Bab 2_09-230

27
9 BAB II KERANGKA TEORI II. 1. Standar Audit Standar Audit merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang diperlukan bagi auditor untuk menjamin mutu hasil audit dan konsistensi pelaksanaan tugas audit. Dari hasil studi kepustakaan ditemukan ada beberapa standar audit, yaitu : II.1.1. Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) berdasarkan Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-378/K/1996 tanggal 30 Mei 1996. Standar Audit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang diperlukan APFP untuk menjamin mutu hasil audit dan konsistensi pelaksanaan tugas audit APFP. Standar Audit APFP ini menjadi acuan dalam menetapkan batas-batas tanggungjawab pelaksanaan tugas audit yang dilakukan oleh APFP dan auditornya sesuai jenjang dan ruang lingkup tugas auditnya. Tujuan Standar Audit APFP adalah untuk menjamin mutu koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit. Standar tersebut juga bertujuan untuk mendorong efektifitas tindaklanjut temuan hasil audit serta konsistensi penyajian laporan hasil audit yang bermanfaat bagi pemakainya.

Transcript of Bab 2_09-230

  • 9

    BAB II

    KERANGKA TEORI

    II. 1. Standar Audit Standar Audit merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang

    diperlukan bagi auditor untuk menjamin mutu hasil audit dan konsistensi

    pelaksanaan tugas audit. Dari hasil studi kepustakaan ditemukan ada beberapa

    standar audit, yaitu :

    II.1.1. Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP)

    Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP)

    dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

    berdasarkan Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-378/K/1996 tanggal 30

    Mei 1996. Standar Audit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan

    persyaratan yang diperlukan APFP untuk menjamin mutu hasil audit dan

    konsistensi pelaksanaan tugas audit APFP. Standar Audit APFP ini menjadi

    acuan dalam menetapkan batas-batas tanggungjawab pelaksanaan tugas audit

    yang dilakukan oleh APFP dan auditornya sesuai jenjang dan ruang lingkup

    tugas auditnya.

    Tujuan Standar Audit APFP adalah untuk menjamin mutu koordinasi,

    perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan audit. Standar tersebut juga

    bertujuan untuk mendorong efektifitas tindaklanjut temuan hasil audit serta

    konsistensi penyajian laporan hasil audit yang bermanfaat bagi pemakainya.

  • 10

    APFP harus menerapkan standar dan prosedur audit yang sesuai untuk

    memenuhi kewajiban yang telah dimandatkan. Dalam keputusan tersebut,

    yang dimaksud APFP dalam keputusan ini adalah Inspektorat Wilayah

    Kabupaten/Kota, Inspektorat Wilayah Propinsi (Itwilprop), Inspektorat

    Jenderal (Itjen) Departemen, Aparat Lembaga Pemerintah Non

    Departemen/instansi pemerintah lainnya, dan BPKP. Standar audit APFP ini

    terdiri dari 24 (dua puluh empat) butir standar yang terbagi atas 5 (lima)

    kategori yaitu :

    1) Standar Umum

    Standar Umum terdiri atas empat butir standar yaitu :

    a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki

    keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar ini

    menegaskan bahwa audit hanya dapat dilakukan oleh seseorang atau

    lebih yang memiliki kemampuan baik secara teori maupun praktik di

    bidang audit. Standar ini juga menegaskan bahwa betapapun kemampuan

    seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan

    keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam

    standar audit ini jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman yang

    memadai dalam bidang audit.

    b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi

    harus dipertahankan oleh APFP dan para auditornya. Standar ini

  • 11

    bertujuan untuk menghasilkan pendapat atau simpulan audit yang

    obyektif. Hasil audit harus diperoleh berdasarkan fakta yang dinilai

    dengan memakai kriteria yang menurut pertimbangan keahlian dan

    kemampuan auditor dapat dipergunakan. Dalam membuat pendapat atau

    simpulan auditor harus bebas dari pengaruh pihak-pihak yang

    berkepentingan.

    c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

    menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

    Standar ini menghendaki auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan

    cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan ini menekankan

    bahwa auditor bertanggungjawab untuk mendalami dan mematuhi

    standar audit. Salah satu wujud penerapan kecermatan dan keseksamaan

    adalah reviu secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap

    pelaksanaan audit dan pertimbangan yang digunakan oleh mereka yang

    membantu audit.

    d) Dalam segala hal yang berkaitan dengan penugasan, APFP dan para

    auditornya harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh. APFP

    dan auditornya harus menjaga kerahasiaan hal-hal yang berkaitan dengan

    audit maupun informasi yang dihasilkan dari audit tersebut. Kecuali

    dalam hal-hal yang berkaitan dengan perintah dari pihak yang berwenang

    APFP dan auditornya tidak diperkenankan menggunakan informasi yang

    diperolehnya dari suatu penugasan audit.

  • 12

    2) Standar Koordinasi dan Kendali Mutu

    Standar koordinasi dan kendali mutu terdiri atas tiga butir standar yaitu :

    a) Rencana induk pengawasan harus disusun oleh setiap APFP dengan

    memperhatikan GBHN dan kebijakan pengawasan nasional. Rencana

    induk pengawasan adalah suatu rumusan strategi umum yang disusun

    dengan tujuan untuk mengarahkan tugas-tugas pengawasan APFP

    sehingga mendukung pencapaian arah program, atau sasaran

    pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Rumusan strategi

    umum ini juga disusun untuk mengarahkan tugas-tugas pengawasan agar

    sesuai dengan perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya yang

    diduga akan terjadi dalam kurun waktu lima tahun.Selain itu rencana

    induk juga merupakan dasar penyusunan PKPT.

    b) Koordinasi pengawasan antar APFP harus dilakukan secara terus

    menerus. APFP melaksanakan audit terhadap auditan yang tersebar di

    daerah, pusat dan luar negeri. Agar tujuan audit dapat dicapai secara

    maksimal, harus dilakukan koordinasi secara terus menerus antar APFP,

    baik dalam bentuk Rapat Koordinasi Pengawasan maupun bentuk

    koordinasi lainnya.

    c) Sistem kendali mutu yang memadai harus dimiliki oleh setiap APFP.

    Sistem kendali mutu APFP yang memadai meliputu struktur organisasi

    dan seperangkat kebijakan serta prosedur yang dirancang untuk

    memberikan keyakinan yang memadai bahwa pekerjaan audit APFP

  • 13

    telah mengikuti standar yang ditentukan. APFP harus memantau sistem

    kendali mutu audit yang ada secara terus menerus. Pemantauan sistem

    kendali mutu secara intern dilakukan oleh suatu bagian yang tidak

    terlibat dalam tugas audit. Untuk lebih mengefektifkan sistem kendali

    mutu APFP, penilaian sistem kendali mutu juga dilakukan secara berkala

    oleh pihak ekstrn.

    3) Standar Pelaksanaan

    Standar Pelaksanaan audit terdiri atas lima butir standar yaitu :

    a) Pekerjaan audit harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan

    asisten harus disupervisi dengan semestinya. Perencanaan dan supervisi

    penting untuk mencapai tujuan audit dan menjada mutu pekerjaan audit.

    Rencana audit harus dibuat untuk setiap penugasan berdasarkan

    pengetahuan mengenai kegiatan dan seluk beluk usaha auditan. Rencana

    tersebut dapat diperbaiki selama proses audit bila diperlukan. Supervisi

    berupa bimbingan dan pengawasan terhadap para asisten, diperlukan

    untuk mencapai tujuan audit dan menjaga mutu audit. Supervisi harus

    dilakukan dalam semua penugasan tanpa memandang tingkat

    pengalaman auditor yang bersangkutan.

    b) Audit harus mempelajari dan menilai keandalan struktur kendali intern

    untuk menentukan luas dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.

    Standar ini mewajibkan auditor untuk mempelajari dan menilai struktur

  • 14

    kendali intern auditan. Pengawasan melekat termasuk dalam struktur

    kendali ini. Pengkajian dan penilaian struktur kendali intern harus

    dilaksanakan sesuai dengan jenis audit. Walaupun penilaian struktur

    kendali intern pada audit keuangan dan pada audit operasional pada

    dasarnya sama, tingkat kedalaman dari pengkajian dan penilaian kendali

    intern bergantung pada tujuan dan lingkup audit masing-masing.

    c) Bukti audit yang relevan, kompeten dan cukup harus diperoleh sebagai

    dasar yang memadai untuk mendukung pendapat, simpulan dan

    rekomendasi. Bukti audit disebut relevan jika bukti tersebut secara logis

    mendukung atau menguatkan pendapat atau argumen yang berhubungan

    dengan tujuan dan simpulan audit. Bukti audit dikatakan kompeten jika

    bukti tersebut sah dan dapat diandalkan untuk menjamin kesesuaian

    dengan faktanya. Bukti yang sah adalah bukti yang memenuhi

    persyaratan hukum dan undang-undang. Sedangkan bukti yang dapat

    diandalkan berkaitan dengan sumber dan cara perolehan bukti itu sendiri.

    Bukti audit yang cukup berkaitan dengan jumlah bukti yang dapat

    dijadikan sebagai dasar untuk penarikan suatu simpulan audit. Untuk

    menentukan kecukupan bukti audit, auditor harus menerapkan

    pertimbangan keahliannya secara sehat dan obyektif. Bukti audit dapat

    berupa; bukti fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian dan bukti analitis.

    Bukti fisik yaitu bukti yang langsung diperoleh auditor melalui

    pengukuran dan perhitungan fisik atau perekaman terhadap orang, harta

  • 15

    benda atau kejadian. Bukti fisik dapat berupa Berita Acara Pemeriksaan

    Fisik, foto, bagan dan peta. Bukti dokumen merupakan bukti yang

    diperoleh melalui wawancara, kuesioner, atau dengan meminta

    pernyataan tertulis. Bukti analitis merupakan bukti yang dikembangkan

    oleh auditor dari bukti lainnya. Bukti analitis ini dapat berupa

    perbandingan, nisbah, perhitungan dan argumen logis lainnya.

    d) Auditor harus melakukan pengujian atas ketaatan auditan terhadap

    peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk pengujian atas

    kemungkinan adanya kekeliruan, ketidakwajaran serta tindakan melawan

    hukum. Dalam audit terhadap entitas pemerintah, ketaatan terhadap

    peraturan perundang-undangan mendapat perhatian yang sangat penting

    dengan alasan bahwa para pengambil keputusan di sektor pemerintah

    perlu mengetahui bahwa, peraturan perundang-undangan telah diikuti,

    penerapan peraturan perundangan tersebut telah membuahkan hasil yang

    diinginkan, dan terdapat alasan yang jelas untuk pengusulan revisi

    peraturan yang sedang berlaku. Disamping itu ketaatan terhadap

    peraturan perundangan merupakan salah satu bentuk utama dari

    akuntabilitas entitas pemerintah. Auditor harus waspada terhadap situasi

    atau transaksi yang menunjukkan indikasi tindakan melawan hukum yang

    secara tidak langsung mempengaruhi hasil audit. Kalau prosedur audit

    menunjukkan bahwa tindakan melawan hukum memang telah terjadi atau

    mungkin telah terjadi, auditor harus menentukan pengaruh tindakan

  • 16

    tersebut terhadap hasil audit. Dalam melaksanakan prosedur audit guna

    meneliti tindakan melawan hukum, auditor harus menerapkan

    kecermatan profesi dan kewaspadaannya sedemikian rupa sehingga tidak

    menghambat penyidikan atau proses peradilan di masa mendatang.

    Penerapan kecermatan profesi meliputi konsultasi dengan aparat hukum

    seperti kejaksaan untuk menentukan prosedur audit yang harus dilakukan.

    e) Auditor harus mendokumentasikan hal-hal penting yang menunjukkan

    bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit APFP. Hal-

    hal yang penting berupa metodologi audit yang dipilih, prosedur audit

    yang ditempuh, bukti-bukti audit yang dikumpulkan, simpulan audit yang

    diperoleh selama audit harus didokumentasikan ke dalam kertas kerja

    audit (KKA). KKA harus lengkap, jelas, ringkas rapi dan mudah dibaca.

    4) Standar Pelaporan

    Standar pelaporan terdiri atas delapan butir standar yaitu :

    a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

    sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

    b) Laporan audit harus menunjukkan keadaan, bila ada, prinsip akuntansi

    yang tidak secara konsisten diterapkan dalam laporan keuangan periode

    yang diaudit dibandingkan periode sebelumnya.

    c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

    memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

  • 17

    d) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

    laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan

    demikian tidak dapat diberika. Jika pendapat secara keseluruhan tidak

    dapat diberikan, maka alasanya harus dinyatakan. Jika nama auditor

    dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat

    penjelasan mengenai sifat pekerjaan auditor dan tingkat tanggungjawab

    yang dipikulnya.

    Standar pelaporan diatas dari huruf a sampai dengan huruf d saat ini kurang

    relevan bila diperuntukkan bagi APFP karena APFP tidak mempunyai

    kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan yang berakhir dengan

    pemberian pernyatakan pendapat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15

    tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

    Keuangan Negara Bab II ayat (2) disebutkan bahwa yang berwenang

    melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

    negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

    Standar laporan yang relevan bagi APFP adalah huruf e sampai dengan huruf

    h karena jenis audit yang biasa dilakukan oleh APFP adalah audit

    operasional.

    e) Laporan audit operasional harus :

    (a) Memuat tujuan audit, lingkup audit, dan metodologi audit;

    (b) Memuat temuan dan simpulan audit secara objektif, serta

    rekomendasi yang konstruktif.

  • 18

    (c) Lebih mengutamakan usaha perbaikan atau penyempurnaan daripada

    kritik

    (d) Mengungkapkan hal-hal yang merupakan masalah, jika ada, yang

    belum dapat diselesaikan sampai berakhirnya audit.

    (e) Mengemukakan pengakuan atas suatu prestasi keberhasilan atau

    suatu tindakan perbaikan yang telah dilaksanakan, terutama jika

    perbaikan itu dapat diterapkan di entitas lain.

    (f) Mengemukakan penjelasan pejabat auditan mengenai hasil audit.

    (g) Menyatakan informasi penting, jika ada, yang tidak dimuat, karena

    dianggap rahasia atau harus diperlakukan secara khusus sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    f) Laporan audit harus menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai

    dengan standar audit APFP.

    g) Laporan audit harus dibuat secara tertulis dan segera setelah berakhirnya

    pelaksanaan audit.

    h) Laporan audit harus didistribusikan kepada pihak-pihak yang berwenang

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    5) Standar Tindak Lanjut

    Standar tindak lanjut terdiri atas empat butir standar yaitu :

  • 19

    a) APFP harus mengkomunikasikan kepada manajemen auditan bahwa

    tanggung jawab untuk menyelesaikan atau menindaklanjuti temuan audit

    dan rekomendasi berada pada pihak auditan.

    b) APFP harus memantau tindak lanjut atas temuan beserta rekomendasi.

    c) APFP harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi audit

    sebelumnya yang belum ditindaklanjuti.

    d) Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan melawan hukum,

    APFP harus membantu aparat hukum terkait dalam upaya

    penindaklanjutan temuan tersebut.

    II.1.2. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)

    Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dikeluarkan

    oleh Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan

    Keputusan Nomor Per/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008. Tujuan

    Standar Audit APIP adalah untuk :

    a) Menetapkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik-

    praktik audit yang seharusnya;

    b) Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit

    intern yang memiliki nilai tambah;

    c) Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

    d) Mempercepat perbaikan kegiatan operasional dan proses organisasi;

  • 20

    e) Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan

    audit;

    f) Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit;

    g) Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

    Standar audit ini berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor

    dan APIP dalam hal sebagai berikut.

    a) Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dapat mempresentasikan

    praktik-praktik audit yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja

    pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah

    serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

    b) Pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP;

    c) Pelaksanaan perencanaan audit oleh AIP;

    d) Penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi

    penyajian laporan hasil audit.

    Standar Audit APIP berlaku bagi semua APIP untuk melakukan audit sesuai

    dengan kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing. Standar Audit APIP ini

    memuat Prinsip-prinsip Dasar, Standar Umum, Standar Audit Kinerja dan

    Standar Audit Investigatif.

    II.1.3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

    Standar Audit Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

    dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dituangkan dalam

  • 21

    Peraturan BPK Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2007. SPKN merupakan

    patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab

    keuangan negara. SPKN terdiri dari 7 (tujuh) pernyataan standar

    pemeriksaan (PSP) yaitu; standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan

    keuangan, standar pelaporan pemeriksaan keuangan, standar pelaksanaan

    pemeriksaan kinerja, standar pelaporan pemeriksaan kinerja, standar

    pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, dan standar pelaporan

    pemeriksaan dengan tujuan tertentu

    Dalam pasal 7 peraturan BPK tersebut disebutkan bahwa aparat

    pengawas internal pemerintah, satuan pengawasan intern maupun pihak

    lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar

    pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

    II.1.4. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

    Ada lima tipe standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan

    Standar Profesional Akuntan Publik yaitu, standar auditing, standar atestasi,

    standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultansi, dan standar

    kendali mutu. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan

    keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci

    dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).

    PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar

    yang tercantum didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan

  • 22

    dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam

    melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan

    oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Sepuluh standar

    auditing tersebut adalah :

    a) Standar Umum

    (a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

    keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

    (b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

    dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

    (c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

    menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

    b) Standar pekerjaan lapangan

    (a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

    asisten harus disupervisi dengan semestinya.

    (b) Pemahaman memadai atas kendali intern harus diperoleh unutk

    merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup

    pengujian yang akan dilakukan.

    (c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

    pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

    memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang

    diaudit.

  • 23

    c) Standar Pelaporan

    (a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

    disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia.

    (b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

    ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

    laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

    prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

    (c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

    memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

    (d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

    laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

    pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

    keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

    Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

    laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

    pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

    jawab yang dipikul oleh auditor.

    Dari empat standar audit yang telah disebutkan di atas, peneliti mengambil

    standar audit APFP sebagai fokus penelitian dengan alasan;

    1. Aparat pengawasan pemerintah baik aparat pengawasan eksternal maupun

    internal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengacu pada peraturan

  • 24

    perundang-undangan yang berlaku. Standar APFP merupakan salah satu

    peraturan di bidang pengawasan yang dikeluarkan oleh BPKP berdasarkan

    Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-378/K/1996 tanggal 30 Mei 1996 dan

    berlaku untuk seluruh aparat pengawasan internal pemerintah termasuk

    Inspektorat Jenderal Depdiknas sampai dengan saat penelitian masih

    menggunakan standar APFP.

    2. Standar APFP ditinjau dari segi materinya cukup komprehensif karena telah

    mengakomodir standar audit non pemerintah yaitu Standar Profesional Akuntan

    Publik yang dikeluarkan oleh IAI, kemudian dilakukan modifikasi baik berupa

    penambahan maupun penyesuaian dengan pelaksanaan audit di bidang

    pemerintah.

    II. 2. Auditing dan Jenis Audit

    II.2.1 Auditing

    Terdapat beberapa definisi tentang auditing yang dikemukan oleh para pakar,

    antara lain; auditing adalah suatu proses sistemik dan obyektif dari penyediaan dan

    evaluasi bukti-bukti yang berkenaan dengan pernyataan (assertion) tentang kegiatan

    dan kejadian ekonomi guna memastikan derajat atau tingkat bubungan antara

    pernyataan tersebut dengan kriteria yang ada serta mengomunikasikan hasil yang

    diperoleh itu kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Indra Bastian,2007)

    Sementara dalam Modul Diklat Auditing, BPKP (2001;2) merangkup

    pengertian mengenai auditing proses kegiatan yang bertujuan untuk meyakinkan

  • 25

    tingkat kesesuaian antara suatu kondisi yang menyangkut kegiatan dari suatu entitas

    dengan kreterianya, dilakukan oleh auditor yang kompeten dan independent dengan

    mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti pendukungnya secara sistematis,

    analistis, kritis dan selektif, guna memberikan pendapat atau simpulan dan

    rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

    Arens, Elder dan Beasley, (2003;15) memberi difinisi auditing Auditing is

    the accumulation and evaluation of evidence abuot information to determine and

    report on the degree of correspondence between the information and established

    criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

    Proses audit dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar II.1

    Audit atas Penerimaan Pajak

    Auditor Laporan atas kekurangan pembayaran pajak

    Menguji cek-cek yang dibatalkan serta catatan-catatan pendukung

    Formulir pajak yang telah diisi oleh wajib pajak

    Internal Reveneu Code serta semua interpretasinya

    Seorang yang kompeten dan

    independen

    Pengumpulan dan pengevaluasian

    bukti-bukti

    Informasi

    Laporan atas temuan audit

    Menguji kesesuian antara criteria yang telah

    ditetapkan

  • 26

    II.2.2. Jenis Audit

    Arens, Elder dan Beasley, (2003;19) membagai jenis audit menjadi tiga tipe

    audit, yaitu Operational audit, Compliance audit dan Financial statement audit.

    Audit operasional adalah tinjauan atas bagian tertentu dari prosedur serta metode

    operasional organisasi tertentu yang bertujuan mengevaluasi efisiensi serta

    efektivitas prosedur serta metoda tersebut. Audit kepatuhan adalah menentukan

    apakah auditan telah mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh

    otoritas yang lebih tinggi. Sedangkan audit atas laporan keuangan dilaksanakan

    untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan (informasi yang diuji) telah

    dinyatakan sesuai dengan kreteria tertentu. Umumnya, kreteria tersebut adalah

    pernyataan standar akuntansi keuangan, walaupun merupakan hal yang umum untuk

    melaksanakan audit atas laporan keuangan yang dibuat dengan metode akuntansi

    lainnya yang cocok bagi organisasi tersebut. Untuk memudahkan memahami ketiga

    tipe audit tersebut diberikan contoh seperti dalam tabel berikut:

    Tabel II.1 Examples of the Three Types of Audit

    Type of Audit

    Example Information Established Creteria

    Available Evidence

    Operational audit

    Evaluate whether the computerized payroll processing for subsidiary H is operating efficiently and effectively

    Number of payroll records processed in a month, costs of the departement, and number of errors made

    Company standards for efficiency and effectiveness in payroll department

    Error reports, payroll records, and payroll processing cost

    Compliance audit

    Depermine whether bank requirements for loan continuation have been met

    Company records Loan agreement provisions

    Financial statements and calculations by the auditor

    Financial statement audit

    Annual audit of Boeings financial statements

    Boeings financial statement

    Generally accepted accounting principles

    Documents, records, and outside sources of evidence

    Sumber : Arens, Elder dan Beasley, Auditing and Assurance Service, 9nded.

  • 27

    Menurut Indra Bastian (2007;43), jenis audit meliputi audit keuangan

    (financial audit), audit kepatuhan (compliance audit), audit kinerja (performance

    audit) dan audit investigasi (spesial audit). Audit keuangan meliputi audit atas

    laporan keuangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan.

    Audit kinerja adalah pemeriksaan secara objektif dan sistemik terhadap

    berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas

    kinerja entitas atau program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Audit kinerja

    mencakup audit tentang ekonomi, efisiensi dan program.

    Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, yang

    tidak dibatasi periodenya, dan lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban

    yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang,

    dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat

    penyimpangan wewenang yang ditemukan.

    Sesuai Peraturan BPK No. 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan

    Keuangan Negara, disebutkan bahwa Pemeriksa atau auditor dapat melakukan

    pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan keuangan bertujuan

    untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan

    keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan

    prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia atau basis akuntansi

    komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

    Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara

    yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi, dan efisiensi serta pemeriksaan aspek

  • 28

    efektifitas. Di dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji

    kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan serta kendali intern.

    Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap berbagai

    macam bukti, untuk dapat melakukan penlaian secara independen atas kinerja entitas

    atau program kegiatan yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja menghasilkan informasi

    yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program dan memudahkan

    pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan

    mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan pertanggung jawaban publik.

    Pemeriksaan kinerja disebut juga pemeriksaan operasional (audit

    operasional) yang menurut publikasi Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip

    oleh Amin Widjaja Tunggal adalah sebagai barikut : Operational Auditing adalah

    suatu proses yang sistematis dari penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi

    operasi suatu organisasi yang di bawah kendali manajemen dan melaporkan kepada

    orang yang tepat mengenai hasil penilaian beserta rekomendasi untuk perbaikan.

    (Amin Widjaja Tunggal,2000)

    Sementara itu pengertian audit operasional menurut Sukrisno Agoes

    menyatakan bahwa : Manajemen audit disebut juga sebagai operational audit,

    function audit, system audit, adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi

    suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang

    telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut

    sudah dilakukan dengan efektif, efisien dan ekonomis. (Sukrisno Agoes, 2000)

  • 29

    II.2.2. Jenis Audit di Itjen Depdiknas

    Terdapat empat jenis audit yang dilakukan oleh Itjen Depdiknas, yaitu; Audit

    Kinerja Perguruan Tinggi, Audit Komprehensif, Audit Khusus, dan Audit

    Operasional Dana Dekonsentrasi. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas audit

    tersebut, telah dikeluarkan Putusan Inspektur Jenderal Departemen Pendidikan

    Nasional Nomor : Kep.315/B/U.KP.2007 tanggal 5 Nopember 2007 tentang

    Petunjuk Teknis Audit Kinerja Perguruan Tinggi, Audit Komprehensif, Audit

    Khusus, Audit Operasional Dana Dekonsentrasi dan Petunjuk Teknis Pelayanan

    Pengaduan Masyarakat. Dalam petunjuk teknis tersebut disebutkan definisi dan

    pengertian masing-masing audit, yaitu :

    Audit Kinerja merupakan kegiatan evaluasi atau kegiatan mengukur dan

    menilai tingkat efisiensi serta efektivitas suatu organisasi. Istilah kinerja dipadankan

    dengan unjuk kerja atau prestasi kerja yang sepadan dengan performance yang

    bermakna prestasi, pertunjukan, dan pelaksanaan tugas. Sementara penilaian kinerja

    diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi,

    bagian organisasi dan personelnya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang

    telah ditetapkan sebelumnya, atau hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan

    dengan standar, target/sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu.

    Audit komprehensif merupakan audit untuk menilai keterlaksanaan

    program/kegiatan dan sumberdaya yang digunakan secara komprehensif yang

    meliputi, Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan, sarana prasarana dan

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya (substansi)

  • 30

    Audit khusus merupakan kegiatan pemeriksaan/audit sebagai tindak lanjut

    dari laporan pemeriksaan komprehensif, kinerja, laporan masyarakat, inspeksi

    mendadak, pengawasan tematik, dan hasil desk audit, dengan maksud untuk

    membuktikan apakah masalah yang ditemukan atau dilaporkan terbukti melanggar

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada aspek keuangan audit

    khusus ditujukan untuk membuktikan masalah yang diadukan atau ditemukan

    mengandung unsur tindak pidana umum atau tindak pidana korupsi yang merugikan

    keuangan negara.

    Audit operasional dana dekonsentrasi merupakan kegiatan menguji dan

    menilai pertanggungjawaban penyelenggaraan dana dekonsentrasi yang dilaksanakan

    oleh pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2005

    tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

    II. 3. Kinerja

    Istilah kinerja dipadankan dengan unjuk kerja atau prestasi kerja yang dalam

    bahasa inggris sering disebut performance yang maknanya prestasi, pertunjukan, dan

    pelaksanaan tugas. Kinerja juga diartikan sebagai hasil kerja selama periode tertentu

    dibandingkan dengan standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan

    terlebih dahulu (John Soeprianto,1988).

    Pengukuran Kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik

    dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-

    indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak

    terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran

  • 31

    atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap

    penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.

    Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan

    kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah

    ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.

    Kinerja dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu:

    a. Produksi (production), yaitu kemampuan untuk menghasilkan jumlah dan

    kualitas keluaran.

    b. Efektifitas (Efective) , adalah keberhasilan auditor dalam mencapai tujuan

    sesuai sasaran yang telah direncanakan, juga berarti menyelesaikan tugas sesuai

    waktu yang telah ditentukan.

    c. Efisiensi (efficiency), adalah perbandingan keluaran dengan masukan.

    d. Keadaptasian (adaptiveness), adalah kemampuan untuk tanggap terhadap

    perubahan internal dan eksternal,

    e. Kepuasan (satisfaction), adalah pemenuhan kebutuhan pelanggan

    f. Pengembangan (development), adalah kemampuan untuk meningkatkan

    kapasitasnya. (Michael E. McGill,1986)

    II.4. Hubungan Standar Audit dengan Kinerja Auditor

    Standar Audit merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang

    diperlukan bagi auditor untuk menjamin mutu hasil audit dan konsistensi

    pelaksanaan tugas audit.

  • 32

    Setiap melakukan audit seorang auditor harus melaksanakan standar yang

    ditentukan. Standar audit yang menjadi dasar pelaksanaan audit bagi APFP terdiri

    dari lima standar, yaitu standar umum, standar koordinasi dan kendali mutu, standar

    pelaksanaan, standar pelaporan dan standar tindak lanjut.

    Standar Umum mensyaratkan bahwa seorang auditor harus mempunyai

    keahlian dan pelatihan, independensi, kecermatan profesi dan kerahasiaan.

    Sedangkan dalam Standar Koordinasi dan Kendali Mutu seorang auditor harus

    mampu membuat program kerja pengawasan, melakukan koordinasi pengawasan,

    dan kendali mutu. Dalam pelaksanaan audit auditor harus melakukan dan membuat

    perencanaan, supervisi, kendali intern, mencari bukti audit, mentaati peraturan

    perundang-undangan, dan membuat kertas kerja audit. Setelah selesai pelaksanaan

    audit auditor harus membuat laporan secara tertulis dan segera serta distribusi

    kepada yang berhak. Hasil-hasil temuan tersebut harus dipantau atas penyelesaian

    tindaklanjutnya.

    Dengan melaksanakan standar audit secara baik dan benar diharapkan kinerja

    auditor akan meningkat dan sebaliknya apabila auditor tidak melaksanakan standar

    audit maka kinerjanya akan menurun. Pengukuran kinerja menurut Michael E.

    McGill (1986:106) dengan indikator Produksi (production), Efektifitas (Efective),.

    Efisiensi (efficiency), Keadaptasian (adaptiveness), Kepuasan (satisfaction) dan

    Pengembangan (development). Secara sederhana hubungan antara standar audit

    dengan kinerja auditor dapat dilihat pada gambar II.2.

  • 33

    Gambar II.2 Hubungan standar audit dengan kinerja

    II.5 Hipotesis

    Sesuai dengan kajian teori dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

    a. Pengujian pengaruh

    Ho: Tidak terdapat pengaruh secara signifikan pelaksanaan Standar

    Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah dalam bentuk

    standar umum, koordinasi dan kendali mutu, pelaksanaan,

    pelaporan dan standar tindak lanjut terhadap kinerja auditor

    Inspektorat Jenderal Depdiknas.

    Hi : Terdapat pengaruh secara signifikan pelaksanaan Standar Audit

    Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah dalam bentuk standar

    umum, koordinasi dan kendali mutu, pelaksanaan, pelaporan dan

    standar tindak lanjut terhadap kinerja auditor Inspektorat Jenderal

    Depdiknas.

    INPUT

    Standar Audit Standar Umum Standar Koordinasi dan

    Kendali Mutu Standar Pelaksanaan Standar Pelaporan Standar Tindak Lanjut

    PROSES

    Pelaksanaan Audit : Audit keuangan Audit ketaatan Audit operasional

    OUTPUT

    Kinerja Auditor Diukur dengan : Produktivitas Efektifitas Efisiensi Keadaptasian Kepuasan Pengembangan

  • 34

    b. Pengujian besarnya pengaruh

    Ho : Tidak terdapat perbedaan secara signifikan besarnya pengaruh

    pelaksanaan Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional

    Pemerintah dalam bentuk standar umum, koordinasi dan kendali

    mutu, pelaksanaan, pelaporan dan standar tindak lanjut terhadap

    kinerja auditor Inspektorat Jenderal Depdiknas.

    Hi : Terdapat perbedaan secara signifikan besarnya pengaruh pelaksanaan

    Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah dalam

    bentuk standar umum, koordinasi dan kendali mutu, pelaksanaan,

    pelaporan dan standar tindak lanjut terhadap kinerja auditor

    Inspektorat Jenderal Depdiknas.

  • 35