BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI ... · PDF filemulai mengenalkan...
Transcript of BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI ... · PDF filemulai mengenalkan...
53
BAB 4
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN
DI KOTA BANDUNG
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi diduga akan
mengakibatkan perubahan bagi layanan jasa, perubahan layanan ini diduga akan
memberikan dampak terhadap ruang. Bagaimana karakteristik pemilihan lokasi
layanan jasa perbankan yang ada sekarang, dengan berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi. Sebelum mengidentifikasi karakteristik pemilihan lokasi,
akan diidentifikasi bagaimana nasabah memanfaatkan layanan yang dikembangkan
oleh bank dan implikasinya terhadap pilihan bertransaksi dan pola pergerakannya.
Pada bab ini akan diuraikan perkembangan layanan bank, preferensi pengguna dalam
memanfaatkan layanan dan pola pergerakannya serta perkembangan pemilihan lokasi
bank.
4.1 Perkembangan Layanan dan Produk Bank
Teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi kecepatan dan
ketepatan bank dalam memberikan layanan pada nasabahnya. Dalam kegiatan
operasionalnya, teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan oleh perbankan
untuk segala macam urusan administrasi, mulai dari front office yang melayani
nasabah sampai dengan pengolahan data setelah transaksi dilakukan. Jasa perbankan
ialah jasa yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk segala
macam layanan sehingga teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor yang
sangat penting bagi perbankan. Selain itu teknologi informasi dan komunikasi juga
mempengaruhi jenis fasilitas atau delivery chanels yang ditawarkan kepada nasabah.
Di era globalisasi saat ini, ketika perkembangan teknologi terjadi dengan
sangat cepat. Mobilitas, teknologi jaringan mutakhir, dan integrasi aplikasi teknologi
informasi (TI) di seluruh unit kerja, telah menjadi kebutuhan utama industri
54
perbankan. Dalam hal teknologi jaringan, pemilik bank menerapkan sistem jaringan
nirkabel. Penerapan ini merupakan salah satu tindakan untuk meningkatkan efisiensi
kerja internal dan pelayanan kepada nasabah.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam menambah jumlah fasilitas ialah
salah satu bentuk usaha bank untuk meningkatkan persaingan dengan bank lain.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi memunculkan persaingan pada
bagaimana perbankan memanfaatkannya, untuk menarik nasabah sebanyak mungkin.
Jika dulu bank bersaing dalam memperebutkan dana nasabah sebanyak-banyaknya,
bank saat ini bersaing untuk menjadi pilihan utama bagi nasabah dalam melakukan
transaksi. Pada awal pengembangan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, ATM menjadi salah satu cara untuk memperluas jaringan dan
mengurangi antrian di kantor bank, maka seiring perkembangan teknologi, teknologi
yang ada dimanfaatkan untuk memperluas jaringan dan mempermudah layanan. Bank
mulai mengenalkan layanan internet banking, sms banking dan phone banking.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan nasabah dalam hal pelayanan
perbankan yang mudah, cepat dan akurat serta keamanan yang terjamin, tentunya
diperlukan suatu inovasi dan pengembangan layanan e-Banking secara terus menerus.
Alasan mengapa bank mengembangkan e-Banking ialah untuk meningkatkan
efiesiensi biaya melalui pemindahan transaksi dari kantor cabang ke layanan e-
banking yang lebih murah, meningkatkan pendapatan melalui penambahan layanan di
fitur payment dan purchase dengan bekerja sama dengan berbagai provider utama.
Selain itu pengembangan layanan elektronis oleh bank ialah salah satu cara untuk
meningkatkan citra. Dengan memanfaatkan teknologi semakin banyak, maka citranya
akan semakin baik dan semakin besar potensinya untuk menarik nasabah.
Jadi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menimbulkan
tuntutan bagi bank untuk bisa menyediakan layanan yang paling praktis. Adanya
teknologi informasi dan komunikasi membuat adanya persaingan antar bank dalam
memanfaatkan teknologi yang ada untuk memperebutkan nasabah. Bank yang paling
55
pintar dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi akan bisa
mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya.
Dalam hal pengembangan layanan elektronis, tidak ada peraturan pemerintah
yang mengharuskan bank harus memiliki layanan tersebut. Keputusan untuk
mengadakan layanan elektronis ada atau tidak ada merupakan keputusan pribadi dari
pihak bank. Bagaimana bank tersebut memanfaatkan layanan untuk efiensi biaya,
menarik nasabah dan meningkatkan kompetensi. Yang dilakukan pemerintah dalam
mendukung layanan elektronis ini ialah adanya undang-undang yang mengatur
transaksi elektronis sehingga pengguna layanan bisa lebih yakin bahwa layanan
elektronis yang mereka gunakan aman.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi kemampuan bank
dalam memberikan layanan pun semakin bertambah. Kemampuan ini digunakan bank
untuk mengembangkan produk-produk baru, sehingga produk yang dikembangkan
oleh bank pun semakin beragam. Jasa perbankan merupakan kegiatan jasa yang
mampu menciptakan daya beli baru dari kegiatannya. Dengan dikembangkannya
produk baru, kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi pun semakin bertambah.
Hal ini menyebabkan semakin banyaknya antrian di kantor bank, sehingga untuk
layanan tertentu, dicoba dialihkan pada saluran pelayanan yang lain.
4.2 Identifikasi Perilaku Nasabah dalam Memanfaatkan Layanan E-Banking
Pada subbab ini akan diuraikan perilaku nasabah dalam memanfaatkan fitur
layanan yang ditawarkan oleh penyedia jasa perbankan. Sebelum masuk ke bahasan
utama mengenai identifikasi perilaku nasabah dalam memanfaatkan layanan yang
disediakan, akan diuraikan hasil survey tentang karakteristik responden, akses
responden terhadap teknologi dan pilihan penggunaan layanan oleh responden.
Karakteristik-karakteristik dan pilihan penggunaan ini merupakan bahan dasar untuk
mengidentifikasi perilaku responden dalam memanfaatkan layanan. Dalam penelitian
ini, peneliti menjaring responden di dua tempat yang berbeda, yaitu di kantor cabang
56
bank dan di ATM. Hal ini dilakukan karena peneliti berusaha mencari tahu apakah
nasabah yang mendatangi kantor bank dan ATM, mempunyai karakteristik dan
perilaku yang berbeda dalam memanfaatkan layanan yang ada. Sehingga pengolahan
data hasil survey pun dibedakan antara responden dari bank dan responden ATM.
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden diuraikan dalam beberapa variabel, yaitu umur, jenis
kelamin, nasabah Bank Mandiri di kota apa, lama menjadi nasabah bank, pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan per bulan. Karakteristik objektif ini akan menjadi salah
salah satu variabel penjelasan dalam menguraikan pilihan penggunaan layanan oleh
nasabah. Dari hasil penyebaran kuesioner, diketahui bahwa umur responden di lokasi
kantor bank, bervariasi dari 21 tahun sampai 54 tahun. Dengan persentase responden
berumur 20 tahunan adalah 46.7 %, responden usia 30 tahunan adalah 26.7 %,
responden usia 40 tahunan adalah 20% sedangkan sisanya berusia 50 tahunan. Untuk
responden di lokasi kantor bank, persentase jumlah nasabah yang berumur diatas 20
tahunan lebih besar dibandingkan jumlah responden yang berusia 20 tahunan. Dalam
menentukan responden, peneliti berusaha menyeimbangkan jumlah antara responden
laki-laki dan perempuan.Untuk responden di lokasi kantor bank, 53.3% laki-laki
sedangkan 46.7% adalah perempuan. Berdasarkan nasabah terebut terdaftar pada
Bank Mandiri cabang kota apa, untuk responden di lokasi kantor bank, 96.7%
merupakan nasabah Bank Mandiri yang berlokasi di Kota Bandung, sisanya berasal
dari luar Kota Bandung. Nasabah yang menjadi responden di lokasi kantor bank, 40%
responden baru menjadi nasabah selama kurang dari 1 tahun, 36.7% sudah menjadi
nasabah lebih dari 4 tahun sedangkan sisanya menjadi nasabah selama 2, 3, dan 4
tahun. Responden di kantor bank, 76.7% tingkat pendidikannya adalah D3/S1 dan
sederajat, 20% tingkat pendidikan lainnya dan 3.3% SMU dan sederajat. Dari
responden di kantor bank, peringkat pertama ditempati oleh kelompok responden
lainnya (36.7%) yaitu meliputi pekerja paruh waktu, profesional (dokter, konsultan,
57
pengacara, dsb), dan sebagainya yang tidak dapat didefinisikan sebagai PNS/swasta.
Jumlah responden yang merupakan karyawan swasta sebanyak 33.3%, 23.3 %
merupakan pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga, sedangkan kelompok responden
yang bekerja sebagai PNS sebanyak 6.7%.
TABEL IV.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK
No Variabel 1 Umur
Frekuensi Persentase (%)
< 20 Tahun 0 0.0 20-30 Tahun 14 46.7 31-40 Tahun 8 26.7 > 40 Tahun 8 26.6 2 Jenis Kelamin
Laki-laki 16 53.3 Perempuan 14 46.7 3 Pendidikan
SD dan Sederajat 0 0 SMP dan Sederajat 0 0 SMU dan Sederajat 1 3.3 D3/S1 dan Sederajat 23 76.7 Lainnya 6 20.0 4 Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 3 10.0 Pelajar/Mahasiswa 4 13.3 Pegawai Negeri Sipil 2 6.7 Karyawan Swasta 10 33.3 Lainnya 11 36.7 5 Pendapatan Per Bulan
< Rp. 1000.000 8 26.7 Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000 6 20.0 Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000 3 10.0 Rp. 3.000.001- Rp. 4.000.000 7 23.3 Rp. 4.000.001- Rp. 5.000.000 6 20.0 > Rp. 5.000.001 0 0.0
Sumber : Lampiran B-1 Besar penghasilan responden di lokasi kantor bank, adalah 26.7% dibawah 1
juta, 20% dengan tingkat penghasilan 1-2 juta, 10% penghasilannya 2-3 juta, 23.3%
58
berpenghasilan 3-4 juta sedangkan 20% lainnya adalah dengan tingkat penghasilan 4-
5 juta.
TABEL IV.2
KARAKTERISTIK RESPONDEN DI LOKASI ATM No Variabel 1 Umur
Frekuensi Persentase (%)
< 20 Tahun 7 23.3 20-30 Tahun 17 56.7 31-40 Tahun 4 13.3 > 40 Tahun 2 6.7 2 Jenis Kelamin Laki-laki 13 43.3 Perempuan 17 56.7 3 Pendidikan SD dan Sederajat 0 0.0 SMP dan Sederajat 0 0.0 SMU dan Sederajat 7 23.3 D3/S1 dan Sederajat 21 70.0 Lainnya 2 6.7 4 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 1 3.3 Pelajar/Mahasiswa 18 60.0 Pegawai Negeri Sipil 4 13.3 Karyawan Swasta 2 6.7 Lainnya 5 16.7 5 Pendapatan Per Bulan < Rp. 1000.000 16 53.3 Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000 8 26.7 Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000 1 3.3 Rp. 3.000.001- Rp. 4.000.000 3 10.0 Rp. 4.000.001- Rp. 5.000.000 2 6.7 > Rp. 5.000.001 0 0.0
Sumber : Lampiran B-1
Umur responden yang mendatangi ATM, variasinya adalah dari 17 tahun
sampai 44 tahun, rata-rata responden yang mendatangi ATM berumur 20 tahunan.
Dengan persentase responden di bawah usia 20 adalah 23.3 %, responden usia 20
59
tahunan adalah 56.7%, usia 30 tahunan sebanyak 13.3 % sedangkan sisanya adalah
responden berumur 40 tahunan. Hasil survey menunjukkan bahwa nasabah yang
menggunakan ATM adalah yang usianya cenderung muda yaitu usia 20 tahunan.
Untuk responden yang diambil di lokasi ATM, jumlah responden laki-lakinya adalah
43.3 % sedangkan jumlah responden perempuannya adalah 56.7 %. Pembagian
responden berdasarkan jenis kelamin ini semata-mata didasarkan pada harapan agar
pengambilan sampel merata dan tidak terfokus pada jenis kelamin tertentu. Dalam hal
nasabah tersebut terdaftar di Bank Mandiri cabang kota apa, 56.7 % dari responden di
lokasi ATM merupakan nasabah Bank Mandiri cabang Bandung , 43.3 % lainnya
merupakan nasabah Bank Mandiri luar Bandung, nasabah yang berasal dari luar
Bandung tersebut berasal dari Jakarta, Surabaya, Medan dan Padang. Nasabah yang
menjadi responden di ATM, sebagian besar baru menjadi nasabah Bank Mandiri
selama kurang dari 1 tahun. Jika diurutkan maka lama menjadi nasabah bank untuk
responden ATM, dari persentase yang terbesar sampai terkecil adalah kurang dari 1
tahun, lebih dari 4 tahun, 2 tahun dan 3 tahun. Untuk tingkat pendidikan, 70% dari
responden ATM tingkat pendidikannya adalah D3/S1 dan sederajat, 23.3% SMU dan
sederajat, dan 6.7% responden dengan tingkat pendidikan lainnya. Untuk jenis
pekerjaan, lebih dari setengah responden di ATM merupakan pelajar/mahasiswa,
sedangkan sisanya bervariasi dari ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, karyawan
swasta dan lainnya. Responden di lokasi ATM sebagian besar penghasilannya di
bawah 1 juta.
Dengan membandingkan karakteristik responden di lokasi kantor bank dan
lokasi ATM. Bisa diambil beberapa kesimpulan. Dari persentase jumlah umur, bisa
dianalisis bahwa responden bank memiliki tingkat umur yang lebih tua dibandingkan
responden ATM yang rata-rata berusia muda. Dalam penelitian Mindali (2007)
diungkapkan bahwa tingkat umur mempengaruhi pilihan penggunaan teknologi.
Pengaruh tingkat umur ini bisa dilihat dari proporsi umur nasabah yang memilih
untuk melakukan transaksi di ATM dan bank. Ternyata lebih banyak nasabah berusia
60
muda yang memilih melakukan transaksi di ATM, sedangkan orang dengan usia lebih
tua cenderung melakukan transaksi di Kantor Bank. Hal ini berhubungan dengan
keakraban mereka dalam menggunakan teknologi dan kemampuan untuk beradaptasi
dengan teknologi baru. Orang dengan usia yang lebih tua, umumnya lebih nyaman
bertransaksi dengan manusia sedangkan bagi kalangan muda, berinteraksi dengan
mesin kadang lebih nyaman dibanding berinteraksi dengan manusia. Kecenderungan
untuk memilih lokasi melakukan transaksi ini juga ditentukan oleh karakteristik
objektif lainnya.
Dari data keterdaftaran responden tersebut di Bank Mandiri cabang apa,
menunjukkan variasi nasabah yang melakukan transaksi di ATM lebih beragam
asalnya, dibandingkan yang melakukan transaksi di kantor bank. Umumnya nasabah
yang melakukan transaksi di kantor bank adalah nasabah kantor cabang tersebut.
Atau nasabah kantor cabang yang lokasinya berdekatan dengan kantor cabang
tersebut. Sedangkan untuk nasabah yang melakukan transaksi di ATM, bisa berasal
dari daerah sekitar ATM tersebut atau berasal dari lokasi yang jauh dari lokasi ATM
tersebut.
Sedangkan untuk lama menjadi nasabah bank dari responden ATM dan
responden bank agak sedikit berbeda, jika dilihat secara keseluruhan bisa dikatakan
bahwa responden bank umumnya sudah lebih lama menjadi nasabah bank
dibandingkan responden di ATM. Lama menjadi nasabah ini bisa menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan responden mempunyai kebutuhan lebih tinggi untuk
mengunjungi kantor bank, lama waktu mereka menjadi nasabah, memungkinkan
mereka menerima banyak tawaran untuk menggunakan salah satu produk bank yang
dikembangkan.
Dari segi pekerjaan, bisa dilihat bahwa karakteristik ini menunjukkan bahwa
kalangan yang menggunakan ATM umumnya merupakan pelajar/mahasiswa.
Kalangan ini umumnya lebih akrab dengan teknologi. Hal lain yang bisa
menyebabkan terjadinya proporsi yang berbeda ini adalah karena dengan jenis
61
pekerjaan yang berbeda, maka kebutuhan akan jenis transaksi pun berbeda. Untuk
responden ATM, sebagian besar penghasilannya di bawah 1 juta, persentase kedua
terbanyak adalah penghasilan antara 1-2 juta. Sedangkan Tingkat penghasilan
responden di kantor bank, lebih tinggi dibandingkan dengan responden di ATM.
Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan bisa dianggap sebagai faktor yang
mempengaruhi mengapa responden memilih melakukan transaksi di ATM atau di
kantor cabang, sebagian besar pekerjaan responden di ATM adalah sebagai
pelajar/mahasiswa dan tingkat penghasilannya dibawah 1 juta sampai dengan 2 juta.
Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ini membuat transaksi yang dilakukan
umumnya terbatas, hanya pada pengecekan saldo dan pengambilan uang. Sedangkan
untuk responden di kantor bank, sebagian besar adalah pekerja dan tingkat
penghasilannya lebih besar, kebutuhan mereka akan jenis transaksi akan lebih
bervariasi, dan kadang transaksi yang mereka butuhkan tidak tersedia di ATM.
4.2.2 Akses Teknologi Responden
Dalam mencari tahu kemampuan responden mengakses teknologi, akses
terhadap teknologi digambarkan ke dalam beberapa bagian, yaitu perangkat teknologi
informasi dan komunikasi apa saja yang mereka miliki atau bisa diakses, apakah
responden membutuhkan internet dalam melakukan pekerjaannya sehingga tingkat
kedekatan responden dengan teknologi internet tinggi, darimana biasanya responden
mengakses internet dan seberapa sering responden menggunakan internet dalam
waktu 1 bulan. Untuk responden di lokasi kantor bank, 63.3% mempunyai akses ke
telepon rumah, 100% akses terhadap telepon seluler dan juga 100% akses terhadap
internet. 53.3% responden bank menggunakan internet dalam pekerjaannya
sedangkan 46.7% lainnya tidak menggunakan internet dalam bekerja. 60% responden
bank, biasanya mengakses internet dari kantor/kampus sedangkan 40% lainnya
mengakses internet dari rumah. Dalam hal frekuensi penggunaan internet, 70% dari
responden menggunakan internet setiap hari, 20% menggunakan internet 1-3 kali per
bulan dan 10% responden tidak pernah menggunakan internet.
62
TABEL IV.3 AKSES TERHADAP TEKNOLOGI
RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK No Variabel
1
Perangkat teknologi yang bisa diakses
Frekuensi Persentase (%)
Telepon Rumah 19 63.3 Telepon Seluler 30 100.0 Internet 30 100.0 2 Menggunakan internet dalam bekerja Ya 16 53.3 Tidak 14 46.7 3 Tempat Mengakses Internet Kantor/Kampus 18 60.0 Warnet 0 0.0 Rumah 12 40.0 Handphone 0 0.0 Lainnya 0 0.0
4 Frekuensi penggunaan internet per bulan
Tidak Pernah 3 10.0 < 1 Kali per Bulan 0 0.0 1-3 Kali per Bulan 6 20.0 4-8 Kali per Bulan 0 0.0 Hampir Setiap Hari 21 70.0
Sumber : Lampiran B-3 Untuk responden di lokasi ATM, akses ke telepon rumah hanya sebesar
43.3%, akses terhadap telepon seluler sebesar 100% dan akses terhadap internet
adalah 50%. Dalam hal penggunaan internet dalam pekerjaan, persentase antara yang
menggunakan internet untuk pekerjaan dan yang tidak menggunakan internet dalam
pekerjaan adalah sama, yaitu sebesar 50%. Secara berurutan dari yang terbesar
sampai yang terkecil, responden ATM biasanya mengakses internet dari
kantor/kampus, warnet, rumah dan handphone. Dengan persentase sebagai berikut,
46.7%, 26.7%, 13.3% dan 10%. Dalam hal frekuensi penggunaan internet, 46.7%
63
responden menggunakan internet hampir tiap hari, responden yang tidak pernah
menggunakan internet dan frekuensi penggunaan internet kurang dari 1 kali per bulan
persentasenya masing-masing 6.7%. Responden yang menggunakan internet 4-8 kali
per bulan sebanyak 23.3% dan sisanya sebesar 16.7% menggunakan internet 1-3 kali
per bulan.
TABEL IV.4 AKSES TERHADAP TEKNOLOGI
RESPONDEN DI LOKASI ATM No Variabel
1
Perangkat teknologi yang bisa diakses
Frekuensi Persentase (%)
Telepon Rumah 13 43.3 Telepon Seluler 30 100.0 Internet 15 50.0 2 Menggunakan internet dalam bekerja Ya 15 50.0 Tidak 15 50.0 3 Tempat Mengakses Internet Kantor/Kampus 14 46.7 Warnet 8 26.7 Rumah 4 13.3 Handphone 3 10.0 Lainnya 1 3.3
4 Frekuensi penggunaan internet per bulan
Tidak Pernah 2 6.7 < 1 Kali per Bulan 2 6.7 1-3 Kali per Bulan 5 16.7 4-8 Kali per Bulan 7 23.3 Hampir Setiap Hari 14 46.7
Sumber : Lampiran B-3
Jika kita bandingkan, akses teknologi responden di bank lebih tinggi
dibanding dengan akses teknologi responden di ATM dalam hal akses terhadap
telepon rumah dan juga akses internet. Perbedaan kemampuan untuk mengakses
64
telepon rumah dan internet ini bisa terjadi karena umumnya sebagian besar responden
bank, domisili tetapnya adalah di Bandung sehingga mereka memiliki telepon rumah.
Seluruh responden mempunyai akses terhadap telepon seluler. Hal ini membuktikan
bahwa telepon seluler merupakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi
yang sudah umum dimiliki oleh warga Kota Bandung. Secara keseluruhan, akses dan
tingkat penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sangat besar. Sebagian
besar dari responden menggunakan internet setiap hari. Namun apakah akses
teknologi dan tingkat penggunaan teknologi ini dimanfaatkan untuk kebutuhan
praktis atau hanya sebagai sarana hiburan.
4.2.3 Preferensi Penggunaan Layanan
Pilihan responden dalam memanfaatkan layanan diuraikan dalam beberapa
bagian. Yaitu apakah ketika nasabah memilih bank mempertimbangkan ketersediaan
e-banking di bank tersebut, pada layanan e-banking mana saja mereka terdaftar,
layanan yang paling sering digunakan dan alasan menggunakan layanan tersebut,
apakah adanya ATM mempengaruhi frekuensi ke kantor bank dan apakah adanya e-
banking selain ATM mengurangi frekuensi ke kantor bank dan ATM. Selain itu juga
dicari tahu pilihan penggunaan layanan untuk setiap transaksi tertentu.
4.2.3.1 Pilihan Penggunaan Layanan Responden di Lokasi Kantor Bank
Untuk responden di lokasi kantor bank, dalam hal pemilihan bank, 73.3%
menyatakan bahwa ketersediaan e-banking mempengaruhi mereka dalam memilih
bank. 90% responden memiliki ATM, 30% responden terdaftar sms banking, 43.3%
terdaftar sebagai pengguna internet banking, namun tidak ada responden yang
terdaftar pada layanan call mandiri. Untuk layanan yang paling sering digunakan,
80% memilih ATM sedangkan sisanya memilih menggunakan layanan internet
banking dan sms banking dengan proporsi yang sama, yaitu masing-masing 10%.
Alasan mengapa memilih layanan tersebut adalah karena perintah transaksi yang
65
mudah (13.3%), mudah diakses (70%), menghemat waktu (70%), ada dimana-mana
(53.3%), mengurangi perjalanan ke tempat layanan (36.7%), hemat biaya (10%) dan
pertimbangan lainnya sebesar 10%. Sedangkan untuk layanan yang paling jarang
digunakan 10% responden menjawab ATM, 20% menjawab sms banking, 23.3% call
mandiri dan internet banking sebesar 46.7%.
TABEL IV.5 KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAYANAN
RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK No Variabel
1 Ketersediaan layanan elektronis mempengaruhi pemilihan bank Frekuensi Persentase
(%)
Ya 22 73.3 Tidak 8 26.7
2 Keterdaftaran responden pada layanan elektronis ATM 27 90.0 SMS Banking Mandiri 9 30.0 Call Mandiri 0 0.0 Internet Banking Mandiri 13 43.3
3 Layanan elektronis yang paling sering digunakan ATM 24 80.0 SMS Banking Mandiri 3 10.0 Call Mandiri 0 0.0 Internet Banking Mandiri 3 10.0
4 Layanan elektronis yang paling jarang digunakan ATM 3 10.0 SMS Banking Mandiri 6 20.0 Call Mandiri 7 23.3 Internet Banking Mandiri 14 46.7
5 Berkurangnya frekuensi ke kantor bank akibat adanya ATM Ya 22 73.3 Tidak 8 26.7
6 Berkurangnya frekuensi ke ATM akibat adanya layanan elektronis lain
Ya 16 53.3 Tidak 14 46.7
Sumber : Lampiran B-4
66
Alasan tidak menggunakan fasilitas layanan tersebut adalah karena layanan
tersebut tidak terpercaya (16.7%), perintah transaksi rumit (36.7%), harus
meluangkan waktu (20%), biaya mahal (10%) dan alasan lainnya sebesar 30%.
Sebagian besar responden (73.3%) menyatakan bahwa tersedianya ATM mengurangi
frekuensi mereka mendatangi kantor bank. Sedangkan untuk pertanyaan apakah
layanan e-banking lain selain ATM mengurangi frekuensi mereka mendatangi ATM
atau kantor bank, yang menjawab ya adalah sebesar 53.3% dan sisanya sebesar
46.7% menjawab tidak.
Dalam menggunakan layanan elektronis, ATM menjadi pilihan utama dalam
melakukan berbagai transaksi. Untuk transaksi pengecekan saldo, urutan layanan
yang selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah digunakan adalah ATM, ATM,
sms banking dan call mandiri. Ketika melakukan transaksi lainnya, ATM tetap
menjadi pilihan utama bagi responden di lokasi bank. Responden di lokasi bank
menjadikan internet banking sebagai pilihan kedua dalam melakukan transaksi
pembayaran tagihan dan transfer antar rekening bank mandiri. Sms banking juga
menjadi pilihan kedua dalam melakukan transaksi transfer antar rekening bank
mandiri, transfer antar rekening bank via RTGS dan juga kliring. Layanan yang
kadang-kadang digunakan untuk melakukan hampir keseluruhan transaksi adalah sms
banking dan juga call mandiri khusus untuk transaksi transfer antar rekening bank
mandiri. Layanan yang hampir tidak pernah digunakan dalam keseluruhan transaksi
adalah layanan call mandiri. Untuk lebih jelasnya, pilihan pengguna dalam
memanfaatkan layanan bisa dilihat pada tabel IV.6
Responden di lokasi kantor bank memiliki kecenderungan mengurangi
kunjungannya ke kantor bank, karena beberapa transaksi bisa dialihkan pada layanan
elektronis. Namun mereka tetap melakukan kunjungan ke kantor bank karena ada
transaksi yang tidak bisa dilakukan di ATM, jika keseluruhan transaksi bisa
dilakukan di ATM, maka kemungkinan mereka akan lebih memilih melakukan
transaksi di ATM.
67
TABEL IV.6 PREFERENSI PENGGUNAAN LAYANAN ELEKTRONIS
RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK Persentase Penggunaan Layanan (%)
Fasilitas Layanan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Internet Banking Cek Saldo 20.0 23.3 0.0 56.7 Pembayaran Tagihan 6.7 20.0 0.0 73.3 Transfer Antar rekening bank mandiri 20.0 13.3 0.0 66.7 Transfer Antar Bank Via Kliring 6.7 20.0 0.0 73.3 Transfer Antar Bank Via RTGS 13.3 13.3 0.0 73.3 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 13.3 13.3 0.0 73.3 Pembayaran PBB 13.3 13.3 0.0 73.3 Sms Banking Cek Saldo 23.3 0.0 33.3 43.3 Pembayaran Tagihan 0.0 6.7 36.7 56.7 Transfer Antar rekening bank mandiri 0.0 20.0 23.3 56.7 Transfer Antar Bank Via Kliring 0.0 20.0 23.3 56.7 Transfer Antar Bank Via RTGS 0.0 20.0 23.3 56.7 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 20.0 0.0 23.3 56.7 Pembayaran PBB 0.0 20.0 23.3 56.7 Call Mandiri Cek Saldo 10.0 0.0 13.3 76.7 Pembayaran Tagihan 10.0 0.0 13.3 76.7 Transfer Antar rekening bank mandiri 3.3 0.0 23.3 73.3 Transfer Antar Bank Via Kliring 23.3 0.0 0.0 76.7 Transfer Antar Bank Via RTGS 23.3 0.0 0.0 76.7 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 23.3 0.0 0.0 76.7 Pembayaran PBB 23.3 0.0 0.0 76.7 ATM Cek Saldo 46.7 30.0 13.3 10.0 Pembayaran Tagihan 60.0 10.0 0.0 30.0 Transfer Antar rekening bank mandiri 73.3 6.7 0.0 20.0 Transfer Antar Bank Via Kliring 43.3 0.0 20.0 36.7 Transfer Antar Bank Via RTGS 36.7 6.7 20.0 36.7 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 46.7 13.3 20.0 20.0 Pembayaran PBB 56.7 6.7 0.0 36.7
Sumber : Lampiran B-4
68
Dalam penggunaan layanan elektronis selain ATM, penggunaannya bervariasi
untuk berbagai macam jenis transaksi karena mereka memang melakukan transaksi-
transaksi tersebut. Tetapi ATM tetap menjadi pilihan utama dalam melakukan
transaksi-transaksi tersebut.
4.2.3.2 Pilihan Penggunaan Layanan Responden di Lokasi ATM
Hasil survey dari responden di lokasi ATM, dalam hal pemilihan bank, 53.3%
menyatakan bahwa ketersediaan e-banking tidak mempengaruhi mereka dalam
memilih bank. Dalam hal keterdaftaran pada layanan elektronis, 100% responden
memiliki ATM, 63.3% responden terdaftar sms banking, 36.67% terdaftar sebagai
pengguna internet banking, dan hanya 13.3% responden yang terdaftar pada layanan
call mandiri.Untuk layanan yang paling sering digunakan, 83.3% memilih ATM
sedangkan sisanya memilih menggunakan layanan sms banking (13.3%) dan layanan
internet banking (3.3%). Alasan mengapa memilih layanan tersebut adalah karena
layanan yang dipilih lebih terpercaya (23.3%), perintah transaksi yang mudah
(46.7%), mudah diakses (73.3%), ada dimana-mana (53.3%), menghemat waktu
(33.3%), mengurangi perjalanan ke tempat layanan (6.7%), dan hemat biaya (20%).
Sedangkan untuk layanan yang paling jarang digunakan 16.7% responden menjawab
ATM, 16.7% menjawab sms banking, 66.7% menjawab internet banking. Alasan
tidak menggunakan fasilitas layanan tersebut adalah karena layanan tersebut tidak
terpercaya (3.3%), perintah transaksi rumit (13.3%), harus meluangkan waktu
(53.3%), harus melakukan perjalanan (13.3%), biaya mahal (13.3%) dan alasan
lainnya sebesar 10%. Sebanyak 83.3% responden menyatakan bahwa tersedianya
ATM mengurangi frekuensi mereka mendatangi kantor bank. Sedangkan untuk
pertanyaan apakah layanan e-banking lain selain ATM mengurangi frekuensi mereka
mendatangi ATM atau kantor bank, yang menjawab ya hanya sebesar 40% dan
sebesar 60% responden menjawab tidak. Secara lebih lengkap, karakteristik
penggunaan layanan responden di lokasi ATM bisa dilihat pada tabel IV.7
69
TABEL IV.7 KARAKTERISTIK PENGGUNAAN LAYANAN
RESPONDEN DI LOKASI ATM No Variabel
1 Ketersediaan layanan elektronis mempengaruhi pemilihan bank Frekuensi Persentase
(%)
Ya 14 46.7 Tidak 16 53.3
2 Keterdaftaran responden pada layanan elektronis ATM 30 100.0 SMS Banking Mandiri 19 63.3 Call Mandiri 4 13.3 Internet Banking Mandiri 11 36.7
3 Layanan elektronis yang paling sering digunakan ATM 25 83.3 SMS Banking Mandiri 4 13.3 Call Mandiri 0 0.0 Internet Banking Mandiri 1 3.3
4 Layanan elektronis yang paling jarang digunakan ATM 0 0.0 SMS Banking Mandiri 5 16.7 Call Mandiri 5 16.7 Internet Banking Mandiri 20 66.7
5 Berkurangnya frekuensi ke kantor bank akibat adanya ATM Ya 25 83.3 Tidak 5 16.7
6 Berkurangnya frekuensi ke ATM akibat adanya layanan elektronis lain
Ya 12 40.0 Tidak 18 60.0
Sumber : Lampiran B-4
Bagi responden di lokasi ATM, dalam menggunakan layanan elektronis,
ATM menjadi pilihan utama dalam melakukan berbagai transaksi. Untuk transaksi
pengecekan saldo, urutan layanan yang selalu, sering, kadang-kadang dan tidak
pernah digunakan adalah ATM, ATM, sms banking dan call mandiri. Ketika
melakukan transaksi lainnya, ATM tetap menjadi pilihan utama bagi responden di
lokasi ATM.
70
TABEL IV.8 PREFERENSI PENGGUNAAN LAYANAN ELEKTRONIS
RESPONDEN DI LOKASI ATM Persentase Penggunaan Layanan (%)
Fasilitas Layanan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah Internet Banking Cek Saldo 6.7 10.0 13.3 70.0 Pembayaran Tagihan 10.0 3.3 16.7 70.0 Transfer Antar rekening bank mandiri 3.3 13.3 10.0 73.3 Transfer Antar Bank Via Kliring 3.3 13.3 6.7 76.7 Transfer Antar Bank Via RTGS 13.3 3.3 6.7 76.7 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 3.3 13.3 6.7 76.7 Pembayaran PBB 10.0 3.3 6.7 80.0 Sms Banking Cek Saldo 23.3 26.7 3.3 46.7 Pembayaran Tagihan 6.7 10.0 16.7 66.7 Transfer Antar rekening bank mandiri 3.3 23.3 10.0 63.3 Transfer Antar Bank Via Kliring 0.0 20.0 16.7 73.3 Transfer Antar Bank Via RTGS 16.7 6.7 16.7 70.0 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 0.0 16.7 16.7 76.7 Pembayaran PBB 10.0 6.7 16.7 76.7 Call Mandiri Cek Saldo 3.3 6.7 3.3 86.7 Pembayaran Tagihan 13.3 6.7 0.0 80.0 Transfer Antar rekening bank mandiri 0.0 6.7 10.0 83.3 Transfer Antar Bank Via Kliring 0.0 6.7 10.0 83.3 Transfer Antar Bank Via RTGS 10.0 6.7 0.0 83.3 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 0.0 6.7 10.0 83.3 Pembayaran PBB 0.0 6.7 10.0 83.3 ATM Cek Saldo 83.3 6.7 6.7 3.3 Pembayaran Tagihan 66.7 6.7 3.3 23.3 Transfer Antar rekening bank mandiri 70.0 0.0 3.3 26.7 Transfer Antar Bank Via Kliring 33.3 0.0 6.7 60.0 Transfer Antar Bank Via RTGS 36.7 3.3 3.3 56.7 Pembayaran Kartu Kredit bank lain 26.7 0.0 3.3 70.0 Pembayaran PBB 23.3 0.0 0.0 76.7
Sumber : Lampiran B-4
71
Responden di lokasi ATM menjadikan internet banking sebagai pilihan kedua
dalam melakukan transaksi pembayaran tagihan kartu kredit ke bank lain. Sms
banking juga menjadi pilihan kedua dalam melakukan hampis seluruh kegiatan
transaksi. Layanan yang kadang-kadang digunakan untuk melakukan hampir
keseluruhan transaksi adalah sms banking dan juga call mandiri khusus untuk
transaksi transfer antar rekening bank mandiri. Layanan yang hampir tidak pernah
digunakan dalam keseluruhan transaksi adalah layanan call mandiri. Untuk lebih
jelasnya, pilihan pengguna dalam memanfaatkan layanan bisa dilihat pada tabel IV.8
Responden di lokasi ATM memiliki kecenderungan mengurangi
kunjungannya ke kantor bank, karena beberapa transaksi bisa dialihkan pada layanan
elektronis. Dalam penggunaan layanan elektronis selain ATM, penggunaannya
bervariasi untuk berbagai macam jenis transaksi, tetapi tingkat penggunaanya sangat
rendah karena mereka memang tidak melakukan transaksi-transaksi tersebut.
4.3 Identifikasi Pola Pergerakan Responden
Untuk mengetahui karakteristik pergerakan dari responden, variabel yang
digunakan adalah daerah asal sebelum datang ke ATM maupun kantor bank, alat
transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi, waktu tempuh perjalanan,
apakah ketika responden mendatangi kantor bank atau ATM merupakan tujuan utama
perjalanan. Selain itu juga ditanyakan frekuensi ke kantor bank dan ke ATM, apakah
dengan adanya e-banking terjadi pertambahan frekuensi dan jenis transaksi yang
dilakukan, dan tujuan mereka mendatangi ATM atau kantor bank.
4.3.1 Pola Pergerakan Responden di Lokasi Kantor Bank
Hasil survey dari responden di lokasi kantor bank menunjukkan bahwa ketika
mereka mendatangi kantor bank, 80% dari responden berasal dari rumah sedangkan
20% lainnya daerah asalnya adalah dari kantor/kampus. Responden yang
menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi sebesar 73.3% dan yang
72
menggunakan kendaraan umum adalah 26.7% dari responden. Waktu tempuh
responden menuju kantor bank bervariasi dari 5-40 menit. Sebagian responden
menempuh perjalanan ke kantor bank dalam waktu 5 menit. Ketika responden
melakukan perjalanan ke kantor bank, 50% responden menyatakan bahwa hal
tersebut merupakan tujuan utama, 50% lainnya menyatakan bahwa hal itu bukan
merupakan tujuan utama.
Untuk frekuensi ke kantor bank dalam setahun terakhir, 20% responden
melakukan perjalanan ke kantor bank sebanyak 1 kali, 13.3% responden bank
mengunjungi kantor bank sebanyak 2-5 kali, 36.7% responden sebanyak 6-12 kali,
dan 30% responden mengunjungi kantor bank lebih dari 12 kali. Dalam hal frekuensi
ke ATM dalam sebulan terakhir, 6.7% mengunjungi 1 kali, 66.7% ke ATM sebanyak
2-5 kali, 13.3% mengunjungi ATM 6-12 kali, dan sisanya sebanyak 13.3%
mengunjungi ATM lebih dari 12 kali.
83.3% dari responden di lokasi bank menyatakan bahwa dengan tersedianya
layanan ATM, membuat mereka menambah frekuensi transaksi, sisanya menyatakan
adanya ATM tidak mengakibatkan pertambahan frekuensi transaksi. Pertambahan
frekuensi transaksi untuk responden bank berkisar antara 2-3 kali. Adanya ATM
mengakibatkan 72% responden bank bertambah frekuensi transaksinya menjadi 2 kali
lipat, sisa 28% lainnya bertambah frekuensinya menjadi 3 kali lipat. Untuk jenis
transaksi yang dilakukan, 60% responden bank jenis transaksinya bertambah. Untuk
persentase tujuan mendatangi kantor bank, 30% mengunjungi kantor bank untuk
penarikan uang tunai, 26.7% transfer antar rekening Bank Mandiri, dan 43.3% untuk
tujuan lainnya.
Dari hasil survey ini diketahui bahwa perjalanan ke kantor bank seimbang
antara tujuan utama dan bukan tujuan utama. Kunjungan ke kantor bank bisa
dianggap sebagai suatu kebutuhan yang cukup penting bagi nasabah. Umumnya
daerah asal sebelum ke kantor bank adalah dari rumah, berarti kegiatan menuju lokasi
kantor bank ini merupakan kegiatan yang terencana.
73
TABEL IV.9 KARAKTERISTIK PERGERAKAN
RESPONDEN DI LOKASI KANTOR BANK No Variabel
1
Daerah asal sebelum ke lokasi ATM
Frekuensi Persentase (%)
Rumah 24 80.0 Kantor/Kampus 6 20.0 Belanja 0 0.0 Lainnya 0 0.0
2 Alat transportasi yang digunakan Kendaraan Pribadi 22 73.3 Kendaraan Umum 8 26.7 Jalan Kaki 0 0.0 Lainnya 0 0.0
3 Apakah perjalanan ke lokasi ATM merupakan tujuan utama
Ya 15 50.0 Tidak 15 50.0
4 Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun terakhir 1 Kali 6 20.0 2-5 Kali 4 13.3 6-12 Kali 11 36.7 Lebih dari 12 Kali 9 30.0
5 Frekuensi ke ATM dalam 1 bulan terakhir 1 Kali 2 6.7 2-5 Kali 20 66.7 6-12 Kali 4 13.3 Lebih dari 12 Kali 4 13.3
6 Pertambahan frekuensi transaksi akibat adanya ATM Ya 25 83.3 Tidak 5 16.7
7 Pertambahan jenis transaksi akibat adanya ATM Ya 18 60.0 Tidak 12 40.0
Sumber : Lampiran B-2
74
Jumlah frekuensi ke kantor bank lebih sedikit dibanding dengan jumlah
frekuensi ke ATM. Adanya ATM membuat responden mengurangi frekuensi ke
kantor bank, tetapi menambah pergerakan ke ATM. Selain itu adanya ATM
mengakibatkan responden menambah jenis dan frekuensi transaksinya.
4.3.2 Pola Pergerakan Responden di Lokasi ATM
Hasil survey dari responden di lokasi ATM menunjukkan bahwa ketika
mereka mendatangi kantor bank, 53.3% dari responden berasal dari rumah sedangkan
23.3% daerah asalnya adalah dari kantor/kampus, 10% responden daerah asalnya
adalah belanja dan sisa 13.3% responden berasal dari tempat lainnya. Responden
yang menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai lokasi sebesar 56.7 % dan
yang menggunakan kendaraan umum adalah 43.3% dari responden. Variasi waktu
tempuh responden ATM adalah 5-180 menit. Persentase waktu tempuh yang paling
banyak adalah 5-20 menit (50%). Ketika responden melakukan perjalanan ke ATM,
20% responden menyatakan bahwa hal tersebut merupakan tujuan utama, 80%
lainnya menyatakan bahwa hal itu bukan merupakan tujuan utama.
Untuk frekuensi ke kantor bank dalam setahun terakhir, 23.3% responden
melakukan perjalanan ke kantor bank sebanyak 1 kali, 36.7% responden ATM
mengunjungi kantor bank sebanyak 2-5 kali, 26.7% responden sebanyak 6-12 kali,
dan 13.3% responden mengunjungi kantor bank lebih dari 12 kali. Dalam hal
frekuensi ke ATM dalam sebulan terakhir, 13.3% mengunjungi 1 kali, 70% ke ATM
sebanyak 2-5 kali, 13.3% mengunjungi ATM 6-12 kali, dan sisanya sebanyak 3.3%
mengunjungi ATM lebih dari 12 kali.
90% dari responden di lokasi ATM menyatakan bahwa dengan tersedianya
layanan ATM, membuat mereka menambah frekuensi transaksi, sisanya menyatakan
adanya ATM tidak mengakibatkan pertambahan frekuensi transaksi. Pertambahan
frekuensi transaksi untuk responden ATM berkisar antara 2-10 kali.
75
TABEL IV.10 KARAKTERISTIK PERGERAKAN
RESPONDEN DI LOKASI ATM No Variabel
1
Daerah asal sebelum ke lokasi ATM
Frekuensi Persentase (%)
Rumah 16 53.3 Kantor/Kampus 7 23.3 Belanja 3 10.0 Lainnya 4 13.3
2 Alat transportasi yang digunakan Kendaraan Pribadi 17 56.7 Kendaraan Umum 13 43.3 Jalan Kaki 0 0.0 Lainnya 0 0.0
3 Apakah perjalanan ke lokasi ATM merupakan tujuan utama
Ya 6 20.0 Tidak 24 80.0
4 Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun terakhir 1 Kali 7 23.3 2-5 Kali 11 36.7 6-12 Kali 8 26.7 Lebih dari 12 Kali 4 13.3
5 Frekuensi ke ATM dalam 1 bulan terakhir 1 Kali 4 13.3 2-5 Kali 21 70.0 6-12 Kali 4 13.3 Lebih dari 12 Kali 1 3.3
6 Pertambahan frekuensi transaksi akibat adanya ATM Ya 27 90.0 Tidak 3 10.0
7 Pertambahan jenis transaksi akibat adanya ATM Ya 26 86.7 Tidak 4 13.3
Sumber : Lampiran B-2
76
Adanya ATM mengakibatkan 44.4% responden ATM bertambah frekuensi
transaksinya menjadi 2 kali lipat, 22.2% responden ATM bertambah frekuensinya
menjadi 3 kali lipat. 14.8% bertambah menjadi 4 kali, 11.1% bertambah menjadi 5
kali lipat, dan sisa 7.4% bertambah menjadi 10 kali lipat. Untuk jenis transaksi yang
dilakukan, 86.7% responden bank jenis transaksinya bertambah. Untuk persentase
tujuan mendatangi kantor bank, 80% mengunjungi kantor bank untuk penarikan uang
tunai sedangkan 20% lainnya untuk transfer antar rekening Bank Mandiri.
Dari hasil survey ini diketahui bahwa perjalanan ke ATM umumnya bukan
merupakan tujuan utama perjalanan. Daerah asal sebelum ke ATM sangat bervariasi,
kunjungan ke ATM bisa dianggap sebagai kegiatan sampingan dan tidak terencana.
Jumlah frekuensi ke kantor bank lebih sedikit dibanding dengan jumlah frekuensi ke
ATM. Adanya ATM membuat responden mengurangi frekuensi ke kantor bank,
tetapi menambah pergerakan ke ATM. Selain itu adanya ATM mengakibatkan
responden menambah jenis dan frekuensi transaksinya.
4.4 Karakteristik Responden, Preferensi Penggunaan Layanan, dan Pola
Pergerakan Responden
Dari uraian karakteristik responden, karakteristik pergerakan, akses teknologi
dan pilihan penggunaan layanan. Bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa penyebaran
dan pengembangan perangkat teknologi informasi dan komunikasi di Kota Bandung
sudah cukup tinggi . Setelah mulai dikembangkan sejak belasan tahun yang lalu,
masyarakat kini mulai akrab dengan telepon seluler dan internet. Hampir seluruh
responden memiliki akses terhadap telepon seluler, telepon rumah dan juga akses
internet. Namun penyebaran teknologi tersebut tidak berdampak langsung pada kota,
penyebaran teknologi tidak langsung mengakibatkan masyarakat mengubah segala
bentuk aktivitas kehidupan.
Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi pada kota merupakan sebuah proses
bertahap dan ditentukan oleh bagaimana pemakaian teknologi informasi tersebut.
77
Saat ini masyarakat sampai pada tahapan mengakses dan memiliki perangkat
teknologi informasi dan komunikasi yang ada, namun belum sampai pada tahapan
pemanfaatan yang maksimal. Walaupun akses teknologi di kalangan responden
sudah sangat tinggi, namun teknologi tersebut belum sepenuhnya digunakan untuk
mempermudah transaksi. Beberapa transaksi yang bisa dialihkan pada jenis layanan
lain yang tidak memerlukan adanya pergerakan tetap dilakukan di kantor bank
ataupun ATM. Bahkan ketersediaan ATM yang ada dimana-mana dan bisa diakses
dalam waktu 24 jam justru membuat nasabah menambah frekuensi dan jenis transaksi
yang dilakukan.
Dari hasil uji keterkaitan, beberapa variabel dalam karakteristik responden,
karakteristik pergerakan,dan preferensi penggunaan layanan didapatkan hasil bahwa
variabel yang mempunyai keterkaitan dengan variabel lainnya adalah, pendapatan,
umur dan pekerjaan. Ketiga variabel tersebut terkait dengan frekuensi ke kantor bank.
Keterkaitan ketiga variabel tersebut bisa dianalisis seperti di bawah ini.
TABEL IV.11 KETERKAITAN ANTARA PENDAPATAN
DAN FREKUENSI KE KANTOR BANK Frekuensi ke kantor bank
dalam 1 tahun Pendapatan
1 kali 2-5 kali 6-12 kali
lebih dari 12 kali Total
< Rp. 1000.000 10 9 5 0 24 Rp. 1.000.001- Rp. 2.000.000
3 4 6 1 14 Rp. 2.000.001- Rp. 3.000.000
0 1 2 1 4 Rp. 3.000.001- Rp.4.000.000
0 0 4 6 10 Rp. 4.000.001- Rp.5.000.000 0 0 3 5 8 Total 13 14 20 13 60
Ket: Signifikan pada dua arah (chi-square=0.000) Koefisien Kontigensi 0.618
Sumber: Lampiran B-5
78
Dari tabel IV.11 bisa dilihat bahwa semakin besar pendapatan, maka frekuensi
ke kantor bank juga semakin besar. Besarnya pendapatan berpengaruh pada frekuensi
ke kantor bank, karena semakin besar pendapatan, kebutuhan akan transaksi pun
semakin besar. Sedangkan transaksi yang dibutuhkan tidak semuanya tersedia dalam
bentuk layanan elektronis. Maka untuk mengakses transaksi tersebut, harus
mendatangi kantor bank. Selain itu dengan jumlah pendapatan yang besar,
kemungkinan ada pendapatan yang disisihkan dan ditabung. Untuk transaksi
penyetoran tersebut, harus dilakukan di kantor bank.
Hasil crosstabulasi kedua yang menunjukkan adanya keterkaitan ialah
crosstabulasi antara pekerjaan dan frekuensi ke kantor bank. Pekerjaan yang berbeda
membuat kebutuhan akan jenis transaksi berbeda satu sama lain. Ada beberapa
pekerjaan yang mengharuskan melakukan transaksi keuangan yang tidak bisa
dilakukan melalui layanan elektronis, seperti transfer valas, pengambilan uang dalam
jumlah besar, dan lain sebagainya.
TABEL IV.12 KETERKAITAN ANTARA PEKERJAAN DAN FREKUENSI KE KANTOR BANK
Frekuensi ke kantor bank dalam 1 tahun
Pekerjaan
1 kali 2-5 kali 6-12 kali
lebih dari 12
kali Total ibu rumah tangga 1 1 2 0 4 pelajar/mahasiswa
5 8 6 3 22 pegawai negeri
sipil 1 0 4 1 6
karyawan swasta 1 4 6 1 12
lainnya 5 1 2 8 16 Total 13 14 20 13 60
Ket: Signifikan pada dua arah (chi-square=0.044) Koefisien Kontigensi 0.513
Sumber: Lampiran B-5
79
Variabel terakhir yang mempunyai keterkaitan setelah dilakukan uji
independen ialah keterkaitan antara umur dan frekuensi ke kantor bank. Selain
perbedaan umur menyebabkan tingkat kemampuan dalam menggunakan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi berbeda. Tingkat umur juga mempengaruhi
banyaknya transaksi yang dilakukan. Orang yang sudah berumur biasanya sudah
berkeluarga sehingga mereka melakukan transaksi yang bervariasi sehubungan
dengan kebutuhan keluarganya.
TABEL IV.13 KETERKAITAN ANTARA UMUR
DAN FREKUENSI KE KANTOR BANK Frekuensi ke kantor bank
dalam 1 tahun Umur
1 kali 2-5 kali 6-12 kali
lebih dari 12
kali Total <20 0 5 1 0 6 20-30 9 7 7 8 31 31-40 3 1 6 3 13
> 40 1 1 6 2 10 Total 13 14 20 13 60
Ket: Signifikan pada dua arah (chi-square=0.018) Koefisien Kontigensi 0.500
Sumber: Lampiran B-5 Kebutuhan seseorang akan pelayanan jasa, tergantung pada kondisi sosio-
ekonominya. Tingkat umur, penghasilan dan jenis pekerjaan yang berbeda
membutuhkan layanan jasa yang berbeda baik dari segi jenis maupun jumlah layanan.
Sehingga dalam menentukan kebutuhan akan layanan, perkembangan populasi tidak
bisa hanya dilihat dari perkembangan jumlah, tapi struktur dari jumlah tersebut harus
diperhatikan.
Dalam memanfaatkan layanan yang ada, pengguna membutuhkan waktu
untuk beradaptasi, layanan e-banking selain ATM telah dikembangkan sejak 10 tahun
yang lalu, namun tingkat pemanfaatannya masih rendah. Walaupun nasabah sudah
terdaftar pada layanan tersebut, namun mereka masih belum sadar bahwa layanan
80
tersebut bisa memudahkan mereka melakukan transaksi dan mengurangi pergerakan.
Layanan-layanan tersebut dianggap rumit, susah diakses serta harus meluangkan
waktu untuk menggunakannya. ATM sendiri dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu,
sehingga masyarakat sudah sangat akrab dengan layanan ini. Selain itu bentuk ATM
yang berupa fisik dan bisa dirasakan juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa
layanan ini lebih mudah diterima. Layanan e-banking lainnya tidak mempunyai
bentuk fisik sehingga nasabah ragu dalam memanfaatkan layanan tersebut.
Antara ATM dan bank, nasabah lebih memilih menggunakan ATM,
keberadaan bank mulai tergantikan dengan adanya ATM. Namun tidak semua
fasilitas tersedia di ATM, seperti penarikan uang dalam jumlah banyak, transaksi
valas, penyetoran tabungan dan transfer pada bank yang belum online.
Ketidaktersediaan layanan tertentu ini juga yang membuat layanan e-banking selain
ATM belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini dalam melakukan transaksi
dalam kehidupan sehari-hari, kita biasa menggunakan uang tunai, sehingga
kebutuhan untuk melakukan penarikan uang tunai masih sangat besar dan transaksi
tersebut hanya bisa dilakukan di ATM dan kantor bank.
Secara keseluruhan, pengembangan layanan elektronis masih merupakan
komplementer dari kegiatan transaksi perbankan yang ada, layanan tersebut hanya
mengganti sebagian dari kebutuhan layanan nasabah serta menambah pilihan bagi
pengguna dalam melakukan transaksi, tetapi tidak bisa menggantikan seluruh
kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi.
Perjalanan ke kantor bank dan ke ATM bukanlah tujuan utama sehingga
nasabah lebih memilih bertransaksi di lokasi yang mudah diakses dan waktu tempuh
yang lebih singkat. Hal ini membuat nasabah nyaman melakukan transaksi di kantor
bank dan ATM karena lokasi yang strategis dari kedua layanan tersebut, sambil
melakukan kegiatan lain nasabah bisa mampir ke kantor bank ataupun ATM. Selain
itu perintah transaksinya mudah, nasabah yang awam dengan teknologi tidak perlu
bingung.
81
Dengan menggunakan layanan e-banking selain ATM, nasabah sebenarnya
bisa melakukan transaksi dimana saja dan kapan saja. Namun karena dalam
mengakses teknologi juga harus melakukan perjalanan dan pengguna masih belum
mampu menggunakan teknologi tersebut untuk kebutuhan praktis, maka layanan-
layanan tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal. Selain itu pengguna juga
menganggap bahwa perintah transaksinya rumit.
Sebenarnya jika dibandingkan, perintah transaksi internet banking dan sms
banking juga mudah dilakukan, pada layanan sms banking, beberapa provider sudah
menyediakan menu layanannya sehingga nasabah tidak perlu bingung mengetik
perintah transaksi. Tetapi karena layanan tersebut belum akrab, nasabah takut untuk
menggunakannya. Sampai saat ini nasabah lebih memilih menggunakan layanan yang
bisa diakses secara fisik, aksesibilitas dalam bentuk teknologi belum begitu
dimanfaatkan.
Kehadiran layanan elektronis mengganti sebagian dari kebutuhan pergerakan
responden, hal ini dibuktikan dengan berkurangnya jumlah kunjungan ke kantor bank
akibat adanya ATM. Pengurangan jumlah frekuensi ini terjadi karena sebagian
transaksi yang disediakan di ATM bisa menggantikan transaksi di kantor bank.
Namun kehadiran ATM juga menambah frekuensi dan jenis transaksi yang
dilakukan, dan menimbulkan kebutuhan pergerakan baru. Lokasi ATM yang
jumlahnya lebih banyak, membuat nasabah nyaman mengunjungi ATM.
Selain itu kedekatan ATM dengan kegiatan lain, membuat responden mau
melakukan perjalanan dengan waktu tempuh yang lebih lama, karena mereka
menempuh perjalanan ke ATM sambil menuju tempat kegiatan lain. Perbandingan
waktu tempuh antara kunjungan ke lokasi kantor bank dan lokasi ATM bisa dilihat
pada gambar 4.1.
82
Gambar 4.1 Perbandingan Waktu Tempuh Responden
Menuju Lokasi ATM dan Kantor Bank
Perkembangan layanan baru, tidak mensubstitusi seluruh kegiatan transaksi
yang dibutuhkan oleh responden, pengembangan layanan tersebut hanya
mensubstitusi sebagian transaksi dan menimbulkan kebutuhan transaksi baru.
Pergerakan yang terjadi juga bukan merupakan subsitusi dari pergerakan yang
dibutuhkan, namun hanya berupa komplementer dari kebutuhan pergerakan.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa adanya layanan elektronis mempengaruhi
pergerakan responden. Ada peralihan pergerakan dari kantor bank menuju ATM.
Namun pergerakan yang terjadi tidak digantikan sepenuhnya. Peralihan pergerakan
dari kantor bank ke ATM ini juga diikuti dengan pertambahan jumlah pergerakan.
Kunjungan ke ATM frekuensinya lebih banyak dibanding frekuensi ke kantor bank.
Adanya ATM mengakibatkan terjadinya pertambahan frekuensi dan juga jenis
transaksi yang dilakukan. Perubahan pergerakan ini memberikan dampak positif dan
juga negatif, dampak positifnya adalah pergerakan yang tadinya menuju ke kantor
bank, sebagian dialihkan ke ATM yang letaknya umumnya berada di dalam lokasi
83
kegiatan lain, jadi pergerakan yang terjadi merupakan pergerakan di dalam lokasi
tersebut. Sambil melakukan kegiatan lain, responden bisa melakukan kebutuhan
transaksinya. Sedangkan dampak negatifnya adalah perubahan layanan yang terjadi
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan pergerakan dan pergerakan yang dilakukan
mempunyai waktu tempuh yang lebih lama. Selain itu pergerakan yang terjadi hanya
merupakan pengganti beberapa kebutuhan transaksi jadi tidak sepenuhnya
mengurangi pergerakan, justru menambah jumlah pergerakan.
4.5 Pemilihan Lokasi Layanan Jasa Perbankan
Untuk melihat bagaimana pemilihan lokasi layanan jasa perbankan saat ini,
akan dilihat perkembangan lokasi layanan jasa perbankan di wilayah studi dan
pertimbangan pemilihan lokasi bank.
4.5.1 Perkembangan Lokasi Layanan Jasa Perbankan
Pada awal perkembangan bank di Kota Bandung, pusat kota menjadi pilihan
utama bagi bank dalam memilih lokasi kantor. Yang menjadi alasan mengapa bank
berlokasi pada pusat kota adalah kedekatan dengan perdagangan, keuntungan
aglomerasi, kemudahan akses dan kemudahan melakukan komunikasi dengan pihak
lain. Pada periode tahun 1990 terdapat perubahan pola distribusi kantor bank.
Distribusi lokasi kantor bank yang tadinya memusat di kawasan pusat kota
mengalami penyebaran dan mulai terkonsentrasi di kawasan pinggiran. Kantor-kantor
bank di Kota Bandung pada tahun 1980, lokasinya sebagian besar terkonsentrasi pada
kawasan pusat kota. Pada tahun 1990, mulai bermunculan kantor bank yang berlokasi
di luar kawasan pusat kota (pinggiran), terutama pada bagian utara kota. Tiga alasan
utama yang menyebabkan perubahan ini ialah terjadinya penyebaran perdagangan
pada kawasan pinggiran, berkembangnya kawasan-kawasan permukiman baru di
kawasan pinggiran dan penyebaran fasilitas telekomunikasi.
84
Sampai dengan tahun 2007, walaupun akses informasi dan perkembangan
layanan sudah semakin meningkat, bank tidak harus melayani nasabah dengan
menyediakan kantor bank. Pola distribusi kantor bank tetap mengikuti pola
persebaran yang ada sejak tahun 1990, semakin banyak kantor bank terdistribusi di
luar kawasan pusat kota. Saat ini, selain di pusat kota, sebagian besar kantor bank
terdistribusi sepanjang Jalan Sukajadi, Jalan Ir H Juanda, Jalan Ahmad Yani, Jalan
Sudirman-Cimahi, Jalan kopo dan Jalan Buah Batu- Soekarno Hatta-Kiara Condong.
Terjadi aglomerasi kantor-kantor bank pada daerah-daerah tersebut.
Dari persebaran lokasi kantor bank ini, bisa ditarik suatu kesimpulan, bahwa
baik sejak awal perkembangan lokasi kantor bank sampai saat ini, perkembangan
perilaku lokasi kantor bank memiliki pola mengikuti kegiatan perdagangan. Pada
kondisi awal dimana kegiatan perdagangan memusat pada kawasan pusat kota, maka
lokasi kantor bank juga berada pada kawasan pusat kota. Ketika terjadi perubahan
persebaran kegiatan perdagangan, dimana kegiatan perdagangan tidak lagi hanya
terdapat di pusat kota, yaitu ketika kegiatan perdagangan mengalami penyebaran
karena perkembangan permukiman baru yang menyebar, maka lokasi kantor bank
menyebar juga. Perilaku lokasi yang mengikuti persebaran kegiatan perdagangan ini
terkait dengan peranan bank sebagai layanan jasa. Lokasi jasa merupakan fungsi dari
dua hal yaitu akses terhadap informasi dan minimasi perjalanan dari pegawai dan
nasabah. Dengan berlokasi dekat daerah perdagangan, maka kantor bank memperoleh
akses informasi yang baik dan juga mendekatkan diri pada nasabah sehingga bisa
meminimasi perjalanan nasabah. Akses informasi ini dalam karakteristik lokasi
kantor bank dicerminkan sebagai aglomerasi dengan kegiatan sejenis, tersedianya
fasilitas telekomunikasi yang memadai, kedekatan dengan kegiatan industri, dan
kedekatan dengan kegiatan perdagangan dan pusat bisnis. Maka semakin berkembang
kegiatan perdagangan di suatu daerah, maka akan terjadi perkembangan kantor bank
di lokasi tersebut.
85
Saat ini, lokasi kantor bank teraglomerasi di sekitar Jalan Sukajadi, karena
daerah tersebut merupakan daerah tempat berkembangnya kawasan komersial dan
perumahan pada poros regional Bandung-Lembang, perkembangan lokasi bank di
Jalan Ir H Juanda karena lokasi tersebut ialah daerah yang intensitas penetrasi
kegiatan komersial pada kawasan perumahan sangat besar, alasan-alasan ini juga
berlaku pada lokasi perkembangan bank di ruas jalan lainnya. Dengan meningkatnya
kegiatan komersial ataupun perumahan di daerah tersebut, maka potensi nasabah baik
nasabah produsen maupun nasabah konsumen semakin besar, sehingga bank berusaha
untuk mendekati nasabah dan memilih berlokasi di daerah tersebut. Kondisi ini
ditunjang dengan semakin meratanya fasilitas telekomunikasi di seluruh wilayah
kota, sehingga walaupun berlokasi di luar kawasan pusat kota, kemudahan
mengadakan kontak tidak terganggu. Untuk lebih jelasnya, pola persebaran lokasi
kantor bank, bisa dilihat pada gambar 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5.
Dengan melihat peta distribusi kantor bank tahun 2007 (gambar 4.5) dan peta
guna lahan Kota Bandung, bisa dilihat bahwa persebaran kantor bank lebih banyak
pada daerah komersial, yaitu mendekati lokasi perusahaan-perusahaan. Kantor bank
yang mendekati lokasi perumahan, jumlahnya lebih sedikit. Pada lokasi-lokasi
tersebut, persebaran kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kasnya
merata. Sedangkan untuk kantor pusat bank, lokasinya umumnya di pusat kota, yaitu
di jalan asia-afrika karena pada awal berdirinya bank-bank umumnya berlokasi di
kawasan pusat kota.
86
Gambar 4.2Distribusi Kantor Bank Tahun 1980
Lokasi Kantor Bank
Sumber: Bank Indonesia
U
87
Gambar 4.3Distribusi Kantor Bank Tahun 1988
Lokasi Kantor Bank
Sumber: Bank Indonesia
U
88
Gambar 4.4Distribusi Kantor Bank Tahun 1990
Lokasi Kantor Bank
Sumber: Bank Indonesia
U
89
Gambar 4.5Distribusi Kantor Bank Tahun 2007
Lokasi Kantor Bank
Sumber: Data Lokasi Bank
U
90
K O TA B A N D U N G
Legenda :
1,3 0 5,2 KmSkala 1:130.000U
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
8
SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG200
PETA GUNA LAHAN
Batas KotaBatas Kecamatan
EmplasemenIndustriJasaPermukimanKebun CampuranKuburanLapangan Olah RagaMonumenPerusahaanSawahTamanTanah KosongTegalan
JalanSungai
GAMBAR 4.6
KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN BANDUNG
KABUPATEN BANDUNG
Kec.SUKASARI
Kec.CIDADAP
Kec.SUKAJADI
Kec.COBLONG
Kec.CICENDO
Kec.ANDIR
Kec. CIBEUNYINGKALERKec.
BANDUNGWETAN
Kec.SUMURBANDUNG
Kec.CIBEUNYINGKIDUL
Kec. BANDUNG KULON
Kec.BABAKANCIPARAY
Kec.BOJONGLOA KALER
Kec.BOJONGLOAKIDUL
Kec. ASTANA ANYAR
Kec.REGOL
Kec.LENGKONG
Kec.BANDUNGKIDUL
Kec. BATUNUNGGAL
Kec.MARGA CINTA Kec.
RANCASARI
Kec.CICADAS Kec.
ARCAMANIK Kec. KIARACONDONG
Kec. UJUNGBERUNG
Kec.CIBIRU
KOTACIMAHI
KABUPATEN BANDUNG
S um ber : D inas Pertanahan K ota Bandung, 2003
91
4.5.2 Pertimbangan Pemilihan Lokasi
Pada tahun 1990an ketika persebaran teknologi informasi dan komunikasi
mulai mengalami persebaran yang merata, hasil penelitian Setyono (1992)
mengungkapkan bahwa pertimbangan utama bagi perbankan dalam memilih lokasi
ialah kedekatan dengan kegiatan perdagangan, tersedianya jaringan telepon,
kedekatan dengan jaringan jalan utama, kompetisi dengan bank lain dan kedekatan
dengan pusat kota. Kelima faktor tersebut menjadi pertimbangan utama karena bank
yang ada di Indonesia, sebagian besar fokusnya ialah pada bisnis perbankan retail
yang melayani nasabah perorangan sehingga untuk mendekati nasabah, bank memilih
berlokasi di dekat kegiatan perdagangan. Ketersediaan jaringan telekomunikasi,
kedekatan dengan jalan utama dan kompetisi dengan bank lain ialah perwujudan dari
dua pertimbangan yang selalu menjadi faktor lokasi kegiatan ekonomi, yaitu
aksesibilitas dan aglomerasi. Kedua kegiatan itu berkaitan dengan usaha
meminimalkan biaya yang bagi kegiatan-kegiatan ekonomi merupakan salah satu
syarat untuk memaksimalkan keuntungan. Pertimbangan kedekatan dengan pusat
kota dapat dianggap sebagai usaha untuk mendapatkan ketiga faktor tersebut dalam
satu titik.
Saat ini, dengan semakin meratanya jaringan teknologi informasi dan
komunikasi di seluruh kota serta aksesibilitas yang tidak hanya secara fisik tapi juga
secara teknologi informasi dan komunikasi, apakah bank mengalami perubahan
dalam pertimbangan pemilihan lokasi. Area layanan bank bukan berdasarkan
administratif namun berdasarkan tingginya permintaan pasar yang ada kemudian baru
dipilih lokasi yang strategis. Bagi Bank Mandiri yang menjadi contoh kasus dalam
penelitian ini, pembagian wilayah layanan perbankan di satu kota dibagi menjadi
beberapa sektor. Tiap sektor memiliki kantor cabang, kantor cabang pembantu dan
kantor kas. Penentuan kantor-kantor ini berdasarkan lokasi dan permintaan pasar.
Untuk Bank Mandiri cabang Bandung, dibagi menjadi 3 sektor, yang mengajukan
usulan pengoperasian kantor bank baru ialah tim peneliti dari tiap sektor. Dalam
92
melakukan analisis untuk menentukan apakah perlu ada kantor bank baru di wilayah
tersebut, hal-hal yang akan dianalisa oleh tim peneliti dari tiap sektor tersebut ialah :
1. Letak Geografis
2. Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Kependudukan
Berisi tentang informasi mengenai demografi wilayah / kecamatan dimana
Bank Mandiri akan membuka suatu kantor baru
3. Sarana dan Fasilitas Umum
Informasi mengenai sarana dan fasilitas umum biasanya didapatkan dari
kantor kecamatan dimana Bank Mandiri akan membuka jaringan kantor baru
4. Potensi Perekonomian (biasanya dilihat dari PRDB) contohnya seperti ini
5. Potensi Perbankan
Berisi tentang informasi peta persaingan perbankan dimana Bank Mandiri
akan membuka jaringan kantor baru, termasuk berisi data perkembangan dana
perbankan di wilayah tersebut .
Dari data yang ada diatas, tim peneliti kemudian akan membuat analisis
sebagai berikut:
1. Lokasi tempat pembukaan kantor tersebut
2. Prasarana pendukung yang diperlukan
3. Perkiraan Penghimpunan Dana yang akan diperoleh
4. Perkiraan Pendapatan
5. Perkiraan Biaya dan Analisa Break Even Point
6. Analisa Break Even Point
Untuk pertimbangan pembukaan kantor bank, umumnya setiap bank sama.
Untuk Bank Mandiri sendiri, pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan lokasi
baru ialah letak geografis lokasi tersebut, wilayah administrasi pemerintahan dan
kependudukan, sarana dan fasilitas umum yang tersedia, potensi perekonomian serta
potensi perbankan di daerah tersebut. Diadakan analisis geografis dan demografi di
wilayah masing-masing untuk kemudian ditentukan apakah perlu dibangun kantor
93
cabang di daerah tersebut. Baik untuk menangkap nasabah baru atau karena
permintaan di daerah tersebut memang besar sehingga butuh kantor baru. Salah satu
pertimbangan penentuan lokasi kantor baru juga ditentukan oleh ada atau tidaknya
bank lain di kawasan tersebut, jika ada bank lain yang mulai mengoperasikan kantor
di daerah tersebut, umumnya bank lain akan mengikuti. Ini karena adanya tingkat
kompetisi yang tinggi. Pengoperasian kantor baru terjadi karena ada usulan dari
sektor tersebut yang kemudian disetujui oleh pusat atau memang arahan dari pusat.
Jadi tidak ada perbedaan yang mendasar dalam menentukan lokasi perbankan
antara tahun 1990an dan saat ini, meskipun perkembangan teknologi yang ada sudah
sangat maju. Perbedaan mendasar yang terjadi ialah kedekatan dengan pusat kota
tidak menjadi pertimbangan utama. Faktor penting bagi bank dalam menentukan
lokasi ialah potensi pasar yang besar, letak geografis lokasi , ketersediaan jaringan
telekomunikasi dan kompetisi dengan bank lain. Jika dilihat urutan pertimbangannya,
pada tahun 1990an ketika teknologi informasi dan komunikasi belum menyebar
secara merata, teknologi informasi dan komunikasi berada pada urutan atas
pertimbangan pemilihan lokasi. Di tahun 2007 dengan meningkatnya jaringan
telekomunikasi di seluruh kota, maka pertimbangan ketersediaan teknologi informasi
dan komunikasi tidak lagi berada di urutan atas.
Kondisi perbankan di Kota Bandung saat ini, walaupun akses masyarakat
terhadap teknologi sudah tinggi dan sudah banyak dikembangkan delivery chanels
yang lain, yang bertujuan untuk mengurangi transaksi di kantor cabang. Karena
nasabah masih belum aware dengan layanan tersebut, belum ada penurunan jumlah
yang berarti, berkaitan dengan jumlah nasabah yang mengunjungi kantor cabang.
Sehingga untuk saat ini belum terjadi pengurangan kantor cabang. Bahkan
perkembangan kantor bank masih sangat besar, karena dengan memanfaatkan
teknologi, bank mengembangkan produk-produk baru yang menambah kebutuhan
nasabah untuk bertransaksi. Belum ada perubahan yang berarti dalam pertimbangan
pemilihan lokasi, jika dibandingkan dengan pertimbangan pemilihan lokasi pada era
94
1990an, pertimbangan pemilihan lokasi pada saat ini pun masih sama, yaitu
bagaimana mendekati nasabah.
Saat ini pun bank masih memilih untuk berlokasi pada daerah perdagangan
dan juga perumahan untuk menangkap nasabah yang lebih banyak. Tapi lebih
cenderung mendekati daerah perdagangan. Karena cara untuk mendekati pasar ialah
dengan mendekati daerah-daerah tersebut. Hal ini terkait dengan perjalanan ke kantor
bank yang umumnya bukan merupakan kegiatan utama sehingga untuk menarik
nasabah maka lokasi kantor bank diletakkan di dekat lokasi kegiatan komersial,
karena nasabah akan melakukan kegiatan-kegiatan lain tersebut. Sambil melakukan
kegiatan utamanya, nasabah bisa melakukan transaksi di kantor bank. Aksesibilitas
secara fisik masih menjadi pertimbangan utama. Walaupun aksesibilitas elektronis
sudah berkembang namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna.
Untuk ke depannya memang direncanakan kegiatan yang bisa dilakukan dengan
teknologi, dikerjakan dengan teknologi dan bukan menggunakan tenaga manusia.
Dampak teknologi informasi yang terjadi saat ini ialah adanya perbedaan dalam
tingkat pemanfaatan teknologi.
Yang menjadi perbedaan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
antara dulu dan sekarang ialah besar pemanfaatannya dalam memberikan layanan
kepada nasabah. Saat ini bank berusaha mengalihkan transaksi yang biasa di kantor
bank dan ATM ke layanan elektronis internet banking, call mandiri dan sms banking
karena lebih efisien dan biaya nya lebih sedikit. Harapan ke depannya ialah setiap
transaksi bisa dilakukan melalui layanan elektronis. Namun untuk mencapai ke
tahapan tersebut, waktu yang dibutuhkan masih sangat lama. Harus ada perubahan-
perubahan dalam pemanfaatan teknologi oleh nasabah dan perubahan dalam cara
melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Bank merupakan kegiatan ikutan yang jumlahnya di suatu wilayah akan
semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kegiatan komersial dan
perdagangan di daerah tersebut. Selain itu tingkat persaingan yang tinggi akan
95
membuat bank menumpuk di satu daerah, sebagai usaha untuk memperebutkan
nasabah. Prosedur perijinan boleh atau tidaknya dibangun cabang baru,
dititikberatkan pada motivasi untuk meraih keuntungan. Sehingga struktur ruang dan
ketersediaan layanan bank di daerah yang potensi pasarnya rendah tidak diperhatikan.
Dari sisi pengguna, Untuk pertimbangan memilih lokasi ketika akan
melakukan transaksi, jika dilihat dari nilai rata-rata, maka bagi responden di lokasi
ATM faktor yang menjadi pertimbangan utama ialah waktu tempuh menuju lokasi
dan kemudahan untuk mencapai lokasi, sedangkan yang menjadi pertimbangan kedua
ialah dekat dengan kegiatan lain, kenyamanan dan keamanan.
TABEL IV.14 NILAI RATA-RATA PERTIMBANGAN RESPONDEN
DALAM MEMILIH LOKASI
Nilai Rata-rata Pertimbangan
ATM Bank
Waktu Tempuh 2.63 2.63
Lokasi Mudah Dicapai 2.80 2.76
Dekat dengan Kegiatan Lain 3.16 3.17
Kenyamanan 3.20 3.23
Keamanan 3.20 3.20
Sumber: Hasil Analisis 2008
Pertimbangan tersebut ternyata juga berlaku bagi responden di lokasi kantor
bank. Faktor pertimbangan utamanya ialah waktu tempuh menuju lokasi dan
kemudahan mencapai lokasi. Sedangkan pertimbangan kedua ialah kedekatan dengan
lokasi lain, keamanan dan juga kenyamanan. Maka untuk lokasi kantor bank yang
melayani nasabah perorangan, lokasinya harus mempunyai waktu tempuh yang
singkat, waktu tempuh ini bisa berupa waktu tempuh dari rumah maupun waktu
tempuh dari tempat masyarakat melakukan kegiatan lain, seperti kantor maupun
kampus. Karena umumnya kunjungan ke kantor bank bukanlah tujuan utama.
96
Kemudahan mencapai lokasi digambarkan sebagai ketersediaan sarana dan prasarana
transportasi untuk mengakses kantor bank.
Faktor-faktor pertimbangan tersebut, mempunyai nilai yang hampir sama. Jadi
semua faktor tersebut merupakan pertimbangan yang sangat penting bagi nasabah
dalam memilih lokasi melakukan transaksi. Pilihan nasabah dalam memilih lokasi ini
juga sejalan dengan pertimbangan pemilihan lokasi kantor bank, nasabah juga
memilih lokasi melakukan transaksi pada tempat yang dekat dengan lokasi kegiatan
lain. Sehingga pergerakan pada daerah-daerah komersial yang ramai pun semakin
banyak.
Baik pelaku perbankan maupun pengguna layanan perbankan memilih lokasi
pada daerah yang dekat dengan kegiatan komersial. Dari segi pelaku perbankan, hal
ini terbukti jelas dengan pemilihan lokasi kantor bank dan juga lokasi ATM yang
umumnya diletakkan pada daerah kegiatan komersial. Apalagi saat ini dengan
kebutuhan ruang yang lebih kecil untuk ATM ,maka ATM bisa lebih bebas
diletakkan pada daerah kegiatan komersial. Dilihat dari sisi pengguna layanan bank,
kecenderungan melakukan transaksi di ATM untuk tiap jenis transaksi yang bisa
dilakukan di ATM menunjukkan semakin dekat lokasi transaksi dengan kegiatan lain
yang dilakukan, maka lokasi tersebut menjadi pilihan utama dalam melakukan
transaksi.