Bab 3 Metodologi
-
Upload
boyke-p-sirait -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of Bab 3 Metodologi
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
1.1. U M U M
Pendekatan ini merupakan strategi konsultan dalam menangani
pekerjaan-pekerjaan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Secara garis besar tahapan penanganan pekerjaan Penyusunan
Master Plan ini meliputi proses perencanaan, langkah pekerjaan,
jadual perencanaan, materi perencanaan dan langkah koordinasi
yang perlu dilakukan dengan beberapa instansi terkait (tingkat
pusat dan tingkat kabupaten).
Pendekatan Metodologi Pelaksanaan perencanaan proyek ini di
bagi dalam klasifikasi utama sebagai berikut :
1. Proses :
Merupakan urutan arah penyelesaian materi perencanaan
seluruh kegiatan secara bertahap.
2. Tahapan :
Merupakan status proses perencanaan mulai dari tahap
persiapan, klarifikasi, survai, pra-perencanaan,
perencanaan rinci dan penyelesaian perencanaan akhir.
3. Pelaporan :
Adalah hasil pelaksanaan perencanaan sesuai tahapan
perencanaan yang terdiri dari laporan Perencanaan Detail
Sistem Penyediaan Air Bersih serta Dokumen Tender .
Laporan
Pendahuluan III - 1
BAB IIIPENDEKATAN DAN METODOLOGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
4. Jadual :
Merupakan gambaran waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan pelaksanaan oleh konsultan dalam
penanganan pekerjaan berdasarkan urutannya.
5. Koordinasi :
Dalam pelaksanaan pekerjaan, koordinasi konsultan di bagi
sesuai dengan jenjang tingkat pengendalian proyek yang
meliputi :
Tingkat Kabupaten
Dalam menangani pekerjaan ini konsultan akan senantiasa
aktif melakukan koordinasi untuk mencapai kesepakatan
langkah perencanaan yang disusun.
Koordinasi di tingkat kabupaten secara lebih teknis terpola
seperti berikut :
Melalui Dinas Pekerjaan Umum konsultan akan selalu
aktif melaksanakan koordinasi baik secara teknis
(melalui diskusi) ataupun koordinasi yang bersifat non
teknis.
Melalui instansi terkait lainnya, seperti Bappeda yang
merupakan nara sumber koordinasi mengenai arah
pengembangan pada lokasi perencanaan.
Hal yang cukup mendasar dalam pendekatan penanganan
pekerjaan ini perlu adanya kerjasama dan koordinasi
menyangkut kegiatan utama sesuai tahapannya.
Kendala umum yang sering menghambat pendekatan di
atas, diakibatkan faktor luar, seperti keterbatasan data
yang menyangkut legalitas dengan pihak lain yang terkait
Laporan
Pendahuluan III - 2
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
seperti penentuan sumber air baku, penetapan jalur
pemasangan pipa dan lain-lain. Untuk mengantisipasi hal
tersebut hubungan kerja sama yang diperlukan dalam
penyelesaian pekerjaan sejak perencanaan detail disusun.
Masukan berupa pandangan-pandangan dari berbagai
instansi pada kabupaten khususnya Dinas PU akan sangat
membantu dalam menuju sasaran sesuai kondisi dan
kebutuhan mendesak dari masing-masing lokasi yang telah
disusun tersebut.
1.2. PEDOMAN DAN KRITERIA DASAR
Pemerintah RI melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dalam dasa warsa penyediaan air
bersih telah mengkategorikan tingkat pelayanan untuk daerah
perkotaan (Urban) seperti yang tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 3 .1 Kategori Tingkat Pelayanan Air Bersih
No Kategori Jumlah Penduduk(Jiwa)
StandarSistem
TingkatPemakaian Air
I Kota Metropolitan
> 1,0 Juta Non Standar
190 lt/org/hr
II Kota Besar 500.000 - 1,0 Juta Non Standar
170 lt/org/hr
III Kota Sedang 100.000 - 500.000 Jiwa
Non Standar
150 lt/org/hr
IV Kota Kecil 20.000 - 100.000 Jiwa
B N A 130 lt/org/hr
Laporan
Pendahuluan III - 3
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
V Kota Kecamatan
< 20.000 Jiwa I K K 100 lt/org/hr
Sumber : Dept. PU, Dirjen Cipta Karya.
Perencanaan untuk sistem air bersih ini berdasarkan jumlah
penduduknya adalah sesuai dengan sistem BNA. Dalam tabel 3.2
tercantum pedoman/standar sistem perencanaan mengikuti
kriteria dasar yang berlaku di lingkungan Cipta Karya.
Tabel 3.2 Standar Sistem Perencanaan Penyediaan Air Bersih
No U r a i a nKota
Sedang100.000
s/d 500.000
Kota Kecil20.000
s/d 100.000
IKK/Pedesaan3.000 s/d 20.000
A. DOMESTIK
1. Konsumsi Unit SR (l/o/h) 130 - 150 100 -
130
90 - 100
2. Konsumsi Unit HU (l/o/h) 30 30 30
3. % Kons. non Dom thd
Domestik
25 - 30 20 - 25 10 - 20
4. % Kehil. Air thd Max.Day 15 - 20 15 - 20 15 - 20
5. Faktor Md thd keb. rata-
rata
1,1 1,1 1,1
6. Faktor Ph thd keb. rata-
rata.
1,5 - 1,75 1,5 - 2,0 1,5 - 2,0
7. Jumlah Jiwa per - SR 6
Laporan
Pendahuluan III - 4
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
No U r a i a nKota
Sedang100.000
s/d 500.000
Kota Kecil20.000
s/d 100.000
IKK/Pedesaan3.000 s/d 20.000
6 6
8. Jumlah Jiwa per - HU 100 100 - 200 100 - 200
9. Sisa tek. air . maks 15 10 10
10 Durasi operasi (jam) 24 24 24
11 Vol. Reservoir (%
Md.demand)
12 - 15 12 - 15 12 - 15
12 Ratio SR / HU 80/20 70 / 30 70 / 30
B. NON-DOMESTIK
1. Konsumsi Kawasan
Industri
0,2 - 0,6 lt / det /
Ha
-
2. Konsumsi Kawasan
Wisata
0,1 - 0,3 lt / det /
Ha
-
1.3. SISTEM PRASARANA (PERPIPAAN)
Diuraiakan tentang sistem yang diusulkan dalam perencanaan
meliputi:
1. Kapasitas sistem
2. Sumber Air Minum
Kapasitas air di sumber (debit sungai, dll)
Laporan
Pendahuluan III - 5
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Kapasitas yang diambil (lt/dt)
Jarak Unit Produksi dari daerah pelayanan
Sistem pengambilan
Penentuan jenis sumber yang dipilih harus mempertimbangkan
beberapa hal berikut:
Kuantitas dan kualitas sumber air. Kualitas air baku
mengacu pada PP No 82 Tahun 2002.
Kemudahan dalam konstruksi unit air baku
Keamanan pengoperasian
Biaya dalam pengolahan air dan perawatan unit produksi
Potensi pencemaran terhadap sumber air
Kemudahan dalam memperbesar kapasitas unit air baku di
masa mendatang.
- Apabila hasil analisis kualitas air baku tidak memenuhi
standar baku mutu kualitas Air Minum, maka
dibutuhkan instalasi pengolahan air baku (IPA).
- Unit air baku merupakan bangunan yang digunakan
untuk mengambil air baku dari sungai, terdiri atas bar
screen, saluran intake, dan pintu air.
- Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku
sebelum ditransmisikan ke instalasi pengolahan.
3. Unit Tranmisi
Panjang
Dimensi dan jenis (saluran terbuka, saluran tertutup, pipa)
Sistem pengaliran
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan jalur
transmisi:
Laporan
Pendahuluan III - 6
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
- Mencari jalur yang terpendek sehingga dapat menekan
biaya
- Menghindari hambatan sehingga tidak diperlukan
pembuatan jembatan pipa, tunnel, pompa, cut and
cover, dan crossing dengan infrastruktur lain, misalnya
rel kereta api;
- Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan
pengontrolan karena hal ini penting di dalam operasi
dan pemeliharaan saluran transmisi;
- Mempermudah peletakan infrastruktur sistem transmisi
misalnya untuk sistem transmisi yang menggunakan
pipa, blow off.
Memudahkan kebutuhan hidraulik.
4. IPA
Jumlah dan jenis
Kapasitas
Spesifikasi teknis lainnya
Pengolahan Air Minum terdiri atas parameter fisik (warna,
kekeruhan, total suspended solid, dll), parameter kimia (besi,
mangan, zat organik, dsb), parameter biologis (Total Coli dan
Fecal Coli).
Lokasi unit produksi akan mempengaruhi unit distribusi
penyediaan Air Minum. Penentuan lokasi unit produksi perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
Laporan
Pendahuluan III - 7
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Topografi wilayah pelayanan;
Kondisi geologi dan hidrologi;
Kondisi sanitasi lingkungan;
Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa bumi;
Merupakan lokasi yang memiliki akses yang baik;
Jarak antara daerah pelayanan dengan unit air baku
Kapasitas unit produksi ditentukan oleh kebutuhan Air Minum
selama periode perencanaan dan pemakaian hari maksimum.
Reservoir
- Jumlah reservoir
- Kapasitas
Unit distribusi
- Sistem pengaliran
- Bentuk jaringan
- Dimensi (panjang dan diameter) dan jenis pipa
Unit Pelayanan
- Jumlah sambungan rumah domestik
- Jumlah sambungan non-domestik
- Jumlah TA/HU/KU
Bangunan pelengkap
- Jenis dan jumlah
Laporan
Pendahuluan III - 8
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
- Manfaat dan peruntukan
1.4. METODOLOGI DASAR PERENCANAAN
Penyusunan metodologi dalam pekerjaan perencanaan
Penyusunan Master ini disusun sesuai arus kegiatan secara
berurutan ditinjau dari proses, pentahapan, pelaporan serta
jadwal pelaksanaan. Untuk mencapai parameter utama pada
perencanaan ini, maka sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan
pokok yang menjadi acuan penyusunan metodologi yaitu :
5. Area Pelayanan ( Supply Area )
Metoda analisis penentuan daerah pelayanan dengan
pertimbangan administratif / kebijaksanaan Pemerintah
Daerah, daerah perkotaan, demografi, kondisi fisik dan
kelayakan penerapan jaringan distribusi pelayanan air
bersih.
6. Kapasitas Sistem ( Supply Capasity )
Metoda analisis perhitungan kapasitas sistem (apabila
kapasitas belum ditetapkan) selaras dengan
pedoman/kriteria perencanaan, jumlah penduduk daerah
pelayanan dengan laju pertambahannya serta parameter
kebutuhan air dengan pertimbangan sosekbud.
7. Sumber Air Baku ( Raw Water Sources )
Metoda analisis pemilihan sumber air baku yang potensial
sesuai aspek geohidrologi dan sumber daya air berikut
legalitas yang ada.
8. Denah Sistem ( System Lay Out )
Laporan
Pendahuluan III - 9
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Pendekatan tekno-ekonomi dalam usulan alternatif sistem
untuk dipilih dan disetujui oleh Pemerintah Pusat serta
daerah (Dinas PU) pada lokasi proyek.
Berdasarkan tahapan persiapan ini, hasil yang diperoleh
ditekankan pada metodologi dasar dalam pelaksanaan
survai, kompilasi data serta evaluasi pengolahan data.
Selanjutnya digunakan kriteria dasar sebagai langkah
perencanaan berikut.
Survai :
Dibagi dalam 2 (dua) tahapan yaitu :
Survai pengenalan, sebagai tinjauan untuk mengetahui
seluruh materi data yang akan diambil dan melakukan
pendekatan teknis untuk menentukan berbagai alternatif
lay out sistem.
Survai lapangan, merupakan kegiatan utama pengumpulan
data lapangan sesuai parameter perencanaan di atas.
Materi survai sesuai data parameter sistem penyediaan air bersih
yang dikumpulkan untuk diolah.
Laporan
Pendahuluan III - 10
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
1.4.1. Pengolahan Data
Merupakan titik awal yang terpenting dalam pelaksanaan proses
perencanaan. Pengolahan data hasil survai berdasarkan evaluasi
serta analisis dengan pertimbangan kondisi dan kebijaksanaan
yang ada. Data teknis diolah sesuai dengan kriteria teknis yang
berlaku untuk sistem penyediaan air bersih. Adapun data non
teknis terutama kondisi dan karakteristik kota maupun
masyarakatnya diklasifikasikan dengan metoda penilaian. Dalam
hal ini pendekatan praktis data taksiran/asumsi dapat digunakan
untuk mencapai dasar-dasar / kriteria perencanaan.
Pendekatan metodologi dasar survai dan pengolahan data yang
secara rinci sangat menentukan kriteria dan metodologi
perencanaan selanjutnya.
Laporan
Pendahuluan III - 11
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
1.4.2. Umum
Dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air minum perlu
ditentukan kebutuhan air minum di wilayah perencanaan
tersebut. Kebutuhan air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu:
9. Daerah pelayanan
10. Periode perencanaan
11. Proyeksi jumlah penduduk
12. Proyeksi berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial
13. Pola pemakaian air penduduk setempat
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi besar kebutuhan air
minum dari wilayah perencanaan dan tentu saja menjadi acuan
desain perencanaan instalasi pengolahan air minum yang
dibutuhkan.
1.4.3. Daerah Pelayanan
Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan sangat tergantung
kepada kondisi daerah pelayanan yang menjadi tujuan
perencanaan. Daerah pelayanan yang ditentukan dalam
perencanaan wilayah dengan pertimbangan :
14. Merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi
15. Merupakan wilayah perkotaan dengan perkembangan yang
pesat dan memerlukan pelayanan air bersih yang mencukupi
16. Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses
distribusi Penentuan Kebutuhan Air Minum
Laporan Pendahuluan III -
12
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
1.4.4. Periode Perencanaan
Periode perencanaan merupakan jangka waktu yang diberikan
kepada instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air
masyarakat di wilayah perencanaan. Periode perencanaan
instalasi pengolahan air minum pada umumnya adalah 10-15
tahun. Pada perencanaan ini ditetapkan periode perencanaan
yaitu hingga tahun 2020. Periode perencanaan ini diambil
dengan pertimbangan bahwa perkembangan penduduk di masa
mendatang dapat diprediksi dengan lebih baik untuk periode 20
tahun. Selain itu, dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),
analisis rencana pengembangan kota berdasarkan proyeksi
penduduk dilakukan hingga tahun 2020.
1.4.5. Proyeksi Jumlah Penduduk
Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat
penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di
masa yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laju
perkembangan kota dan kecenderungannya, arahan tata guna
lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung
perkembangan jumlah penduduk.
Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk
masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang
paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di
masa mendatang. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM
Proyeksi kebutuhan air minum dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menunjang atau
menyebabkan pertambahan kebutuhan air minum. Faktor-faktor
tersebut adalah :
Laporan Pendahuluan III -
13
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Pertambahan jumlah penduduk
Tingkat sosial ekonomi penduduk
Keadaan iklim daerah setempat
Rencana daerah pelayanan dan perluasannya
Untuk memperkirakan kebutuhan air minum kota maka dapat
diklasifikasikan beberapa jenis pemakaian air yaitu adalah :
1. Pemakaian untuk kebutuhan domestik/rumah tangga
2. Pemakaian untuk kebutuhan nondomestik
3. Pemakaian untuk keperluan perkotaan
1.4.6. Standar Kebutuhan Air Minum
Tabel 3.3 Standar Kebutuhan Air Minum Menurut PU Cipta
Karya
No Jenis Pemakaian Satua Kebutuh1 Sambungan Rumah L/o/h 152 Hidran Umum L/o/h 33 Sekolah L/ 14 Kantor L/ 15 Rumah Sakit L/tt/h 206 Puskesmas L/ 2007 Pasar m³/ 18 Restoran L/ 109 Hotel/Penginapan L/tt/h 15
Sumber : PU Cipta Karya, 1998
1.4.7. Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik ialah pemakaian air untuk aktivitas di
lingkungan rumah tangga. Penyediaan air bersih untuk
kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan :
Laporan Pendahuluan III -
14
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
1. Jumlah penduduk
2. Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani
3. Cara pelayanan air
4. Konsumsi pemakaian air
Berdasarkan cara pelayanan air minum maka kebutuhan air
domestik terbagi menjadi dua jenis yaitu Sambungan
Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU).
1.4.8. Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah
Sambungan rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang
menyediakan air langsung ke rumah-rumah dengan
menggunakan sambungan pipa- pipa distribusi air melalui water
meter dan instalasi pipa yang dipasang didalam rumah.
Pelayanan air minum dengan menggunakan sambungan rumah
ditujukan bagi warga yang telah menempati rumah
permanen. Golongan masyarakat ini akan sanggup membayar air
untuk mendapatkan air bersih demi kesehatan. Biasanya yang
termasuk golongan ini adalah golongan ekonomi kelas
menengah hingga atas.
Selama periode perencanaan, diperkirakan jumlah rumah
permanen akan meningkat sesuai dengan fungsi kota yaitu
sebagai pusat industri dan permukiman. Fungsi kota ini
berpengaruh kepada perekonomian masyarakat yang
diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu.
1.4.9. Kebutuhan Air untuk Hidran Umum
Hidran umum adalah jenis sambungan yang menyediakan air
melalui kran yang dipasang di suatu tempat tertentu agar
Laporan Pendahuluan III -
15
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
mudah dipergunakan oleh masyarakat umum untuk mencukupi
kebutuhan mandi, cuci dan minum. Pelayanan air minum ini
ditujukan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi bawah
atau menempati rumah non permanen yaitu rumah yang
terbuat dari bambu atau kayu. Golongan ini berpenghasilan
rendah dan lebih mengutamakan penggunaan air tanah yang
bebas biaya sehingga tingkat penggunaan air dengan sumber
air permukaan akan menjadi sangat rendah karena memerlukan
biaya.
Jumlah penduduk yang menempati rumah non permanen di
masa mendatang akan mengalami penurunan karena
diperkirakan akan terjadi peningkatan kondisi perekonomian
masyarakat.
1.4.10. Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air yang
digunakan oleh berbagai fasilitas penunjang kegiatan
masyarakat. Jumlah kebutuhan air non domestik selama periode
perencanaan
1.4.11. Kebutuhan Air untuk Keperluan Kota
Kebutuhan air untuk keperluan perkotaan terbagi menjadi dua
bagian yaitu untuk :
Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah hidran yang digunakan untuk
mengambil air jika terjadi kebakaran. Menurut Al-Layla (1977),
kebutuhan air untuk hidran kebakaran dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Laporan Pendahuluan III -
16
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Q = debit kebutuhan (L/menit)
P = populasi dalam ribuan
Pada perencanaan ini ditentukan bahwa kebutuhan air untuk
hidran kebakaran adalah 5 % dari total kebutuhan air.
Tata Kota
Kebutuhan air untuk tata kota meliputi kebutuhan air bagi
pemeliharaan taman-taman di wilayah perencanaan. Jumlah
air yang disediakan adalah 5% dari total kebutuhan air.
1.5. ANALISIS SISTEM PRASARANA DAN SARANA AIR
MINUM
Pada analisis ini ditinjau sistem prasarana dan sarana Air Minum
yang telah ada baik dari unit air baku, transmisi, produksi, dan
distribusi. Adapun untuk hal yang lebih rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Analisis permasalahan sumber air yang telah dimanfaatkan
a. Apakah sumber pada kapasitas minimum dapat mensuplai
kebutuhan maksimum
b. Apakah dengan kualitas sumber yang ada dapat
didistribusikan langsung atau perlu pengolahan, kalau
perlu, jenisnya apa
c. Unit air baku yang ada apakah masih mampu mensuplai air
yang dibutuhkan, seberapa jauh pengembangan, serta
prioritasnya bagaimana
d. Alternatif sumber-sumber lain
Laporan Pendahuluan III -
17
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
1.6. TINJAUAN AIR BAKU
Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan
memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air
minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan
seperti sungai, danau, reservoir buatan, dan dari air tanah atau
bahkan air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang tepat
perlu didasarkan pada beberapa hal, yaitu :
1. Kuantitas air baku dan air yang dibutuhkan
2. Kualitas air baku
3. Kondisi iklim
4. Berbagai hal yang berpotensi mengganggu konstruksi intake
5. Keamanan pengoperasian
6. Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi
7. Potensi pencemaran terhadap sumber air
8. Kemudahan dalam pengembangan intake di masa depan
1.6.1. Persyaratan Air Baku
Sistem penyediaan air minum memerlukan sumber air yang
stabil dan harus mampu memenuhi kebutuhan air setiap saat
terutama kekeringan. Air baku yang akan digunakan sebagai
sumber air minum harus memenuhi dua persyaratan yaitu
segi kualitas dan kuantitas.
1. Kualitas
Kualitas sumber air baku air minum harus memenuhi
persyaratan fisik, kimia dan biologi berdasarkan baku mutu yang
berlaku sesuai dengan wilayah masing-masing. Di Indonesia,
baku mutu air baku air minum mengacu kepada Peraturan
Laporan Pendahuluan III -
18
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air kelas I. Isi dari peraturan ini
diberikan pada bagian lampiran C.
2. Kuantitas
Sungai sebagai sumber air baku harus memenuhi persyaratan
dari segi kuantitas yaitu kapasitas minimum dari sungai
harus lebih besar dari jumlah kebutuhan maksimum air minum
di wilayah perencanaan. Bila air baku tidak ditampung terlebih
dahulu maka kapasitas sumber harus mencukupi seluruh musim
per tahun dan memiliki debit terendah sebesar 2.5 x rata-rata
pemakaian satu hari. Untuk menjaga kehidupan akuatik di
dalam sumber air maka terdapat persyaratan pengambilan
debit maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20-40% dari
kapasitas sumber.
1.6.2. Intake
Intake merupakan bangunan/alat yang digunakan untuk
mengambil air dari sumbernya untuk keperluan pengolahan dan
penyediaan air minum. Dalam menentukan lokasi
intake dengan sumber air maka perlu
dipertimbangkan beberapa hal, yaitu :
1. Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi
2. Kuantitas air
3. Minimasi efek-efek negatif
4. Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan
5. Memliki tempat bagi kendaraan
6. Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang
7. Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada
Laporan Pendahuluan III -
19
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
8. Kondisi geologis yang baik
1.7. ANALISA DAN PEMILIHAN UNIT INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM
Pemilihan unit-unit pengolahan air minum merupakan hal
yang sangat penting dalam merencanakan suatu instalasi
pengolahan air minum. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan
kapasitas dari suatu kebutuhan air minum dan kualitas air
minum yang memenuhi baku mutu. Berbagai pertimbangan
perlu dilakukan dalam pemilihan unit-unit tersebut, seperti
pemenuhan kebutuhan akan kuantitas dan kualitas,
ketersediaan lahan, dana, sumber daya manusia, operasional,
dan pemeliharaan instalasi tersebut.
1.7.1. Baku Mutu Air Minum
Baku mutu diperlukan sebagai standar dalam suatu perencanaan
instalasi pengolahan air minum. Di Indonesia, standar baku mutu
untuk air minum yang berlaku saat ini adalah Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air minum. Uraian lengkap dapat dilihat
pada lampiran C.
1.7.2. Analisa Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air
Minum
Penilaian kualitas air didasarkan atas karakteristik fisika, kimia,
dan biologi dari air tersebut. Pemilihan unit pengolahan air
minum salah satunya adalah dengan mempertimbangkan
Laporan Pendahuluan III -
20
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
kualitas air baku dan kualitas yang diharapkan dari hasil
pengolahan yaitu kualitas air yang memenuhi baku mutu air
minum. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa kualitas air baku
terhadap baku mutu air minum.
Sumber air di alam saat ini terdapat dalam kuantitas yang cukup
besar sehingga memiliki potensi untuk dipergunakan sebagai air
baku bagi instalasi pengolahan air minum.
Air baku tersebut dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas,
yaitu :
1. Air Baku yang langsung dapat digunakan sebagai air minum.
2. Air Baku yang perlu pengolahan sederhana untuk dapat
digunakan sebagai air minum.
3. Air Baku yang perlu pengolahan lengkap untuk bisa digunakan
sebagai air minum.
4. Air Baku yang tidak bisa digunakan sebagai air minum.
Berdasarkan kategori air baku di atas maka, sumber air baku
akan dianalisa dan dievaluasi agar dapat diketahui tergolong
dalam kategori yang mana. Setelah hal tersebut diketahui,
maka dapat ditentukan proses pengolahan yang sesuai bagi air
baku tersebut.
Berikut ini akan sedikit diuraikan mengenai parameter air yang
tidak memenuhi baku mutu air minum dan yang perlu
diperhatikan selama proses pengolahan :
17. Kekeruhan
Laporan Pendahuluan III -
21
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Istilah keruh diaplikasikan kepada air yang mengandung materi
tersuspensi yang mengganggu lewatnya cahaya menembus air
atau ketika kedalaman visual menjadi terbatas.
Kekeruhan dapat disebabkan oleh berbagai macam materi
tersuspensi yang berukuran mulai dari koloid sampai dengan
dispersi kasar, tergantung dari derajat turbulensinya. Contoh
zat-zat yang dapat menyebabkan kekeruhan adalah lempung,
lumpur, zat organik, plankton, dan zat-zat halus lainnya.
Pada musim hujan nilai kekeruhan biasanya lebih tinggi
daripada pada musim kering karena pada umumnya akan
terjadi erosi di DAS. Pembahasan mengenai kekeruhan sangat
erat kaitannya dengan segi estetika, kemudahan pengoperasian
filter (filterability), dan desinfeksi (kekeruhan sering diakibatkan
oleh adanya mikroorganism, dan kekeruhan yang tinggi dapat
melindungi mikroorganisme dari pengaruh desinfeksi sehingga
dapat mendorong pertumbuhan bakteri dan menaikkan
kebutuhan klor). Pengukuran kekeruhan digunakan untuk
menentukan efektivitas dosis bahan kimia dalam unit
pengolahan (Sawyer, 1965).
18. Warna
Material yang menyebabkan warna pada air adalah sebagai
akibat dari adanya kontak antara air dengan bahan organik,
seperti daun dan kayu yang telah terdekomposisi pada berbagai
tahap. Tannin, humic acid, dan humate hasil dekomposisi lignin
merupakan penyebab utama terjadinya warna. Besi dalam
bentuk ferric humate juga berpotensi tinggi menimbulkan warna.
Laporan Pendahuluan III -
22
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Pada dasarnya dikenal dua jenis warna pada air permukaan,
yaitu :
e. Warna Semu
Warna semu ini biasanya berasal dari unsur-unsur yang
dapat tersuspensi di dalam air.
f. Warna Sejati
Warna sejati biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan atau
bahan organik yang bersifat koloid.
Pada umumnya penyebab timbulnya warna dalam air
adalah warna semu, tetapi ketika jumlah zat oranik di dalam
air sangat tinggi, maka warna sejati juga akan tinggi. Hal
lain yang mempengaruhi intensitas warna air adalah pH,
pada umumnya intensitas warna akan meningkat dengan
meningkatnya pH.
g. Besi
Air yang mengandung besi tersebut ketika mengalami
kontak dengan udara akan menjadi keruh dan tidak
memenuhi segi estetika. Hal ini terjadi, karena oksidasi besi
menjadi bentuk Fe(III) yang membentuk presipitat koloid.
Besi bisa mengganggu proses pencucian pakaian,
menghasilkan noda pada peralatan plumbing, dan
menimbulkan kesulitan pada sistem distribusi karena
mendukung tumbuhnya bakteri. Besi juga menghasilkan
rasa pada air yang terdeteksi pada konsentrasi yang sangat
rendah.
h. Mangan
Laporan Pendahuluan III -
23
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Mangan biasanya ditemukan dalam air bersama-sama
dengan besi. Sama halnya dengan besi, mangan juga
dapat mempengaruhi rasa air jika konsentrasinya
melebihi 0,5 mg/L. Kandungan mangan dalam air pencucian
dapat menyebabkan warna baju menjadi kekuningan.
i. Total Coli
Kehadiran bakteri coliform pada air minum tidak diinginkan,
karena bakteri coliform merupakan indikator tercemarnya
sumber air oleh air limbah domestik. Selain itu,
keberadaan bakteri coliform biasanya disertai dengan
bakteri/virus patogen lainnya
j. Agresifitas
Agresifitas merupakan tingkat korosifitas air terhadap
logam atau bahan, yang ditentukan oleh kandungan CO2
agresif dan pH. Nilai agresifitas suatu air baku diperlukan
untuk menentukan jenis bahan yang dapat digunakan pada
bagian transmisi atau struktur instalasi pengolahan dan
kebutuhan bahan kimia pada proses pengolahan sebagai
kontrol korosi. Agresifitas dapat dihilangkan dengan
melakukan pembubuhan kapur.
1.8. LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM (IPA)
Penetapan lokasi instalasi pengolahan air minum bergantung
pada beberapa faktor, yaitu jarak lokasi dari intake, layout dari
unit pengolahan, dampak terhadap lingkungan dari instalasi,
dan metode pendistribusian air (secara gravitasi atau
pemompaan).
Laporan Pendahuluan III -
24
Penyusunan Master Plan Air Bersih Kecamatan Kampung Rakyat
Selain itu, hal-hal berikut ini perlu juga ikut
dipertimbangkan untuk melakukan penetapan lokasi instalasi
pengolahan air minum :
1. Lokasi geografis
2. Kondisi geologi dan topografi
3. Ketersediaan tenaga listrik dan peralatan lainnya
4. Lokasi memiliki akses jalan yang baik
5. Aman dari bencana alam seperti banjir dan gempa bumi
6. Jarak antara daerah pelayanan dengan instalasi
7. Kemungkinan untuk pengembangan di masa yang akan
datang
Lokasi instalasi pengolahan air minum yang baik dapat
memanfaatkan ketinggian sebagai energi untuk
mendistribusikan air minum yang dihasilkan oleh instalasi
pengolahan air minum.
1.9. SKEMA PENGOLAHAN AIR MINUM
Pemilihan unit-unit yang dipilih sebagai unit pengolahan utama
dalam perencanaan instalasi pengolahan air minum antara satu
lokasi dengan lokasi yang lainnya dapat berbeda karena kondisi
setempat.
Laporan Pendahuluan III -
25