bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak
-
Upload
giovanni-anggasta -
Category
Documents
-
view
108 -
download
0
description
Transcript of bab 4-5 interior tugas perpustakaan anak
4. KONSEP PERANCANGAN
4.1 Latar Belakang Konsep Perancangan
Konsep perancangan interior perpustakaan anak ini akan dirancang sesuai
dengan konsep penggabungan perpustakaan dan children-care yang bertemakan
“Laskar Pelangi”. Laskar Pelangi adalah sebuah novel yang menceritakan satu
kelompok anak yang penuh semangat menempuh pendidikan di sebuah desa kecil
di Belitung. Cerita Laskar Pelangi yang berkisar pada semangat pendidikan anak
ini, terutama pendidikan anak usia sekolah dasar, sesuai dengan tujuan dari
perpustakaan anak ini sebagai fasilitas edukatif dan eksploratif bagi anak. Selain
itu, perancangan ini juga berusaha menciptakan ruang anak yang dinamis, lapang,
atraktif, universal dan ramah lingkungan.
Judul Laskar Pelangi sendiri diambil dari nama kelompok anak yang
menjadi tokoh-tokoh utama dalam cerita ini. Julukan Laskar Pelangi diberikan
oleh guru mereka, Bu Mus, karena kebiasaan atau ritual mereka yang senang
melihat pelangi sehabis hujan di bawah pohon filicium di depan sekolah mereka.
Di balik semua perjuangan dan semangat mereka menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh pendidikan, mereka masih tetap menghargai kebaikan dan
keindahan yang diberikan oleh alam.
Momen melihat pelangi ini sangat berarti bagi mereka di mana terdapat
kebersamaan , kedamaian, dan kekuatan dari alam yang mereka kumpulkan dalam
diri mereka untuk berani menghadapi tantangan hidup selanjutnya. Oleh karena
itu, perancangan perpustakaan anak Laskar Pelangi ini berusaha menghadirkan
momen berharga ini bagi anak-anak dengan mengambil suasana alam saat pelangi
yang muncul setelah datangnya hujan. Suasana yang diambil akan diterjemahkan
ke dalam penataan interior yang berani dan natural dengan menggabungkan unsur
modern dengan nuansa alam sebagai aksen.
4.2 Pendekatan Tema Perancangan
Pendekatan umum tema perancangan adalah desain pembelajaran aktif
dalam perpustakaan yang bertolak dari perjuangan mereka memperoleh
94
Universitas Kristen Petra
pendidikan. Pendekatan secara khusus diambil berdasarkan inti dari ritual ini yaitu
pelangi, kebersamaan mereka, dan suasana alam saat pelangi muncul.
Ritual sendiri berarti suatu kebiasaan yang teratur dilakukan. Ritual
melihat pelangi yang dilakukan Laskar Pelangi ini tidak menentu dan tergantung
pada cuaca yang dinamis. Mereka bernaung di bawah pohon untuk menikmati
keindahan pelangi.
Pelangi adalah tanda dari Tuhan untuk menunjukkan kemurahan hatinya
dengan tidak memusnahkan manusia dari bumi seperti yang terjadi pada jaman
Nabi Nuh. Pelangi sekaligus memberi arti pemberian kekuatan bagi manusia
untuk mejadi lebih baik dan lebih berani menjalani dinamika hidup, di mana
pelangi hanya muncul setelah adanya hujan dan cahaya matahari. Dari segi alam
sendiri, pelangi adalah keajaiban yang muncul setelah hujan karena adanya
pantulan spektrum warna dari cahaya matahari. Pantulan cahaya spektrum ini
menimbulkan warna mejikuhibiniu (merah jingga kuning hijau biru nila ungu)
yang mampu dilihat oleh mata manusia dan menimbulkan suasana magis penuh
kekuatan alam. Alur proses munculnya pelangi ini diterapkan sebagai sub-tema
perancangan sesuai sifat ruang, di mana ruang publik mengaplikasikan suasana
‘hujan’ yang gelap, area masuk mengaplikasikan suasana ‘munculnya cahaya
matahari’ yang cerah, dan area perpustakaan menerapkan suasana saat pelangi
muncul yang cerah namun lembut. Penerapan sub-tema perancangan ini tetap
mengikuti konsep umum (dominan) perancangan dari segi warna dominan,
bentukan, dan elemen interior lain.
Bahasan di atas berusaha menampilkan suatu konsep yang menghadirkan
ruang yang terbuka dan dinamis (nuansa alam) dengan sentuhan modern, di mana
diperoleh suasana yang sejuk, lapang dan bebas di mana anak diajak untuk
menikmati proses pembelajaran mereka.
4.3 Pendekatan Gaya Postmodern
Gaya postmodern dikenal dengan desain yang mengakomodasi cara hidup
orang atau pengguna di dalamnya dan tidak didasarkan pada fungsi bangunan
semata. Gaya ini mengutamakan kenyamanan pengguna dan penyesuaian yang
harus dilakukan di dalamnya. Anak-anak sendiri kurang senang dengan bentuk-
95
Universitas Kristen Petra
bentuk fungsional yang biasa, anak-anak cenderung menyukai ruang yang
‘menyediakan’ keinginan dan kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Jadi gaya
ini dianggap cocok untuk mengakomodasi sebuah ruang anak yang
mengutamakan cara hidup dan karakter anak-anak yang dinamis dan plural
sebagai target perancangan perpustakaan anak.
Gaya perancangan postmodern ini juga bertolak dari tema desain
perancangan di atas. Gaya postmodern dianggap dapat mewakili dan
menghadirkan esensi yang didapat dari tema tersebut yaitu desain yang berani,
tegas, dinamis dan modern yang diperoleh dari tema perancangan. Pengaplikasian
gaya ini juga sedikit banyak mendapat pengaruh dari gaya bangunannya sendiri
(kontemporer futuristik).
Pendekatan gaya postmodern terletak pada bentukan semiotik (baik
geometris maupun organik) dan warna yang beragam (bukan hanya warna
primer), penggabungan dua gaya yaitu teknologi modern dan gaya natural, dan
menonjolkan desain yang catchy. Penggunaan elemen interior disesuaikan dengan
tema perancangan untuk menciptakan ruang anak yang seolah ‘menyatu’ dengan
lingkungan, dengan nuansa cerah namun memberi ketenangan bagi anak.
4.4 Pendekatan Universal Design
Desain universal untuk pengguna yang memiliki keterbatasan diterapkan
secara umum dalam perancangan. Aplikasi desain universal pada perancangan
Perpustakaan Anak Laskar Pelangi adalah:
1. Minimalisasi split level (maksimal terdapat 4 perbedaan ketinggian lantai).
2. Penggunaan ramp (tesktur, sudut ± 15o) dan railing (tinggi 1 meter dari
lantai, ukuran diameter ± 5 cm).
3. Penggunaan lampu peringatan (warning lamp).
4. Tombol atau simbol bertekstur (hanya untuk simbol yang dimengerti
secara umum) pada permukaan atau teknologi tertentu.
5. Sirkulasi luas untuk orang berkursi roda.
6. Aplikasi ukuran ergonomis sesuai antropometri anak (lihat detail Perabot).
7. Penyediaan bilik toilet berukuran besar untuk pengguna berkursi roda.
8. Aplikasi lantai bertekstur pada area basah.
96
Universitas Kristen Petra
9. Pada bentukan bersudut (terutama pada perabot), sudut-sudut tajam akan
dilapisi dengan karet atau dibentuk sedikit melengkung pada ujungnya.
4.5 Pendekatan Green dan Sustainable Design
Aplikasi desain ramah lingkungan pada perancangan ini dipusatkan pada
proses pengenalan anak pada lingkungan di sekitar mereka. Beberapa elemen
desain (untuk dekoratif) akan menggunakan material bekas atau material yang di-
reuse yang familier bagi anak. Dalam perancangan ini, material reuse yang akan
digunakan yaitu:
1. Karet ban, kertas bekas
2. Tutup botol, kain bekas
3. Mur, jepit
Perancangan sendiri akan berusaha mengaplikasikan material dan sistem
utilitas yang ramah lingkungan secara keseluruhan, terutama dalam hal
pencahayaan, penghawaan, dan material meskipun sifatnya terbatas dikarenakan
sifat dan fungsi ruang publik yang juga mementingkan maintenance yang mudah.
4.6 Aplikasi Desain Perpustakaan Anak “Laskar Pelangi”
4.6.1 Pola Sirkulasi Penataan Ruang
Pola sirkulasi penataan ruang mengikuti alur bentuk bangunan yang
dinamis namun terarah jelas yaitu dengan pola abstrak sesuai alur pembagian
zona. Desain keseluruhan pada perancangan adalah desain yang berani dan
dinamis, namun tetap terlihat simpel baik dalam hal desain maupun penggunaan.
Pertimbangannya adalah fokus desain untuk anak, di mana anak belajar lebih
mudah dengan bentukan atau desain yang familier sekaligus atraktif bagi mereka,
serta mudah digunakan. Hal ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
universal di mana desain sebaiknya mengikuti pedoman penggunaan universal.
Pola sirkulasi penataan rak dan zona dalam ruang koleksi dibuat terbuka
tanpa pembatas massif sehingga tiap zona dibedakan melalui perbedaan level,
material kaca atau warna lantai. Adapun ruang koleksi akan digabung dengan
ruang baca atau ruang duduk sesuai 5 (lima) zona yang dibagi berdasarkan topik
atau isi koleksi (Zona Besar), yaitu zona fiksi, zona non-fiksi, zona ilmu
97
Universitas Kristen Petra
pengetahuan, zona sastra tradisional, dan zona mainan. Pembagian lima zona
berdasarkan topik atau isi koleksi bertolak dari kemudahan pencarian koleksi
sesuai minat topik bacaan. Kelima zona ini akan dibagi lagi menjadi Sub-Sub
Zona (pembagian zona berdasarkan jenis koleksi, cetak, non-cetak, bergambar dan
non-gambar) yang hanya ditunjukkan dengan perbedaan jenis atau warna perabot.
Jenis koleksi ini digabung dalam 1 Zona Besar agar mengoptimalkan kegiatan
anak dan kemudian dibagi dalam Sub-Zona untuk memudahkan pencarian
koleksi. Penggunaan pembatas dinding massif hanya untuk ruang Audio Visual
besar yang terletak di sudut bangunan dekat dengan area bebas agar memudahkan
sirkulasi pengunjung.
4.6.2 Aplikasi Elemen Interior Ruang
4.6.2.1 Lantai
Material yang akan digunakan pada perancangan ini adalah material lantai
yang nyaman untuk anak dan ramah lingkungan, yaitu linoleum, lantai rubber,
vinyl dan karpet. Material lantai dominan menggunakan vinyl dan rubber pada
ruang koleksi yang luas. Material-material ini juga memiliki banyak pilihan motif
dan warna serta keuntungan dalam hal maintenance dan mengakomodasi aktivitas
anak yang tinggi. Aplikasi material lain akan digunakan untuk memberi aksen
pada area tertentu, seperti rumput artificial dan batu alam koral (penggunaan kaca
terbatas untuk menjamin keamanan anak).
4.6.2.2 Dinding
Material dinding menggunakan material standar yaitu batu bata finishing
cat dominan pada ruang-ruang perpustakaan. Finishing dinding yang digunakan
adalah cat (dominan) yang memiliki banyak pilihan motif dan warna ceria untuk
anak. Pemilihan material berdasarkan kekuatan material dan pertimbangan estetis,
termasuk untuk segi dekoratif pada dinding. Ruang tertentu mengaplikasikan wall
panel system menggunakan MDF atau multipleks dan fiber glass. Aplikasi wall
panel digunakan untuk ruang yang bersifat fleksibel atau memberi kesan terbuka
pada ruang tertutup dan sebaliknya. Selain wall panel, keuntungan dalam hal
98
Universitas Kristen Petra
fleksibilitas ruang dengan menggunakan teknologi switch glass atau double glass
(cermin dan kaca film).
4.6.2.3 Plafon
Plafon standar dominan pada perpustakaan yaitu gypsum board dengan
finishing cat. Penambahan aksen pada plafon menggunakan multipleks dengan
finishing cat dan HPL, tempered glass/fiber glass yang transparan dengan
permainan cahaya menggunakan lampu LED. Konsep pada plafon didesain
sesederhana mungkin sehingga menampilkan suasana ‘alam’ yang lapang (tanpa
kesan ‘penuh’) dengan adanya aksen penggunaan sky ceiling.
4.6.2.4 Perabot
Perabot yang ada dalam perancangan mengikuti bentukan dan warna
sesuai keseluruhan tema perancangan. Material yang digunakan adalah MDF atau
multipleks, plywood, dan akrilik dengan finishing modern. Sentuhan logam akan
menjadi sedikit aksen dalam perabot anak untuk menambah kesan modern dan
keuntungan konstruksi yang kuat. Beberapa perabot mengaplikasikan clear
finishing, ducco, atau HPL yang ramah lingkungan, sementara untuk perabot
upholstered menggunakan pelapis yang mudah perawatannya dan aman bagi anak
seperti chennile dan suede yang memiliki beragam pilihan.
Desain perabot yang bersifat fleksibel (dalam hal konstruksi dan
pergerakan) dibatasi agar tidak memancing respons anak-anak yang terlalu aktif.
Konstruksi dibuat secara sederhana pula dengan pengaplikasian konstruksi dowel
atau konstruksi mur/paku, beberapa perabot akan dibuat dengan sistem knock
down sehingga dapat disesuaikan sesuai kebutuhan (berkaitan dengan tinggi meja
atau sandaran kursi). Bentukan perabot akan didesain dengan karakter tegas
namun dengan sentuhan dinamis dan bersifat ringan, desain perabot akan dibuat
sesederhana mngkin tanpa tekstur atau pattern buatan. Beberapa perabot akan
menggunakan material reuse (tekstur alami) atau kombinasi antara material reuse
dan baru seperti ban mobil dilapisi kain bekas yang difungsikan untuk dudukan.
Secara keseluruhan, perabot yang diaplikasikan pada ruang perpustakaan anak ini
99
Universitas Kristen Petra
akan bersifat sederhana dan ringan, namun eye catching dari segi bentukan dan
warna yang digunakan.
Penerapan desain universal dan aman pada perabot yaitu dengan
menyesuaikan ukuran perabot sesuai dengan antropometri anak (ergonomis)
sehingga anak mudah mengakses dan menggunakan perabot tersebut. Ketentuan
yang digunakan dalam desain perabot perpustakaan anak ini adalah:
1. Tinggi rak : 800 – 1200 cm
2. Tinggi kursi : 30 – 35 cm
3. Lebar kursi : 40 cm
4. Tinggi meja : 40 cm (dudukan lantai), 65 cm (dudukan kursi)
4.6.2.5 Elemen Dekoratif
1. Warna
Aplikasi warna secara umum menggunakan warna netral dan warna pastel
yang cerah namun memberi ketenangan, yaitu putih dan biru pucat. Aplikasi
warna merah, hijau, kuning, hijau, biru, nila dan ungu sebagai aksen penegas
suasana ruang dan elemen estetis yang menunjukkan keberagaman warna dari
alam. Warna coklat akan digunakan untuk menambah kesan alam dan hangat
sebagai elemen penegas ruang dan unsur dekoratif. Intensitas penggunaan jenis
warna disesuaikan dengan ruang dan aktivitas dalamnya.
2. Bentuk
Bentukan dominan yang digunakan adalah bentukan geometris. Bentuk
geometris ini menekankan bentuk dengan sudut dan garis tegas seperti persegi,
persegi panjang dan trapesium. Bentukan geometris seperti lingkaran (tak
bersudut) dan bentukan stilasi organik (unsur pohon dan pelangi) digunakan untuk
aksen penegas unsur alam yang diaplikasikan sebagai elemen dekoratif ruang.
3. Pattern dan tekstur
Aplikasi pattern menggunakan motif yang cerah dan atraktif namun
simpel. Dalam fasilitas edukasi anak ini, pattern yang digunakan adalah pattern
yang dapat menarik minat anak dengan menggabungkan penggunaan motif
geometris dan organik dalam ruang perpustakaan. Tekstur yang ada
100
Universitas Kristen Petra
mengutamakan tekstur alami dari material dan elemen dekoratif pada dinding
yang menghasilkan tekstur lembut.
4.6.3 Aplikasi Sistem Utilitas
4.6.3.1 Sistem Pencahayaan
Pencahayaan merata dominan penggunaan fluorescent sebagai general
lighting, downlight, spot light dan LED sebagai aksen pencahayaan. Pada ruang
tertentu, menggunakan pencahayaan tidak langsung untuk menghemat energi dan
mengurangi efek panas. Penggunaan lampu menggunakan fasilitas dimmer
sehingga dapat diatur intensitasnya. Pencahayaan alami pada perpustakaan
diminimalisasi terutama pada ruang koleksi dan difokuskan untuk ruang bebas
bagi anak-anak.
4.6.3.2 Sistem Penghawaan
Penghawaan menggunakan AC sentral yang dipasang pada plafon untuk
penyebaran sirkulasi udara lebih merata. Penghawaan buatan dianggap dapat
mengatur temperatur yang nyaman bagi pengunjung terutama anak-anak dengan
tingkat aktivitas tinggi. Ventilasi atau kisi-kisi udara pada dinding untuk
mengantisipasi kelembaban dan bau tak sedap dengan sedikit udara luar.
4.6.3.3 Sistem Akustik
Akustik ruang dan sistem komunikasi dalam perpustakaan menggunakan
panel akustik pada plafon dan dinding, selain itu dengan aplikasi material yang
lembut (menyerap bunyi) pada ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan.
Pengadaan speaker pada area perpustakaan dipasang pada plafon (sistem tanam)
dan tersebar merata dengan jarak pencapaian suara tertentu.
4.6.3.4 Sistem Proteksi
Proteksi keamanan dan kebakaran dalam ruang perpustakaan umum
menggunakan CCTV yang ditempatkan pada sudut atau spot tertentu terutama
untuk ruang dengan aktivitas anak yang ramai. Penempatan guarding counter pada
beberapa spot untuk mengakomodasi pengawasan dan pembimbingan manual dari
101
Universitas Kristen Petra
staf. Proteksi kebakaran mengaplikasikan dry chemical sprinkler (sistem plafon)
untuk meminimalisasi kerusakan pada koleksi maupun korsleting pada mesin dan
smoke detector pada dinding dan plafon disertai lampu peringatan. APAR
diletakkan dekat area pengawasan staf sehingga mudah dijangkau. Selain itu,
penggunaan signage dengan highlight yang mudah terlihat memudahkan
pengunjung untuk lebih terarah.
102
Universitas Kristen Petra
5. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Rendahnya jumlah fasilitas informasi yang edukatif dan atraktif bagi anak
di Surabaya ini memacu adanya perancangan interior Perpustakaan Anak Laskar
Pelangi Surabaya ini. Aspek perancangan meliputi target perancangan yaitu anak-
anak usia 6-12 tahun sebagai fokus utama dan karakteristik ruang yang sesuai dan
menarik minat belajar anak. Perancangan perpustakaan anak ini juga menerapkan
isu desain global saat ini yaitu desain yang universal dan ramah lingkungan.
Pengolahan interior dengan tema perancangan Laskar Pelangi dan gaya
post modern ini menerapkan bentukan-bentukan tegas, kombinasi warna beragam,
sekaligus unsur alam yang masuk sebagai pelengkap estetis. Penggunaan material
ramah lingkungan, beberapa material daur ulang dan sistem utilitas yang efisien
adalah pendekatan untuk desain yang ramah lingkungan. Pendekatan perancangan
Perpustakaan Anak Laskar Pelangi Surabaya ini berusaha memperkenalkan
fasilitas edukatif yang bersifat interaktif (anak dapat bereksplorasi secara
langsung), ruang anak yang ceria namun nyaman, dan suasana modern dengan
sentuhan alam yang terbuka. Prinsip-prinsip perancangan yang diterapkan ini
diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang ada yaitu untuk menciptakan
sebuah fasilitas anak yang edukatif, eksploratif, universal, atraktif dan
memperkenalkan anak-anak pada lingkungan.
5.2 SARAN
Perancangan sebuah ruang anak hendaknya tidak hanya terpaku pada
elemen estetis ruang tetapi juga memikirkan bagaimana ruang tersebut dapat
menarik minat anak dan menyediakan sebuah desain yang aman, ergonomis,
universal dan psikologi anak. Adapun dengan kemajuan jaman dan teknologi,
maka anak sebaiknya diperkenalkan dengan teknologi yang mendidik sehingga
anak-anak tidak menyalahgunakan teknologi. Fasilitas untuk anak diharapkan
semakin diperhatikan di Indonesia sebagai negara berkembang agar anak-anak
sebagai generasi masa depan dapat semakin memajukan bangsa.
103
Universitas Kristen Petra
DAFTAR REFERENSI
--. 2000. Kids and reading. American Library Association.
Anderson, Nancy. 2006. Elementary Children’s Literature. Boston: Pearson
Education.
Cain Ruth, Linda. 2000. Design Standards for Children Environments. USA:
McGraw-Hill.
Celano and Neuman. 2001. The Role of Public Libraries in Children’s Literacy
Development. Pennsylvania.
Dattner, Richard. 1974. Design for Play. NY: Reinhold Co.
De Chiara, Joseph, Julius Panero & Martin Zelnik. 1991. Time Saver Standards
for Interior Design & Space Planing. USA: McGraw-Hill Book.
Dudek, Mark. 2008. Schools & Kindergartens – A Design Manual. Berlin:
Birkhauser Verlay AG.
Erikson, Rolf & Carolyn Markuson. 2007. Designing A School Library Media
Center for the Future. Chicago, USA: American Library Association.
Feinberg, Sandra & James R. Keller. 2010. Designing Space for Children and
Teens in Libraries and Public Places. NY: ALA Editions.
Ford, Alan. 2007. Designing the Sustainable School. Australia: The Images
Publishing Group Pty Ltd.
Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Jones, Louise. 2008. Environmentally Responsible Design: Green and Sustainable
Design for Interior Designers. Canada: John Willey & Sons, Inc.
Lushington, Nolan. 2008. Libraries Designed for Kids. NY: Neal-Schuman
Publishers, Inc.
Perpustakaan Nasional RI. 2002. Proyek Pembinaan dan Pengembangan
Perpustakaan Nasional.
Portillo, Margaret. 2009. Color Planning for Interiors: An Integrated Approach to
Color in Designed Spaces. Kanada: John Wiley & Sons, Inc.
Rodemann, Patricia A. 2000. Patterns in Interior Environments. Kanada: John
Wiley & Sons, Inc.
104
Universitas Kristen Petra
Sannwald, William W. 2009. Checklist of Library Building Design Consideration.
USA: American Library Association.
Santini, Claudio. 2009. Green is Beautiful. Australia: The Images Publishing
Group Pty Ltd.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Thompson, Godfrey. 1974. Planning and Design of Library Buildings. New York:
Van Nostrand Reinhold Co.
U.S. Consumer Product Safety Commission. Published in 2010. Public
Playground Safety Handbook.
Walter, Virginia A. 2001. Children & Libraries: Getting It Right. NY: ALA
Editions.
105
Universitas Kristen Petra