Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

18
BAB II PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Individu 2.1. Pengertian Individu Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”. Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek lainnya. Berkaitannya antar individu dengan individu lainnya, maka menjadi lebih bermakna manusia apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu masayarakat. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya. Kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. (Hartomo, 2004: 64). Dengan demikian manusia merupakan mahluk individual tidak hanya dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan kecakapannya. Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana individu sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar dan dalam dirinya. Dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu dalam berinteraksi dan berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar individu tersebut ditandai dengan dimana individu tersebut berusaha menempatkan perilaku pada dirinya sesuai dengan norma dan kebudayaan lingkungan

Transcript of Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

Page 1: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Individu

2.1. Pengertian Individu

Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”.

Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa yang

majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu merupakan kesatuan

yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka

dapat disimpulkan bahwa individu adalah manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik

dalam kepribadiannya. Dan terdapat tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik

jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Dimana aspek aspek tersebut saling

berhubungan. Apabila salah satu rusak maka akan merusak aspek lainnya.

Berkaitannya antar individu dengan individu lainnya, maka menjadi lebih bermakna

manusia apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang

bersangkutan. Proses yang meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada

dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka

individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, yang

akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu masayarakat.

Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: pertama

menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya. Kedua takluk terhadap

kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. (Hartomo, 2004: 64). Dengan demikian

manusia merupakan mahluk individual tidak hanya dalam arti keseluruhan jiwa-raga, tetapi

merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan kecakapannya.

Individu mempunyai ciri-ciri memiliki suatu pikiran dan diri. Dimana individu

sanggup menetapkan kenyataan, interprestasi situasi, menetapkan aksi dari luar dan dalam

dirinya. Dapat diartikan sebagai proses komunikasi individu dalam berinteraksi dan

berhubungan. Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang

menjadi latar individu tersebut ditandai dengan dimana individu tersebut berusaha

menempatkan perilaku pada dirinya sesuai dengan norma dan kebudayaan lingkungan

Page 2: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

tersebut , seperti di Indonesia individunya menjunjung tinggi perilaku sopan santun dan

beretika dalam bersosialisasi.

Individu selalu berada didalam kelompok, peranan kelompok tersebut adalah untuk

mematangkan individu tersebut menjadi seorang pribadi. Dimana prosesnya tergantung

terhadap kelompok dan lingkungan dapat menjadi faktor pendukung proses juga dapat

menjadi penghambat proses menjadi suatu pribadi. Faktor pendukung dan faktor penghambat

juga dapat berdasarkan individu itu sendiri.

2.2. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materil sesuatu

sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa

pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi tidak ada, dari kecil menjadi besar dari

sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas, dan lain-lain.

Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh suatu organisme

yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat irreversible (tidak

dapat kembali pada keadaan semula). Pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, dimana suatu

organisme yang dulunya kecil menjadi lebih besar seiring dengan pertambahan waktu.

Perkembangan adalah suatu proses differensiasi, organogenesis dan diakhiri dengan

terbentuknya individu baru yang lebih lengkap dan dewasa. Perkembangan lebih bersifat

kualitatif, dimana suatu organism yang sebelumnya masih belum matang dalam sistem

reproduksinya (dewasa), menjadi lebih dewasa dan matang dalam sistem reproduksinya

sehingga dapat melakukan perkembangbiakan.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu:

1. Faktor Biologis

Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh

seperti kepala, tangan, kaki, dan lainya. Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa

persamaan dalam kepribadian dan perilaku. Namun ada warisan biologis yang bersifat

khusus. Artinya, setiap individu tidak semua ada yang memiliki karakteristik fisik

yang sama.

Page 3: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

2. Faktor Geografis

Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada

penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan

baik dan menimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika

lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu

yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula.

3. Faktor Kebudayaan Khusus

Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya.

Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki

kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga.

Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti

keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring

berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan

lingkungan sekitar.

B. Fungsi Keluarga

3.1. Pengertian Fungsi Keluarga

Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti

"anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan

darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan

antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

Keluarga bisa di artikan juga sebagai lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga

atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia,

keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan menjadi pusat terpenting

dari kegiatan dalam kehidupan individu.

Keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yakni keluarga batih atau keluarga inti

(conjugal family) dan keluarga kerabat (consanguine family). Conjugal Family atau keluarga

batih didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari seorang suami, istri, dan anak-anak

mereka yang belum kawin. Lain halnya dengan consanguine family. Keluarga hubungan

Page 4: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

kerabat sedarah atau consanguine family tidak didasarkan pada pertalian kehidupan suami

istri, melainkan pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.

Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin

berdiam pada satu rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan.

“Kesatuan keluarga consanguine ini disebut juga sebagai extended family atau keluarga luas

Fungsi Keluarga.

3.2. Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga diantaranya sebagai berikut:

Fungsi Pengaturan Keturunan

Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan seks dapat

dipuaskan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan berbagai cara, misalnya

kontrasepsi, abortus, dan teknik lainnya. Meskipun sebagian masyarakat tidak membatasi

kehidupan seks pada situasi perkawinan, tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga

akan menjamin reproduksi. Karena fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk

kelangsungan hidup manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia dan bukan hanya

sekadar kebutuhan biologis saja. Fungsi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan

sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan, serta

pemeliharaan pada hari tuanya.

Pada umumnya masyarakat mengatakan bahwa perkawinan tanpa menghasilkan anak

merupakan suatu kemalangan karena dapat menimbulkan hal-hal yang negatif. Bahkan ada

yang berpendapat bahwa semakin banyak anak semakin banyak mendapatkan

rezeki, terutama hal ini dianut oleh orang-orang Cina dan dihubungkan dengan keagamaan,

karena semakin banyak anak semakin banyak yang memuja arwah nenek moyangnya.

Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan

Fungsi ini untuk mendidik anak mulai dari awal sampai pertumbuhan anak hingga

terbentuk personalitynya. Anak-anak lahir tanpa bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi

maka harus disosialisasi oleh orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Jadi, dengan kata lain, anak-anak harus belajar norma-norma mengenai apa yang senyatanya

baik dan tidak layak dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini, maka anak-anak harus

memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang diperbolehkan dan tidak, apa yang baik,

Page 5: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

yang indah, yang patut, dsb. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan anggota masyarakat

lainnya dengan menguasai sarana-sarananya.

Dalam keluarga, anak-anak mendapatkan segi-segi utama dari kepribadiannya, tingkah

lakunya, tingkah pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Karena itulah keluarga

merupakan perantara antara masyarakat luas dan individu. Perlu diketahui bahwa kepribadian

seseorang itu diletakkan pada waktu yang sangat muda dan yang berpengaruh besar sekali

terhadap kepribadian seseorang adalah keluarga, khususnya seorang ibu.

Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi

Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga sebagai

unit-unit produksi yang seringkali dengan mengadakan pembagian kerja di antara anggota-

anggotanya. Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoordinir dalam produksi ekonomi.

Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah dimana semua anggota keluarga

terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi

ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya sekadar hubungan yang

dilandasi kepentingan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga

sebagai sistem hubungan kerja.

Suami tidak hanya sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga sebagai kepala dalam

bekerja. Jadi, hubungan suami-istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman sekerja

yang sedikit, banyak juga dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.

Fungsi ini jarang sekali terlihat pada keluarga di kota dan bahkan fungsi ini dapat dikatakan

berkurang atau hilang sama sekali.

Fungsi Pelindung

Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai bahaya yang dialami

oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini banyak diambil alih oleh instansi

negara.

Fungsi Penentuan Status

Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka keluarga akan

mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap-tiap anggota

keluarga mempunyai hak-hak istimewa. Perubahan status ini biasanya melalui perkawinan.

Hak-hak istimewa keluarga, misalnya menggunakan hak milik tertentu, dan lain sebagainya.

Page 6: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

Jadi, status dapat diperoleh melalui assign status maupun ascribed status. Assigned Status

adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan

didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya

seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan lainnya. Sedangkan Ascribed

Status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, keturunan,

suku, usia, dan lain sebagainya.

Fungsi Pemeliharaan

Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggotanya yang sakit,

menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, tetapi

sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap

anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Seiring dengan perkembangan

masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi

pemeliharaan ini mulai banyak diambil alih dan dilayani oleh lembaga-lembaga masyarakat,

misalnya rumah sakit, rumah-rumah yang khusus melayani orang-orang jompo.

Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa dicintai.

Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa kenakalan yang serius adalah salah satu ciri khas

dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian atau merasakan kasih

sayang. Di sisi lain, ketiadaan afeksi juga akan menggerogoti kemampuan seorang bayi untuk

bertahan hidup.

C. Individu, Keluarga, dan Masyarakat

4.1. Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “kulawarga” “ras” dan “warga” yang

berarti anggota adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki

hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki

hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu

tersebut.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan

beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Page 7: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari

dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di

dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan

anak atau anak-anak, keluarga conjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan

anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak

orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas

keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek,

dan keluarga nenek.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah

tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

4.2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup

(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang

berada dalam kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa

Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-

hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen

(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu

sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Page 8: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata

pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat

pastoral nomadis, masyarakat bercocoktana, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga

disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-

industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan

kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan

dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti

society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung

makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam

mencapai tujuan bersama.

4.3. Golongan Masyarakat

Masyarakat Majemuk

Dalam masyarakat majemuk manapun, mereka yang tergolong sebagai minoritas selalu

didiskriminasi. Ada yang didiskriminasi secara legal dan formal, seperti yang terjadi di

negara Afrika Selatan sebelum direformasi atau pada jaman penjajahan Belanda dan

penjajahan Jepang di Indonesia. Dan, ada yang didiskriminasi secara sosial dan budaya dalam

bentuk kebijakan pemerintah nasional dan pemerintah setempat seperti yang terjadi di

Indonesia dewasa ini. Dalam tulisan singkat ini akan ditunjukkan bahwa perjuangan hak-hak

minoritas hanya mungkin berhasil jika masyarakat majemuk Indonesia kita perjuangkan

untuk dirubah menjadi masyarakat multikultural. Karena dalam masyarakat multikultural

itulah, hak-hak untuk berbeda diakui dan dihargai. Tulisan ini akan dimulai dengan

penjelasan mengenai apa itu masyarakat Indonesia majemuk, yang seringkali salah

diidentifikasi oleh para ahli dan orang awam sebagai masyarakat multikultural. Uraian

berikutnya adalah mengenai dengan penjelasan mengenai apa itu golongan minoritas dalam

kaitan atau pertentangannya dengan golongan dominan, dan disusul dengan penjelasan

mengenai multikulturalisme. Tulisan akan diakhiri dengan saran mengenai bagaimana

memperjuangkan hak-hak minoritas di Indonesia.

Masyarakat Majemuk Indonesia

Page 9: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku

bangsa oleh sistem nasional, yang biasanya dilakukan secara paksa (by force) menjadi sebuah

bangsa dalam wadah negara. Sebelum Perang Dunia kedua, masyarakat-masyarakat negara

jajahan adalah contoh dari masyarakat majemuk. Sedangkan setelah Perang Dunia kedua

contoh-contoh dari masyarakat majemuk antara lain, Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan, dan

Suriname. Ciri-ciri yang menyolok dan kritikal dari masyarakat majemuk adalah hubungan

antara sistem nasional atau pemerintah nasional dengan masyarakat suku bangsa, dan

hubungan di antara masyarakat suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem nasional. Dalam

perspektif hubungan kekuatan, sistem nasional atau pemerintahan nasional adalah yang

dominan dan masyarakat-masyarakat suku bangsa adalah minoritas. Hubungan antara

pemerintah nasional dengan masyarakat suku bangsa dalam masyarakat jajahan selalu

diperantarai oleh golongan perantara, yang posisi ini di Hindia Belanda dipegang oleh

golongan Cina, Arab, dan Timur Asing lainnya untuk kepentingan pasar. Sedangkan para

sultan dan raja atau para bangsawan yang disukung oleh para birokrat (priyayi) digunakan

untuk kepentingan pemerintahan dan penguasaan. Atau dipercayakan kepada para bangsawan

dan priyayi untuk kelompok-kelompok suku bangsa yang digolongkan sebagai terbelakang

atau primitif.

Dalam masyarakat majemuk dengan demikian ada perbedaan-perbedaan sosial, budaya,

dan politik yang dikukuhkan sebagai hukum ataupun sebagai konvensi sosial yang

membedakan mereka yang tergolong sebagai dominan yang menjadi lawan dari yang

minoritas. Dalam masyarakat Hindia Belanda, pemerintah nasional atau penjajah mempunyai

kekutan iliter dan polisi yang dibarengi dengan kekuatan hukum untuk memaksakan

kepentingan-kepentingannya, yaitu mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Dalam

struktur hubungan kekuatan yang berlaku secara nasional, dalalm penjajahan hindia Belanda

terdapat golongan yang paling dominan yang berada pada lapisan teratas, yaitu orang

Belanda dan orang kulit putih, disusul oleh orang Cina, Arab, dan Timur asing lainnya, dan

kemuian yang terbawah adalah mereka yang tergolong pribumi. Mereka yang tergolong

pribumi digolongkan lagi menjadi yang tergolong telah mengenal peradaban dan mereka

yang belum mengenal peradaban atau yang masih primitif. Dalam struktur yang berlaku

nasional ini terdapat struktur-struktur hubungan kekuatan dominan-minoritas yang bervariasi

sesuai konteks-konteks hubungan dan kepentingan yang berlaku.

Dalam masa pendudukan Jepang di Indonesia, pemerintah penjajahan Jepang yang

merupakan pemerintahan militer telah memposisikan diri sebagai kekuatan memaksa yang

Page 10: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

maha besar dalam segala bidang kehidupan masyarakat suku bangsa yang dijajahnya. Dengan

kerakusannya yang luar biasa, seluruh wilayah jajahan Jepang di Indonesia dieksploitasi

secara habis habisan baik yang berupa sumber daya alam fisik maupun sumber daya

manusianya (ingat Romusha), yang merupakan kelompok minoritas dalam perspektif

penjajahan Jepang. Warga masyarakat Hindia Belanda yang kemudian menjadi warga

penjajahan Jepang menyadari pentingnya memerdekakan diri dari penjajahan Jepang yang

amat menyengsarakan mereka, kemerdekaan diri pada tanggal 17 Agustus 1945, dipimpin

oleh Soekarno-Hatta.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yang disemangati oleh Sumpah Pemuda

tahun 1928, sebetulnya merupakan terbentuknya sebuah bangsa dalam sebuah negara yaitu

Indonesia tanpa ada unsur paksaan. Pada tahun-tahun penguasaan dan pemantapan kekuasaan

pemerintah nasional barulah muncul sejumlah pemberontakan kesukubangsaan-keyakinan

keagamaan terhadap pemerintah nasional atau pemerintah pusat, seperti yang dilakukakn oleh

DI/TII di jawa Barat, DI/TII di Sulawesi Selatan, RMS, PRRI di Sumatera Barat dan

Sumatera Selatan, Permesta di Sulawesi Utara, dan berbagai pemberontakan dan upaya

memisahkan diri dari Republik Indonesia akhir-akhir ini sebagaimana yang terjadi di Aceh,

di Riau, dan di Papua, yang harus diredam secara militer. Begitu juga dengan kerusuhan

berdarah antar suku bangsa yang terjadi di kabupaten Sambas, Kalimantan Tengah, Sulawesi

Tengah, dan Maluku yang harus diredam secara paksa. Kesemuanya ini menunjukkan adanya

pemantapan pemersatuan negara Indonesia secara paksa, yang disebabkan oleh adanya

pertentangan antara sistem nasional dengan masyarakat suku bangsa dan konflik di antara

masyarakat-masyarakat suku bangsa dan keyakinan keagamaan yang berbeda di Indonesia.

4.4. Perbedaan antara Kelompok Masyarakat Non Industri dan Industri

1. Masyarakat Non Industri

Kita telah tahu secara garis besar bahwa, kelompok nasional atau organisasi

kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok

primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).

a. Kelompok primer

Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih

akrab. Di karenakan para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, sehingga

mereka mengenal lebih dekat, lebih akrab dalam kelompok-kelompok primer bercorak

Page 11: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada

kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada

kesadaran, tanggung jawabpara anggota dan berlangsung atas dasar rasasimpati dan secara

sukarela. Contoh-contoh kelompok primer, antara lain :keluarga, rukun tetangga, kelompok

belajar,kelompok agama, dan lain sebagainya.

b. Kelompok sekunder

Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak Iangsung, formal,

juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena yaitu, sifat interaksi, pembagian kerja,

pembagian kerja antar anggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan-pertimbangan

rasional, obyektif.

Para anggota menerima pembagian kerja/pembagian tugas atas dasar kemampuan,

keahlian tertentu, di samping dituntut dedikasi. Hal-hal semacam itu diperlukan untuk

mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah

sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya: partai politik,

perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang

dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal

group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal

group). Inti perbedaan yang terjadi adalah: Kelompok tidak resmi (informal group) tidak

berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah tangga

(ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.

Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan-

peranan serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu sebagai pedoman tingkah laku para

anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan

tertulis seperti pada kelompok resmi (W.A. Gerungan, 1980 : 91). Contoh : Semua kelompok

sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang memiliki

anggota kelompok tidak resmi.

2. Masyarakat Industri

Durkheim mempergunakan variasi pembangian kerja sebagai dasar untuk

mengklasifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi lebih

Page 12: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks.

Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua eksterm tadi diabaikannya (Soerjono

Soekanto, 1982 : 190). Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa

kapasitas masyarakat semakintinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling

ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal

pengkhususan.Otonomi sejenis, juga menjadi ciri daribagian/ kelompok-kelompok

masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus

yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.

Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli

listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi

fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan

bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul

kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan

derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai

dengan bertambahnya individualisme.

D. Hubungan antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat

5.5. Makna Individu

Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu

berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi

bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah

merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke

dalam satuan yang lebih kecil.Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda.

Individu yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu

tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.

5.6. Makna Keluarga

Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana

seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting artinya

dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang berpribadi. Sebagai bagian

yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga mempunyai korelasi fungsional dengan

masyarakat tertentu, oleh karena itu dalam proses pengembangan individu menjadi seorang

yang berpribadi hendaknya diarahkan sesuai dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga

Page 13: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

seorang individu menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan

melakukan hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk.

5.7. Makna Masyarakat

Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki

prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai tujuan

bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai

bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan masyarakat adalah tempat kita

melihat hasil dari proyeksi tersebut.

Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks

budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna,

artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala-gejalanya. Karena di sini akan terlibat

individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai

perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.

5.8. Hubungan antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Aspek individu, keluarga, masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa

dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu.

Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka

individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat

mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya. Karena tak

dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari keluarga dan

masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang individu memiliki

peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu individu, sedang masyarakat merupakan

media sosialisasi seorang individu dalam menyampaikan ekspresinya secara lebih luas.

Sehingga dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya benar atau salah dalam suatu

masyarakat tersebut.

E. Urbanisasi

6.1. Pengertian Urbanisasi

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah

yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa

dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Page 14: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan

jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan

pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan

keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti persentase

penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya

salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni

migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk

dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota, sedangkan Mobilitas

Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak

menetap.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang

biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media

massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.

Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau

faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian

atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya

dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke

perkotaan.

1. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi

- Kehidupan kota yang lebih modern

- Sarana dan prasarana kota lebih lengkap

- Lapangan pekerjaan di kota yang lebih luas

- Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas

2. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

- Lahan pertanian semakin sempit

- Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya

- Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa

- Terbatasnya sarana dan prasarana di desa

- Diusir dari desa asal

- Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Page 15: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

3. Keuntungan Urbanisasi

- Memoderenisasikan warga desa

- Menambah pengetahuan warga desa

- Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah

- Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa

4. Akibat urbanisasi

- Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota

- Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)

- Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan

- Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan kriminal

6.2. Proses Terjadinya Urbanisasi

Pertama, pemerintah berkeinginan untuk sesegera mungkin meningkatkan proporsi

penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa

meningkatnya penduduk daerah perkotaan akan berkaitan erat dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi negara. Data memperlihatkan bahwa suatu negara atau daerah dengan

tingkat perekonomian yang lebih tinggi, juga memiliki tingkat urbanisasi yang lebih tinggi,

dan sebaliknya. Negara-negara industri pada umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75

persen. Bandingkan dengan negara berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya

masih sekitar 35 persen sampai dengan 40 persen saja.

Kedua, terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau tidak terkendali, dapat

menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali atau

tidaknya proses urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran primacy rate, yang kurang lebih

diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota terbesar pada suatu negara atau wilayah terhadap

kota-kota di sekitarnya. Makin besar tingkat primacy menunjukkan keadaan yang kurang baik

dalam proses urbanisasi. Sayangnya data mutahir mengenai primacy rate di Indonesia tidak

tersedia.

Page 16: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

BAB III

PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Individu mempunyai peranan penting dalam sebuah lingkungan memikirkan sebuah

jalan keluar dalam memenuhi semua keinginan yang dia mau dengan cara apa pun semua ia

lakukan untuk memnuhi keinginan hasratnya, di dalam bersosialisai kita juga tidak boleh

memikirkan kepentingan diri kita sendiri karena dengannya ada sifat seperti itu lah yang akan

meembuat suatu lingkungan ada konflik. Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya

dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang

itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk

kelebihan serta kelemahannya.

Mempunyai suatu keluarga yang harmonis dan juga dipenuhi akan rasa cinta dan

kasih sayang tentu dambaan para umat kaum manusia di dunia ini, akan tetapi semua itu

sudah tidak akan lengkap lagi bila tidak dibersamakan dengan interaksi sesama manusia

keterkaitan terhadap lingkungan sangat lah penting di karenakan demi perkembangan pola

pikir kita dan juga anggota keluarga. Kalau kita hanya berkeluarga saja tidak berbaur dengan

orang lain maka tidak akan mungkin apa bila kalau keluarga kita sedang membutuhkan orang

lain tidak ada yang membantu karena orang lain pun tidak akan tahu bila kita sedang

mengalami sebuah cobaan, seandainya kita berbaur dan juga peduli terhadap orang lain maka

tidak akan memungkinkan bila masyarakat akan membantu kesusahan kita dengan

kemampuan yang ia bisa, masyarakat di sini juga amat sangat penting dikarenakan apa bila di

suatu linkungan kita tidak mempunyai nilai kemasyarakatan yang amat peduli terhadap

sesama manusia yang berada di lingkungan susah unuk mewujudkan semua itu.

Kumpulan dari orang-orang tersebut harus ada yang mengatur untuk menjalanjan

suatu organisai dengan kepemimpinan yang handal dan juga wajib ditiru bagi masyarakat

lainnya, dengan ada semua itu maka mungkin perubahan pola pikir manusia akan berubah

untuk menciptakan lingkungan yang berdasarkan niali kebersamaan, persahabatan, dan juga

tali persaudaraan.

Page 17: Bab 3 Individu, Keluarga dan Masyarakat

DAFTAR PUSAKA

Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. hal. 58

Anita L. Vangelis.2004.Handbook of Family Comunication.USA:Lawrence Elbraum Press.

hal 349.

Jhonson, C.L. 1988. Ex Familia. New Brunswick: Rutger University Press.

Paul B. Horton. 1987.Sosiologi. Jakarta:Erlangga. Hal 266

Fr Tderique Holdert dan Gerrit Antonides, “Family Type Effects on Household Members

Decision Making”, Advances in Consumer Research Volume 24 (1997), eds. Merrie Brucks

and Deborah J. MacInnis, Provo, UT: Association for Consumer Research, Pages: 48-54

Minuchin, S (1974). Families and Family Therapy. Cambridge, MA: Harvard University

Press

(Inggris) United Nations World Urbanization Prospects, the 2009 Revision, Web Site of the

United Nations Population Division

(Inggris) Geopolis: Research group, University of Paris-Diderot, France

(Inggris) Tomorrow's Crises Today - the humanitarian dimension of urbanization, oleh IRIN

(Inggris) The Natural History of Urbanization, oleh Lewis Mumford

(Inggris) The World System urbanization dynamics, oleh Andrey Korotayev

(Inggris) Brief review of world socio-demographic trends mencakup tinjauan terhadap trend

urbanisasi global

http://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html

http://tinyurl.com/283rcnu

http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga