Bab 3/nteraksi Sosia/ -...

17
Bab3/nteraksi Sosia/ Pada bab ini akan dibahas mengenai: A. Pengertian Interaksi Sosial B. Beberapa Aspek dan Syarat Interaksi Sosial C. Persepsi Sosial 1. Pembentukan Kesan: Evaluasi sebagai Kesan Pertama Kesan Menyeluruh Prasangka Positif 2. Atribusi: Dimensi Sebab-Akibat, Terjadinya Sebab-Akibat D. Pengaruh Sosial 1. Pengaruh Sosial (Social Facilitation) 2. Perilaku Menolong 3. Prasangka dan Stereotipe E. Daya Tarik Interpersonal 1. Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal: Penguatan Pertukaran Sosial Asosiasi 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi: Karakter Pribadi Kesamaan Keakraban Kedekatan LATIHAN SOAL A. PENGERT/AN/NTERAKS/ SOS/AL Dalam kehidupan nyata yang kita alami sehari-hari, kita tidak dapat memungkiri adanya saling hubungan atau interaksi sosial, baik antar individu, antar kelompok, dan bahkan antar bangsa. Hubungan tersebut senantiasa diwamai oleh adanya nuansa-nuansa yang beragam seperti misalnya perbedaan latar belakang,perbedaan sikap, perbedaan kebiasaan, perbedaan 52

Transcript of Bab 3/nteraksi Sosia/ -...

Bab3/nteraksiSosia/

Pada bab ini akan dibahas mengenai:A. Pengertian Interaksi SosialB. Beberapa Aspek dan Syarat Interaksi SosialC. Persepsi Sosial

1. Pembentukan Kesan:

Evaluasi sebagai Kesan PertamaKesan MenyeluruhPrasangka Positif

2. Atribusi: Dimensi Sebab-Akibat, Terjadinya Sebab-AkibatD. Pengaruh Sosial

1. Pengaruh Sosial (Social Facilitation)2. Perilaku Menolong3. Prasangka dan Stereotipe

E. Daya Tarik Interpersonal1. Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal:

PenguatanPertukaran SosialAsosiasi

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi:Karakter PribadiKesamaanKeakrabanKedekatan

LATIHAN SOAL

A. PENGERT/AN/NTERAKS/ SOS/AL

Dalam kehidupan nyata yangkita alami sehari-hari, kita tidak dapat memungkiri adanyasaling hubungan atau interaksi sosial, baik antar individu, antar kelompok, dan bahkan antarbangsa. Hubungan tersebut senantiasa diwamai oleh adanya nuansa-nuansa yang beragamseperti misalnya perbedaan latar belakang,perbedaan sikap,perbedaan kebiasaan, perbedaan

52

bahasa, perbedaan budaya, dan sebagainya. Di dalam interaksi sosial dapat terjadi suatubentuk komunikasi, dimanakedua belah pihak selain tukar-menukar informasi,juga tercakupsaling pengaruh-mempengaruhi serta adanya ekspresi emosi tertentu yang sifatnya non-verbal.

Interaksi sosial menurut Mar'at (1982) adalah suatu proses dimana individumemperhatikan dan merespons individu lainnya, sehingga mendayatkan balasan ~qatutingkahlaku tertentu.Reaksiyangterjadiini-berartibahwaindividumemperhatikanorangyang memberi stimulus~n adanya J>eihatian terh~dap stimulus tersebutterjadilah suatu hubungan yang disebut sebagai interaksi sosial. _

Kelley dkk. (dalam Sears dkk., 1992)mendefinisikan "hubungan"sebagai sesuatu yangterjadi apabila dua orang saling mempengaruhi satu sarna lain, dan bila terjadi yang satumempengaruhi yang lain.

Levingerdan Snoek (dalamSears dkk., 1992)mencoba menerangkan hubungan tersebutmelalui suatu model yang disebut model interdependensi. Dalam model ini di8..~barkandua individ~ dall 0, dalam1readaanyangsaIlngbergantung antara yang satu dengan yanglain yang mengalami peningkatan dalam enam1ahapan:

Menyadarisikap atau kesansatu pihak

op

00P 0

CDP 0

OJP

Zero contact

(dua orang yang belummempunyai hubungan)

Konlak pennukaan

Sikap atau kesandua pihak

Mutualitas (suatu

kontinuum)Perpotongan minor

o

Perpotongan moderat CDP 0

CJ)P 0

Perpotongan mayor

Gambar IIT.I. Model Interdependensi Levinger dan Snoek

Sumber: Sears dkk. (1992)

53

Zero Contgct,..ke~rang Wdan 0) tersebut sarna sekali tidak menyadari kehadiransatu S1imaGin. ~-----

./'"- Menyadari, tahap yangterjadi ketika salah satumulaimenyadari atau merasakan sesuatuyang diha.dapinya, meski belum adakontak langsung. Beberapa sl[atdalam tahap menyadariadalah:

pembentukan kesan dengan cara mengamati penampilan dan perilakumencari informasi dari pihak ketiga (misalnya blind date)

dapat sepihak (seperti terlihat dalam gambar) maupun dua pihak (dua orang yang sudahsaling kenaI secara kebetulan bertatapan).

Fungsi "menyadari" inimenjadi penting, jikakita mendapatkan kesan yang baik tentangseseo[a~&.. sebingga n:mngkin akan mengambil inisiatif untuk berinterak~i d~ngannya.Pengalaman mengesankanjuga akan kita peroleh, bila yang kitajumpai adalah orang-orangyang menarik, seperti bintang film atau penyanyi.

Kontak Permukaan (dasar). Pada t,:h}]?ini oral1g~udah mulai berinteraksi, bisa melaluipercakapan atau s_uratmenyurat. Kontak dasar merupakan awal dari suatu interdependensidan bahkan dari suatu hubungan. Kontak dasar ini biasanya singkat dengan topik pembicaraandangkal, sehingga dampak yang ditimbulkan kedua belah pihak sangat terbatas, serta dibatasioleh peran sosial tertentu. Misalnya: ketika kita berbasa-basi dengan pelayan toko atau ketikabercakap-cakap-dengan-penumpang pesawat yang duduk di sebelah.kita.

Apa~ngkat interdependensi makin meningkat, maka orang akan memasuki tahap

m~gan), yang merupakan suatu kontinuum interdependensi, dari yangi!ltensi~asnya kU!]!Dg.kuat(ditandai dengan sedikit perpotongan di antara dua buah lingkaran)sampai intensltasnya yang paling-kuat (ditandai dengan perpotongan yang semakin besar).Contoh pentahapan di bawah ini adalah hubungan antara dua yang orang yang salingberkenalan, sampai akhimya menjadi suatu bentuk hubungan persahabatan.

Sua!Uhubungan dapat dikatakanhubungan erat apabila memenuhi beberapa persyaratan.Pertama, terdapat.frekuensi-interaksi yang tinggi untuk waktu yang relatif panjang. Kedua,

hUbung~n~ng erat melibiltkan beragam bentuk kegiatan atau peristiwa. Dua orang yangbersaha at akan mendisku~ikan berbagai topik dan mengikuti berbagai kegiatan. Hal iniberlawanan dengan hubungan dangkal yang hanya terbatas pada satu kegiatan ataupun satupokok pembicaraan.

Ketiga, saling peng.aruh-mempengaruhi yang amat kuat antara kedua orang tersebut.Kita akan segera me!u.m!l<ansindiran dari seorang pramuniaga, namun akan gelisah sampaiberminggu-minggu memikirkan komentar dari ternan baik kita. Selanjutnya kedua orangyang interdepenClensl yan£amat kuat-akan memiliki emosi yang kuat pula. Persahabatanmerupakan sumber potensial bagi perasaan-perasaan seperti cinta, kasih-sayang, dan perhatian(dalam arti positit), serta rasa marah, cemburu, putus asa (dalam arti negatit).

54

B. BEBERAPA ASPEK DAN SYARAT /NTERAKS/ SOS/AL

1. Aspek-aspekInteraksi SosialMenurut Mar' at (1982)salah satuaspekyangterdapatdalarnproses interaksisosial adalah

komunikasi proses persepsi, proses belajar, proses pengalaman,danframe of reference.

Di dalam komunikasi, interaksi sosial mengikutsertakan pengaruh dua arah yang salingmempengaruhi dan saling dipengaruhi. Dalam proses ini terlihat bahwa stimulus pertamamenghasilkan respon A, dan kemudian respon A ini menjadi stimulus A, sehingga akandijawab kemudian oleh respon B, sehingga terjadi hubungan yang saling pengaruh-mempengaruhi. Setiap respon mengalarni proses persepsi yang diikuti oleh aktivitaspemahaman terhadap objek, penghayatan, interpretasi, dan memberikan penilaian. Semuaproses ini ditentukan oleh komponen-komponen dari sikap. Dengan sendirinya komponen-komponen sikap ini dipengaruhi oleh proses belajar, proses pengalaman, dan pembentukanframe of reference sesorang. Di dalam proses interaksi sosial selalu menyertai pula prosesbelajar sendiri, sosialisasi,dan pengambilankeputusan yangrelevan.Respon yang dihasilkanpada umumnya tergantung pada bentukdari hubungandan komunikasi antar kelompok. Padaumumnya terdapat empat klasifikasidari responsyang dipelajari melalui proses belajar, yaitu(Mar'at, 1982):

1. Tin~kah taku kultural2. Tingkah laku yang identik yang merupakan stereotipe berdasarkan stimulus yang sarna,

misalnya jika ada stimulus tambahan akan diikutsertakan respons stereotipe untukmelarikan diri.

3. Tingkah laku yang bersifat personal, berarti respons yang diberikan tergantung padakemauan dan motivasi seseorang.

4. Tingkah laku yang bersifat non-sosial, yaitu terjadinya tingkah laku yang menyimpangdari norma-norma sosial.

2. Beberapa Syarat Interaksi SosiaI.

Menurut Mar'at (1982) interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua aspek yaituadanya kontak sosial dan komunikasi. KQD.tak...sQs.ialda.Qatbersif<\tpOliitifmaupun negatifyang amat bergantung daripredisposisi sikapseseora!!KY~ng,.m~I1unjukkanadanyakesediaanatau penolakan. Di samping itu, kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder.Primer dalam arti individuyang terlibat bertemu langsung (face toface), sedangkan sekunderdalam arti melalui media tertentu. Dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam kontak sosialmerupakan proses dimana setiap pihak menggunakan simbol-simbol dengan cara-caratersendiri. Dalam proses ini seolah-olah memungkinkan terjadinya penyebaran pengalamaninformasi antar individu atau kelompok.

c. PERSEPS/ SOS/AL

Tiga orang mahasiswi yang berasal dari tiga daerah yang berbeda, masing-masingMelayu (Sumatera Utara), Palembang (Sumatera Selatan), dan Bugis (Sulawesi Seiatan)bertemu untuk pertama kalinya dalam daftar ulang mahasiswa baru fakultas psikologi.

55

- --

- --

Mereka memutuskan untuk tinggal dalam pondokan yang sama. Sepanjang masa kuliahnya

mereka menghabiskan waktunya bersama-sama untuk saling mengetahui sebanyak-banyaknya: makanan enak apa yang berasal dari daerahnya? Bagaimana dengan keadaankeluarganya masing-masing?

Pengetahuan seseorang terhadap orang lain dan harapan atas orang lain tersebut pertamakali ditentukan oleh kesan yang kit a bentuk dari orang lain tersebut. Apabila dua orang salingbertemu dalam sekejap, mereka saling membentuk kesan yang dalam dan akan menentukanperilaku mereka satu sarna lain (Sears dkk., 1992).

1. Pembentukan Kesan

Menurut Se~. (1992) individu £end~J:ll!!KmeInbentuk kesan panjang lebar atasorang lain berdasarkan informasi y~g terbatas. Hanya de!1ga!1_I1!~lilgltdari potret atau secarara;;gsungpelama-beberapa-saat saja,seseorang 'Sudah cenderung menilal sebagrnn besarkara~ orang yang diamatinya-ters-ebut. Beberapa orang tidak percaya dengan pendapat ini,meski demikian individu umumnya menilai orang lain dari segi intelegensi, usia, latarbelakang, ras, agama, pendidikan, kejujuran, dan sebagainya.

Evaluasi: K~san Pertama. Menurut Sears dkk. (1992) aspek pertama yang p~ngdan kuat~dalcilievaluasi: ap..*ahkita akan menyukai atau tidak roenyukai seseorang? Kesan~apaldililat claribeberapa indikasi seperti: dia barangkali ingin bersahabat, senangngobrol, periang, atau ramah. - ~

Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting di antara sejumlahdimensi dasar yang mengorganisasi kesan gabungan tentang orang lain. Terdapat banyakpenelitian yang pada akhimya menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan dimensi dasarterpenting dari persepsi seseorang. Rosenberg,Nelson, dan Vivekanathan (dalam Sears dkk.,1992) menemukan bahwa orang mengevaluasi orang lain sesuai dengan kualitas intelektualatau yang berhubungan dengan tugas terpisah mereka, dan kualitas sosial atau hubunganinterpersonal mereka, paling tidak untuk beberapa waktu. Meski demikian perbedaan initidak merubah ciri dasamya yaitu: manusia pertama-tama akan berpikir sesuai dengan rasasuka atau tidak suka jika melihat orang lain.

Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap oranglain, dapat ailakukan dari "kesanyang diterima secara keseluruhan". Sears dkk. (1992)-- ....-

membagi kesan menyeluruh tersebut menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan modelmenaI11bahkan. -.

Pertama, Model Penyamarataan. Bagaimana kita dapat menyusun potongan-potonganinformasi yang terpisah-pisah menjadi suatu kesan menyeluruh yang sederhana? Misalkan,ketika anda bertemu dengan seorang wanita yang bertubuh tinggi, tomboy, sportif, cuek, dansenang bercanda?

Para ahli psikologi mempunyai dua pandangan yang berbeda, yang satu lebih menekankankepada segi belajar, sementara yang lain menekankan pada faktor kognitif. Pendekatan

56

belajar tersebut kemudian dikembangkan Anderson (dalam Sears dkk., 1992) menjadiprinsip penyamarataan. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: dalam contoh di atas,katakanlah seorang gadis X yang bertubuh tinggi, tomboy, sportif, dan senang bercanda-namun sekaligus juga cuek dan sangat mandiri. Andaikan seorang pemuda Y diminta untukmembuat "tingkatan evaluasi rasa suka" terhadap gadisX tadi yang berkisar dari 10+ (sangatpositit) sampai -10 (sangat negatif. Maka pemuda Y merasa bahwa tubuh yang tinggi dansportif adalah kualitas yang menguntungkan baginya, sehingga akan mendapatkan angkamaksimum (+10); sementara tomboy dan senang bercanda adalah cukup menguntungkandengan nilai +6 dan +5; cuek agak kurang menguntungkan (-4); dan sangat mandiri sangattidak menguntungkan (-9). Evaluasi secara menyelurnh dapat diperoleh pemuda Y, sebagaiberikut:

Gambar 111.2.Evaluasi Pemuda Y Terhadap Gadis X

Sumber: Sears dkk. (1992), diolah

Jadi dapat dikatakan bahwa evaluasi Pemuda Y terhadap Gadis X adalah cukup positif (+3).

Kedua, Model Menambahkan. Model menambahkan (additive model) menyatakanbahwa individu mempersatukan ~otongan:-potongan informas!.yang terpisaIi-pisah denganjalan menambahkan nilai ukuran dan bu~annya dengan membuat rata-rata. Apabila seseorangdikonfrontasikan dengan dua potong informasi dari sisi nol yang sarna, dimana salah satu

lebih ekstrim dari yang lainnya. Misalnya, Dewi sangat menyukai Anung (+6), akan tetapikemudian Dewi mengetahui informasi barn ten tang Anung yang tidak begitu menguntungkanseperti misalnya bahwa Anung "sangat berhati-hati" (+1). Berdasarkan "modelpenyamarataan", maka rasa senang Dewi akan berkurang karena nilai reratanya adalah +3,5,yang lebih rendah dari evaluasi aslinya terhadap Anung. Berdasarkan "model menambahkan",

57

--- --- -- -

EvaltiasiGadis X >Pemuda¥

tinggi +10

sportif +10

tomboy +6

senang bercanda +5cuek -4

sangat mandiri -9

kesan menyelurnh + 18/6 =+3

(cukup positit)

maka Dewi akan lebih menyukai Anung karena penambahan infonnasi positif kepada kesanyang sudah ada akan membuatnya lebih menguntungkan.

Konsistensi.]!!QiYiducenderungmembentuk~arakteri~tiky~onsisten s~ara evaluatifterhadapindividulainn-ya,meskihanyamemilikisedikitinfoQ11~si.Kitacenderungmemandangoran~ konsisten dari kedalamannya. Karenaevaluasi merupakan dimenasi palingpenting di dalam persepsi manusia, sehingga kita cenderung akan menilai "baik" dan"buruk", dan bukan keduanya (Sears dkk., 1992).

Berdasarkan evaluasi dengan pendekatan ini, makakit<Lakan..Jnelihat"€.fftlain yangkonsis~eqganny.a. Ji~a~eseor:angberSItatmenyenangkan,dia hal1Jsmenarik,.cerdas,murah hatiLdan.-Setemsnya.Sementara bila buruk, maka dia hams licik, berwajah buruk, dananeh. Kecenderungan terhadap konsistensi ini disebut sebagai "Efek Halo". Oi dalam efekh~-¥<U1g telab.dilabel baik selalu dikelilingi oleh suasanapOSffifda~ keoahkannya~ada orang yang dilabel buruk selalu dipandang memiliki kualitas yang buruk (Efek HaloNegatif) (Sears dkk" 1992). -

Prasaggka.Positif. Prasangka positif menurut Sears (dalam Sears dkk., 1992) adalahkecen~ngan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahk~n~valuasi negatif.Misalnya pada studi dimana mahasi"swasebagian besar memberikan nilai positif terhadapprofesornya dengan nilai di atas rata-rata, meski para mahasiswa tersebut telah mengalamiberbagai pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan denganprofesornya tersebut selama kuliahnya. Ada hipotesis rasional untuk berprasangka secara

posit~yai!:~yang oleh Matlin dan Stang (dalam Sears dkk., 1992) disebut sebagai prinsipPol~a. Berdasarkanpendapat ini,maka orangakanmerasa lebih senang apabiladikelilingioleh hal-hal yang baik, pengalaman menyenangkan, masyarakat yang ramah, cuaca yangcerah, dan sebagainya. Bahkan ketika mereka sakit atau rumahnya runtuh sekalipun, merekaakan tetap menilai situasinya selalu baik.

2. Atribusi

Pembentukan kesan mengenai orang lain merupakan salah satu kegiatan utama dalaminteraksi sosial. Kegiatan utama yang kedua adalah memahami makna dan sebab perilakuorang lain tersebut (Atkinsondkk" 1993).Olehkarena itudalam pembahasan inilahkita akanmemperdalam masalah atribusi.

Pada bagian terdahulu telah dibahas bagaimana individu membentuk kesan terhadapindividu yang lain berdasarkan informasi yang terbatas. Lebih jauh di dalam menilai"keadaan intern" orang lain, bagaimana kita dapat mengetahui motif, kepribadian, emosi,atau sikap orang lain tersebut? Kita tidak memiliki infonnasi langsung mengenai keadaanintern tersebut. Yang dapat kita lakukan adalah dengan menilai petunjuk ekstern yangterbatas seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, hal-hal yang pernah dikatakan tentangkeadaan intern sebelumnya,perilaku yang pernahkita ingat di masa lalu, dan seterusnya. Kitaharus mengambil kesimpulan atas dasar informasi tidak langsung yang diperoleh daripetunjuk ekstern (Sears dkk., 1992).

58

Pengambilan kesimpulan tentang keadaan intern merupakan bagian dari proses yanglebih umum untuk menjelaskan perilaku orang lain dan diri kita sendiri disebut sebagaimembuat atribusi sebab-akibat. Apabila terdapat sesuatu yang menyakiti hati kita, kemudiankita menanyai diri kita sendiri mengapa hal itudapat terjadi. Adakalanya kita menyimpulkanbahwa hal itu disebabkan oleh keadaan intern permanen tertentu sebagai penyebabnya,seperti perasaan dendam orang kepada kita.

Dimensi Sebab Akibat. Dalam dimensi sebab akibat ini , pembahasan akan dikategorikanmenjadi tiga: Tempat Sebab-Akibat. Kestabilan & Ketidakstabilan, dan KemampuanMengendalikan.

Pertama, Tempat Sebab-Akibat. Menurut Sears dkk. (1992) masalah pokok palingumum dalam persepsi sebab akibat adalah menentukan apakah suatu perlaku tertentu dapatdisimpulkan sebagai akibat dari faktor intern atauekstern. Lebih tepatnya: berada pada posisimana sebab-akibattersebut?Misalnyaketika seorangmahasiswamengajak kencan mahasiswiyang sudah dianggap sebagai ternan yang akrab, tetapi mahasiswi tersebut menolak karenaakhir minggunya sibuk sekali. Apa sebenarnya hakikat dari penolakan tersebut? Barangkalihal itu disebabkan karena keadaan intern, seperti misalnya sang mahasiswi tidak tertarikdengan mahasiswa itu, sehingga lebih tertarik untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya. Ataubisa jadi karena faktor ekstern, ia memang memiliki tugas lain. Atribusi intern mencakupsemua penyebab intern seseorang seperti mood, sikap, ciri kepribadian, kemampuan,kesehatan, keinginan, dan sebagainya. Sementara atribusi ekstern akan mencakup semuapenyebab ekstern seseorang seperti tekanan dari luar,kondisi keuangan, situasi sosial, cuaca,dan sebagainya. Jadi, apakah sang mahasiswi tersebut benar-benar sibuk (atribusi ekstern)atau baru saja memutuskan tidak tertarik dengan sang mahasiswa (atribusi intern)?

Kedua, Kestabilan dan Ketidakstabilan. Dimensi ini lebih menekankan kepadapenyebabnya, apakah stabil atau tidak stabil? Maksudnya adalah apakah penyebab tersebutmerupakan bagian menarik yang relatif tetapdari lingkungan ekstern ataupembawaan internseseorang. Ditinjau dari intern-ekstern, maka terdapat beberapa penyebab yang stabil atautidak stabil, yaitu:

a. Penyebab ekstern stabil: peraturan, undang-undang, peran jabatan, larangan, dansebagainya.

b. Penyebab ekstern yang tidak stabil: cuacac. Penyebab intern stabil: pelawak Amerika Woody Allen, yang memiliki bakat humor

yang stabil atau petinju Julio Cesar Chavesd. Penyebab intern tidak stabil: John McEnroe atau Mike Tyson yang dapat mencapai

prestasi dengan ketidakstabilannya.

Weiner (dalam Sears dkk., 1992)mengembangkan skema penyebab perilaku prestasi untukmenilai keberhasilanataukegagalansesorangberdasarkankombinasidaridimensikestabilan-ketidakstabilan dan dimensi intern-ekstern.

59

iTempat KtmdaliSebenarnya

.Ekstern

StabilTidak Stabil

KemampuanUsaha

Kesulitan tugasBerhasil

Gambar 111.3.Skema Klasifikasi Perilaku Prestasi Menurut Weiner

Sumber: Sears dkk. (1992), diolah

Ketiga, Kemampuan Mengendalikan. Kita dapat mengamati beberapa kasus, dimanabeberapa orang dapat mengendalikan dan beberapa orang lagi tidak dapat mengendalikanatau di luarkemampuannya. Kemampuan dan ketidakmampuan dalam mengendalikan dapatsecara bersama-sama dengankendali tempat dan kestabilan. Misalnya, penyebab intern tidakstabil seperti usaha biasanya dipandang sebagai dapat dikendalikan: seorang mahasiswadapat memutuskan untuk belajar giat atau justru memutuskan tidak belajar. Sementarapenyebab intern stabil seperti kemampuan justru jarang dilihat sebagai kemampuan yangdapat dikendalikan. Orang yang berbakat sering dipandang tidak menguasai kemampuannyatersebut.Kadangkalakemampuan dapatdianggap dapatdikendalikan,seperticontoh beberapaorang yang sukses yang dianggap telah mengembangkan kemampuannya melalui kerja kerasdalam jangka waktu yang lama. Adapun keberhasilan itu sendiri sering dianggap dapatdikendalikan, meski dianggap tidak dapat dikuasai.

Kapan Atribusi Sebab-Akibat Terjadi?

Dalam kehidupan sehari-hari ternyata jikalau kita amati akan terdapat banyak sekalikejadian-kejadian atauperistiwa-peristiwasebab-akibat.Akantetapi kecenderungan manusiapada umumnya tidak memusingkannya. Hal ini menurut Sears dkk. (1992) disebabkankarena manusia cenderung kikir terhadap sumberkognitifnya, sehingga kebanyakan merekaakan mengambil jalan pintas dan menghindari kerja kognitif yang luas dan kreatif.

Manusia baru memiliki rasa ingin tahu setelah suatu peristiwa atau kejadian yangistimewa terjadi. Penjelasan mengenai perjalanan rembulan dan matahari banyak dilakukanpada saat terjadinya gerhana. Khalayak ramai menghendaki penjelasan yang paling rasionaluntuk menganalisis kerusuhan-kerusuhan yang baru saja terjadi. Beberapa hasHpenelitianmendukung pendapat tersebut. Lau dan Russell (dalam Sears dkk., 1992)menemukan bahwahasil yang tak terduga padapertandingan sepakbolayang sudah diramalkan sebelumnya akanmenimbulkan banyaknya penjelasan sebab-akibat di kolom-kolom surat kabar. Selain ituperistiwa buruk yang pernah menimpa juga akan mengilhami pencarian atribusi sebab-akibat. Taylor (dalam Sears dkk., 1992) menemukan bahwa 95% penderita kanker dalam

60

subjek penelitiannya telah membuat kesimpulan tentang apa yang menjadi penyebabpenyakit mereka.

D. PENGARUH SOSIAL (SOCIAL FACILITATION)

Pada tahun 1898,Triplett melakukan penelitian terhadap para pembalap sepeda denganmengkaji catatan waktu kecepatannya. Hasilnya adalah bahwa pembalap yang berlombadengan pembalap lain akan menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan denganberlaga sendiri dengan menggunakanjam pencatat. Selanjutnya Triplett mengkaji lebihjauhdengan melakukan penelitian psikologi sosial dengan eksperimen di laboratorium terhadapanak-anak. Hasilnya adalah anak-anak akanbekerja lebih cepatdalamkeadaan koaksi (ketikaanak lain juga melakukan hal yang sama berada di sekitarnya), bila dibandingkan denganbekerja sendiri (Atkinson, 1993).

Beberapa waktu setelah studiTriplett mengenai koaksi, dimana hanya dengan kehadiranpenonton yang pasif saja sudah cukup untuk meningkatkan prestasi seseorang. Penonton disini bukanlah sebagai koaktor. Menurut Dashiell (dalam Atkinson dkk., 1993) kehadiranseorang penonton akan memiliki pengaruh yang sama bila dibandingkan dengan kehadirankoaktor. Kedua dampak baik dari penonton maupun koaktor tersebut kemudian disebutsebagai kemudahan sosial.

Akan tetapi dalam kasus lain pengaruh sosial berupa kemudahan sosial tersebut dapatjuga menjadi membingungkan. Menurut Dashiell (dalam Atkinson, 1993) terdapat temuanlebih banyak kesalahan pada saat tugas perkalian dilakukan dengan koaktor dan penonton,bila dibandingkan dengan jika subjek mengerjakannya sendiri. Atau dapat dikatakan bahwadalam suatu penelitian, kualitas prestasi akan menurun meski kualitasnya meningkat.Sementara pada penelitian yang lain kualitas prestasi meningkat pada saat terdapat koaktoratau penonton. Bagaimana ini dapat terjadi?

Atkinson dkk. (1993) mencoba memberikan penjelasan bahwa perilaku yangmenunjukkan peningkatan prestasi dengan adanya koaktor atau penonton biasanya meliputirespons terlatih yang tinggi maupun respons naluriah seperti makan. Dalam berperilakuseperti ini individu seringkali jawaban yang paling sering atau yang paling dominan adalahjawaban yang paling tepat. Perilaku yang menghasilkan prestasi kurang baik adalah responsyang paling sering atau yang paling dominan dapat menjadi salah.

Perilaku Menolong. Perilaku menolong (prosocial behavior) seringkali dihubungkandengan altruisme. Altrusime sendiri adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atausekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengaharapkan imbalan apapun,kecuali telah memberikan suatu kebaikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatuperilaku altriustis atau tidak bergantung kepada tujuansi penolong (Sears, 1992a).Seseorangpengemudi mobil yang melihat terjadinya kecelakaan sebuah mobil terjungkal di pinggirjalan raya. Ia kemudian melihat seorang ibu yang terluka di kepalanya, tidak sadarkan diri didalam mobil yang terjungkal itu. Ia menghentikan mobilnya lalu mengangkat ibu tersebutdari dalam mobil yang terjungkal ke suatu rumah di dekat jalan raya tersebut. Dengan

61

- -

memberikan bantuan semampunya, pengemudi tersebut akhimya meneruskan perjalannyayang masih panjang, karena sudahadayang berwenangmenanganinya. Tindakan pengemuditersebut adalah tindakan altruistis.

Perilaku menolong mencakup lebih luas ketimbang altruisme, yang meliputi segalabentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpamempedulikan motif-motif sipenolong. Beberapajenis perilaku prososial bukan merupakantindakan altruistis. Misalnyajika anda memberikan sumbanganyang besar pada malam amalyang diadakan oleh suatu kelompok di dalam tempat kerja anda, dengan harapan agar andaakan memperoleh kesan yang baik di hadapan atasan anda. Dalam kondisi seperti ini, makatindakan anda bukanlah tindakan altruistis yang sebenarnya. Perilaku menolong berkisarpada tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampaidengan tindakan menolong yang sepenuhnya (100%) dimotivasi oleh kepentingan dirisendiri (Rushton dalam Sears dkk., 1992a).

Prasangka dan Stereotipe. Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidakdapat lepas dari apa yang disebut sebagai prasangka dan stereotipe. Prasangka menurutMar' at (1984) adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif, namun dapat puladugaan tersebut bersifat positif. Dugaan tersebut umumnya mengarah pada penilaian negatifyang diwamai oleh perasaan y<!ngmuncul sesaat. Di dalam interaksi sosial, prasangkamemiliki relevansi dengankomponen afektifyangbersifat negatif terutamabila dihubungkandengan kelompok minoritas dan kelompok etnis (Mar'at, 1984).

MenurutWolf (dalamMar' at, 1984)prosesterbentuknyaprasangkamerupakanprasangkasosial yang memiliki konotasi negara dalam hubungannya antara mayoritas dan minoritas.Oleh karena itu, Mar' at (1984) menjabarkan beberapa faktor penentu prasangka, yaitu antaralain:

1. Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan minoritas2. Fakta tentang perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas3. Fakta mengenai kesempatan usaha pada mayoritas dan minoritas4. Fakta mengenai unsur geografis, dimana keluarga minoritas menduduki daerah-daerah

tertentu

5. Posisi dan peranan dari sosial ekonomi yang pada umumnya dikuasai oleh kelompokminoritas

6. Potensi energi eksistensi dari kelompok minoritas dalam mempertahankan hidupnya

Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya prasangka antara lain adalah:1. Adanya ketegangan situasiyang senantiasa relatif dan bersifat individual ataukelompok

sentris

2. Dalam tiap-tiap kelompok akan selalu terdapat minoritas3. Adanya persaingan yang menimbulkan prasangka

62

Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap suatu objek yang tidakdapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995), yang sifatnya terlalu umum dan seringkali keliru(Atkinson dkk., 1993).

Dalam membahas baik prasangka maupun stereotipe, kita tidak dapat lepas dari mentalset dan konsep interaksi sosial. Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan menjadidua, yaitu: image dan sikap (Mar' at, 1984).

Imagemenyangkutpersepsisosialsehinggatiaphubunganantarmanusia, antarkelompok,dan antar bangsa telah ada suatu mental set tersendiri tentang opini, sistem nilai, norma,konsep tertentu. Hubungan ini akan mengarah kepada komponen emosional yang relevandengan hubungan interaksi ini.

Sikap terhadap pengertian-pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapatdiidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi sosial. Di samping prasangkatersebut dapat pula disamakan dengan opini atau kepercayaan (belief).

E.' DAYA TARIK INTERPERSONAL

Dalam berinteraksi denganorang lainuntukpertama kalinya,pertanyaan yang seringkalimuncul adalah apakah mereka menyukai kita atau sebaliknya kita akan menyukai mereka?Setelah perjumpaan awal, perhatian kita seringkali terfokus pada bagaimana memelihara danmengarahkan hubungan yang tercipta berdasarkan daya tarik awal untuk selanjutnya dapatakan menimbulkan keintiman dan bahkan cinta. Para ahli psikologi ternyata telah banyakmengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal inidisebabkan karena manusia akan berusaha untuk memprioritaskan hubungan antarpribadisepanjang hidupnya. Kecenderungan untuk berafiliasi (keinginan untuk berada bersamadengan orang lain) memang cukup kuat bagi kebanyakan orang. Hal ini sebenarnya sudahterjadi semenjak masa bayi, dimanabayi mulai membangunrasakasih sayang yang kuat padasatu orang dewasa atau lebih.

1. Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal

Pada bagian terdahulutelah dibahaspenilaian sebagaikesanpertama dalam berhubungandengan orang lain. Mengapakita menyukai atau tidak menyukai orang lain? Pada bagian iniakandibahasbeberapaprinsipyangberusahamenjelaskanmengapaakhirnyakitamemutuskanuntuk berteman atau tidak berteman dengan orang lain. Beberapa prinsip tersebut adalah:Penguatan, Pertukaran Sosial, dan Asosiasi.

Penguatan. Prinsip dasar dari teori belajaradalahpenguatan (reinforcement). Kitamenyukaiorang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita.Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitianmemperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kitasecara positif (Sears, 1992).

63

--- --

Pertukaran Sosial. Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang laindidasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorangkepada kita. Sesuai dengan teori pertukaran sosial, kita menyukai seseorang apabila kitamempersepsi bahwa interaksi kita dengan orang itu sifatnya menguntungkan, yaitu apabilaganjaran akan kita terima lebih besar dari pada kerugiannya. Teori ini juga menekankanbahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh seseorangdibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992).

Asosiasi. Prinsip yang amat berguna di dalam "clasical conditioning" adalah asosiasi. Kitamenjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yangbaik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek(Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992). Hasil penelitian May dan Hamilton (dalam Searsdkk., 1992) menunjukkan bahwa mereka tertarik pada dampak latar belakang musik yangbagus dan jelek terhadap daya tarik interpersonal. Pertama-tama, mereka menentukan jenismusik yang paling disukai (musik rock) dan yang paling tidak disukai (musik klasik) olehpara mahasiswi. Kemudian mereka meminta mahasiswi lain untuk menilai potret seorangpria yang tidak dikenal. Sementara para mahassiwi itu membuat penilaian mereka,diperdengarkan musik rock, musik klasik, atau sarna sekali tidak diperdengarkan musik.Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswi menilai potret pria itu kurang baik apabila potretitu diasosiasikan dengab musik yang tidak disukai; dan menilai pria itu sangat baik bilapotretnya diasosiasikan dengan musik yang disukai.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Apa yang mempengaruhi daya tarik seseorang? Faktor-faktor apa sajakah yangmempengaruhi rasa suka kita kepada orang lain? Berikut ini akan dibahas empat faktorpenentu perasaan suka seseorang kepada orang lain, yaitu karakter pribadi, kesamaan,keakraban, dan kedekatan.

1. Karakter Pribadi

Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal:yangbersifatfisik (wajah,rambut, tubuh)danyangbersifatnon-fisik (kepribadian,intelegensi,minat dan hobby). Tidak ada jawaban yang tunggal untuk pertanyaan: mengapa kita lebihmenyukai seseorang dari pada orang lain?

Para ahli telah berusaha mengidentifikasikan beberapa karakteristik umum yangmempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain. Karakter umum tersebut antara lainadalah ketulusan, kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarik fisiko

Ketulusan. Norman Anderson (dalamSears dkk., 1992)dalam studinya membuat daftar 555kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan orang. Kemudian dia meminta paramahasiswa untukmenunjukkan sejauhmanamerekaakanmenyukai seseorangyang memilikimasing-masing karakter ini. Hasilnya menunjukkan bahwa para mahasiswa tahun 1960-anternyata lebih memilih ketulusan sebagai sifat yang paling dihargai. Dari delapan kata sifatteratas, enam di antaranya adalah tulus, jujur, setia, terus terang, terbuka, dan dapatdipercaya; dimana kesemuanya itu berkaitan dengan ketulusan.

64

Dua hal pokok lain yang muncul dalam daftar karakteristik yang sangat menyenangkanadalah kompetensi dan kehangatan pribadi, dimana keduanya akan dibahas berikut ini.

Kehangatan Personal. Kehangatan merupakan karakteristik pokok yang mempengaruhipesan pertama kita mengenai orang lain. Apa yang membuat orang lain nampak hangat danramah? Atau sebaliknya apa yang membuat orang lain tampak dingin? Hasil penelitianFolkes dan Sears (dalam Sears dkk., 1992) menunjukkan bahwa seseorang nampak hangatdan ramah apabila dia menyukai hal tertentu yang sedang dibicarakan, memujinya, danmenyetujuinya. Dengan kata lain memiliki sikap yang positif terhadap terhadap orang ataubenda. Sebaliknya, orang yang dingin adalah bila mereka tidak menyukai hal tersebut,meremehkannya, mengatakan hal itu mengerikan, dan biasanya mencelanya.

Kompetensi. Pada umumnya kita menyukai orang yang trampil secara sosial, cerdas, dankompeten. Tipe konsistensi tertentu yang bermakna sangat bergantung pada sifat hubungankita dengan orang lain. Kita akan lebib tertarik berhubungan dengan ternan yang dapatmemperbaiki komputer kita yang rusak, profesor yang dapat menerangkan sesuatu dengancara yang lebih sederhana, atau pembicara yang dapat membuat pembicaraannya menjadimenarik. Orang yang lebih memiliki kompetensi pada umumnya lebih dihargai untuk diajakmenjalin hubungan dari pada yang tidak berkemampuan (dalam Sears dkk., 1992) .

Daya Tarik Fisik Seperti membaca suatu majalah, maka hal pertama yang akan kitaperhatikan pada orang lain adalah wajah atau penampilan fisiknya. Menurut Walster dkk.(dalam Sears dkk., 1992),rasa suka seseorangberkaitan erat dengan daya tarik fisiknya. Baikpria maupun wanita yang dianggap menarik akan lebih disukai. Hal ini disebabkan karenaadanya "efek halo", dimana kita cenderung mengasumsikan bahwa orang yang menariksecara fisik juga memiliki sejumlah karakteristik lain yang menyenangkan, seperti hangatdan berkepribadian menyenangkan. Efek lain selain efek halo adalah "efek pancarankecantikan", dimana orang akan merasa senang bila dilihat bersama dengan seorang pacaratau ternan yang sangat menarik, karena mereka berpikir bahwa hal itu akan meningkatkanatau mempertinggi citra mereka sendiri.

Hasil penelitian Dion dan Berscheid (dalam Atkinson dkk, 1993) menunjukkan bahwadaya tarik fisik temyata tidak terbatas pada masalah kencan dan perjodohan. Anak laki-Iakiyang rupawan (usia 5-6 tahun) temyata lebih populer ketimbang anak-anak yang kurangbegitu menarik. Orang dewasa sekalipun akan lebih terpengaruh terhadap daya tarik fisikseorang anak, baik secara fisik maupun persepsi terhadap perilakunya.

2. Kesamaan

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan interpersonal adalah kesamaan. Ada duapepatah kuno (keduanya dari barat): "burung sebulu berkumpul bersama" dan " orangberlawanan itu menarik dan orang yang sedangjatuh cinta senang menyebutkan perbedaan-perbedaan yang ada". Agaknya pepatah yang kedua tersebut sebagian besar adalah salahdibandingkan dengan pepatah pertama. Mengapa? Karena kita cenderung menyukai orang

65

- --

yang sarna dengan kita dalam sikap, nilai, minat, hobby, latar belakang, dan kepribadian.HasH penelitian Rubin (dalam Atkinson dkk, 1993) menunjukkan bahwa lebih dari 99%pasangan suami-istri di AS terdiri dari ras yang sarna, mirip satu sarna lain, memilikikesamaan ciri sosiologis (usia, ras, agama, pendidikan, dan kelas sosial), kesamaan secarafisik (tinggi, warna mata), serta ciri psikologis (intelegensi).

Penelitian Kandel (dalam Sears dkk., 1992) tentang persahabatan 2.000 siswa sekolahmenengah, menggambarkan adanya faktor kesamaan dalam latar belakang etnis, agama,politik, kelas sosial, pendidikan, dan usia. Setiap siswa mengidentifikasikan "temannya yangterbaik di sekolah" dan melengkapi kuesioner tentang latar belakang dan sikapnya sendiri.Sebagian besar ternan yang paling baik memiliki kesamaan dalam jenis kelamin, tingkatkelas, usia, dan ras.

Menurut Sears dkk. (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untukmemilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut sebagai "prinsip kesesuaian" (match-ing principle). Amat tidak wajar apabila ada seorang gadis aktivis hak-hak azasi wanitamenikah dengan seorang pengusaha yang telah beristri. Atau seorang aktor yang berpacarandengan atlit. Pacar dan suami/istri cenderung sesuai dengan karakteristik fisik dan sosialnya.

Mengapa kesamaan menjadi sedemikian penting dalam daya tarik interpersonal?Menurut Rubin (dalam Sears dkk., 1992) terdapatdua penjelasan utama yaitu: kesamaanbiasanya mendatangkan ganjaran dan keterkaitan antara kesamaan - rasa suka dengan teorikeseimbangan kognitif.

Pertama,orangyangmernilikikesamaandengankitacenderungmenyetujuidanmendukungkeyakinan kita tentang kebenarankebenaranpandangankita. Sementara sebaliknya,kita akanmerasa tidak senang bila menjumpai orang yang tidak sependapatdengan kita, yang mencelakeyakinankita, danmenentangselerasertapenilaiankita.Kesamaannilaidanminatmerupakandasar untuk melakukan altivitasbersama dengan orang lain.

Kedua, menurut teori keseimbangan kognitif, orang berusaha mempertahankankeselarasan dan konsistensi di antara sikap mereka, mengatur rasa suka dan rasa tidak sukamereka menjadi seimbang. Menyukai seseorang dan pada saat yang sarna menentang orangitu mengenai masalah yang fundamental merupakan hal yang secara psikologis tidakmenyenangkan. Kita memaksimalkan keseimbangan kognitif dengan menyukai orang yangmendukung pandangan kita dan tidak menyukai orang yang menentangnya.

3. Keakraban

Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkanrasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat meningkatkan keakraban. Hal inimerupakan suatu fenomena yang umum. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapatdijelaskan dengan apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka (the mere exposure). Efekini merupakan suatu fenomena dimana keseringan berhadapan dengan seseorang dapatmeningkatkan rasa sukakita terhadap orang lain. HasHpenelitian Zajonc dkk. menunjukkanbahwa makin sering subjek melihat suatu wajah, semakin besar rasa suka mereka terhadapwajah tersebut dan semakin besar kemungkinan mereka untuk menyukai orang itu.

66

4. Kedekatan

Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua orangdapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Kenyatannya,biladua orangyangtinggaldalam hanyadalamjarak 10blok,jauh lebihkecilkemungkinannyauntuk berteman bila dibndingkan dengan bila mereka tinggal bersebelahan satu sarna lain.

Hasil penelitian Rubin (dalam Atkinson dkk., 1993)di atasbuku nikah 5.000 perkawinandi Philadelphia pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa sepertiga dari pasangan itu tinggaldi antara lima blok dari perumahan mereka. Menurut Schiffenbauer dan Schiavo (dalamAtkinson dkk., 1992) kedekatan hanya meningkatkan intensitas reaksi awal. Akan tetapikarena seringkali perjumpaan pertama menyangkut hal-hal yang paling netral sampai yangmenyenangkan, hasilkedekatan yangpaling seringdapatdipertahankan adalahpersahabatan.

Mengapa kedekatan dapat menimbulkan rasa suka? Terdapat tiga faktor yangmenghubungkanantarakedekatandan daya tarikinterpersonal,yaitu:pertama,kedekatanbiasanya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan.Kita seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang yang kita kenaI, danselanjutnyakedekatan geografiskita akan meningkatkankesamaan kita. Faktor ketiga adalahbahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh (Searsdkk., 1992).

SOAL LATIHAN

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari sejumlah jawaban yang tersedia denganmemberi tanda silang di depan huruf jawaban tersebut.

1. Cakupan interaksi sosial dapat berupa:

a. antar individu b. antar kelompokc. antar bangsa d. semua benar

2. Di dalam interaksi sosial, bentuk komunikasi yang terjadi antara lain kecuali:

a. tukar-menukar informasi c. ekspresi emosi tertentub. saling pengaruh-mempengaruhi d. atribusi.

3. Model Interdependensi dikemukakan oleh:

a. Mar'at b. Kelley dkk.c. Levinger dan Snoek d. Tripplet.

4. Jika dua orang sarna sekali tidak menyadari kehadiran satu sarna lain dalam konteksinteraksi disebut dengan istilah:a. Zero Contact b. Kontak Permukaanc. Menyadari d. blind date

5. Sarna dengan no. 4. ketika orang sudah mulai berinteraksi, bisa melalui percakapanmaupun surat menyurat dengan istilah:a. Zero Contact

c. Menyadarib. Kontak Permukaand. blind date

67

6. Komunikasi langsung secaraface toface termasuk dalam:a. komunikasi sekunder c. a dan b benar

b. komunikasi primer d. a dan b salah

7. Dalam apakah kita akan menyukai atau tidak menyukai seseorang, disebut sebagai:a. Kesan awal b. Evaluasic. Pembentukan kesan d. semua benar.

8. Beberapa model untuk menjelaskan kesan menyeluruh antara lain:

a. Model Penyamarataan c. a dan b benarb. Model Menambahkan d. a dan b salah

10.

9. Kecenderungan melihat orang yang telah dilabel baik selalu dikelilingi oleh suasanapositif dan kebalikannya pada orang yang dilabel buruk selalu dipandang memilikikualitas yang buruk disebut sebagai:

a. Efek Halo b. Prasangka Positifc. Prinsip Pollyana d. Atribusi.

Kecenderungan orang yang merasa lebih senang apabila dikelilingi oleh hal-hal yangbaik, pengalaman menyenangkan, masya- rakat yang ramah, cuaca yang cerah, dansebagainya disebut sebagai:a. Efek Halo

c. Prinsip Pollyana

b.d.

Prasangka PositifAtribusi.

11. Kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatifdisebut:

a. Efek Halo

c. Prinsip Pollyanab. Prasangka Positifd. Atribusi.

12. Dimensi sebab akibat dapat dikategorikan menjadi tiga kecuali:

a. Tempat Sebab-Akibat c. Kestabilan & Ketidakstabilanb. Konsisntensi d. Kemampuan Mengendalikan.

13. Salah satu contoh penyebab intern yang stabil:

a. petinju Julio Cesar Chaves c. petinju Mike Tysonb. petenis John McEnroe d. salah semua.

14. Salah satu contoh penyebab intern yang tidak stabil:

a. petinju Julio Cesar Chaves c. Mike Tysonb. Woody Allen d. salah semua.

15. Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi daya tarik seseorang antara lainkecuali:

a. karakter pribadi b. kesamaanc. keakraban d. komunikasi.

68