BAB 3, Siap Print

download BAB 3, Siap Print

of 68

Transcript of BAB 3, Siap Print

LAPORAN AKHIR

BAB

3ANALISIS PENGEMBANGAN MASTER PLAN KAWASAN STRATEGIS KOTA GALESONG

3.1 KEDUDUKAN KOTA GALESONG DALAM REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN TAKALAR Mengacu pada asas keuntungan komparatif (comparative advantage), yaitu perbedaan potensi dan kendala serta interaksi antar wilayah, maka pemerintah Kota Galesong dalam mengarahkan kegiatan pembangunan di wilayahnya membagi wilayah beberapa blok peruntukan, dimana Kawasan Kota Galesong dijadikan sebagai pusat pengembangan perkantoran dan pelayanan jasa serta pengembangan permukiman. Mengingat fungsinya Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Sedangkan kawasan tertentu merupakan kawasan yang memiliki fungsi tertentu dan memiliki pengaruh penting terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Takalar. Fungsi kawasan strategis kabupaten sebagai Kawasan Cepat Tumbuh. Kawasan strategis cepat tumbuh merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk berkembang baik dari segi letak geografis, fungsi kawasan, maupun potensi pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, sehingga jika kawasan tersebut di berikan input seperti penyediaan sarana dan prasarana dan lain sebagainya, maka kawasan tersebut dapat

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 1

LAPORAN AKHIR

cepat

berkembang

ataupun

memacu

pertumbuhan

bagi

kawasan

sekitarnya, lebih jelasnya lihat gambar 3.1

Gambar 3.1 Peta Kedudukan Kota Galesong terhadap RTRW

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 2

LAPORAN AKHIR

Kawasan Galesong, secara geografis, kawasan Galesong meliputi Kecamatan Galesong, Galesong Utara dan Galesong Selatan, faktor kedekatan dengan Kota Makassar yang dihubungkan oleh jalur jalan kolektor primer dan berfungsi sebagai jalur Trans Sulawesi dalam konsepPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 3

LAPORAN AKHIR

pengembangan Metropolitan Mamminasata, maka kawasan ini memiliki nilai strategis yang tinggi untuk dapat berkembang dan memacu pertumbuhan kawasan sekitarnya. Dukungan lain dari potensi pengembangan kawasan ini, adalah pengembangan pelabuhan di Desa Boddia, yang akan difungsikan sebagai sebagai pelabuhan pendarata ikan (PPI) dan juga pelabuhan pelayaran nusantara. Pengembangan sektor kegiatan perikanan akan memperoleh dukungan fasilitas penunjang untuk kegiatan pendaratan maupun pemasaran hasil produksi ke wilayah lain. 3.2 ANALISIS PERKEMBANGAN FISIK KAWASAN A. Letak Administrasi dan Geografis Secara geografi kawasan Kota Galesong berada pada bagian Utara Kabupaten Takalar dengan ciri khas sebagai daerah datar dan merupakan daerah pesisir. Letak Kawasan Kota Galesong merupakan wilayah yang berada di wilayah Kecamatan Galesong dengan jarak 19,33 Km sebelah utara Ibukota Kabupaten Takalar. Sebagai daerah yang termasuk dalam klasifikasi daerah dataran, maka keberadaan Kawasan diharapkan menjadi bagian dari penopang terhadap pertumbuhan wilayah pesisir Kabupaten Takalar. Dalam konteks Kabupaten, kedudukan Kawasan Strategis Kota Galesong secara administratif dengan posisi kota yang berada di wilayah pesisir yang potensial, jika dilihat dari jarak jangkauannya maka posisi tersebut cukup strategis dalam usaha pengembangan dan pembangunan Kawasan ke depan sebagai pusat pengembangan wilayah pesisir, serta pengembangan fasilitas pendukungnya. B. Kondisi Topografi dan Kelerengan

Kondisi topografi yang berada pada relief dengan tingkat kemiringan berkisar antara 0-5 % menentukan bentuk kawasan perencanaan. Bentuk morfologi dataran dengan sifat-sifat topografi yang tinggi dan berada pada ketinggian 0-3 meter dpal, merupakan sumber daya yang sangat potensial, efektif untuk pembangunan sesuai dengan ciri khas yangPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 4

LAPORAN AKHIR

dimiliki, sehingga menjadi salah satu kawasan pengembangan yang perlu dikembangkan dengan serius dan terkoordinasi. C. 1. Kondisi Hidrologi Air Permukaan Sumber air permukaan di kawasan perencanaan berasal dari aliran air sungai yang melintas dan menjadi pembatas kawasan yang mengalir mengelilingi kawasan di timur dan barat. 2. Air Tanah

Selain air permukaan, maka sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat di kawasan yaitu air tanah dangkal dan tanah dalam. Sumber air tanah dalam yang saat ini masih berfungsi yaitu sumur bor dengan tingkat kedalaman 4-8 meter dari permukaan tanah Pemanfaatan air baku bagi sistem penyediaan air bersih di kawasan memanfaatkan air tanah dengan kedalaman rata-rata 4 8 meter. Oleh sebab itu untuk terus memperoleh manfaat sumber air baku dari air tanah perlu diadakan penghijauan dan revegetasi daerah aliran air tanah. Beberapa sumber air Baku tersebut, diantaranya adalah: Air Permukaan: dengan adanya beberapa sungai yang mengalir di kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan kawasan. Air bersih dan Air tanah: air tanah di kawasan digunakan sebagai sumber bahan Baku perlu dipertahankan, karena sebagai sumber air masyarakat yang masih dominan disamping air permukaan. Pesatnya perkembangan dan peningkatan jumlah penduduk di kawasan dan sekitarnya telah memacu penggunaan air, baik berupa air tanah maupun air permukaan. Hal tersebut merupakan ancaman bagi pemenuhan adalah: akan ketersediaan air dan kualitasnya, sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya air yang optimal, diantaranya

Keterpaduan pengelolaan sumber daya air permukaann dan airbawah tanah: keterpaduan pengelolaan harus mempertimbangkanPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 5

LAPORAN AKHIR

prinsip penetapan urutan prioritas atas alokasi penggunaan air dan harus berdasarkan tingkat kepentingan, yang diukur dengan jenis kebutuhan dari jumlah orang yang memerlukan, seperti: sektor air minum harus ditempatkan pada urutan yang lebih tinggi dibanding dengan sektor yang melayani kebutuhan bukan utama.

Pengelolaan sumber daya air perlu dilakukan secara terpadudalam pemanfaatannya melalui penataan ruang, bahwa pengelolaan daerah tangkapan hujan, resapan air dan penampugan air adalah mengamankan aliran dasar dan sediaan air tanah pada musim hujan dan kemarau, ini dilakukan sebagai pengendalian tata air secara keseluruhan, sehingga diperlukan suatu penetapan untuk tetap menjaga daerah tangkapan hujan, daerah sekitar sungai sebagai kawasan lindung Mangrove.

Mengatur pemanfaatan air secara efisien. Penggunaan airdiupayakan seefisien mungkin dengan penggunaan air yang hemat dan diupayakan mampu mengurangi pengurasan air yang begitu banyak.

Perlunya pengembangan sistem informasi dan jaringan tentangsumber daya air secara menyeluruh terpadu dan terpusat meliputi: awan, uap air, curah hujan, air permukaan, air tanah, keseimbangan air dan pemantauan kualitasnya. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat diperoleh data dan informasi secara cepat, tepat dan akurat untuk mendukung kebijaksanaan yang akan diambil.

Pembentukan tim koordinasi atau wadah untuk kegiatankoordinasi sebagai dapat media untuk dialog, ditangani sehingga sesuai setiap dengan permasalahan secepatnya

tingkatannya serta untuk lebih menselaraskan semua pihak yang terlibat dalam penanganan pengelolaan sumber daya air agar dapat diperoleh hasil yang terpadu dan optimal. Berdasarkan kondisi hidrologi (air permukaan dan air tanah) di kawasan perencanan dengan kemungkinan pengembangannya, makaPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 6

LAPORAN AKHIR

dapat diidentifikasi potensi yaitu Ketersediaan sumber air baku (air sungai), Ketersediaan sumber air tanah dangkal. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah tingkat pencemaran untuk sumber air khususnya air tanah permukaan mudah tercemar. D. Kondisi Iklim Sebagai daerah yang beriklim tropis, maka kondisi iklim di wilayah perencanaan hampir sama dengan kondisi daerah lain di seluruh Indonesia dengan tingkat curah hujan rata-rata yang cukup tinggi pada bulan November sampai Juni 11 dan 26 hari hujan. Dalam kaitannya dengan kondisi topografi yang datar dimana terjadibya arus pasang air laut, maka sistem drainase (saluran) dan pada wilayah perencanaan harus mendapat perhatian yang lebih serius. E. Analisis Karakteristik Fisik Pantai Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih ekosistem dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir ada yang secara terus menerus tergenangi air dan ada pula yang tergenangi air sesaat. Sedangkan berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir dapat dibedakan atas ekosistem yang bersifat alamiah dan ekosistem buatan. Yang termasuk dalam ekosistem alamiah adalah hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, pantai berpasir, pantai berbatu, estuaria. Sedangkan ekosistem buatan terdiri dari tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan pemukiman. 1. Tinggi Gelombang Gelombang merupakan salah satu parameter oceanografi fisika yang sangat mempengaruhi kondisi pantai. Gelombang sebagai parameter yang sangat penting dalam suatu survey pantai dimana penyebab pembentuknya adalah akibat angin, letusan gunung api bawah laut, peristiwa tsunami dan akibat pergerakan tata surya. Data hasil pengukuran di lokasi survey pada wilayah pesisir Kabupaten Takalar yaitu berkisar antara 5,63 m/det 20,25 m/det. 2. Arus Pantai

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 7

LAPORAN AKHIR

Pengukuran arah dan kecepatan arus pada daerah survey pantai dimaksudkan untuk memperoleh informasi lebih jauh tentang dampak hembusan angin dan diasumsikan arah arus mengikuti (searah) dengan pola sebaran angin. Di samping itu untuk mengetahui kemungkinan arus turbulensi dan pola arus menyebabkan proses sedimentasi pada daerah tersebut. Hasil pengukuran arus pada wilayah survey yaitu berkisar antara 0,13 0,93 m/det dengan arah 200 310, sedangkan arus yang terjadi dipantai umumnya adalah arus susur pantai. 3. Pasang Surut Analisis pasang surut dimaksudkan untuk mengatahui tipe pasang surut yang terjadi dalam suatu lokasi tertentu dalam sehari semalam. Dari hasil pengamatan pasang surut yang dilakukan menunjukkan bahwa daerah survey memiliki tipe pasang surut campuran, yaitu tipe diurnal dan semidiurnal. 4. Bathimetri Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui kemiringan pantai terhadap lautan. Dari hasil hasil dan pengamatan yang dilakukan, kelandaian pantai pada wilayah Kabupaten Takalar secara umum untuk lokasi survey adalah terjal. 5. Dinamika Proses Pantai Secara umum material dasar sedimen yang mendominasi daerah survey adalah jenis sedimen pasir. Hal ini disebabkan karena adanya gelombang yang kuat sehingga dapat membawa sedimen yang berukuran besar hingga ke daerah pantai. Secara umum wilayah pesisir pantai Kabupaten Takalar khususny kawasan Kota Galesong, kenampakan garis muka pantainya umumnya adalah laut terbuka, namun ada beberapa kawasan yang berbentuk teluk, utamanya di Kecamatan Mangarabombang. Kondisi kenampakan garis muka pantai Kabupaten Takalar sangatIII - 8

kelandaian kerkisar antara 43,3 %

60% ini menunjukkan bahwa daerah survey memiliki pantai yang

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

dipengaruhi oleh besarnya arus ombak dan gelombang dimana keberadaanya dipengaruhi oleh laut lepas (Laut Flores) serta pengaruh sendimentasi di sekitar muara sungai. Berdasakan pengamatan yang dilakukan dilokasi survey, kondisi sepanjang tersebut pantai jarang di sekali Kawasan ditumbuhi kota Galesong mempunyai akibat karakteristik yang khas, dimana hampir seluruh wilayah pantai mangrove, namun perubahan kebutuhan lahan menjadika degradasi lahan mangrove di kawasan pesisir Kota Galesong dan wilayah Kabupatn Takalar. Hal ini disebabkan karena kurangnya sungai besar yang bermuara disepanjang pantai yang ada di Kabupaten Takalar yang dapat memuntahkan jenis sedimen lumpur. Selain itu kuatnya hempasan gelombang yang sampai ke daerah pantai yang menyebabkan beberapa jenis mangrove tidak dapat hidup pada kondisi tersebut, kuatnya hempasan gelombang pada lokasi survey disebabkan karena wilayah tersebut adalah merupakan laut lepas. Akibat dari kurangnya spesies mangrove di sekitar pantai tersebut, sehingga di sepanjang pantai Kabupaten Takalar secara signifikan mengalami abrasi pantai yaitu berkurangnya luas daratan ditandai dengan majunya laut ke arah daratan. F. Analisis Ekosistem Perairan 1. Terumbu karang Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas yang terdapat di daerah tropis. Pada dasarnya terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan massif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 9

LAPORAN AKHIR

Terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang tinggi dan kaya dengan berbagai jenis ikan karang. Secara ekologis, terumbu karang mempunyai fungsi dan manfaat sebagai berikut: Sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat yang berasal dari laut (terumbu karang tepi dan penghalang) Sebagai habitat (tempat tinggal) Sebagai tempat mencari makan (feeding ground) Sebagai tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground) Sebagai tempat pemijahan (spawning ground) Sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias Sebagai bahan konstruksi bangunan dan pembuatan kapur Sebagai bahan perhiasan Sebagai bahan baku farmasi Sebagai daerah wisata 2. Ikan Karang hasil analisis, menunjukkan bahwa sub sektor Berdasarkan

perikanan di Kabupaten Takalar dan khususnya di Kawasan Kota Galesong untuk jenis yang memiliki potensi yang cukup besar, dengan sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi terhadap tingkat kabupaten. 3. Mangrove Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dipengaruhi oleh pasut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir daerah landai yang terlindung dari gempuran gelombang dan pasang surut yang kuat. Pada umumnya hutan mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Lokasi hutan mangrove di Kabupaten Takalar tersebar di bebrapa wilayah pesisir kecamatan terutama pada lokasi Kecamatan Galesong. Fungsi ekologis dari ekosistem mangrove adalah :Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 10

LAPORAN AKHIR

Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan. Sebagai penghasil sejumlah besar detritus terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi para pemakan detritus, dan sebagian lagi diuraikan secara bacterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan. Sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground) bermacam biota perairan (ikan, udang dan kerangkerangan) baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. G. Penggunaan Lahan Eksisting Dalam komposisi penggunaan lahan di Kawasan Kota Galesong didominasi oleh pengunaan lahan sawah yaitu 81 % atau 520 Ha. Sementara untuk area terbangun penggunaan lahannya didominasi oelh penggunaan lahan untuk perumahan (hunian) sebesar 25,93 Ha atau 7% dari luas wilayah rencana. pada elemen orientasi jalan utama lahan terbangun khususnya permukiman penduduk teruntungkan oleh ketersediaan akses yang dapat menghubungkan pemukiman penduduk dengan fasilitas-fasilitas lainnya sementara elemen titik akumulasi fasiltas pelayanan memberikan kedekatan jarak antara pemukiman dengan fasilitas-fasilitas yang menjadi pusat kegiatan dan pelayanan hidup masyarakat. Bentuk ruang kota yang tercipta denganm kecenderungan diatas adalah terbentuknya pola pemukiman ribbon patten (berbentuk pita) mengikuti kedua elemen diatas. Berikut diagram kondisi eksisting penggunaaan lahan kawasan Kota Galesong.Gambar 3.2 Diagram Eksisting Penggunaan Lahan Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 11

LAPORAN AKHIR

di Kawasan Kota Galesong

H.

Kecenderungan Perkembangan Fisik Kawasan Perkembangan fisik suatu kota sangat dipengaruhi oleh berbagai

elemen yang saling terkait sehingga terciptanya suatu kota, hal ini berawal dari pemusatan kegiatan kota pada sekitar lingkungan rumah, selanjutnya berkembang untuk membentuk suatu kota. Berdasarkan analisis arahan pengembangan fisik Kota Galesong cenderung dari pusat kota mengarah ke Utara-Timur dan ke arah Barat dengan mengikuti pola linear, sehingga memungkinkan terbentuknya sub-sub pusat kegiatan. Untuk perkembangan fisik Kawasan Kota Galesong secara umumnya mengarah ke bagian utara yaitu meliputi Desa Galesong Kota (urban central) ke Desa Galesong Baru dan Desa Boddia (kawasan pelabuhan). Hal ini diakibatkan dari masih tersedianya lahan untuk pembangunan fisik terutama dalam penyediaan perumahan/permukiman bagi masyarakat Kota Galesong, lihat gambar 3.3 3.3 HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR KEGIATAN Untuk menciptakan mekanisme kehidupan kota yang baik serta meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang secara optimal, maka hubungan fungsional antar elemen-elemen kegiatan

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 12

LAPORAN AKHIR

merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam penataan struktur ruang kota. Adapun penilaian mengenai tingkat keterkaitan hubungan fungsional yang kuat, sedang, dan lemah didasarkan pada pola interaksi antar elemenelemen kegiatan yang akan dikembangkan di Kawasan Kota Galesong. Kuat lemahnya hubungan fungsional antar elemen-elemen tersebut akan menjadi masukan dalam mengarahkan alokasi masing-masing kegiatan. Dalam hal ini elemen-elemen yang mempunyai hubungan fungsi yang kuat, penempatannya relatif berdekatan atau mempunyai nilai aksesibilitas yang tinggi, sebaliknya untuk kegiatan yang mempuyai hubungan fungsional yang lemah penempatannya tidak disyaratkan harus berdekatan. Lebih jelasnya diagram hubungan fungsional elemen-elemen kota di Kawasan Kota Galesong, dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.3 Analisis Perkembangan Fisik Kota

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 13

LAPORAN AKHIR

Matriks Hubungan Fungsional Antar Kegiatan

: Hubungan Kuat

: Hubungan Sedang

: Hubungan Lemah

3.4 ANALISIS KEPENDUDUKAN Penduduk selaku subyek dan sekaligus obyek dari perencanaan merupakan bagian integral dari faktor-faktor sosial yang selalu berubahubah baik dalam jumlah maupun mutunya. Oleh karena itu, salah satuPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 14

LAPORAN AKHIR

pendekatan yang dilakukan dalam perencanaan kependudukan di Kawasan Strategis Kota Galesong adalah memahami karakteristik penduduk secara keseluruhan baik dalam skala kawasan maupun skala kota dan wilayah. Satu tahap yang harus diketahui adalah faktor perkembangannya dalam pengertian yang luas meliputi kuantitatif dan kualitatif. A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Konsep distribusi kepadatan penduduk pada wilayah perencanaan, diarahkan agar merata secara proporsional, dimana diupayakan agar tidak terjadi perbedaan yang mencolok antara dua tempat yang berdekatan, serta proporsional dalam pengertian konsentrasi penduduk dari pusat lingkungan sampai ke pinggiran pusat lingkungan makin menurun. Atau dengan kata lain bahwa kepadatan tertinggi ada pada sekitar pusat lingkungan di sekitar jalan poros, sedang kepadatan penduduk sedang dan rendah cenderung menempati lahan berada dipinggiran kawasan. Melihat kecenderungan perkembangan ruang di Kawasan Strategis Kota Galesong saat ini serta komponen-komponen ruang yang strategis akan berkembang di daerah ini, menunjukkan bahwa perkembangan dan persebaran penduduk di masa mendatang jauh berbeda dengan kondisi yang ada saat ini. Potensi Kawasan Strategis Kota Galesong sebagai kawasan pengembangan cepat tumbuh berpengaruh signifikan terhadap pesatnya pertambahan penduduk di daerah. Kondisi tersebut menyebabkan konsentrasi penduduk Kawasan Strategis Kota Galesong. Namun demikian, kebijakan persebaran dan kepadatan penduduk di Kawasan Strategis Kota Galesong akan disesuaikan dengan daya tampung dan daya dukung ruang, serta kebijakan persebaran dan kepadatan penduduk menurut RTRW Kab. Takalar Tahun 2009-2029. Dalam pengaturan/penentuan kepadatan penduduk di Kawasan Strategis Kota Galesong, berdasarkan atas beberapa aspek berikut ini: Kepadatan penduduk ditetapkan sesuai dengan intensitas kota serta struktur penggunaan lahan pada kawasan yang direncanakan.Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 15

LAPORAN AKHIR

Selain

intensitas

kegiatan

penyebaran

kepadatan

penduduk juga akan sangat tergantung pada jarak fisik dari pusat-pusat kegiatan kota. Faktor lain yang lebih menentukan adalah tingkat kemudahan pencapaian (aksesibilitas). B. Proyeksi Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2007 jumlah penduduk Kawasan Strategis Kota Galesong sebesar 10.897 jiwa, mengalami peningkatan selama kurun waktu bebeberapa tahun terakhir yang relatif konstan, dimana jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 10.801 jiwa. Jumlah penduduk lima tahun terakhir menjadi dasar dalam memperkirakan tingkat perkembangan penduduk dimasa yang akan datang. Tingkat perkembangan jumlah penduduk merupakan indikasi utama untuk penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai wadah dalam melaksanakan aktifitas sosial ekonomi masyarakat. Proyeksi acuan dalam penduduk dilakukan dimaksudkan dalam untuk mengetahui tingkat

perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang dan menjadi bahan pengambilan keputusan menganalisa kebutuhan fasilitas akan sarana dan prasarana perkotaan. Sehingga proses dan fase-fase sebagai bagian dari tahap perencanaan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang ada. Perkembangan penduduk selama 2 (dua) tahun terakhir di wilayah perencanaan (2006-2007) adalah rata-rata sebesar 1,31% pertahun. Pertumbuhan penduduk yang relatif cepat ini diharapkan menjadi acuan dalam mengesteamasi perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk pada masa mendatang untuk periode waktu antara Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2029. Untuk menghitung proyeksi penduduk, akan digunakan asumsiasumsi sebagai berikut : 2007. Proyeksi dilakukan setiap 20 (lima) tahun kedepan.III - 16

Data penduduk dasar yang digunakan adalah data Tahun

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

Pendekatan perkiraan yang digunakan adalah metode Bunga Berganda Berdasarkan hasil analisis proyeksi bunga berganda di atas, maka

proyeksi jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan (Tahun 2029), adalah sebesar 13.366 Jiwa atau terjadi pertambahan 586 jiwa (20092029), dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar akhir tahun perencanaan, dapat dilihat pada tabel berikut : 0,76 %. Untuk lebih jelasnya proyeksi penduduk Kawasan Kota Galesong sampai

Tabel 3.1 Proyeksi Penduduk di Kawasan Strategis Kota Galesong Tahun 2009-2029 Proyeksi Pertambaha Pertumbuha No Tahun Jumlah Penduduk n n (%) 1 2009 11.096 2 2014 11.645 549 0,99 3 2019 12.206 561 0,96 4 2024 12.779 574 0,94 5 2029 13.366 586 0,92Sumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

Gambar 3.4 Proyeksi Jumlah Penduduk di Kawasan Kota Galesong Tahun 2009-2029

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 17

LAPORAN AKHIR

14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0

11096

11645

12206

12779

13366

2009

2014

2019

2024

2029

3.5 ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS A. Fasilitas Perumahan Pengembangan kawasan perumahan di Kawasan Strategis Kota Galesong perlu diarahkan dan dikendalikan agar terwujud suatu pola hubungan sinergis antara kehidupan masyarakat suatu kawasan permukiman dengan kawasan permukiman yang lain. Perkembangan kawasan perumahan saat ini di Kawasan Strategis Kota Galesong mayoritas tumbuh atas partisipasi aktif masyarakat sementara dari pengembang hanya sebagian kecil. Oleh karena itu, perlu diikuti dengan pembangunan fasilitas sosial ekonomi dan budaya serta pembangunan prasarana dan sarana kota dan lingkungannya. Konsep pengembangan fasilitas perumahan didasarkan pada

kapasitas daya tampung lahan dengan berpedoman pada : Fungsi dan pertumbuhan kota Struktur kota yang ada Kondisi fisik kota Tingkat pelayanan fasilitas Masalah estetika lingkunganPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 18

LAPORAN AKHIR

Dalam pengaturan lingkungan permukiman dan perumahan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan : Pengaturan kepadatan penduduk dan perumahan pada unit-unit lingkungan permukiman. Kemudahan hubungan komponen fungsi dan kegiatan lain. Pelayanan kebutuhan dasar penduduk harus mudah dicapai. Tersedia lahan/ruang yang potensial bagi kebutuhan lingkungan perumahan yakni : lokasi; Untuk mengembangkan kawasan perumahan di Kawasan Strategis Kota Galesong, didasarkan pada kriteria : Areal pengembangan kawasan perumahan harus disesuaikan dengan batas-batas yang ada : Diusahakan meminimalkan penggunaan lahan pertanian yang produktif; Tidak mengganggu aliran sungai dan tidak berada pada kawasan konservasi, garis sempadan sungai; Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong diarahkan pada setiap unit lingkungan, pada beberapa daerah landai yakni yang selama ini berfungsi sebagai daerah persawahan yang kurang produktif. Dalam pada itu, berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk, kondisi fisik lahan, dan karakteristik masyarakat di Kawasan Strategis Kota Galesong, maka persentase tipe kapling yang akan di kembangkan sampai tahun 2029 adalah: Kapling besar (25 x 20 M) menampung 334 unit. Kapling sedang (20 x 15) menampung 1.002 unit. Luas areal masing-masing lingkungan; Tersedia fasilitas penunjang; Desain lingkungan yang sesuai dengan keadaan

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 19

LAPORAN AKHIR

Kapling kecil (15 x 10) menampung 2005 unit. Dengan demikian, maka jumlah fasilitas perumahan di Kawasan Strategis Kota Galesong Tahun 2029 kurang lebih 3.342 unit, menempati lahan seluas 365,5 Ha. Untuk lebih jelasnya rincian penggunaan lahan permukiman, untuk jelasnya lihat sebagaimana pada berikut.Tabel 3.2 Kebutuhan Jumlah Rumah di Kawasan Strategis Kota Galesong, Tahun 2009-2029 Kebutuhan Rumah Jumlah (unit) Tahu Jumlah Pendudu n Rumah Luas Sedan Luas Keci k Besar (ha) g (ha) l 2009 11.096 2774 277 16,64 832 24,97 1664 2014 2019 2024 2029 11.645 12.206 12.779 13.366 61.092 15.273 1.527 91,64 4.582 2911 3052 3195 3342 291 305 319 334 17,47 18,31 19,17 20,05 873 915 958 1.002 26,21 27,45 27,74 30.05 136, 42 1747 1831 1917 2005 9.16 4

N o 1 2 3 4 5

Luas (ha) 24,96 26,20 27,46 28,75 30,07 137,4 4

Jumlah

Sumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

B.

Fasilitas Perkantoran/Pelayanan Umum Fasilitas perkantoran/pelayanan umum yang terdapat di Kawasan

Strategis Kota Galesong saat ini hanya berupa rencana pos keamanan lingkungan, Pos Polisi, Kantor pelayanan umum dan dan untuk pusat-pusat pelayanan lingkungan berupa kantor rukun warga dan kantor rukun tetangga yang berbaur pada kawasan perumahan. Diantara pusat dan sub pusat pelayanan pemerintahan tersebut dihubungkan oleh jaringan jalan dan diharapkan dapat dilengkapi dengan jaringan telepon. Untuk lebih jelasnya rincian kebutuhan fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, untuk jelasnya lihat sebagaimana pada berikut.Tabel 3.3 Kebutuhan Fasilitas Pemerintahan Dan Pelayanan Umum di Kawasan Strategis Kota Galesong Tahun 2009-2029 Fasilitas Penduduk Standar Tahun 2009 Tahun 2029 Pemerintahan Pendukun Kebutuh Fasilit Laha Fasilit Laha dan Pelayanan g (jiwa) an Lahan as n as n Umum (Ha)III - 20

No .

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

(unit) 1 2 3 4 5 Pos Keamanan Lingkungan Pos Polisi Kantor Pelayanan Umum Pos Pemadam Kebakaran Kantor Pos pembantu 1000 12500 12500 12500 12500 JumlahSumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

(Ha) 0.40 0.02 0.02 0.02 0.01 0,47

(unit) 13 1 1 1 1 17

(Ha) 0.48 0.02 0.02 0.02 0.01 0.56

0,036 0,02 0,02 0,02 0,01

11 1 1 1 1 15

C. Keberadaan

Fasilitas Perdagangan beberapa fasilitas lainnya dalam kurun waktu

perencanaan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya berbagai fasilitas pendukung di kota ini yang meliputi fasilitas perdagangan dan jasa dalam skala lokal. Konsep pengembangan kawasan perdagangan tersebut adalah menggabungan aktifitas perdagangan dengan kegiatan perkantoran dan pelayanan jasa serta olah raga tersebut, sehingga nantinya akan memberikan nilai ganda sebagai pusat perdagangan yang bersinergi dengan aktifitas dan juga akan menjadi salah tempat rekreasi masyarakat di kawasan Kota Galesong dan daerah hiterlandnya. Untuk jelasnya lihat sebagaimana pada berikut.Tabel 3.4 Kebutuhan Fasilitas Perdagangan di Kawasan Strategis Kota Galesong, Tahun 2009-2029 Tahun 2009 Tahun Standar Penduduk Kebutuh Fasilit Fasilitas Pendukun an Lahan Fasilita Lahan as g (jiwa) s (unit) (Ha) (Ha) (unit) Pasar 15000 1,00 1 0.75 1 Toko 2500 0,24 4 1.08 43 Warung / 250 0,02 Kios JumlahSumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

No . 1 2 3

2029 Laha n (Ha) 0.89 10.32 1.07 12.28

45 50

0.90 2.72

53 97

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 21

LAPORAN AKHIR

D.

Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah perencanaan pada Tahun 2009 meliputi Sekolah Dasar 7 Unit, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 2 unit. Perincian penduduk berdasarkan usia dan jenjang pendidikan didasarkan pada kondisi yang ada sekarang, dengan tetap mempertimbangkan jenjang usia dalam kaitannya dengan ketersedian fasilitas dan tingkat pelayanannya. 1. Sekolah Taman Kanak-Kanak Untuk mengukur keperluan fasilitas ini, ketentuan yang digunakan adalah jumlah penduduk yang membutuhkan sarana pendidikan TK dari penduduk usia 5 - 6 tahun serta pertimbangan kondisi topografi (radius pencapaian) antar pusat dan sub pusat lingkungan di Kawasan Strategis Kota Galesong. Sampai saat ini fasilitas pendidikan Taman Kanak-kanak belum ada di Kawasan Strategis Kota Galesong. Mengacu pada standar jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas pendidikan TK yaitu 1.000 penduduk untuk satu TK dengan luas 1.200 m2 tiap unit. Rencana fasilitas TK tersebut akan didistribusi pada pusat dan sub pusat permukiman dengan tetap mempertimbangkan radius pelayanannya dan kondisi persebaran permukiman. 2. Sekolah Dasar Jumlah fasilitas Sekolah Dasar pada wilayah perencanaan Tahun 2009 sebanyak 7 unit. Berdasarkan pada standar penduduk pendukung untuk fasilitas tersebut yaitu 1.600 jiwa untuk tiap unit SD dengan luas 3.600 m2/unit, maka secara kuantitatif jumlah fasilitas yang ada saat ini sudah mencukupi sampai akhir tahun perencanaan. Namun demikian, kawasan permukiman baru yang relatif jauh dari fasilitas SD yang ada saat ini tetap diadakan penambahan. Disamping itu, kualitas pelayanan serta kondisi fisik fasilitas pendidikan yang ada saat ini terus dikembangkan.

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 22

LAPORAN AKHIR

Dengan mengacu pada standar jumlah penduduk pendukung untuk fasilitas pendidikan SD yaitu 1.600 penduduk untuk satu SD dengan luas 3.600 m2 tiap unit. 3. Lanjutan Atas Berdasarkan pada standar penduduk pendukung untuk fasilitas tersebut yaitu 48.000 jiwa untuk tiap unit SLTP/SLTA dengan luas 54.000 m2/unit atau 0,54 ha, maka jumlah fasilitas yang ada saat ini untuk SLTP sudah mencukupi sampai akhir tahun perencanaan. Jumlah fasilitas pendidikan tersebut yang perlu diadakan berdasarkan jumlah penduduk pendukung adalah SLTA 2 unit sampai dengan akhir tahun perencanaan. Untuk menjaga agar distribusi fasilitas tersebut tetap proporsional, maka rencana perletakannya tetap mempertimbangkan kondisi fasilitas pendidikan pada daerah sekitarnya, maka kebutuhan fasilitas STK di kawasan perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut;Tabel 3.5 Prediksi Fasilitas Pendidikan di Kawasan Strategis Kota Galesong Tahun 2009-2029 Standar 2009 2029 Penduduk Kebutuha Fasilitas Pendukun Fasilita Fasilita n Lahan Lahan Pendidikan g s s Lahan (Ha) (Ha) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Ha) TK 1000 0,12 11 1,34 13 1,60 SD 1600 0,36 7 2,52 8 3,01 SLTP 4800 0,54 2 1,26 3 1,50 SLTA/SMK 4800 0,54 2 1,26 3 1,50 Jumlah 25 6,39 29 7,62

Sekolah

Lanjutan

Pertama

dan

Sekolah

No . 1 2 3 4

Sumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

E. Pembangunan

Fasilitas Kesehatan fasilitas kesehatan di Kawasan Kota Galesong,

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagai bagian integral dari upaya meningkatkan kualitas dan taraf hidupnya. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka pemerintah Kecamatan Galesong senantiasa berusaha untuk menambah dan menyempurnakan prasaranaPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 23

LAPORAN AKHIR

dan sarana kesehatan yang ada, termasuk peralatan dan tenaga medis, agar seluruh masyarakat dapat terjangkau pelayanan kesehatannya secara cepat dan memadai. Lebih rinci, standar kebutuhan fasilitas kesehatan sebagai berikut; 1. Puskesmas; fasilitas ini dititikberatkan pada fungsinya sebagai tempat pengobatan dan penyembuhan penyakit yang diderita oleh penduduk. Jumlah penduduk pendukung adalah 6.000 jiwa dengan luas lahan kebutuhan per unit adalah 1.500 m2 . 2. Rumah Sakit Bersalin (BKIA); Seperti halnya dengan rumah sakit, berdasarkan jumlah penduduk pendukung maka fasilitas BKIA sudah memenuhi untuk diadakan di Kawasan Strategis Kota Galesong. Fungsi sarana ini adalah melayani kebutuhan kesehatan ibu-ibu dan bayinya. Jumlah penduduk pendukung untuk 1 (satu) unit fasilitas ini adalah 6.000 jiwa dengan luasan lahan 1.500 m2. Sampai dengan akhir tahun perencanaan maka kawasan ini membutuhkan 2 unit. 3. Apotik/Toko Obat; untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat-obatan, keberadaan apotik sangat penting artinya. Letak sarana ini diharapkan berada di pusat kota. 4. Posyandu; Skop pelayanan sarana kesehatan ini diharapkan memberikan pelayanan pada ibu-ibu dan bayinya pada skala lingkungan. Fungsi utama sarana ini adalah memberikan konsultasi kesehatan bagi bayi dan ibunya dalam perkembangan pertumbuhannya. Jumlah penduduk pendukung sarana ini tidak ditentukan tetapi diasumsikan berada pada setiap pusat-pusat lingkungan dan menyatu dengan permukiman (neighborhood). Untuk lebih jelasnya proyeksi fasilitas kesehatan di Kawasan Strategis Kota Galesong sampai dengan akhir tahun perencanaan, untuk jelasnya lihat sebagaimana pada berikut.Tabel 3.6 Proyeksi Fasilitas Kesehatan di Kawasan Strategis Kota Galesong Tahun 2009-2029N Fasilitas Penduduk Standar 2009 2029

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 24

LAPORAN AKHIR

o 1 2 3 4 5 6

Kesehatan Tempat Praktek

Pendukun g (JIwa) 5000

Kebutuha n Lahan (Ha) 0.065

Fasilit as (unit) 2 2 2 1 2 1 10

Lahan (Ha)

Fasilit as (unit) 3 2 2 1 2 1 11

Lahan (Ha)

Dokter Puskesmas Pembantu 6000 0.15 Puskesmas 6000 0.15 Apotik 10000 0.035 BKIA 6000 0.15 Rumah Sakit Kab/Kota 1,25 Jumlah Sumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009 `

0.15 0.28 0.28 0.04 0.27 1,25 2,27

0.17 0.33 0.33 0.05 0.29 1,25 2,41

F.

Fasilitas Peribadatan Kegiatan peribadatan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap

saat oleh pemeluknya, dan merupakan kegiatan yang bersifat rutin. Berdasarkan data Tahun 2007, terlihat bahwa struktur penduduk menurut agama yang dianut pada umumnya adalah Agama Islam dengan jumlah fasilitas peribadatan berupa Mesjid/Mushallah sebanyak 17 unit. Berdasarkan pada standar penduduk pendukung untuk fasilitas peribadatan yaitu untuk Masjid 5.000 jiwa untuk tiap unit dengan luas lahan yang dibutuhkan yakni 1.750 m2/unit, sedang Mushallah dengan penduduk pendukung sebanyak 2.500 jiwa dan luas lahan sebesar 600 m2/unit. Jumlah fasilitas peribadatan yang ada saat ini dibandingkan dengan jumlah penduduk pendukung sampai akhir tahun proyeksi, maka fasilitas peribadatan di kawasan perencanaan tidak ada penambahan. Akan tetapi perbandingan dari hasil analisis maka kebutuhan fasilitas masjid tidak balance dengan kondisi eksisting, berdasarkan kondisi geografis dan pola persebaran permukiman yang ada, maka tetap direncanakan fasilitas peribadatan yang lain, yang diarahkan pada pusat dan sub pusat pengembangan permukiman baru, disamping tetap dilakukan peningkatan kualitas fasilitas yang ada saat ini. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan fasilitas peribadatan di kawasan perencanaan adalah

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 25

LAPORAN AKHIR

peningkatan pendidikan ekstra bagi anak-anak dan usia remaja melalui kegiatan TPA yang dilakukan di mesjid/mushallah.

Tabel 3.7 Proyeksi Fasilitas Peribadatan di Kawasan Strategis Kota Galesong Tahun 2009-2029 Pendudu Standar 2009 2029 k Kebutuha Fasilitas Fasilit Laha Fasilit Laha No Penduku n Peribadatan as n as n ng Lahan (Unit) (Ha) (Unit) (Ha) (Jiwa) (Ha) 1 Masjid 5000 0,175 2 0.20 3 0.24 2 3 4 5 Langgar/Musholla Gereja Pura Wihara 2500 1000 1000 1000 JumlahSumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

0,06 0,075 0,075 0,075

4 11 11 11 40

0.27 0.84 0.84 0.84 3.0

5 13 13 13 48

0.32 1.00 1.00 1.00 4,56

3.6 ANALISIS KEBUTUHAN UTILITAS Jaringan infrastruktur dan utilitas ini akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. Untuk itu perlu adanya upaya pemecahan bagi pemenuhan kebutuhan penduduk atas berbagai jenis utilitas serta jaringan infrastruktur tersebut. Adapun jaringan infrastruktur dan utilitas yang dimaksud dalam pembahasan ini mencakup:

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 26

LAPORAN AKHIR

jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan telepon dan persampahan. A. Jaringan Air Bersih Untuk menentukan rencana jaringan air bersih harus diperhitungkan terlebih dahulu kebutuhan air bersih. Berdasarkan Revisi RTRW Kabupaten Takalar Tahun 2009-2029, Kawasan Kota Galesong merupakan kawasan cepat tumbuh. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa kawasan kota galesong merupakan kawasan strategis yang memiliki pengaruh baik terhadap wilayah Kabupaten Takalar maupun kawasan Mamminasata. Untuk melihat beberapa asumsi-asumsi yang mengikuti kategori dalam merencanakan sistem jaringan air bersih, maka asumsi yang digunakan meliputi; pelayanan air bersih melalui sambungan rumah (SR) sebesar 150 liter/orang/hari, dan melalui hidran umum (HU) sebesar 30 liter/orang/hari. Diperkirakan jumlah rumah yang dilayani dengan SR yaitu 70% dan sisanya dilayani dengan menggunakan hidran umum sebesar 30%. Sedangkan kebutuhan non domestik diperkirakan 20 %. Berdasarkan pada asumsi tersebut di atas, maka kebutuhan air bersih di Kawasan Kota Galesong sampai dengan Tahun 2029, untuk jelasnya lihat table berikut.Tabel 3.8 Proyeksi Air Bersih di Kawasan Kota Galesong Tahun 2009 2029 Tahun Proyeksi Kebutuhan 2009 2014 2019 2024 Penduduk 11.096 11.645 12.206 12.779 Unit Rumah 2.219 2.329 2.441 2.556 SR = 70 % 1.553 1.630 1.709 1.789 HU = 30 % 666 699 732 767 SR = 150 L 233,016 244,545 256,326 268,359 HU = 30 L 66,576 69,870 73,236 76,674 Domestik (D) 299,592 314,415 329,562 345,033 Non Domestik (20 599,184 628,830 659,124 690,066 %) 1.035,09 D+ND 898,776 943,245 988,686 9 Kehilangan (20 %) 179,755 188,649 197,737 207,020

2029 13.366 2.673 1.871 802 280,686 80,196 360,882 721,764 1,082,64 6 216,529III - 27

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

Kebutuhan/Hari Konversi (m3/hr)

4.493,88 0 4.494

4.716,22 5 4.716

4.943,430 4.943

5.175,49 5 5.175

5.413,23 0 5.413

Sumber: Hasil Analisis Team Perencana, Tahun 2009

Berdasarkan tabel tersebut di atas, kebutuhan air bersih di Kawasan Kota Galesong sampai dengan Tahun 2009 sebesar 4.494 m3/hr, sedangkan pada Tahun 2029 kebutuhan air bersih akan mencapai 5.413 m3/hr. Potensi sumber air bersih yang ada di Kawasan Kota Galesong adalah dengan memanfaatkan secara optimal sumber air baku dari pemanfaatan sungai Binanga Galesong dan air tanah dalam berupa sumur bor. Oleh karena itu, pada daerah tangkapan air terutama daerah hulu sungai tersebut diarahkan sebagai kawasan perlindungan/konservasi. Walaupun Kota Galesong bukan merupakan daerah hulu yang memiliki daerah konservasi akan tetapi perlindungan aliran sungai tetap dijaga kelestariannya. Dengan demikian, dalam upaya memenuhi kebutuhan air bersih di Kawasan Kota Galesong, maka dibutuhkan sistem pengelolaan air bersih dalam 2 tahap pembangunan sebagai berikut: 1. Sumber Air Dari segi kuantitas, sumber air bersumber dari air tanah dalam dan air permukaan yakni Sungai Binanga Galesong dan sungai-sungai lainnya yang berada pada kawasan Kota Galesong dan sekitarnya. Debit air saat ini mampu untuk mensuplai kebutuhan air bersih Kawasan Kota Galesong sampai Tahun 2029. 2. Sarana Produksi Sarana produksi yang dibutuhkan: Intake pada Sungai Binanga dan sugai lainnya dan air tanah dalam Instalasi Penjernihan Air (IPA) Pipa transmisi air baku dan air bersih. 3. Sarana DistribusiPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 28

LAPORAN AKHIR

Reservoir Pembangunan reservoir pada daerah strategis dengan mempertimbangkan tekanan air, sumber air baku, dan daerah pelayanan. Disediakan reservoir pada masing-masing kawasan pelayanan. Jaringan Distribusi Dari segi kapasitas, jaringan pipa distribusi yang ada saat ini pada bagian-bagian tertentu dilakukan peninjauan kembali terutama menyangkut kapasitas kebutuhan/pelayanan air bersih kepada konsumen. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa terjadi penyimpangan antara kapasitas distribusi air bersih terhadap perkembangan fasilitas pelayanan di Kawasan Kota Galesong. 4. Kehilangan Air Untuk menanggulangi kehilangan air secara terus menerus, maka perlu dilaksanakan studi kebocoran pipa. 5. Kelembagaan Peningkatan dan penyuluhan kepada masyarakat Peningkatan kemampuan manajemen dan administrasi, personil dan pengawasan. Pembuatan Peraturan Daerah yang lebih tegas tentang harga jual air. Rencana Jaringan Air Bersih yang dibagi dalam jaringan air baku, jaringan pipa primer, jaringan pipa sekunder, dan selanjutnya jaringan yang lebih rendah lagi sampai kepada meteran, yang dilanjutkan jaringan air bersih intern bangunan (dalam kapling dan bangunan). Sedang sumber air baku diperoleh dari PDAM serta sebagian menggunakan sumur bor. Untuk lebih memudahkan dalam sistem pendistribusiannya, maka air baku yang berasal dari sungai tersebut dinaikkan kemenara air kota yang telah disediakan, suatu kota kemudian digunakan didistribusi secara gravitasi ke air lingkungan bersih yangIII - 29

permukiman. Untuk dapat memperkirakan kebutuhan air bersih dalam standar-standar kebutuhan

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

dibedakan atas penggunaan untuk kegiatan rumah tangga, perkantoran, industri perdagangan, jasa, puskesmas, pendidikan dan lain-lain. Dalam usaha pemeratan penggunaan air bersih bagi masyarakat tingkat ekonomi lemah pada wilayah perencanaan, akan disediakan beberapa terminal air pada beberapa lokasi yang dianggap lebih strategis.

B.

Jaringan Drainase Beberapa permasalahan drainase di Kawasan Kota Galesong yang

teridentifikasi, meliputi: Kuantitas dan kualitas jaringan drainase yang ada di Kawasan Pada beberapa tempat merupakan daerah cekungan yang Drainase pada daerah muara (drainase primer) tidak mampu Pada muara sungai terjadi pendangkalan pasir akibat dari Kota Galesong tidak mencukupi. berpotensi terjadi genangan air pada waktu hujan. mengalirkan air sampai ke pembuangan akhir (laut dan sungai) hempasan ombak pantai lebih kuat dari arus aliran air sungai, yang mengakibatkan air sungai kurang mengalir dengan baik. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan

perencanaan drainase di Kawasan Kota Galesong yang lebih komprehensif sebagai upaya pengendalian banjir. Salah satu pendekatan dalam penanggulangan banjir pada daerah muara adalah dengan melakukan reklamasi pada daerah/lokasi yang dipengaruhi oleh arus pasang surut. Dalam perencanaan saluran drainase yang perlu dipertimbangkan adalah: Pemisahan saluran air hujan dengan air limbah. Perletakan saluran utama, sekunder dan tertier. Arah pembuangan.III - 30

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

Pemilihan saluran yang terpakai. Daya resap tanah. Topografi.

Sehubungan dengan itu akan direncanakan saluran pembuangan dengan persyaratan-persyaratan: 1. tertentu. 2. Saluran harus sependek mungkin dan dapat berupa saluran terbuka atau saluran tertutup sesuai dengan keadaan lokasinya. Kecepatan aliran di dalam saluran tidak boleh merusak badan saluran drainase yang dapat menimbulkan erosi. 3. Daerah yang relatif datar, kemiringan dasar saluran harus dibuat sesuai dengan batas kemiringan minimal, sehingga air dapat mengalir dengan baik. Jangkauan pengembangan sistem penyaluran air hujan diupayakan pada seluruh kawasan yang ada, sehingga genangan air pada musim hujan dapat teratasi. Lingkup dari pada pengembangan sistem penyaluran air hujan ini lebih dititik beratkan pada pengembangan prasarananya, dengan upaya sampai seberapa jauh prasarana ini dapat dikembangkan agar mampu berfungsi dengan baik. Rencana klasifikasi saluran drainase di Kawasan Kota Galesong adalah sebagai berikut; 1. Saluran Drainase Kuarter Saluran drainase kuarter digunakan pada jalur jalan raya yang berjarak maksimal 100 m dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut. 2. Luas daerah aliran drainase maksimum 2 Ha. Saluran Drainase Tersier Saluran drainase tersier digunakan pada jalur jalan raya yang berjarak maksimal 200 m dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut.Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029III - 31

Saluran harus dapat menyalurkan air hujan secepat

mungkin ke dalam saluran pembuangan atau tempat penampungan

LAPORAN AKHIR

3.

Luas daerah aliran drainase maksimum 4 Ha. Dapat menerima air limpasan kiriman dari saluran

sebelumnya. Saluran Drainase Sekunder Saluran drainase sekunder digunakan pada jalur jalan raya yang berjarak maksimal 500 m dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut. 4. Luas daerah aliran drainase maksimum 15 Ha. Dapat menerima air limpasan kiriman dari saluran

sebelumnya. Saluran Drainase Primer Saluran drainase primer digunakan pada jalur jalan raya yang berjarak maksimal 500 m dari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut. Luas daerah aliran drainase maksimum 500 Ha. Dapat menerima air limpasan kiriman dari saluran

sebelumnya. 5. Umumnya berada tidak jauh dari tempat pembuangan akhir Untuk pengendalian banjir, direncanakan tanggul penahan Ketinggian ( H< 1.00 meter) Ketinggian ( 1.00 100 >5m >3m Keterangan Dihitung dari titik pasang tertinggi kearah darat Dihi tung dari sebelah luar kaki tanggul Dise belah luar sepanjang kaki tanggul Dib uat Jalan Inspeksi

3

Sungai tidak bertanggul a. Di luar kawasan perkotaan S ungai Besar S ungai Kecil b. Di dalam kawasan perkotaan K edalaman < 3 meter K edalaman 3-20 meter K edalaman > 20 m

>10 m >50 m

o Dihitung dari tepi sungai

> 10 m > 15 m > 30 m Dihitung dari tepi sungai

Sumber: Kep Men PU No.63/PRT/1993, tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah; Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai

Untuk itu berikut analisis garis sempadan sungai di Kota Galesong Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 gambar 3.13 dan gambar 3.14 c. Arahan Penanganan Prasarana dan Sarana Arahan penanganan prasarana dan sarana di detail konservasi kawasan rawa muara sungai Binanga Galesong disesuaikan dengan pertimbangan konservasi. Perlindungan/konservasi prasarana dan sarana di detail kawasan rawa muara sungai diarahkan pada : 1) 2) Konservasi jaringan jalan sebagai bagian kegiatan wisata. Konservasi perkampungan ramah lingkungan.III - 63

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

LAPORAN AKHIR

3)

Konservasi daerah aliran muara sungai Binanga Galesong prasarana lingkungan alami, (sebagai saluran

sebagai drainase). 4) 5) 6)

Konservasi

daerah

Experimen

Lingkungan/Pendidikan

komunitan Konservasi Pusat Pengolahan Limbah Cair. Konservasi Taman Ramah Lingkungan.

Gambar 3.13 Analisis garis Sempadan Sungai

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 64

LAPORAN AKHIR

Gambar 3.14 Garis Sempadan Pantai

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 65

LAPORAN AKHIR

d.

Analisis Lingkungan Alam Muara sungai Binanga Galesong merupakan daerah yang berada di kelerengan 0-5% dengan potensi sebagai tambak-tambak ikan dan udang yang menberikan umpan balik terhadap penduduknya yang tinggal didaerah yang tersebar disekitar muara sungai. Gaya hidupnya mandiri dengan beban rendah pada lingkungan. Muara sungai tersebut terjaga lingkungan alaminya dengan hutan-hutan bakau dan pohon-pohon nipah.

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 66

LAPORAN AKHIR

Muara sungai Binanga Galesong merupakan kawasan kendali dalam zona urban, dimana sebagian besar kegiatan pembangunan diatur terkecuali untuk tujuan pendidikan atau sosial sampai pada skala pembangunan tertentu, sesuai dengan pedoman tata guna lahan. Konservasi lingkungan perkotaan adalah salah satu prioritas utama dalam Revisi RTRW Kabupaten Takalar. Untuk mewujudkan konsep ini,kawasan rawa yang membentang di Sungai Binanga Galesong diusulkan untuk dilindungi. Konservasi kawasan sungai tersebut akan memberikan kontribusi terhadap perluasan mendatang. e. Galesong Mengingat tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah, terutama menyangkut penataan ruang, lingkungan dan amenitas, berbagai inisiatif harus diambil untuk memotivasi masyarakat dalam melindungi lingkungan dan menghargai kepentingan umum. Untuk menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat dapat ditingkatkan melalui pendekatan partisipatoris. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk agar pendekatan masyarakat partisipatoris diterapkan memotivasi Prospek Perkembangan Kawasan Kota ruang-ruang hijau di Kota Galesong di masa

menciptakan kawasan kota Galesong sebagai kawasan strategis dengan pertumbuhan yang baik. Berbagai tindakan harus segera diambil dalam implementasi rencana tindak jangka pendek yang diusulkan akan oleh tim perencana. Program-program tersebut membutuhkan

pendanaan untuk implementasi di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Karena sumber keuangan tersedia terbatas di setiap tingkatan, maka pinjaman lunak perlu dipertimbangkan sehingga kebutuhan dana tahunan untuk pembangunan prasarana danPenyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 67

LAPORAN AKHIR

investasi besar lainnya dapat teratasi. Direkomendasikan agar pinjaman tersebut. Diajukan ke lembaga-lembaga keuangan internasional, sebaiknya dalam bentuk paket untuk memudahkan koordinasi dalam implementasi. Implementasi rencana tata ruang Kawasan Strategis Kota Galesong harus di monitor secara berkala dan pelajaran/pengalaman perlu diambil oleh para pihak terkait. Karena kondisi sosial ekonomi berubah dari tahun ke tahun, direkomendasikan agar usulan rencana tata ruang Kawasan Strategis Kota Galesong dikaji ulang dan diperbaharui setiap lima tahun hingga tahun 2029.

Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Strategis Kota Galesong, 2009-2029

III - 68