Bab 4 - Hasil Dan Pembahasan

18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru di Puskesmas Padang Selasa tahun 2011-2014 Cakupan penemuan kasus baru TB paru diperoleh dari rekapan data mengenai masyakarat yang baru terdiagnosis TB. Menurut pedoman penanggulangan kasus TB paru, Puskesmas melakukan penyajian dan analisis sederhana untuk cakupan penemuan kasus TB paru. Tabel berikut menunjukkan data cakupan penemuan TB paru di Puskesmas Padang Selasa Palembang pada tahun 2011-2014. Tabel 4.1.1. Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru di Puskesmas Padang Selasa Palembang 2011 2012 2013 2014 Cakupan Kasus TB Paru 35% 35% 35% 30,9% Sumber : Profil Puskesmas Padang Selasa 2014 Cakupan penemuan kasus baru TB paru pada tahun 2011, 2012 dan 2013 sebesar 35%. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada perubahan dalam cakupan penemuan kasus baru TB. Angka 35% juga menunjukkan bahwa cakupan penemuan kasus baru TB paru masih dibawah target. Sedangkan cakupan penemuan kasus baru TB paru pada 24 Tahun Indikat

description

hasil dan pembahasan

Transcript of Bab 4 - Hasil Dan Pembahasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru di Puskesmas Padang Selasa tahun 2011-2014

Cakupan penemuan kasus baru TB paru diperoleh dari rekapan data mengenai masyakarat yang baru terdiagnosis TB. Menurut pedoman penanggulangan kasus TB paru, Puskesmas melakukan penyajian dan analisis sederhana untuk cakupan penemuan kasus TB paru. Tabel berikut menunjukkan data cakupan penemuan TB paru di Puskesmas Padang Selasa Palembang pada tahun 2011-2014.

Tabel 4.1.1. Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru di Puskesmas Padang Selasa Palembang

2011

2012

2013

2014

Cakupan Kasus TB Paru

35%

35%

35%

30,9%

Sumber : Profil Puskesmas Padang Selasa 2014

Cakupan penemuan kasus baru TB paru pada tahun 2011, 2012 dan 2013 sebesar 35%. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada perubahan dalam cakupan penemuan kasus baru TB. Angka 35% juga menunjukkan bahwa cakupan penemuan kasus baru TB paru masih dibawah target. Sedangkan cakupan penemuan kasus baru TB paru pada tahun 2014 sebesar 30,9%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan penemuan kasus TB paru dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Angka ini menggambarkan bahwa cakupan penemuan kasus baru TB paru masih dibawah target pencapaian Indonesia yaitu sebesar 70%. Perincian data cakupan penemuan kasus baru TB paru pada tahun 2014 ditampilkan pada tabel 4.1.2, sebagai berikut:

Tabel 4.1.2. Rincian Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru di Puskesmas Padang Selasa Tahun 2014

Jenis Kasus TB

Jumlah Masyarakat

Jumlah Kasus

Persentase

(%)

Tuberkulosis paru BTA (+)

52.436

18

25,6

Tuberkulosis paru BTA (-), Rontgen (+)

52.436

8

8,9

Jumlah

52.436

26

30,9

Sumber : Profil Puskesmas Padang Selasa 2014

Dari tabel diatas, terdapat 26 kasus tuberkulosis paru yang ditemukan. Dari 26 kasus tersebut, sebanyak 18 (25,6%) merupakan kasus tuberkulosis paru dengan BTA positif dan sebanyak 8 (8,9%) merupakan kasus tuberkulosis paru dengan BTA negatif namun hasil rontgen yang positif. Hal ini menjelaskan bahwa pendeteksian kasus TB di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa masih sangat rendah. Hal ini bisa dipengaruhi beberapa faktor penghambat ataupun faktor pendukung yang akan dibahas di bagian selanjutnya.

4.2. Faktor-Faktor Penghambat Yang Mempengaruhi Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas Padang Selasa Tahun 2014

Cakupan penemuan kasus baru TB paru di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa masih tergolong rendah. Berbagai hambatan dapat mempengaruhinya (W dan T). Dalam membahas masalah rendahnya cakupan penemuan kasus baru TB paru, maka kami akan melakukan analisa dengan menggunakan metode SWOT (Terlihat pada tabel dibawah ini).

4.3 Faktor-Faktor Pendukung Yang Mempengaruhi Cakupan Penemuan Kasus Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas Padang Selasa Tahun 2014

Cakupan penemuan kasus baru TB paru di wilayah kerja Puskesmas Padang Selasa masih tergolong rendah. Berbagai faktor pendukung (S dan O) dapat mempengaruhinya. Dalam membahas masalah rendahnya cakupan penemuan kasus baru TB, maka kami akan melakukan analisa dengan menggunakan metode SWOT (Terlihat pada tabel dibawah ini)

4.4. Prioritas Pemecahan Masalah Penemuan Kasus Baru TB Paru BTA Positif di Puskesmas Padang Selasa Tahun 2014

Dalam menentukan prioritas dan solusi masalah terhadap rendahnya cakupan penemuan kasus baru TB, maka kami akan melakukan analisa terhadap faktor pendukung dan faktor penghambat yang didapat dari hasil analisa SWOT dengan Faktor Kekuatan Kunci (FKK). (Terlihat pada tabel dibawah ini)

Berikut kami lampirkan langkah-langkah dalam melakukan analisa dengan metode SWOT untuk membahas faktor pendukung, faktor penghambat, dan prioritas serta solusi pemecahan masalah selengkapnya pada tabel berikut ini:

Analisis SWOT

Tabel 4.2.1. Identifikasi Faktor Internal

FAKTOR INTERNAL

STRENGTHS

WEAKNESS

S1

Memiliki tim pengelola program TB yang sudah terlatih.

W1

Belum maksimalnya kegiatan kunjungan ke rumah oleh tim untuk menjaring suspek TB.

S2

Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB.

W2

Belum semua petugas Puskesmas mendapatkan disseminasi mengenai pendeteksian TB.

S3

Adanya dana dalam pengelolaan program TB dari GF (Global Fund) dan APBD Kota Palembang.

W3

Kesulitan untuk mendapatkan dahak bagi tersangka penderita TB.

Tabel 4.2.2. Identifikasi Faktor Eksternal

FAKTOR EKSTERNAL

OPPORTUNITIES

THREATHS

O1

Adanya pertemuan secara berkala oleh Dinas Kesehatan yang turut aktif dalam monev program TB di Puskesmas.

T1

Kerjasama yang belum maksimal dengan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah dan non pemerintah.

O2

Adanya kebijakan Kemenkes terhadap program penanggulangan TB paru yang tertuang dalam Juknis dan Juklak program penanggulangan TB.

T2

Peran kader untuk membantu proses penjaringan kasus masih kurang.

O3

Syarat akreditasi kesehatan di klinik dan rumah sakit harus melaksanakan program penanggulangan TB dengan strategi DOTS.

T3

Masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi tentang TB paru.

Dilanjutkan ke langkah ke-2 ,dilakukan komparasi antara faktor internal dan faktor eksternal, selengkapnya pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2.3. Komparasi Faktor Internal

NO

Faktor Internal

Faktor Yang Lebih Urgent

NF

BF (%)

1

2

3

4

5

6

1

Memiliki tim pengelola program TB yang sudah terlatih.

4

4

4

4

4

20

18,52%

2

Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB.

4

3

3

5

5

20

18,52%

3

Adanya dana dalam pengelolaan program TB dari GF (Global Fund) dan APBD Kota Palembang.

4

3

5

3

3

18

16,67%

4

Belum maksimalnya kegiatan kunjungan kerumah oleh tim untuk menjaring suspek TB.

4

3

5

2

3

19

17,59%

5

Belum semua petugas Puskesmas mendapatkan disseminasi mengenai pendeteksian TB.

4

5

3

2

2

16

14,81%

6

Kesulitan untuk mendapatkan dahak bagi tersangka penderita TB.

4

5

3

3

2

15

13,89%

TOTAL

108

100%

Selanjutnya dikomparasi semua faktor internal dan eksternal, rinciannya sebagai berikut pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2.4. Komparasi Faktor Eksternal

NO

Faktor Eksternal

Faktor Yang Lebih Urgent

NF

BF (%)

1

2

3

4

5

6

1

Adanya pertemuan secara berkala oleh Dinas Kesehatan yang turut aktif dalam monev program TB di Puskesmas.

4

3

4

4

4

19

19,00%

2

Adanya kebijakan Kemenkes terhadap program penanggulangan TB paru yang tertuang dalam Juknis dan Juklak program penanggulangan TB.

4

4

3

3

2

16

16,00%

3

Syarat akreditasi kesehatan di klinik dan RS harus melaksanakan program penanggulangan TB dengan strategi DOTS.

3

4

4

2

3

15

15,00%

4

Kerjasama yang belum maksimal dengan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah dan non pemerintah.

4

3

4

4

3

19

19,00%

5

Peran kader untuk membantu proses penjaringan kasus masih kurang.

4

3

2

4

3

16

16,00%

6

Masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi tentang TB paru.

4

2

3

3

3

15

15,00%

TOTAL

100

100%

Setelah dilakukan komparasi langkah ke-3, dilakukan evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal untuk menentukan faktor kunci keberhasilan (FKK). Rincian selengkapnya sebagaimana terdapat pada tabel 4.2.5 sebagai berikut :

Tabel 4.2.5 Evaluasi Keterkaitan Faktor Internal dan Eksternal

NO

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

BF

%

ND

NDB

NILAI KETERKAITAN

NRK

NRK X BF NBK

TNB

NDB+NBK

FKK

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

2

3

KEKUATAN (S)

Memiliki tim pengelola program TB yang sudah terlatih

Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB

Adanya dana dalam pengelolaan program TB

18,52%

18,52%

16,67%

5

4

3

0,93

0,74

0,50

X

5

4

5

X

4

4

4

X

5

5

3

3

3

2

6

3

3

5

3

3

5

2

5

2

5

5

4

4

2

4

3

2

2

3

3

4,00

3,64

3,27

0,74

0,67

0,55

1,67

1,41

1,05

1

2

4,13

1

2

3

KELEMAHAN (W)

Belum maksimalnya kegiatan kunjungan kerumah oleh tim untuk menjaring suspek TB

Belum semua petugas puskesmas mendapatkan disseminasi mengenai pendeteksian TB.

Kesulitan untuk mendapatkan dahak bagi tersangka penderita TB

17,59%

14,81%

13,89%

4

3

2

0,70

0,44

0,28

5

3

5

5

3

3

3

2

3

X

2

5

2

X

2

5

2

X

5

2

5

4

2

4

2

5

3

4

4

2

4

4

4

5

3

5

4,00

2,91

3,73

0,70

0,43

0,52

1,41

0,88

0,80

1

2

3,08

1

2

3

PELUANG (O)

Adanya pertemuan secara berkala oleh Dinas Kesehatan turut aktif dalam monev program TB di Puskesmas.

Adanya kebijakan Kemenkes terhadap program penanggulangan TB paru yang tertuang dalam Juknis dan Juklak program penanggulangan TB.

Syarat akreditasi kesehatan harus melaksanakan program penanggulangan TB dg strategi DOTS.

19,00%

16,00%

15,00%

5

4

3

0,95

0,64

0,45

5

5

2

3

2

5

3

5

5

5

4

2

2

2

5

5

4

3

X

4

3

4

X

4

3

4

X

2

5

2

2

3

2

5

2

4

3,55

3,64

3,36

0,67

0,58

0,50

1,62

1,22

0,95

1

2

3,80

1

2

3

ANCAMAN (T)

Kerjasama yang belum maksimal dengan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah dan non pemerintah.

Peran kader untuk membantu proses penjaringan kasus masih kurang.

Masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi tentang TB paru.

19,00%

16,00%

15,00%

4

3

2

0,76

0,48

0,30

4

4

2

4

3

3

2

2

3

4

4

5

4

4

3

2

4

5

2

2

5

5

3

2

2

2

4

X

4

2

4

X

3

2

3

X

3,18

3,18

3,36

0,60

0,51

0,50

1,36

0,99

0,80

1

2

3,16

Setelah dilakukan analisa menentukan mana yang menjadi faktor kunci keberhasilan dilanjutkan langkah ke empat menentukan mana yang menjadi prioritas 1 dan 2 dengan melihat hasil analisa dari nilai TNB yang tertinggi. Dari hasil analisa didapat beberapa faktor kunci keberhasilan yang akan meningkatkan cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA positif pada tabel 4.2.6 (Tabel FKK), sebagai berikut :

Tabel. 4.2.6. Faktor Kunci Keberhasilan

STRENGTHS

WEAKNESS

1. Memiliki tim pengelola program TB yang sudah terlatih.

2. Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB

1. Belum maksimalnya kegiatan kunjungan kerumah oleh tim untuk menjaring suspek TB.

2. Belum semua petugas puskesmas mendapatkan disseminasi mengenai pendeteksian TB.

OPPORTUNITIES

THREATHS

1. Adanya pertemuan secara berkala oleh Dinas Kesehatan yang turut aktif dalam monev program TB di Puskesmas.

2. Adanya kebijakan Kemenkes terhadap program penanggulangan TB paru yang tertuang dalam Juknis dan Juklak program penanggulangan TB.

1. Kerjasama yang belum maksimal dengan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah dan non pemerintah.

2. Peran kader untuk membantu proses penjaringan kasus masih kurang.

Berdasarkan penilaian dari FKK, unsurunsur yang terdapat pada analisa SWOT dilakukan pemetaan, maka selengkapnya disajikan sebagai berikut seperti gambar dibawah ini :

(+)

II I

(-) (+)

IIIIV

(-)

Gambar diatas menunjukkan peta posisi kekuatan program penanggulangan TB Paru di Puskesmas Padang Selasa berada pada kuadran I. Artinya unit kerja ini memiliki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang besar untuk melakukan upaya peningkatan kualitas program penemuan kasus baru TB paru.

Dari hasil analisa pada tabel 4.2.6 di unsur S dan O (Strengths dan Opportunities) didapat beberapa faktor keberhasilan prioritas yang akan mendukung peningkatan program penanggulangan TB nanti sebagai berikut pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2.7. Faktor Kekuatan Kunci (FKK)

NO

FAKTOR KEKUATAN KUNCI (FKK)

ALTERNATIF

TUJUAN

KEKUATAN KUNCI

(S)

KEKUATAN KUNCI

(O)

1.

Memiliki tim pengelola program TB yang sudah terlatih.

Adanya pertemuan secara berkala oleh Dinas Kesehatan yang turut aktif dalam monev program TB di Puskesmas.

1. Memberikan disseminasi (pemberian informasi) kepada seluruh petugas Puskesmas yang berada di ruang pelayanan mengenai pendeteksian kasus TB sehingga terjadi peningkatan penjaringan kasus baru TB.

2

Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB.

Adanya kebijakan Kementerian Kesehatan terhadap program penanggulangan TB paru yang tertuang dalam Juknis dan Juklak program penanggulangan TB.

1. Meningkatkan program kunjungan rumah pada penderita TB paru yang positif oleh petugas Puskesmas.

Penilaian dan Penentuan Tujuan

Untuk dapat menjawab tujuan penulisan makalah ini, maka akan dilanjutkan dengan penentuan atau pemilihan alternatif yang terbaik berdasarkan nilai manfaatnya (M) bagi publik, dan nilai kemampuan mengatasi kelemahan (KML) dan kemampuan mengatasi ancaman (KMA) yang diperkirakan dapat menghambat pencapaian tujuan.

Tabel 4.2.8. Faktor Kekuatan Kunci (FKK)

FAKTOR KEKUATAN KUNCI (FKK)

ALTERNATIF TUJUAN

M

KLM

K

M

A

TN

KEKUATAN KUNCI

PELUANG KUNCI

1. Memiliki tim pengelola program TB yang sudah terlatih.

2. Terdapat SOP untuk melaksanakan upaya pemeriksaan suspek TB.

1. Adanya pertemuan secara berkala oleh Dinas Kesehatan yang turut aktif dalam monev program TB di Puskesmas.

2. Adanya kebijakan Kementerian Kesehatan terhadap program penanggulangan TB paru yang tertuang dalam Juknis dan Juklak program penanggulangan TB.

1. Memberikan diseminasi (pemberian informasi) kepada seluruh petugas Puskesmas yang berada di ruang pelayanan mengenai penemuan kasus TB sehingga terjadi peningkatan penjaringan kasus baru TB.

2. Meningkatkan program kunjungan rumah pada penderita TB paru positif oleh petugas Puskesmas

5

5

5

4

4

4

14

13

Dari hasil analisa diatas, didapatkan alternatif pemecahan masalah adalah:

1. Memberikan disseminasi (pemberian informasi) kepada seluruh petugas Puskesmas yang berada di ruang pelayanan mengenai pendeteksian kasus TB sehingga terjadi peningkatan penjaringan kasus baru TB dengan skor 14 (Empat Belas)

2. Meningkatkan program kunjungan rumah pada penderita TB paru yang positif oleh petugas Puskesmas dengan skor 13 (Tiga Belas)

Berarti pemilihan dalam prioritas pemecahan masalah diambil dari nilai skor yang tertinggi yaitu 14.

Tahun Tahun

Indikator

S = 4,13

O= 3,80

T= 3,16

W= 3,08

24