BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi...

20
20 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden, uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, dan uji goodnes of fit. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Penelitian ini menggunakan data responden yang diperoleh di Desa Baran Jurang Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, dengan jumlah responden sebanyak 100 petani bunga potong sedap malam. Lokasi lahan budidaya bunga potong sedap malam yaitu, di dusun Baran Jurang, Barang Gunung dan Ndoplang. Luas lahan pertanian yang digunakan untuk usahatani bunga potong sedap malam adalah 315.500 m 2 . Varietas bunga potong sedap malam yang cocok untuk dibudidayakan adalah Dian Arum, petani biasa menyebutnya bunga potong sedap malam jenis Dobel. Lahan pertanian yang digunakan untuk usahatani bunga potong sedap malam merupakan tanah milik sendiri dan tanah bengkok carik yang dikontrak oleh pihak kelurahan selama masa jabatan. Dari pihak kelurahan digarap oleh petani bunga dusun Baran Jurang, Barang Gunung dan Ndoplang dengan sistem bagi hasil. Pihak kelurahan memperoleh 20 % sedangkan petani penggarap memperoleh 80 % dari harga kontrak bunga potong sedap malam. Petani memulai usahatani bunga potong sedap malam sejak tahun 1990 sampai sekarang. Petani melakukan konsep pergiliran tanaman, dimana setelah musim bunga potong sedap malam selesai, petani bercocok tanam padi sawah basah, bergantian begitu seterusnya. Hal ini bertujuan memperoleh hasil usahatani yang optimal baik bunga potong sedap malam maupun padi. Kondisi tanah untuk usahatani bunga potong sedap malam adalah tanah sawah kering (lempung). Batas wilayah desa Baran Jurang keadaan geografis sebelah utara desa Milir, sebelah barat desa Jetis, sebelah selatan desa Pasekan, sebelah timur desa Kranggan. Wilayah Baran Jurang merupakan lahan pertanian yang didominasi oleh lahan persawahan yang digunakan untuk usahatani padi dan bunga potong sedap malam. Lahan terbangun berupa pemukiman terdapat ditengah wilayah dan berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan.

Transcript of BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi...

Page 1: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

20

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan ditunjukkan hasil perhitungan analisis data penelitian

serta pembahasannya yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian,

karakteristik responden, uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, dan uji

goodnes of fit.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

Penelitian ini menggunakan data responden yang diperoleh di Desa Baran

Jurang Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, dengan jumlah responden

sebanyak 100 petani bunga potong sedap malam. Lokasi lahan budidaya bunga

potong sedap malam yaitu, di dusun Baran Jurang, Barang Gunung dan

Ndoplang. Luas lahan pertanian yang digunakan untuk usahatani bunga potong

sedap malam adalah 315.500 m2. Varietas bunga potong sedap malam yang cocok

untuk dibudidayakan adalah Dian Arum, petani biasa menyebutnya bunga potong

sedap malam jenis Dobel.

Lahan pertanian yang digunakan untuk usahatani bunga potong sedap

malam merupakan tanah milik sendiri dan tanah bengkok carik yang dikontrak

oleh pihak kelurahan selama masa jabatan. Dari pihak kelurahan digarap oleh

petani bunga dusun Baran Jurang, Barang Gunung dan Ndoplang dengan sistem

bagi hasil. Pihak kelurahan memperoleh 20 % sedangkan petani penggarap

memperoleh 80 % dari harga kontrak bunga potong sedap malam.

Petani memulai usahatani bunga potong sedap malam sejak tahun 1990

sampai sekarang. Petani melakukan konsep pergiliran tanaman, dimana setelah

musim bunga potong sedap malam selesai, petani bercocok tanam padi sawah

basah, bergantian begitu seterusnya. Hal ini bertujuan memperoleh hasil usahatani

yang optimal baik bunga potong sedap malam maupun padi. Kondisi tanah untuk

usahatani bunga potong sedap malam adalah tanah sawah kering (lempung).

Batas wilayah desa Baran Jurang keadaan geografis sebelah utara desa

Milir, sebelah barat desa Jetis, sebelah selatan desa Pasekan, sebelah timur desa

Kranggan. Wilayah Baran Jurang merupakan lahan pertanian yang didominasi

oleh lahan persawahan yang digunakan untuk usahatani padi dan bunga potong

sedap malam. Lahan terbangun berupa pemukiman terdapat ditengah wilayah dan

berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan.

Page 2: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

21

Meskipun belum ada kelompok tani bunga potong sedap malam, akan

tetapi petani memiliki struktur organisasi dalam mengelola berbagai jenis

usahatani baik secara hortikultura maupun perkebunan. Adapun bentuk struktur

organisasi sebagai berikut :

Ketua : Mustakim Pemasaran : 1. Harsono

Usaha : 1. Suraji Pemasaran : 2. Ruwadi

Usaha : 2. Sujito Saprodi : 1. Rukimin

Budidaya : 1.Syahroni Saprodi : 2. Jastono

Budidaya : 2. Ponariman Pengolahan : Robi dan Saryono

4.2 Gambaran Umum Responden

Analisis deskriptif responden dimaksudkan untuk melihat karakteristik

umum responden. Seluruh responden dalam penelitian ini merupakan petani

bunga potong sedap malam di desa Baran Jurang, Baran Gunung dan Ndoplang

dengan jumlah petani sebanyak 100. Responden memiliki usia yang sangat

heterogen. Agar lebih mudah untuk melihat gambaran usia responden, maka

peneliti akan menjabarkannya ke dalam Tabel berikut.

4.2.1 Usia Responden

Tabel 4.1 Usia Responden

Usia Jumlah (%)

30-39 2 2,0

40-49 39 39,0

≥ 50 59 59,0

Total 100 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi

petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah

persentase sebesar 59 %, kondisi tersebut dikarenakan tidak memiliki alternatif

lain untuk memperoleh pekerjaan. Faktor lainnya adalah pengalaman bertani yang

lebih lama dan lebih telaten. Sementara petani yang berusia 49 tahun ke bawah,

beberapa diantaranya bertani hanya sebagai pekerjaan sampingan. Pekerjaan

utamanya adalah sebagai kuli bangunan, pegawai kelurahan, buruh pabrik,

membuka wirausaha diantaranya menjadi tengkulak bunga, membuka toko

pertanian, dan berternak baik unggas maupun ruminansia. Selain memperoleh

Page 3: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

22

lahan pertanian dari ahli waris yang sempit karena sudah terbagi-bagi, sebagian

besar petani bunga potong sedap malam sebagai petani penggarap bengkok carik.

4.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (%)

Tidak Sekolah 27 27,0

SD 46 46,0

SMP 17 17,0

SMA 10 10,0

Total 100 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Kebanyakan kasus, bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi

pemikiran individu, sehingga mampu menggerakkan inovasi usaha. Pendidikan

yang sesuai dengan bidang yang digelutinya merupakan dasar yang sangat baik

untuk pengembangan usahanya (Hisrich dan Peters, 1992). Akan tetapi perlu

diingat bahwa tingkat pendidikan tidak selamanya linier dengan kemampuan

individu karena sangat bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi pada

saat memperoleh pendidikkan tersebut.

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden menunjukkan bahwa peringkat

pertama yang menduduki sebagai peminat untuk bertani bunga potong sedap

malam adalah tamatan SD dengan persentase sebesar 46% bukan tamatan sarjana,

ataupun tingkat pertama (SMP) dan tingkat atas (SMA dan SMK sederajat). Hal

ini membuktikan dan sejalan dengan pendapat (Hisrich dan Peters, 1992) secara

garis besar yaitu, tingkat pendidikan tidak selamanya linier dengan kemampuan

individu.

4.2.3 Luas Lahan

Tabel 4.3 Luas Lahan

Luas Lahan (m2) Jumlah (%)

2500 51 51,0

2600-3900 19 19,0

≥ 4000 30 30,0

Total 100 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Page 4: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

23

Tabel 4.3 Luas Lahan yang digarap petani menunjukkan bahwa luas lahan

2500 m2 merupakan kategori lahan sempit sebesar 51%. Luas lahan 2600-3900 m2

termasuk dalam kategori lahan sempit, diperoleh persentase sebesar 19%. Lahan

yang luasnya lebih dari 4000 m2 merupakan kategori lahan yang luas diperoleh

persentase 30%.

4.2.4 Jalur Pemasaran

Tabel 4.4 Jalur Pemasaran

Jalur Pemasaran Jumlah (%)

Tengkulak 67 67,0

Toko Bunga 30 30,0

Online 3 3,0

Total 100 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.4 Jalur Pemasaran yang paling diminati adalah jalur pemasaran

melalui tengkulak dengan hasil persentse 67%. Kurang diminati petani bunga

ptong sedap malam adalah jalur pemasaran toko bunga. Jalur pemasaran bunga

potong sedap malam yang paling sedikit diminati petani adalah jalur pemasaran

secara online.

4.2.5 Status Kepemilikan Lahan

Tabel 4.5 Status Kepemilikan Lahan

Status Kepemilikan Lahan Jumlah (%) Luas Lahan (m2) Kategori

Bengkok Carik 51 51,0 2500 Lahan Sempit

Bengkok Carik dan Milik Sendiri 19 19,0 2600-3900 Lahan Sempit

Bengkok Carik dan Milik Sendiri 30 30,0 ≥ 4000 Lahan Luas

Total 100 100,0

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.5 Luas Lahan yang digarap petani menunjukkan bahwa luas lahan

2500 m2 merupakan kategori lahan sempit dan status lahan adalah lahan bengkok

carik. Petani bunga potong sedap malam yang menggarap lahan bengkok carik

saja sebesar 51%. Luas lahan 2600-3900 m2 termasuk dalam kategori lahan

sempit dan status kepemilikan lahan adalah lahan bengkok carik dan milik sendiri

diperoleh persentase sebesar 19%. Lahan yang luasnya lebih dari 4000 m2

merupakan kategori lahan yang luas dengan kepemilikan lahan milik sendiri dan

bengkok carik diperoleh persentase 30%.

Page 5: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

24

4.3 Analisis Statistik Deskriptif Variabel

Analisis statistik deskriptif variabel dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui kecenderungan jawaban responden atas pernyataan yang disajikan

dalam kuisioner. Pada kuisioner tersedia lima kategori pilihan jawaban yaitu,

Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 5, Tidak Setuju (TS) skor 4, Kurang

Setuju (KS) skor 3, Setuju (S) skor 2, dan Sangat Setuju (SS) skor 1.

4.3.1 Frekuensi Jawaban Variabel Faktor Internal (X1)

Frekuensi jawaban kosumen pada variabel faktor internal diharapkan dapat

menunjukkan gambaran umum responden tentang pengaruh faktor internal

terhadap fluktuasi harga dan pemasaran bunga potong sedap malam di desa Baran

Jurang. Terdapat tiga indikator faktor internal yaitu, skala usaha, kepemilikan

modal usaha, dan kepemilikan lahan pertanian. Masing-masing indikator tersebut

terdapat pernyataan yang harus diisi oleh responden. Jawaban yang dipilih oleh

responden pada setiap pernyataan menunjukkan presepsi dan pandangan setiap

individu dari petani bunga potong sedap malam di desa Baran Jurang, yang

melakukan dan merasakan secara nyata. Berikut frekuensi jawaban responden

terhadap variabel faktor internal disajikan pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Faktor Internal

Indikator

Skala Pengukuran Faktor Internal Modus

1 (STS) 2 (TS) 3 (KS) 4 (S) 5 (SS)

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %

Luas lahan 7 7,0 20 20,0 20 20,0 51 51,0 2 2,0 4

Kepemilikan

modal usaha 4 4,0 27 27,0 37 37,0 28 28,0 7 7,0 3

Kepemilikan

lahan pertanian 4 4,0 32 32,0 33 33,0 26 26,0 5 5,0 3

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Hasil Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jawaban petani bunga potong sedap

malam di desa Baran Jurang dari pernyataan tiga indikator variabel faktor internal

memberikan respon positif dengan jawaban terbanyak pada indikator luas lahan

adalah nilai 4 (setuju) dengan pernyataan “Saya memiliki lahan pertanian

usahatani bunga potong sedap malam yang luas”. Jawaban terbanyak nilai 4

(setuju) pada indikator kepemilikan modal usaha dengan pernyataan “Saya

memiliki modal sendiri dalam menjalankan usahatani bunga potong sedap

malam” dan indikator kepemilikan lahan pertanian adalah nilai 3 (kurang setuju)

Page 6: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

25

dengan pernyataan “Lahan pertanian yang saya gunakan dalam menjalankan

usahatani bunga potong sedap malam adalah milik sendiri”.

4.3.2 Frekuensi Jawaban Variabel Faktor Eksternal (X2)

Frekuensi jawaban kosumen pada variabel faktor eksternal diharapkan

dapat menunjukkan gambaran umum responden tentang pengaruh faktor eksternal

terhadap fluktuasi harga dan pemasaran bunga potong sedap malam di desa Baran

Jurang. Terdapat tiga indikator faktor eksternal yaitu, jarak lokasi, pupuk, dan

pestisida. Masing-masing indikator tersebut terdapat pernyataan yang harus diisi

oleh responden. Jawaban yang dipilih oleh responden pada setiap pernyataan

menunjukkan presepsi dan pandangan setiap individu dari petani bunga potong

sedap malam di desa Baran Jurang, yang melakukan dan merasakan secara nyata.

Berikut frekuensi jawaban responden terhadap variabel faktor internal disajikan

pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Faktor Eksternal

Indikator

Skala Pengukuran Faktor Eksternal Modus

1 (STS) 2 (TS) 3 (KS) 4 (S) 5 (SS)

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %

Jarak lokasi 0 0,0 1 1,0 9 9,0 69 69,0 21 21,0 4

Pupuk 12 12,0 38 38,0 28 28,0 9 9,0 13 13,0 2

Pestisida 0 0,0 0 0,0 12 12,0 64 64,0 24 24,0 4

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Hasil Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jawaban petani bunga potong sedap

malam di desa Baran Jurang dari pernyataan tiga indikator variabel faktor

eksternal memberikan respon positif dengan jawaban terbanyak pada indikator

jarak lokasi adalah nilai 4 (setuju) dengan pernyataan “Jarak lokasi usahatani

bunga potong sedap malam dengan lokasi pemasaran strategis dan terjangkau”

dan indikator pestisida juga memberikan jawaban nilai 4 (setuju) dengan

pernyataan “Saya rutin dan terjadwal dalam mengaplikasikan pestisida ke

tanaman bunga potong sedap malam”. Jawaban terbanyak pada indikator pupuk

adalah nilai 4 (setuju) dengan pernyataan “Media pupuk yang digunakan milik

sendiri”.

.

Page 7: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

26

4.3.3 Frekuensi Jawaban Variabel Fluktuasi Harga (Y1)

Tabel 4.8 Fluktuasi Harga Bunga Potong Sedap Malam

Indikator

Skala Pengukuran Fluktuasi Harga Modus

1 (STS) 2 (TS) 3 (KS) 4 (S) 5 (SS)

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %

Harga hari

biasa 0 0,0 3 3,0 55 55,0 38 38,0 4 4,0 3

Harga hari

besar 0 0,0 2 2,0 38 38,0 13 13,0 47 47,0 5

Harga musim

panen 0 0,0 15 15,0 21 21,0 60 60,0 4 4,0 4

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Berdasarkan hasil pernyataan dari 100 responden petani bunga potong

sedap malam di desa Baran Jurang, menunjukkan jawaban kurang setuju pada

pernyataan keuntungan dari harga jual bunga potong sedap malam pada saat hari

biasa menjanjikan. Pernyataan kurang setuju sebesar 55%. Persentase sebesar

47% menunjukkan sangat setuju pada pernyataan keuntungan dari harga jual

bunga potong sedap malam pada saat hari besar menjanjikan. Pernyataan

keuntungan dari harga jual bunga potong sedap malam pada saat musim panen

menjanjikan sebesar 60% menunjukkan setuju. Berdasarkan pernyataan dan hasil

persentase dari pernyataan dapat diartikan secara tidak langsung bahwa terjadi

fluktuasi harga bunga potong sedap malam pada saat hari biasa, hari besar,

maupun pada saat musim panen.

Penelitian ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh kutipan “Ambarawa

Kompas.com Jum’at tanggal 25 Juli 2014 pukul 16:58 WIB – bahkan bunga

potong jenis sedap malam per batang Rp 7.000,00, padahal sebelumnya hanya

dijual Rp 1.000,00 – Rp 2.000,00 per batangnya. Kalau lebaran ya mremo Pak,

harga bunga ya ikut mahal”. Penelitian ini semakin diperkuat dengan pemaparan

kutipan dari “Jawa Pos, Radar Semarang, pada 08 November 2017 oleh

Mustakim – mengenai harganya biasanya per batang seribu sampai 2 ribu. Tapi

kalau pada hari besar tentu mencapai 5 ribu per batangnya”.

Page 8: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

27

4.3.4 Frekuensi Jawaban Variabel Pemasaran (Y2)

Jawaban yang dipilih oleh responden pada setiap pernyataan menunjukkan

presepsi dan pandangan setiap individu dari petani bunga potong sedap malam di

desa Baran Jurang, yang melakukan dan merasakan secara nyata. Berikut

frekuensi jawaban responden terhadap variabel pemasaran disajikan Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Pemasaran Bunga Potong Sedap Malam

Indikator

Skala Pengukuran Pemasaran Modus

1 (STS) 2 (TS) 3 (KS) 4 (S) 5 (SS)

Frek. % Frek. % Frek. % Frek. % Frek. %

Tengkulak 0 0,0 29 29,0 31 31,0 27 27,0 6 6,0 3

Toko bunga 2 2,0 28 28,0 61 61,0 6 6,0 3 3,0 3

Online 32 32,0 53 53,0 8 8,0 7 7,0 0 0,0 2

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa variabel pemasaran bunga

potong sedap malam dengan indikator yaitu, tegkulak, toko bunga, online. Petani

bunga potong sedap malam memberikan respon jawaban tebanyak nilai 3 (kurang

setuju) pada indikator tengkulak dengan pernyataan “Keuntungan dari harga jual

bunga potong sedap malam pada saat hari biasa menjanjikan”. Indikator toko

bunga juga menunjukan jawaban 3 (kurang setuju) dengan pernyataan

“Keuntungan dari harga jual bunga potong sedap malam pada saat hari besar

menjanjikan”. Jawaban responden terbanyak pada pernyataan indikator online

adalah nilai 2 (tidak setuju) dengan pernyataan “Keuntungan dari harga jual bunga

potong sedap malam pada saat musim panen menjanjikan”.

4.4 Uji Instrumen Penelitian

4.4.1 Uji Validitas

Hasil uji validitas menyatakan bahwa data indikator valid karena diperoleh

nilai rtabel sebesar 0,195 dengan signifikasi 5%. Nilai rtabel sebesar 0,256 pada

selang kepercayaan 1%. Nilai rtabel menunjukkan lebih kecil dari nilai rhitung,

artinya pertanyaan sebanyak 12 butir dinyatakan valid, dan dapat dijadikan

sebagai instrumen penelitian dilapangan. Butir soal yang valid memiliki nilai

koefisien > rtabel, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

Page 9: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

28

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas

Item Pertanyaan Koefisien Validitas Keterangan

Luas Lahan 0,599** Valid

Kepemilikan Modal Usaha 0,643** Valid

Kepemilikan Lahan Pertanian 0,607** Valid

Jarak Lokasi 0,338** Valid

Pupuk 0,756** Valid

Pestisida 0,750** Valid

Harga Hari Biasa 0,303** Valid

Harga Hari Besar 0,371** Valid

Harga Musim Panen 0,669** Valid

Tengkulak 0,364** Valid

Toko Bunga 0,284** Valid

Online 0,374** Valid

Alpha-Cronbach = 0,656

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

** = signifikan pada selang kepercayaan 1%

Valid tidaknya kuisioner penelitian juga bisa diuji menggunakan SEM

dengan melihat nilai “Estimate”. Ghozali (2013) menjelaskan bahwa indikator

dari variabel disebut valid jika nilai “Estimate” > 0,05. Tabel 4.11 menunjukkan

bahwa hasil uji Estimate sesuai dengan kriteria yang diungkapkan oleh Ghozali

(2013), artinya 12 butir pernyataan pada kuisioner dapat dikatakan valid, sehingga

boleh digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 4.11 Hasil Uji Estimate

Item Pertanyaan Nilai Estimate Keterangan

Luas Lahan 0,382 Valid

Kepemilikan Modal Usaha 0,555 Valid

Kepemilikan Lahan Pertanian 0,548 Valid

Jarak Lokasi 0,065 Valid

Pupuk 0,336 Valid

Pestisida 1,030 Valid

Harga Hari Biasa 1,016 Valid

Harga Hari Besar 0,106 Valid

Harga Musim Panen 0,104 Valid

Tengkulak 1,241 Valid

Toko Bunga 0,091 Valid

Online 0,361 Valid

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Page 10: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

29

4.4.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kuisioner apakah benar-benar

merupakan indikator yang mengukur variabel. Reliabilitas dalam penelitian ini

diuji menggunakan metode Chronbach’s Alpha dan masing-masing faktor dalam

penelitian reliabel karena memiliki Alpha ≥ 0,6 seperti pada tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Hasil Chronbach’s Alpha.

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

0,656 0,658 12

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Hasil uji reabilitas dengan 12 butir pertanyaan dari kuisioner penelitian

yang diajukan untuk 100 responden petani bunga potong sedap malam dinyatakan

reliabel dikarenakan memperoleh nilai Chronbach’s Alpha sebesar 0,656 dimana

nilai tersebut > 0.6 – 0.79 dikategorikan reliabilitas diterima, sehingga dapat

dikatakan bahwa semua butir pertanyaan reliabel atau dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai instrumen penelitian (Sekaran, 2006).

4.4.3 Uji Normalitas

Tabel. 4.13 Hasil Uji Normalitas (Assessment of normality)

Variabel Min Max Skew c.r. kurtosis c.r.

Luas Lahan 1,000 5,000 -0,718 -2,929 -0,622 -1,269

Kepemilikan Modal Usaha 1,000 5,000 0,197 0,804 -0,716 -1,461

Kepemilikan Lahan Pertanian 1,000 5,000 0,186 0,760 -0,673 -1,374

Jarak Lokasi 2,000 5,000 -0,317 -1,292 1,262 2,575

Pupuk 1,000 5,000 0,528 2,155 -0,567 -1,158

Pestisida 3,000 5,000 -0,030 -0,123 -0,213 -0,435

Harga Hari Biasa 2,000 5,000 0,340 1,390 -0,065 -0,132

Harga Hari Besar 2,000 5,000 -0,249 -1,015 -1,559 -3,182

Harga Musim Panen 2,000 5,000 -0,742 -3,030 -0,229 -0,467

Tengkulak 1,000 4,000 -0,228 -1,176 -0,830 -1,694

Toko Bunga 1,000 5,000 0,475 1,940 1,611 3,289

Online 1,000 4,000 0,952 3,886 0,761 1,554

Multivariate

1,831 0,449

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam analisis SEM adalah

data yang dianalisis harus memiliki distribusi normal, hal ini sesuai dengan

persyaratan yang diperlukan dalam metode Maximum Likelihood Estimation.

Page 11: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

30

Normalitas tersebut harus memenuhi baik untuk masing-masing variabel maupun

secara keseluruhan (multivariate). Data dikatakan normal apabila angka Critical

Ratio (c.r) skweness atau angka c.r kurtosis ada diantara -2,58 sampai 2,58.

Namun jika angka tersebut ada di bawah -2,58 atau di atas 2,58 dapat dikatakan

tidak normal (Sufren dan Natanael, 2013). Berdasarkan Tabel 4.13 secara

keseluruhan (multivariate) distribusi dikatakan normal karena angka Multivariate

Kurtosis -2,58 > 1,831 < 2,58 dan angka Multivariate Critical Ratio (c.r)

skweness -2,58 > 0,449 < 2,58.

4.5 Uji Goodnes of Fit

Hasil uji Goodnes of fit menggunakan Chi-square, CMIN/DF, GFI, AGFI,

RMSEA, TLI, CFI dan NFI ditampilkan pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Hasil Uji Goodnes of Fit

No. INDEKS Nilai Kritis Hasil Analisis Evaluasi

1. Chi-Square (X2) Diharapkan kecil 133,292 Good fit

2. Probabilitas ≤ 0,05 0,000 Close fit

3. CMN/DF < 2,00/3,00 2,720 Good fit

4. GFI ≥ 0,90 0,830 Fit marginal

5. AGFI ≥ 0,90 0,729 Close fit

6. RMSEA ≤ 0,08 0,132 Close fit

7. TLI ≥ 0,90 0,703 Close fit

8. CFI ≥ 0,90 0,780 Close fit

9. NFI ≥ 0,90 0,703 Close fit

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Hasil uji Goodness of fit bahwa belum semuanya berindikasi baik (good

fit). Hasil yang sudah menunjukkan indikasi baik adalah hasil yang sudah

memenuhi nilai kritis antara lain Chi square (R2), CMN/DF, GFI. Indikasi kurang

baik (close fit) antara lain Probabilitas, AGFI, RMSEA, TLI, CFI, dan NFI. Hasil

analisis berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan enam kriteria Goodness of fit yang

berindikasi belum baik yaitu probabilitas, AGFI, RMSEA, TLI, CFI dan NFI.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Abrucle dan Wotkhe (1999) berdasarkan

prinsip rule of thumb bila terdapat satu atau dua kriteria GOF yang telah

terpenuhi, maka model dikatakan baik dan layak.

Page 12: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

31

4.6 Uji Meansurement Model

4.6.1 Variabel Faktor Internal (X1)

Tabel 4.15 Output Variabel Faktor Internal

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Luas Lahan <--- Faktor Internal - - 1,000 Signifikan

Kepemilikan

Modal Usaha <--- Faktor Internal 5,435 *** 0,169

Signifikan

Kepemilikan

Lahan Pertanian <--- Faktor Internal 4,673 *** 0,171

Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.15 dapat dilihat, semua indikator dari variabel faktor internal (X1)

berpengaruh signifikan. Indikator pertama, luas lahan (X11) memiliki nilai

Critical Ratio (C.R) dan nilai probabilitas yang tidak diketahui. Factor loading

nya diperoleh nilai 1,000 artinya idikator luas lahan (X11) memiliki korelasi

sangat kuat dan signifikan terhadap faktor internal (X1). Berdasarkan kondisi

dilapangan lahan yang digarap petani bunga potong sedap malam berbeda. Petani

dikatakan memiliki lahan luas apabila menggarap ≥ 4000 m2 dan lahan sempit

2500 m2 – 3900 m2.

Indikator kedua, kepemilikan modal usaha (X12), hasil signifikan dan

korelasi sangat lemah terhadap faktor internal (X1), nilai Critical Ratio (C.R)

5,435 > 2,576 pada signifikansi 1% dan nilai Factor loading sebesar 0,169.

Berdasarkan pernyataan petani bahwa kepemilikan modal usaha sepenuhnya tidak

murni modal sendiri, melainkan ada subsidi pupuk dan bibit dari pihak kelurahan

desa Baran Jurang.

Indikator ketiga, kepemilikan lahan pertanian (X13), hasil signifikan dan

korelasi sangat lemah terhadap faktor internal (X1), nilai Critical Ratio (C.R)

4,673 > 2,576 pada signifikansi 1% dan nilai Factor loading sebesar 0,171.

Berdasarkan wawancara dengan petani bunga potong sedap malam bahwa lahan

untuk budidaya tidak murni lahan milik sendiri, sebagian besar adalah lahan milik

bengkok carik desa Baran Jurang yang di kotrak oleh lurah desa Baran Jurang.

Page 13: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

32

4.6.2 Variabel Faktor Eksternal (X2)

Tabel 4.16 Output Variabel Faktor Eksternal

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Jarak Lokasi <--- Faktor Eksternal - - 1,000 Signifikan

Pupuk <--- Faktor Eksternal 2,495 ,013 1,880 Signifikan

Pestisida <--- Faktor Eksternal 2,503 ,012 1,625 Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Melihat tabel 4.16 indikator variabel faktor eksternal (X2) berpengaruh

signifikan. Indikator pertama, jarak lokasi (X22), memiliki nilai Critical Ratio

(C.R) dan nilai probabilitas yang tidak diketahui. Factor loading diperoleh nilai

1,000, artinya idikator jarak lokasi (X22) memiliki korelasi sangat kuat dan

berpengaruh signifikan terhadap faktor eksternal (X2). Berdasarkan penelitian

dilapangan dan pernyataan petani bunga potong sedap malam jarak lokasi lahan

dengan jarak pemasaran bunga potong sedap malam strategis. Tengkulak

langsung mengambil bunga potong sedap malam di masing – masing lahan petani.

Lokasi lahan yang jauh dari jalan utama dan kondisi lahan yang sulit dijangkau

kendaraan juga diambil sendiri oleh tengkulak.

Indikator kedua, pupuk (X23), terlihat hasil signifikan dan korelasi sangat

kuat terhadap faktor eksternal (X2) karena memiliki nilai Critical Ratio (C.R)

2,495 < 2,576 pada signifikansi 5% dan nilai Factor loading sebesar 1,880.

Berdasarkan penelitian dilapangan pupuk yang digunakan petani merupakan

pupuk bersubsidi bukan pupuk milik sendiri dalam artian bukan pupuk beli sendiri

dengan harga nomal.

Indikator ketiga, pestisida (X24), hasil signifikan dan korelasi sangat kuat

terhadap faktor ekternal (X2) karena memiliki nilai Critical Ratio (C.R) 2,503 <

2,576 pada signifikansi 5% dan nilai Factor loading sebesar 1,625. Berdasarkan

kenyataan petani melakukan pengaplikasian pestisida secara rutin 2-3 kali setiap

minggu pada kondisi kuncup mahkota bunga normal. Setiap minggu 3-4 secara

rutin ketika kondisi kuncup mahkota bunga mengalami patek bunga.

Page 14: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

33

4.6.3 Variabel Fluktuasi Harga (Y1)

Tabel 4.17 Output Variabel Fluktuasi Harga

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Harga Hari Biasa <--- Fluktuasi Harga - - 1,000 Signifikan

Harga Hari Besar <--- Fluktuasi Harga 2,319 0,020 0,675 Signifikan

Harga Musim

Panen <--- Fluktuasi Harga 2,914 0,004 1,358

Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.17 dapat dilihat indikator variabel fluktuasi harga (Y1)

berpengaruh signifikan. Indikator pertama, harga hari biasa (Y11), memiliki nilai

Critical Ratio (C.R) dan nilai probabilitas yang tidak diketahui. Factor loading

diperoleh nilai 1,000, artinya indikator harga hari biasa (Y11) memiliki korelasi

sangat kuat dan signifikan terhadap fluktuasi harga (Y1). Sesuai pernyataan petani

akibat perubahan harga dari harga pada saat hari biasa hingga perubahan harga

pada saat hari-hari besar petani memperoleh keuntungan minimal 2-3 kali lipat.

Harga bunga pada saat hari-hari besar mencapai Rp 7.000,00 – Rp 12.000,00 per

tangkai.

Indikator kedua, harga hari besar (Y12), hasil terlihat signifikan dan

korelasi sangat kuat terhadap fluktuasi harga (Y1) karena memiliki nilai Critical

Ratio (C.R) 2,319 < 2,576 pada signifikansi 5% dan nilai Factor loading sebesar

0,675. Berdasarkan pernyataan petani, meskipun terjadi perubahan harga bunga

potong sedap malam dari penurunan perubahan harga pada saat hari-hari besar,

pada saat hari biasa, pada saat musim panen bunga petani masih memperoleh

keuntungan dengan harga jual per tangkai sebesar Rp 700,00 – Rp 1.200,00 saja.

Indikator ketiga, harga musim panen (Y13), hasil signifikan dan korelasi

sangat kuat terhadap fluktuasi harga (Y1) karena memiliki nilai Critical Ratio

(C.R) 2,914 > 2,576 pada signifikansi 1% dan nilai Factor loading sebesar 1,358.

Sesuai pernyataan petani masih menerima keuntungan dari harga jual pada saat

hari biasa meskipun harga bunga hanya mencapai Rp 1.000,00 sampai Rp

2.000,00 per tangkainya.

Page 15: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

34

4.6.4 Variabel Pemasaran (Y2)

Tabel 4.18 Output Variabel Pemasaran

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Tengkulak <--- Pemasaran - - 1,000 Signifikan

Toko Bunga <--- Pemasaran -2,392 0,017 0,085 Tidak Signifikan

Online <--- Pemasaran -5,053 *** 0,102 Tidak Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Terlihat indikator variabel pemasaran (Y2) berpengaruh signifikan.

Indikator pertama, tengkulak (Y22), memiliki nilai Critical Ratio (C.R) dan nilai

probabilitas yang tidak diketahui. Factor loading sebesar 1,000 artinya indikator

tengkulak (Y22) memiliki korelasi sangat kuat dan berpengaruh signifikan

terhadap pemasaran (Y2). Sesuai dengan anggapan petani bahwa pemasaran

melalui tengkulak lebih banyak memperoleh keuntungan, semua bunga laku baik

grade A, grade B, grade C dan kualitas bunga jelek, pengangkutan, pemanenan

bunga potong sedap malam ditanggung pihak tengkulak. Petani cukup dengan

melalukan perawatan bunga potong sedap malam sampai memasuki usia panen

bunga dan menerima hasil.

Indikator kedua, toko bunga (Y23), hasil tidak signifikan dan korelasi

sangat lemah terhadap pemasaran (Y2), memiliki nilai Critical Ratio (C.R) -2,392

< 2,576 dan nilai Factor loading sebesar 0,085. Berdasarkan pernyataan bahwa

petani belum pernah mencoba menjual bunga potong sedap malam secara online.

Petani beranggapan terlalu ribet, karena kurang ahli dalam teknologi sosial media,

dalam artian petani masih gaptek sosial media. Selain pernyataan tersebut, selama

ini petani belum pernah mendapat penyuluhan dari dinas pertanian dan dinas

sosial mengenai penjualan bunga potong sedap malam secara online.

Indikator ketiga, pemasaran secara online (Y24), hasil tidak signifikan dan

korelasi sangat lemah terhadap pemasaran (Y2), nilai Critical Ratio (C.R) -5,053

< 2,576 dan nilai Factor loading sebesar 0,102. Sesuai pernyataan sebagian besar

petani bunga potong sedap malam belum berani mencoba menjual bunga potong

ke toko bunga secara mandiri. Toko bunga hanya mau membeli bunga potong

sedap malam dengan kualitas grade A dan harga yang sama di tengkulak.

Page 16: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

35

4.7 Uji Structural Model

4.7.1 Pengaruh Faktor Internal Terhadap Fluktuasi Harga

Tabel 4.19 Pengaruh Faktor Internal Terhadap Fluktuasi Harga

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Fluktuasi Harga <--- Faktor Internal -1,014 0,578 0,029 Tidak Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.19 terlihat faktor internal signifikan dan korelasi sangat lemah

terhadap fluktuasi harga. Hasil analisis diperoleh nilai Critical Ratio (C.R) -1,014

dan factor loading 0,029, artinya tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Soekartawi (2003) pada indikator skala usaha menyatakan semakin besar skala

usaha, maka semakin besar modal yang dipakai sehingga akan berpengaruh dalam

penetapan harga atau perubahan penetapan harga dan pemasaran suatu produk.

Tidak signifikan dikarenakan petani bunga potong sedap malam

menerapkan sistem usahatani budidaya bunga potong sedap malam dengan sistem

kontrak kepada pihak aparat desa yaitu bapak carik dan bapak lurah. Mengenai

modal usaha ada subsidi dan pinjaman dari pihak kelurahan. Lahan pertanian

bukan milik petani sendiri, melainkan petani menggarap bengkok carik yang

dikontrak oleh pihak kelurahan. Terjalinnya sistem kontrak tidak merugikan

petani apabila terjadi fluktuasi harga, dikarenakan pihak kelurahan sudah menjalin

relasi pemasaran bunga potong sedap malam kepada tengkulak yang sudah

berlangganan. Kemungkinan kecil petani mengalami kerugian secara meterialistis

akibat dari fluktuasi harga. Kondisi tersebut dapat terjadi dikarenakan ada

perjanjian mengenai kondisi harga bunga potong yang berubah-ubah. Petani

memperoleh hasil jual bunga potong sedap malam sebesar 80% dan 20% pihak

kelurahan dari harga jual yang sudah bersih. Pembagian hasil ini petani biasa

menyebutnya dengan metode hasil mertelu (pembagian hasil sepertiga). Sistem

kontrak ini hanya berlaku sekali panen saja. Dalam satu tahun apabila dilakukan

perawatan dengan baik, optimalnya akan berbunga tiga kali dalam satu kali tanam

per tahun. Petani bunga potong sedap malam dalam satu tahun dapat menerima

hasil selama tiga kali, dengan menghemat biaya penggunaan bibit bunga potong

sedap malam.

Page 17: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

36

4.7.2 Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Fluktuasi Harga

Tabel 4.20 Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Fluktuasi Harga

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Fluktuasi Harga <--- Faktor Eksternal 1,910 0,056 0,406 Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Melihat tabel 4.20 hasil signifikan, sependapat dengan yang dikemukakan

oleh Taringan (2006) pada indikator jarak lokasi menyatakan bahwa jarak lokasi

semakin jauh dari sasaran pasar maka akan berpengaruh terhadap penetapan

harga. Kenyataan pada saat dilapangan yang dialami oleh petani bunga potong

sedap malam desa Baran Jurang, faktor eksternal yaitu, jarak lokasi, penggunaan

pupuk dan pestisida mempengaruhi harga bunga potong sedap malam baik harga

pada saat hari biasa, hari besar, maupun harga pada saat musim panen bunga

potong sedap malam. Kondisi tersebut dikarenakan bunga potong sedap malam

yang tidak selalu baik pada saat musim tanam. Hasil wawancara dilapangan pada

saat penelitian, petani menyatakan ketika mahkota sedap malam terdapat bercak-

bercak hitam (petani biasa menyebut patek bunga), maka kondisi tersebut

membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Petani biasanya lebih sering

menyemprotkan pestisida. Normalnya penyemprotan pestisida setiap satu minggu

2-3 kali secara rutin. Melihat kondisi bunga yang terserang patek biasanya petani

memberikan pestisida bisa 3-4 kali secara rutin setiap minggunya. Jarak lokasi

juga mempengaruhi perubahan harga, baik kondisi harga pada saat hari biasa, hari

besar maupun harga pada saat musim panen bunga potong. Semakin jauh jarak

lokasi maka semakin besar biaya operasional yang dikeluarkan oleh tengkulak.

Biasanya bunga potong sedap malam yang dibudidayakan pada lahan yang jauh

dari jalan utama lahan, maka harga bunga lebih murah. Melihat kualitas bunga

juga bisa sebagai pertimbangan penetapan harga bunga potong sedap malam.

4.7.3 Pengaruh Faktor Internal Terhadap Pemasaran

Tabel 4.21 Pengaruh Faktor Internal Terhadap Pemasaran

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Pemasaran <--- Faktor Internal -2,701 0,007 0,141 Tidak Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Page 18: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

37

Tabel 4.21 dapat dilihat faktor internal tidak signifikan dan korelasinya

sangat lemah, nilai Critical Ratio (C.R) -2,701 < 2,576 dan factor loading 0,14.

Tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soekartawi (2003) pada indikator

skala usaha menyatakan semakin besar skala usaha, maka semakin besar modal

yang dipakai sehingga akan berpengaruh dalam penetapan harga atau perubahan

penetapan harga dan pemasaran suatu produk. Petani bunga potong sedap malam

mengibaratkan bahwa ada hubungan timbal balik antar petani, pihak kelurahan

dan tengkulak bunga potong sedap malam. Hubungan timbal balik memunculkan

gagasan bahwa petani bunga potong sedap malam beranggapan dan merasa

dipinjami modal berupa lahan, dan bibit bunga potong sedap malam dari pihak

kelurahan sebagai modal usaha. Petani membalas hubungan timbal balik terhadap

pihak kelurahan dengan cara petani menjual bunga potong sedap malam kepada

tengkulak yang direkomendasikan oleh pihak kelurahan. Pihak kelurahan tetap

akan menerima hasil penjualan sebesar 20 % dari harga jual yang sudah bersih.

4.7.4 Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pemasaran

Tabel 4.22 Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Pemasaran

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Pemasaran <--- Faktor Eksternal 2,372 0,018 2,074 Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.22 terlihat faktor eksternal signifikan dan korelasi sangat kuat

terhadap pemasaran, diperoleh nilai Critical Ratio (C.R) 2,372 < 2,576 pada

signifikan 90% dan factor loading 2,074. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Taringan (2006), indikator jarak lokasi menyatakan semakin jauh dari sasaran

pasar maka harga jual akan semakin mahal dan akan berpengaruh terhadap

pemasaran suatu produk. Petani tidak mengeluarkan biaya penuh dalam

menjalankan usahatani bunga potong sedap malam. Memasuki fase panen petani

tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengangkut dan memasarkan

bunga potong sedap malam sebab tengkulak langsung datang ke lahan dan

menetapkan harga. Harga yang ditawarkan tengkulak apabila sesuai dengan harga

yang diminta petani maka akan terjadi transaksi. Tengkulak akan melakukan

tidakan selanjutnya pemanenan dan pengangkutan bunga potong sedap malam.

Pupuk dan pestisida yang digunakan adalah bersubsidi bukan milik sendiri.

Page 19: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

38

Kondisi tersebut dapat diartikan pemasaran bunga potong sedap malam

disebabkan oleh faktor eksternal.

4.7.5 Pengaruh Fluktuasi Harga Terhadap Pemasaran

Tabel 4.23 Pengaruh Fluktuasi Harga Terhadap Pemasaran

Indikator

Variabel C.R. P S.E. Keterangan

Pemasaran <--- Fluktuasi Harga -2,082 0,037 0,957 Tidak Signifikan

Sumber : Data primer yang diolah, 2018

Tabel 4.23 dapat dilihat fluktuasi harga berpengaruh tidak signifikan dan

korelasinya sangat kuat, nilai Critical Ratio (C.R) -2,082 < 2,576 dan Nilai factor

loading 0,957. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Swastha (1996) bahwa

fluktuasi harga terjadi akibat dari mekanisme pasar yang kedepannya akan

mempengaruhi pemasaran suatu produk. Kenyataannya di lapangan hal tesebut

dapat terjadi dikarenakan upaya petani dalam memasarkan bunga potong sedap

malam belum luas, masih bergantung kepada tengkulak. Sehingga harga masih

bergantung pada tengkulak. Ketika harga naik bunga potong sedap malam akan

dibeli dengan harga yang mahal, dan ketika harga bunga potong turun maka akan

dibeli dengan harga murah oleh tengkulak. Sebagian besar petani bunga potong

sedap malam belum memberanikan diri untuk menjual bunga potong sedap malam

secara mandiri, seperti ke toko bunga dan secara online. Petani masih takut

menanggung risiko yang lebih besar apabila dibandingkan dengan menjual bunga

ke tengkulak. Risiko yang dihadapi petani biasanya kebanyakan konsumen hanya

mau membeli bunga potong sedap malam yang grade A dan grade B saja. Petani

kesusahan dalam menjual bunga potong sedap malam grade C.

Page 20: BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN · Pada umumnya, responden yang berusia 50 tahun keatas memilih menjadi petani bunga potong sedap malam sebagai pekerjaan utama dengan jumlah persentase

39

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pembentuk fluktuasi harga bunga potong sedap malam hanya variabel faktor

eksternal saja, indikatornya adalah jarak lokasi, pupuk, dan pestisida.

2. Indikator luas lahan, kepemilikan modal usaha, kepemilikan lahan pertanian

dapat mengukur variabel faktor internal.

3. Indikator jarak lokasi, pupuk, dan pestisida dapat mengukur variabel faktor

eksternal.

4. Variabel fluktuasi harga tidak dapat mengukur variabel pemasaran bunga

potong sedap malam dan berpengaruh negatif (tidak signifikan).

5. Saluran pemasaran yang paling diminati petani adalah pemasaran melalui

tengkulak sebesar 67%, apabila dibandingkan pemasaran melalui toko bunga

sebesar 30% dan secara online hanya 3%.

5.2 Saran

Saran yang diberikan peneliti ini merupakan masukan bagi beberapa pihak

yang diharapkan dapat memberikan referensi positif bagi banyak pihak dalam

penelitian ini.

1. Bagi kalangan akademisi masih banyak hal yang dapat diteliti lebih lanjut

mengenai fluktuasi harga terhadap pemasaran bunga potong sedap malam dan

alangkah baiknya dilakukan penelitian lanjutan.

2. Bagi peneliti lanjutan saran yang dapat diberikan, yaitu perlu dilakukan

penelitian kembali dengan mengembangkan sampel, variabel amatan, maupun

indikator serta memperluas objek yang diamati, sehingga hasil penelitian

yang akan diperoleh lebih luas dan lebih maksimal dari penelitian

sebelumnya.