BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - Unika Repositoryrepository.unika.ac.id/16966/5/14.B1.0088 DIKA...

72
Dika Ananditya 14.B1.0088 Adri Praditya 14.B1.0090 Draft Tugas Akhir Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Bahan Pengujian bahan dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan yang digunakan untuk membuat beton. Bahan yang digunakan antara lain agregat halus, agregat kasar dan semen portland. Pengujian bahan yang dilakukan mengacu pada standar SNI yang berlaku. Agregat halus berasal dari Pasir Muntilan. Secara visual agregat halus berwarna cokelat kehitaman yang diperlihatkan pada Gambar 4.1. Pasir Muntilan yang digunakan sebagai bahan material pembuatan beton ini juga mempunyai butir yang kasar. Gambar 4.1 Agregat Halus Pasir Muntilan Agregat kasar yang digunakan dalam pembuatan beton ini menggunakan batu pecah Seloarto yang mempunyai ukuran rata-rata 2 cm × 3 cm diperlihatkan pada Gambar 4.2. Secara visual batu pecah tersebut memiliki bentuk yang meruncing dan berasal dari batu gunung. 48

Transcript of BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN - Unika Repositoryrepository.unika.ac.id/16966/5/14.B1.0088 DIKA...

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    48

    BAB 4

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengujian Bahan

    Pengujian bahan dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan yang digunakan untuk

    membuat beton. Bahan yang digunakan antara lain agregat halus, agregat kasar dan

    semen portland. Pengujian bahan yang dilakukan mengacu pada standar SNI yang

    berlaku.

    Agregat halus berasal dari Pasir Muntilan. Secara visual agregat halus berwarna

    cokelat kehitaman yang diperlihatkan pada Gambar 4.1. Pasir Muntilan yang

    digunakan sebagai bahan material pembuatan beton ini juga mempunyai butir yang

    kasar.

    Gambar 4.1 Agregat Halus Pasir Muntilan

    Agregat kasar yang digunakan dalam pembuatan beton ini menggunakan batu

    pecah Seloarto yang mempunyai ukuran rata-rata 2 cm × 3 cm diperlihatkan pada

    Gambar 4.2. Secara visual batu pecah tersebut memiliki bentuk yang meruncing

    dan berasal dari batu gunung.

    48

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    49

    Gambar 4.2 Batu Pecah Seloarto Dimensi 2 cm × 3 cm

    Pada penelitian ini menggunakan semen portland merk Tiga Roda yang

    diperlihatkan pada Gambar 4.3. Secara visual semen yang digunakan berwarna abu-

    abu dan berbentuk butiran yang halus serta tidak terjadi penggumpalan.

    Gambar 4.3 Semen Tiga Roda

    4.1.1 Analisis Saringan Agregat Halus

    Berdasarkan SNI 03-1968-1990, langkah kerja pengujian analisis saringan agregat

    halus adalah sebagai berikut:

    1. Agregat halus dikeringkan dengan pemanasan suhu (110 5)°C sampai

    diperoleh berat tetap.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    50

    Gambar 4.4 Agregat Halus dalam Kondisi Kering

    2. Menyaring benda uji lewat susunan saringan, dengan ukuran saringan paling

    besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin

    pengguncang selama 15 menit.

    (a) Saringan Agregat Halus (b) Alat Pengguncang Saringan Agregat Halus

    Gambar 4.5 Alat Uji Saringan Agregat Halus

    3. Menimbang dan menghitung berat agregat halus yang tertahan di atas masing-

    masing saringan terhadap berat total benda uji.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    51

    Hasil Perhitungan:

    Agregat halus (Pasir Muntilan) sebanyak 1000 gram didapatkan analisa saringan

    berikut ini:

    a. Nomor Saringan = 3

    8

    Ukuran Saringan = 9,5 mm

    Berat Tertahan = 99,5 gr

    % Tertahan = 99,5

    1000 × 100% = 99,5%

    % Tertahan Kumulatif = 0% + 9,95% = 9,95%

    % Lolos Kumulatif = 100% - 9,95% = 90,05%

    b. Nomor Saringan = 4

    Ukuran Saringan = 4,75 mm

    Berat Tertahan = 47,5 gr

    % Tertahan = 47,5

    1000× 100% = 4,75%

    % Tertahan Kumulatif = 9,95% + 4,75% = 14,7%

    % Lolos Kumulatif = 90,05% - 4,75% = 85,3%

    c. Nomor Saringan = 8

    Ukuran Saringan = 2,36 mm

    Berat Tertahan = 73 gr

    % Tertahan = 73

    1000× 100% = 7,3%

    % Tertahan Kumulatif = 14,7% + 7,3% = 22%

    % Lolos Kumulatif = 85,3% - 7,3% = 78%

    d. Nomor Saringan = 16

    Ukuran Saringan = 1,18 mm

    Berat Tertahan = 140 gr

    % Tertahan = 140

    1000× 100% = 14%

    % Tertahan Kumulatif = 22% + 14% = 36%

    % Lolos Kumulatif = 78% - 14% = 64%

    e. Nomor Saringan = 30

    Ukuran Saringan = 0,6 mm

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    52

    Berat Tertahan = 181 gr

    % Tertahan = 181

    1000× 100% = 18,1%

    % Tertahan Kumulatif = 36% + 18,1% = 54,1%

    % Lolos Kumulatif = 64% - 18,1% = 45,9%

    f. Nomor Saringan = 50

    Ukuran Saringan = 0,3 mm

    Berat Tertahan = 126 gr

    % Tertahan = 126

    1000× 100% = 12,6%

    % Tertahan Kumulatif = 54,1% + 12,6% = 66,7%

    % Lolos Kumulatif = 45,9% - 12,6% = 33,3%

    g. Nomor Saringan = 100

    Ukuran Saringan = 0,15 mm

    Berat Tertahan = 189 gr

    % Tertahan = 189

    1000× 100% = 18,9%

    % Tertahan Kumulatif = 66,7% + 18,9% = 85,6%

    % Lolos Kumulatif = 33,3% - 18,9% = 14,4%

    h. Nomor Saringan = 200

    Ukuran Saringan = 0,075 mm

    Berat Tertahan = 54 gr

    % Tertahan = 54

    1000× 100% = 5,4%

    % Tertahan Kumulatif = 85,6% + 5,4% = 91%

    % Lolos Kumulatif = 14,4% - 5,4% = 9%

    i. PAN

    Berat Tertahan = 90 gr

    % Tertahan = 90

    1000× 100% = 9%

    % Tertahan Kumulatif = 91% + 9% = 100%

    % Lolos Kumulatif = 9% - 9% = 0%

    Modulus Kehalusan = ∑ 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝑛𝑜

    3

    8−200)

    100

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    53

    =100

    916,857,661,5436227,1495,9

    = 100

    380

    = 3,8

    Tabel 4.1 Hasil Analisa Saringan Agregat Halus

    Ukuran Ayakan

    (mm)

    Berat Tertahan

    (gram) % Tertahan

    %Tertahan

    Kumulatif

    % Lolos

    Kumulatif

    - 0 0 0 100

    9,5 99,5 9,95 9,95 90,05

    4,75 47,5 4,75 14,7 85,3

    2,36 73 7,3 22 78

    1,18 140 14 36 64

    0,6 181 18,1 54,1 45,9

    0,3 126 12,6 66,7 33,3

    0,15 189 18,9 85,6 14,4

    0,075 54 5,4 91 9

    PAN 90 9 100 0

    Total Berat = 1000 Modulus Kehalusan Butir = 3,8

    Berdasarkan pengujian analisa saringan agregat halus, agregat halus yang

    digunakan yaitu Pasir Muntilan mempunyai modulus kehalusan sebesar 3,8. Hasil

    tersebut diperlihatkan pada Tabel 4.1. Pasir muntilan tersebut termasuk di dalam

    jenis pasir kasar.

    4.1.2 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

    Berdasarkan SNI 1970-2008 langkah kerja untuk pengujian berat jenis dan

    penyerapan agregat halus adalah sebagai berikut:

    1. Menyiapkan agregat halus dalam kondisi SSD (Saturated Surface Dry).

    Agregat dalam kondisi SSD dapat diketahui dengan cara memasukkan sebagian

    agregat halus ke dalam cetakan kerucut pasir, selanjutnya dipadatkan dengan

    tongkat pemadat dengan cara menumbuk sebanyak 25 kali. Benda uji dalam

    kondisi SSD bila saat cetakan diangkat, butiran pasir akan longsor atau runtuh.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    54

    Gambar 4.6 Pengujian Agregat Halus untuk Mengetahui Kondisi SSD

    2. Menimbang berat piknometer yang kosong dan piknometer yang diisi air hingga

    mencapai garis merah yang berada di piknometer.

    (a) Piknometer Kosong (b) Piknometer Berisi Air

    Gambar 4.7 Menimbang Piknometer Kosong dan Piknometer Berisi Air

    3. Agregat halus yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam piknometer.

    Selanjutnya piknometer diisi dengan air hingga mencapai garis merah yang

    berada di pikonometer. Gelembung udara yang berada di dalam piknometer

    dibebaskan dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    55

    Gambar 4.8 Piknometer Berisi Agregat Halus dan Air

    4. Langkah selanjutnya adalah menimbang berat piknometer yang sudah diisi

    dengan agregat halus dan air.

    Gambar 4.9 Penimbangan Piknometer Berisi Agregat Halus dan Air

    5. Agregat halus yang berada di dalam piknometer dikeluarkan lalu dikeringkan

    sampai mencapai berat yang tetap pada suhu (110 5)°C. Selanjutnya agregat

    halus didiamkan pada suhu ruangan selama ± 0,5 sampai 1 jam untuk

    menurunkan suhu.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    56

    Gambar 4.10 Pengeringan Agregat Halus

    Hasil Perhitungan:

    Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus (Pasir Muntilan) di

    Laboratorium CV. Jati Kencana Beton didapatkan hasil yaitu:

    Percobaan 1

    A. Berat piknometer = 165 gr

    B. Berat contoh keadaan SSD = 500 gr

    C. Berat piknometer + air + contoh SSD = 1578,5 gr

    D. Berat piknometer + air = 1269 gr

    E. Berat contoh kering = 490 gr

    Apparent Specific Gravity

    CDE

    E =

    5,15781269490490

    = 2,714 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi Kering

    CDB

    E =

    5,15781269500490

    = 2,572 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi SSD

    CDB

    B =

    5,15781269500500

    = 2,624 gr/cm3

    % Penyerapan air

    %100

    E

    EB =

    %100

    490

    490500

    = 2,040%

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    57

    Percobaan 2

    A. Berat piknometer = 165 gr

    B. Berat contoh keadaan SSD = 500 gr

    C. Berat piknometer + air + contoh SSD = 1580 gr

    D. Berat piknometer + air = 1270 gr

    E. Berat contoh kering = 492 gr

    Apparent Specific Gravity

    CDE

    E =

    15801270492492

    = 2,703 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi Kering

    CDB

    E =

    15801270500492

    = 2,589 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi SSD

    CDB

    B =

    15801270500500

    = 2,631 gr/cm3

    % Penyerapan air

    %100

    E

    EB =

    %100

    492

    492500

    = 1,626%

    Nilai rata-rata dari Percobaan 1 dan Percobaan 2 :

    Apparent Specific Gravity =

    2

    70,271,2 = 2,708 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi kering =

    2

    59,257,2 = 2,580 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi SSD =

    2

    63,262,2 = 2,628 gr/cm3

    % Penyerapan air =

    2

    %63,1%04,2 = 1,833%

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    58

    Tabel 4.2 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

    Keterangan Percobaan 1 Percobaan 2 Rata-Rata

    Apparent Specific Gravity (gr/cm3) 2,714 2,703 2,708

    Bulk Specific Gravity Kondisi Kering (gr/cm3) 2,572 2,589 2,580

    Bulk Specific Gravity Kondisi SSD (gr/cm3) 2,624 2,631 2,628

    % Penyerapan Air 2,040 1,626 1,833

    Berdasarkan dua kali percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa agregat

    halus (Pasir Muntilan) mempunyai berat jenis dalam kondisi SSD (Saturated

    Surface Dry) sebesar 2,628 gr/cm3. Selain itu dapat diketahui pula nilai penyerapan

    agregat halus yaitu sebesar 1,833%.

    4.1.3 Kadar Air Agregat Halus

    Berdasarkan SNI 1971-1990 langkah untuk menguji kadar air agregat halus adalah:

    1. Menimbang dan mencatat berat wadah atau pan.

    2. Meletakkan agregat halus ke dalam wadah atau pan. Selanjutnya benda uji

    beserta nampan atau pan ditimbang dan dicatat beratnya.

    Gambar 4.11 Penimbangan Berat Wadah dan Benda Uji

    3. Menghitung berat benda uji.

    4. Mengeringkan benda uji bersama wadah atau pan dengan pemanasan pada

    suhu (110 5)C hingga mencapai bobot tetap.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    59

    Gambar 4.12 Pengeringan Benda Uji

    5. Setelah kering, benda uji + wadah atau pan ditimbang dan dicatat beratnya.

    6. Menghitung berat benda uji kering.

    Berdasarkan hasil praktikum kadar air agregat halus (Pasir Muntilan) mendapatkan

    hasil yaitu:

    A. Berat wadah = 153 gr

    B. Berat wadah + benda uji = 653 gr

    C. Berat benda uji = 500 gr

    D. Berat benda uji kering = 468 gr

    E. Kadar air C−D

    D× 100% = %100

    468

    468500

    = 6,84%

    Berdasarkan hasil percobaan, kadar air agregat halus (Pasir Muntilan) sebesar

    6,84%.

    4.1.4 Kandungan Lumpur Agregat Halus

    Langkah kerja untuk melakukan pengujian kadar lumpur adalah sebagai berikut:

    1. Pasir yang telah dikeringkan di dalam oven dimasukkan ke dalam gelas ukur

    setinggi 150 cc.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    60

    Gambar 4.13 Proses Pemasukan Agregat Halus ke Dalam gelas Ukur

    2. Gelas ukur tersebut diisi dengan air garam sebanyak 400 cc lalu ditutup dengan

    plastik.

    Gambar 4.14 Air Garam

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    61

    3. Campuran tersebut dikocok selama kurang lebih 30 menit, selanjutnya

    didiamkan minimal selama 5 jam.

    Gambar 4.15 Agregat Halus Setelah Pengocokan

    4. Membaca volume pasir dan lumpu pada gelas ukur.

    Hasil Perhitungan:

    A. Pasir + Lumpur = 165 mL

    B. Tinggin pasir = 145 mL

    C. Tinggi Lumpur = 20 mL

    D. Kandungan Lumpur = %12,12%100165

    20%100

    A

    C

    Berdasarkan hasil pengujian, kandungan lumpur agregat halus (Pasir Muntilan)

    sebesar 12,12%. Pembuatan beton dengan kadar lumpur 12,12% melebihi batas

    maksimum kadar lumpur agregat halus yang diperbolehkan untuk campuran beton.

    Kadar lumpur maksimum yang diperbolehkan yaitu sebesar 5%, oleh sebab itu

    agregat halus harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan

    pembuat beton.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    62

    4.1.5 Kadar Organik Agregat Halus

    Berdasarkan SNI 2816-2014 tentang pengujian kadar organik dalam agregat halus,

    langkah kerja yang dilakukan adalah:

    1. Pasir yang sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam gelas ukur setinggi 60 mL.

    Selanjutnya memasukkan larutan NaOH sampai setinggi 150 mL.

    Gambar 4.16 Penuangan NaOH ke Dalam Gelas Ukur

    2. Mengaduk pasir yang sudah tercampur NaOH dan diamkan selama 24 jam.

    Gambar 4.17 Pengadukan NaOH dan Agregat Halus

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    63

    3. Mengamati perubahan warna pada NaOH.

    Gambar 4.18 Larutan NaOH yang Telah Berubah Warna

    Berdasarkan hasil pengujian, warna larutan NaOH berubah menjadi warna cokelat

    teh pekat. Hal tersebut menandakan bahwa agregat halus mengandung kotoran

    organik yang cukup banyak.

    4.1.6 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

    Pembuatan beton menggunakan agregat kasar batu pecah Seloarto berukuran rata-

    rata 2 cm × 3 cm. Berdasarkan SNI-1969-2008 mengenai Cara Uji Berat Jenis dan

    Penyerapan Air Agregat Kasar, tahapan yang dilakukan untuk pengujian yaitu:

    1. Mengambil sampel uji agregat kasar sebanyak 3000 gram.

    Gambar 4.19 Sampel Uji agregat Kasar di Dalam Wadah

    2. Merendam dan menimbang sampel uji di dalam air dengan cara

    menggantungkan kawat wadah sampel uji ke timbangan.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    64

    Gambar 4.20 Perendaman dan Penimbangan Sampel Uji Agregat Kasar

    3. Mengeringkan sampel uji sampai berat tetap dengan temperatur (110±5)0C

    4. Mendinginkan sampel uji pada temperatur kamar selama satu jam.

    5. Menghitung berat sampel uji kering.

    Hasil Perhitungan:

    Hasil yang didapat dari pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (Batu

    Pecah Seloarto) di Laboratorium CV. Jati Kencana Beton yaitu:

    A. Berat contoh SSD = 3000 gr

    B. Berat contoh dalam air = 1907 gr

    C. Berat contoh kering udara = 2965 gr

    Apparent Specific Gravity

    BC

    C =

    19072965

    2965

    = 2,802 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi kering

    BA

    C =

    19073000

    2965

    = 2,712 gr/cm3

    Bulk Specific Gravity Kondisi SSD

    BA

    A =

    19073000

    3000

    = 2,744 gr/cm3

    % Penyerapan Air

    C

    CA x 100% = %100

    2965

    29653000

    = 1,180%

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    65

    Tabel 4.3 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

    Keterangan Hasil Percobaan

    Apparent Specific Gravity (gr/cm3) 2,802

    Bulk Specific Gravity Kondisi Kering (gr/cm3) 2,712

    Bulk Specific Gravity Kondisi SSD (gr/cm3) 2,744

    % Penyerapan Air 1,180

    Berdasarkan percobaan di laboratorium, dapat disimpulkan bahwa agregat kasar

    (Batu Pecah Seloarto) mempunyai berat jenis dalam kondisi SSD (Saturated

    Surface Dry) sebesar 2,744 gr/cm3. Besar penyerapan air agregat kasar sebesar

    1,180%.

    4.1.7 Berat Isi Agregat Kasar

    Menurut SNI 1973-2008 langkah pengujian berat isi agregat halus adalah sebagai

    berikut:

    1. Menimbang dan mencatat berat serta dimensi wadah (W1).

    Gambar 4.21 Penimbangan Wadah Kosong

    2. Memasukkan benda uji menggunakan sekop sampai sepertiga bagian wadah,

    selanjutnya dipadatkan dengan alat pemadat. Hal tersebut dilakukan hingga

    seluruh bagian wadah terisi penuh dengan benda uji.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    66

    Gambar 4.22 Pemadatan Benda Uji di Dalam Wadah

    3. Setelah wadah terisi penuh dengan benda uji, selanjutnya menimbang berat

    wadah dan agregat kasar (W2).

    Gambar 4.23 Penimbangan Wadah Berisi Benda Uji

    4. Menghitung berat benda uji (W3=W2-W1).

    Hasil Perhitungan:

    A. Volume wadah = 0,25 × 3,14 × 15 cm × 15 cm × 30 cm

    = 5301,44 cm3

    = 0,005301 m3

    B. Berat wadah = 5,98 kg

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    67

    C. Berat wadah + benda uji = 13,52 kg

    D. Berat benda uji (C-B) = 13,52 kg – 5,98 kg

    = 7,54 kg

    Berat volume ( D

    A ) =

    005301,0

    54,7

    = 1422 kg/m3

    Berdasarkan hasil pengujian berat isi agregat kasar, dapat disimpulkan bahwa berat

    isi batu pecah Seloarto sebesar 1422 kg/m3.

    4.1.8 Konsistensi Normal Semen

    Pengujian ini mengacu pada SNI 03-6826-2002 tentang Metode Pengujian

    Konsistensi Normal Semen Portland dengan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil.

    Langkah yang dilakukan untuk uji tersebut yaitu:

    1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan yaitu

    timbangan, mangkuk porselen dan penumbuk, satu set alat vicat, pisau

    pengaduk, mangkuk aluminium, gelas ukur, stopwatch, cincin ebonite, dan

    pelat kaca.

    Gambar 4.24 Satu Set Alat Vicat

    2. Menyiapkan 5 benda uji berupa semen Portland dengan berat masing-masing

    300 gram, selanjutnya dimasukkan kedalam mangkuk porselen dan dihaluskan.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    68

    Gambar 4.25 Pengambilan Semen

    3. Memasukkan air kedalam gelas ukur sebanyak 25%-30% dari berat semen lalu

    mencatat jumlah air yang dimasukkan.

    Gambar 4.26 Pencampuran Semen dengan Air

    4. Mencampur air dan semen, selanjutnya diaduk selama 3 menit sehingga

    diperoleh pasta semen yang plastis.

    Gambar 4.27 Pengadukan Semen dan Air

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    69

    5. Mengolesi cincin ebonit dengan oli dan menyiapkan pelat kaca sebagai alas

    cincin ebonit.

    Gambar 4.28 Cincin Ebonit dan Pelat Kaca

    6. Membentuk bola semen dari pasta semen yang sudah plastis, selanjutnya bola

    tersebut ditekan ke dalam cincin ebonit sehingga cincin ebonit penuh dengan

    pasta semen.

    Gambar 4.29 Pemasukkan Pasta Semen ke Dalam Cincin Ebonit

    7. Meletakkan cincin ebonit yang telah berisi pasta semen pada alat vicat,

    selanjutnya turunkan jarum ke atas adonan sehingga garis penunjuk berada pada

    angka 0. Sekrup pengunci dikencangkan sehingga jarum vicat siap untuk

    dijatuhkan.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    70

    Gambar 4.30 Penyetelan Alat Vicat

    8. Membuka sekrup pengunci lalu membiarkan jarum vicat meluncur bebas

    menembus pasta semen, bersamaan dengan ini menjalankan stopwatch sampai

    menunjukkan 30 detik. Setelah 30 detik, mengencangkan sekrup pengunci,

    selanjutnya membaca penurunan yang terjadi.

    Gambar 4.31 Bacaan Penurunan Alat Vicat

    9. Mengulangi lagi percobaan sampai penunjuk menunjukan angka penurunan

    sebesar 10 mm, yaitu pada saat konsistensi normal semen telah tercapai.

    Langkah selanjutnya setelah mendapatkan data adalah mengolah data tersebut.

    Hasil percobaan:

    A. Jumlah air = angka persen

    100× berat semen

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    71

    B. Berat semen = 300 gr

    C. diameter jarum vicat = 10 mm

    D. Suhu = 27°C

    Perhitungan persentase air :

    a. Kadar air 25%

    25% = 25

    100× 300 gr = 75 gr 75 cc

    b. Kadar air 26%

    26% = 26

    100× 300 gr = 78 gr 78 cc

    c. Kadar air 27 %

    27% = 27

    100× 300 gr = 81 gr 81 cc

    d. Kadar air 28%

    28% = 28

    100× 300 gr = 84 gr 84 cc

    e. Kadar air 29%

    29% = 29

    100× 300 gr = 87 gr 87 cc

    f. Kadar air 30%

    30% = 30

    100× 300 gr = 90 gr 90 cc

    Hasil penurunan jarum vicat yang dijatuhkan dapat dilihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Tabel Penurunan Jarum Vicat

    Kadar Air

    (%)

    Penurunan Tiap 30 Detik

    (mm)

    25 0

    26 4

    27 5

    28 6

    29 9

    30 11

    Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dapat digambarkan menjadi grafik yang

    diperlihatkan pada Gambar 4.32.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    72

    Gambar 4.32. Grafik Uji Konsistensi Normal Semen

    Gambar 4.32 merupakan Grafik Uji Konsistensi Normal Semen yang berdasarkan

    Tabel 4.4. Sumbu X pada grafik tersebut merupakan kadar air yag dibutuhkan

    semen dengan satuan persen. Sumbu Y pada grafik tersebut adalah besarnya

    penurunan pada jarum alat vicat dengan satuan millimeter. Konsistensi normal

    semen dicapai saat penurunan jarum vicat sedalam 10 mm. Berdasarkan Gambar

    4.32 dapat diketahui pada saat penurunan jarum vicat sebesar 10 mm, kadar air yang

    diperlukan sebesar 29,5%. Konsistensi normal semen pada percobaan ini sebesar

    29,5%.

    4.1.9 Berat Jenis Semen

    Pengujian ini mengacu pada SNI 15-2531-1991 tentang Metode Pengujian Berat

    Jenis Semen. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis semen berjenis

    Ordinary Portland Cement (OPC) merk Tiga Roda yang digunakan sebagai bahan

    beton. Langkah yang dilakukan untuk uji tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Mengisi Labu Le Chatlier kapasitas 24 mL dengan kerosin atau minyak tanah

    sampai memenuhi skala antara 0 dan 1. Selanjutnya membersihkan dan

    mengeringkan bagian atas permukaan kerosin dengan menggunakan kawat yang

    dibalut dengan kertas tisu.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    24 25 26 27 28 29 30 31

    Pen

    uru

    nan

    (m

    m)

    Kadar Air (%)

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    73

    Gambar 4.33 Labu Le Chatlier Berisi Kerosin

    2. Meletakkan Labu Le Chatlier yang berisikan kerosin di ruang yang bersuhu tetap

    selama 15 menit untuk menyamakan suhu cairan (kerosin) dengan suhu ruangan

    ±27 oC

    Gambar 4.34 Penyesuaian Suhu Labu Le Chatlier dengan Suhu Ruang

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    74

    Gambar 4.35 Bacaan Suhu Kerosin pada Labu Le Chatlier

    3. Mengamati dan mencatat volume awal (V1) dengan membaca skala pada Labu

    Le Chatlier.

    Gambar 4.36 Volume Awal Setelah Labu Le Chatlier Bersuhu Ruang

    4. Menimbang Semen Portland Komposit sebesar ±65 gram, selanjutnya Semen

    Portland Komposit yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam Labu Le Chatlier

    secara perlahan menggunakan spatula dan corong kaca. Kawat dapat digunakan

    untuk menusuk saluran apabila saluran tersumbat oleh semen. Pada saat

    memasukan semen diupayakan semen tidak menempel di dinding Labu Le

    0,4 mL

    27ºC

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    75

    Chatlier. Apabila semen menempel pada dinding Labu Le Chatlier, maka dapat

    dihilangkan dengan cara memutar Labu Le Chatlier secara perlahan.

    Gambar 4.37 Penimbangan Semen

    Gambar 4.38 Pemasukan Semen ke Dalam Labu Le Chatlier

    5. Meletakkan kembali Labu Le Chatlier yang berisikan semen dan kerosin di

    ruangan yang bersuhu ± 27 oC selama 15 menit.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    76

    Gambar 4.39 Penyesuaian Ulang Labu Le Chatlier dengan Suhu Ruang

    6. Memutar benda uji secara perlahan untuk menghilangkan gelembung udara yang

    terdapat di dalam Labu Le Chatlier.

    Gambar 4.40 Labu Le Chatlier Bersuhu Ruang

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    77

    Gambar 4.41 Bacaan Suhu Labu Le Chatlier

    7. Membaca volume akhir (V2) dengan skala yang terdapat pada Labu Le Chatlier.

    Pembacaan dapat dilakukan jika sudah tidak terdapat gelembung pada Labu Le

    Chatlier.

    Gambar 4.42 Bacaan Volume Akhir Labu Le Chatlier

    27ºC

    21,4 mL

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    78

    Langkah selanjutnya setelah mendapatkan data adalah mengolah data tersebut

    untuk mengetahui berat jenis semen. Berat jenis semen diketahui dengan

    menggunakan persamaan sebagai berikut:

    𝐵𝐽 = 𝑊

    𝑉2−𝑉1 ................................................................................................... (4.1)

    dengan

    BJ adalah berat jenis semen Portland (gr/mL)

    W adalah berat semen Portland (gr)

    V1 adalah volume awal (mL)

    V2 adalah volume akhir (mL)

    d adalah massa jenis air (1 gr/mL)

    Data dan hasil percobaan pertama adalah sebagai berikut:

    A. Berat benda uji = 65 gr

    B. Volume awal = 0,4 mL

    C. Volume akhir = 21,4 mL

    D. Berat jenis semen = 65

    21,4−0,4

    = 3, 09 gr/mL

    Data dan hasil percobaan kedua adalah sebagai berikut:

    A. Berat benda uji = 65 gr

    B. Volume awal = 0,3 mL

    C. Volume akhir = 21,5 mL

    D. Berat jenis semen = 65

    21,5−0,3

    = 3, 07 gr/mL

    Hasil pengujian diperlihatkan pada Tabel 4.5

    Tabel 4.5 Data dan Hasil Pengujian Berat Jenis Semen

    Nomor Contoh I II

    Berat benda uji (gr) W 65 65

    Volume awal (mL) V1 0,4 0,3

    Volume akhir(mL) V2 21,4 21,5

    Berat jenis semen (gr/mL) 𝑊

    (𝑉2 − 𝑉1) 𝑥 𝑑

    3,09 3,07

    3,08

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    79

    Kesimpulan: Berdasarkan Tabel 4.5, berat jenis semen Portland yang digunakan

    adalah 3,08 gr/mL. Nilai tersebut memenuhi syarat yang disebutkan pada SNI 7064-

    2004 bahwa berat jenis semen Portland memiliki kisaran 3,0-3,2 gr/mL.

    4.2 Perhitungan Mix Design

    Perhitungan Mix Design akan dijelaskan pada sub bab ini untuk mendapatkan

    takaran yang pas dalam pembuatan beton. Perhitungan perencanaan berdasarkan

    SNI 7657-2012 tentang Tata Cara Pemilihan Campuran untuk Beton Normal, Beton

    Berat dan Beton Massa. Tahapan dalam perencanaan beton yang direncanakan

    adalah sebagai berikut.

    1. Menetapkan mutu beton yang direncanakan.

    Mutu beton rencana = K-300 (24,9 MPa)

    2. Memilih nilai standar deviasi berdasarkan Tabel 4.6.

    Pada perencanaan campuran beton ini jumlah data produksi setiap m3 beton

    dianggap cukup sehingga menurut Tabel 4.6 faktor cacat yaitu:

    Faktor cacat (%) = 5,00

    Faktor cacat (desimal) = 1,64

    Faktor cacat (bilangan) = 60,00

    Nilai standar deviasi yang digunakan dalam perhitungan adalah faktor cacat

    (bilangan) yaitu 60,00.

    Tabel 4.6 Tabel Standar Deviasi dan Nilai Tambah

    Jumlah Data

    Produksi (m3) Faktor Cacat (%)

    Faktor Cacat

    (Desimal)

    Faktor Cacat

    (Bilangan)

    Sempurna 0,00 0,75 0,00

    Sangat Baik 1,00 1,34 40,00

    Baik 2,50 1,45 47,33

    Cukup 5,00 1,64 60,00

    Kurang Baik 7,50 1,96 78,55

    Tidak Baik 10,00 2,33 100,00

    (Sumber: Diolah dari SNI 7656-2012, 2012)

    3. Menentukan nilai tambah pada perencanaan beton berdasarkan Tabel 4.6 Nilai

    tambah yang digunakan adalah hasil perkalian faktor cacat (bilangan) dengan

    faktor cacat (desimal). Dalam perencanaan jumlah data produksi setiap m3

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    80

    beton dianggap cukup sehingga didapatkan faktor cacat (desimal) yaitu sebesar

    1,64.

    Nilai tambah = Faktor cacat bilangan × Faktor cacat desimal

    = 60,00 × 1,64

    = 98,40

    4. Menetapkan kuat tekan yang hendak dicapai dengan menjumlahkan mutu beton

    rencana dengan nilai tambah yang sudah didapat.

    Kuat tekan yang hendak dicapai = Mutu beton rencana + Nilai tambah

    = 300 + 98,40

    = 398,40 kg/cm2

    5. Memilih jenis semen yang digunakan. Semen yang digunakan adalah semen

    Tiga Roda dengan jenis Ordinary Portland Cement.

    6. Jenis agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah Seloarto dan agregat

    halus Pasir Muntilan.

    7. Selanjutnya adalah menentukan nilai slump yang diinginkan. Jenis benda uji

    yang direncanakan adalah untuk balok beton sehingga didapatkan nilai slump

    maksimum 10 cm. Nilai slump diperlihatkan pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Nilai Slump yang Direncanakan untuk Berbagai Jenis Konstruksi

    Jenis Konstruksi Slump (cm)

    Maksimum Minimum

    Dinding fondasi, footing, sumuran, dinding basement, rigid

    pavement

    5 2,5

    Dinding balok dan kolom 10 2,5

    Perkerasan dan lantai, beton dalam jumlah yang besar (seperti dam) 7,5 2,5

    (Sumber: Diolah dari SNI 7656-2012, 2012)

    8. Menentukan ukuran diameter agregat kasar maksimum yang akan digunakan

    dalam pencampuran beton. Pada perencanaan ini dipilih ukuran diameter

    agregat maksimum beton yaitu 25 mm dan tanpa penambahan udara. Kebutuhan

    air pencampur dan udara diperlihatkan pada Tabel 4.8.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    81

    Tabel 4.8 Kebutuhan Air Pencampur dan Udara Untuk Berbagai Nilai Slump dan

    Ukuran Maksimum Agregat

    Jenis Beton Slump (cm)

    Air (kg/m3)

    12,5 19,5 25 37

    mm mm mm mm

    Tanpa Penambahan

    Udara

    4 sampai 6 204 195 183 171

    6 sampai 8 211 201 189 177

    8 sampai 10 218 207 194 183

    10 sampai 12 220 209 196 184

    12 sampai 14 223 212 198 186

    14 sampai16 226 215 201 189

    16 sampai 18 230 217 203 191

    18 sampai 20 233 220 206 194

    Kandungan Udara yang Tersekap (%) 2,5 2 1,5 1

    Dengan

    Penambahan Udara

    4 sampai 6 180 173 165 155

    6 sampai 8 188 179 171 161

    8 sampai 10 195 186 177 167

    10 sampai 12 197 188 178 168

    12 sampai 14 200 192 180 170

    14 sampai16 203 195 183 173

    16 sampai 18 207 199 185 175

    18 sampai 20 210 202 188 178

    Kandungan Udara yang Disarankan (%) 7 6 6 5,5

    (Sumber: Diolah dari SNI 7656-2012, 2012)

    9. Selanjutnya adalah menentukan kadar air bebas yang digunakan. Dari nilai

    maksimum slump 10 cm dan diameter maksimum agregat kasar yang digunakan

    25 mm, maka berdasarkan Tabel 4.8 kebutuhan air yang didapat adalah 194

    kg/cm2. Nilai kadar air bebas yang digunakan yaitu:

    Kadar Air Bebas = 0,94 × 194 kg/cm3

    = 183 kg

    10. Selanjutnya adalah menentukan faktor air semen bebas. Penentuan faktor air

    semen bebas dapat diperlihatkan pada Tabel 4.9. Berdasarkan Tabel 4.9 kuat

    tekan beton umur 28 hari yang direncanakan adalah 300 kg/cm2 dan tanpa

    penambahan udara, sehingga didapatkan rasio air semen yaitu sebesar 0,54.

    Tabel 4.9 Hubungan Rasio Air – Semen dengan Kuat Tekan Beton

    Kuat Tekan Beton

    Umur 28 Hari

    Rasio Air Semen

    (Dalam Berat)

    (kg/cm2) Tanpa Penambahan Udara Dengan Penambahan Udara

    100 0,89 0,80

    125 0,84 0,75

    150 0,79 0,70

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    82

    Kuat Tekan Beton

    Umur 28 Hari

    Rasio Air Semen

    (Dalam Berat)

    175 0,74 0,65

    200 0,69 0,60

    225 0,65 0,56

    250 0,61 0,52

    275 0,58 0,49

    300 0,54 0,45

    325 0,51 0,42

    350 0,47 0,39

    275 0,45 0,37

    400 0,42 0,34

    425 0,40 0,32

    450 0,37 0,29

    475 0,35 0,27

    500 0,32 0,24

    525 0,30 0,22

    550 0,27 0,19

    575 0,25 0,17

    650 0,17 0,09

    (Sumber: Diolah dari SNI 7656-2012, 2012)

    11. Menetapkan jumlah persentase semen yang digunakan. Dalam perencanaan ini

    tidak menggunakan bahan tambah apapun sehingga persentase semen yang

    digunakan dianggap 100%.

    12. Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah semen yang dibutuhkan.

    Jumlah semen = Kadar Air Bebas

    Faktor Air Semen×

    Persentase Semen

    100

    = 100

    100

    54,0

    183

    = 338 kg/m3

    13. Tahap selanjutnya adalah menentukan volume agregat kasar. Penentuan volume

    agregat kasar dapat diperlihatkan pada Tabel 4.10. Pada sub bab pengujian

    analisa saringan agregat halus didapat modulus kehalusan pasir sebesar 3,8 dan

    ukuran maksimum agregat yang ditentukan sebelumnya adalah 25 mm.

    Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh volume agregat kasar sebesar 0,65 m3.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    83

    Tabel 4.10 Volume Agregat Kasar Persatuan Volume Beton untuk Slump 7,5 cm

    Sampai 10 cm

    Ukuran

    Maksimum

    Volume Agregat Kasar (Berat Isi Kering) Persatuan Volume Beton Untuk

    Berbagai Nilai

    Modulus Kehalusan Pasir

    2,4 2,6 2,8 3

    12,5 0,59 0,57 0,55 0,53

    19,5 0,66 0,64 0,62 0,60

    25 0,71 0,69 0,67 0,65

    37 0,75 0,73 0,71 0,69

    (Sumber: Diolah dari SNI 7656-2012, 2012)

    14. Selanjutnya menentukan faktor koreksi yang dapat diperlihatkan pada Tabel

    4.11. Pada tahap 9 nilai slump yang ingin dicapai adalah 8 cm sampai 10 cm

    dan diameter ukuran maksimum agregat kasar adalah 25 mm. Berdasarkan

    Tabel 4.11 dapat diperlihatkan bahwa faktor koreksi yang diperoleh yaitu 0,994.

    Tabel 4.11 Faktor Koreksi untuk Nilai Slump Berbeda

    Slump (cm) Faktor Koreksi Untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat

    12,5 mm 19,5 mm 25 mm 37 mm

    4 sampai 6 1,402 1,028 1,042 1,603

    6 sampai 8 1,018 1,012 1,018 1,027

    8 sampai 10 0,994 0,996 0,994 0,991

    10 sampai 12 0,993 1,000 1,000 1,000 12 sampai 14 0,988 1,000 1,000 1,000 14 sampai16 0,983 1,000 1,000 1,000 16 sampai 18 0,977 1,000 1,000 1,000 18 sampai 20 0,972 1,000 1,000 1,000

    (Sumber: Diolah dari SNI 7656-2012, 2012)

    15. Tahap selanjutnya adalah menghitung berat agregat kasar yang dibutuhkan.

    Berat Agregat Kasar = Volume Agregat Kasar × Faktor Koreksi × Berat Isi

    = 0,65 × 0,994 × 1.422

    = 919 kg/m3

    16. Selanjutnya yaitu menghitung volume air yang dibutuhkan.

    Volume Air = Kadar Air Bebas

    Berat Jenis Air

    = 1000

    183

    = 0,183 m3

    17. Menghitung volume semen yang dibutuhkan.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    84

    Volume Semen = Jumlah Semen

    Berat Jenis Semen

    = 3100

    338

    = 0,109 m3

    18. Tahapan selanjutnya adalah menghitung volume agregat kasar yang

    dibutuhkan.

    Volume Agregat Kasar = Berat Agregat Kasar

    Berat Jenis Batu

    = 2745

    919

    = 0,335 m3

    19. Selanjutnya menentukan volume udara yang tersekap dalam pembuatan

    campuran beton berdasarkan Tabel 4.8. Ukuran agregat kasar maksimum yang

    digunakan adalah 25 mm maka berdasarkan Tabel 4.8 kandungan udara yang

    tersekap sebesar 1,5%. Sehingga volume udara yaitu sebesar 0,015m3.

    20. Tahapan selanjutnya yaitu menghitung volume agregat halus.

    Volume Agregat Halus = 1 - (Volume Air + Volume Semen + Volume Agregat

    Kasar + Volume Udara)

    = 1 - (0,183 + 0,109 + 0,335 + 0,015)

    = 0,358 m3

    21. Selanjutnya adalah menghitung berat agregat halus yang dibutuhkan.

    Berat Agregat Halus = Volume Agregat Halus × Berat Jenis Pasir

    = 2628358,0

    = 941 kg/m3

    22. Tahap yang terakhir adalah menghitung total berat beton segar.

    Berat Beton Segar = Kadar Air Bebas + Jumlah Semen + Berat Agregat

    Kasar + Berat Agregat Halus

    = 183 + 338 + 919 + 941

    = 2380,81 kg/m3

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    85

    Hasil perhitungan mix design di atas diperoleh perbandingan berat material bahan

    penyusun setiap 1m3 campuran beton antara lain:

    1. Semen = 338 kg/m3

    2. Batu = 919 kg/m3

    3. Pasir = 941 kg/m3

    4. Air = 183 kg/m3

    4.3 Perhitungan Shear Connector

    Pada sub bab ini akan dibahas mengenai cara menghitung shear connector yang

    dibutuhkan balok beton bertulang komposit pada penelitian ini. Perhitungan

    dilakukan berdasarkan SNI 1729-2002. Pada pengujian ini balok diasumsikan

    berperilaku sebagai komposit penuh. Langkah dan cara perhitungan dalam

    menentukan jumlah shear connector yang dibutuhkan adala sebagai berikut.

    Menentukan kapasitas baut (Qn), dengan :

    d = 13 mm

    Mutu Baja = BJ 41

    fu = 410 MPa

    fy = 250 MPa

    fc’ = 24,9 MPa

    Ec = 0,041 x w1,5 x √𝑓𝑐′ ............................................................................ (4.2)

    = 0,041 x 24001,5 x √24,9

    = 24054,72 MPa

    Penyelesaian:

    Asc = 0,25 x π x d2 ........................................................................................ (4.3)

    = 0,25 x π x 132

    = 132,73 mm2

    Qn = 0,5 x Asc x √𝑓𝑐′x 𝐸𝑐 ≤ Asc x fu ........................................................ (4.4)

    = 0,5 x 132,73 x √24,9 x 24054,72 ≤ 132,73 x 410

    = 51362,54 N ≤ 54420,24 N

    Menentukan gaya geser benda uji (Vh), diketahui :

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    86

    P = 192,67 kN = 19267 kg = 19,267 ton

    Wc = 2400 kg/m3

    b = 15 cm

    h = 30 cm

    l = 60 cm

    qc = Wc × b × h ...................................................................................... (4.5)

    = 2400 × 0,15 × 0,30

    = 108 kg/m

    Perhitungan gaya geser benda uji (Vh) akibat gaya tekan (P) :

    P pakai = P × 0,8

    = 19,267 × 0,8

    = 15,41 ton

    Reaksi sendi = 𝑃 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖

    2 ................................................................................ (4.6)

    = 15,41

    2

    = 7,71 ton

    Reaksi roll = Reaksi sendi = 7,71 ton

    Gaya geser = 7,71 ton

    Gaya momen = Gaya geser ×lengan momen

    = 7,71 × 0,15

    = 1,16 ton.m

    Diagram gaya geser dan momen akibat gaya tekan P diperlihatkan pada Gambar

    4.43.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    87

    Gambar 4.43 Diagram Gaya Geser dan Momen Akibat Gaya Tekan P

    Perhitungan gaya geser benda uji (Vh) akibat beban sendiri :

    Reaksi Sendi = 𝑞𝑐 × 𝑙

    2 ................................................................................... (4.7)

    = 108 × 0,6

    2

    = 32,4 kg

    Reaksi Roll = Reaksi Sendi = 32,4 kg

    Gaya Geser I = qc × 0,075

    = 108 × 0,075

    = 8,1 kg

    Gaya Geser II = Reaksi Sendi – Gaya Geser I

    SFD

    BMD

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    88

    = 32,4 – 8,1

    = 24,3 kg

    Gaya momen I = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 𝐼 × 0,075

    2 ................................................... (4.8)

    = 8,1 × 0,075

    2

    = 0,304 kg.m

    Gaya momen II = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝐼−𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝐼𝐼 ×0,225

    2 ......................... (4.9)

    = 0,304−24,3 ×0,225

    2

    = -2,430 kg.m

    Diagram gaya geser dan momen akibat beban sendiri diperlihatkan pada Gambar

    4.44.

    Gambar 4.44 Diagram Gaya Geser dan Momen Akibat Beban Sendiri

    BMD

    SFD

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    89

    Langkah selanjutnya menentukan nilai gaya geser angkur akibat gaya tekan dan

    beban sendiri dengan cara mengambil contoh pada setengah bentang.

    Gaya geser angkur akibat gaya tekan (P) = 7,71 ton

    = 7.710 kg

    Gaya geser angkur akibat beban sendiri = Gaya geser II – qc × 0,075 ....... (4.10)

    = 24,3 – 108 × 0,075

    = 16,2 kg

    Total gaya geser (Vh) = 7.710 + 16,2

    = 7726,2 kg

    = 77,262 kN

    Kebutuhan Shear Connector = 𝑉ℎ

    𝑄𝑛 ............................................................... (4.11)

    = 77,26

    51,36

    = 1,5 buah

    Berdasarkan contoh perhitungan di atas per setengah bentang dipasang masing –

    masing 1,5 buah shear connector pada setengah bentang, total untuk 1 bentang

    dipasang 3 buah shear connector.

    4.4 Pembuatan Benda Uji

    Pada pembuatan benda uji ini dibagi menjadi 3 anak sub bab. Anak sub bab pertama

    menjelaskan tentang pembuatan benda uji silinder, selanjutnya anak subbab kedua

    menjelaskan tentang pembuatan benda uji balok, dan pembuatan benda uji balok

    komposit dijelaskan pada subbab terakhir.

    4.4.1 Pembuatan Benda Uji Silinder

    Pada pembuatan benda uji silinder, cetakan yang digunakan adalah cetakan dengan

    diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Total jumlah benda uji yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah 6 buah. Langkah pembuatan benda uji adalah sebagai berikut.

    1. Mempersiapkan alat yang digunakan seperti alat slump, cetakan, sekop, dan

    lain-lain. Menurut SNI 1972-2008, alat slump terdiri dari kerucut abrams

    dimana alat tersebut merupakan kerucut terpancung dengan bagian atas dan

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    90

    bagian bawah terbuka. Diameter pada bagian atas 102 mm, bagian bawah

    berdiameter 203 mm dan memiliki tinggi 305 mm dengan ketebalan 1,5 mm.

    Alat slump lainnya adalah batang penusuk dengan panjang 600 mm dan

    berdiameter 16 mm, dan alas datar yang tidak menyerap air dan kaku. Alat

    slump yang digunakan pada penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 4.45.

    Gambar 4.45 Alat Slump

    2. Mempersiapkan bahan sesuai takaran yang ditentukan di dalam mix design

    concrete, selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan digital. Gambar 4.46

    menunjukkan menimbang semen dengan timbangan digital.

    Gambar 4.46 Penimbangan Semen

    3. Setelah tahap penimbangan bahan telah selesai dilakukan, langkah selanjutnya

    yaitu memasukkan agregat kasar, agregat halus dan semen ke dalam concrete

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    91

    mixer. Proses memasukkan bahan ke dalam concrete mixer diperlihatkan pada

    Gambar 4.47.

    Gambar 4.47 Pencampuran Bahan pada Concrete Mixer

    4. Memasukkan air setelah agregat kasar, agregat halus dan semen sudah

    tercampur rata ke dalam concrete mixer. Proses memasukkan air ke dalam

    concrete mixer diperlihatkan pada Gambar 4.48.

    Gambar 4.48 Pemasukkan Air ke Dalam Concrete Mixer

    5. Melakukan pemeriksaan nilai slump dengan cara slump test. Berdasarkan SNI

    1972-2008, slump test merupakan suatu teknik untuk memantau homogenitas

    dan workability (kemudahan pengerjaan) adukan beton segar dengan suatu

    kekentalan tertentu yang dinyatakan dengan satu nilai slump. Tahapan slump

    test adalah sebagai berikut:

    a. Mempersiapkan alat slump

    b. Beton segar dimasukkan ke dalam sebuah cetakan yang memiliki bentuk

    kerucut dan memadatkan beton segar dengan batang penusuk.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    92

    c. Adukan beton segar dimasukkan dalam 3 lapis, setiap lapis memiliki

    ketinggian 1

    3 dari Kerucut Abrams. Setiap lapis di tusuk-tusuk dengan

    batang penusuk sebanyak 25 kali.

    d. Tahap selanjutnya meratakan dan membersihkan bagian bidang atas

    e. Mengangkat cetakan dan beton dibiarkan hingga terjadi penurunan pada

    permukaan bagian atas beton.

    f. Mengukur penurunan yang terjadi dengan meteran. Nilai slump didapatkan

    dari tinggi alat slump dikurangi dengan tinggi beton setelah terjadi

    penurunan. Pengukuran nilai slump diperlihatkan pada Gambar 4.49.

    Gambar 4.49 Pengukuran Nilai Slump

    Pada penelitian ini, hasil slump test sebesar 8 cm ± 2 dengan mutu beton K-

    300.

    6. Memasukkan beton ke dalam benda uji silinder. Benda uji silinder dalam

    keadaan basah diperlihatkan pada Gambar 4.50.

    Gambar 4.50 Benda Uji Silinder

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    93

    4.4.2 Pembuatan Benda Uji Balok

    Pada pembuatan benda uji balok cetakan yang digunakan terdapat 2 tipe, tipe

    pertama memiliki dimensi 15 cm × 15 cm × 60 cm dan tipe kedua memiliki dimensi

    15 cm × 30 cm × 60 cm. Total jumlah benda uji yang digunakan pada penelitian ini

    adalah 9 buah. Tahap pembuatan benda uji balok dijabarkan sebagai berikut.

    1. Mempersiapkan alat yang digunakan untuk membuat beton. Cetakan balok

    ukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm diperlihatkan pada Gambar 4.51.

    Gambar 4.51 Cetakan Balok Ukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm

    2. Mempersiapkan bahan sesuai takaran yang ditentukan di dalam mix design

    concrete. Langkah selanjutnya menimbang bahan dengan timbangan digital.

    3. Memasukkan agregat kasar, agregat halus dan semen ke dalam concrete mixer.

    Concrete mixer yang sedang mengaduk bahan diperlihatkan pada Gambar 4.52.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    94

    Gambar 4.52 Pengadukan Bahan dengan Concrete Mixer

    4. Memasukan air ke dalam concrete mixer setelah bahan terlihat sudah tercampur

    dengan rata.

    5. Melakukan pemeriksaan nilai slump dengan cara slump test.

    6. Memasang tulangan balok sesuai dengan posisi yaitu 2,5 cm dari dasar balok.

    7. Memasukkan beton ke dalam benda uji. Pada pembuatan benda uji balok ini,

    beton segar dimasukkan setinggi ½ dari tinggi cetakan lalu diratakan dengan

    alat penusuk dan flexible trowel. Tahap selanjutnya, beton segar dimasukkan

    sesuai dengan tinggi cetakan dan diratakan. Proses memasukkan beton segar ke

    dalam benda uji berukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm diperlihatkan pada

    Gambar 4.53.

    Gambar 4.53 Pencetakan Benda Uji Beton

    8. Setelah 1 hari beton dapat dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan proses curing

    selama 28 hari.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    95

    4.4.3 Pembuatan Benda Uji Balok Komposit

    Pada pembuatan balok komposit, balok berukuran 15 cm × 15 cm × 60 cm yang

    telah berumur 28 hari dilakukan pengangkuran dengan baja tulangan berdiameter

    13 mm dengan bentuk L yang memiliki panjang 15 cm. Tahapan pembuatan benda

    uji balok komposit adalah sebagai berikut.

    1. Pengeboran dilakukan pada balok dengan jumlah 3 buah dengan jarak masing-

    masing 15 cm pada tiap sisinya. Proses pengeboran menggunakan mesin bor

    HILTI TE 7 diperlihatkan pada Gambar 4.54.

    Gambar 4.54 Pengeboran Benda Uji

    2. Tahap selanjutnya yaitu pembersihan lubang bor menggunakan sikat.

    3. Memasukkan chemical anchor HILTI HIT-RE 500 V3 ke dalam lubang

    sedalam ¾ dari kedalaman lubang. Proses memasukkan chemical anchor ke

    dalam lubang diperlihatkan pada Gambar 4.55.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    96

    Gambar 4.55 Pengisian Lubang dengan Chemical Anchor

    4. Memasukkan angkur ke dalam lubang yang sudah berisi chemical ancor,

    selanjutnya memenuhi lubang dengan chemical anchor hingga meluap. Proses

    perekatan angkur dengan chemical anchor diperlihatkan pada Gambar 4.56.

    Gambar 4.56 Perekatan Angkur dengan Chemical Anchor

    5. Setelah menunggu chemical anchor kering (± 1 hari), beton dimasukkan ke

    dalam cetakan untuk dilakukan pengompositan. Posisi beton berangkur yang

    berada ke dalam cetakan diperlihatkan pada Gambar 4.57.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    97

    Gambar 4.57 Posisi Beton Berangkur pada Cetakan

    6. Pembuatan beton segar dengan mutu K-300. Langkah pembuatan dapat

    diperlihatkan di Sub Bab 4.3.2.

    7. Memasukkan beton segar ke dalam cetakan benda uji. Proses pemadatan beton

    segar di dalam cetakan diperlihatkan pada Gambar 4.58.

    Gambar 4.58 Pencetakan Benda Uji Beton

    8. Setelah 1 hari beton dapat dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan proses curing

    selama 28 hari.

    4.5 Perawatan Benda Uji (Curing)

    Curing beton bertujuan untuk menghindari panas hidrasi yang menyebabkan beton

    crack atau retak. Berdasarkan SNI 2493-2011 benda uji dapat dibuka dari cetakan

    setelah 24 jam ± 8 jam setelah pencetakan. Pada penelitian ini benda uji dilepas dari

    cetakan setelah satu hari. Benda uji yang telah dilepas dari cetakan dibersihkan dan

    selanjutnya direndam ke dalam bak berisi air. Berdasarkan SNI 2493-2011 benda

    uji harus dirawat basah mulai dari waktu pencetakan sampai saat pengujian. Pada

    penelitian ini pengangkatan beton dilakukan saat beton berumur 28 hari lalu beton

    didiamkan dalam suhu ruangan. Proses curing beton pada bak rendaman

    diperlihatkan pada Gambar 4.59.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    98

    Gambar 4.59 Proses Curing Beton

    4.6 Pengujian Kuat Tekan Beton

    Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan mesin uji kuat tekan yang secara

    langsung dapat memberikan hasil nilai kuat tekan benda uji dengan cara pembacaan

    pada skala pembebanan. Pengujian kuat tekan ini dilakukan saat beton sudah

    berumur 28 hari. Pengujian kuat tekan dilakukan di Laboratorium CV. Jati Kencana

    Beton.

    4.6.1 Langkah Pengujian Kuat Tekan Beton

    Menurut SNI 6815-2002, maksud dari pengujian kekuatan beton adalah untuk

    menentukan terpenuhinya spesifikasi kekuatan dan mengukur variabilitas beton.

    Variabilitas karakteristik dan setiap bahan penyusun dalam beton dapat

    menyebabkan variasi dalam beton. Variasi dalam kekuatan beton dapat diterima

    dengan cara pembuatan benda uji beton berkualitas cukup dengan kontrol yang baik

    dan hasil uji diinterpresentasikan dengan akurat. Agar pembuatan benda uji

    berkualitas cukup, tahap pengujian kuat tekan beton yang dilakukan pada penelitian

    ini adalah sebagai berikut.

    1. Menimbang berat benda uji silinder.

    2. Melapisi permukaan atas benda uji dengan mortar belerang. Gambar yang

    menunjukkan pelapisan permukaan atas benda uji dengan mortar belerang

    diperlihatkan pada Gambar 4.60.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    99

    Gambar 4.60 Pelapisan Permukaan Atas Benda Uji dengan Mortar Belerang

    3. Meletakkan benda uji pada mesin tekan. Posisi benda uji pada alat uji kuat tekan

    diperlihatkan pada Gambar 4.61.

    Gambar 4.61 Pengujian Kuat Tekan

    4. Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban konstan.

    5. Melakukan pembebanan sampai benda uji runtuh dan mencatat beban

    maksimum.

    4.6.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan

    Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan dengan alat Universal

    Testing Machine didapatkan beban maksimum yaitu pada saat benda uji mengalami

    keruntuhan akibat menerima pembebanan (Pmax). Tahap perhitungan hasil

    pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut.

    1. Perhitungan luas penampang benda uji silinder (A)

    A = 0,25 x π x D2 ...................................................................... (4.12)

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    100

    = 0,25 x π x 1502

    = 17671,46 mm2

    = 176,7146 cm2

    Dengan :

    A = luas penampang benda uji (cm2)

    π = konstanta (3,1416)

    D = diameter benda uji silinder (mm)

    2. Perhitungan kuat tekan benda uji silinder

    = gaya tekan maksimum (kN)×100

    A ........................................... (4.13)

    = 640 ×100

    176,71

    = 362,18 kg/cm2

    3. Pengkonversian kuat tekan benda uji silinder ke benda uji kubus

    = kuat tekan benda uji silinder

    0,83 ............................................. (4.14)

    = 362,18

    0,83

    = 436,86 kg/cm2

    Dengan 0,83 merupakan faktor konversi dari silinder ke kubus.

    Kekuatan kuat tekan dari sampel benda uji silinder dapat dihitung melalui langkah

    di atas. Hasil kuat tekan dari keseluruhan benda uji dapat diperlihatkan pada

    Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    101

    Tabel 4.12 Kuat Tekan Beton A Tanggal 25 Januari 2018

    Tabel 4.13 Kuat Tekan Beton B Tanggal 6 Maret 2018

    Berdasarkan Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa :

    1. Kuat tekan terbesar Beton A adalah 354,54 kg/cm2 dan Beton B adalah

    436,36 kg/cm2.

    2. Kuat tekan terkecil Beton A adalah 265,90 kg/cm2 dan Beton B adalah

    361,36 kg/cm2.

    3. Nilai rata-rata kuat tekan Beton A adalah 302,92 kg/cm2 dan Beton B adalah

    389,12 kg/cm2 .

    Kode

    Benda Uji

    Luas Silinder Umur Berat

    Gaya

    Tekan

    Kuat Tekan Prediksi & Konversi

    Umur 28 Hari Silinder Kubus

    ( Kg ) ( Kg/cm² ) ( Kg/cm² ) ( Kg/cm² )

    ( Cm² ) ( Cm ) ( Hari ) ( Kg ) ( a ) ( b = 176,71 ) ( c = 0,83 ) ( d = konversi hari )

    kn ( a/b ) (( a/b )/ c ) ((( a/b )/ c)/ d )

    1 176,71 15 × 30 28 12,66 520 294,27 354,54 354,54

    2 176,71 15 × 30 28 12,84 480 271,63 327,27 327,27

    3 176,71 15 × 30 28 13,18 460 260,31 313,63 313,63

    4 176,71 15 × 30 28 13,14 440 249,00 299,99 299,99

    5 176,71 15 × 30 28 13,14 420 237,68 286,36 286,36

    6 176,71 15 × 30 28 12,96 400 226,36 272,72 272,72

    7 176,71 15 × 30 28 12,78 390 220,70 265,90 265,90

    Rata-Rata 302,92

    Kode

    Benda Uji

    Luas Silinder Umur Berat

    Gaya

    Tekan

    Kuat Tekan Prediksi & Konversi

    Umur 28 Hari Silinder Kubus

    ( Kg ) ( Kg/cm² ) ( Kg/cm² ) ( Kg/cm² )

    ( Cm² ) ( Cm ) ( Hari ) ( Kg ) ( a ) ( b = 176,71 ) ( c = 0,83 ) ( d = konversi hari )

    kn ( a/b ) (( a/b )/ c ) ((( a/b )/ c)/ d )

    1 176,71 15 × 30 28 12,80 640 362,18 436,36 436,36

    2 176,71 15 × 30 28 12,74 580 328,22 395,45 395,45

    3 176,71 15 × 30 28 12,96 575 325,39 392,04 392,04

    4 176,71 15 × 30 28 12,98 560 316,90 381,81 381,81

    5 176,71 15 × 30 28 12,74 560 316,90 381,81 381,81

    6 176,71 15 × 30 28 13,14 550 311,24 374,99 374,99

    7 176,71 15 × 30 28 12,98 530 299,93 361,36 361,36

    Rata-Rata 389,12

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    102

    4. Syarat beton memiliki mutu K-300 terpenuhi.

    4.7 Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Normal

    Menurut SNI 03-4431-1997, kuat lentur balok adalah kemampuan balok beton yang

    diletakkan pada dua perletakan untuk menahan untuk menahan gaya dengan arah

    tegak lurus sumbu benda uji hingga benda uji patah atau mengalami keruntuhan.

    Pada sub bab ini akan menjelaskan langkah pengujian dari balok berukuran 15 cm

    × 15 cm × 60 cm dan balok berukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm, yang pada ukuran

    tersebut memiliki 2 tipe yaitu balok monolit dan balok komposit.

    4.7.1 Langkah Pengujian Kuat Lentur Balok 15 cm × 15 cm × 60 cm

    Sebelum pengujian kuat lentur benda uji balok yang telah berumur 28 hari

    dilakukan pemeriksaan retak atau cacat pada benda uji. Balok dibebani lentur murni

    yaitu pembebanan dua titik dengan tumpuan sederhana sendi dan rol. Alat yang

    digunakan merupakan kerangka yang terbuat dari baja canal, satu set hydraulic

    jack, dan tumpuan yang berbentuk sendi dan rol yang terbuat dari besi pejal

    berdiameter ¾ inci. Langkah pengujian kuat lentur balok beton normal dijabarkan

    sebagai berikut.

    1. Mempersiapkan alat pengujian yang digunakan. Alat yang digunakan untuk

    pengujian kuat lentur balok beton normal diperlihatkan pada Gambar 4.62.

    Gambar 4.62 Alat Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Normal

    rol

    hydraulic jack

    sendi

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    103

    2. Benda uji diletakkan pada tumpuan berupa sendi dan rol pada kerangka alat.

    Tumpuan benda uji terletak 7,5 cm dari sisi kanan dan kiri bagian bawah benda

    uji.

    3. Benda uji yang terpasang dibebani dengan pembebanan dua titik. Benda uji

    yang terpasang pada alat pengujian diperlihatkan pada Gambar 4.63.

    Gambar 4.63 Peletakan Benda Uji pada Alat Uji Kuat Lentur

    4. Tahap selanjutnya merupakan pengujian. Pengujian dilakukan dengan cara

    memompa hydraulic jack dengan kelipatan beban yang tetap. Kelipatan beban

    yang terjadi dibaca lewat pembacaan digital.

    5. Pencatatan dilakukan pada beban maksimum hingga balok runtuh. Runtuhnya

    balok setelah diuji kuat lentur diperlihatkan pada Gambar 4.64.

    Gambar 4.64 Benda Uji Setelah Pengujian Kuat Lentur

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    104

    4.7.2 Hasil Pengujian Kuat Lentur Balok Beton 15 cm × 15 cm × 60 cm

    Hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan didapatkan beban maksimum yaitu pada

    saat benda uji mengalami keruntuhan akibat menerima pembebanan (Pmax). Tahap

    perhitungan hasil pengujian kuat lentur adalah sebagai berikut:

    1. Mengkonversi gaya tekan yang didapat dari kN ke kg (1 kN = 100 kg).

    2. Mencari nilai kuat lentur (Modulus of Rupture) dengan menggunakan

    Persamaan 4.15.

    Diketahui:

    Gaya tekan (P) = 70,30 kN = 7.030 kg

    Panjang bentang antar 2 tumpuan (L) = 45 cm

    Lebar balok (b) = 15 cm

    Tinggi balok (h) = 15 cm

    Modulus of Rupture (σMR) = (P × L) / (b × h2) ..................................... (4.15)

    = (7.030 × 45) / (15 × 15)

    = 93,73 kg/cm2

    Berdasarkan contoh perhitungan di atas dapat ditentukan kuat lentur dari 3 sampel

    benda uji balok berukuran 15 cm × 15 cm × 60 cm yang dapat dilihat pada Tabel

    4.14 dan Tabel 4.15.

    Tabel 4.14 Hasil Kuat Lentur Balok Beton A Ukuran 15 cm × 15 cm × 60 cm

    Kode Benda Uji

    Umur

    Gaya

    Tekan

    (P)

    Panjang

    Bentang Lebar Balok

    Tinggi

    Balok Modulus of Rupture

    (hari) (Kg) (L) (b) (h) σMR = (P*L) / (b*h²)

    (cm) (cm) (cm) (kg/cm²)

    1

    28

    5.840 45 15 15 77,87

    2 6.320 45 15 15 84,27

    3 6.810 45 15 15 90,80

    Rata-Rata 6.323 Rata-Rata 84,31

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    105

    Tabel 4.15 Hasil Kuat Lentur Balok Beton B Ukuran 15 cm × 15 cm × 60 cm

    Kode Benda Uji

    Umur

    Gaya

    Tekan

    (P)

    Panjang

    Bentang Lebar Balok

    Tinggi

    Balok Modulus of Rupture

    (hari) (Kg) (L) (b) (h) σMR = (P*L) / (b*h²)

    (cm) (cm) (cm) (kg/cm²)

    1

    28

    7.030 45 15 15 93,73

    2 8.350 45 15 15 111,33

    3 4.740 45 15 15 63,20

    Rata-Rata 6.707 Rata-Rata 89,42

    Berdasarkan Tabel 4.14 dan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa:

    1. Gaya lentur maksimum rata-rata yang mampu diterima balok beton A sebesar

    6.323 kg dengan nilai kuat lentur rata-rata sebesar 84,31 kg/cm2.

    2. Gaya lentur maksimum rata-rata yang mampu diterima balok beton B sebesar

    6.707 kg dengan nilai kuat lentur rata-rata sebesar 89,42 kg/cm2.

    3. Perbedaan hasil antara balok beton A dengan balok beton B dapat terjadi karena

    terdapat faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan. Berdasarkan SNI 6815-

    2002 perbedaan kekuatan dapat ditemukan dari dua penyebab utama yang

    berbeda, yaitu perbedaan dalam perilaku kekuatan yang terbentuk dari campuran

    beton dan bahan penyusunnya dan perbedaan jelas dalam kekuatan yang

    disebabkan oleh perpaduan variasi dalam pengujian.

    4.7.3 Langkah Pengujian Kuat Lentur Balok Beton 15 cm × 30 cm × 60 cm

    Langkah pengujian kuat lentur balok beton berdimensi 15 cm × 30 cm × 60 cm

    adalah sebagai berikut.

    1. Mempersiapkan alat pengujian yang digunakan. Alat uji kuat lentur balok beton

    15 cm × 30 cm × 60 cm diperlihatkan pada Gambar 4.65.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    106

    Gambar 4.65 Alat Uji Kuat Lentur Balok beton 15 cm × 30 cm × 60 cm

    2. Menimbang benda uji dengan timbangan digital. Proses penimbangan berat

    balok beton diperlihatkan pada Gambar 4.66.

    Gambar 4.66 Menimbang Benda Uji Komposit

    3. Memasukkan benda uji kedalam alat uji dengan menggunakan alat bantu crane.

    Crane digunakan membantu untuk mengangkat dan memudahkan memasukkan

    benda uji ke dalam alat benda uji. Pengangkatan benda uji menggunakan crane

    diperlihatkan pada Gambar 4.67.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    107

    Gambar 4.67 Pengangkatan Benda Uji Dengan Alat Crane

    4. Benda uji diletakkan pada tumpuan berupa sendi dan rol pada kerangka alat.

    Tumpuan benda uji terletak 7,5 cm dari sisi kanan dan kiri bagian bawah benda

    uji.

    5. Benda uji yang terpasang dibebani dengan pembebanan dua titik. Benda uji

    komposit yang terpasang pada alat uji diperlihatkan pada Gambar 4.68.

    Gambar 4.68 Perletakan Benda Uji Komposit pada Alat Pengujian

    6. Tahap selanjutnya merupakan pengujian. Pengujian dilakukan dengan cara

    memompa hydraulic jack dengan kelipatan beban yang tetap. Kelipatan beban

    yang terjadi dibaca lewat pembacaan dial.

    7. Pencatatan dilakukan pada beban maksimum hingga balok runtuh atau

    mengalami keretakan.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    108

    4.7.4 Hasil Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Monolit 15 cm × 30 cm × 60

    cm

    Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan didapatkan beban

    maksimum yaitu pada saat benda uji mengalami keruntuhan akibat menerima

    pembebanan (Pmax). Tahap perhitungan hasil pengujian kuat lentur adalah sebagai

    berikut.

    1. Mengkonversi gaya tekan yang didapat dari kN ke kg (1 kN = 100 kg).

    2. Mencari nilai kuat lentur (Modulus of Rupture) dengan menggunakan

    Persamaan 4.15.

    Diketahui:

    Gaya tekan (P) = 127 kN = 12.700 kg

    Panjang bentang antar 2 tumpuan (L) = 45 cm

    Lebar balok (b) = 15 cm

    Tinggi balok (h) = 30 cm

    Modulus of Rupture (σMR) = (P × L) / (b × h2)

    = (12.700 × 45) / (15 × 30)

    = 42,33 kg/cm2

    Berdasarkan contoh perhitungan di atas dapat ditentukan kuat lentur dari 3 sampel

    benda uji balok monolit berukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm yang diperlihatkan pada

    Tabel 4.16.

    Tabel 4.16 Hasil Kuat Lentur Beton Monolit Ukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm

    Umur 28 Hari

    Kode Benda Uji

    Umur

    Gaya

    Tekan

    (P)

    Panjang

    Bentang Lebar Balok

    Tinggi

    Balok Modulus of Rupture

    (hari) (Kg) (L) (b) (h) σMR = (P*L) / (b*h²)

    (cm) (cm) (cm) (kg/cm²)

    1

    28

    12.900 45 15 30 43,00

    2 12.800 45 15 30 42,67

    3 12.700 45 15 30 42,33

    Rata-Rata 12.800 Rata-Rata 42,67

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    109

    Berdasarkan Tabel 4.16 dapat disimpulkan bahwa beban lentur maksimum yang

    dapat dipikul oleh balok beton dapat meningkat hingga 2 kali lipat dibandingkan

    dengan balok beton berukuran 15 cm × 15 cm × 60 cm. Hal tersebut membuktikan

    bahwa memperbesar dimensi tinggi balok maka kekuatan lentur maksimum yang

    mampu dipikul oleh balok akan meningkat.

    4.7.5 Hasil Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Komposit 15 cm × 30 cm × 60

    cm

    Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan, didapatkan beban

    maksimum yaitu pada saat benda uji mengalami keruntuhan akibat menerima

    pembebanan (Pmax). Tahap perhitungan hasil pengujian kuat lentur adalah sebagai

    berikut.

    1. Mengkonversi gaya tekan yang didapat dari kN ke kg (1 kN = 100 kg).

    2. Mencari nilai kuat lentur (Modulus of Rupture) dengan menggunakan

    Persamaan 4.15.

    Diketahui:

    Gaya tekan (P) = 200 kN = 20.000 kg

    Panjang bentang antar 2 tumpuan (L) = 45 cm

    Lebar balok (b) = 15 cm

    Tinggi balok (h) = 30 cm

    Modulus of Rupture (σMR) = (P × L) / (b × h2)

    = (20.000 × 45) / (15 × 30)

    = 66,67 kg/cm2

    Berdasarkan contoh perhitungan di atas dapat ditentukan kuat lentur dari 3 sampel

    benda uji balok komposit berukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm yang diperlihatkan

    pada Tabel 4.17.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    110

    Tabel 4.17 Hasil Kuat Lentur Beton Komposit Ukuran 15 cm × 30 cm × 60 cm

    Umur 28 Hari

    Kode Benda

    Uji

    Umur

    Gaya

    Tekan

    (P)

    Panjang

    Bentang Lebar Balok

    Tinggi

    Balok Modulus of Rupture

    (hari) (Kg) (L) (b) (h) σMR = (P*L) / (b*h²)

    (cm) (cm) (cm) (kg/cm²)

    1

    28

    14.500 45 15 30 48,33

    2 20.000 45 15 30 66,67

    3 23.300 45 15 30 77,67

    Rata-Rata 19.267 Rata-Rata 64,22

    Berdasarkan data pada Tabel 4.14 sampai dengan Tabel 4.17 dapat digambarkan

    perbandingan gaya lentur rata – rata yang dapat dipikul oleh balok beton antara

    dimensi 15 cm × 15 cm × 60 cm, balok beton monolit dimensi 15 cm × 30 cm × 60

    cm dan balok beton komposit dimensi 15 cm × 30 cm × 60 cm menjadi diagram

    yang diperlihatkan pada Gambar 4.69.

    Gambar 4.69 Diagram Perbandingan Gaya Lentur Rata-Rata Balok Beton

    Bertulang

    Berdasarkan Gambar 4.69 dapat disimpulkan bahwa balok komposit berukuran 15

    cm × 30 cm × 60 cm mengalami peningkatan beban lentur maksimum yang dapat

    dipikul hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan balok berukuran 15 cm × 15 cm

    6323 6707

    12800

    19267

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    Gay

    a Te

    kan

    Mak

    sim

    um

    (kg

    )

    Balok Beton A Dimensi 15 x 15 x 60Balok Beton B Dimensi 15 x 15 x 60Balok Monolit Dimensi 15 x 30 x 60Balok Komposit Dimensi 15 x 30 x 60

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    111

    × 60 cm. Sebagai perbandingan antara balok komposit dan monolit berukuran 15

    cm × 15 cm × 60 cm, balok komposit mampu menahan beban lentur maksimum

    hingga 1,5 kali lipat.

    Berdasarkan data pada Tabel 4.14 sampai dengan Tabel 4.17 dapat digambarkan

    perbandingan Modulus of Rupture antara balok beton dimensi 15 cm × 15 cm × 60

    cm, balok beton monolit dimensi 15 cm × 30 cm × 60 cm dan balok beton komposit

    dimensi 15 cm × 30 cm × 60 cm menjadi diagram yang diperlihatkan pada Gambar

    4.70.

    Gambar 4.70 Diagram Perbandingan Modulus of Rupture Rata-Rata Balok Beton

    Bertulang

    Berdasarkan Gambar 4.70 dapat disimpulkan bahwa modulus of rupture balok

    beton monolit dan balok beton komposit memiliki nilai yang lebih rendah

    dibandingkan dengan Balok Beton A dan Balok beton B. Hal tersebut terjadi karena

    perbedaan dimensi antara Balok Beton A dan Balok Beton B dengan balok monolit

    dan balok komposit.

    84.3189.42

    42.67

    64.22

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Modulus

    of Rupture

    (kg/

    cm2

    )

    Balok Beton A Dimensi 15 × 15 × 60

    Balok Beton B Dimensi 15 × 15 × 60

    Balok Monolit Dimensi 15 × 30 × 60

    Balok Komposit Dimensi 15 × 30 × 60

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    112

    4.7.6 Pola Retak Balok

    Berdasarkan hasil pengujian mendapatkan hasil bahwa retakan terjadi pada tengah

    bentang sepanjang sepertiga bentang. Pengujian pada semua benda uji balok

    menghasilkan pola retak yang seragam pada bagian tengah bentang, sehingga dapat

    dikatakan pola retak yang terjadi merupakan pola retak lentur. Oleh sebab itu maka

    kuat lentur beton dihitung menggunakan Persamaan 4.15.

    Pada saat pengujian dilakukan, berdasarkan pengamatan penulis dimulai dari

    bagian bawah balok atau bagian tarik beton. Peningkatan beban yang diberikan

    menyebabkan retakan-retakan kecil baru dan penambahan panjang retakan.

    Penambahan panjang retakan tersebut terjadi pada bagian tengah bentang. Retakan

    yang terjadi merupakan retak lentur, hal tersebut dibuktikan dengan arah retakan

    yang terjadi tegak lurus dengan sumbu balok dan terjadi pada tengah bentang.

    Gambar retakan balok diperlihatkan pada Gambar 4.71.

    Gambar 4.71 Retakan Pada Balok

    Berdasarkan pola retak yang terjadi, perilaku balok beton yang dikompositkan

    menggunakan chemical anchor sama dengan balok beton normal. Hal tersebut

    dibuktikan dengan terjadinya keruntuhan lentur yang sama antara balok beton

    komposit dengan balok beton normal. Pola retak yang terjadi hanya pada tengah

    bentang membuktikan bahwa angkur dengan chemical anchor yang digunakan

    sebagai shear connector berfungsi maksimal untuk menahan gaya geser.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    113

    4.8 Pemodelan Menggunakan Software

    Pemodelan balok beton bertulang komposit dilakukan dengan bantuan software

    ABAQUS versi 6.14. Spesifikasi balok beton komposit yang dibuat pada software

    disesuaikan dengan benda uji yang digunakan untuk percobaan. Beban yang

    digunakan pada software adalah nilai beban maksimum rata-rata yang diperlihatkan

    pada Tabel 4.17 yaitu sebesar 19.267 kg. Model balok komposit diperlihatkan pada

    Gambar 4.72 dan bagian dalam model balok komposit diperlihatkan pada Gambar

    4.73.

    Gambar 4.72 Model Balok Komposit

    Gambar 4.73 Bagian Dalam Model Balok Komposit

    Pada model balok komposit terdapat tiga garis yang digunakan sebagai bidang

    tinjau. Beberapa hal yang ditinjau adalah gaya-gaya yang bekerja, besar lendutan

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    114

    dan tegangan yang timbul pada benda uji Ketiga garis tersebut berada pada bagian

    atas balok, bagian tengah balok dan bagian bawah balok. Letak ketiga titik tinjau

    tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.74 sampai dengan Gambar 4.76.

    Gambar 4.74 Garis Tinjau Atas

    Gambar 4.75 Garis Tinjau Tengah

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    115

    Gambar 4.76 Garis Tinjau Bawah

    4.8.1 Lendutan Balok Beton Komposit

    Pada saat pengujian kuat lentur, lendutan yang terjadi sangatlah kecil dan

    keterbatasan alat yang digunakan menyebabkan lendutan balok komposit tidak

    dapat diketahui. Dengan menggunakan software ABAQUS dapat diketahui

    estimasi lendutan pada balok komposit yang diuji kuat lentur. Grafik lendutan balok

    komposit diperlihatkan pada Gambar 4.77 sampai dengan Gambar 4.79.

    Gambar 4.77 Grafik Lendutan Bagian Atas Balok Komposit

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    116

    Gambar 4.78 Grafik Lendutan Bagian Tengah Balok Komposit

    Gambar 4.79 Grafik Lendutan Bagian Bawah Balok Komposit

    Berdasarkan Gambar 4.77 dapat diketahui bahwa lendutan terbesar bagian atas

    balok komposit terjadi pada jarak sekitar 23 cm dari tepi balok dengan nilai

    lendutan mendekati 1,54 mm. Kemudian berdasarkan Gambar 4.78 dapat diketahui

    lendutan bagian tengah balok komposit mendekati 1,45 mm yang terletak pada

    tengah-tengah bentang. Selanjutnya berdasarkan Gambar 4. 79 pada bagian bawah

    balok terjadi lendutan mendekati 1,43 mm yang berada pada tengah bentang.

    Lendutan yang terjadi pada ketiga bagian balok komposit tersebut memiliki nilai

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    117

    terbesar mendekati 1,54 mm sehingga lendutan tidak tampak secara visual pada saat

    pengujian.

    4.8.2 Tegangan Balok Beton Komposit

    Uji kuat lentur yang dilakukan hanya menghasilkan besarnya gaya lentur yang

    mampu ditahan oleh balok komposit dan berdasarkan gaya tersebut dapat diketahui

    nilai kuat lentur atau modulus of rupture. Jika suatu benda diberi gaya, pasti akan

    ada tegangan yang muncul pada benda tersebut. Pada pemodelan dengan software

    ABAQUS dapat diketahui besarnya tegangan yang muncul pada balok komposit.

    Tegangan balok komposit diperlihatkan pada Gambar 4.80 sampai dengan Gambar

    4.82.

    Gambar 4.80 Tegangan Bagian Atas Balok Komposit

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    118

    Gambar 4.81 Tegangan Bagian Tengah Balok Komposit

    Gambar 4.82 Tegangan Bagian Bawah Balok Komposit

    Berdasarkan Gambar 4.80 dapat diketahui bahwa pada bagian atas balok komposit

    tegangan terbesar terletak di bagian penyalur beban sebesar 11,2 MPa. Pada bagian

    tengah balok komposit, berdasarkan Gambar 4.81 tegangan terbesar berada pada

    jarak sekitar 25 cm dari tepi balok dengan nilai mencapai 8 MPa. Berdasarkan

    Gambar 4.82 dapat disimpulkan bahwa tegangan terbesar terletak pada kedua

    tumpuan balok yang berjarak 7,5 cm dari tepi balok dengan nilai mencapai 13 MPa.

  • Dika Ananditya 14.B1.0088

    Adri Praditya 14.B1.0090

    Draft Tugas Akhir

    Kajian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Komposit

    119

    4.8.3 Penyaluran Gaya pada Balok Beton Komposit

    Pada saat dilakukan pengujian kuat lentur balok beton bertulang, arah gaya pada

    balok memang tidak terlihat tetapi dapat diperkirakan bagaimana arah gaya

    tersebut. Berdasarkan Gambar 4.43 dapat diketahui bahwa ketiga angkur tidak

    semuanya menahan gaya geser, hanya angkur yang berada pada bagian tepi saja

    yang menahan gaya geser sementara angkur yang berada di tengah hanya menahan

    gaya geser akibat berat sendiri balok. Distribusi gaya pada balok beton komposit

    diperlihatkan pada Gambar 4.83.

    Gambar 4.83 Distribusi Gaya pada Balok Beton Komposit

    Berdasarkan Gambar 4.83 dapat diketahui bahwa distribusi gaya lentur pada balok

    menyebar pada penyalur beban yang terletak pada bagian atas, selanjutnya

    menyebar pada dua buah angkur kiri dan kanan kemudian menyebar ke dua buah

    tumpuan balok beton komposit. Distribusi gaya lentur tersebut sesuai dengan

    perhitungan teoritis pada Sub Bab 4.3 yang menyatakan bahwa angkur kiri dan

    kanan menahan gaya lentur yang besar. Sementara itu angkur tengah tidak menahan

    gaya lentur tetapi hanya menahan berat sendiri balok beton komposit yang relatif

    kecil jika dibandingkan dengan gaya lentur balok beton komposit.

    ABCOperating-Instruction-TE-7-02-EN-US-Operating-Instruction-PUB-5071114-000Original operating instructions1 Information about the documentation1.1 About this documentation1.2 Explanation of signs used1.2.1 Warnings1.2.2 Symbols in the documentation1.2.3 Symbols in the illustrations

    1.3 Product-dependent symbols1.3.1 Symbols

    1.4 Product information1.5 Declaration of conformity

    2 Safety2.1 General power tool safety warnings2.2 Hammer safety warnings2.3 Additional safety instructions

    3 Description3.1 Overview of the product3.2 Intended use3.3 Items supplied

    4 Technical data5 Operation5.1 Fitting the side handle5.2 Fitting / removing the chuck5.3 Fitting / removing the accessory tool5.4 Adjusting the depth gauge5.5 Drilling without hammering5.6 Drilling with hammering action (hammer drilling)5.7 Forward / reverse

    6 Care and maintenance6.1 Replacing the dust shield

    7 Troubleshooting7.1 Troubleshooting

    8 Disposal9 Manufacturer’s warranty

    Safety_Data_Sheet_SDS_for_HIT-RE_500_V3_Epoxy_Adhesive_Documentation_ASSET_DOC_LOC_5384987HIT-RE 500 V3 (Rebar as anchor)