BAB II BAB III BAB IV BAB V - Sepuluh Nopember Institute ...
Bab 2_2
-
Upload
muhamad-khairul-masud -
Category
Documents
-
view
6 -
download
1
description
Transcript of Bab 2_2
5
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. Definisi Perencanaan Tata letak Fasilitas
Menurut Wignjosoebroto (2003) tata letak pabrik (plant layout) atau tata
letak fasilitas (facilities layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan
fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan
tersebut akan mencoba memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin
atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material,
penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen,
personel kerja dan sebagainya.
Pada dasarnya, studi pengaturan tata letak pabrik sangat berkaitan dengan
meminimalisir total biaya yang menyangkut elemen-elemen biaya seperti biaya
untuk konstruksi dan instalasi baik untuk mesin maupun fasilitas produksi lainnya,
biaya pemindahan bahan, biaya produksi, maintenance, safety, dan biaya
penyimpanan produk setengah jadi. Oleh karena itu, tata letak pabrik perlu
direncanakan dengan baik karena hal ini akan ikut menentukan efisiensi dan juga
menjaga kelangsungan hidup suatu industri dan memberikan kemudahan di dalam
proses supervisi serta menghadapi rencana perluasan pabrik di kemudian hari.
Secara skematis perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik
6
2.2. Arti Penting Perencanaan Fasilitas
Menurut Purnomo (2004), perencanaan fasilitas mempunyai pengaruh yang
sangat besar di dalam proses operasi perusahaan. Pengaruh yang paling besar adalah
pada sistem dan peralatan pemindahan bahan.
Pada proses produksi industri manufaktur, untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi, akan memerlukan aktivitas perpindahan dari suatu tempat ke
tempat lainnya, dari satu proses ke proses lainnya. Aktivitas perpindahan meliputi
perpindahan bahan, personal/pekerja ataupun peralatan/mesin produksi, dalam hal ini
perpindahan bahan yang paling sering dilakukan. Biaya proses pemindahan bahan ini
pada beberapa kasus bisa mencapai 70% dari total biaya produksi. Diperkirakan 15%
sampai 70% dari total biaya operasi dalam proses produksi digunakan untuk
pemindahan bahan. Untuk mengurangi biaya pemindahan bahan perencanaan
fasilitas sangat besar artinya.
Perencanaan fasilitas sangat berarti pula dalam manajemen fasilitas. Jika
suatu organisasi secara kontinu memperbaiki operasi produksinya ke arah yang lebih
efektif dan efisien, maka harus selalu mengadakan relayout dan menyusun kegiatan
yang sedang berjalan. Karena fakta menunjukkan bahwa perubahan yang sangat
cepat di bidang teknologi produksi dan peralatan, memaksa manajemen untuk selalu
mengadakan reevaluasi dan pengenalan terhadap sistem, personal dan peralatan yang
ada. Mesin-mesin baru yang lebih menjamin peningkatan produktivitas dan proses
penangannya, mau tidak mau membuat mesin dan metode yang sudah ada menjadi
usang. Untuk itu diperlukan perencanaan ulang fasilitas dengan melakukan
pengurangan atau mengeliminir kegiatan-kegiatan dan peralatan-peralatan yang tidak
perlu yang sudah tidak efektif lagi.
Menurut Hari Purnomo dan Sri Kusumadewi (2008) bahwa, pengaturan
fasilitas pabrik memegang peranan penting dalam kelancaran proses produksi,
sehingga akan tercapai suatu aliran kerja yang teratur, aman, dan nyaman.
Keberhasilan perusahaan secara profit salah satunya merupakan refleksi langsung
dari kelancaran proses produksi dan pemindahan bahan yang ditangani secara
bijaksana sehingga akan menghasilkan output yang optimal.
7
2.3. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Fasilitas
Menurut Wignjosoebroto (2003), secara garis besar tujuan utama dari tata
letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling
ekonomis untuk operasi produksi, aman, dan nyaman sehingga akan dapat digunakan
untuk menaikkan moral kerja dan performansi kerja dari operator. Lebih spesifik lagi
suatu tata letak yang baik akan memberikan beberapa keuntungan-keuntungan dalam
sistem produksi, yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Menaikkan Output Produksi.
Biasanya tata letak yang baik akan memberikan keluaran (output) yang lebih
besar dengan ongkos yang sama atau lebih sedikit, man hour yang lebih kecil,
dan mengurangi jam kerja mesin.
2. Mengurangi Waktu Tunggu (Delay).
Mengatur keseimbangan antara waktu untuk operasi produksi dan beban dari
masing-masing departemen atau mesin sehingga akan mengurangi delay yang
berlebihan.
3. Mengurangi Proses Pemindahan Bahan (Material Handling).
Tata letak yang baik akan lebih menekankan untuk meminimalkan aktivitas-
aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini
akan mendapatkan penghematan akan biaya perpindahan bahan,
pendayagunaan yang lebih baik akan pemakaian mesin, tenaga kerja atau
fasilitas produksi, mengurangi work in process, mempersingkat proses
manufaktur, mengurangi kemacetan dan lainnya.
4. Penghematan penggunaan area untuk produksi, gudang dan servis.
Jalan lintas material yang menumpuk, jarak antara mesin-mesin
yang berlebihan, dan lain-lain, semuanya akan menambah area yang
dibutuhkan untuk pabrik.
5. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja
dan fasilitas produksi lainnya.
Faktor-faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja dan lain-lain erat kaitannya
dengan biaya produksi.
8
6. Mengurangi inventory in proces.
Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan
baku untuk berpindah dari suatu operasi ke operasi berikutnya dengan secepat
mungkin dan berusaha mengurangi tumpukan bahan setengah jadi.
7. Proses manufakturing yang lebih singkat.
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi
berikutnya dan mengurangi bahan yang menunggu serta gudang yang tidak
diperlukan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya dalam pabrik
akan juga bisa diperpendek sehingga secara total waktu produksi akan dapat
pula diperpendek.
8. Mengurangi resiko bagi K3 dari operator.
Perencanaan tata letak pabrik ditunjukan untuk membuat suasana kerja yang
nyaman dan aman bagi operatornya.
9. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.
Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam suatu pabrik
yang segala sesuatunya diatur secara tertib, rapi dan baik.
10. Mempermudah aktivitas supervisi.
Tata letak pabrik yang terencana baik akan dapat mempermudah
aktivitas supervisi.
11. Mengurangi kemacetan dan kesimpang siuran.
Material yang menunggu, gerakan pemindahan yang tidak perlu,
serta banykanya perpotongan dari lintasan yang ada akan
menyebabkan kesimpang-siuran yang akhirnya akan membawa kearah
kemacetan.
12. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan
baku ataupun barang jadi.
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat mengurangi kerusakan-
kerusakan yang bisa terjadipada bahan baku ataupun produk jadi.
2.4. Jenis-jenis Persoalan Tata Letak
Menurut James M. Apple (1990,) seringkali masalah yang dihadapi dalam
tata letak melibatkan penata letakkkan ulang dari suatu proses yang telah ada atau
9
perubahan beberapa bagian dari susunan peralatan tertentu. Masalah dalam tata letak
ada beberapa macam, seperti:
1. Perubahan Rancangan
Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau
operasi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hanya memerlukan
penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada, atau bentuk perancangan
ulang tata letak, tergantung pada perubahan-perubahan yang terjadi.
2. Perluasan Departemen
Dengan adanya penambahan produksi, mungkin saja diperlukan perubahan tata
letak. Hal ini mungkin hanya merupakan penambahan sejumlah mesin yang
dengan mudah dapat diatasi dengan membuat suatu ruangan, atau mungkin
diperlukan perubahan seluruh tata letak jika pertambahan produksi menuntut
perubahan proses.
3. Pengurangan Departemen
Masalah ini terjadi jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap,
perlu ditimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya
yang digunakan untuk produksi tinggi. Perubahan seperti ini mungkin
menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada sekarang dan
merencanakan pemasangan jenis peralatan lain.
4. Penambahan Produk Baru
Jika produk baru serupa dengan produk yang sedang dikerjakan selama ini
ditambahkan pada lintasan produksi, masalah utamanya adalah perluasan
departemen. Tetapi jika produk ini berbeda dengan yang sudah diproduksi,
dengan sendirinya muncul produk baru. Peralatan yang ada dapat digunakan
dengan menambah beberapa mesin baru dalam tata letak yang telah ada dengan
penyusunan ulang minimum atau mungkin memerlukan departemen baru atau
pabrik baru.
5. Pemindahan Suatu Departemen
Pemindahan departemen dapat menimbulkan masalah tata letak yang besar.
Jika tata letak yang ada sekarang masih memenuhi, hanya diperlukan
pemindahan ke lokasi lain. Tetapi jika tata letak yang ada sekarang tidak
memenuhi lagi, diperlukan penataletakan kembali.
10
6. Penambahan Departemen Baru
Masalah ini timbul dari pemikiran untuk memusatkan jenis pekerjaan atau
menambah suatu departemen untuk suatu pekerjaan yang baru.
7. Peremajaan Peralatan yang Rusak
Persoalan ini mungkin menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk
mendapatkan pemindahan ruang.
8. Perubahan metode Produksi
Setiap perubahan kecil dalam suatu tempat kerja seringkali mempunyai
pengaruh terhadap tempat kerja yang berdampingan atau wilayah yang
berdampingan. Hal ini akan menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang
terlibat.
9. Penurunan Biaya
Hal ini tentunya merupakan akibat dari setiap keadaan diatas.
10. Perencanaan Fasilitas Baru
Disini rekasayawan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada
dan bebas merencanakan tata letak yang paling efisien yang akan dipakai.
Disamping adanya alasan umum bagi persoalan tata letak atau proyek tata letak
ada pula situasi tidak biasa atau kesulitan-kesulitan yang dapat menunjukan
perlunya pengkajian atas tata letak yang ada.
2.5. Tipe Tata letak dan Dasar - Dasar Pemilihannya
Menurut Wignjosoebroto (1996) susunan mesin dan peralatan pada suatu
perusahaan akan sangat mempengaruhi kegiatan produksi, terutama pada efektivitas
waktu proses produksi dan kelelahan yang dialami oleh operator di lantai produksi.
Tata letak pabrik yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur
dan efisien dari semua fasilitas-fasilitas pabrik dan tenaga kerja yang ada di pabrik.
Fasilitas pabrik disini tidak hanya mesin-mesin tetapi juga service area, termasuk
tempat penerimaan dan pengiriman barang, maintenance, gudang dan sebagainya. Di
samping itu juga, sangat penting diperhatikan keamanan dan kenyamanan pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu, tata letak pabrik yang baik
adalah tata letak yang memiliki daerah kerja yang memiliki interrelasi, sehingga
bahan-bahan dapat diproduksi secara ekonomis.
11
Tata letak pabrik sangat berkaitan erat dengan efesiensi dan efektivitas
pekerjaan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :
- Kegiatan produksi akan lebih ekonomis bila aliran suatu bahan dirancang
dengan baik.
- Pola aliran bahan menjadi dasar terhadap suatu susunan peralatan yang efektif.
- Alat pemindahan bahan (material handling) akan mengubah pola aliran bahan
yang stasis menjadi dinamis dengan melengkapinya dengan alat angkut yang
sesuai.
- Susunan fasilitas-fasilitas yang efektif disekitar pola aliran bahan akan
memberikan operasi yang efektif dari berbagai proses produksi yang saling
berhubungan.
- Operasi yang efisien akan meminimumkan biaya produksi.
- Biaya produksi yang minimum akan memberikan profit yang lebih tinggi.
Ada empat tipe tata letak pabrik yang utama, yaitu:
1. Layout by Product (Tata letak produk)
Susunan mesin dan peralatan berdasarkan produk, sangat baik digunakan apabila
jumlah volume produksi besar dan produk yang dihasilkan memiliki karateristik
yang sama. Dengan cara ini mesin dan peralatan disusun sedemikian rupa
sehingga didapatkan aliran bahan yang terus-menerus (continuous flow),
membentuk garis lurus. Mesin dan peralatan disusun sesuai dengan urutan
proses dari pembuatan produk.
Gambar 2.2 Product Layout
2. Layout by Process (Tataletak proses)
Tata letak proses adalah penyusunan tata letak dimana alat yang sejenis atau
yang mempunyai fungsi yang sama ditempatkan dalam bagian yang sama.
Misalnya, mesin potong ditempatkan pada bagian pemotongan. Jadi, hanya
12
terdapat satu jenis proses di setiap bagian atau departemen. Tipe ini cocok untuk
proses produksi yang tidak baku yaitu perusahaan membuat berbagai macam
produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi dalam berbagai
macam variasi.
Gambar 2.3 Process Layout
3. Fixed Position Layout
Merupakan susunan dimana mesin-mesin dan perlatan ditempatkan pada tempat
yang tetap karena posisi benda yang dikerjakannya tidak dapat dipindahkan.
Pada umumnya digunakan untuk produk akhir yang dimensinya besar, salah satu
contohnya adalah pembuatan galangan kapal.
Gambar 2.4 Fix Position Layout
4. Group Technology Layout
Merupakan susunan dimana mesin-mesin dan perlatan dikelompokkan
berdasarkan bentuk komponen yang dikerjakannya, bukan berdasarkan produk
akhir. Sehingga untuk pengerjaan part/bagian yang prosesnya hampir sama
dikerjakan di satu departemen.
13
Gambar 2.5 Group Technology Layout
2.6. Pola Aliran
Pada umumnya orang akan berfikir bahwa produktivitas yang tinggi akan
dapat diperoleh dengan cara mengatur aliran proses produksi secara efektif dan
efisien. Aliran proses produksi diartikan sebagai aliran yang diperlukan untuk
memindahkan elemen-elemen produksi mulai dari awal proses dilaksanakan sampai
dengan akhir proses menurut lintasan yang dianggap paling efisien. (Wignjosoebroto,
2003).
1. Garis lurus (Straight Line)
Dapat digunakan jika proses produksi pendek, relatif sederhana, dan umumnya
terdiri dari beberapa komponen atau beberapa macam peralatan produksi. Pola
aliran bahan berdasarkan garis lurus ini akan memberikan jarak terpendek
antara dua titik, aktivitas produksi berlangsung sepanjang garis lurus.
Gambar 2.6 Pola Aliran Bahan Straight Line
2. Bentuk zig-zag (S-Shaped)
Dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari ruangan yang dapat
digunakan untuk ditempatinya, dan karena berbelok-belok dengan sendirinya
untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam bangunan dengan
luas, bentuk, dan ukuran yang lebih ekonomis.
Gambar 2.7 Pola Aliran Bahan S-Shaped
14
3. Bentuk U (U-Shaped)
Pola aliran bentuk U dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya
mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal proses, karena
keadaan transportasi luar pabrik, pemakaian mesin bersama, dan sebagainya.
(juga karena alesan yang sama seperti bentuk zig-zag).
Gambar 2.8 Pola Aliran Bahan U-Shaped
4. Bentuk melingkar (Circular)
Aliran dengan bentuk melingkar dapat diterapkan jika diharapkan barang atau
produk kembali ketempat yang tepat pada saat awal proses, seperti pada bak
cetakan penuangan, penerimaan dan pengiriman terletak pada satu tempat yang
sama, digunakan mesin dengan rangkaian yang sama untuk kedua kalinya.
Gambar 2.9 Pola Aliran Bahan Melingkar
5. Bersudut ganjil (Odd angle)
Bentuk sudut ganjil merupakan pola aliran tidak tentu akan tetapi sangat sering
ditemui pada saat jika tujuan utamanya untuk memperpendek lintasan aliran
antar kelompok dari wilayah yang berdekatan, jika pemindahannya mekanis,
jika keterbatasan ruangan tidak memberi kemungkinan pola lain, jika lokasi
permanen dari fasilitas yang ada menuntut pola seperti itu.
15
Gambar 2.10 Pola Aliran Bahan Odd-angle
2.7. Computer Aided Layout
Perkembangan teknologi komputer yang demikian pesat terutama sejak tahun
1970-an telah dimanfaatkan secara efektif dalam berbagai bidang termasuk di bidang
perencanaan layout. Sejumlah program komputer yang dikembangkan sebagai alat
bantu dalam análisis layout telah dikembangkan dan tersedia untuk dimanfaatkan.
Masing-masing program komputer tersebut memiliki kekhususan sesuai dengan
karakteristik layout yang dirancang.
Metode-metode yang digunakan untuk menyelesaikan problema tata letak
pabrik ini dapat digolongkan ke dalam 2 bagian (Tomkins, 1996), yaitu:
1. Metode Optimisasi
Metode optimisasi adalah metode yang memberikan solusi optimal, tetapi
akan membutuhkan waktu yang lama, sementara waktu komputasi akan meningkat
drastis dengan bertambahnya jumlah departemen atau bagian yang akan disusun. Hal
ini menyebabkan metode seperti ini sangat sulit untuk diterapkan untuk bagian atau
departemen yang sudah mencapai lebih dari 15 buah.
Salah satu metode optimisasi yang dikembangkan adalah MIP (Mixed Integer
Programming) yang hanya dapat digunakan bila departemen yang hendak disusun
berbentuk segi empat. Algoritma ini memperlakukan dimensi departemen-
departemen sebagai decision variables. Fungsi tujuannya adalah meminimumkan
biaya material handling (transportasi). Namun, penggunaan MIP ini sampai sekarang
hanya dapat memperoleh pemecahan optimal untuk departemen berjumlah 7 atau 8.
16
2. Metode Heuristik
Metode ini adalah metode yang mencoba mencari solusi yang mendekati
optimal, dengan waktu komputasi yang relatif singkat dibandingkan dengan metode
optimasi. Metode ini sangat bermanfaat untuk departemen dengan jumlah yang
besar.
Beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah:
1. Eksekusi algoritma bisa dilakukan dalam waktu komputasi yang wajar.
2. Solusi yang dihasilkan rata-rata mendekati nilai optimal (global optimal).
3. Kemungkinan untuk memperoleh hasil yang jauh dari optimal sangat kecil.
4. Baik disain, maupun kebutuhan komputasi cukup sederhana.
Dalam Intelligent Manufacturing System, Kusiak membagi metode heuristik
ini ke dalam empat bagian besar, yaitu:
1. Metode Pembentukan (konstruksi)
2. Metode Perbaikan
3. Metode Hibrid
4. Metode Graph Theoritic
Tetapi secara umum, metode heuristik ini hanya dibagi ke dalam 2 bagian,
yakni Metode Pembentukan dan Metode Perbaikan.
2.7.1. Metode Pembentukan.
Menurut Purnomo (2004) beberapa metode yang termasuk kepada metode
pembentukan (konstruksi) adalah:
1. ALDEP (Automated Layout Desing Program)
ALDEP dikembangkan oleh Seehof dan Evans. Fasilitas yang masuk ke dalam
tata letak dipilih secara acak, kemudian fasilitas selanjutnya dipilih berdasarkan
tingkat hubungannya.
2. PLANET (Plan Layout Analysis and Evaluation Technique)
PLANET dikembangkan oleh Deisenroth dan Apple. Dalam pembentukan tata
letak, metode ini memiliki kelebihan karena dapat mengolah 3 bagian data, yang
akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan tata letak, yakni:
a. Extended Part List, yang terdiri dari rangkaian departemen yang dilalui oleh
proses produksi, frekuensi perpindahan, dan ongkos perpindahan.
17
b. From To Chart, yang kemudian dengan menambahkan volume aliran 2 arah
akan membentuk Flow Between Cost Chart (FBC).
c. Penalty Chart, yang akan menunjukkan tingkat kedekatan antara suatu
departemen dengan departemen yang lain. Makin tinggi nilai penalty antar
dua departemen, makin penting pula kedua departemen tersebut saling
berdekatan.
3. MAT (Modular Allocation Technique)
MAT dikembangkan oleh Edwards, dengan merangking pasangan-pasangan
fasilitas menurut nilai-nilai aliran kerjanya (Work Flow), dari besar ke kecil dan
merangking pasangan-pasangan lokasi menurut jaraknya dari kecil ke besar.
4. CORELAP (Computerized Relationship Layout Planning)
Program komputer ini menggunakan simbol-simbol A-E-I-O-U-X untuk
menyatakan derajat kedekatan antar kegiatan, kebutuhan ruangan dan rasio
panjang lebar bangunan maksimum dalam menggambar layout. Penggunaan
simbol-simbol tersebut adalah untuk menjawab pertanyaan sehubungan dengan
perlu tidaknya satu kegiatan atau departemen berdekatan dengan kegiatan atau
departemen lain sehingga derajat kedekatan antar departemen seluruhnya telah
terdeteksi.
2.7.2. Metode Perbaikan
Metode perbaikan merupakan pendekatan yang sangat sederhana, mudah
dipahami dan mudah diimplementasikan. Metode demikian memperbaiki solusi awal
tata letak yang telah dianggap layak. Metode secara sistematis memodifikasi solusi
awal serta mengevaluasi solusi yang telah dimodifikasi. Beberapa metode yang
tergolong kepada metode perbaikan adalah:
1. CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Technique)
CRAFT merupakan program komputer pertama dalam tata letak pabrik, yang
dikembangkan oleh Armou, Buffa dan Vollman. CRAFT menggunakan kriteria
minimisasi ongkos perpindahan material, yang merupakan hasil kali besarnya
aliran (frekuensi), jarak yang ditempuh, dengan ongkos perpindahan tiap satuan
jarak perpindahan. Perbaikan tata letak dilakukan dengan melakukan pertukaran-
pertukaran departemen, dan menghitung pengurangan biaya perpindahan
18
material dari setiap pertukaran. Pertukaran yang memberikan pengurangan
ongkos terbesar yang akan masuk ke dalam tata letak, demikian seterusnya.
2. COFAD (Computerized Facilities Design)
COFAD merupakan modifikasi CRAFT yang dikembangkan oleh Tompkins dan
Reed, dengan memadukan masalah pemilihan sistem penanganan material
dengan tata letak. COFAD mencakup ongkos-ongkos pemindahan dari semua
alternatif sistem penanganan material (material handling system). COFAD
menggunakan CRAFT dalam memperbaiki tata letak awal, kemudian untuk
menentukan ongkos pemindahan material diantara pasangan fasilitas digunakan
alternatif sistem penanganan material. Ongkos-ongkos pemindahan ini
digunakan untuk memilih ongkos sistem pemindahan material yang minimum.
Hal ini dilakukan hingga akhirnya tercapai suatu kondisi steady state.
3. MICRO CRAFT
Dalam mengembangkan algoritma CRAFT, Hosni, Whitehouse dan Atkins telah
membuat metode perbaikan yang baru yang disebut MICRO CRAFT, yang
dapat menukarkan departemen yang tidak sama ukurannya walaupun tidak
berbatasan langsung (hal ini tidak dibenarkan dalam metode CRAFT).
Konsekuensinya akan terjadi pergeseran pada departemen-departemen lainnya
yang tidak dipertukarkan, dan bahkan dapat menggeser departemen yang
letaknya fixed (sudah tetap).
4. MULTIPLE (Multi Floor Plant Layout Evaluation)
MULTIPLE dikembangkan oleh Bozer, Meller, dan Erlebacher, yang pada
dasarnya juga pengembangan dari algoritma CRAFT. Hanya saja dalam
MULTIPLE, dapat dipertukarkan departemen yang berbeda ukurannya walau
tanpa berbatasan langsung, dengan menggunakan algoritma penempatan yang
disebut Spacefilling Curves, dan dapat mengindentifikasi departemen yang fixed
sehingga tidak turut digeser. Dalam penggunaannya, MULTIPLE tidak terbatas
pada satu lantai, tetapi dapat juga lebih. Hal ini berbeda dengan metode lainnya,
yang hanya dapat menganalisa satu lantai saja.
19
2.7.3. Metode Hibrid
Menurut Heragu (2006), metode ini menggabungkan metode pembentukan
dengan metode perbaikan. Dalam penggunaannya, tata letak awal dibuat dengan
menggunakan metode pembentukan, dan untuk perbaikannya menggunakan metode
perbaikan. Salah satu contoh algortima yang termasuk ke dalam metode ini adalah
Algoritma Simulated Annealing (SA). Algoritma ini beranalogi dengan proses annealing
(pendinginan) yang diterapkan dalam pembuatan material yang terdiri dari butir kristal.
Dari sisi ilmu fisika, tujuan sistem ini adalah untuk meminimasi energi potensial.
Fluktuasi kinematika acak menghalangi sistem untuk mencapai energi potensial yang
minimum global, sehingga sistem dapat terperangkap dalam sebuah minimum lokal.
Dengan menurunkan temperatur sistem, diharapkan energi dapat dikurangi ke suatu level
yang relative rendah. Semakin lambat laju pendinginan ini, semakin rendah pula energi
yang dapat dicapai oleh sistem pada akhirnya. Dalam konteks optimisasi pada algoritma
SA, temperatur adalah variabel kontrol yang berkurang nilainya selama proses
optimisasi. Level energi sistem diwakili oleh nilai fungsi objektif. Skenario pendinginan
dianalogikan dengan proses search yang menggantikan satu state dengan state lainnya
untuk memperbaiki nilai fungsi objektif. Analogi ini cocok untuk masalah optimisasi
kombinatorial.
2.7.4. Metode Graph Theoritic
Menurut Purnomo (2004) perancangan tata letak dengan menggunakan
metode grafik pada dasarnya hampir sama dengan metode SLP. Sebagai dasar
pembuatan rancangan tata letak ini seperti halnya SLP menggunakan peta keterkaitan
aktivitas atau peta dari-ke (from-to chart). Dalam metode grafik ini ada beberapa
lambang atau simbol yang digunakan antara lain, untuk departemen atau aktivitas
dilambangkan oleh sebuah node, untuk menghubungkan antara departemen yang satu
dengan departemen lainnya digunakan suatu busur.
Metode grafik merupakan metode perancangan tata letak yang menggunakan
grafik kedekatan (adjacency graph) sebagai penghubung antara departemen-
departemen atau fasilitas-fasilitas yang ada, dengan tujuan memperoleh bobot
terbesar. Prosedur metode grafik yang sering digunakan dalam membangun metode
grafik adalah dengan membuat grafik kedekatan yang dilakukan secara tahap demi
20
tahap dengan mendahulukan pasangan departemen yang mempunyai bobot
kedekatan terbesar.
2.8. Ukuran Jarak
Menurut Purnomo (2004) material dapat dipindahkan secara manual (oleh
tangan) maupun dengan menggunakan metode otomatis, material dapat dipindahkan
satu kali ataupun beribu kali, material dapat dialokasikan pada lokasi yang tetap
maupun secara acak, atau material dapat ditempatkan pada lantai maupun di atas.
Apabila terdapat dua buah stasiun kerja/departemen i dan j yang koordinatnya
ditunjukkan sebagai (xi,yi) dan (xj,yj), maka untuk menghitung jarak antar dua titik
tengah dapat dilakukan beberapa metode, yaitu:
1. Jarak Rectiniliear
Matriks Rectilinear ini disebut juga Manhattan, right-angle atau matriks
rectangular. Cara ini umumnya banyak digunakan karena mudah untuk
dihitung, mudah untuk dimengerti, dan sesuai untuk diterapkan dalam banyak
masalah nyata. Cara perhitungan jarak Rectilinear ini memiliki rumus berikut:
��� =│�� � ��│+│�� � ��│
Keterangan:
dij = jarak antar titik pusat fasilitas i dan j
xi = koordinat x pada departemen i
xj = koordinat x pada departemen j
yi = koordinat y pada departemen i
yj = koordinat y pada departemen j
2. Jarak Ecludean
Matriks Euclidean mengukur jarak garis lurus antar titik tengah dari fasilitas.
Matriks ini dipakai untuk model conveyor yang tertentu, transportasi, dan
jaringan distribusi. Menggunakan matriks Euclidean untuk jarak antar fasilitas
mungkin lebih mendekati benar.
��� =��� � ���+�� � ���� ,�
21
3. Square Euclidean
Matriks ini merupakan kuadrat dari Euclidean. Penguadratan memberikan
bobot yang lebih besar pada sepasang jarak fasilitas. Hal tersebut bersifat
relatif pada beberapa pendekatan untuk kuadrat matriks jarak Euclidean.
Pendekatan ini berguna untuk memberikan masukan untuk masalah, terutama
untuk beberapa masalah lokasi.
��� =�� � ���+�� � ���
4. Aisle
Aisle distance akan mengukur jarak sepanjang lintasan yang dilalui alat
pengangkut pemindahan bahan.
5. Adjacency
Merupakan ukuran kedekatan antara fasilitas-fasilitas atau departemen-
departemen yang terdapat dalam suatu perusahaan. Kelemahan ukurannya
adalah tidak dapat memberi perbedaan secara riil jika terdapat dua pasang
fasilitas dimana satu dengan lainnya tidak berdekatan.
2.9. Activity Relationship Chart (ARC)
Menurut Purnomo (2004) Activity Relationship Chart yang dikembangkan
oleh Muther merupakan teknik yang sederhana dalam merencanakan tata letak
fasilitas. Metode ini menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga
semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Hubungan keterkaitan bisa
diekspresikan secara kualitatif meskipun ada beberapa pihak yang memberi nilai
keterkaitan secara kuantitatif. Pada ARC terdapat perubah atau variabel untuk
mengganti angka-angka yang bersifat kuantitatif. Variabel tersebut berupa suatu
simbol-simbol yang melambangkan derajat keterdekatan (closeness) antara
departemen satu dengan departemen lainnya. Simbol-simbol yang digunakan untuk
menunjukan derajat keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut:
22
Tabel 2.1 Simbol Pada Activity Relationship Chart
Nilai Warna Hubungan Kedekatan
A Merah Mutlak Perlu didekatkan
E Kuning Sangat penting untuk didekatkan
I Hijau Penting untuk didekatkan
O Biru Cukup / biasa
U Putih Tidak Penting
X Coklat Tidak dikehendaki berdekatan
Secara umum alasan keterkaitan dibagi dalam tiga macam yaitu keterkaitan
untuk produksi, keterkaitan untuk pegawai dan keterkaitan untuk aliran informasi.
a. Keterkaitan produksi
1. Urutan aliran kerja
2. Mempergunakan peralatan yang sama
3. Menggunakan catatan yang sama
4. Menggunakan ruangan yang sama
5. Bising, debu, bau dan lain-lain
b. Keterkaitan pegawai
1. Menggunakan pegawai yang sama
2. Pentingnya berhubungan
3. Derajat hubungan kepegawaian
4. Jalur perjalanan normal
5. Kemudahan pengawasan
c. Aliran informasi
1. Menggunakan catatan yang sama
2. Derajat hubungan kertas kerja
3. Menggunakan alat komuikasi yang sama
Contoh dari ARC dapat dilihat pada gambar 2.11.
23
Gambar 2.11 Activity Relationship Chart
2.10. From To Chart (FTC)
Menurut Wignjosoebroto (2003), from to chart atau trip frequency chart atau
travel chart merupakan salah satu teknik konvensional yang umum digunakan untuk
perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu proses produksi.
Pada dasarnya from to chart merupakan adaptasi dari ”mileage chart” yang umum
dijumpai pada suatu peta perjalanan (road map), angka - angka yang terdapat dalam
suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan,
jarak perpindahan, volume atau kombinasi dari faktor - faktor ini.
2.10.1. From To Chart (FTC) Biaya
From to chart biaya biasanya diisi dengan biaya total dari Material Handling
Planning Sheet untuk tiap-tiap perpindahan yang terjadi.
2.10.2. From To Chart (FTC) Inflow dan Outflow
From to chart inflow dan outflow dibuat didasarkan hasil perhitungan from to
chart biaya dimana digunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
24
1. Perhitungan from to chart inflow
FTC inflow = ����� ���� ��� ������� ���� ������ �� !����
�"��� �"�"� ������ ��� �����#$� #�����
2. Perhitungan from to chart outflow
FTC Outflow = ����� ���� ��� ������� ���� ������ �� !����
�"��� �"�"� ������ ��� �����#$� ������� ��� �$�$��
Tabel 2.2 Contoh from to chart KE
DARI A B C D JUMLA
H A XXX 10 20 30 60 B - XXX - 40 40 C - 20 XXX 10 10 D 20 - - XXX 20
JUMLAH 20 30 20 80 150
2.11. Metode Graph-Based Construction
Konsep dasar dalam metode pembobotan berbasis graph adalah membangun
grafik kedekatan yang diwakili simpul sebagai departemen yang dihubungkan busur
antara kedua simpul. Busur menunjukan bahwa departemen berbagi busur yang
sama. Ada dua pendekatan yang dapat dikembangkan, yaitu maximally weighted
planar dan adjacency graph. Pendekatan pertama diawali dengan diagram
ketertarikan. Kemudian, pemilihan dilakukan dengan memotong busur penghubung
antar simpul yang meyakinkan bahwa grafik terakhir adalah planar. Pendekatan
kedua adalah konstruksi iterasi dari grafik kedekatan melalui algoritma pemasukan
sebuah simpul (Hadiguna, 2008)
Dalam metode grafik ini ada beberapa lambang atau simbol yang digunakan
antara lain, untuk departemen atau aktivitas dilambangkan oleh sebuah node, untuk
menghubungkan antara departemen yang satu dengan departemen lainnya digunakan
suatu busur, sedangkan untuk tingkat kedekatan (closeness) digunakan angka-angka.
Prosedur metode grafik yang sering digunakan dalam membangun metode
grafik adalah dengan membuat grafik kedekatan yang dilakukan secara tahap demi
tahap dengan mendahulukan pasangan departemen yang mempunyai bobot
kedekatan terbesar.
Kelebihan dari metode ini adalah pengalokasian dari departemen yang
memiliki frekuensi perpindahan yang lebih besar lebih diutamakan berdekatan.
25
1. Pembuatan peta from-to chart.
From to Chart digunakan untuk memperlihatkan data momen perpindahan dari
masing-masing produk untuk setiap perpindahan antar stasiun produksi.
Tabel 2.3 Travel Chart (From-To Chart)
Departemen 1 2 3 4 5
1 10 9 12 0
2 14 12 9
3 20 0
4 3
5
2. Pasangkan dua departemen dengan memilih nilai momen perpindahan yang
terbesar. Bobot terbesar adalah departemen 3 dan 4, yaitu sebesar 20. Buat
garis penghubung antara node 3 dan node 4.
Gambar 2.12 Grafik Kedekatan Departemen 1 dan 3
3. Selanjutnya, pilihlah fasilitas ketiga, dengan cara menjumlahkan bobot masing-
masing departemen yang belum terpilih dengan departemen 3 dan 4, kemudian
pilih pasangan departemen yang mempunyai bobot terbesar.
Tabel 2.4 Pembobotan untuk Memilih Departemen ke-3
Dept. 3 4 Total Keterangan 1 9 12 21 2 14 12 26 dipilih 3 0 3 3
Nilai terbesar adalah pasangan departemen 2 dengan 3 dan 4 yaitu sebesar 26,
maka departemen 2 dipilih untuk masuk kedalam grafik. Dari Gambar 2.12.
tarik garis untuk dihubungkan dengan node 2 sehingga berbentuk grafik berupa
bidang segitiga.
26
Gambar 2.13 Departemen 4 Masuk dalam Grafik
4. Dari langkah kedua diatas terbentuk suatu bidang segitiga yang dibatasi oleh
busur-busur pembatas 2-3, 3-4, 2-4. Bidang segitiga tersebut dinamakan bidang
2-3-4. Langkah selanjutnya adalah memilih departemen yang akan dimasukkan
dalam bidang grafik tersebut dengan menambahkan bobot departemen yang
belum terpilih, yaitu departemen 1 dan 5.
Tabel 2.5 Pembobotan untuk Memilih Departemen ke-4
Dept. 2 3 4 Total Keterangan 1 10 9 12 31 Dipilih 5 9 0 3 12
Departemen 1 terpilih untuk masuk kedalam bidang 2-3-4 karena mempunyai
nilai lebih besar yaitu 31. Penempatan departemen 1 pada bidang segitiga
ditempatkan di tengah bidang segitiga untuk menghindari perpotongan busur.
Gambar 2.14 Departemen 2 Masuk dalam Grafik
5. Karena tinggal 1 departemen yang tersisa (departemen 5) yang belum masuk
dalam grafik, maka tugas selanjutnya adalah menentukan bidang yang akan
dijadikan tempat untuk memasukkan departemen 5 tersebut. Terdapat 4 bidang
segitiga yang terbentuk yaitu bidang 1-2-3, 1-2-4, 1-3-4, 2-3-4. Alternatif-
27
alternatif yang dapat dipertimbangkan sebagai tempat bagi departemen 5
adalah :
Tabel 2.6 Pembobotan untuk Memilih Departemen ke-5
Bidang Total Keterangan 1-2-3 0 + 9 + 0 = 9 1-2-4 0 + 9 + 3 = 12 dipilih 1-3-4 0 + 0 + 3 = 3 2-3-4 9 + 0 + 3 = 12 dipilih
Terdapat dua bidang dengan nilai yang sama yaitu bidang 1-2-4 dan bidang 2-
3-4. Bidang 1-2-4 dipilih karena memiliki derajat hubungan yang lebih dekat.
Maka gambar grafik terakhir adalah sebagai berikut:
Gambar 2.15 Grafik Kedekatan Terakhir
6. Langkah terakhir adalah menyusun ulang block layout yang sesuai. Suatu
rancangan block layout yang didasarkan pada grafik kedekatan dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.16.
Gambar 2.16 Block Layout dengan Grafik Kedekatan
2.12. Algoritma CORELAP
CORELAP dikembangkan oleh Lee dan More, dengan menggunakan Total
Closeness Rating (TCR) dari tiap-tiap fasilitas dalam menemukan tata letak. TCR
28
adalah jumlah dari nilai hubungan kedekatan antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya (Purnomo, 2004). Data masukan dalam algoritma ini yaitu:
a. Peta hubungan (relationship chart)
b. Area tiap departemen
c. Jumlah departemen
d. Nilai kedekatan hubungan (closeness rating)
Adapun langkah-langkah dalam algoritma CORELAP yaitu:
a. Penentuan Urutan Pengalokasian
1) Pilih salah satu departemen dengan TCR maksimum. Jika terdapat
departemen yang memiliki nilai TCR tertinggi yang sama maka pilih salah
satu yang memiliki lebih banyak nilai A (tingkat hubungan pada ARC).
Departemen N merupakan fasilitas yang memiliki nilai TCR terbesar dan
dipilih departemen N karena untuk dialokasikan pertama. Departemen N ini
ditempatkan pada pusat layout.
2) Departemen yang dialokasikan kedua, pilih departemen yang mempunyai
hubungan A dengan departemen yang telah terpilih. Jika terdapat beberapa
maka pilih yang mempunyai TCR terbesar. Jika tidak ada yang mempunyai
hubungan A, pilih departemen yang mempunyai hubungan E dengan
departemen yang terpilih. Maka departemen yang memiliki hubungan A
dengan departemen terpilih adalah Departemen E, dan O. Diantara kedua
departemen tersebut dipilih departemen E untuk dialokasikan kedua karena
memiliki nilai TCR terbesar.
3) Departemen yang dialokasikan ketiga, pilih departemen yang mempunyai
hubungan A dengan departemen terpilih pertama. Dipilih departemen O
karena memiliki TCR terbesar kedua.
b. Untuk departemen selanjutnya dipilih yang memiliki hubungan A, E, I, O, U
dengan departemen terpilih kedua, atau ketiga dan yang terakhir ditempatkan
jika terdapat hubungan X dengan departemen terpilih pertama. Jika terdapat
beberapa pilihan yang mempunyai hubungan yang sama lihat dari nilai TCR
yang paling besar, jika masih sama lihat ukuran luas departemen terbesar.
29
c. Adapun cara pengalokasian stasiun kerja adalah dengan menggunakan metode
sisi barat (western-edge). Departemen yang terpilih pertama kali (urutan
pertama) dialokasikan di pusat dari diagram kotak pada Gambar 2.17.
8 7 6
1 N 5
2 3 4
Gambar 2.17 Diagram Penempatan Stasiun Kerja
Nomor 2 dalam kotak merupakan lokasi yang disediakan.
Nomor 1 : selalu untuk lokasi (kotak) pada sisi terbarat dari departemen –
departemen yang telah dialokasikan. Kotak tepat bersebelahan dengan
departemen yang telah dialokasikan dalam arah vertikal/horisontal mempunyai
bobot 1. Kotak yang tepat bersebelahan dengan departemen yang telah
dialokasikan dalam arah diagonal mempunyai bobot 0,5. Bobot x Nilai
hubungan dari departemen yang telah dialokasikan terhadap departemen yang
akan dialokasikan. Contoh dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Perhitungan TCR
Stasiun Kerja I II III IV TCR
I - A E E 13
II A - U E 10
III E U - E 9
IV E E E - 12
Berdasarkan TCR, yang dialokasikan pertama kali adalah stasiun kerja I
- Stasiun kerja I mempunyai hubungan A dengan stasiun kerja II
- Stasiun kerja II dialokasikan kedua.
- Stasiun kerja I mempunyai hubungan E dengan stasiun kerja III dan IV
- Stasiun kerja II mempunyai hubungan E dengan stasiun kerja IV
Pilih stasiun kerja IV TCR lebih besar dari stasiun kerja III
Stasiun kerja III dialokasikan terakhir sehingga urutannya sebagai berikut : I
– II – IV - III, kemudian masing ditempatkan dalam kotak/cell seperti pada
gambar 2.18.
30
8 7 6
1 I 5
2 3 4
Gambar 2.18 Diagram Penempatan Stasiun Kerja I
Jika stasiun kerja II di :
lokasi 1, bernilai = 1 x 5 = 5
lokasi 2, bernilai = 0,5 x 5 = 2,5
Lokasi 1 adalah lokasi terbaik untuk stasiun kerja II karena mempunyai nilai
penempatan terbesar (jika dibandingkan lokasi 2, 4, 6, 8) dan nomor lokasi
terkecil diantara nilai-nilai penempatan yang sama (jika dibandingkan dengan
lokasi 3,5,7 ).
10 9 8 7
1 II I 6
2 3 4 5
Gambar 2.19 Diagram Penempatan Stasiun Kerja II
Jika stasiun kerja IV di :
lokasi 1, bernilai = ( 1x4 ) + ( 0 x 4 ) = 4
lokasi 2, bernilai = ( 0,5 x 4 ) + ( 0 x 4 ) = 2
lokasi 3, bernilai = ( 1 x 4 ) + ( 0,5 x 4 ) = 6
lokasi 4, bernilai = ( 0,5 x 4 ) + ( 1 x 4 ) = 6 dan seterusnya
Lokasi terbaik untuk stasiun kerja IV - lokasi 3
12 11 10 9
1 II I 8
2 IV 6 7
3 4 5
Gambar 2.20 Diagram Penempatan Stasiun Kerja IV
Jika stasiun kerja III di :
lokasi 1, bernilai = ( 0 x 4 ) + ( 1 x 1 ) + ( 0,5 x 4 ) = 3
lokasi 2, bernilai = ( 0 x 4 ) + ( 0,5 x 1 ) + ( 1 x 4 ) = 4,5
lokasi 6, bernilai = ( 0 x 4 ) + ( 0,5 x 1 ) + ( 1 x 4 ) = 4,5
dan seterusnya. Lokasi terbaik untuk stasiun kerja III adalah lokasi 6.
31
FINAL LAYOUT
II I
IV III
Gambar 2.21 Diagram Penempatan Stasiun Kerja III
Penempatan disesuaikan dengan luasan dan bentuk masing-masing stasiun
kerja dimana akan dialokasikan.