bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

17
4. KONSEP PERANCANGAN 4.1 Latar Belakang Konsep Perancangan Konsep perancangan interior perpustakaan anak ini akan dirancang sesuai dengan konsep penggabungan perpustakaan dan children-care yang bertemakan “Laskar Pelangi”. Laskar Pelangi adalah sebuah novel yang menceritakan satu kelompok anak yang penuh semangat menempuh pendidikan di sebuah desa kecil di Belitung. Cerita Laskar Pelangi yang berkisar pada semangat pendidikan anak ini, terutama pendidikan anak usia sekolah dasar, sesuai dengan tujuan dari perpustakaan anak ini sebagai fasilitas edukatif dan eksploratif bagi anak. Selain itu, perancangan ini juga berusaha menciptakan ruang anak yang dinamis, lapang, atraktif, universal dan ramah lingkungan. Judul Laskar Pelangi sendiri diambil dari nama kelompok anak yang menjadi tokoh-tokoh utama dalam cerita ini. Julukan Laskar Pelangi diberikan oleh guru mereka, Bu Mus, karena kebiasaan atau ritual mereka yang senang melihat pelangi sehabis hujan di bawah pohon filicium di depan sekolah mereka. Di balik semua perjuangan dan semangat mereka menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh pendidikan, mereka masih tetap menghargai kebaikan dan keindahan yang diberikan oleh alam. 94 Universitas Kristen Petra

description

design concept, rainbow, interior, space anak bermain

Transcript of bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

Page 1: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

4. KONSEP PERANCANGAN

4.1 Latar Belakang Konsep Perancangan

Konsep perancangan interior perpustakaan anak ini akan dirancang sesuai

dengan konsep penggabungan perpustakaan dan children-care yang bertemakan

“Laskar Pelangi”. Laskar Pelangi adalah sebuah novel yang menceritakan satu

kelompok anak yang penuh semangat menempuh pendidikan di sebuah desa kecil

di Belitung. Cerita Laskar Pelangi yang berkisar pada semangat pendidikan anak

ini, terutama pendidikan anak usia sekolah dasar, sesuai dengan tujuan dari

perpustakaan anak ini sebagai fasilitas edukatif dan eksploratif bagi anak. Selain

itu, perancangan ini juga berusaha menciptakan ruang anak yang dinamis, lapang,

atraktif, universal dan ramah lingkungan.

Judul Laskar Pelangi sendiri diambil dari nama kelompok anak yang

menjadi tokoh-tokoh utama dalam cerita ini. Julukan Laskar Pelangi diberikan

oleh guru mereka, Bu Mus, karena kebiasaan atau ritual mereka yang senang

melihat pelangi sehabis hujan di bawah pohon filicium di depan sekolah mereka.

Di balik semua perjuangan dan semangat mereka menghadapi tantangan hidup

untuk memperoleh pendidikan, mereka masih tetap menghargai kebaikan dan

keindahan yang diberikan oleh alam.

Momen melihat pelangi ini sangat berarti bagi mereka di mana terdapat

kebersamaan , kedamaian, dan kekuatan dari alam yang mereka kumpulkan dalam

diri mereka untuk berani menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Oleh karena

itu, perancangan perpustakaan anak Laskar Pelangi ini berusaha menghadirkan

momen berharga ini bagi anak-anak dengan mengambil suasana alam saat pelangi

yang muncul setelah datangnya hujan. Suasana yang diambil akan diterjemahkan

ke dalam penataan interior yang berani dan natural dengan menggabungkan unsur

modern dengan nuansa alam sebagai aksen.

4.2 Pendekatan Tema Perancangan

Pendekatan umum tema perancangan adalah desain pembelajaran aktif

dalam perpustakaan yang bertolak dari perjuangan mereka memperoleh

94

Universitas Kristen Petra

Page 2: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

pendidikan. Pendekatan secara khusus diambil berdasarkan inti dari ritual ini yaitu

pelangi, kebersamaan mereka, dan suasana alam saat pelangi muncul.

Ritual sendiri berarti suatu kebiasaan yang teratur dilakukan. Ritual

melihat pelangi yang dilakukan Laskar Pelangi ini tidak menentu dan tergantung

pada cuaca yang dinamis. Mereka bernaung di bawah pohon untuk menikmati

keindahan pelangi.

Pelangi adalah tanda dari Tuhan untuk menunjukkan kemurahan hatinya

dengan tidak memusnahkan manusia dari bumi seperti yang terjadi pada jaman

Nabi Nuh. Pelangi sekaligus memberi arti pemberian kekuatan bagi manusia

untuk mejadi lebih baik dan lebih berani menjalani dinamika hidup, di mana

pelangi hanya muncul setelah adanya hujan dan cahaya matahari. Dari segi alam

sendiri, pelangi adalah keajaiban yang muncul setelah hujan karena adanya

pantulan spektrum warna dari cahaya matahari. Pantulan cahaya spektrum ini

menimbulkan warna mejikuhibiniu (merah jingga kuning hijau biru nila ungu)

yang mampu dilihat oleh mata manusia dan menimbulkan suasana magis penuh

kekuatan alam. Alur proses munculnya pelangi ini diterapkan sebagai sub-tema

perancangan sesuai sifat ruang, di mana ruang publik mengaplikasikan suasana

‘hujan’ yang gelap, area masuk mengaplikasikan suasana ‘munculnya cahaya

matahari’ yang cerah, dan area perpustakaan menerapkan suasana saat pelangi

muncul yang cerah namun lembut. Penerapan sub-tema perancangan ini tetap

mengikuti konsep umum (dominan) perancangan dari segi warna dominan,

bentukan, dan elemen interior lain.

Bahasan di atas berusaha menampilkan suatu konsep yang menghadirkan

ruang yang terbuka dan dinamis (nuansa alam) dengan sentuhan modern, di mana

diperoleh suasana yang sejuk, lapang dan bebas di mana anak diajak untuk

menikmati proses pembelajaran mereka.

4.3 Pendekatan Gaya Postmodern

Gaya postmodern dikenal dengan desain yang mengakomodasi cara hidup

orang atau pengguna di dalamnya dan tidak didasarkan pada fungsi bangunan

semata. Gaya ini mengutamakan kenyamanan pengguna dan penyesuaian yang

harus dilakukan di dalamnya. Anak-anak sendiri kurang senang dengan bentuk-

95

Universitas Kristen Petra

Page 3: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

bentuk fungsional yang biasa, anak-anak cenderung menyukai ruang yang

‘menyediakan’ keinginan dan kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Jadi gaya

ini dianggap cocok untuk mengakomodasi sebuah ruang anak yang

mengutamakan cara hidup dan karakter anak-anak yang dinamis dan plural

sebagai target perancangan perpustakaan anak.

Gaya perancangan postmodern ini juga bertolak dari tema desain

perancangan di atas. Gaya postmodern dianggap dapat mewakili dan

menghadirkan esensi yang didapat dari tema tersebut yaitu desain yang berani,

tegas, dinamis dan modern yang diperoleh dari tema perancangan. Pengaplikasian

gaya ini juga sedikit banyak mendapat pengaruh dari gaya bangunannya sendiri

(kontemporer futuristik).

Pendekatan gaya postmodern terletak pada bentukan semiotik (baik

geometris maupun organik) dan warna yang beragam (bukan hanya warna

primer), penggabungan dua gaya yaitu teknologi modern dan gaya natural, dan

menonjolkan desain yang catchy. Penggunaan elemen interior disesuaikan dengan

tema perancangan untuk menciptakan ruang anak yang seolah ‘menyatu’ dengan

lingkungan, dengan nuansa cerah namun memberi ketenangan bagi anak.

4.4 Pendekatan Universal Design

Desain universal untuk pengguna yang memiliki keterbatasan diterapkan

secara umum dalam perancangan. Aplikasi desain universal pada perancangan

Perpustakaan Anak Laskar Pelangi adalah:

1. Minimalisasi split level (maksimal terdapat 4 perbedaan ketinggian lantai).

2. Penggunaan ramp (tesktur, sudut ± 15o) dan railing (tinggi 1 meter dari

lantai, ukuran diameter ± 5 cm).

3. Penggunaan lampu peringatan (warning lamp).

4. Tombol atau simbol bertekstur (hanya untuk simbol yang dimengerti

secara umum) pada permukaan atau teknologi tertentu.

5. Sirkulasi luas untuk orang berkursi roda.

6. Aplikasi ukuran ergonomis sesuai antropometri anak (lihat detail Perabot).

7. Penyediaan bilik toilet berukuran besar untuk pengguna berkursi roda.

8. Aplikasi lantai bertekstur pada area basah.

96

Universitas Kristen Petra

Page 4: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

9. Pada bentukan bersudut (terutama pada perabot), sudut-sudut tajam akan

dilapisi dengan karet atau dibentuk sedikit melengkung pada ujungnya.

4.5 Pendekatan Green dan Sustainable Design

Aplikasi desain ramah lingkungan pada perancangan ini dipusatkan pada

proses pengenalan anak pada lingkungan di sekitar mereka. Beberapa elemen

desain (untuk dekoratif) akan menggunakan material bekas atau material yang di-

reuse yang familier bagi anak. Dalam perancangan ini, material reuse yang akan

digunakan yaitu:

1. Karet ban, kertas bekas

2. Tutup botol, kain bekas

3. Mur, jepit

Perancangan sendiri akan berusaha mengaplikasikan material dan sistem

utilitas yang ramah lingkungan secara keseluruhan, terutama dalam hal

pencahayaan, penghawaan, dan material meskipun sifatnya terbatas dikarenakan

sifat dan fungsi ruang publik yang juga mementingkan maintenance yang mudah.

4.6 Aplikasi Desain Perpustakaan Anak “Laskar Pelangi”

4.6.1 Pola Sirkulasi Penataan Ruang

Pola sirkulasi penataan ruang mengikuti alur bentuk bangunan yang

dinamis namun terarah jelas yaitu dengan pola abstrak sesuai alur pembagian

zona. Desain keseluruhan pada perancangan adalah desain yang berani dan

dinamis, namun tetap terlihat simpel baik dalam hal desain maupun penggunaan.

Pertimbangannya adalah fokus desain untuk anak, di mana anak belajar lebih

mudah dengan bentukan atau desain yang familier sekaligus atraktif bagi mereka,

serta mudah digunakan. Hal ini juga mempertimbangkan pendekatan desain

universal di mana desain sebaiknya mengikuti pedoman penggunaan universal.

Pola sirkulasi penataan rak dan zona dalam ruang koleksi dibuat terbuka

tanpa pembatas massif sehingga tiap zona dibedakan melalui perbedaan level,

material kaca atau warna lantai. Adapun ruang koleksi akan digabung dengan

ruang baca atau ruang duduk sesuai 5 (lima) zona yang dibagi berdasarkan topik

atau isi koleksi (Zona Besar), yaitu zona fiksi, zona non-fiksi, zona ilmu

97

Universitas Kristen Petra

Page 5: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

pengetahuan, zona sastra tradisional, dan zona mainan. Pembagian lima zona

berdasarkan topik atau isi koleksi bertolak dari kemudahan pencarian koleksi

sesuai minat topik bacaan. Kelima zona ini akan dibagi lagi menjadi Sub-Sub

Zona (pembagian zona berdasarkan jenis koleksi, cetak, non-cetak, bergambar dan

non-gambar) yang hanya ditunjukkan dengan perbedaan jenis atau warna perabot.

Jenis koleksi ini digabung dalam 1 Zona Besar agar mengoptimalkan kegiatan

anak dan kemudian dibagi dalam Sub-Zona untuk memudahkan pencarian

koleksi. Penggunaan pembatas dinding massif hanya untuk ruang Audio Visual

besar yang terletak di sudut bangunan dekat dengan area bebas agar memudahkan

sirkulasi pengunjung.

4.6.2 Aplikasi Elemen Interior Ruang

4.6.2.1 Lantai

Material yang akan digunakan pada perancangan ini adalah material lantai

yang nyaman untuk anak dan ramah lingkungan, yaitu linoleum, lantai rubber,

vinyl dan karpet. Material lantai dominan menggunakan vinyl dan rubber pada

ruang koleksi yang luas. Material-material ini juga memiliki banyak pilihan motif

dan warna serta keuntungan dalam hal maintenance dan mengakomodasi aktivitas

anak yang tinggi. Aplikasi material lain akan digunakan untuk memberi aksen

pada area tertentu, seperti rumput artificial dan batu alam koral (penggunaan kaca

terbatas untuk menjamin keamanan anak).

4.6.2.2 Dinding

Material dinding menggunakan material standar yaitu batu bata finishing

cat dominan pada ruang-ruang perpustakaan. Finishing dinding yang digunakan

adalah cat (dominan) yang memiliki banyak pilihan motif dan warna ceria untuk

anak. Pemilihan material berdasarkan kekuatan material dan pertimbangan estetis,

termasuk untuk segi dekoratif pada dinding. Ruang tertentu mengaplikasikan wall

panel system menggunakan MDF atau multipleks dan fiber glass. Aplikasi wall

panel digunakan untuk ruang yang bersifat fleksibel atau memberi kesan terbuka

pada ruang tertutup dan sebaliknya. Selain wall panel, keuntungan dalam hal

98

Universitas Kristen Petra

Page 6: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

fleksibilitas ruang dengan menggunakan teknologi switch glass atau double glass

(cermin dan kaca film).

4.6.2.3 Plafon

Plafon standar dominan pada perpustakaan yaitu gypsum board dengan

finishing cat. Penambahan aksen pada plafon menggunakan multipleks dengan

finishing cat dan HPL, tempered glass/fiber glass yang transparan dengan

permainan cahaya menggunakan lampu LED. Konsep pada plafon didesain

sesederhana mungkin sehingga menampilkan suasana ‘alam’ yang lapang (tanpa

kesan ‘penuh’) dengan adanya aksen penggunaan sky ceiling.

4.6.2.4 Perabot

Perabot yang ada dalam perancangan mengikuti bentukan dan warna

sesuai keseluruhan tema perancangan. Material yang digunakan adalah MDF atau

multipleks, plywood, dan akrilik dengan finishing modern. Sentuhan logam akan

menjadi sedikit aksen dalam perabot anak untuk menambah kesan modern dan

keuntungan konstruksi yang kuat. Beberapa perabot mengaplikasikan clear

finishing, ducco, atau HPL yang ramah lingkungan, sementara untuk perabot

upholstered menggunakan pelapis yang mudah perawatannya dan aman bagi anak

seperti chennile dan suede yang memiliki beragam pilihan.

Desain perabot yang bersifat fleksibel (dalam hal konstruksi dan

pergerakan) dibatasi agar tidak memancing respons anak-anak yang terlalu aktif.

Konstruksi dibuat secara sederhana pula dengan pengaplikasian konstruksi dowel

atau konstruksi mur/paku, beberapa perabot akan dibuat dengan sistem knock

down sehingga dapat disesuaikan sesuai kebutuhan (berkaitan dengan tinggi meja

atau sandaran kursi). Bentukan perabot akan didesain dengan karakter tegas

namun dengan sentuhan dinamis dan bersifat ringan, desain perabot akan dibuat

sesederhana mngkin tanpa tekstur atau pattern buatan. Beberapa perabot akan

menggunakan material reuse (tekstur alami) atau kombinasi antara material reuse

dan baru seperti ban mobil dilapisi kain bekas yang difungsikan untuk dudukan.

Secara keseluruhan, perabot yang diaplikasikan pada ruang perpustakaan anak ini

99

Universitas Kristen Petra

Page 7: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

akan bersifat sederhana dan ringan, namun eye catching dari segi bentukan dan

warna yang digunakan.

Penerapan desain universal dan aman pada perabot yaitu dengan

menyesuaikan ukuran perabot sesuai dengan antropometri anak (ergonomis)

sehingga anak mudah mengakses dan menggunakan perabot tersebut. Ketentuan

yang digunakan dalam desain perabot perpustakaan anak ini adalah:

1. Tinggi rak : 800 – 1200 cm

2. Tinggi kursi : 30 – 35 cm

3. Lebar kursi : 40 cm

4. Tinggi meja : 40 cm (dudukan lantai), 65 cm (dudukan kursi)

4.6.2.5 Elemen Dekoratif

1. Warna

Aplikasi warna secara umum menggunakan warna netral dan warna pastel

yang cerah namun memberi ketenangan, yaitu putih dan biru pucat. Aplikasi

warna merah, hijau, kuning, hijau, biru, nila dan ungu sebagai aksen penegas

suasana ruang dan elemen estetis yang menunjukkan keberagaman warna dari

alam. Warna coklat akan digunakan untuk menambah kesan alam dan hangat

sebagai elemen penegas ruang dan unsur dekoratif. Intensitas penggunaan jenis

warna disesuaikan dengan ruang dan aktivitas dalamnya.

2. Bentuk

Bentukan dominan yang digunakan adalah bentukan geometris. Bentuk

geometris ini menekankan bentuk dengan sudut dan garis tegas seperti persegi,

persegi panjang dan trapesium. Bentukan geometris seperti lingkaran (tak

bersudut) dan bentukan stilasi organik (unsur pohon dan pelangi) digunakan untuk

aksen penegas unsur alam yang diaplikasikan sebagai elemen dekoratif ruang.

3. Pattern dan tekstur

Aplikasi pattern menggunakan motif yang cerah dan atraktif namun

simpel. Dalam fasilitas edukasi anak ini, pattern yang digunakan adalah pattern

yang dapat menarik minat anak dengan menggabungkan penggunaan motif

geometris dan organik dalam ruang perpustakaan. Tekstur yang ada

100

Universitas Kristen Petra

Page 8: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

mengutamakan tekstur alami dari material dan elemen dekoratif pada dinding

yang menghasilkan tekstur lembut.

4.6.3 Aplikasi Sistem Utilitas

4.6.3.1 Sistem Pencahayaan

Pencahayaan merata dominan penggunaan fluorescent sebagai general

lighting, downlight, spot light dan LED sebagai aksen pencahayaan. Pada ruang

tertentu, menggunakan pencahayaan tidak langsung untuk menghemat energi dan

mengurangi efek panas. Penggunaan lampu menggunakan fasilitas dimmer

sehingga dapat diatur intensitasnya. Pencahayaan alami pada perpustakaan

diminimalisasi terutama pada ruang koleksi dan difokuskan untuk ruang bebas

bagi anak-anak.

4.6.3.2 Sistem Penghawaan

Penghawaan menggunakan AC sentral yang dipasang pada plafon untuk

penyebaran sirkulasi udara lebih merata. Penghawaan buatan dianggap dapat

mengatur temperatur yang nyaman bagi pengunjung terutama anak-anak dengan

tingkat aktivitas tinggi. Ventilasi atau kisi-kisi udara pada dinding untuk

mengantisipasi kelembaban dan bau tak sedap dengan sedikit udara luar.

4.6.3.3 Sistem Akustik

Akustik ruang dan sistem komunikasi dalam perpustakaan menggunakan

panel akustik pada plafon dan dinding, selain itu dengan aplikasi material yang

lembut (menyerap bunyi) pada ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan.

Pengadaan speaker pada area perpustakaan dipasang pada plafon (sistem tanam)

dan tersebar merata dengan jarak pencapaian suara tertentu.

4.6.3.4 Sistem Proteksi

Proteksi keamanan dan kebakaran dalam ruang perpustakaan umum

menggunakan CCTV yang ditempatkan pada sudut atau spot tertentu terutama

untuk ruang dengan aktivitas anak yang ramai. Penempatan guarding counter pada

beberapa spot untuk mengakomodasi pengawasan dan pembimbingan manual dari

101

Universitas Kristen Petra

Page 9: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

staf. Proteksi kebakaran mengaplikasikan dry chemical sprinkler (sistem plafon)

untuk meminimalisasi kerusakan pada koleksi maupun korsleting pada mesin dan

smoke detector pada dinding dan plafon disertai lampu peringatan. APAR

diletakkan dekat area pengawasan staf sehingga mudah dijangkau. Selain itu,

penggunaan signage dengan highlight yang mudah terlihat memudahkan

pengunjung untuk lebih terarah.

102

Universitas Kristen Petra

Page 10: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

5. PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Rendahnya jumlah fasilitas informasi yang edukatif dan atraktif bagi anak

di Surabaya ini memacu adanya perancangan interior Perpustakaan Anak Laskar

Pelangi Surabaya ini. Aspek perancangan meliputi target perancangan yaitu anak-

anak usia 6-12 tahun sebagai fokus utama dan karakteristik ruang yang sesuai dan

menarik minat belajar anak. Perancangan perpustakaan anak ini juga menerapkan

isu desain global saat ini yaitu desain yang universal dan ramah lingkungan.

Pengolahan interior dengan tema perancangan Laskar Pelangi dan gaya

post modern ini menerapkan bentukan-bentukan tegas, kombinasi warna beragam,

sekaligus unsur alam yang masuk sebagai pelengkap estetis. Penggunaan material

ramah lingkungan, beberapa material daur ulang dan sistem utilitas yang efisien

adalah pendekatan untuk desain yang ramah lingkungan. Pendekatan perancangan

Perpustakaan Anak Laskar Pelangi Surabaya ini berusaha memperkenalkan

fasilitas edukatif yang bersifat interaktif (anak dapat bereksplorasi secara

langsung), ruang anak yang ceria namun nyaman, dan suasana modern dengan

sentuhan alam yang terbuka. Prinsip-prinsip perancangan yang diterapkan ini

diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang ada yaitu untuk menciptakan

sebuah fasilitas anak yang edukatif, eksploratif, universal, atraktif dan

memperkenalkan anak-anak pada lingkungan.

5.2 SARAN

Perancangan sebuah ruang anak hendaknya tidak hanya terpaku pada

elemen estetis ruang tetapi juga memikirkan bagaimana ruang tersebut dapat

menarik minat anak dan menyediakan sebuah desain yang aman, ergonomis,

universal dan psikologi anak. Adapun dengan kemajuan jaman dan teknologi,

maka anak sebaiknya diperkenalkan dengan teknologi yang mendidik sehingga

anak-anak tidak menyalahgunakan teknologi. Fasilitas untuk anak diharapkan

semakin diperhatikan di Indonesia sebagai negara berkembang agar anak-anak

sebagai generasi masa depan dapat semakin memajukan bangsa.

103

Universitas Kristen Petra

Page 11: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

DAFTAR REFERENSI

--. 2000. Kids and reading. American Library Association.

Anderson, Nancy. 2006. Elementary Children’s Literature. Boston: Pearson

Education.

Cain Ruth, Linda. 2000. Design Standards for Children Environments. USA:

McGraw-Hill.

Celano and Neuman. 2001. The Role of Public Libraries in Children’s Literacy

Development. Pennsylvania.

Dattner, Richard. 1974. Design for Play. NY: Reinhold Co.

De Chiara, Joseph, Julius Panero & Martin Zelnik. 1991. Time Saver Standards

for Interior Design & Space Planing. USA: McGraw-Hill Book.

Dudek, Mark. 2008. Schools & Kindergartens – A Design Manual. Berlin:

Birkhauser Verlay AG.

Erikson, Rolf & Carolyn Markuson. 2007. Designing A School Library Media

Center for the Future. Chicago, USA: American Library Association.

Feinberg, Sandra & James R. Keller. 2010. Designing Space for Children and

Teens in Libraries and Public Places. NY: ALA Editions.

Ford, Alan. 2007. Designing the Sustainable School. Australia: The Images

Publishing Group Pty Ltd.

Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Jones, Louise. 2008. Environmentally Responsible Design: Green and Sustainable

Design for Interior Designers. Canada: John Willey & Sons, Inc.

Lushington, Nolan. 2008. Libraries Designed for Kids. NY: Neal-Schuman

Publishers, Inc.

Perpustakaan Nasional RI. 2002. Proyek Pembinaan dan Pengembangan

Perpustakaan Nasional.

Portillo, Margaret. 2009. Color Planning for Interiors: An Integrated Approach to

Color in Designed Spaces. Kanada: John Wiley & Sons, Inc.

Rodemann, Patricia A. 2000. Patterns in Interior Environments. Kanada: John

Wiley & Sons, Inc.

104

Universitas Kristen Petra

Page 12: bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak

Sannwald, William W. 2009. Checklist of Library Building Design Consideration.

USA: American Library Association.

Santini, Claudio. 2009. Green is Beautiful. Australia: The Images Publishing

Group Pty Ltd.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Thompson, Godfrey. 1974. Planning and Design of Library Buildings. New York:

Van Nostrand Reinhold Co.

U.S. Consumer Product Safety Commission. Published in 2010. Public

Playground Safety Handbook.

Walter, Virginia A. 2001. Children & Libraries: Getting It Right. NY: ALA

Editions.

105

Universitas Kristen Petra