEBIJAKAN PENANGGULANGANBENCANA

    4.1 VISI DAN MISI

    4.1.1Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara

    Timur Tahun 2009-2013

    Visi dan Misi Pembangunan Daerah sebagaimana ditetapkan dalam

    Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 Tahun 2008

    tentang Pembangaunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara

    Timur tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:

    A. VISI

    Terwujudnya masyarakat Nusa Tenggara Timur yang

    berkualitas, sejahtera, adil dan demokratis, dalam Bingkai

    Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Provinsi Nusa

    Tenggara Timur yang ingin diwujudkan dalam lima tahun mendatang adalah

    Nusa Tenggara Timur yang memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas,

    memperhatikan keseimbangan antara kewajiban dan hak, menghargai

    pendapat dan menerima pendapat orang lain.

    Berkualitas.

    Mengandung makna bahwa dalam lima tahun kedepan terjadi peningkatan

    kualitas Sumber Daya Manusia NTT yang diukur berdasarkan perbaikan

    angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), angka

    Buta Aksara serta Tingkat Partisipasi Sekolah, Usia Harapan Hidup Penduduk;

    Status Gizi Balita; Tingkat Kematian Bayi dan Ibu Hamil dan Nisbah Sarana

    Kesehatan per Penduduk.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -1

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    2/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Sejahtera.

    Mengandung makna dalam lima tahun ke depan akan terjadi

    peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang diindikasikan dengan

    meningkatnya pendapatan perkapitan penduduk NTT yang berdampak pula

    pada menurunnya angka kemiskinan, serta peningkatan ketersedianaan

    sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai guna mendukung

    pertumbuhan ekonomi di NTT

    Adil.

    Mengandung makna pembangunan Kesamaan hak dalam hukum dan

    pelayanan kemasyarakatan, pemerintahan dan pembangunan yang

    mencerminkan keterwakilan agenda pembangunan yang berdampak pada

    terjadinya pemerataan distribusi dan akses terhadap sumberdaya dan hasil-

    hasil pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

    masyarakat NTT.

    Demokratis.

    Mencerminkan keterwakilan proses dan sustansi agenda-agenda

    pembangunan yang dilakukan secara rasional dan obyektif dengan

    mempertimbangan aspek keterbukaan, partisipasi publik dan kesamaan

    dengan demikian menjamin adanya partisipasi masyarakat, transparansi,

    akuntabel sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.

    Dalam Bingkai Negara Republik Indonesia.

    Mengandung makna bahwa Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah bagian

    integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    B. MISI

    Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan tahun

    2008-2013 adalah:

    a. Meningkatkan pendidikan yang berkualitas, relevan, efisien dan

    efektif yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat.

    b. Meningkatkan derajat dan kualitas kesehatan masyarakat melalui

    pelayanan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -2

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    3/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    c. Memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku

    ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal.

    d. Meningkatkan infrastruktur yang memadai agar masyarakat dapat

    memiliki aksesibilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.

    e. Meningkatkan penegakan supremasi hukum dalam rangka

    menjelmakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta

    mewujudkan masyarakat yang adil dan sadar hukum.

    f. Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata ruang dan

    lingkungan hidup.

    g. Meningkatkan akses perempuan dan anak dalam sektor publik,

    serta meningkatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak.

    h. Mempercepat penanggulangan kemiskinan, pengembangan kawasan

    perbatasan, pembangunan daerah kepulauan, dan pembangunan daerah

    rawan bencana alam.

    4.1.2 Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT

    Dengan mengacu kepada visi dan misi pembangunan Provinsi NTT 2009-

    2014, serta dengan berlandaskan kepada hasil kajian risiko bencana Provinsi

    NTT; maka Visi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT adalah:

    NTT yang Siaga, Tangguh, Solid, dan Responsif dalam

    Penanggulangan Bencana

    Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Misi Penanggulangan Bencana NTT

    yang perlu dilaksanakan dan dicapai adalah:

    1. Mengurangi risiko bencana dengan dengan membangun

    kesiapsiagaan dan infrastruktur diseluruh lini secara terencana dan

    terpadu

    2. Membangun budaya keselamatan dan ketahanan bencana berbasis

    pemberdayaan masyarakat, penguatan kearifan lokal, serta

    pengembangan pendidikan, pengetahuan, dan inovasi.

    3. Memperkuat kapasitas, kerja sama, dan koordinasi antar lembaga

    dalam penanggulangan bencana

    4. Meningkatkan kapasitas dan kesigapan dalam upaya rehabilitasi dan

    rekonstruksi pasca bencana

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -3

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    4/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    4.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana NTT

    Dengan mengacu kepada visi dan misi penanggulangan bencana NTT, maka

    dapat diformulasikan kebijakan penanggulangan bencana NTT. Kebijakan

    penanggulangan bencana ini disusun atas dasar regulasi daerah,

    kelembagaan daerah dan perencanaan.

    4.2.1 Regulasi

    Regulasi terkait penanggulangan bencana di Provinsi NTT adalah:

    1. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi NTT Tahun 2005 - 2025

    2. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 16 Tahun 2008 tentang

    Penanggulangan Bencana di Provinsi NTT

    3. Peraturan Daerah NTT Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTT Tahun 2009 2013

    4. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah

    Provinsi Nusa Tenggara Timur

    5. Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana

    Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT 2010-2030

    4.2.2Kelembagaan

    Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

    Bencana, lembaga utama yang khusus menangani penanggulangan bencana

    di tingkat provinsi adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

    BPBD Provinsi NTT dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi NTT

    Nomor 3 tahun 2009 tentang Badan Penanggulangan Bencana DaerahProvinsi Nusa Tenggara Timur.

    BPBD Provinsi NTT memiliki tugas sebagai berikut:

    1. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha

    penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,

    penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan

    setara sesuai kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional

    Penanggulangan Bencana;

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -4

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    5/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    2. menyusun standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

    penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;

    3. menyusun, menetapkan, dan menginventarisasikan peta rawan

    bencana;

    4. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

    5. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala

    daerah setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam

    kondisi darurat bencana;

    6. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

    7. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari

    APBD; dan

    8. melaksanakan kewajiban lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    Sementara fungsi BPBD Provinsi NTT adalah:

    1. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan

    penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan

    efisien;

    2. pengkoordinasian pelaksanaan penanggulangan bencana secara

    terencana, terpadu dan menyeluruh;

    Dalam menjalankan tugasnya, BPBD Provinsi NTT tidak bekerja secara

    individu; melainkan berkoordinasi juga dengan institusi terkait lainnya; baik

    institusi pemerintah ataupun non-pemerintah. Pelaksanaan partisipasi dan

    peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan

    masyarakat dilakukan oleh instansi/lembaga terkait berkoordinasi dengan

    BPBD sesuai dengan kewenangannya.

    Susunan Organisasi BPBD terdiri dari :

    a. Kepala;

    b. Unsur Pengarah; dan

    c. Unsur Pelaksana.

    Unsur Pelaksana BPBD Provinsi berada dibawah dan bertanggungjawab

    kepada Kepala BPBD. Unsur Pelaksana BPBD Provinsi dipimpin Kepala

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -5

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    6/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Pelaksana yang membantu Kepala BPBD Provinsi dalam penyelenggaraan

    tugas dan fungsi unsur pelaksana BPBD Provinsi sehari-hari.

    Unsur Pelaksana BPBD Provinsi mempunyai tugas melaksanakan

    penanggulangan bencana secara terintegrasi meliputi pra bencana, saat

    tanggap darurat; dan pasca bencana.

    Unsur Pelaksana BPBD menyelenggarakan fungsi :

    a. pengkoordinasian;

    Fungsi koordinasi merupakan fungsi koordinasi Unsur Pelaksana BPBD

    dilaksanakan melalui koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah

    lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, lembaga usaha,

    dan/atau pihak lain yang diperlukan pada tahap pra bencana dan pasca

    bencana.

    b. pengkomandoan;

    Fungsi komando merupakan fungsi komando Unsur Pelaksana BPBD

    dilaksanakan melalui pengerahan sumber daya manusia, peralatan, logistik

    satuan kerja perangkat daerah lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada

    di daerah, serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka

    penanganan darurat bencana.

    c. pelaksana.

    Fungsi Pelaksana merupakan fungsi Pelaksana BPBD dilaksanakan secara

    terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah

    lainnya di daerah, instansi vertikal yang ada di daerah, dengan

    memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan

    ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BPBD dalam melaksanakan tugasnya wajib menyelenggarakan koordinasi

    dengan instansi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja serta

    wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam

    lingkungan masing-masing maupun antara satuan organisasi di lingkungan

    Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.

    4.2.3Perencanaan

    Dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana, selain dari Rencana

    Penanggulangan Bencana, setiap daerah perlu menyusun serangkaian

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -6

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    7/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    rencana terkait lainnya baik untuk kondisi pra-bencana, saat terjadi bencana

    maupun pasca bencana. Rencana yang perlu diformulasikan meliputi:

    1. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) yang

    merupakan tindak lanjut dari RPB NTT

    2. Rencana Kontijensi

    3. Rencana Operasional

    4. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan)

    Agar tersusun suatu mekanisme Penanggulangan Bencana terpadu, maka

    seluruh rencana tersebut perlu disusun dan dilaksanakan secara holistik dan

    sinergis.

    4.3 Strategi / Pilihan Tindakan Pencegahan

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di

    tingkat provinsi memiliki keterbatasan kewenangan; dimana peranan institusi

    ini lebih kepada fungsi koordinasi, motivasi dan katalis bagi institusi di tingkat

    pemerintahan yang lebih rendah. Peran teknis yang dimiliki pemerintah

    provinsi hanya terbatas pada asset provinsi yang berada di daerah serta

    pelaksanaan tanggap darurat bencana jika kabupaten/kota tidak mampu

    mengatasi bencana yang terjadi.

    Sehubungan dengan hal ini, maka diperlukan suatu kebijakan dan strategi

    khusus dalam menyusun RPB NTT agar kemudian pelaksanaannya dapat

    mengurangi risiko bencana di dalam wilayah Provinsi NTT.

    Secara umum, terdapat 4 strategi Penanggulangan Bencana NTT, yakni:

    a. Penguatan regulasi dan kapasitas kelembagaan

    b. Perencanaan Penanggulangan Bencana terpadu

    c. Penelitian, pendidikan dan pelatihan

    d. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat

    Keempat strategi ini beserta sasaran yang ingin dicapai akan dijabarkan

    sebagai berikut.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -7

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    8/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    4.3.1 Strategi Penguatan Regulasi dan Kapasitas

    Kelembagaan

    Strategi ini memiliki sasaran terbentuknya kelembagaan penyelenggaraan

    penanggulangan bencana dengan kapasitas yang memadai pada sistem,

    desentralisasi kewenangan dan kemitraan; yang ditunjang dengan dasar

    hukum yang kuat dalam pelaksanaannya.

    Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada:

    a. Penguatan Dasar Hukum untuk Penyelenggaraan Penanggulangan

    Bencana yang Terkoordinasi

    Penguatan dasar hukum untuk mensinergiskan penyelenggaraan

    penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui penyusunan peraturan dan

    serangkaian dokumen rencana yang meliputi:

    1. Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) yang

    merupakan tindak lanjut dari RPB NTT

    2. Rencana Kontijensi

    3. Rencana Operasional

    4. Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Pemulihan)

    Selain itu, penguatan kerangka regulasi juga bisa dilakukan melalui

    penyusunan prosedur-prosedur tetap (protap) Penyusunan dokumen dan

    peraturan di tingkat provinsi tersebut tentunya harus tetap berpegang kepada

    pedoman dan peraturan mengenai kebencanaan yang ada di tingkat pusat.

    Koordinasi juga perlu dilakukan dalam menyusun mekanisme penggalangan

    anggaran penanggulangan bencana partisipatif untuk mengatasi keterbatasan

    anggaran di tingkat provinsi.Keberadaan mekanisme ini diharapkan dapat

    menarik kontribusi dari pemangku kepentingan non-pemerintah ataupun

    negara donor dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.Mekanisme

    ini perlu dituangkan ke dalam bentuk peraturan agar memiliki kepastian

    hukum.

    Langkah-langkah ini diharapkan dapat membentuk kerangka hukum yang

    kuat serta memberikan arahan yang jelas dalam penyelenggaraan

    penanggulangan bencana.Langkah tersebut juga diharapkan dapat

    meningkatkan kapasitas serta kontribusi berbagai pihak dalam pelaksanaan

    penanggulangan bencana yang efektif dan efisien.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -8

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    9/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    b. Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Penanggulangan Bencana

    dan Sistem Pendukungnya

    Provinsi NTT perlu meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan

    daerah dalam penanggulangan bencana. Secara umum, upaya

    penanggulangan bencana di provinsi ini berada di bawah tanggung jawab

    BPBD Provinsi NTT. Namun untuk mengimplementasikan penanggulangan

    bencana yang terpadu diperlukan peningkatan kapasitas personil BPBD dan

    institusi terkait lain dalam menghadapi situasi pra-bencana, saat tanggap

    darurat dan saat pemulihan pasca bencana.

    Koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan daerah, termasuk

    masyarakat, juga akan ditingkatkan dalam rangka mewujudkan

    penanggulangan bencana yang holistik dan terpadu.

    Salah satu prioritas utama dalam penguatan kapasitas adalah pembentukan

    dan pemberdayaan forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko

    bencana yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.

    4.3.2 Strategi Perencanaan Penanggulangan Bencana

    Terpadu

    Sasaran dari strategi ini adalah diterapkannya upaya-upaya yang terpaduuntuk mengurangi dampak bencana melalui perencanaan yang holistik dan

    pembangunan sistem pendukung pada bencana yang berpotensi terjadi dalam

    skala provinsi.

    Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada:

    a. Penguatan Dokumen Kajian Risiko Daerah dan Penyusunan Rencana

    Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten

    Saat ini telah terusun Dokumen Kajian Risiko Bencana Daerah untuk Provinsi

    NTT. Dokumen ini disusun berdasarkan data ancaman, kerentanan dan

    kapasitas untuk setiap potensi bencana di wilayah NTT. Namun untuk

    penerapan di level kabupaten masih memerlukan kajian risiko dengan

    kedalaman data yang lebih detail. Untuk lebih memperkuat hasil kajian ini

    maka perlu dikaji risiko bencana yang lebih detail di level kabupaten, juga

    risiko-risiko lintas batas; baik lintas kecamatan maupun lintas kabupaten;

    dalam rangka menggalang kerjasama antar daerah untuk pengurangan risiko.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -9

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    10/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Penanganan bencana yang dilaksanakan selama ini seringkali tidak

    mempertimbangkan risiko lintas batas, sehingga tidak jarang terjadi irisan

    kegiatan dan miskoordinasi antar pemerintah daerah. Sebagai akibatnya,

    penanganan bencana menjadi kurang optimal.

    Dengan adanya penguatan terhadap dokumen kajian risiko daerah termasuk

    kejelasan dalam pembagian kewenangan, diharapkan akan dapat menjadi

    acuan bagi penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten

    yang akan menghasilkan formulasi kebijakan penanggulangan bencana di

    level kabupaten dan menghasilkan pola koordinasi kelembagaan di level

    kabupaten yang akan berbeda dengan di level provinsi.

    b. Penyusunan Rencana Kontijensi Bencana untuk Setiap Potensi

    Bencana di NTT

    Rencana kontijensi bencana disusun untuk semua bencana yang berpotensi

    terjadi di wilayah NTT. Berdasarkan hasil kajian risiko daerah, terdapat 11

    jenis bencana yang berpotensi terjadi di provinsi ini. Rencana kontijensi ini

    akan menjadi acuan bagi daerah dalam melaksanakan upaya penanganan

    darurat bencana. Penting untuk diperhatikan bahwa penyusunan rencana

    kotijensi harus mengikuti suatu standar dan aturan tertentu yang berlaku di

    tingkat pusat. Proses penyusunan rencana kontijensi harus melibatkan

    seluruh pemangku kepetingan yang terkait di tingkat daerah.

    Sebagai turunan dari rencana kontijensi ini, perlu disusun program-program

    tanggap darurat bencana serta prosedur tetap yang terkait. Latihan evakuasi

    secara berkala perlu dilakukan sebagai media evaluasi bagi prosedur dan

    program ini. Pelaksanaan latihan ini juga dapat bermanfaat untuk

    meningkatkan ketahanan masyarakat.

    Implementasi langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat

    kesiapsiagaan terhadap bencana demi respon yang efektif di semua tingkat.

    c. Menerapkan Perencanaan dan Pengelolaan Permukiman Manusia yang

    Memuat Unsur-Unsur Pengurangan Risiko Bencana

    Sektor permukiman penduduk memerlukan perencanaan dan pengelolaan

    yang memadai, terutama dari aspek tata ruang dan struktur bangunan agar

    faktor risiko bencana dapat dikurangi. Diperlukan penguatan aturan mengenai

    kawasan yang aman sebagai lokasi permukiman, sehingga perumahan tidak

    akan berlokasi di area yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap bencana.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -10

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    11/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Selain itu, diperlukan juga pemberlakuan syarat dan Izin Mendirikan

    Bangunan (IMB) untuk keselamatan dan kesehatan umum (enforcement of

    building codes). Diperlukan standarisasi struktur bangunan untuk area-area

    tertentu, terutama untuk daerah yang rawan bencana; dimana standar iniharus berbeda untuk area dengan tingkat risiko bencana yang berbeda.

    Misalnya saja syarat untuk mendirikan bangunan di area yang berisiko benjir

    akan berbeda dengan syarat untuk area berisiko puting beliung. Berkaitan

    juga dengan hal ini adalah pengintegrasian AMDAL dan Kajian Risiko Bencana.

    Langkah-langkah ini diharapkan dapat menurunkan risiko bencana bagi

    masyarakat, termasuk menurunkan kerugian yang potensial untuk diderita.

    d. Memformulasikan Sistem Distribusi Logistik untuk Penanganan Darurat

    Bencana dan Pemulihan Pasca Bencana

    Di dalam kondisi darurat dan pemulihan pasca bencana, pemenuhan

    kebutuhan sehari-hari masyarakat (baik logistik maupun finansial) merupakan

    hal yang utama. Hal yang perlu diperhatikan tidak hanya ketersediaan

    kebutuhan tersebut, tetapi juga sistem distribusi yang paling optimal untuk

    dijalankan. Oleh karena itu diperlukan penyusunan suatu sistem pendukung

    dan mekanisme yang diarahkan pada optimalisasi distribusi cadangan logistik

    untuk penduduk dan kelompok rentan. Pemenuhan kebutuhan tersebut akan

    mempercepat masa penanganan darurat bencana dan membantu

    meningkatkan kemampuan daerah untuk bangkit kembali setelah darurat

    bencana.

    Selain pendistribusian logistik, sistem pendukung yang diformulasikan juga

    perlu berisikan mekanisme yang dapat menjamin stabilitas harga barang-

    barang kebutuhan pokok setelah terjadinya bencana. Selama ini, cenderung

    terjadi kenaikan harga barang setelah kejadian bencana. Penyusunan pola

    kerjasama antara pemerintah dengan produsen kebutuhan pokok yangdigunakan saat darurat maupun saat pemulihan menjadi kunci keberhasilan

    yang perlu dicapai dalam membangun sistem ini.

    Ketersediaan cadangan finansial dan logistik serta penyusunan sistem

    pendukung ini akan membantu dalam membangun sistem penanganan

    darurat dan pemulihan pasca bencana yang efektif.

    e. Pembangunan Infrastruktur pendukung Mitigasi Bencana

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -11

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    12/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Pencegahan bencana dilaksanakan dengan memberikan perlakuan di sumber

    bencana sehingga dapat menurunkan, jika tidak menghilangan, ancaman

    bencana tersebut. Mitigasi bencana dilakukan dengan membangun suatu zona

    penghalang antara potensi bencana dengan faktor risiko yang ada. Mitigasiberupa mitigasi struktural (memperkuat struktur bangun, memformulasikan

    kode bangunan dsb.)

    f. Memperkuat Sistem Peringatan Dini yang handal

    Kesiapsiagaan merupakan tindakan yang perlu diambil jika upaya pencegahan

    dan mitigasi dirasa belum optimal. Kunci dari kesiapsiagaan adalah berjalan

    dengan optimalnya proses evakuasi masyarakat yang didukung oleh sistem

    pendeteksian ancaman dan sistem peringatan dini. Penggabungan antara

    teknologi dan kearifan lokal merupakan faktor penting dalam mewujudkan

    sistem kesiapsiagaan yang efektif.Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan

    pembangunan sistem peringatan dini yang efektif, peningkatan kapasitas

    evakuasi masyarakat termasuk latihan evakuasi, serta pembangunan dan

    pemeliharaan sarana dan prasarana kesiapsiagaan bencana.

    g. Meningkatkan kapasitas dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pasca

    bencana

    Penanganan bencana merupakan kebijakan yang perlu diambil saat masakrisis, masa darurat dan masa pemulihan dilaksanakan. Penanganan bencana

    dilaksanakan untuk menyelamatkan korban bencana sekaligus melakukan

    normalisasi kehidupan korban bencana dalam waktu sesingkat-singkatnya.

    Terkait dengan sasaran ini, maka program akan difokuskan pada tanggap

    darurat bencana serta upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Evaluasi juga terus

    dilakukan pada proses rehabilitasi dan rekonstruksi sehingga pembelajaran

    baru mengenai upaya rehabilitasi dan rekonstruksi yang mengefisienkan

    sumber daya akan terus dihasilkan.

    4.3.3 Strategi Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan

    Sasaran dari strategi ini adalah pemanfaatan jalur penelitian, pendidikan dan

    pelatihan secara terukur dan terencana untuk membangun budaya

    keselamatan dan ketahanan bencana di masyarakat NTT.

    Pencapaian sasaran tersebut difokuskan pada:

    a. Pengintegrasian Konsep Kebencanaan di dalam Kurikulum Sekolah

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -12

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    13/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Konsep mengenai kebencanaan perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum

    sekolah untuk memperkenalkan masyarakat kepada isu bencana sejak dini.

    Penggunaan lembaga pendidikan formal merupakan salah satu strategi yang

    efektif di dalam membangun memori kolektif masyarakat secaraberkelanjutan, sehingga diharapkan pengetahuan ini akan terus terbawa dan

    diimplementasikan oleh siswa.

    Materi kebencanaan yang disampaikan di sekolah tidak hanya berdasarkan

    kajian dan temuan ilmiah saja, tetapi juga kearifan lokal agar pengetahuan

    lokal tersebut tidak hilang di masa yang akan datang. Penggabungan kedua

    jenis materi ini akan memberikan suatu konsep kebencanaan yang

    komprehensif untuk disampaikan kepada siswa dalam upaya penanggulangan

    bencana. Kurikulum yang disusun juga perlu menyeimbangkan antara teori

    dengan praktik agar pemahaman dan keterampilan teknis siswa tetap

    berimbang

    b. Pelatihan Kebencanan untuk Peningkatan Kapasitas Pemerintah

    Diperlukan standarisasi kompetensi minimal yang perlu dimiliki oleh setiap

    orang sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing institusi di dalam

    penyelenggaraan penanggulangan bencana. Untuk mencapai standar ini,

    maka diperlukan suatu pelatihan yang mampu meningkatkan kapasitas

    individu pelaksana penanggulangan bencanadi tataran pemerintahan. Materi

    pelatihan tersebut harus mencakup konsep-konsep dan praktik-praktik

    mengenai pengurangan risiko bencana dan pemulihan pasca bencana.

    Pelaksanaan pelatihan ini akan membantu meningkatkan pemahaman dan

    ketrampilan indidvidu tersebut, sehingga penyelenggaraan penanggulangan

    bencana di daerah akan berjalan dengan optimal.

    c. Peningkatan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Lokal

    Kemitraan akan dibangun dengan perguruan tinggi agar pihak

    tersebutmemiliki peranan di dalam upaya penanggulangan bencana, terutama

    dalam kaitannya dengan pengembangan pengetahuan serta teknologi

    kebencanaan di tingkat daerah. Pemberdayaan perguruan tinggi lokal juga

    dilakukan dengan alasan bahwa pihak tersebut tentunya memiliki

    pemahaman yang lebih mendalam mengenai karakteristik daerah, jika

    dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berada di daerah lain.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -13

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    14/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Langkah ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kuantitas dan kualitas

    informasi terkait kebencanaan di Provinsi NTT. Selain itu, langkah ini juga

    diharapkan menjadi salah satu upaya meningkatkan kerja sama antar

    pemangku kepentingan daerah.

    4.3.4 Strategi Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi

    Masyarakat

    Sasaran dari strategi ini adalah berkembangnya budaya keselamatan dan

    ketahanan bencana di segenap masyarakat NTT dengan meningkatkan

    partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

    a. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk melaksanakan

    penanggulangan bencana yang partisipatif

    Perlu diperhatikan bahwa salah satu strategi pembangunan Provinsi NTT

    adalah Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people-centered

    development), yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory-based

    development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program

    pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri. Oleh karena

    itu, upaya penanggulangan bencana Provinsi NTT akan menerapkan prinsip

    partisipatif; dimana masyarakat memiliki peran aktif di dalam program dan

    kegiatan penanggulangan bencana. Dengan demikian, pelaksanaan

    penanggulangan bencana di NTT akan turut mempertimbangkan aspek

    kearifan lokal.

    Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan berbagai program dan

    kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kapasitas masyarakat;

    terutama mempertimbangkan posisi masyarakat sebagai pihak yang terkena

    dampak langsung dari bencana.Pembentukan dan pemberdayaan

    forum/jaringan daerah khusus untuk pengurangan risiko bencana dapat

    menjadi salah satu prioritas untuk mencapai sasaran ini.

    Pendekatan partisipatif disini tidak hanya berlaku untuk masyarakat yang

    berstatus layanan publik, tetapi juga dari kalangan akademisi dan lembaga

    non pemerintah lainnya. Kerja sama dan diskusi aktif dengan pihak-pihak

    tersebut diperlukan untuk merangkum masukan demi tercapainya visi dan

    misi penanggulangan bencana NTT. Bentuk diskusi aktif dapat berupa

    pembentukan dan operasionalisasi forum/jaringan daerah khusus untuk

    pengurangan risiko bencana.Dengan dilaksanakannya langkah-langkah

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -14

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    15/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    tersebut, diharapkan agar penanggulangan bencana di Provinsi NTT dapat

    berjalan dengan sinergis, efektif dan optimal.

    b. Membangun dan Menggiatkan Penggunaan Media Informasi Untuk Isu

    Kebencanaan

    Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat tidak hanya didapat dengan

    pelibatannya di dalam forum-forum khusus kebencanaan, namun juga dengan

    menggunakan media informasi. Media informasi yang dimaksud dapat berupa

    jejaring, pengembangan sistem untuk berbagi informasi, penggunaan situs

    ataupun bulletin board dsb.

    Media tersebut akan berisi informasi-informasi yang terkait dengan isu

    kebencanaan, termasuk time series kejadian bencana di NTT serta langkah

    adaptasi dan mitigasi sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat.

    Media ini diharapkan dapat diakses di semua tingkat oleh seluruh pemangku

    kepentingan.

    4.4 Kaidah Pelaksanaan

    Kaidah pelaksanaan dari RPB NTT dibatasi pada pelaku, pendanaan dan

    strategi untuk menjamin pelaksanaan RPB NTT.

    4.4.1Pelaksana

    RPB NTT bukanlah tanggung jawab BPBD Provinsi NTT semata, namun

    tanggung jawab bersama seluruh pemangku kepentingan Provinsi NTT. BPBD

    Provinsi NTT berperan sebagai leading sectordalam pelaksanaannya. Secara

    umum, peran dan fungsi setiap SKPD/UPT serta instansi terkait lainnya di

    Provinsi NTT dapat dijabarkan sebagai berikut:

    a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT

    mengkoordinir, melaksanakan sekaligus bertanggung jawab terhadap

    pelaksanaan seluruh upaya penanggulangan bencana di NTT

    b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mendukung

    perencanaan, pengawasan dan evaluasi program-program pembangunan

    yang peka risiko bencana bersama dengan dinas-dinas terkait

    c. Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) melakukan pengawasan dan

    pengendalian serta penataan hukum lingkungan dalam pencegahan

    bencana terkait konservasi alam dan lingkungan hidup

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -15

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    16/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    d. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) melakukan upaya

    mitigasi bencana kerawanan pangan dan pemberdayaan petani

    e. Badan Pusat Statistik (BPS) menyediakan data-data yang diperlukan

    bagi perencanaan, pemantauan, dan evaluasi penanggulangan bencana

    f. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

    melakukan upaya mitigasi dan mediasi bagi penyelesaian konflik sosial

    g. Dinas Sosial (Dinsos) merencanakan dan melaksanakan penyediaan

    kebutuhan logistik untuk korban bencana terutama kelompok rentan

    h. Dinas Kesehatan (Dinkes) merencanakan pencegahan, penyuluhan,

    kesiapsiagaan pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana

    kesehatan termasuk obat-obatan, logistik kesehatan dan tenaga medis.

    i. Dinas Pertanian dan Perkebunan meningkatkan kapasitas petani

    terutama petani kecil dalam mengantisipasi perubahan iklim serta

    melakukan rehabilitasi dan pendayagunaan lahan kritis

    j. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop-UKM)

    menyelenggarakan program-program usaha kecil dan kegiatan ekonomi

    produktif pasca bencana bagi warga masyarakat miskin di daerah untuk

    mempercepat pemulihan

    k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menyelenggarakan

    kegiatan ekonomi produktif serta menjalin kerjasama dengan dunia usaha

    untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dalam rangka

    memepercepat proses pemulihan pasca bencana

    l. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) merencanakan

    dan mengendalikan penyelenggaraan pendidikan darurat untuk daerah

    yang terkenan bencana dan pemulihan sarana-prasarana pendidikan,

    serta mengkoordinasikan pendidikan sadar bencana

    m.Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) melakukan upaya

    mitigasi dalam melindungi aset-aset budaya dan pariwisata

    n. Dinas PU Pengairan pelaksanaan pembinaan, pengelolaan,

    pengawasan dan pengendalian di bidang pengairan dalam upaya mitigasi

    dan penanganan bencana

    o. Dinas PU Cipta Karya merencanakan, mengendalikan dan menyiapkan

    lokasi dan jalur evakuasi, kebutuhan pemulihan sarana/prasarana publik,

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -16

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    17/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    dan pengadaan fasilitas darurat serta mengkoordinasikan pengadaan

    perumahan untuk warga yang menjadi korban bencanan serta

    melaksanakan pembangunan infrastruktur sesuai dengan rencana tata

    ruang daerah yang peka terhadap risiko bencana

    p. Dinas Pertambangan dan Energi merencanakan dan mengendalikan

    upaya mitigasi di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah

    manusia yang terkait dengan bencana geologi

    q. Dinas Kehutanan (Dishut) merencanakan dan mengendalikan upaya

    mitigasi, khusunya kebakaran hutan dan lahan

    r. Dinas Kelautan dan Perikanan merencanakan dan mengendalikan

    upaya mitigasi di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai

    s. Dinas Perhubungan (Dishub) merencanakan dan melaksanakan

    dukungan kebutuhan transportasi

    t. Dinas Informasi dan Komunikasi (Dinas Infokom) merencanakan dan

    melaksanakan dukungan kebutuhan komunikasi dan informasi

    u. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan membangun dan

    mengembangkan lapangan kerja padat karya bagi masyarakat terdampak

    bencana

    v. Biro Hukum mendorong peningkatan dan penyelarasan perangkat-

    perangkat hukum terkait kebencanaan

    w. Biro Kesejahteraan Sosial memperkuat koordinasi dan mendorong

    kesigapan dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan sosial yang

    mendukung upaya pengurangan risiko bencana

    x. Biro Perekonomian memperkuat koordinasi dan mendorong kesigapan

    dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi yang mendukung

    upaya pengurangan risiko bencana

    y. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantu

    dalam bidang pemantauan potensi bencana yang terkait dengan

    meteorologi, klimatologi dan geofisika

    z. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat; Angkatan Laut; Angkatan

    Udara dan Kepolisian Republik Indonesia membantu dalam kegiatan

    kesiapsiagaan, pencarian dan penyelamatan (SAR) dan mendukung

    pengkoordinasian upaya saat terjadi bencana

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -17

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    18/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    aa. Gereja memberikan dukungan personil dalam pelaksanaan

    tanggap darurat bencana serta membantu dalam menguatkan dan

    mengintegrasikan nilai-nilai lokal serta agama ke dalam upaya

    penanggulangan bencana

    bb. Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan bantuan medis dan

    logistik pada kondisi darurat bencana

    cc.Badan SAR Provinsi NTT memberikan dukungan personil dalam

    pelaksanaan tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca bencana;

    termasuk mendukung dalam mengkoordinasikan menyelenggarakan

    kegiatan pencarian dan penyelamatan

    dd. Perguruan Tinggi memberikan dukungan teknis, alih

    pengetahuan, dan riset-riset untuk meningkatkan upaya penanggulangan

    bencana di Provinsi NTT

    ee. Taruna Siaga Bencana (Tagana) memberikan dukungan personil

    dalam pelaksanaan tanggap darurat bencana dan pemulihan pasca

    bencana; termasuk mendukung dalam mengkoordinasikan

    menyelenggarakan kegiatan pencegahan bencana hingga pencarian dan

    penyelamatan

    ff. Perhimpunan Masyarakat Peduli Bencana (PMPB) memasyarakatkan

    upaya-upaya berkelanjutan mengenai pengurangan risiko bencana

    kepada masyarakat luas sehingga dapat membantu meningkatkan

    kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana

    gg. Lembaga Donor Internasional seperti UNFPA, UNICEF, GTZ,

    CARE, INTERNATIONAL, WVI, WFP, dan lainnya memberikan dukungan

    kapasitas finansial dan penguatan kapasitas pemerintah dan masyarakat

    dalam upaya pengurangan risiko bencana serta dalam upaya rehabilitasi

    dan rekonstruksi

    hh. Pelaku usaha memberikan dukungan logistik dan finansial di

    dalam pelaksanaan penanggulangan bencana

    ii. Pemerintah kabupaten/kota melalui Badan Penanggulangan Bencana

    Daerah (BPBD) Kab/Kota berkewajiban mengkoordinir penyusunan

    Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kabupaten / Kota, yang akan

    menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -18

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    19/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Perangkat Daerah dengan memperhatikan RPB NTT dan Rencana Nasional

    Penanggulangan Bencana 2010-2014.

    4.4.2Pendanaan

    Sumber pendanaan untuk pelaksanaan RPB NTT diperoleh dari Anggaran

    Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dukungan dunia usaha serta lembaga

    donor. Anggaran yang berasal dari dana APBD dialokasikan secara rutin setiap

    tahun melalui anggaran setiap SKPD/UPT untuk menjaga keberlanjutan

    pelaksanaan penanggulangan bencana. Anggaran untuk penyelenggaraan

    penanggulangan bencana bukan merupakan dana tambahan terhadap

    anggaran Renstra SKPD, tetapi terintegrasi ke dalam anggaran yang terkait

    dengan kepentingan penanggulangan bencana. Dengan demikian sebagian

    besar sumber daya dan pembiayaan untuk kegiatan penanggulangan bencana

    terpadu ke dalam kegiatan-kegiatan pembangunan pemerintah daerah yang

    dibiayai dari APBD. Program dan kegiatan di dalam RPB NTT yang spesifik

    untuk suatu instansi dibiayai dari anggaran instansi terkait; sementara

    programpenanggulangan bencana yang bersifat umum dibiayai melalui

    anggaran BPBD. Pendanaan yang berasaldari APBD mengacu pada sistem

    penganggaran yang diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri yang

    berarti pelaksanaan program dankegiatan dalam RPB NTT ini harus

    disesuaikan dengan nomenklatur anggaran terkaitpenanggulangan bencana

    dari SKPD/UPT yang mengacupada dokumen Rencana Kerja Pemerintah

    Daerah (RKPD).

    Di samping pendanaan dari pemerintah, anggaran kegiatan penanggulangan

    bencana juga dapat berasal dari bantuan donor, dunia usaha ataupun

    swadaya masyarakat. Mekanisme pendanaan yang berasal dari anggaran non-

    pemerintah diatur sesuai aturan masing-masing lembaga atau instansi.

    Bantuan dana dari pihak asing, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

    23 Tahun 2008 tentang Peran serta Lembaga Internasional dan Lembaga

    Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana, harus disampaikan

    atau dikirimkan secara langsung kepada BPBD Provinsi NTT.

    Sesuai Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

    Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan

    dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dana penanggulangan bencana digunakan

    oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BNPB dan/atau BPBD sesuai tugas

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -19

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    20/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    pokok dan fungsinya. Dana penanggulangan bencana digunakan untuk tahap

    tidak ada bencana, tanggap darurat dan pasca bencana. Dalam situasi tidak

    terjadi bencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk program-

    program pengurangan risiko bencana. Dalam situasi ada potensi terjadinyabencana, dana penanggulangan bencana dialokasikan untuk kegiatan

    kesiapsiagaan, pembangunan sistem peringatan dini dan kegiatan mitigasi

    bencana. Untuk mengantisipasi situasi tanggap darurat, pemerintah daerah

    mengalokasikan dana siap pakai yang harus selalu tersedia untuk kebutuhan

    saat tanggap darurat. Sementara untuk tahap pasca bencana, pemerintah

    dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat melalui BNPB untuk

    memperoleh dana bantuan sosial berpola hibah yang telah dialokasikan oleh

    pemerintah.

    4.4.3Strategi Pelaksanaan RPB NTT

    Untuk menjamin terlaksananya program dan kegiatan RPB NTT secara

    terpadu dengan RPJMD Provinsi NTT 2009-2014, strategi pelaksanaan akan

    difokuskan pada monitoring intensif pelaksanaan RPB NTT oleh institusi

    terkait penanggulangan bencana di NTT. Mekanisme yang akan dilakukan

    adalah:

    1. Advokasi penerapan RPB NTT kepada masyarakat dan tataran

    pemerintah daerah. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah

    terlaksananya program dan kegiatan RPB NTT oleh SKPD terkait

    2. Rapat kerja tahunan untuk membahas laporan monitoring dan laporan

    tahunan pelaksanaan RPB NTT. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan

    ini adalah tersedianya laporan monitoring yang berisi keberhasilan,

    kendala, pembelajaran dan rekomendasi untuk pelaksanaan RPB NTT

    yang lebih baik di tahun berikutnya

    3. Melaksanakan pengalihan prioritas penanggulangan bencana yang

    tidak mampu ditangani oleh APBD kepada lembaga donor. Keluaran yang

    diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya anggaran bagi program

    yang sebelumnya tidak memiliki anggaran.

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)

    Provinsi Nusa Tenggara Timur IV -20

  • 8/2/2019 BAB 4 - Kebijakan Penanggulangan Bencana

    21/21

    KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

    Contents4.1 VISI DAN MISI ................................................................................. 1

    4.1.1 Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

    2009-2013 .......................................................................................... 1

    4.1.2 Visi dan Misi Penanggulangan Bencana Provinsi NTT ...................... 3

    4.2 Kebijakan Penanggulangan Bencana NTT ............................................ 4

    4.2.1 Regulasi..................................................................................... 4

    4.2.2 Kelembagaan ............................................................................. 4

    4.2.3 Perencanaan .............................................................................. 6

    4.3 Strategi / Pilihan Tindakan Pencegahan .............................................. 7

    4.3.1 Strategi Penguatan Regulasi dan Kapasitas Kelembagaan ............... 8

    4.3.2 Strategi Perencanaan Penanggulangan Bencana Terpadu ............... 9

    4.3.3 Strategi Penelitian, Pendidikan dan Pelatihan ...............................12

    4.3.4 Strategi Peningkatan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat ...........14

    4.4 Kaidah Pelaksanaan ........................................................................15

    4.4.1 Pelaksana ................................................................................15

    4.4.2 Pendanaan ...............................................................................19

    4.4.3 Strategi Pelaksanaan RPB NTT ...................................................20

    RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA (RPB)