Bab 3 Metodologi

31
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan 3.1. U M U M Pendekatan ini merupakan strategi konsultan dalam menangani pekerjaan-pekerjaan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Secara garis besar tahapan penanganan pekerjaan Penyusunan Master Plan ini meliputi proses perencanaan, langkah pekerjaan, jadual perencanaan, materi perencanaan dan langkah koordinasi yang perlu dilakukan dengan beberapa instansi terkait (tingkat pusat dan tingkat kabupaten). Pendekatan Metodologi Pelaksanaan perencanaan proyek ini di bagi dalam klasifikasi utama sebagai berikut : 1. Proses : Merupakan urutan arah penyelesaian materi perencanaan seluruh kegiatan secara bertahap. 2. Tahapan : Merupakan status proses perencanaan mulai dari tahap persiapan, klarifikasi, survai, pra- Laporan Pendahuluan III - 1 BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Transcript of Bab 3 Metodologi

Page 1: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

1.1. U M U M

Pendekatan ini merupakan strategi konsultan dalam menangani

pekerjaan-pekerjaan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Secara garis besar tahapan penanganan pekerjaan Penyusunan

Master Plan ini meliputi proses perencanaan, langkah pekerjaan,

jadual perencanaan, materi perencanaan dan langkah koordinasi

yang perlu dilakukan dengan beberapa instansi terkait (tingkat

pusat dan tingkat kabupaten).

Pendekatan Metodologi Pelaksanaan perencanaan proyek ini di

bagi dalam klasifikasi utama sebagai berikut :

1. Proses :

Merupakan urutan arah penyelesaian materi perencanaan

seluruh kegiatan secara bertahap.

2. Tahapan :

Merupakan status proses perencanaan mulai dari tahap

persiapan, klarifikasi, survai, pra-perencanaan,

perencanaan rinci dan penyelesaian perencanaan akhir.

3. Pelaporan :

Adalah hasil pelaksanaan perencanaan sesuai tahapan

perencanaan yang terdiri dari laporan Perencanaan Detail

Sistem Penyediaan Air Bersih serta Dokumen Tender .

Laporan

Pendahuluan III - 1

BAB IIIPENDEKATAN DAN METODOLOGI

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Page 2: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

4. Jadual :

Merupakan gambaran waktu yang dibutuhkan untuk

penyelesaian pekerjaan pelaksanaan oleh konsultan dalam

penanganan pekerjaan berdasarkan urutannya.

5. Koordinasi :

Dalam pelaksanaan pekerjaan, koordinasi konsultan di bagi

sesuai dengan jenjang tingkat pengendalian proyek yang

meliputi :

Tingkat Kabupaten

Dalam menangani pekerjaan ini konsultan akan senantiasa

aktif melakukan koordinasi untuk mencapai kesepakatan

langkah perencanaan yang disusun.

Koordinasi di tingkat kabupaten secara lebih teknis terpola

seperti berikut :

Melalui Dinas Pekerjaan Umum konsultan akan selalu

aktif melaksanakan koordinasi baik secara teknis

(melalui diskusi) ataupun koordinasi yang bersifat non

teknis.

Melalui instansi terkait lainnya, seperti Bappeda yang

merupakan nara sumber koordinasi mengenai arah

pengembangan pada lokasi perencanaan.

Hal yang cukup mendasar dalam pendekatan penanganan

pekerjaan ini perlu adanya kerjasama dan koordinasi

menyangkut kegiatan utama sesuai tahapannya.

Kendala umum yang sering menghambat pendekatan di

atas, diakibatkan faktor luar, seperti keterbatasan data

yang menyangkut legalitas dengan pihak lain yang terkait

Laporan

Pendahuluan III - 2

Page 3: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

seperti penentuan sumber air baku, penetapan jalur

pemasangan pipa dan lain-lain. Untuk mengantisipasi hal

tersebut hubungan kerja sama yang diperlukan dalam

penyelesaian pekerjaan sejak perencanaan detail disusun.

Masukan berupa pandangan-pandangan dari berbagai

instansi pada kabupaten khususnya Dinas PU akan sangat

membantu dalam menuju sasaran sesuai kondisi dan

kebutuhan mendesak dari masing-masing lokasi yang telah

disusun tersebut.

1.2. PEDOMAN DAN KRITERIA DASAR

Pemerintah RI melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum dalam dasa warsa penyediaan air

bersih telah mengkategorikan tingkat pelayanan untuk daerah

perkotaan (Urban) seperti yang tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 3 .1 Kategori Tingkat Pelayanan Air Bersih

No Kategori Jumlah Penduduk(Jiwa)

StandarSistem

TingkatPemakaian Air

I Kota Metropolitan

> 1,0 Juta Non Standar

190 lt/org/hr

II Kota Besar 500.000 - 1,0 Juta Non Standar

170 lt/org/hr

III Kota Sedang 100.000 - 500.000 Jiwa

Non Standar

150 lt/org/hr

IV Kota Kecil 20.000 - 100.000 Jiwa

B N A 130 lt/org/hr

Laporan

Pendahuluan III - 3

Page 4: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

V Kota Kecamatan

< 20.000 Jiwa I K K 100 lt/org/hr

Sumber : Dept. PU, Dirjen Cipta Karya.

Perencanaan untuk sistem air bersih ini berdasarkan jumlah

penduduknya adalah sesuai dengan sistem BNA. Dalam tabel 3.2

tercantum pedoman/standar sistem perencanaan mengikuti

kriteria dasar yang berlaku di lingkungan Cipta Karya.

Tabel 3.2 Standar Sistem Perencanaan Penyediaan Air Bersih

No U r a i a nKota

Sedang100.000

s/d 500.000

Kota Kecil20.000

s/d 100.000

IKK/Pedesaan3.000 s/d 20.000

A. DOMESTIK

1. Konsumsi Unit SR (l/o/h) 130 - 150 100 -

130

90 - 100

2. Konsumsi Unit HU (l/o/h) 30 30 30

3. % Kons. non Dom thd

Domestik

25 - 30 20 - 25 10 - 20

4. % Kehil. Air thd Max.Day 15 - 20 15 - 20 15 - 20

5. Faktor Md thd keb. rata-

rata

1,1 1,1 1,1

6. Faktor Ph thd keb. rata-

rata.

1,5 - 1,75 1,5 - 2,0 1,5 - 2,0

7. Jumlah Jiwa per - SR 6

Laporan

Pendahuluan III - 4

Page 5: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

No U r a i a nKota

Sedang100.000

s/d 500.000

Kota Kecil20.000

s/d 100.000

IKK/Pedesaan3.000 s/d 20.000

6 6

8. Jumlah Jiwa per - HU 100 100 - 200 100 - 200

9. Sisa tek. air . maks 15 10 10

10 Durasi operasi (jam) 24 24 24

11 Vol. Reservoir (%

Md.demand)

12 - 15 12 - 15 12 - 15

12 Ratio SR / HU 80/20 70 / 30 70 / 30

B. NON-DOMESTIK

1. Konsumsi Kawasan

Industri

0,2 - 0,6 lt / det /

Ha

-

2. Konsumsi Kawasan

Wisata

0,1 - 0,3 lt / det /

Ha

-

1.3. SISTEM PRASARANA (PERPIPAAN)

Diuraiakan tentang sistem yang diusulkan dalam perencanaan

meliputi:

1. Kapasitas sistem

2. Sumber Air Minum

Kapasitas air di sumber (debit sungai, dll)

Laporan

Pendahuluan III - 5

Page 6: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Kapasitas yang diambil (lt/dt)

Jarak Unit Produksi dari daerah pelayanan

Sistem pengambilan

Penentuan jenis sumber yang dipilih harus mempertimbangkan

beberapa hal berikut:

Kuantitas dan kualitas sumber air. Kualitas air baku

mengacu pada PP No 82 Tahun 2002.

Kemudahan dalam konstruksi unit air baku

Keamanan pengoperasian

Biaya dalam pengolahan air dan perawatan unit produksi

Potensi pencemaran terhadap sumber air

Kemudahan dalam memperbesar kapasitas unit air baku di

masa mendatang.

- Apabila hasil analisis kualitas air baku tidak memenuhi

standar baku mutu kualitas Air Minum, maka

dibutuhkan instalasi pengolahan air baku (IPA).

- Unit air baku merupakan bangunan yang digunakan

untuk mengambil air baku dari sungai, terdiri atas bar

screen, saluran intake, dan pintu air.

- Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku

sebelum ditransmisikan ke instalasi pengolahan.

3. Unit Tranmisi

Panjang

Dimensi dan jenis (saluran terbuka, saluran tertutup, pipa)

Sistem pengaliran

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan jalur

transmisi:

Laporan

Pendahuluan III - 6

Page 7: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

- Mencari jalur yang terpendek sehingga dapat menekan

biaya

- Menghindari hambatan sehingga tidak diperlukan

pembuatan jembatan pipa, tunnel, pompa, cut and

cover, dan crossing dengan infrastruktur lain, misalnya

rel kereta api;

- Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan

pengontrolan karena hal ini penting di dalam operasi

dan pemeliharaan saluran transmisi;

- Mempermudah peletakan infrastruktur sistem transmisi

misalnya untuk sistem transmisi yang menggunakan

pipa, blow off.

Memudahkan kebutuhan hidraulik.

4. IPA

Jumlah dan jenis

Kapasitas

Spesifikasi teknis lainnya

Pengolahan Air Minum terdiri atas parameter fisik (warna,

kekeruhan, total suspended solid, dll), parameter kimia (besi,

mangan, zat organik, dsb), parameter biologis (Total Coli dan

Fecal Coli).

Lokasi unit produksi akan mempengaruhi unit distribusi

penyediaan Air Minum. Penentuan lokasi unit produksi perlu

mempertimbangkan hal-hal berikut:

Laporan

Pendahuluan III - 7

Page 8: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Topografi wilayah pelayanan;

Kondisi geologi dan hidrologi;

Kondisi sanitasi lingkungan;

Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa bumi;

Merupakan lokasi yang memiliki akses yang baik;

Jarak antara daerah pelayanan dengan unit air baku

Kapasitas unit produksi ditentukan oleh kebutuhan Air Minum

selama periode perencanaan dan pemakaian hari maksimum.

Reservoir

- Jumlah reservoir

- Kapasitas

Unit distribusi

- Sistem pengaliran

- Bentuk jaringan

- Dimensi (panjang dan diameter) dan jenis pipa

Unit Pelayanan

- Jumlah sambungan rumah domestik

- Jumlah sambungan non-domestik

- Jumlah TA/HU/KU

Bangunan pelengkap

- Jenis dan jumlah

Laporan

Pendahuluan III - 8

Page 9: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

- Manfaat dan peruntukan

1.4. METODOLOGI DASAR PERENCANAAN

Penyusunan metodologi dalam pekerjaan perencanaan

Penyusunan Master ini disusun sesuai arus kegiatan secara

berurutan ditinjau dari proses, pentahapan, pelaporan serta

jadwal pelaksanaan. Untuk mencapai parameter utama pada

perencanaan ini, maka sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan

pokok yang menjadi acuan penyusunan metodologi yaitu :

5. Area Pelayanan ( Supply Area )

Metoda analisis penentuan daerah pelayanan dengan

pertimbangan administratif / kebijaksanaan Pemerintah

Daerah, daerah perkotaan, demografi, kondisi fisik dan

kelayakan penerapan jaringan distribusi pelayanan air

bersih.

6. Kapasitas Sistem ( Supply Capasity )

Metoda analisis perhitungan kapasitas sistem (apabila

kapasitas belum ditetapkan) selaras dengan

pedoman/kriteria perencanaan, jumlah penduduk daerah

pelayanan dengan laju pertambahannya serta parameter

kebutuhan air dengan pertimbangan sosekbud.

7. Sumber Air Baku ( Raw Water Sources )

Metoda analisis pemilihan sumber air baku yang potensial

sesuai aspek geohidrologi dan sumber daya air berikut

legalitas yang ada.

8. Denah Sistem ( System Lay Out )

Laporan

Pendahuluan III - 9

Page 10: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Pendekatan tekno-ekonomi dalam usulan alternatif sistem

untuk dipilih dan disetujui oleh Pemerintah Pusat serta

daerah (Dinas PU) pada lokasi proyek.

Berdasarkan tahapan persiapan ini, hasil yang diperoleh

ditekankan pada metodologi dasar dalam pelaksanaan

survai, kompilasi data serta evaluasi pengolahan data.

Selanjutnya digunakan kriteria dasar sebagai langkah

perencanaan berikut.

Survai :

Dibagi dalam 2 (dua) tahapan yaitu :

Survai pengenalan, sebagai tinjauan untuk mengetahui

seluruh materi data yang akan diambil dan melakukan

pendekatan teknis untuk menentukan berbagai alternatif

lay out sistem.

Survai lapangan, merupakan kegiatan utama pengumpulan

data lapangan sesuai parameter perencanaan di atas.

Materi survai sesuai data parameter sistem penyediaan air bersih

yang dikumpulkan untuk diolah.

Laporan

Pendahuluan III - 10

Page 11: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

1.4.1. Pengolahan Data

Merupakan titik awal yang terpenting dalam pelaksanaan proses

perencanaan. Pengolahan data hasil survai berdasarkan evaluasi

serta analisis dengan pertimbangan kondisi dan kebijaksanaan

yang ada. Data teknis diolah sesuai dengan kriteria teknis yang

berlaku untuk sistem penyediaan air bersih. Adapun data non

teknis terutama kondisi dan karakteristik kota maupun

masyarakatnya diklasifikasikan dengan metoda penilaian. Dalam

hal ini pendekatan praktis data taksiran/asumsi dapat digunakan

untuk mencapai dasar-dasar / kriteria perencanaan.

Pendekatan metodologi dasar survai dan pengolahan data yang

secara rinci sangat menentukan kriteria dan metodologi

perencanaan selanjutnya.

Laporan

Pendahuluan III - 11

Page 12: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

1.4.2. Umum

Dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air minum perlu

ditentukan kebutuhan air minum di wilayah perencanaan

tersebut. Kebutuhan air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yaitu:

9. Daerah pelayanan

10. Periode perencanaan

11. Proyeksi jumlah penduduk

12. Proyeksi berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial

13. Pola pemakaian air penduduk setempat

Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi besar kebutuhan air

minum dari wilayah perencanaan dan tentu saja menjadi acuan

desain perencanaan instalasi pengolahan air minum yang

dibutuhkan.

1.4.3. Daerah Pelayanan

Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan sangat tergantung

kepada kondisi daerah pelayanan yang menjadi tujuan

perencanaan. Daerah pelayanan yang ditentukan dalam

perencanaan wilayah dengan pertimbangan :

14. Merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi

15. Merupakan wilayah perkotaan dengan perkembangan yang

pesat dan memerlukan pelayanan air bersih yang mencukupi

16. Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses

distribusi Penentuan Kebutuhan Air Minum

Laporan Pendahuluan III -

12

Page 13: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

1.4.4. Periode Perencanaan

Periode perencanaan merupakan jangka waktu yang diberikan

kepada instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air

masyarakat di wilayah perencanaan. Periode perencanaan

instalasi pengolahan air minum pada umumnya adalah 10-15

tahun. Pada perencanaan ini ditetapkan periode perencanaan

yaitu hingga tahun 2020. Periode perencanaan ini diambil

dengan pertimbangan bahwa perkembangan penduduk di masa

mendatang dapat diprediksi dengan lebih baik untuk periode 20

tahun. Selain itu, dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),

analisis rencana pengembangan kota berdasarkan proyeksi

penduduk dilakukan hingga tahun 2020.

1.4.5. Proyeksi Jumlah Penduduk

Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat

penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di

masa yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laju

perkembangan kota dan kecenderungannya, arahan tata guna

lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung

perkembangan jumlah penduduk.

Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk

masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang

paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di

masa mendatang. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM

Proyeksi kebutuhan air minum dilakukan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menunjang atau

menyebabkan pertambahan kebutuhan air minum. Faktor-faktor

tersebut adalah :

Laporan Pendahuluan III -

13

Page 14: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Pertambahan jumlah penduduk

Tingkat sosial ekonomi penduduk

Keadaan iklim daerah setempat

Rencana daerah pelayanan dan perluasannya

Untuk memperkirakan kebutuhan air minum kota maka dapat

diklasifikasikan beberapa jenis pemakaian air yaitu adalah :

1. Pemakaian untuk kebutuhan domestik/rumah tangga

2. Pemakaian untuk kebutuhan nondomestik

3. Pemakaian untuk keperluan perkotaan

1.4.6. Standar Kebutuhan Air Minum

Tabel 3.3 Standar Kebutuhan Air Minum Menurut PU Cipta

Karya

No Jenis Pemakaian Satua Kebutuh1 Sambungan Rumah L/o/h 152 Hidran Umum L/o/h 33 Sekolah L/ 14 Kantor L/ 15 Rumah Sakit L/tt/h 206 Puskesmas L/ 2007 Pasar m³/ 18 Restoran L/ 109 Hotel/Penginapan L/tt/h 15

Sumber : PU Cipta Karya, 1998

1.4.7. Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestik ialah pemakaian air untuk aktivitas di

lingkungan rumah tangga. Penyediaan air bersih untuk

kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan :

Laporan Pendahuluan III -

14

Page 15: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

1. Jumlah penduduk

2. Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani

3. Cara pelayanan air

4. Konsumsi pemakaian air

Berdasarkan cara pelayanan air minum maka kebutuhan air

domestik terbagi menjadi dua jenis yaitu Sambungan

Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU).

1.4.8. Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah

Sambungan rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang

menyediakan air langsung ke rumah-rumah dengan

menggunakan sambungan pipa- pipa distribusi air melalui water

meter dan instalasi pipa yang dipasang didalam rumah.

Pelayanan air minum dengan menggunakan sambungan rumah

ditujukan bagi warga yang telah menempati rumah

permanen. Golongan masyarakat ini akan sanggup membayar air

untuk mendapatkan air bersih demi kesehatan. Biasanya yang

termasuk golongan ini adalah golongan ekonomi kelas

menengah hingga atas.

Selama periode perencanaan, diperkirakan jumlah rumah

permanen akan meningkat sesuai dengan fungsi kota yaitu

sebagai pusat industri dan permukiman. Fungsi kota ini

berpengaruh kepada perekonomian masyarakat yang

diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu.

1.4.9. Kebutuhan Air untuk Hidran Umum

Hidran umum adalah jenis sambungan yang menyediakan air

melalui kran yang dipasang di suatu tempat tertentu agar

Laporan Pendahuluan III -

15

Page 16: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

mudah dipergunakan oleh masyarakat umum untuk mencukupi

kebutuhan mandi, cuci dan minum. Pelayanan air minum ini

ditujukan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi bawah

atau menempati rumah non permanen yaitu rumah yang

terbuat dari bambu atau kayu. Golongan ini berpenghasilan

rendah dan lebih mengutamakan penggunaan air tanah yang

bebas biaya sehingga tingkat penggunaan air dengan sumber

air permukaan akan menjadi sangat rendah karena memerlukan

biaya.

Jumlah penduduk yang menempati rumah non permanen di

masa mendatang akan mengalami penurunan karena

diperkirakan akan terjadi peningkatan kondisi perekonomian

masyarakat.

1.4.10. Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air yang

digunakan oleh berbagai fasilitas penunjang kegiatan

masyarakat. Jumlah kebutuhan air non domestik selama periode

perencanaan

1.4.11. Kebutuhan Air untuk Keperluan Kota

Kebutuhan air untuk keperluan perkotaan terbagi menjadi dua

bagian yaitu untuk :

Hidran Kebakaran

Hidran kebakaran adalah hidran yang digunakan untuk

mengambil air jika terjadi kebakaran. Menurut Al-Layla (1977),

kebutuhan air untuk hidran kebakaran dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan III -

16

Page 17: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Q = debit kebutuhan (L/menit)

P = populasi dalam ribuan

Pada perencanaan ini ditentukan bahwa kebutuhan air untuk

hidran kebakaran adalah 5 % dari total kebutuhan air.

Tata Kota

Kebutuhan air untuk tata kota meliputi kebutuhan air bagi

pemeliharaan taman-taman di wilayah perencanaan. Jumlah

air yang disediakan adalah 5% dari total kebutuhan air.

1.5. ANALISIS SISTEM PRASARANA DAN SARANA AIR

MINUM

Pada analisis ini ditinjau sistem prasarana dan sarana Air Minum

yang telah ada baik dari unit air baku, transmisi, produksi, dan

distribusi. Adapun untuk hal yang lebih rinci dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Analisis permasalahan sumber air yang telah dimanfaatkan

a. Apakah sumber pada kapasitas minimum dapat mensuplai

kebutuhan maksimum

b. Apakah dengan kualitas sumber yang ada dapat

didistribusikan langsung atau perlu pengolahan, kalau

perlu, jenisnya apa

c. Unit air baku yang ada apakah masih mampu mensuplai air

yang dibutuhkan, seberapa jauh pengembangan, serta

prioritasnya bagaimana

d. Alternatif sumber-sumber lain

Laporan Pendahuluan III -

17

Page 18: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

1.6. TINJAUAN AIR BAKU

Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan

memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air

minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

seperti sungai, danau, reservoir buatan, dan dari air tanah atau

bahkan air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang tepat

perlu didasarkan pada beberapa hal, yaitu :

1. Kuantitas air baku dan air yang dibutuhkan

2. Kualitas air baku

3. Kondisi iklim

4. Berbagai hal yang berpotensi mengganggu konstruksi intake

5. Keamanan pengoperasian

6. Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi

7. Potensi pencemaran terhadap sumber air

8. Kemudahan dalam pengembangan intake di masa depan

1.6.1. Persyaratan Air Baku

Sistem penyediaan air minum memerlukan sumber air yang

stabil dan harus mampu memenuhi kebutuhan air setiap saat

terutama kekeringan. Air baku yang akan digunakan sebagai

sumber air minum harus memenuhi dua persyaratan yaitu

segi kualitas dan kuantitas.

1. Kualitas

Kualitas sumber air baku air minum harus memenuhi

persyaratan fisik, kimia dan biologi berdasarkan baku mutu yang

berlaku sesuai dengan wilayah masing-masing. Di Indonesia,

baku mutu air baku air minum mengacu kepada Peraturan

Laporan Pendahuluan III -

18

Page 19: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air kelas I. Isi dari peraturan ini

diberikan pada bagian lampiran C.

2. Kuantitas

Sungai sebagai sumber air baku harus memenuhi persyaratan

dari segi kuantitas yaitu kapasitas minimum dari sungai

harus lebih besar dari jumlah kebutuhan maksimum air minum

di wilayah perencanaan. Bila air baku tidak ditampung terlebih

dahulu maka kapasitas sumber harus mencukupi seluruh musim

per tahun dan memiliki debit terendah sebesar 2.5 x rata-rata

pemakaian satu hari. Untuk menjaga kehidupan akuatik di

dalam sumber air maka terdapat persyaratan pengambilan

debit maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20-40% dari

kapasitas sumber.

1.6.2. Intake

Intake merupakan bangunan/alat yang digunakan untuk

mengambil air dari sumbernya untuk keperluan pengolahan dan

penyediaan air minum. Dalam menentukan lokasi

intake dengan sumber air maka perlu

dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :

1. Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi

2. Kuantitas air

3. Minimasi efek-efek negatif

4. Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan

5. Memliki tempat bagi kendaraan

6. Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang

7. Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada

Laporan Pendahuluan III -

19

Page 20: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

8. Kondisi geologis yang baik

1.7. ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI

PENGOLAHAN AIR MINUM

Pemilihan unit-unit pengolahan air minum merupakan hal

yang sangat penting dalam merencanakan suatu instalasi

pengolahan air minum. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan

kapasitas dari suatu kebutuhan air minum dan kualitas air

minum yang memenuhi baku mutu. Berbagai pertimbangan

perlu dilakukan dalam pemilihan unit-unit tersebut, seperti

pemenuhan kebutuhan akan kuantitas dan kualitas,

ketersediaan lahan, dana, sumber daya manusia, operasional,

dan pemeliharaan instalasi tersebut.

1.7.1. Baku Mutu Air Minum

Baku mutu diperlukan sebagai standar dalam suatu perencanaan

instalasi pengolahan air minum. Di Indonesia, standar baku mutu

untuk air minum yang berlaku saat ini adalah Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum. Uraian lengkap dapat dilihat

pada lampiran C.

1.7.2. Analisa Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air

Minum

Penilaian kualitas air didasarkan atas karakteristik fisika, kimia,

dan biologi dari air tersebut. Pemilihan unit pengolahan air

minum salah satunya adalah dengan mempertimbangkan

Laporan Pendahuluan III -

20

Page 21: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

kualitas air baku dan kualitas yang diharapkan dari hasil

pengolahan yaitu kualitas air yang memenuhi baku mutu air

minum. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kualitas air baku

terhadap baku mutu air minum.

Sumber air di alam saat ini terdapat dalam kuantitas yang cukup

besar sehingga memiliki potensi untuk dipergunakan sebagai air

baku bagi instalasi pengolahan air minum.

Air baku tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas,

yaitu :

1. Air Baku yang langsung dapat digunakan sebagai air minum.

2. Air Baku yang perlu pengolahan sederhana untuk dapat

digunakan sebagai air minum.

3. Air Baku yang perlu pengolahan lengkap untuk bisa digunakan

sebagai air minum.

4. Air Baku yang tidak bisa digunakan sebagai air minum.

Berdasarkan kategori air baku di atas maka, sumber air baku

akan dianalisa dan dievaluasi agar dapat diketahui tergolong

dalam kategori yang mana. Setelah hal tersebut diketahui,

maka dapat ditentukan proses pengolahan yang sesuai bagi air

baku tersebut.

Berikut ini akan sedikit diuraikan mengenai parameter air yang

tidak memenuhi baku mutu air minum dan yang perlu

diperhatikan selama proses pengolahan :

17. Kekeruhan

Laporan Pendahuluan III -

21

Page 22: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Istilah keruh diaplikasikan kepada air yang mengandung materi

tersuspensi yang mengganggu lewatnya cahaya menembus air

atau ketika kedalaman visual menjadi terbatas.

Kekeruhan dapat disebabkan oleh berbagai macam materi

tersuspensi yang berukuran mulai dari koloid sampai dengan

dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya. Contoh

zat-zat yang dapat menyebabkan kekeruhan adalah lempung,

lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya.

Pada musim hujan nilai kekeruhan biasanya lebih tinggi

daripada pada musim kering karena pada umumnya akan

terjadi erosi di DAS. Pembahasan mengenai kekeruhan sangat

erat kaitannya dengan segi estetika, kemudahan pengoperasian

filter (filterability), dan desinfeksi (kekeruhan sering diakibatkan

oleh adanya mikroorganism, dan kekeruhan yang tinggi dapat

melindungi mikroorganisme dari pengaruh desinfeksi sehingga

dapat mendorong pertumbuhan bakteri dan menaikkan

kebutuhan klor). Pengukuran kekeruhan digunakan untuk

menentukan efektivitas dosis bahan kimia dalam unit

pengolahan (Sawyer, 1965).

18. Warna

Material yang menyebabkan warna pada air adalah sebagai

akibat dari adanya kontak antara air dengan bahan organik,

seperti daun dan kayu yang telah terdekomposisi pada berbagai

tahap. Tannin, humic acid, dan humate hasil dekomposisi lignin

merupakan penyebab utama terjadinya warna. Besi dalam

bentuk ferric humate juga berpotensi tinggi menimbulkan warna.

Laporan Pendahuluan III -

22

Page 23: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Pada dasarnya dikenal dua jenis warna pada air permukaan,

yaitu :

e. Warna Semu

Warna semu ini biasanya berasal dari unsur-unsur yang

dapat tersuspensi di dalam air.

f. Warna Sejati

Warna sejati biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan atau

bahan organik yang bersifat koloid.

Pada umumnya penyebab timbulnya warna dalam air

adalah warna semu, tetapi ketika jumlah zat oranik di dalam

air sangat tinggi, maka warna sejati juga akan tinggi. Hal

lain yang mempengaruhi intensitas warna air adalah pH,

pada umumnya intensitas warna akan meningkat dengan

meningkatnya pH.

g. Besi

Air yang mengandung besi tersebut ketika mengalami

kontak dengan udara akan menjadi keruh dan tidak

memenuhi segi estetika. Hal ini terjadi, karena oksidasi besi

menjadi bentuk Fe(III) yang membentuk presipitat koloid.

Besi bisa mengganggu proses pencucian pakaian,

menghasilkan noda pada peralatan plumbing, dan

menimbulkan kesulitan pada sistem distribusi karena

mendukung tumbuhnya bakteri. Besi juga menghasilkan

rasa pada air yang terdeteksi pada konsentrasi yang sangat

rendah.

h. Mangan

Laporan Pendahuluan III -

23

Page 24: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Mangan biasanya ditemukan dalam air bersama-sama

dengan besi. Sama halnya dengan besi, mangan juga

dapat mempengaruhi rasa air jika konsentrasinya

melebihi 0,5 mg/L. Kandungan mangan dalam air pencucian

dapat menyebabkan warna baju menjadi kekuningan.

i. Total Coli

Kehadiran bakteri coliform pada air minum tidak diinginkan,

karena bakteri coliform merupakan indikator tercemarnya

sumber air oleh air limbah domestik. Selain itu,

keberadaan bakteri coliform biasanya disertai dengan

bakteri/virus patogen lainnya

j. Agresifitas

Agresifitas merupakan tingkat korosifitas air terhadap

logam atau bahan, yang ditentukan oleh kandungan CO2

agresif dan pH. Nilai agresifitas suatu air baku diperlukan

untuk menentukan jenis bahan yang dapat digunakan pada

bagian transmisi atau struktur instalasi pengolahan dan

kebutuhan bahan kimia pada proses pengolahan sebagai

kontrol korosi. Agresifitas dapat dihilangkan dengan

melakukan pembubuhan kapur.

1.8. LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM (IPA)

Penetapan lokasi instalasi pengolahan air minum bergantung

pada beberapa faktor, yaitu jarak lokasi dari intake, layout dari

unit pengolahan, dampak terhadap lingkungan dari instalasi,

dan metode pendistribusian air (secara gravitasi atau

pemompaan).

Laporan Pendahuluan III -

24

Page 25: Bab 3 Metodologi

Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat

Selain itu, hal-hal berikut ini perlu juga ikut

dipertimbangkan untuk melakukan penetapan lokasi instalasi

pengolahan air minum :

1. Lokasi geografis

2. Kondisi geologi dan topografi

3. Ketersediaan tenaga listrik dan peralatan lainnya

4. Lokasi memiliki akses jalan yang baik

5. Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa bumi

6. Jarak antara daerah pelayanan dengan instalasi

7. Kemungkinan untuk pengembangan di masa yang akan

datang

Lokasi instalasi pengolahan air minum yang baik dapat

memanfaatkan ketinggian sebagai energi untuk

mendistribusikan air minum yang dihasilkan oleh instalasi

pengolahan air minum.

1.9. SKEMA PENGOLAHAN AIR MINUM

Pemilihan unit-unit yang dipilih sebagai unit pengolahan utama

dalam perencanaan instalasi pengolahan air minum antara satu

lokasi dengan lokasi yang lainnya dapat berbeda karena kondisi

setempat.

Laporan Pendahuluan III -

25