BAB 3 ANALISIS KUMPULAN PUISI DISEBABKAN OLEH...
Embed Size (px)
Transcript of BAB 3 ANALISIS KUMPULAN PUISI DISEBABKAN OLEH...
BAB 3
ANALISIS KUMPULAN PUISI DISEBABKAN OLEH ANGIN
KARYA RENDRA
3.1 Analisis Kumpulan Puisi Disebabkan Oleh Angin dalam Kepenyairan
Rendra
3.1.1 Biografi Rendra dan Karya-karyanya
Willybrodus Surendra Broto adalah nama aslinya. Dengan nama panggilan
Mas Willy atau cukup Rendra. Dilahirkan di kampung Jayengan Solo pada hari
Kamis 7 November 1935 jam 1705. Meskipun ia lahir dan besar di Solo, tetapi
sebenarnya kedua orang tuanya dan nenek moyangnya berasal dari Yogyakarta.
Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, dan Ibunya
pernah menjadi penari di keraton Yogyakarta. Rendra berkeputusan untuk
menetap di kota leluhurnya itu bersama grup dramanya yang bernama Bengkel
Teater bermarkas di Ketanggungan Wetan, Yogyakarta.
Ia memulai karirnya dengan menulis sajak sejak ia masih duduk di kelas
dua SLA di Solo. Ia masih di SLA pula ketika pada tahun 1954 merebut hadiah-
hadiah dari Kementrian PD & K untuk naskah dramanya yang dijuduli Orang-
orang di Tikungan Jalan. Dua tahun kemudian ia mendapat hadiah lagi dari
majalah KISAH untuk sebuah cerita pendek yang ditulisnya. Cerita-cerita
pendeknya dikumpulkan dengan judul Ia Sudah Bertualang (1963).
Kemudian pada tahun 1957 terbitlah kumpulan sajak -sajaknya yang
berbentuk balada yang sebenarnya telah ia tulis sejak di SLA dan kumpulan
tersebut diberi judul Balada Orang-Orang Tercinta. Rendra tentu saja mengucap
syukur ketika buku ini juga memenangkan hadiah dari Badan Kemusyawarahan
Kebudayaan Nasional di tahun itu juga. Ia patut bersyukur dan bergembira oleh
karena pada waktu itu ialah satu-satunya penyair yang menulis dengan gaya epik
dan balada, sementara penyair lainnya menulis dengan gaya ekspresif dan liris.
Rupa-rupanya khasanah tembang-tembang Jawa dan fragmen-fragmen epos
wayang kulit sangat mempengaruhi jiwa remajanya waktu itu.
Masih dalam tahun yang sama, Rendra jatuh cinta secara dewasa untuk
pertama kalinya dengan seorang gadis dari Jalan Sawojajar Yogyakarta yang
bernama Sunarti. Dan, sejak saat itu ia lalu banyak menulis sajak-sajak liris
dengan tema cinta yang selalu dihubungkan dengan rasa keagamaan yang mistis.
Sajak-sajak itu ia kumpulkan dalam empat kumpulan dengan judul Kakawin
Kawin, Malam Stanza, Nyanyian dari Jalanan, dan Sajak Duabelas Perak.
Keempat kumpulan sajak ini kemudian terbit menjadi satu buku kumpulan sajak
pada tahun 1961 yang oleh penerbitnya di beri judul Rendra: Empat Kumpulan
Sajak.
Tahun itu juga Rendra mulai tertarik pada seni drama dan lalu mendirikan
Studi Grup Drama Yogya dimana ia membina kader kadernya: Arifin C.
Noer, Deddy Sutomo, Parto Tegal, Mochtar Hadi, Louis Wangge, dan lain-lain.
Sementara itu, Rendra juga menghayati sedalam-dalamnya tema-tema agama dan
episode-epidode introspektif di dalam hidupnya. Tema-tema ini kemudian ia
garap dalam puisi-puisi yang ia kumpulkan menjadi dua kumpulan puisi yang
berjudul Mazmur Mawar dan Sajak-sajak Sepatu Tua, dan baru ia terbitkan pada
tahun 1972. Dalam puisinya ini seakan membuktikan bahwa pada dasarnya puisi
adalah juga semacam wicara yang jernih, wajar, mengalir, yang di sana-sini
terpotong oleh majas yang sungguh tak terduga-duga; namun anasir yang seperti
sumbang dan mengagetkan ini tetap tunduk di bawah nalar puitik yang tak hendak
lagi mencari keganjilan. Maka, bila si penyair membentangkan tamsya,
menyerukan protes, menyampaikan pesan, dan melayangkan do`a, misalnya, kita
pun tahu bahwa kita bisa mencapai kedalaman (keajaiban) pengalaman seperti itu
karena bahasanya adalah bahasa kita juga.
Uraiannya tentang bermain drama diterbitkan dengan judul Tentang
Bermain Drama (1976) yang mendapat hadiah pertama dari Yayasan Buku Utama
1976 untuk karya non-fiksi. Ia pun banyak menerjemahkan drama klasik dunia, di
antaranya yang sudah terbit karya-karya Sophokles yaitu oedipus Sang Raja,
Oedipus di Kolonus, dan Antigone. Tahun 1993 terbit bukunya Seni Drama untuk
Remaja, panduan yang lengkap dan mudah dipahami.
Pada tahun 1964 Rendra pergi ke Amerika Serikat selama tiga tahun. Di
sana ia berkenalan dengan ilmu-ilmu sosial yang ternyata memberikan pengaruh
besar di dalam perkembangan pemikirannya. Ia mulai tertarik pada masalah-
masalah sosial, dan muncullah kini variasi baru dalam puisinya, yaitu tema sosial.
Puisi-puisinya ini ia kumpulkan di bawah judul Blues Untuk Bonnie dan terbit
pada tahun 1971. Dalam puisi ini Rendra seperti menggunakan bahasa sehari-hari,
bahasa yang dijauhi oleh para penyair, tapi dengan patahan-patahan frase yang
mengejutkan, puisi-puisi itu tetap menjaga siluet cerita, sambil melantur
menggamit berbagai idiom yang surrealistik namun yang sungguh menghidupkan.
Di sini antara tegangan yang dangkal dan yang fantastik, yang prosais dan yang
puitis, yang murahan dan yang luhur, terselenggara dengan begitu baik dan wajar,
dan inilah yang membuat Rendra kian berbeda dengan para penyair utama kita.
Pulang dari Amerika Serikat, yakni pada tahun 1967, ia mendirikan
Bengkel Teater. Pementesan dramanya mendapatkan penghargaan berupa
Anugerah Seni dari Mentri P & K Masyhuri, pada tahun 1979. Sedang pada tahun
1975 Rendra kecipratan rezeki lagi berupa hadiah dari Akademi Jakarta untuk
karya-karya seninya terhitung dari tahun 1970-1975.
Masalah-masalah politik pun akhirnya menarik perhatian Rendra sejak
tahun 1975. Puisi-puisinya yang bertema politik ia kumpulkan dalam bendera
Pamplet Penyair. Pada tahun 1971 Rendra diundang untuk membacakan puisinya
di Poetry Internasional Festival di Rotterdam, Holland. Kesmpatan itu ia
manfaatkan membaca puisi-puisinya dari Blues Untuk Bonnie. Di tahun 1971 juga
sehubungan dengan kiprahnya di bidang teater Rendra mendapat Anugerah Seni
dari Pemerintah RI. Undangan Serupa datang lagi untuknya pada tahun 1979
yang kali ini Rendra membaca puisi-puisinya dari Pamflet Penyair. Dan, pada
tahun 1983 buku puinya adalah Potret Pembangunan Dalam Puisi.
Mengenai kumpulan eseinya adalah Mempertimbangkan Tradisi (1983).
Adapun esai-esainya dari masa awal belakangan terbit dengan judul Catatan-
catatan Rendra Tahun 1960-an (1995)
Dan, pada tahun 1993 terbitlah kumpulan puisinya Disebabkan Oleh
Angin. Judul ini diambil dari judul sajaknya Disebabkan Oleh Angin yang ia tulis
di Jakarta 24 Maret 1970 untuk dimainkan Di TVRI. Puisi ini merupakan
perkembangan dari satu puisi panjang dengan judul yang sama, yang ditulisnya di
New York, pada tahun 1964, saat ia mengalami goncangan batin dan rindu pada
sahabat-sahabatnya di Indonesia. Puisi ini adalah untuk pementasan, tapi alih-alih,
mengabdi pada kepentingan panggung, antara yang maya dan yang nyata bergerak
mondar-mandir dalam jiwa, antara kenangan lampau dan aku kini, antara suara
dan kekosongan. Dengan bahasa yang jauh dari kesan dramatik dan tokoh-tokoh
yang ibarat kelebat wayang pada kelir, puisi ini memelihara tegangan naratif di
bawah permukaan dengan piawai. Di sinilah puisi naratif Rendra bukan lagi puisi
epik melainkan anti- epik Puisi- puisi Rendra adalah puisi yang meletakkan
kekuatannya pada komunikasi tematik, dengan bahasa yang tidak rumit. Pada
tahun ini juga (1993) ia membuat buku puisi Orang-orang Rangkasbitung dan
buku puisinya Mencari Bapa pada tahun 1997.
Lebih dari setengah abad kiprah perpuisan Rendra semakin menunjukan
jalan lain perpuisian Indonesia. Ketika mayoritas penyair terpukau berlebihan
pada lirisisme dan kerap terjatuh pada puisi semu dan gelap, Rendra menulis puisi
naratif dengan bahasa yang penuh hiasan dan pendar-pendar. Ia adalah contoh
pertama bagi penyair asal Jawa yang piawai berbahasa Indonesia. Ketika para
penyair utama gemar menyuling bahasa demi mencapai puncak puitik, Rendra
justru mendaur ulang bahasa orang ramai. Ia juga contoh utama bahwa
modernisme artistik bisa memeuk mesra lingkunagan budaya asal. Puisi, bagi
penyair kelahiran 1935 ini, adalah upaya untuk mengungkai kecerdasan kolektif
sekaligus memelihara kewajaran dan kebaruan Bahasa Indonesia.
Puisi-puisi Rendra memang hebat, terbukti sudah banyak diantaranya yang
diterjemahkan dalam bahasa Jepang, Rusia, Inggris, Belanda, Perancis dan
Jerman. Terbitan dalam bentuk buku, untuk Rendra, di antaranya adalah Rendra :
Ballads and Blues, merupakan terjemahan sajak-sajak Rendra pada tahun 1954-
1967 yang diterjemahkan oleh Burton Raffel, Harry Aveling dan Derwent May.
Penerbitya adalah Oxford University Press, 1974. Rendra : Pamfletten van een
Dichter, merupakan terjemahan dari Pamplet Penyair yang dikerjakan oleh Prof A
Teew, diterbitkan oleh Thomas&Erras tahun 1979. Terjemahan dalam bahasa
Inggris disiapkan oleh Australia.Kumpulan puisi yang di terbitkan pertama kali
oleh Lembaga Studi Pembangunan ini, merupakan kumpulan puisi yang pernah
dibaca oleh pengarangnya di muka umum dalam variasi koleksi yang berbeda.
Kesempatan baca tersebut adalah di Taman Ismail Marzuki, Apel Siaga Kampus
ITB, Mimbar Bebas Kampus Unpad, Asrama Mahasiswa UI Daksinapati, Gedung
Olah Raga Yogya, Rotterdam, Leiden, Amsterdam, Berlin, Hamburg, Frankfurt,
Giesen dan Aachen. Rendra :The Struggle of the Naga Tribe, adalah terjemahan
dalam naskah drama Rendra Kisah Perjuangan Suku Naga yang dikerjakan oleh
Max Lane dan diterbitkan oleh University Of Queensland Press tahun 1979).
Dan, di Jerman Barat, Dr. Rainer Carle menulis sebuah buku tebal :
Rendras Gedichtsammlungen (1957-1972) Ein Beitrag zur Kenntnis der
Zeitgenossischen Indonesischen Literatur. Buku ini menelaah karya karya puisi
Rendra dalam kaitannya dengan aktivitas serta karya-karya Rendra lainnya dari
tahun 1957-1972. .
3.1.2 Visi Estetik dan Ekstra Estetik Rendra
Karya sastra sebagai karya seni terdiri atas bahan dan struktur estetik.
Kedua aspek tersebut berjalinan erat. Dalam karya sastra yang baik (bernilai),
keduanya melebur menjadi satu hingga sukar dipisahkan secara nyata. Dengan
adanya dua aspek atau komponen itu, maka dalam menilai karya sastra dikenakan
dua kriteria secara bersama-sama, yaitu kriteria estetik dan ekstra estetik. Kriteria
estetik dikenakan pada struktur estetik karya sastra. Kriteria ekstra estetik
dikenakan pada bahan-bahan karya sastra.
Kriteria estetik adalah semua usaha yang tersusun untuk mendapatkan nilai
estetik (seni) karya sastra, misalnya persajakan (rima), penyusunan irama,
pemilihan kata yang tepat, gaya bahasa, penyusunan alur (suyet), konflik-konflik,
humor, dan sebagainya. Termasuk dalam kriteria ini adalah kebaruan dan
kemampuan untuk membuat orang kagum dan terpesona. Sedangkan yang
dimaksud kriteria ekstra estetik dikenakan pada bahan-bahan karya sastra. Bahan-
bahan karya sastra dapat berupa kata-kata, tingkah laku manusia, gagasan, dan
sikap manusia. Ciri-ciri ekstra estetik misalnya: individualisme menonjol, dalam
arti, kesadaran kepada keberadaan diri pribadi terpancar, puisi mengekspresikan
kehidupan batin/kejiwaan manusia lewat peneropongan batin sendiri,
mengemukakan masalah kemanusiaan umum (humanisme universal) dengan jelas,
seperti tentang kesengsaraan hidup, hak asasi manusia, masalah kemasyarakatan
menonjol: dikemukakan kepincangan dalam masyarakat, seperti gambaran
perbedaan yang mencolok antara golongan kaya dan miskin, ungkapan masalah
sosial: kemiskinan, pengangguran filsafat hubungan hidup manusia dan dunia
mulai muncul, belum adanya pemerataan kenikmatan hidup, banyaknya
dikemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok puisi
balada. Semuanya itu, termasuk bahasa, berada di luar karya sastra. Sebuah karya
sastra yang bernilai tinggi berdasarkan bahan-bahannya ini biasa dikatakan karya
besar. Karya seni disebut besar (agung) bila dapat mengekspresikan nilai
kehidupan yang besar. Nilai-nilai kehidupan besar itu di antaranya meliputi
pikiran-pikiran yang tinggi atau cemerlang, perwatakan yang kompleks, cerita
yang hebat, dan gambaran-gambaran kehidupan yang menimbulkan renungan
(kontemplasi).
Rendra sebagai seorang penyair memiliki dua kriteria ini. Sebagaimana
diungkapkan Teeuw (1980:21) bahwa sarana puitis Bahasa Indonesia
dimanfaatkan oleh Rendra dengan sangat tepat. Bahasa Indonesia memiliki sajak-
kata; yang dimaksudkan bahwa kata-katalah yang merupakan satuan pokok dalam
kalimat (jadi bukanlah suku kata atau kelompok kata ataukaki sajak). Dalam
kumpulan puisi Disebabkan Oleh Angin mungkin terlihat seperti membosankan
bahkan kurang daya pikat. Dari luar terlihat kesederhanaan bentuk dan kata-kata
kolot ia pakai dalam puisinya, kalau dilihat secara sekilas, namun jika lebih jauh
kita memikirkan dan berkontemplasi, akan lebih tampak keindahan serta gagasan-
gagasan luhur di dalamnya. Identifikasi diri, manusia dengan alam semesta
menjadi suatu perwujudan metafora, paralelisme yang memuaskan dan imajinasi
yang luar biasa, teranyam dalam kesatuan yang harmonis. Kata-kata yang berdiri
sendiri menyuguhkan sebuah pesan filosofis, berkaitan erat dengan penghayatan
kenyataan.
Dalam puisi yang berjudul penuh Disebabkan Oleh Angin menggandeng
nilai etis-filosofis hidup. Metafor-metafor hidup muncul mandiri bicara dengan
sendirinya, ia masukan ke dalam konteks puisinya, ke dalam dunia pengertian
atau konsep yang memberikan pesan filosofis.
Kesadaran hidup adalah pembertontakan Hidup tidak hanya untuk hidup Kita hidup untuk menerima kehidupan Hidup bukan perlawanan Hidup ialah mempergunakan kesempatan Hidup adalah berlomba dengan mati Hidup itu seperti teka-teki Hidupku adalah kekuatanku
Dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku! Sebuah puisi lyris yang
bernalurikan cinta seorang lelaki kepada wanitanya. Cinta seorang lelaki tersebut
terwujud dalam kesetiaan sejati.
Sukmaku menjelma menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara luput ke dalam perkampungan sudah sekian lama sudah berbulan-bulan sudah bertahun-tahun sudah berabad-abad.
Namun, dalam duka-sepi yang dialami lelaki tersebut, kekuatan cinta
menjadi sumber tenaga, keberanian penuh harapan. Cinta inilah yang meimbulkan
sebuah evolusi yang positif, sebuah transformasi. Orang yang menjalani
penderitaan akan menjadi lebih pandai, lebih kuat, dan sabar.
melewati kepulan debu melewati angin panas
melewati serdadu dan algojo melewati anjing-anjing aku memburu memburu memburu berburu
Dalam puisi yang berjudul Setelah Rambutmu Tergerai terlihat pula kasih
sayang dan cinta sejati yang terwujud dalam seksualitas. Cinta ini membuat
seseorang melihat segala sesuatu dengan jernih, akurat dan berpikiran positif
penuh pujian serta pengagungan.
Kamu adalah Ratu Sheba Cleopatra Drupadi Kamu adalah Dewi Durga
Penderitaan yang sama, pasangan yang saling mengasihi mereka akan saling
terbuka tanpa hambatan.
Kita saling menerka dan meraba. . Aku ada. Tetapi siapakah aku?
Bait di atas menjelaskan seorang lelaki mengalami kehampaan, ini
disebabkan mereka belum saling mengenal kesejatian jiwa masing-masing. Energi
seks menjadi bahan bakar spiritual, penuh makna, dan mengandung daya
iluminasi yang tinggi, ketika berada dalam penyatuan murni, kesamaan dan seks
kita pandang realistis dan suasana hati yang ringan.
Dua tubuh satu getaran. Dua jiwa satu bahasa. Astaga.
Kau gigit pundakku. Dan segera aku alami apa maknanya.
Kita akan tersenyum ketika kita mengerti membaca bait di atas. Kata-kata
yang polos-sederhana, namun merupakan suatu totalitas utuh; berdimensi rasa,
emosional, imajinasi dan intelektual yang tinggi. Rendra mungkin selalu terlibat
dengan aspek-aspek pengalaman dan pencarian kebenaran filosofis secara
keseluruhan. Eksistensi hidup dan sifat kemanusiaan yang melekat berdasar
pengalaman dalam benaknya ia transferkan melalui media seni berbahasa yang
kita sebut puisi dalam rangka memberi pemahaman yang lebih baik, sehingga
terwujud kehidupan yang bermakna dan bijaksana.
3.2 Analisis Kumpulan Puisi Disebabkan Oleh Angin dalam Perspektif
Pembaca
Disebutkan oleh seorang ahli bahwa puisi Rendra Disebabkan Oleh Angin
(yang ditulisnya pada 1964, namun baru terbit 1993) adalah sajak panjang untuk
pementasan, tapi alih-alih mengabdi pada kepentingan panggung, lingkaran pentas
itulah yang bergaung-gema dalam sajak, membawa kita mondar-mandir antara
yang nyata dan yang maya, antara kenangan lampau dan laku kini, antara suara
dan kekosongan. Dengan bahasa yang jauh dari kesan dramatik dan tokoh-tokoh
yang ibarat kelebat wayang pada kelir, puisi ini memelihara tegangan naratif di
bawah permukaan dengan piawai. Di sinilah puisi naratif Rendra buman lagi puisi
epik, melainkan anti epik.
3.3 Analisis Kumpulan Puisi Disebabkan Oleh Angin dalam Perspektif Sosial
Budaya Indonesia
Rendra sebagai seorang sastrawan sekaligus anggota masyarakat yang
bernegara tentu tidak lepas dari tata kebudayaan dan sosial. Di mana budaya dan
sosial akan sangat berpengaruh dan tercermin dalam karya sastranya, khususnya
puisinya. Situasi sosial dan wujud budaya selalu melatarbelakangi dalam
pembuatan puisinya yang secara tidak langsung terungkap dalam sistem tanda
bahasa, seperti misalnya dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin
(Vasco da Gama) dari bait ke-34 sampai bait ke-38, di mana diterangkan situasi
masyarakat Indonesia dan keadaan rakyatnya serta tidak lepas dari para
sastrawannya. Juga dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan)
pengetahuannya tentang kebiasaan, adat-istiadat, pergaulan, sifat, serta watak
orang Sunda, meskipun ia sendiri bukanlah orang Sunda, tetapi semuanya adalah
tuntutan bagi seorang sastrawan seperti Rendra.
Puisi-puisi dalam kumpulan yang berjudul Disebabkan Oleh Angin ini
ditulis antara rentang waktu 1964 dan diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya,
Jakarta, pertama kali tahun 1993. Di tengah limpahan lirik yang tercurah
membentuk arus utama perpuisian Indonesia modern, mungkin puisi Rendra
adalah sebuah perkecualian. Bahasa puisi yang berbeda dengan bahasa puisi yang
telah dibuatnya dahulu. Dalam puisi ini mungkin Rendra ingin membuktikan
bahwa ia tak sepenuhnya anti-liris, bahasa seolah menjadi miliknya, ia
membebaskan diri dari pemikiran dangkal yang melanda generasinya. Dengan
pusinya yang berbentuk naratif, kata-kata yang tajam dan menggugat dalam tema-
tema sosial, sekilas politik, budaya yang kritis, membuktikan sisi lain Rendra,
dapat dibilang di sini bahwa puisinya kali ini anti-epik. Puisi yang diberi Judul
Disebabkan Oleh Angin ini adalah juga sebagai contoh utama bahwa modernisme
artistik bisa menggandeng lingkungan budaya asal.
3.4 Analisis Struktur Kumpulan Puisi Disebabkan Oleh Angin
3.4.1 Struktur Global
Puisi dalam kumpulan yang diberi judul Disebabkan Oleh Angin adalah
puisi modern, bukan puisi lama dan juga bukan puisi baru (angkatan Pujangga
Baru). Hal ini dapat kita lihat dari struktur baris dan baitnya yang jauh berbeda
dengan puisi lama. Secara keseluruhan dalam kumpulan puisi Disebabkan Oleh
Angin merupakan jawaban atau kesimpulan atas masalah-masalah dalam puisi
sebelumnya yang selalu menjadi pertanyaan penyair. Pernyataan ini dapat dilihat
dari cara pengolahan kata-kata, penggambaran alam, suasana yang dilukiskan
penyair, tema-tema yang diusungnya, dan filsafat hidup yang ditonjolkannya
melukiskan berbagai arti kesadaran, pembenaran, dan penetapan atas pendiriannya
dalam puisi sebelumnya ketika keluhan, kegelisahan menghantui jiwa penyair.
Kekeliruan dalam memahami dan menghargai hidup dibahasnya secara panjang
lebar. Rentetan-rentetan hidup yang mengikat jiwa dan mengganggu kehidupan
diberi pengertian dan makna secara bijaksana. dilema-dilema yang menggangu
pikiran penyair dikumpulkan dan diolah secara keseluruhannya bahkan dijadikan
sebagai dasar untuk mencapai kebenaran dan menempuh jalana ke arah
kebahagiaan.
3.4.2 Struktur Fisik
Dalam hal pembahasan struktur fisik, penulis hanya akan memberikan
contoh-contoh yang mewakili pada tiap unsur kebahasaan yang dipakai penyair
dalam membuat puisinya. Sebab jika diuraikan secara keseluruhan akan memakan
waktu dan hanya kelelahan yang didapat.
1) Diksi
Diksi adalah pemilihan kata. Dalam berjudul Wanitaku! Wanitaku! penyair
ada memakai diksi-diksi yang umum dipakai sehari-hari dan juga berwujud majas,
namun diksi-diksi tersebut memiliki makna yang totalitas, seperti contoh pada bait
awal larik awal penyair memilih kata wanitaku. Kata wanitaku berkonotasi
seorang perempuan nakal atau pengkhianat sebab antara hubungan dengan larik
berikutnya gambaran wnita tersebut meninggalkan sang lelaki. Diksi ini dipilih
penyair berdasarkan pertimbangan yang utuh sebagai pemberi makna secara
keseluruhan. Di larik selanjutnya: Di manakah kamu wanitaku/kamu menghilang
di belakang hotel, kamu lari ke dalam bis kota. Di bait kedua : Aku bernyanyi di
kamar mandi, apakah kamu mengerti kesepianku. Di bait ketiga: Gambar-gambar
wanita telanjang, meja makan yang berantakan, aku menangis/hubungan kita sia-
sia. Di bait kelima: Sudah sekian lama/sudah berbulan-bulan, sudah bertahun-
tahun. Diksi yang berupa majas: Sukmaku menjelma menjadi seekor kucing tua.
Kata-kata kucing tua berkonotasi seorang yang sudah lemah tak berdaya sebab
telah menunggu sekian lama. Pada bait kelima penyair memilih kata anjing-anjing
sebagai pemberi makna terhadap brandalan-brandalan.
Ditinjau dari bentuknya puisi Wanitaku! Wanitaku! selain menggunakan kata
dasar juga menggunakan kata yang telah mengalami proses morfologis, baik itu
berupa pengimbuhan, pengulangan maupun pemajemukan. Kata gerimis adalah
kata dasar. Sementara kata menampar, buku-buku, kucing tua merupakan kata
yang telah mengalami proses morfologis tertentu. Proses morfologis pada kata-
kata tersebut tentunya berimplikasi pada ciri semantisnya. Pengimbuhan -ber pada
kata berburu dapat memberikan gambaran intensitas kesungguhan. Atau -ber pada
kata berabad-abad dapat memberikan gambaran ketakterhinggaan dibandingkan
berabad. Begitu juga kata kucing dan tua bukan lagi merujuk pada kucing yang
tua, melainkan merujuk pada acuan lain, yaitu suatu proses perjalanan dalam
pencarian si aku yang memakan waktu yang lama.
Dalam puisi Setelah Rambutmu Tergerai diksi-diksi yang dipilih penyair ada
berupa kata-kata sehari, berbentuk majas, juga diksi yang dipilih untuk
pencapaian rima. Contoh diksi sebagai ungkapan sehari-hari: Di luar kata-
kata/banyak kita bicara, betapa kamu lihat diriku/aku ada/tetapi siapkah aku?;
astaga/kau gigit pundakku. Sebagai contoh diksi-diksi yang berupa majas:
pelepah palma diungkapkan sebagai keindahan rambut perempuan yang panjang
dan lebat. Pelabuhan zaman, teluk alam memiliki makna pusat rangsangan nafsu
berahi pertama seorang wanita yang mana seorang lelaki menyentuhnya. Perahu
yang memiliki arti pinggul yang indah. Ratu Sheba, Cleopatra, Drupadi, dewi
Durga berkonotasi wanita yang memiliki wibawa dan suci, juga sebagai
penghormatan dan penghargaan si aku terhadap wanita yang sangat dikagumi dan
dicintainya.. Pada bait sepuluh diksi yang dipakai penyair: denyut
jantungmu/berjawaban dengan denyut jantungku/dua tubuh satu getaran/dua jiwa
satu bahasa, tidak hanya dipilih untuk sekadar pencapaian rima dalam, tetapi juga
memiliki pertimbangan makna.
Dalam puisi Kupanggili Kamu Kekasihku, diksi yang berupa ungkapan sehari-
hari:Hatiku berduka/neng/hatiku kecewa penyair mengungkapkan kata neng
adalah sebutan wanita dalam budaya sunda. Di bait ketujuh: ketika kamu bertanya
apakah aku bahagia/aku menjawab: ya/dan waktu itu aku tidak lagi menipumu.
Diksi yang berupa jargon yang digunakan : Pengembara di perjalanan akan
selalu sendirian. Kata pengembara berkonotasi seorang lelaki yang pergi dalam
pencariannya akan harapan. Kenangan hanyalah beban dan harapan hanyalah
ujian. Kata, beban, harapan, ujian adalah diksi sebagai pencapaian bunyi n.
Penyair memilih berkata-kata terbiasa mencinta aku gampang dikhianati/ terbiasa
percaya aku gampang bermimpi, kata-kata yang sederhana, polos, dan berirama
tentu saja bukan hanya sekedar pencapaian bunyi i, tetapi juga diksi tersebut
dipilih sebagai pencapaian makna. Diksi yang berupa jargon terlihat pula di bait
kesembilan : Tuhan merahmati jiwaku yang berduka. Kata Tuhan berkonotasi
sebagai sumber utama penggerak alam. Sebagian kecil diksi yang dipilih penyair
adalah berupa kata-kata arkaik yang diambil dari ajaran yang biasa dipakai kaum
spiritual, seperti prana.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama), sebuah
puisi yang ditulis dalam bentuk sarat dengan dialog dan dideklamasikan dalam
bentuk koor. Penyair memilih diksi-diksi: Wajah leluhur kembali kepadaku,
terbayang wajah bayi di masa datang. Di bait ketiga larik sebelas penyair
memilih kata yang biasa dipakai kaum piritual : plexus solaris, tidak hanya
sebagai penghias puisinya, tetapi juga adalah sebagai pertimbangan makna
tehadap kata yang sebelumnya diungkapkan. Waktu tergunjing dan berpusing,
berkejar-kejaran dan berbauran, satu pusaran, berkilatan, diksi tersebut tidak
hanya sebagai pencapaian bunyi n, tetapi juga sebagai pemberi makna secara
totalitas. Lalu pada bait keempat penyair memilih kata-kata: angin
bahorok/bagaikan naga yang menjalar, dan ditusuk, dipukul, dijerat. Di bait
kelima: angin muson, mutiara-mutiara kelabu, ganggang laut yang terlena,
cendrawasih yang kasmaran, burung-burung colibri, pohon-pohon pina, semak-
semak putri malu/menguncupkan daun-daunnya, adalah contoh diksi-diksi yang
digunakan penyair dalam pencapaian rasa pada naluri alam. Pada bait ke delapan:
Angin pagi itu ramping itu ramping dan rambutnya tergerai. Hari ini angin pagi
mengenakan gaun sutra. Buah dadanya yang kecil dan remaja/mengeluarkan bau
wangi yang suci. Bau akar pohon terlarang. Di bait kesebelas: Tangan yang
hanya bisa menerima/tangan yang gagu. Arus duka yang abadi. Di bait
ketigabelas: hari makin larut/mengalir dalam jam-jam. Pesta berkembang/seperti
bunga gaib. Di bait keenam belas: You berdansa seperti kijang. You pergi dari
irama ke melodi/dari melodi ke irama; kalimat-kalimat tersebut adalah diksi yang
dipilih Rendra untuk memperkuat dan menjelaskan lebih dalam maknanya. Pada
bait selanjutnya: Onggokan sampah, suara makhluk purba, gelembung-gelembung
dari rawa kehidupan, buset!, berdamai dengan mimpi-mimpi kita, berkaca di
dalam sepi. Irama kehidupan. Tenggelam di dalam kegelisahan. Keterbatasan itu
suatu rahasia. Brisik! Hidupku adalah kekuatanku. Seni hidup itu manipulasi.
Yang terkuat adalah sang maut. Hidup itu seperti teka-teki/hubungan kita juga
seperti teka-teki. Terbang dalam waktu terkenang.
Kalimat-kalimat yang berupa simbol-simbol: Maut terbang bersama cinta.
Cahaya menjadi semangat jiwa. Tubuhmu yang indah menjadi patung tembaga
adalah diksi yang dipilih Rendra. Dan, kata-kata sehari-hari pun banyak
digunakan di sini sebagai percakapan tanya-jawab, seperti lelaki suara lantang
yang bertanya pada wanita suara basah : Bagaimana keadanmu sekarang?
Dijawabnya untuk sementara lumayan. Atau, dalam koor sebagai penjelasan
kata-kata koloqual disisipkan dialek geografis atau sosial: neng, ganti bajumu;
neng, tukang pos membawa surat dari ibumu; hei, neng! Duilah! Lampunya lupa
kamu padamkan; itulah sebabnya/di koran selalu ada kritikan/mengasihani diri
sendiri memang tidak perlu/tapi kita mesti bersabar/mendengarkan keluhan.
Kerna hidup adalah menguji keterbatasan merupakan koloqual yang berupa
majas. Rendra memilih juga ungkapan sehari-hari seperti: itulah sebabnya di
pojok koran selalu ada sindiran; suka gaya; tahan, neng! Jangan ke sana!;
biarkan ia ke sana/jangan di tahan.
Dalam sajak Disebabkan Oleh Angin (Priangan), diksi-diksi yang digunakan
Rendra lebih sederhana dengan ungkapan sehari-hari atau berupa majas, namun
merupakan sebuah perwujudan yang khas mengidentitaskan perjalanan, situasi
dan keadaan dirinya dan tempat yang dikunjunginya, contoh: Inilah syair orang
Indonesia/yang berada di rantau, matanya bertanya-tanya, ia mengucap salam
pada pembaca/kemudian menulis sajak-sajak ini yang bertaburan/bagaikan
kertas-kertas catatan/yang dijambret oleh angin, di jaman bahari, sukmanya yang
gagap/di dalam kantong celananya, trem ekspres lewat menderu/menyebabkan
bau logam dan debu, kemiskinan adalah penjara, kegembiraan kecil menjadi
cengeng, kesabaran menjadi kekalahan, bulan seperti sundal, Paman Doblang,
ketika salju di tanah sekarat, bukit-bukit jelita, bukit dan rimba bersimbah birahi,
angin lewat dari depan/membawa bau arak ketan. Bahasa sehari-hari yang
diambil dari dialek geografis dan sosial asing, seperti: crazy, sir. Diksi tersebut
untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan dengan isi puisi. Sementara diksi
pertengahan yang digunakan adalah seperti: konservatip, argumentasi, oedipus
complex. Diksi-diksi seperti itu pun digunakan sebagai penyeimbang antara
dialog-dialog yang terjadi dalam puisi tersebut sehingga menimbulkan kesan lebih
dan nyata.
2) Pengimajian
Dalam puisi-puisi Rendra banyak digunakan pengimajian di antranya imaji
visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa) sehingga pembaca tegugah untuk
menggunakan mata hati untuk melihat benda-benda, warna dengan telinga hati
mendngar bunyi-bunyian, dan dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukkan
dan dan keindahan benda dan warna..
Dalam puisi yang berjudul Wanitaku ! Wanitaku ! menunjukkan adanya
imaji visual, seperti larik sukmaku mengembara ke dalam rumah/di antara buku-
buku tua. Dalam puisi Setelah Rambutmu Tergerai kekaguman pada wanita
ditunjukkan dengan imaji visual Matamu yang lebar/memantulkan wajahku. Imaji
auditif terlihat pada larik Denyut jantungmu/bejawaban dengan denyut jantungku.
Dalam puisi yang berjudul Kupanggili Kamu, Kekasihku! penggunaan
imaji visual tampak pada larik-larik di antaranya : Matahari yang menyala siang
ini//Sejak kulihat kamu turun dari tangga//serta melihat warna pastel di
bajumu//Wajahmu yang cantik/Kulihat senja di atas lautan. Dalam puisi yang
berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama) untuk melukiskan lautan yang
indah imaji visual dimunculkan air tersibak/puncak-puncak ombak
berkilatan//dan akhirnya mengeluarkan warna-warna, juga dimunculkan imaji
auditif untuk menunjukkan kekagumannya pada lautan terdengar suaar selaksa
raksasa/bergumam bersama. Imaji visual terlihat pula untuk menggambarkan
wajah Vasco da Gama Wajahnya menjadi merah jambu//matanya terpicing
karena cahaya surya. Untuk menggambarkan kapal yang ditumpangi imaji visual
dimunculkan dengan layar-layar bertambal/bertiang tiga/dan empat puluh awak
kapal yang tak pernah tidur. Dalam dialog-dilog terlihat pula imaji visual Ketika
hari masih gelap//di waktu subuh/di dalam baju pesta, juga imaji taktil dapat kita
hayati dalam dialog Hari makin larut mengalir dalam jam-jam/pesta
berkembang/seperti bunga gaib/yang setiap kelopaknya berbeda warna/Pesta
menyebar/terapung. Larik-larik tersebut adalah bayanggan keramaian pesta dan
kesenangan yang dirasakan. Ditampilkannya kata Pesta berkembang/Pesta
menyebar/terapung dalam suasana yang wah seolah membuat kita ikut merasakan
keadaan pesta. Imaji auditif terlihat pada larik sebuah koor Kami dengar
suaramu/agak ganjil kedengarannya//Suara yang datang dari tempat dan waktu
yang jauh, juga dalam pembicaraan Lelaki Suara Lantang Brisik!Brisik.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan) terlihat
imaji visual Ketika hari siang hujan salju/Dari gambar ke gambar, disusul dengn
imaji taktil bayangan perasaan terasing dan kesepian, yaitu pada bait kedua Dan
ia berjalan di antara gedung-gedung tinggi/ bayangannya teroantul di tembok-
tembok kaca/Hari dingin. Jalan becek/Siang tanpa surya. Imaji visual pun terlihat
pada larik Lihatlah ke langit dari jendela/mega yang tadi tak ada lagi. Untuk
melukiskan suasana kengerian dan penderitaan digunakan imaji taktil Hidup tanpa
surya/Dan di malam hari/bulan seperti sundal/Kemiskinan adalah penjara/Dalam
lapar tak ada banyak pilihan. Larik-larik tersebut membawa kita merasakan
betapa kegetiran dalam ketakutan. Bayangan kesepian dan kesendirian dilukiskan
dengan imaji taktil Badai salju sudah reda/Keheningan meliputi udara/cahaya
lampu-lampu nampak merah/hadir tanpa suara/Kursi-kursi, meja-meja, dan
semua benda/dengan latar belakang sepi/bentuknya menjadi lebih berarti.
3) Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, penyair
memperkonkret kata-katanya dengan maksud bahwa kata-kata itu dapat menyaran
kepada arti yang menyeluruh. Penyair sangat mahir memperkonkret kata-kata
sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang
dilukiskan penyair. Dengan demikian, maka pembaca terlibat penuh secara batin
ke dalam puisinya.
Dalam puisinya yang berjudul Wanitaku ! Wanitaku ! untuk melukiskan
pengorbanan cintanya yang setia, digunakan kata: Sukmaku menjelma menjadi
seekor kucing tua/yang lalu mengembara/luput ke dalam
perkampungan//melewati kepulan debu/melewati angin panas/melewati serdadu
dan algojo/melewati anjing-anjing. Dalam puisi yang berjudul Setelah Rambutmu
Tergerai, untuk memperkonkret rasa kebahagiaanya yang terlengkapi digunakan
kata: Denyut jantungmu/berjawaban dengan denyut jantungku/Dua tubuh satu
getaran/Dua jiwa satu bahasa. Dalam puisi yang berjudul Kupanggili Kamu,
Kekasihku!, untuk menggambarkan kesepiannya digunakan ungkapan
Pengembara di perjalanan/akan selalu sendirian. Dan, untuk memperkonkret
betapa wanitanya adalah dambaan hatinya yang suci digunakan ungkapan: Kamu
adalah rahmat yang murni/Kamu adalah kedamaianku/Warna putih yang tak
boleh bernoda. Rasa kekagumannya diperkonkret dengan ungkapan: Wajahmu
yang cantik/penuh rahasia/mengandung perbawa/menandingi lautan.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama),
untuk menggambarkan keluhan yang tak berguna digunakan ungkapan: Kata-kata
yang kulepas dalam tangisku/bagai onggokan sampah/yang akhirnya menimbun
diriku. Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang kacau digunakan kata:
Gelembung-gelembung dari rawa kehidupan/Asal mula uban di kepala
kita/Buset!. Untuk memperkonkret gambaran pemberontakan hidupnya,
digunakan kata: Kita harus menyerang sebelum diserang/Kita hanya menyerang
bila pasti akan menang. Untuk memperkonkret jiwanya yang romantis dalam
kemuliaan cinta digunakan kata: Camar laut terbang antara karang/Camar laut
terbang dua-dua/Terbang di dalam waktu terkenang/Bersama di tempat yang tak
terbatas luasnya/Camar laut terbang dua-dua/Maut terbang bersama cinta.
Untuk memperkonkret gambaran semangat jiwanya digunakan ungkapan: Panas
menjadi cahaya. Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan),
untuk memperkonkret rs kesepiannya digunakan kata: Ketika hari siang hujan
salju. Dan, untuk melukiskan keadaan kemiskinan yang menjadi sebab seorang
berada dalam ketakutan dan kegelapan digunakan kata: Hidup tanpa surya/bulan
seperti sundal. Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang sepi digunakan
kata: Langkah-langkah pelayan di permadani/terdengar seperti bisikan./Dan kopi
menjadi komunikasi.
4) Bahasa Figuratif
Puisi-puisi Rendra banyak menggunakan majas bersimbol kosmis;
identifikasi manusia dengan alam semesta lebih dari metafora atau imajinasi
pribadi biasa. Ada keterkaitan yang erat antara kenyataan dan penghayatan
eksistensi dirinya sendiri, kehidupan bermasyarakat alam kosmos dan Tuhan
menjadi suatu kesatuan. Dalam puisi Wanitaku! Wanitaku! , contoh gaya bahasa
di bait keempat:sukmaku menjelma menjadi seeokor kucing tua. Metafora ini
menggambarkan bagaimana seorang lelaki yang telah lama mencari wanita yang
diharapkannya sehingga lelaki tersebut hampir tak berdaya. Di bait ke lima baris
ke 1-4 penyair mengungkapkan penderitaan di hari-harinya dalam mengejar
wanitanya dengan menggunakan teknik paralelisme-klimaks : sudah sekian
lama/sudah berbulan-bulan/ sudah bertahun-tahun/sudah berabad-abad, dan di
baris ke 5-9 yang ditambah dengan ambiguitas: melewati kepulan debu/melewati
angin panas/melewati serdadu dan algojo/melewati anjing-anjing. Semua baris
tersebut menggambarkan keadaan usaha yang menguras tenaga, berbagai derita
yang dilewati si aku. Di baris ke 10-14 kembali digambarkannya lagi di mana
menunjukan kesetiaan si aku sebab mengharap wanitanya kembali dengan tanpa
putus asa : aku memburu/ memburu/berburu/ berburu di atas Harley Davidson. Di
baris ke 15-16 akhirnya si aku menyatakan ketragisannya, kegagalannya dalam
pencariannya wanitanya yang sampai membawanya pada kematiannya: mencari
sukmaku dan sukmamu/yang telah lenyap bersama.
Pada puisi Setelah Rambutmu Tergerai, ada koherensi atau pertautan yang
erat antara unsur-unsurnya dan gaya bahasa yang digunakannya di mana banyak
memunculkan metafora yang memiliki satuan-satuan bermakna. Dalam
mengungkapkan keindahan rambut seorang wanita yang panjang, lebat dan hitam
diserupakan pelepah palma yang menyentuh rerumputan. Rambutmu yang rimbun
tergerai bagaikan pelepah palma menyentuh rumputan. Leher dan pundak
seorang wanita diserupakannya sebagai pelabuhan zaman dan teluk alam. Leher
dan pundakmu/ adalah pelabuhan zaman/teluk alam yang mampu menanggapi
badai lelaki. Karena memang leher dan pundak seorang wanita adalah pusat
rangsangan. Dimunculkan untuk menggambarkan keindahan pinggul seorang
wanita: pinggulmu yang sentosa bagai perahu. Kamu adalah Ratu
Sheba/Cleopatra/Drupadi/kamu adalah Dewi Durga; baris menunjukan metafora
tersebut adalah pernyataan si aku terhadap kekagumannya pada wanita yang
didambakannya. Dalam kelelahan, kelemahannya, ketidakberdayaannya antara
kecemasan dan harapan si aku rupanya ingin melepaskan kerealistisan hidup yang
penuh kekalutan dan kegelisahan, seolah kini si aku mencarinya dalam kehidupan
asmara percintaan, kata-kata adalah bayangan dari harapan/tetapi bukan
harapan yang sebenarnya/kata-kata adalah janji tetapi bukannya isi hati/ di
dalam badai jiwa/kita saling menerka dan meraba, aku ada tetapi siapakah aku?.
Akhirnya, ternyata si aku mendapatkan energinya kembali serta kesadarannya
dalam melakukan penyatuan cinta-kasih hubungan jiwa dengan wanitanya yang
ternyata energi keduanya cocok dan seimbang sehingga melahirkan suatu energi
hidup dan makna baru ia mengungkapkan: Denyut jantungmu/berjawaban dengan
denyut jantungku/dua tubuh satu getaran/dua jiwa satu bahasa, dan segera aku
alami apa maknanya.
Dalam puisi yang berjudul Kupanggili Kamu Kekasihku, bait kedua baris
ke 3-6 terungkap gaya bahasa metafora, di mana metafora tersebut
mengungkapkan rasa kecewa: teman-teman yang lama hanyalah sekutu/kenangan
hanyalah beban/dan harapan hanya ujian. Pernyataan bait tersebut terlihat bahwa
si aku ingin melepaskan semua yang tengah dialaminya. Majas yang digunakan
penyair dalam menyatakan seorang wanita yang diharapkannya seperti terlihat
dalam larik berikut. Kamu adalah rahmat yang murni/kamu adalah
kedamaianku/warna putih yang tak boleh bernoda. Wajahmu yang cantik penuh
rahasia/mengandung perbawa menandingi lautan.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama), bait
pertama dimulai dengan paralelisme, Rendra mengulang isi kalimat yang maksud
tujuannya serupa untuk mencapai makna totalitas: Disebabkan oleh
angin/nyanyianku sampai padamu/disebabkan oleh angin wajah leluhur kembali
padaku/disebabkan oleh angin terbayang wajah bayi di masa datang/disebabkan
oleh angin/disebabkan oleh angin.
Di bait kedua dengan memakai majas simile suara lautan dipersamakan
dengan raksasa: terdengar suara selaksa raksasa/bergumam bersama. Di bait
ketiga baris 9 wajahnya menjadi merah jambu merupakan metafora yang
berfungsi untuk menjelaskan kebahagiaan Vasco da Gama kerna gairah hidup
menggelora di dalam tubuhnya. Di baris 23, 24 Rendra menggunakan
personifikasi untuk memberi kejelasan pada baris sebelumnya dan berikutnya:
angin meniupkan air dan waktu/angin menyiarkan mimpi. Di bait keempat baris
1,2 dengan menggunaklan simile angin bahorok diserupakan naga yang menjalar:
angin bahorok bagaikan naga yang menjalar. Paralelisme dimunculkan kembali
untuk menggambarkan keadaan di baris 1-3 bait keempat: ditusuk oleh
mimpi/dipukul oleh asmara/dijerat oleh harapan. Angin muson/berjalan di dalam
tidurnya/angin muson tersaruk langkahnya di pegunungan; majas personifikasi
tersebut memberi kejelasan tentang keadaan alam yang dirasakan. Angin Priangan
menegur anda, memberi kesan bahwa lelaki suara ringan ingin mengingatkan
kembali kampung halaman yang telah dilupakan oleh saudara azwar: ingin
mengingatkan akan catatan-catatan yang anda lupakan. Dan, di bait berikutnya
yang tujuannya serupa: angin pagi itu ramping dan rambutnya tergerai, atau di
bait kesembilan baris pertama dengan metafora : angin pagi adalah wanita
remaja/rambutnya hitam tergerai. Hari makin larut mengalir dalam jam-jam
Pesta berkembang seperti bunga gaib yang setiap kelopaknya bebeda warna gaya
bahasa tersebut menjelaskan tentang lamunan wanita suara basah ketika
mengalami malam tidak berada di tanah kelahirannya. Di bait ke-14 sebuah koor
seolah-olah mengingatkan serta memperjelas kepada wanita suara basah tentang
beberapa kabar yang mesti diingat yang dipersamakan dengan angin: biarlah
angin malam masuk ke dalam/ kalau ia bertiup, dari selatan/maka ia dari masa
lampau/kalau ia bertiup dari utara/maka ia dari masa datang/kalau ia bertiup
dari barat/maka ia berasal dari alam mimpi/dan kalau ia bertiup dari timur/ ia
datang dari alam arwah leluhur kita.
Daerah selatan adalah bagai masa lampau ketika tercipta bumi. Arah utara
sebagai makna nasib bumi di masa depan karena permulaan akibat diperkirakan
memasuki daerah utara terlebih dahulu. Daerah barat yang sarat akan teknologi
dan kurangnya moral hanyalah mimpi-mimpi bagi kita, bangsa yang
berkebudayaan menjunjung tinggi moral. Daerah timur merupakan tanah
kelahiran bapak manusia, yaitu Nabi Adam as. Pada koor bait ke 17 baris 4-7
dengan simile Rendra menjelaskan tentang sebuah keluhan berlebihan yang
hakekatnya tidak berguna, ia umpamakan sebagai onggokan sampah: kata-kata
yang kulepas dalam tangisku/bagai onggokan sampah/yang akhirnya menimbun
diriku. Di antara metafor-metafor yang dipergunakan Rendra sebagai identifikasi
penghayatan eksistensi diri dengan sentuhan pribadi yang menyandang isi, makna,
ekspresi dan dimensi baru, namun begitu erat kaitannya dengan kehidupan dan
kematian sebagai berikut. Di bait 36 baris ketiga: kesadaran hidup adalah
pemberontakan. Di bait ke-48: hidup adalah perlawanan. Di bait ke-50: hidup
adalah menguji keterbatasan. Di bait ke-51 baris ke-16: hidup adalah berlomba
dengan mati, baris ke-19: hidupku adalah kekuatanku. Di bait ke-53 baris ke-2,3:
manipulasi adalah seni menambah dan membagi/ mengalikan dan mengurangi.
Di bait ke-55 baris kesembilan: pendapat adalah suasana perasaan. Bait ke -61
yang terkuat adalah sang maut.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan), gaya
bahasa yang digunakan: kemiskinan adalah penjara, kesabaran menjadi
kekalahan, sepi menjadi ketenangan. Di bait ke-11 baris ke-15: bulan seperti
sundal, gaya bahasa ini menunjukkan keadaan yang menyeramkan. Di bait ke-12
bari ke-1,2: kepada angin pertanyaanku kulemparkan/ dan tidak kepada
kantongmu, memiliki makna kata-kata yang tidak tersampaikan. Kata-kata bukit-
bukit jelita, merupakan penisbatan makna keindahan suasana Priangan. Kata-kata
bukit dan rimba yang bersimbah birahi, merupakan gambaran yang wah suasana
di Pennsylvania. Seekor Penyu merupakan simbol orang yang konservatip, pasrah
dan menerima pada keadaan, santai, bangga dengan apa yang ia punya, orang
yang terlalu fanatik terhadap sukunya, menjadikan lamban bahkan tidak ingin
untuk mengejar kemajuan zaman. Suara-suara berdesah/suara-suara
menderu/suar angin/suara salju/suara gung bertalu-talu/suara ribuan
manusia//suara seruling degung di tanah Sunda, kata-kata tersebut merupakan
lamunan si aku ketika berada di luar tanah Sunda, namun ketika mendengar suara-
suara tersebut ia teringat akan tanah Sunda.
5) Verifikasi
Dalam puisi-puisi Rendra terlihat bagaimana ia mengolah bunyi dalam
susunan larik atau baitnya. Seperti contoh pada puisi yang berjudul Wanitaku!
Wanitaku. Rima akhir dengan bunyi: Wanitaku, wanitaku/gerimis menamparkan
mukaku/dan aku berseru kepadamu. Aku bernyanyi di kamar mandi/dan tiba-tiba
tubuhmu yang telanjang terbayang lagi. Rima dalam: dan aku berseru
kepadamu// ...telanjang terbayang... . Rima rupa, pada pengulangan kata : sudah,
melewati, dan memburu. Rima-rima yang digunakan Rendra bukan sekedar,
ulangan bunyi, permainan kata atau variasi terhadap puisinya, melainkan juga
mempunyai fungsi sebagai mempertegas isi makna dalam puisinya yang ia
hadirkan dengan kesadaran.
Dalam puisi Kupanggili kamu, Kekasihku! ditemukan adanya asonansi,
misalnya antara bunyi [a] pada kata kenangan dengan [a] pada kata beban, juga
dapat ditemukan sebuah paduan bunyi konsonan. Pada larik ke-7 ditemukan
pengulangn bunyi [m] pada kata teman dan [m] pada kata lama. Selain itu,
ditinjau dari hubungan antarlarik, juga dapat ditemukan adanya paduan bunyi [an]
pada kata beban dan [an] pada kata ujian. Kedua bunyi tersebut yaitu [an] pada
beban dan ujian memunculkan suatu keselarasan dan gambaran yang saling
berkait, selain itu memiliki makna dengan bunyi [an] pada kata sebelumnya, yaitu
kenangan dan harapan. Sehingga dapatlah dikatakan keempat kata tersebut yang
berbunyi [an] adalah suatu rangkaian kata-kata yang harmonis yang menyimpan
suatu gagasan tertentu.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasvo da Gama)
tergunjing dan berpusing dapat ditafsirkan mempunyai hubungan asosiatif.
Penafsiran demikian karena adanya paduan bunyi [ng]. Ditinjau dari bunyi
anaforisnya, bunyi [ng] pada tergunjing merupakan bunyi anaforis yang merujuk
[ng] pada kata berpusing. Sedangkan bentuk Hummmm/Hummmm/Hummmm
dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (vasvo da Gama) merupakan
peniru bunyi, yaitu berdehem atau bergumam seperti disebutkan pada larik
sebelumnya (bergumam bersama 3x). Dalam puisi Disebabkan Oleh Angin
(Priangan) ada tersebut bunyi Hahaha/Hohoho/Hihihi yang ditampilkan oleh
seekor penyu merupakan pemberian gambaran dunia acuan secara imajinatif akan
sebuah makna kebahagiaan, keceriaan sebab melihat pada bait sebelumnya Dan,
orang Sunda rata-rata berbahagia
6) Tipografi
Tifografi merupakan unsur visual sebuah puisi yang secara sederhana
dapat dikatakan seni mencetak dengan disain khusus, susunan atau rupa
penampilan barang cetak. Tipografi mempunyai peranan penting karena berfungsi
untuk menarik perhatian pembaca dan juga membantu pembaca memahami
makna atau situasi yang tergambar dalam puisi . Tipografi yang digunakan oleh
Rendra tersusun secara sederhana lurus, yang berarti menggambarkan kepasrahan,
penerimaan, keputusasaan, lepas dari pemberontakan. Contoh tipografi puisi
Rendra, misalnya dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku!.
WANITAKU! WANITAKU! Wanitaku.wanitaku. Gerimis menampar mukaku dan aku berseru kepadamu. Di manakah kamu, wanitaku? Kamu menghilang di belakang hotel. Di dalam kabut kuburu kamu. Kamu lari ke dalam bis kota dan lenyaplah kamu untuk selama-lamanya. Aku bernyanyi di kamar mandi dan tiba-tiba tubuhmu yang telanjang terbayang lagi. Apakah kamu mengerti kesepianku? Sukmaku mengembara ke dalam rumah di antara buku-buku gambar-gambar wanita telanjang meja makan yang berantakan ranjang yang berbau mimpi. Aku menangis. Hubungan kita sia-sia. Sukmaku menjelma menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara luput ke dalam perkampungan. Sudah sekian lama sudah berbulan-bulan sudah bertahun-tahun sudah berabad-abad melewati kepulan debu melewati angin panas melewati serdadu dan algojo melewati anjing-anjing aku memburu memburu memburu berburu berburu di atas Harley Davidson mencari sukmaku dan sukmamu yang telah lenyap bersama.
Sementara dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da
Gama), puisi Rendra berbentuk koor dengan dialog-dialog perbait antara tokoh-
tokohnya (lihat dalam lampiran), namun tetap tersusun sederhana dan lurus.
3.4.3 Struktur Batin
Dalam hal pembahasan struktur batin, penulis hanya akan memberikan
contoh-contoh yang mewakili pada tiap unsur batin (ruh) yang dipakai penyair
dalam membuat puisinya. Sebab jika diuraikan secara keseluruhan akan memakan
waktu dan hanya kelelahan yang didapat.
1) Tema
Tema yang merupakan konsep utama atau ide sentral yang mencakup
segala kehidupan manusia, misalnya cinta, perjuangan, kritik sosial, penderitaan,
kebahagiaan, ketuhanan, kereligiusan, dll. Tema diungkapkan secara langsung
maupun tidak langsung. Tema tersebut umumnya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan yang melatarbelakangi penyair.
Puisi Rendra yang bertemakan cinta dalam lingkaran derita, yaitu dalam
puisinya yang berjudul Wanitaku! Wanitaku! Puisi ini menggambarkan seorang
lelaki yang berada dalam kesepian dan penderitaan karena ditinggal pergi
wanitanya: Di manakah kamu wanitaku? Sampai-sampai ia mengkhayalkan tubuh
wanitanya karena memang bayang wanitanya selalu menghantuinya di setiap
waktu: Dan tiba-tiba tubuhmu yang telanjang terbayang lagi//di antara buku-
buku//gambar-gambar wanita telanjang//meja makan yang berantakan/ranjang
yang berbau mimpi/aku menangis/hubungan kita sia-sia. Akhirnya sebab terlalu
lama menunggu sementara rindu begitu menggebu: sukmaku menjelma menjadi
seekor kucing tua, mencarilah sang lelaki : yang lalu mengembara/luput ke dalam
perkampungan. Waktu berputar, bulan ke bulan, tahun ke tahun dilewatinya
dengan berani berbagai macam rintangan dan derita: melewati kepulan
debu/melewati angin panas/melewati serdadu dan algojo/melewati anjing-anjing,
tanpa mengenal kata putus asa: aku memburu/memburu/memburu /berburu.
Namun, ia kehabisan daya dan tenaga untuk terus mencarinya sebab daya dan
tenaganya adalah wanitanya: mencari sukmaku dan sukmamu/yang telah lenyap
bersama.
Dalam puisi yang berjudul Setelah Rambutmu Tergerai, diceritakan
bagaimana kegelisahan seorang lelaki yang terobati ketika sang lelaki berada di
pangkuan wanitanya: Maka teduhlah pangkuanmu/ dan kegelisanku menggeletak
di situ. Kesepian dan derita yang sama antara lelaki dan wanitanya membawa
kesadaran hidup bagi mereka berdua: kata-kata adalah bayangan dari
harapan/tetapi bukan harapan yang sebenarnya/kata-kata adalah janji/tetapi
bukannya isi hati. Dalam keadaan begitu, mereka memutuskan untuk kembali
menyatukan tenaga jiwa. Kesepian dan derita yang sama menjadi suatu kecocokan
untuk melakukan penyatuan:, saling menyalurkan rasa sepi dan derita melalui
persenggamaan, di mana persenggamaan ini mereka transmusikan menjadi cinta
dan welas asih, kecerdasan yang lebih tinggi, dan menjadi energi sprituil.: denyut
jantungmu/berjawaban dengan denyut jantungku/dua tubuh satu getaran/dua jiwa
satu bahasa.
Dalam puisi yang berjudul Kupanggili Kamu Kekasihku digambarkan
bagaimana ekspresi seorang lelaki yang begitu membutuhkan kekasihnya hadir di
sisinya untuk mengobati lukanya: Kupangili kamu, kekasihku/kubutuhkan kamu di
meja makanku/duduk di sisi dukaku/membelai luka-luka di dalam jiwa. Sang
lelaki merasa kecewa dan berduka ketika ia mesti sendiri menghadapi derita hidup
yang juga membawanya mencapai kesadaran: hatiku berduka, neng, hatiku
kecewa/di dalam kesukaran aku berdiri sendirian/teman-teman yang
lama/ternyata hanya sekutu/kenangan hanyalah beban/dan harapan hanyalah
ujian//pengembara di perjalanan akan selalu sendirian. Akan tetapi, saat
kesendiriannya tiba-tiba kekasihnya datang yang membuatnya terkejut tak bisa
berkata-kata, sang lelaki merasa merdeka: Tetapi begitu kamu berada di
sampingku/aku tak bisa berkata apa-apa//aku merasa merdeka. Sang lelaki pura-
pura tersenyum dengan tenang menyembunyikan dukanya, ia tak ingin derita-
sepinya membebani kekasihnya: aku menyimpan rahasia dukaku/dan menipumu
dengan senyuman//warna putih yang tak boleh bernoda.//ketika kamu bertanya
apakah aku bahagia/aku menjawab :ya.
Kesadaran akan rahmat Tuhan muncul: Tuhan merahmati jiwaku yang
berduka. Karena memang kekasihnya menjadi tenaga hidup jiwanya: napasmu
mengandung prana.//sementara terapung dalam waktu/kamulah kaitanku. Dalam
puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama), Rendra lebih
mengarahkan temanya tentang kebenaran segala apek pengalaman hidup,
penderitaan dan kebahagiaan serta pemberontakan: kata-kata yang kulepas dalam
tangisku/bagai onggokan sampah/yang akhirnya menimbun diriku//yang diharap
tidak ada/yang ada tidak diharapkan//kesadaran hidup adalah
pemberontakan/hidup tidak hanya untuk hidup/kita hidup untuk menerima
kehidupan/kita harus belajar dengan mimpi-mimpi kita/kita harus berkaca di
dalam sepi.
Ketika terjadi perdebatan teori dan metode kesusastraan, antara teori kritik
sastra metode Ganzheit yang dilakukan oleh Goenawan Muhammad dan Sok Hok
Djin (Arif Budiman) serta S. Effendi dan J.U. Nasution di pihak analitik atau
akademik yang belangsung dari tahun akhir 1950-an sampai tahun 1970-an,
Rendra dengan bijak membuat kritikan terhadap kedua belah pihak dalam
puisinya, Rendra mengungkapkan: Benarkah sekarang ada krisis
kesusastraan?/tetapi kesusastraan tidak berdiri sendiri/hidup juga mengalami
krisisnya/maksudku ini bukan soal metode/atau kesalahan suatu sistem/ini adalah
irama kehidupan/bukannya aku menyarankan untuk tidak berbuat apa-apa/tapi
hendaknya dikenangkan/bahwa bahwa yang terpenting: daya hidup/bukan teori
dan metode/karena semua berasal dari kehidupan///begitulah hendaknya. Rendra
juga mengungkapkan mengenai keterbatasan hidup yang menghantui masa-masa
remajanya: Aku tidak sempat berbangga/aku tenggelam di dalam kegeisahan//aku
gelisah arena keterbatasanku//keterbatasan itu suatu rahasia/ia baru menjadi
nyata kalau kita melawannya//Ya. Hidup adalah perlawanan. Dan, dalam sebuah
koor: Itulah sebabnya/di koran selalu ada kritikan/mengasihani diri sendiri
memang tidak perlu/tapi kita mesti bersabar/mendengarkan keluhan/kerna
hidup/adalah menguji keterbatasan. Akan tetapi, di sisi lain ia juga membantah
perlawanan akan keterbatasan hidup melalui lelaki suara lantang: Brisik kata-kata
tidak mengubah dunia/menutup mulut lebih bijaksana/hidup bukan
perlawanan/hidup ialah mempergunakan kesempatan/hidup Cuma sekali/kini
yang terpenting Cuma hidupku kerna kesempatan orang lain/bukan
kesempatanku/hidup adalah berlomba dengan mati//brisik/hidupku adalah
kekuatanku/keluh-kesahmu brisik!/kegelisahanmu brisik/aturan mesti
dipegang/pemberontakan tak ada gunanya/seni hidup itu manipulasi/jadi terima
saja aturan yang ada/sesudah itu manipulasikan ia. Dan, Rendra mengungkapkan
teka-teki antara hubungan hidup dan manusia yang dijodohkan untuk bertemu:
Hidup itu seperti teka-teki/hubungan kita juga seperti teka-teki.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan), Rendra
mengusung tema kemanusiaan dan kritik ideologi-sosial. Rendra meyatakan
melalui kata-kata puitisnya yang sedikit banyak menyindir dalam dioalog antara
seekor penyu dan Sok-Hok-Gie. Ketika Sok-Hok-Gie mengungkapkan bahwa
:...bahasa Inggris itu perlu/untuk bergaul dalam lingkungan yang lebih luas/dan
lagi itu bukan bahasa yang sukar. Sang penyu menjawab dengan tenang:Bukan
soal gampang dan sukar/tetapi soal membuang waktu/untuk yang tak
perlu/kenyataan sehari-hari adalah/bahasa Indonesia pun jarang digunakan/ di
sini/ bahasa Sunda sudah menjawab segalanya. Sok-Hok-Gie: Tetapi bahasa
Inggris itu penting/apabila anda hendak ke luar negeri. Sang penyu
menjawab:Siapa yang ingin ke luar negeri/apa kekurangan Priangan?/orang
bisa jauh-jauh mengembara/akhirnya kedamaian didapat/di hati sendiri juga.
Rendra juga mengungkapkan tentang kesepian yang penuh arti: Kursi-kursi, meja-
meja, dan semua benda/dengan latar belakang sepi/bentuknya menjadi lebih
berarti. Juga menyatakan penyadaran akan kelemahan diri manusia dan
kekerdilannya ketika seorang manusia dilanda kegelisahan: Di dalam
kegelisahan/kenangan dan impian menjadi kaitan/bagi kepingan-kepingan
diri/menjadi rangsangan penyadaran/penyadaran kenyataan diri.
2) Perasaan
Dalam puisi-puisi Rendra tergambar berbagai macam perasaan, di
antaranya, kesedihan, terlihat dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku!
Aku menangis/hubungan kita sia-sia. Perasaan kegelisahan dan kesepian terlihat
dalam puisinya yang berjudul Setelah Rambutmu Tergerai, ..kegelisahanku
menggeletak di situ//suara kita mengambang/terapung dalam waktu/melayang-
layang di cakrawala jiwa/ditelan sepi yang abadi. Dalam puisi yang berjudul
Kupanggili Kamu Kekasihku tergambar suasana perasaan kekecewaan, , kesepian,
keterpencilan kecemasan. Kekecewaan, hatiku berduka, neng, hatiku kecewa/di
dalam kesukaran aku berdiri sendirian/teman-teman yang lama/ternyata
hanyalah sekutu/kenangan hanyalah beban/dan harapan hanyalah ujian//terbiasa
mencinta aku gampang dikhianati/terbiasa percaya aku gampang bermimpi/dan
kini kenyataan telah membuang kedoknya/mengejutkan daku dari
mimpiku/membuatku kaget, menjublek tak berdaya. Kesepian, jauh dari kamu,
neng, hari-hariku sepi. Kecemasan, Hatiku yang lemas mencari kamu,
kekasihku. Keterpencilan, pengembara di perjalanan/akan selalu sendirian.
Juga tergambar suasana yang khusyu akan kesadaran keberadaan Tuhan, Tuhan
menguraikan rambutmu dengan angin//Tuhan merahmati jiwaku yang berduka.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama)
tergambar perasaan romantis bersandarlah di dadaku dan jangan bicara .
Perasaan hedonisme, pesta menyebar/terapung dalam bir, martini, whisky-
soda//ayo, neng goyang!/ah, begitu!. Perasaan yang penuh pemberontakan dan
kebangkitan, kesadaran hidup adalah pemberontakan//ya, hidup adalah
perlawanan//kita harus menyerang sebelum diserang//berjalan masuk ke dalam
kehidupan/bersama mentari yang menyala//berjalan masuk ke dalam
kehidupan/bersama pawai warna senjakala//berjalan masuk ke dalam
kehidupan/bersama bintang-bintang di cakrawala. Dalam puisi yang berjudul
Disebabkan Oleh Angin (Priangan) terlukis perasaan kesepian dalam ketenangan
yang penuh arti, kursi-kursi, meja-meja, dan semua benda/dengan latar
belakang sepi/bentuknya menjadi lebih berarti//langkah-langkah pelayan di
permadani/tedengar seperti bisikan/sepi menjadi ketenangan.
3) Nada dan Suasana
Dalam puisi-puisi Rendra banyak menuangkan nada dan suasana yang
berbeda. Nada duka dan pasrah terdapat dalam puisi yang berjudul Wanitaku !
Wanitaku ! Terlihat pada kalimat : Aku menangis hubungan kita sia-sia//mencari
sukmaku dan sukmamu/ yang telah lenyap bersama. Nada duka dan pasrah ini
menimbulkan iba di hati pembaca.
Dalam puisi yang berjudul Setelah Rambutmu Tergerai terdapat nada
gelisah, memelas : Dan kegelisahanku menggeletak di situ//Aku mencari
jiwamu//Aku ada tetapi/siapakah aku. Selain itu juga terdapat nada yang bersifat
kebahagiaan yang menimbulkan kepuasaan. Dua tubuh satu getaran/Dua jiwa
satu bahasa.
Dalam puisi yang berjudul Kupanggili Kamu, Kekasihku ! kita hayati nada
minta belas kasihan. Hal itu terlihat pada bait pertama : Kupanggili kamu,
kekasihku/kubutuhkan kamu di meja makanku/ duduk di sisi dukaku/membelai
luka-luka di dalam jiwa. Juga pada bait kedua Hatiku berduka, neng, hatiku
kecewa. Dan, pada bait keempat hatiku lemas mencari kamu, kekasihku. selain
itu, nada bahagia terdapat juga dalam puisi ini setelah pertemuannya dengan
kekasihnya Kamu adalah rahmat yang murni/Kamu adalah kedamaianku//Ketika
kamu bertanya apakah aku bahagia/aku menjawab: ya.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama)
terlihat berbagai nada yang bermacam-macam di antaranya nada yang bersifat
memberi nasihat penuh perenungan filosofis: Maaf, saudara Azwar, tapi anda
harus belajar bahasa angin//Kesadaran hidup adalah pemberontakan/Hidup
tidak hanya untuk hidup/Kita hidup untuk menerima kehidupan/Kita harus belajar
berdamai dengan mimpi-mimpi kita/Kita harus berkaca di dalam sepi. Nada
nasihat penuh perenungan filosofis yang berupa saran-saran tajam agar kita
merenungkan kehidupan Tapi hendaknya dikenangkan bahwa yang terpenting
daya hidup.Bukan teori dan metode/Karena semua berasal dari kehidupan/Kita
harus berpaling kepada kehidupan/Hidup adalah perlawanan/...hidup adalah
menguji keterbatasanHidup ialah mempergunakan kesempatan/Hidup adalah
berlomba dengan mati/Hidupku adalah kekuatanku/Kita harus menyerang
sebelum diserang/Kita hanya menyerang bila pasti akan menang. Nada gelisah
karena keterbatasan diri : Aku tidak sempat berbangga/ Aku tenggelam di dalam
kegelisahan/Aku gelisah karena keterbatasanku. Nada yang bersifa gemas karena
teka-teki hidup: Apakah kamu teka-teki?/Kemarin ku menebak teka-teki/Sampai
kini belum ketemu jawabnya/Hidup itu seperti teka-teki/Hubungan kita juga
seperti teka-teki//Teka-teki itu seperti langit/Maksudku: terus-menerus. Dalam
puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan), terlihat nada yang bersifat
kesepian, keterasingan : Inilah sajak orang Indonesia yang sedang berada di
rantau//Dan ia berjalan di antara gedung-gedung tinggi/bayangannya terpantul
di tembok-tembok kaca/Di dalam hujan salju/berjam-jam ia berjalan/Dan tiba-
tiba salju itu menjadi pertanyaannya//Badai salju sudah reda//Keheningan
meliputi udara//kenangan-kenagan dan impian menjadi kaitan/bagi kepingan-
kepingan diri/Sepi menjadi ketenangan. Juga nada-yang bersifa renungan
kesadaran : Kursi-kursi, meja-meja, dan semua benda/dengan latar belakang
sepi/bentuknya lebih berarti.
4) Amanat
Puisi-puisi Rendra menuangkan banyak amanat baik yang tersirat ataupun
tersurat. Dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku tersimpan amanat tersirat
bahwa jangan terlalu percaya kepada wanita, cinta menuntut keberanian dan
perngorbanan. Dalam puisi yang berjudul Setelah Rambutmu Tergerai tersimpan
amanat bahwa kita manusia memiliki penderitaan yang sama. Kita harus berusaha
menepati kata-kat yang kita ucapkan karena kita berkata berarti kita telah
menyimpan pengharapan kepada orang yang kita ajak bicara, dan kita harus
mewaspadai terkadang manusia manusia berkata tetapi tidak sesuai dengan isi
hatinya : kata-kata adalah bayangan dari harapan/tetapi bukan harapan yang
sebenarnya/kata-kata adalah janji/tetapi bukannya isi hati.
Dalam puisi yang berjudul Kupanggili Kamu, Kekasihku memiliki amanat
disebabkan banyaknya mimpi-mimpi kita akan terbiasa untuk percaya pada
seseorang, dan laku seperti itu akan gampang dikhianati sebab rasa cinta yang
terlalu berlebihan: Terbiasa mencinta aku gampang dikhianati/terbiasa percaya
aku gampang bermimpi. Kita juga harus selalu ingat akan rahmat yang Tuhan
berikan pada kita ketika kebahagiaan itu kembali karena segala sesuatu telah
diatur oleh Tuhan:Tuhan menguraikan rambutmu dengan angin//Tuhan merahmati
jiwaku yang berduka.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama)
terdapat banyak amanat yang tersurat maupun yang tersirat. Keluhan-keluhan
yang berlebihan yang kita ucapkan kepada seseorang atau didi kita endirri hanya
akan menjadi sia-sia bahkan mencelakakan diri kita sendiri: kata-kata yang
kulepas dalam tangisku/baga onggokan sampah/yang akhirnya menimbun diriku.
Jangan terlalu mengekang seseorang karena akan membuatny tidak betah
berdampingan dengan kita atau terlalu membebaskannya itu akan memmbuat
seseorang mengkhianati kita: Bila kamu pegang aku terlalu kerasaku tercekik
mati/bila kamu pegang aku terlalu/longgar aku tergoda pergi. Harapkanlah
sesuatu yang berada dihadapan kita, pergunakanlah dan bahagiakanlah ia, jangan
terlalu mengangan-angankan sesuatu yang tidak ada: Yang diharap tidak ada/yng
ada tidak diharapkan. Kita mesti berusaha menggunakan segala daya dan upaya
kita untuk menghadapi hidup, tak boleh gampang menyerah : Kesadaran hidup
adalah pemberontakan. Dan, menerima segala kehidupan (penderitaan), ambillah
hikmahnya. Serta jangan terlalu banyak bermimpi:Kita hidup untuk menerima
kehidupan/kita harus belajar berdamai dengan mimpi-mimpi kita. Juga cobalah
untuk merenung, menafakuri hidup kita: Kita harus berkaca di dalam sepi. Kita
tak perlu terlalu banyak berdebat mengenai masalah yang kurang penting, dan
cobalah berpaling kepada kehidupan, kembali memandang nurani kemanusiaan
bahwa disamping kita banyak yang terjadi, di antaranya masalah yang paling
mengkhawatirkan adalah krisis hidup.
Sudah semestinya manusia dalam hidup belajar berprihatin, masa remaja
jangan disia-siakan, itulah yang mesti kita sadari. Kita coba mengatasi
keterbatasan kita hanyalah untuk sejauh mana kelemahan kita: Keterbatasan itu
suatu rahasia/ia baru menjadi nyata kalau kita melawannya. Dalam hidup tak
perlulah banyak mengeluh, tapi sebaliknya kita pun mesti mendengarkan keluhan
orang: Mengasihani diri/memang tidak perlu/tapi kita mesti bersabar
mendengarkan keluhan/kerna hidup/adalah menguji keterbatasan. Kita juga mesti
mengingat bahwa kematian sedang menunggu dan mengejar kita: Hidup adalah
berlomba dengan mati. Kita tak bisa melawan kematian karena dia lebih kuat dari
kita:Dan yang terkuat adalah sang maut.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan) amanat
yang tersimpan di antaranya sebagai berikut. Di dunia ini tak ada yang abadi:
Disebabkan oleh angin/ tak ada yang abadi. Setiap ilmu mesti dipelajari
seperlunya. Kiata diseru untuk berhati-hati terhadap kemiskinan, apakah itu
kemiskinan ilmu, pangan, hati, atau bahkan keimanan, sebab kemiskinan adalah
penjara. Di dalam kemiskinan alangkah jeleknya hdup ini: kegembiraan kecil
menjadi cengeng/kesabaran menjadi kekalahan/hidup tanpa surya/ dan di malam
hari/ bulan seperti sundal/dalam lapar tak banyak pilihan. Dalam keadaan miskin
seseorang biasanya tidak berpikir panjang, khususnya kemiskinan pangan yang
menyebabkan orang kelaparan, karena ia akan berani berbuat sesuatu yang tidak
masuk di akal, seperti saling membunuh sesama saudara, merampas hak yang
bukan haknya. Dengan kemiskinan hati dan pikiran akan banyak diliputi
ketakutan.
Mengenai kehidupan dan kebahagian serta kedamaiannya, penyair
memberi amanat bahwa damainya hidup kita di dunia adalah berpusat di hati kita
sendiri :...kedamaian didapat di hati sendiri. Jadilah orang yang berbahagia
menerima dengan keadaan sebab: Orang yang berbahagia tidak gampang terhina.
Ketika manusia sedang gelisah cobalah untuk menenagkan diri, yaitu dengan cara
merenung dalam sepi, kita akan lebih sadar akan segala arti kehidupan ini dan
kelemahan diri kita. Kita akan mendapati makna akan kenyataan diri :Dengan
latar belakang sepi/bentuknya menjadi lebih berarti/Di dalam
kegelisahan/kenangan dan impian menjadi kaitan/bagi kepingan-kepingan
diri/menjadi rangsangan penyadaran/penyadaran kenyataan diri.
Begitulah struktur teks dan konteks puisi-puisi Rendra. Dalam hal
pemilihan katanya, Rendra terkadang memakai bahasa sehari-hari, jargon, arkaik
(kuno), atau bahkan kata-kata formal dan bermartabat; namun kesemuanya diksi
yang dipilih Rendra untuk memadatkan suasana, kata-kata dalam puisinya
menyampaikan makna secara lembut dan bersifat ekonomis. Penyusunannya yang
sedemikian rupa adalah untuk menyalurkan pikiran, perasaannya, sehingga
menjadi totalitas utuh. Penggunaan majas penuh dengan simbol-simbol kosmis;
identifikasi manusia dengan alam semesta lebih dari metafora atau imajinasi
pribadi biasa. Ada keterkaitan yang erat antara kenyataan dan penghayatan
eksistensi dirinya sendiri, kehidupan bermasyarakat, alam kosmos dan Tuhan
menjadi suatu kesatuan. Dalam hal tifografi, Rendra menyusunnya secara
sederhana, lurus, tetapi juga memiliki arti tersendiri, di antaranya menggambarkan
kepasrahan, penerimaan, keputusasaan, lepas dari pemberontakan. Rendra juga
menusun tipografi berbentuk koor dengan dialog perbait antara tokoh-tokohnya.
Sementara dalam hal Rima yang digunakan Rendra bukan sekedar, ulangan bunyi,
permainan kata atau variasi terhadap puisinya, melainkan juga mempunyai fungsi
sebagai mempertegas isi makna dalam puisinya yang ia hadirkan dengan
kesadaran.
3.5 Analisis Nilai-Nilai Etis Kumpulan Puisi Disebabkan Oleh Angin
3.5.1 Pencarian Diri
Manusia yang berpikir selalu ingin berusaha untuk mengetahui dirinya
sendiri guna melaksanakan kebajikan dan menjadi seorang bijak. Namun, perlu
ujian bertahap untuk mencapainya. Di antaranya sebagaimana yang akan penulis
uraikan dalam bagian ini.
1) Penderitaan
Penderitaan adalah termasuk produk diri yang mesti ada dan dimunculkan
seorang manusia, tiada terkecuali sebagai awal pencarian diri seorang manusia
yang ingin meraih kebajikan dan mencapai kebijaksanaan. Gagasan penderitaan
muncul dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku ! dengan secara global
menyiratkan derita seorang lelaki yang mengejar wanitanya sebagai harapan
hidupnya. Wanitaku! Wanitaku! /gerimis menampar mukaku/ di manakah kamu,
wanitaku?//dan lenyaplah kamu untuk selama-lamanya. Lenyap dan hilangnya
wanita si aku seolah menciptakan kesepian terhadap si aku yang ingin dimengerti
oleh wanitanya. Apakah kamu mengerti kesepianku? dan kesepian ini adalah
salah satu unsur yang membuatnya terpaksa mesti dirundung oleh derita batin.
Simbol derita juga diutarakan melalui tangis dan hubungan, angan yang tak
tersampaikan dan terlaksana. Aku menangis/hubungan kita sia-sia. Pencarian si
aku akan wanitanya menyebabkan derita yang sangat melebihi awal mulanya ia
menderita. Sudah berabad-abad/melewati kepulan debu/melewati angin
panas/melewati serdadu dan algojo/melewati anjing-anjing. Derita fisik dan
batin berpadu dalam diri si aku disebabkan pemberontakannya terhadap kenyataan
hidup. Si aku mungkin tidak menyadari bahwa setiap orang mesti memiliki
harapan yang tidak realistis bahwa semua berubah. Harapannya yang tidak
realistis dan pencariannya malah menyebabkan si aku menemui ajalnya seiring
lenyapnya wanitanya dalam pandangannya dan hidupnya. Mencari sukmaku dan
sukmamu yang telah lenyap bersama.
Gagasan penderitaan muncul pula dalam puisi yang berjudul Setelah
rambutmu Tergerai, dan segera saling merasa/bahwa kita punya derita yang
sama. Larik ini menerangkan kesadaran akan derita yang sama dalam setiap
langkah perjalanan hidup manusia, dimana tiada lain penderitaan tersebut
disebabkan kegelisahan yang melanda manusia dan perasaan jenuh menunggu,
menjawab sang waktu serta sepinya hidup di lembah mayapada. Di sini si aku pun
mengalaminya sehingga membuatnya menderita. Akan tetapi, penderitaan ini
mendorongnya ke arah lain, yakni ke arah untuk berbagi secara fisik dan nonfisik.
Aku menyebut namamu/kamu menyebut namaku/suara kita mengambang
terapung dalam waktu/melayang di cakrawala jiwa/ditelan sepi yang abadi/dan
segera saling merasa/bahwa kita/punya derita yang sama. Untuk melepas derita
setiap manusia mesti berusaha mencari sebab yang muncul dalam dirinya dan
orang dekat yang sama berbagi, seperti juga si aku terhadap istrinya, aku mencari
jiwamu. Dan, si aku mencoba menjawab derita yang dialaminya dengan diam.
Kita tak bisa bicara/kita tak usah bicara/kata-kata adalah bayangan dari
harapan/tapi bukan harapan yang sebenarnya. Si aku telah menyadari bahwa
penyebab derita yang melanda dirinya adalah karena harapan yang tidak realistis
bahwa semuanya tidak akan berubah. Kata-kata adalah janji/tetapi bukannya isi
hati//di luar kata-kata banyak kita bicara. Larik ini memberi simbol bahwa
penderitaan juga disebabkan persepsi yang tidak tepat akan penilaiannya terhadap
dirinya sendiri, sehingga si aku tidak mengenal siapa dirinya. Aku ada/tetapi
siapakah aku?
Salah satu unsur yang mengikuti derita seseorang adalah kedukaan. Dalam
puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Vasco da Gama), penderitaan
menjadi suatu alat perubahan yang positif meskipun ia selalu ada mengiringi
kegembiraan kita. Orgel listrik bisa bernyanyi dengan merdu/namun selalu
terkandung jeritan dalam kemerduannya/seperti arus duka yang abadi/yang
mengalir di bawah permukaan air yang nampaknya tenang dan berkilatan/bagiku
ini suatu keistimewaan. Di balik kehidupan yang terlihat menyenangkan selalu
terkandung duka, dalam larik ini diibaratkan dengan orgel listrik, tetapi dengan
menderita membuat hati kita akan lebih pandai menentukan pilihan hidup, lebih
kuat menghadapi berbagai persoalan hidup, lebih tabah dan sabar berharmoni
mengalir menjalani hidup. Sebab derita manusia ini akan selalu mengikuti selama
manusia hidup di dunia, dalam puisi ini juga diibaratkan dengan arus bawah dan
dalam lariknya menggunakan tanda seru yang berarti kita pun harus waspada
terhadap derita yang akan datang. Wahai arus bawah!/engkau selalu
beramaku!. Dalam sebuah koor di bait ke-17 kita diperingatkan bahwa tak
perlulah kita mengeluh dengan kata-kata rintihan tak berguna yang justru akan
membuat kita bertambah menderita, yang diibaratkan dengan onggokan sampah.
Di dalam gelap jiwaku merintih/tanganku menggapai/meraba-raba/kata-kata
yang kulepas dalam tangisku/bagai onggokan sampah/yang akhirnya/menimbun
diriku.
Gagasan penderitaan juga muncul dalam puisi yang berjudul Disebabkan
Oleh Angin (Priangan), dihubungkannya penderitaan dengan kemiskinan,
kesepian, dan kebodohan. ...Setiap tempat punya deritanya/kalau tidak
kemiskinan, kesepian/atau kebodohan... . Kemiskinan diumpakan sebagai penjara
hidup manusia. Kemiskinan adalah penjara; dimana setiap kegembiraan kecil
menjadi cengeng/kesabaran menjadi kekalahan. Kemiskinan di sini adalah
multitafsir bisa kemiskinan harta, ilmu, hati atau bahkan keimanan, dan lainnya.
Hidup kita menjadi gelap bila berada dalam kemiskinan, seperti hidup tanpa
surya/dan di malam hari/bulan seperti sundal, mungkin kita tidak mempunyai
banyak pilihan, jika hidup dalam kemiskinan, dalam arti kurang berpikir panjang
dengan apa yang diperbuat, khususnya kemiskinan pangan. Dalam lapar/tak
banyak pilihan; sebab kelaparaan orang bisa rampas-merampas hak orang lain,
bahkan dapat dengan kejam membunuh sesama saudaranya sendiri. Kemikinan
dapat menyebabkan ketakutan yang tidak menentu, yang tidak masuk di akal.
2) Kewajiban
Kewajiban dapat termasuk dalam kategori norma perbuatan yang baik.
Dalam puisi yang berjudul Disebabkan Oleh Angin (Priangan), konsep kewajiban
terlihat ketika si aku bertanya kepada Sok Hoek Djin, Tapi bagaimana
tugasku?/apa tugasku?. ketika Soe Hok Djin menjawab, Kamu tak usah terikat
apa/Asal kamu hadir saja/tugasmu yang khusus tidak ada. Si aku
menjawab,Tetapi aku tak bisa diam saja. Dan, si aku pun menawarkan diri,
Aku ingin tugas. Kata-kata tugas terulang tiga kali yang berarti dengan penuh
kesadaran akan tanggung jawab dirinya, si aku sadar akan kewajibannya sebagai
manusia yang mesti memiliki tugas tertentu demi kehormatannya. Dengan niat
yang baik dan kemauannya sendiri, ia berharap di beri tugas khusus.
Sebab ia menginginkan tugas karena ia terangsang oleh dorongan dari luar,
yaitu alamnya, tempat ia berada dalam lingkungan kesenian di mana setiap orang
diberi tugasnya masing-masing, maka dorongan tersebut masuk ke hati kecilnya
menjadi suara halus dirinya yang memerintah agar si aku seperti mereka yang
dibebankan tugas-tugas tertentu. Akan tetapi, setelah si aku tidak dipercaya untuk
mengemban tugas karena akan membuat acara kacau, kalau kamu ikut
kerja/rencana akan kacau jadinya! mekipun si aku telah berjanji,Aku berjanji,
tetap saja Soe Hoek Djin tidak mempercayainya,kamu sudah sering janji/tapi tak
pernah kamu tepati. kata-kata Soe Hoek Djin tersebut yang merupakan bentuk
pemikiran yang dipakaikan pada pengalaman yang berdasarkan kepercayaan
membuat si aku melepaskan kemauan dirinya untuk diberi tugas, Baik aku
terima saja/Sekarang aku bebas/Tak ada kerja.? Dengan masih tanda tanya si
aku melepaskan tugas dapat disimpulkan bahwa kebebasan yang diterima tidaklah
dijabarkan dari akal, tetapi dari kepercayaan. Si aku masih menyadari adanya
kewajiban di dalam batinnya, tetapi tujuan untuk mewujudkannya tidak tercapai
karena lebih dulu tidak dipercaya. Meskipun begitu, kebaikan niat baik si aku
tetap diterima, sebab Soe Hoek Djin dan kawan-kawan yang lainnya
mengharapkan ia hadir bahkan mengharapkan spontanitasnya, Tapi Kami ingin
kamu ada/dan mengharapkan spontanitasmu. Kata-kata tersebut menyiratkan
perbuatan-perbuatan yang terarah dan pandangan ke depan menjadi lebih jauh.
3) Kesenangan dan Cinta
Kesenangan (hedone) oleh sebagian masyarakat dipandang sebagai tujuan
pokok di dalam kehidupan. Tokoh yang memprakarsai aliran ini adalah
Democritus (400 Sm-370 Sm) dan yang dimaksud bukan kesenangan fisik, tetapi
kesenangan sebagai perangsang intelek manusia. Akan tetapi, pengikut Socrates,
Aristippus (395 Sm), berpandangan kesenangan sebagai rasa senang yang
diperdapat melalui pancaindera yang merupakan satu-satunya nilai yang ingin
dicari oleh manusia. Dan, rasa senang ini mesti timbul dari dasar cinta terhadap
sesuatu yang walaupun akhirnya jika tidak tercapai akan menimbulkan kecewa
dan rasa sakit.
Gagasan nilai etis-filosofis cinta tertuang secara keseluruhan di setiap
judul dalam puisi Disebabkan Oleh Angin secara nyata tersurat ataupun simbolik.
Dalam puisi yang berjudul Wanitaku! Wanitaku ! dipaparkan sebuah perjalanan
cinta yang memerlukan pengorbanan tanpa pamrih, di mana nilai kesetiaan
mendominasi hati seorang lelaki kepada wanita. Di manakah kamu
wanitaku?//sukmaku menjelma menjadi seekor kucing tua. Kucing tua merupakan
metafor yang menggantikan suatu keadaan yang sudah hampir mencapai titik
darah terakhir, menunjukkan ketakberdayaan, kelelahan hatinya disebabkan
pencariannya terhadap wanitanya (istri, kekasihnya), tambahan yang lalu
mengembara/luput ke dalam perkampungan adalah memberi gambaran bahwa si
aku tetap akan mencarinya walaupun dalam keadaan sudah tak berdaya sekalipun.
Sudah sekian lama/sudah berbulan-bulan/sudah bertahun-tahun/sudah berabad-
abad, menunjukkan pencariannya yang begitu memakan waktu yang lama, terus-
menerus tak terkira. Melewati kepulan debu/melewati angin panas/melewati
serdadu dan algojo/melewati anjing-anjing adalah merupakan simbol keberanian
muncul sebagai wujud cinta si aku, aku memburu memberikan arti tambahan,
yaitu pencariannya yang sungguh-sungguh disebabkan cintanya yang membara,
seolah-olah si aku bagaikan pemburu hewan liar yang tanpa jejak, tersesat
sehingga harus melewati berbagai rintangan. Mencari sukmaku dan
sukmamu/yang telah lenyap bersama, merupakan titik terakhir pengorbanannya,
sehingga si aku sendiri mulai kehilangan jati dirinya, si aku berada dalam
keputusasaan. Dalam puisi Setelah Rambutmu Tergerai, cinta memerlukan
jawaban persentuhan dan penyatuan fisik dan batin. Wujud fisik disimbolkan
dengan penyebutan bagian-bagian tubuh wanita. Sementara wujud batin adalah
pengharapan akan sifat yang ada pada si wanita disebabkan cintanya, maka segala
yang ada akan lebih meninggikan daya angan si aku sehingga si aku dapat
mendudukkan si wanita di tempat yang istimewa dalam pandangannya dan mata
hatinya Kamu adalah Ratu Sheba/Cleopatra/Drupadi/Kamu adalah Dewi
Durga, juga metafor-metafor yang ditujukan pada si wanita itu menunjukan cinta
sucinya dan betapa memang sempurnanya wanita tersebut (istrinya). Dalam wujud
fisik seakan cinta adalah keadaan yang akan terwujud dengan persenggamaan,
maka cinta begini ibarat cinta yang bersumber dari nafsu hewani yang merupakan
hasrat berlebihan terhadap kesenangan dengan ditunjukan dalam larik-larik
berikut: Menghamburlah badaiku kepadamu/badai dari kuku/badai dari ujung
jari/badai dari kulit perut/badai dari mimpi kanak-kanakku/badai dari hasrat
yang terpendam/badai dari naluri purbakala/badai tigapuluhenam tahun hidupku
melanda/pinggulmu. Akan tetapi, si aku setelah merasakan kehampaannya,
merasa ada yang kosong dalam sebagian dirinya, aku ada/tetapi siapakah aku?
dalam krisis hidupnya pertanyaannya ini mengakibatkan ia langsung mempelajari
dan menemukan objek cinta spiritual dengan kapasitas fitrah denyut
jantungmu/berjawaban dengan denyut jantungku, bait tersebut menggambarkan
penyatuan kasih sayang dan sikap spiritual yang timbul dari rasa cinta. Jantung
merupakan organ utama paling penting pada manusia, maka dengan penyatuan
denyut jantung seolah-olah memberi suatu perumpamaan ketika si aku dan
wanitanya merasa punya derita yang sama, mereka berdua mencari tenaga yang
cocok untuk saling melengkapi aku mencari jiwamu, secara tidak langsung si
aku berharap untuk saling mengisi energi yang hilang dalam dirinya, si aku berada
dalam kehampaan dan kekalutan, sehingga ia tak mengenal jati dirinya sendiri
aku ada/tetapi siapakah aku?. Bait yang mengungkapkan dua tubuh satu
getaran/dua jiwa satu bahasa adalah memberi gambaran bahwa penyatuan energi
jiwa keduanya telah cocok dan sama, dalam arti saat mereka melakukan
persetubuhan, mereka saling menyalurkan energi seks sebab mereka dalam
melakukan persetubuhan adalah bertujuan untuk mengembalikan energi mereka,
dan mereka pun membutuhkan peningkatan mutu sel-sel otak dan krisis jiwa yang
telah terganggu dikarenakan kegelisahannya, kesepiannya, penderitaannya,
kebimbangannya, dan rasa kecewa-putus asa akan berbagai pengharapan serta
janji yang ternyata hanya sebatas kata-kata kata-kata adalah bayangan dari
harapan/tetapi bukan harapan yang sebenarnya/kata-kata adalah janji tetapi
bukannya isi hati/di dalam badai jiwa/kita saling menerka dan meraba dalam
keadaan parah tersebut yang hampir melenyapkan seluruh energi hidupnya untuk
menjalani hidup, maka dari itu mereka melakukan transmutasi energi dengan
segala wujud kepasrahan dan keikhlasan sehingga berharap kembali menjadi
cinta, kasih sayang, kecerdasan, dan iluminasi yang tinggi. Sebab berdasarkan
larik-larik setelahnya di mana cinta objek hewani lalu diikuti spiritual suci yang
berakhir ditemukan jawabannya dan segera aku alami apa maknanya, pasrah
secara spiritual berarti tidak boleh ada penolakan, seperti si aku tersebut yang
menghadapi masa berontak, tapi juga tidak menolak, si aku tidak melepaskan
kemampuan berpikir dan kemauan, ia tetap melakukan dan menjalani cinta
dengan menikmatinya tanpa menyerah dalam pencariannya yang berarti inilah
sebuah wujud kecerdasan si aku.
Cinta yang seperti tersebut di atas juga tertungkap kembali dalam puisi
yang berjudul Kupanggili Kamu, Kekasihku!. Akan tetapi, dalam puisi ini setiap
persentuhan indra berakibat langsung munculnya kekuatan pada jiwa Pundakmu
menguapkan bau berahi/pipimu panas/napasmu mengandung prana. Prana
dapat diartikan napas hidup yang berarti kekuatan batinnya. Larik yang berbunyi
kekuatan yang purba adalah tenaga yang memang telah tersimpan dalam diri
manusia yang kemudian terkuak melalui penyatuan fisik dan batin. Kamu alirkan
ke dalam tubuhku/melalui ciuman yang mutlak bahasanya, larik-larik tersebut
menggambarkan suatu keadaan daya kondusif melalui kesengajaan sebab
naluriah, dari sudut pandang intelek adalah menjadi suatu