BAB IIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2009160014/... · 2020. 12. 28. · 31 BAB II TINJAUAN...

26
31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Smart City (Smart City) 2.1.1 Definisi Smart City Dalam beberapa tahun terakhir, dengan pesatnya perkembangan teknologi, konsep Smart City (atau yang lebih dikenal luas Smart City) telah banyak dikembangkan sebagai konsep kota terstruktur. Konsep ini telah berkembang sejak tahun 1990-an, dan sejak dimulainya tahun 1960-an, koneksi internet mulai mendunia. Menurut Allwinkle dan Cruickshank (2007) dalam kertas kerja PSPPR (PSPPR UGM, 2016), Pada masa itulah perkembangan internet semakin mempermudah pelayanan, dan informasi dapat diakses melalui situs-situs yang disediakan oleh pemerintah kota. Meski masih sebatas one way services yang hanya memberikan informasi statis dan terbatas mengenai kebijakan perkotaan, tata guna lahan dan perencanaan, tidak dapat dipungkiri bahwa inilah awal dari munculnya konsep “Smart City”. Ada beberapa definisi Smart City menurut para ahli yaitu: TABEL II.3 DEFIINISI SMART CITY OLEH PARA AHLI NO AHLI DEFINISI SMART CITY 1 Griffinger dkk (2007) A city well performing in a forward-looking way in these six characteristics (economy, people, governance, mobility, environment, and living) built on the smart‟ combination of endowments and activities of self-decisive, independent and aware citizens 2 Chourabi dkk (2012:2290) “A city that monitors and integrates conditions of all of its critical infrastructures, including roads, bridges, tunnels, rails, subways, airports, seaports, communications, water, power, even major buildings, can better optimize its resources, plan its preventive maintenance activities, and monitor security aspects while aximizing services to its citizens.” (Hall dalam Chourabi, 2012)

Transcript of BAB IIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2009160014/... · 2020. 12. 28. · 31 BAB II TINJAUAN...

  • 31

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Smart City (Smart City)

    2.1.1 Definisi Smart City

    Dalam beberapa tahun terakhir, dengan pesatnya perkembangan teknologi,

    konsep Smart City (atau yang lebih dikenal luas Smart City) telah banyak

    dikembangkan sebagai konsep kota terstruktur. Konsep ini telah berkembang sejak

    tahun 1990-an, dan sejak dimulainya tahun 1960-an, koneksi internet mulai

    mendunia. Menurut Allwinkle dan Cruickshank (2007) dalam kertas kerja PSPPR

    (PSPPR UGM, 2016), Pada masa itulah perkembangan internet semakin

    mempermudah pelayanan, dan informasi dapat diakses melalui situs-situs yang

    disediakan oleh pemerintah kota. Meski masih sebatas one way services yang hanya

    memberikan informasi statis dan terbatas mengenai kebijakan perkotaan, tata guna

    lahan dan perencanaan, tidak dapat dipungkiri bahwa inilah awal dari munculnya

    konsep “Smart City”. Ada beberapa definisi Smart City menurut para ahli yaitu:

    TABEL II.3

    DEFIINISI SMART CITY OLEH PARA AHLI

    NO AHLI DEFINISI SMART CITY

    1

    Griffinger

    dkk

    (2007)

    A city well performing in a forward-looking way in these six

    characteristics (economy, people, governance, mobility,

    environment, and living) built on the smart‟ combination of

    endowments and activities of self-decisive, independent and

    aware citizens

    2

    Chourabi

    dkk

    (2012:2290)

    “A city that monitors and integrates conditions of all of its

    critical infrastructures, including roads, bridges, tunnels,

    rails, subways, airports, seaports, communications, water,

    power, even major buildings, can better optimize its

    resources, plan its preventive maintenance activities, and

    monitor security aspects while aximizing services to its

    citizens.” (Hall dalam Chourabi, 2012)

  • 32

    NO AHLI DEFINISI SMART CITY

    3

    A. Caragliu,

    dkk dalam

    Schaffers

    (2010:3)

    We believe a city to be smart when investments in human and

    social capital and traditional (transport) and modern (ICT)

    communications infrastructure fuel sustainable economic

    growth and a high quality of life, with a wise management of

    natural resources, through participatorygovernance”

    4 Dall’O

    (2016)

    Smart City adalah kota yang dibangun atas dasar

    pembangunan manusia. Kearifan kota mengacu pada

    kemampuan kota dalam memenuhi kebutuhan warganya.

    5 Suhono

    (2014)

    Smart City adalah kota yang dapat menggunakan solusi

    inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk mengelola

    semua sumber daya secara efektif guna menyelesaikan

    berbagai tantangan. Pengelolaan ini hanya untuk

    meningkatkan kualitas hidup warga perkotaan.

    6 Forrester

    “Smart City memperdalam pentingnya menggunakan

    teknologi komputasi cerdas untuk menciptakan infrastruktur

    dan area layanan perkotaan, yang meliputi manajemen

    perkotaan, pendidikan, kesehatan, keselamatan publik, real

    estat, transportasi dan utilitas yang lebih cerdas, saling

    terhubung dan efisien."

    7 Mathew

    Smart City adalah hasil dari strategi pengetahuan dan strategi

    inovasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja sosial-

    ekonomi, ekologi, logistik dan kompetitif kota. Smart City

    tersebut dibangun di atas fondasi yang menjanjikan dari

    sumber daya manusia (seperti pekerja terampil), modal

    infrastruktur (seperti fasilitas komunikasi berteknologi tinggi),

    modal sosial (seperti hubungan jaringan yang tertutup dan

    terbuka), dan modal kewirausahaan.

    Sumber: Laporan Evaluation Tools Model dan Assessment Bandung Smart City dan Widyaningsih

    (2013) dalam working paper psppr UGM (2016)

    Walaupun beberapa definisi diatas terlihat sangat berbeda, namun semua

    menunjukkan kesamaan arti yaitu penerapan konsep Smart City dalam perencanaan

    kota melalui integrasi pemerintahan, ekonomi, kualitas hidup, lingkungan, SDM

    dan transportasi2.

    2 Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional (PSPPR) UGM. 2016. Road Map Kota

    Yogyakarta Menuju Smart City http://psppr.ugm.ac.id/wp-

    content/uploads/sites/49/2017/07/abstrak-working-paper-smart-city.pdf

    http://psppr.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/49/2017/07/abstrak-working-paper-smart-city.pdfhttp://psppr.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/49/2017/07/abstrak-working-paper-smart-city.pdf

  • 33

    2.1.2 Model dan Dimensi Smart City

    Dimensi Smart City merupakan panduan yang dapat digunakan sebagai

    acuan dalam mengembangkan kota. Beberapa dimensi Smart City berkembang

    dalam implementasinya, baik dari kalangan akademik maupun industri. Melalui

    paparan dalam dalam seminar hasil kajian kebijakan deputi VI tahun 2017, terdapat

    beberapa konsep yang dapat di adopsi untuk pengembangan kota menuju menuju

    Smart City di Indonesia.

    Sumber: Materi Seminar Hasil Kajian Kebijakan Deputi VI tahun 2017

    GAMBAR II.1

    BEBERAPA KONSEP PILIHAN TERKAIT SMART CITY

    Beberapa konsep tersebut merupakan konsep oleh Giffinger dkk dengan

    konsep Smart City yang digunakan di eropa, Frost & Sullivan yang menjelaskan

    smart diamond, ITB yang mengembangkan frameworks dan standard Smart City

    dengan Garuda Smart City Model (GSCM), kemudian Djunaedi (2014) dalam Paper

    PSPPR UGM menekankan perlunya penambahan satu kategori tambahan yaitu

    “Smart Disaster Management” dikarenakan kondisi indonesia yang berada di “ring

    of Fire”.

    Giffingger (2007) menggunakan enam aspek pengembangan Smart City

    untuk mengukur Smart City Eropa, yaitu ekonomi pintar, orang pintar,

    pemerintahan pintar, perjalanan pintar, lingkungan Sumter dan kehidupan pintar.

    Melalui enam dimensi ini, Giffinger telah mengukur kota-kota Eropa. Model ini

  • 34

    juga umum dalam pengembangan Smart City Eropa. Selain itu, ITB

    mengembangkan Garuda Smart City Model (GSCM) pada tahun 2014. Dalam

    konsep Smart City GSCM, Smart City adalah kota yang dapat mengelola sumber

    daya secara efektif dan efisien untuk menciptakan masyarakat yang aman, nyaman

    dan berkelanjutan. Model GSCM mendukung kota dengan memperkuat manusia,

    tata kelola, dan teknologi.Teknologi tersebut mendukung 3 aspek utama yaitu,

    ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.

    Selain konsep pengembangan Smart City di atas, Boyd Cohen menjelaskan

    lebih detail perkembangan model dan indikator pengembangan Smart City. Smart

    City = pendekatan komprehensif dan komprehensif yang dapat meningkatkan

    efisiensi operasional kota, meningkatkan kualitas hidup warga, dan

    mengembangkan perekonomian daerah3. Cohen (2014) membagi Smart City

    menjadi enam dimensi (dimensi), yaitu smart economy, smart mobility, smart

    environment, smart people, smart living, dan smart governance4.

    a. Smart Economy

    Penekanan pada inovasi dan kewirausahaan, dengan fokus pada

    pengembangan teknologi tinggi dan mendukung inovasi untuk menutup

    hubungan antara ekonomi lokal dan ekonomi global dengan menjaga daya saing

    kota.

    b. Smart Mobility

    Menekankan penggunaan video surveillance dan teknologi deteksi jarak

    jauh untuk memantau lalu lintas dan melakukan analisis data untuk mengatur

    arus lalu lintas, arus pejalan kaki dan arus kargo (termasuk situasi darurat) untuk

    meningkatkan efisiensi dan efektivitas kualitas lalu lintas perkotaan.

    c. Smart Environment

    Menekankan pada perencanaan kota dengan pendekatan kota hijau berikut

    dukungan teknologi berbasis web dan pemantauan jarak jauh untuk distribusi

    3 Tim Pelaksana Smart City Bandung.2018. (Tim Konsultan, 2018).

  • 35

    ruang publik, sabuk hijau, dan sebagainya dalam mengembangkan lingkungan

    hijau.

    d. Smart People

    Dalam situasi sosial yang beragam, fleksibel, terbuka dan kreatif,

    mendorong pengembangan sumber daya manusia yang kondusif bagi inovasi

    dan TIK, serta akan membawa manfaat yang maksimal bagi lingkungan masa

    depan.

    e. Smart Living

    Dengan bantuan Internet of Things dan kerangka media sosial online,

    dorong peningkatan lingkungan hidup dan kualitas hidup untuk meningkatkan

    hubungan antara manusia dan lingkungan, membuat mereka lebih sehat, lebih

    bahagia, dan memiliki gaya hidup yang bersemangat.

    f. Smart Governance

    Penekanan pada penguatan koneksi dalam pemerintahan dan antara

    pemerintah dengan masyarakat dan pengusaha melalui jaringan informasi

    publik dan dukungan layanan yang komprehensif. Smart City mengharuskan

    pemerintah untuk memainkan peran penting dalam membimbing dan

    menerapkan teknologi IT, dimensi integrasi sistem, berbagi informasi, dan

    mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah yang muncul (Yu & Xu,

    2018).

    Dari enam konsep pengembangan Smart City oleh Cohen, Badan Perencanaan

    Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menambahkan satu dimensi lagi yaitu Smart

    Infrastruktur. Smart Infrastruktur oleh BAPPENAS (2015) menekankan pada

    pengembangan infrastruktur yang termasuk didalamnya infrastruktur jaringan,

    infrastruktur transportasi, serta pengembangan terhadap sistem informasi yang

    berbasis IT. Berikut merupakan dimensi serta indikator ketercapaian pada masing-

    masing dimensi oleh BAPPENAS:

  • 36

    Sumber: BAPPENAS 2015

    GAMBAR II.2

    DIMENSI DAN INDIKATOR SMART CITY

    Adaptasi dimensi Smart City dilakukan melalui perbandingan berbagai

    konsep Smart City oleh para ahli dan disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan

    karakteristik yang ada di Indonesia, dalam hal ini mengambil kasus pada Smart

    City di Kota Bandar Lampung.

    2.1.3 Indikator Smart City

    Berdasarkan dimensi Smart City yang dijelaskan oleh para ahli serta

    BAPPENAS, maka disimpulkan dimensi-dimensi yang akan digunakan dalam

    penelitian ini adalah seperti pada tabel berikut.

    TABEL II.II

    BENCHMARKING DIMENSI DAN INDIKATOR SMART CITY

    NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR

    1

    Gifinger (2007)

    “Smart City dalam

    konteks giffinger

    adalah

    kemampuan kota

    untuk melakukan

    penyediaan

    1. Smart Economy

    • Inovasi

    • Entrepreneurship

    • Image ekonomi dan branding

    • Produktivitas

    • Flexibilitas ketenagaakerjaan

    • Kemampuan untuk melakukan perubahan

    2. Smart People • Level of qualification

  • 37

    NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR

    layanan terhadap

    warga melalui

    pengelolaan dan

    sustainabilitas

    kondisi kota “

    • Kemampuan untuk meningkatkan kualitas melalui

    pembelajaran berkelanjutan

    • Kreatifitas

    • Keterbukaan berpendapat

    3. Smart Governance

    • Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan

    • Pelayanan public

    • Transparansi dalam pemerintahan

    • Political will

    4. Smart Mobility

    • Kemudahan akses untuk transportasi lokal

    • Kemudahan Akses ke interasional

    • Ketersediaan infrastruktur IT

    • Sustainable, inovasi dan keamanan dalam melakukan

    pergerakan (transportasi)

    5. Smart Environment

    • Pengelolaan lingkungan

    • Polusi indeks

    • Keberadaan Perlindungan terhadap alam

    • Pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan

    6. Smart Living

    • Fasilitas kultur

    • Kondisi layanan kesehatan

    • Keamanan individu

    • Kualitas perumahan

    • Fasilitas pendidikan

    • Kondisi pariwisata

    • Kondisi interaksi sosial

    2

    Boyd Cohen

    (2012)

    Smart City adalah

    sebuah pendekatan

    yang luas,

    terintegrasi dalam

    meningkatakan

    efisiensi

    pengoperasian

    sebuah kota,

    meningkatkan

    kualitas hidup

    penduduknya dan

    menumbuhkan

    1. Smart Economy

    • Entrepreneurship & innovation

    • Productivity

    • Local & global interconnectedness

    2. Smart

    Environment

    • Green buildings

    • Green energy

    • Green urban planning

    3. Smart

    Governance

    • Enabling supply & demand side policy

    • Transparency & open data

    • ICT & e-Gov

    4. Smart Living

    • Healthy

    • Safe

    • Culturally vibrant & happy

  • 38

    NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR

    ekonomi

    daerahnya.

    5. Smart Mobility

    • Mixed-modal access

    • Clean & non-motorized options

    • Integrated ICT

    6. Smart People

    • 21th century education

    • Inclusive society

    • Embrace creativity

    3 BAPPENAS

    (2015)

    1. Smart Economy

    • Pengembangan City Branding

    • Pengembangan Kewirausahaan

    • Pengembangan e-commerce

    2. Smart People

    • Pendididkan dan pengembangan SDM yang melek teknologi

    • Dukungan Penelitian

    • Pengembangan karakter sosial budaya masyarakat

    3. Smart Governance

    • Pengembangan e-governance

    • Ada partisipasi masyarakat dalam perencanaan

    pembangunan

    4. Smart Environment

    • Pengelolaan lingkungan berbasis IT

    • Pengelolaan SDA berbasis IT

    • Pengembangan sumber energi terbarukan

    5. Smart Living

    • Kemudahan akses terhadap layanan pendidikan

    • Kemudahan akses terhadap layanan Kesehatan

    • Pengembangan peran media

    • Kemudahan akses terhadap jaringan keamanan

    6. Smart Infrastruktur

    • Pengembangan jaringan IT

    • Pengembangan transport berbasis IT

    • Pengembangan sistem informasi, manajemen berbasis

    IT

  • 39

    NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR

    4

    (Achmad

    Djunaedi, dkk,

    2018)

    1. Ekonomi Cerdas

    • Semangat berinovasi

    • Kewirausahaan

    • Pencitraan dan merek dagang ekonomi

    • Produktivitas

    • Keluwesan pasar kerja

    • Keterhubungan internasional

    • Kemampuan untuk bertransformasi

    2. Masyarakat

    Cerdas

    • Modal sosial dan SDM yang mencakup tingkat kualifikasi

    • Kemauan untuk terus belajar

    • Pluralitas sosial dan etnis

    • Keluwesa dan kreativitas

    • Kosmopolitanisme atau keterbukaan pikiran

    • Partisipasi dalam kehidupan publik

    3. Pemerintah

    Cerdas

    • Partisipasi dalam pengambilan keputusan

    • Layanan publik dan kemasyarakatan

    • Transparansi tata kelola pemerintah, strategi dan

    kebijakan publik

    4. Mobilitas Cerdas

    • Transportasi dan TIK yang mencakup unsur aksesibilitas

    lokal, nasional dan internasional

    • Ketersediaan infrastruktur TIK

    • Sistem transportasi yang berkelanjutan, inovatif dan

    aman

    5. Lingkungan

    Cerdas

    • Unsur daya tarik kondisi alam

    • Kelestarian lingkungan

    • Manajemen sumber daya berkelanjutan

  • 40

    NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR

    6. Gaya Hidup

    Cerdas

    • Unsur fasilitas kultural

    • Kondisi kesehatan

    • Kualitas perumahan

    • Fasilitas pendidikan

    • Daya tarik pariwisata

    • Kohesi sosial

    Sumber: Telaah Pustaka 2020

    2.1.4 Kondisi Ideal

    Kondisi ideal merupakan keadaan yang diharapkan atau dicita-citakan

    terjadi5. Dalam penelitian ini kondisi ideal yang dibahas dinyatakan sebagai nilai

    atau persentase yang dapat merepresentasikan nilai terbaik dari setiap indikator

    yang dimiliki kota. Setelah setiap sub indikator dipilih, masing-masing sub

    indikator akan dipetakan menjadi nilai yang ideal, yang akan menjadi acuan dalam

    pengembangan Smart City. Kondisi ideal pada tabel berikut didapat melalui studi

    literatur pada jurnal terkait Smart City seperti salah satunya dengan mengadopsi

    kondisi ideal dalam dokumen Bandung Smart City6 yang memiliki benchmarking

    lebih lengkap dan juga dokumen road map Kota Yogyakarta menuju Smart City7

    dengan menggunakan Kota Toronto yang mendapat peringkat ke dua dalam

    penelitian Boyd Cohen Smart City Wheel sebagai patokan (benchmark) serta

    dokumen standar nasional maupun internasional yang ada.

    TABEL II.I

    KONDISI IDEAL SMART CITY

    NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL

    1 Smart

    Economy

    Kewirausahaan dan

    Inovasi

    Wirausaha/industri terdaftar Ya

    Index Inovasi Kota 54

    Terdapat StartUp Ya

    5 S, Samhis. 2019. Latar Belakang Masalah – Pengertian, Permasalahan, Cara, Contoh, Para Ahli.

    https://www.gurupendidikan.co.id/latar-belakang-masalah/ di akses pada 6 Desember 2019 6 Pemerintah Kota Bandung. (2018). Peraturan Wali Kota Bandung Nomor Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Bandung Smart City (Masterplan Bandung Smart City). Bandung: Pemerintah

    Kota Bandung. https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/eksternal/show/146 7 PSPPR UGM. (2016). Road Map Kota Yogyakarta Menuju Smart City. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

    https://www.gurupendidikan.co.id/latar-belakang-masalah/https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/eksternal/show/146

  • 41

    NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL

    Keberadaan area industri

    khusus Ya

    % PDB yang diinvestasikan

    dalam penelitan dan

    pengembangan di sektor

    privat.

    1.69%

    Produktivitas

    PDRB per kapita (dalam

    US$, kecuali EU, dalam

    Euros)

    55102

    Flekibilitas

    ketenagaakerjaan

    % optimalisasi tugas pokok

    dan fungsi Disnaker 100%

    Terdapat kemudahan akses

    informasi pekerjaan

    Ya,

    Online

    Persentase jumlah

    pengangguran

    Keterhubungan

    internasional

    Adanya Kegiatan/event

    Internasional Ya

    Keterikatan pada Industri

    Internasional Ya

    Pengembangan

    City Branding

    Memiliki Produk Khas Kota Ya

    Memiliki Identitas Kota Ya

    Pengembangan e-

    commerce

    Terdapat sistem pemasaran

    online untuk setiap hasil

    industri

    Ya

    Terdapat pelatihan pemasaran

    online bagi pelaku UMKM

    Ya,

    Rutin

    2 Smart People

    Kreatifitas Terdapat industri kreatif Ya

    Keterbukaan

    berpendapat Terdapat fasilitas aspirasi

    publik melalui situs resmi

    Ya,

    Online

    Modal sosial dan

    SDM yang

    mencakup tingkat

    kualifikasi &

    Kemauan untuk

    terus belajar

    % Siswa yang menyelesakan

    pendidikan SMA/SMK 100%

    Keluwesan dan

    kreativitas

    Persentase tenaga kerja yang

    terlibat dalam industri kreatif 6%

    Pendididkan dan

    pengembangan

    SDM yang melek

    teknologi

    Tersedia e-learning dan atau

    e-education Ya

    Persentase sekolah

    terakreditasi 100%

    Partisipasi dalam

    kehidupan publik Partisipasi masyarakat dalam

    perencanaan (RDTR/RTRW) Ya

    3 Smart

    Governance

    Keterlibatan

    masyarakat dalam

    Terdapat sosialisasi

    penyusunan kebijakan Ya

  • 42

    NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL

    pengambilan

    keputusan

    Terdapat usulan program

    kegiatan

    dari masyarakat

    Ya,

    Online

    Keterlibatan

    stakeholder/masyarakat

    dalam proses penyusunan

    Ya

    Transparansi dalam

    pemerintahan

    Keberadaan dan Kejelasan

    pembiayaan untuk setiap

    layanan yang diberikan

    Ya,

    Online

    Terdapat alat ukur kinerja

    secara akuntabel untuk setiap

    layanan yang dilakukan

    Ya,

    Online

    Layanan publik

    dan

    kemasyarakatan

    Layanan yang terintegrasi

    dalam satu layanan terpadu

    (kesehatan dan keselamatan)

    7

    Pengembangan e-

    governance

    % layanan pemerintahan yang

    dapat diakses oleh warga via

    website atau handphone

    100%

    4 Smart Mobility

    Transportasi dan

    TIK yang

    mencakup unsur

    aksesibilitas lokal,

    nasional dan

    internasional

    Terdapat akses transportasi

    lokal Ya

    Terdapat akses ke interasional Ya

    Ketersediaan

    infrastruktur TIK

    Penyediaan konektivitas

    infrastruktur jaringan TIK

    (Kabel, serat optik, nirkabel)

    Ya

    Tersedia penerangan umum

    cerdas yang terhubung ke

    jaringan komunikasi data

    Ya

    Tersedia tempat parkir cerdas

    yang dapat mengidentifikasi

    jumlah ruang kosong dan

    mengarahkan pengemudi

    menuju ruang tersebut

    Ya

    Akses ke Informasi

    Real Time

    Kehadiran harga berdasarkan

    permintaan/ (contoh : Harga

    saat macet, harga jalur tol

    yang beragam, harga tempat

    parkir yang beragam)

    Ya

  • 43

    NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL

    Jumlah layanan transportasi

    publik yang

    menyediakan pelayanan

    mengenai informasi secara

    real time kepada publik (bus,

    regional train, metro, rapid

    transit system (e.g. BRT,

    tram), and sharing modes

    (e.g. bikesharing, carsharing)

    5

    Ketersediaan aplikasi transit

    multi moda

    dengan minimal 3 layanan

    yang terintegrasi

    Ya

    Sistem transportasi

    yang

    berkelanjutan,

    inovatif dan aman

    Tersedia transportasi Publik

    Elektrik Ya

    Kendaraan Non-

    motorized/Elektrik

    Panjang jalur dan lajur sepeda

    dalam kilometer per 100,000 18,3

    5 Smart

    Environment

    Pengelolaan SDA

    Total penggunaan energi

    perumahan per kapita (in

    kWh/tahun)

    1830

    Emisi efek rumah kaca diukur

    dalam ton perkapita 7,38

    Konsentrasi Fine Particullar

    Matter 2.5 (µg/m3) 8,42

    Indeks Polusi 50

    Terdapat sensor pemantau

    kebocoran air Ya

    % Jumlah TPS dengan 3R 100%

    % Industri yang memiliki

    IPAL 100%

    % sampah padat yang di daur

    ulang 100%

    Keberadaan

    Perlindungan

    terhadap alam

    Memiliki rencana/strategi

    mengenai ketahanan iklim Ya

    Green energy Sosialisasi penggunaan energi

    Ya,

    Rutin

    Green urban

    planning

    Ruang Hijau per 100,000

    (dalam m2) 445

    Pengelolaan

    lingkungan

    berbasis IT

    Terdapat sistem pengelolaan

    lingkungan berbasis IT

    Ya

  • 44

    NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL

    Pengembangan

    energi terbarukan

    Terdapat pengembangan

    energi alternatif (Pemanfaatan

    limbah/sampah sebagai

    biogas, energi surya, tenaga

    angin, biomassa (tumbuhan

    dan hewan)

    Ya

    Terdapat program Green

    buildings Ya

    6 Smart Living

    Budaya dan

    kesejahteraan Indeks Gini 4

    Kondisi layanan

    kesehatan

    5 Unit pelayanan kesehatan

    milik pemerintah yang

    memenuhi standar layanan

    100%

    Kecukupan jumlah rumah

    sakit (sesuai standar jumlah

    rumah sakit berdasarkan

    jumlah penduduk)

    Ya

    Tersedia RSUD Ya

    Kualitas

    perumahan

    Terdapat program perbaikan

    rumah tidak layak huni Ya

    Terdapat peningkatan jumlah

    perbaikan rumah tidak layak

    huni setiap tahun

    Ya

    Fasilitas

    pendidikan

    Jumlah sekolah

    (TK,SD,SMP,SMA) sesuai

    SNI berdasarkan jumlah

    penduduk

    Ya

    Tersedia perpustakaan daerah Ya

    Jumlah guru 1:20

    Kondisi interaksi

    sosial

    Tersedia fasilitas tempat

    rekreasi Ya

    Kemudahan akses

    terhadap layanan

    Kesehatan

    Rata-rata angka harapan

    hidup 82,45

    Fasilitas keamanan

    Teradapat sosialisasi terkait

    keamanan lingkungan

    Ya,

    Online

    Tersedia teknologi yang

    digunakan untuk membantu

    pencegahan kejahatan

    (CCTV, taxi apps, teknologi

    untuk melakukan prediksi

    kejahatan)

    Ya

    7 Smart

    Infrastruktur

    Pengembangan

    jaringan IT

    Tersedia BTS yang memadai

    Ada,

    Menyelu

    ruh

    Pengembangan Jaringan Wifi Ya

    Pengembangan Fiber Optik Ya

  • 45

    NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL

    Pengembangan

    sistem informasi,

    manajemen

    berbasis IT

    Tersedia E-Parking Ya,

    Online

    Sumber: Telaah Pustaka 2020

    2.1.5 Tantangan Smart City

    Tantangan membangun Smart City sangat beragam dan kompleks.

    Diantaranya adalah efisiensi, keberlanjutan, komunikasi, keselamatan, tantangan

    biaya dan juga keamanan. Tantangan merancang Smart City dibatasi oleh banyak

    faktor yaitu kebijakan pemerintah, lingkungan alam, komunitas sosial, dan ekonomi

    (Suraju P. Mohanty, dkk, 2016). Biaya adalah salah satu faktor terpenting dalam

    desain Smart City. Biaya perancangan Smart City mencakup biaya perancangan dan

    biaya operasional. Biaya desain adalah biaya satu kali untuk mendesain Smart City.

    Biaya operasional adalah biaya yang dibutuhkan untuk memelihara Smart City.

    Biaya desain harus kecil untuk mewujudkan Smart City. Diwaktu yang bersamaan,

    dalam jangka panjang biaya operasional yang rendah dapat membuat kota lebih

    mudah dioperasikan, sementara beban anggaran kota minimal. Efisiensi

    operasional Smart City merupakan tantangan penting dimana efisiensi yang lebih

    tinggi dapat meningkatkan keberlanjutan Smart City dan mengurangi biaya

    operasional. Smart City perlu memastikan keberlanjutan jangka panjang dengan

    biaya operasional yang optimal dan melakukan penyelesaian terhadap masalah

    pertumbuhan penduduk (Suraju P. Mohanty, dkk, 2016).

    Smart City harus mampu bertahan dari bencana dan kegagalan. Bencana

    bisa datang dari mana saja, termasuk alam. Kesalahan bisa datang dari mana saja

    karena berbagai alasan di sistem, seperti misalnya kegagalan TIK atau mungkin

    kegagalan pada daya. Bencana alam yang terjadi juga dapat menyebabkan

    kegagalan di semua tingkatan Smart City. Sehingga setiap mendesain Smart City

    perlu mempertimbangkan factor bencana dan kegagalan tersebut sehingga Smart

    City dapat dengan cepat pulih dari situasi ini dalam waktu sesingkat mungkin.

    Tantangan lain yang dibawa oleh pembiayaan adalah menarik investasi dalam

    pengembangan Smart City, karena biaya investasi untuk desain ini sangat besar

    sehingga sulit untuk mendapatkan investasi eksternal. Pertama-tama, keselamatan

    publik merupakan tantangan desain penting yang dihadapi Smart City, karena

  • 46

    keselamatan penghuninya sangat penting, yang juga dapat meningkatkan anggaran

    desain dan operasional (Suraju P. Mohanty, dkk, 2016). Selain itu, beberapa hal

    yang menjadi tantangan mendesain Smart City adalah ketersediaan dan manajemen

    data informasi untuk mendukung sistem kota yang terintegrasi. Tentangan juga

    datang pada keamanan. Untuk menjadikan masyarakat yang tinggal di sebuah

    Smart City haruslah dipastikan aman dan nyaman.

    2.2 Preseden

    2.2.1 Smart City Bandung

    Kota Bandung merupakan salah satu kota yang semakin memperkuat

    penerapan konsep Smart City di wilayahnya. Kota Bandung berpenduduk 2,5 juta

    jiwa, kota metropolitan 7 juta jiwa, penduduk muda, 60% penduduk di bawah 40

    tahun, dan ada 80 perguruan tinggi. Bandung adalah salah satu kota terbesar ketiga

    di Indonesia, dengan penduduk 15.000 orang per kilometer persegi. Bandung

    adalah kota muda dan bersemangat yang bertujuan untuk meningkatkan reputasinya

    sebagai Teknopolis, kota teknologi Indonesia. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil

    meyakini Bandung merupakan Smart City yang dapat memanfaatkan konsentrasi

    perguruan tinggi dan perguruan tinggi serta usianya yang relatif masih muda.

    Sumber: https://tonz94.files.wordpress.com/2017/08/smart-city-bandung-ridwan-kamil.pdf

    GAMBAR II.3.

    INTEGRASI SMART CITY BANDUNG

    Menciptakan Smart City untuk Bandung membutuhkan kota untuk mencapai

    tujuan menciptakan kota yang lebih berkelanjutan atau nyaman, sambil mengatasi

    https://tonz94.files.wordpress.com/2017/08/smart-city-bandung-ridwan-kamil.pdf

  • 47

    tantangan yang dihadapi oleh banyak kota yang berkembang pesat, termasuk

    kemacetan lalu lintas, pengelolaan sampah, dan formalisasi ekonomi kelabu (seperti

    pedagang kaki lima dan booming). Pengembangan perusahaan). Permasalahan

    yang tidak tertata, permasalahan akibat banjir, terwujudnya infrastruktur fisik yang

    memadai di bidang energi dan transportasi, serta infrastruktur sosial yang

    berkualitas melalui sekolah dan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Masalah ini

    biasa terjadi di banyak kota, dan Bandung tidak dimulai dari awal. Bandung selalu

    pandai beradaptasi dengan teknologi baru, dan fasilitas yang ditingkatkan biasanya

    memberikan dasar yang baik untuk menjadi kota yang berkelanjutan, cerdas, dan

    indah. Bandung berpeluang menambah pengetahuannya tentang industri lokal

    strategis berbasis teknologi yang bisa dikatakan sebagai bagian dari Smart City,

    termasuk perusahaan di industri pertahanan, penerbangan, farmasi dan

    telekomunikasi. Beberapa teknologi yang kemungkinan besar memberikan dampak

    positif terbesar di Bandung adalah di sektor transportasi dan energi. Rekomendasi

    ini adalah hasil dari pengumpulan pengetahuan dan pengalaman tim global dan

    lokal Bandung (Suyono, 2016).

    Wilayah metropolitan Bandung meliputi area seluas hampir 1.900 kilometer

    persegi dan berpenduduk hampir 7 juta. Sebagian besar infrastruktur dan pekerjaan

    terletak di pusat kota yang padat penduduk. Pemerintah Kota Bandung telah fokus

    pada rencana pencapaian infrastruktur keras dan elemen-elemen yang diperlukan

    untuk mendukung pengembangan Smart City, termasuk pengembangan kawasan

    Gedebage yang lebih luas, realisasi infrastruktur perkotaan, dan komitmen

    pencegahan banjir dan longsor yang lebih baik, dan Perbaiki jaringan jalan raya.

    Terhubung ke lokal dan regional melalui jalan baru. Fokus dari strategi

    pengembangan Smart City adalah pertama-tama merealisasikan infrastruktur aktual

    untuk pengoperasian normal kota, termasuk perluasan layanan broadband, jalur

    akses Internet, dan pusat data lokal yang dapat mendukung aplikasi kota.

    Pemerintah cerdas telah mulai mencapai ini melalui sistem komunikasi dan

    dokumentasi dan informasi tanpa kertas. Pemerintahan terbuka didasarkan pada

    kesediaan kota untuk berbagi data, dan semakin banyak aplikasi kota yang

    membuktikan tujuan Bandung dalam membuka data dan layanannya.

  • 48

    Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

    GAMBAR II.4

    REALISASI SMART GOVERNANCE BANDUNG

    Tujuan dari Tata Kelola Cerdas Bandung adalah mewujudkan

    penyelenggaraan pemerintahan daerah secara komunikatif, efektif, efisien,

    transparan dan bertanggung jawab dan tetap meningkatkan kinerja birokrasi melalui

    adopsi teknologi yang terintegrasi dan inovasi. Tata kelola yang cerdas harus dapat

    diwujudkan dalam tiga unsur pemerintahan yaitu pelayanan, birokrasi dan

    kebijakan. Smart Branding merupakan salah satu inovasi dalam pemasaran di Kota

    Bandung yang bertujuan untuk dapat meningkatkan terhadap daya saing daerah

    dengan cara pengembangan terhadap bidang pariwisata, citra kota dan bisnis. selain

    bisa memanfaatkan potensi lokalnya untuk memenuhi permintaan, kota ini mampu

    menarik partisipasi masyarakat yang ada didalam dan luar daerah, para pengusaha

    dan investor untuk mempercepat pembangunan (Pemerintah Kota Bandung, 2018).

    Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

    GAMBAR II.5

    REALISASI SMART BRANDING BANDUNG

    Melalui Smart Branding Bandung, tujuan yang diinginkan pemerintah yaitu

    meningkatkan daya saing daerah dengan membentuk citra kota dan memasarkan

    potensi daerah secara lokal, nasional dan internasional. Bandung memberikan

    promosi merek eksternal melalui keberadaan taman hiburan, sedangkan Bandung

    https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdashttps://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

  • 49

    meningkatkan daya tarik wisatanya dengan menyelenggarakan acara Bandung yang

    indah.

    Tujuan dari Ekonomi Cerdas Kota Bandung adalah menciptakan sebuah

    ekosistem yang dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakat di sektor

    ekonomi unggulan pada daerah yang beradaptasi dengan perubahan era informasi,

    dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat melalui beberapa rencana

    termasuk mewujudkan less-cash society.

    Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

    GAMBAR II.6

    REALISASI SMART ECONOMY BANDUNG

    Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara mengembangkan tiga elemen

    ekonomi pintar diantaranya ekosistem industri, peningkatan kesejahteraan

    masyarakat, dan ekosistem transaksi keuangan. Rencana pembangunan ekonomi

    cerdas dapat dilaksanakan pada berbagai indikator, antara lain pembentukan

    ekosistem industri yang kompetitif (industri), pembentukan daya saing industri

    daerah dalam industri unggulan, terwujudnya kesejahteraan rakyat (kesejahteraan),

    dan pembentukan ekosistem transaksi keuangan.

    Smart Living merupakan dimensi yang dapat menjamin kelayakan taraf

    hidup. Kelayakan hidup tersebut ditinjau melalui beberapa aspek, diantaranya

    adalah kelayakan gaya hidup, kelayakan metode transportasi yang dapat

    mendukung pergerakan orang dan barang di Smart City dan kualitas kesehatan.

    https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

  • 50

    Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

    GAMBAR II.7

    REALISASI SMART LIVING BANDUNG

    Tujuan dari Bandung Smart Living adalah untuk menciptakan lingkungan

    hidup yang layak, nyaman dan efisien. Inisiatif pembangunan Smart Living meliputi

    beberapa indikator yaitu, mengkoordinasikan penataan ruang wilayah,

    mewujudkan infrastruktur sanitasi, dan menjamin ketersediaan sarana transportasi.

    Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Bandung 2025, “Kota Bermartabat

    Bandung” atau Kota Mulia Bandung. Oleh karena itu salah satu tugasnya yang

    berkaitan dengan masalah kemasyarakatan adalah “mengembangkan kreativitas,

    kesadaran dan kesadaran yang tinggi dalam kehidupan sosial budaya kota”, dan

    arah pengembangannya adalah meningkatkan kualitas kerjasama antar semua

    pemangku kepentingan dalam pembangunan kota Bandung..

    Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

    GAMBAR II.8

    REALISASI SMART SOCIATY BANDUNG

    Aspek keenam dari Smart City yaitu smart environment. Cerdas yang ada

    pada konsep smart environment ini yaitu perhatian yang diberikan pada lingkungan

    melalui pembangunan perkotaan atau bisa disebut seperti perhatian pada

    pembangunan infrastruktur fisik, serta pembangunan sarana dan prasarana

    permukiman. Ide dasar lingkungan cerdas di Smart City adalah untuk mencapai

    https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdashttps://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

  • 51

    pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan berkelanjutan tidak dapat hilang

    ketika konsep Smart City yang digerakkan oleh elemen teknologi lahir.

    Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

    GAMBAR II.9

    REALISASI SMART ENVIRONMENT BANDUNG

    Lingkungan cerdas dapat didefinisikan sebagai dunia fisik yang

    memvirtualisasikan dan menghubungkannya melalui penggunaan sensor, aktuator,

    tampilan, dan elemen komputasi yang tertanam dalam objek yang ada di lingkungan

    sehari-hari kita dan terhubung ke jaringan. Lingkungan cerdas membuat interaksi

    antara manusia dan sistem menjadi pengalaman yang menyenangkan. Singkatnya,

    walikota berharap dapat menciptakan budaya inovasi dan teknologi yang

    mengandalkan keberhasilan berkelanjutan dari industri inti yang ada, membina

    usaha kreatif, dan yang terpenting memberi mereka peluang untuk berkembang di

    lokasi geografis yang diusulkan di pusat kota Bandung. ITB mulai mengembangkan

    konsep Garuda Smart City Model (GSCM) pada tahun 2014. Dimana Smart City

    didalam konsep GSCM merupakan kota yang mampu melola sumberdaya secara

    efisien dan efektif sehingga menciptakan masyarakat yang aman, nyaman dan

    berkelanjutan. Konsep ini berorientasi pada pengembangan kota melalui penguatan

    tatakelola, manusia dan teknologi yang menopang 3 komponen utama yaitu

    Ekonomi, Lingkungan dan sosial (Tim Konsultan, 2018).

    2.2.2 Smart City Jakarta

    Jakarta yang sebagai ibu kota negara dengan pendapatan per kapita tertinggi

    di Indonesia dan tingkat urbanisasi tertinggi di dunia, menghadapi tantangan yang

    cukup kompleks dan masih terus bekerja keras untuk membangun komunitas yang

    kompak dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Jakarta yang lebih baik.

    Sehingga, Kota Jakarta perlu melakukan penyelesaian terhadap permasalahannya

    https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas

  • 52

    secara lebih efektif melalui pemanfaatan TIK yang terintegrasi pada semua sektor

    publik.

    Sebagai kota transisi, Jakarta juga menghadapi banyak tantangan, termasuk

    masalah yang terkait dengan perencanaan strategis dan pemerintahan jangka

    panjang, sekaligus memenuhi kebutuhan infrastruktur cerdas dan penyediaan

    infrastruktur dan sumber daya keuangan yang memadai, sekaligus memenuhi

    kebutuhan penduduk tetap Jakarta yang terus meningkat. Menyediakan dana untuk

    pembangunan dan perbaikan kota. Menanggapi tantangan ini memerlukan

    pendekatan sistematis untuk menetapkan status target yang jelas dari waktu ke

    waktu, mengidentifikasi kesenjangan utama antara status saat ini dan status target,

    serta mengembangkan dan menerapkan serangkaian solusi praktis untuk

    mengatasinya secara terkoordinasi.

    Sumber: http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/

    GAMBAR II.10

    PERJALANAN MENJADI SEBUAH SMART CITY

    Beberapa program pintar yang mendukung ambisi Jakarta menjadi Smart

    City sudah beroperasi. Namun, untuk melakukan transisi yang lengkap, Jakarta

    harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan dan sasaran, metrik, dan

    sasaran praktisnya. Saat menentukan negara target untuk memfasilitasi realisasi

    tujuan ini, digunakan "kerangka roda Smart City", yang telah banyak digunakan

    http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/

  • 53

    untuk menentukan kondisi target transisi dari Jakarta ke Smart City pada tahun

    2025.

    Menetapkan serangkaian tujuan terkait enam kategori Smart City yang saling

    berhubungan, yaitu kehidupan cerdas, perjalanan cerdas, tata kelola cerdas,

    lingkungan cerdas, ekonomi cerdas dan orang pintar, dan mengubahnya menjadi 25

    subkategori dan 108 korelasi. Indikator spesifik dari determinan terkait yang

    ambisius, terukur dan dapat dicapai. Untuk mengetahui gap yang dimaksud tersebut

    diukur dengan membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi target yang

    ditentukan pada setiap kategori Smart City. Oleh karena itu, akhirnya pada tahap

    pengusulan solusi, untuk memahami berbagai gap antara kondisi Jakarta saat ini

    dengan situasi target, langkah diambil selanjutnya yaitu mengembangkan solusi

    yang dapat menjembatani kesenjangan tersebut. Untuk memastikan Kota Jakarta

    dapat mencapai tujuan yang diharapkan, cetak biru dan juga roadmap yang

    komprehensif perlu dikembangkan untuk memandu penerapan solusi.

    Sumber: http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/

    GAMBAR II.11

    VISI DAN MISI SMART CITY JAKARTA

    Jakarta memiliki visi dan misi sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah Tahun 2013-2017 Nomor 2 Peraturan Daerah Tahun 2013. Visi

    pembangunan jangka menengah Provinsi DKI Jakarta 2013-2017 adalah Jakarta

    baru.Kota modern ini memiliki tata ruang yang rapi dan menjadi tempat hidup yang

    layak dan manusiawi, dengan komunitas budaya dan pemerintahan yang fokus pada

    http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/

  • 54

    pelayanan publik (khususnya kawasan khusus ibu kota) (Pemerintah Daerah

    Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta , 2013). Untuk mewujudkan visi tersebut,

    dikembangkan lima tugas untuk mendukungnya. Menurut enam indikatornya,

    kelima tugas ini juga mencerminkan cita-cita Jakarta menjadi Smart City, enam

    indikator tersebut adalah tata kelola yang cerdas, masyarakat cerdas, ekonomi

    cerdas, transportasi cerdas, lingkungan cerdas, dan kehidupan cerdas.

    Terwujudnya smart economy melalui misi pertama yaitu penyelenggaraan

    mewujudkan Jakarta menjadi kota modern, dan sejalan dengan rencana tata ruang

    wilayah. Untuk membangun Jakarta yang baru dan modern, beberapa upaya konkrit

    sedang dilakukan, seperti konsep Transit Oriented Development (TOD) untuk

    membangun infrastruktur dan mendukung pengembangan industri berteknologi

    tinggi. Hal ini juga mendukung terwujudnya target "ekonomi pintar". Karena

    pembangunan perkotaan yang terencana akan mendukung iklim ekonomi yang

    berkelanjutan. Perjalanan cerdas dalam misi kedua membebaskan Jakarta dari

    masalah kronis seperti kemacetan lalu lintascfv bn m, banjir, kawasan kumuh, dan

    sampah. Pemprov DKI Jakarta tengah menggarap pembangunan sarana dan

    prasarana sistem transportasi umum, seperti menambah koridor, armada,

    meningkatkan pelayanan Transjakarta, dan membangun jenis angkutan umum baru

    seperti MRT dan LRT. Pekerjaan ini sejalan dengan tujuan Jakarta untuk mencapai

    indikator perjalanan cerdas. Rencana “smart living and smart environment” yang

    dikembangkan oleh Pemprov DKI Jakarta sesuai dengan misi ketiga adalah

    menyelesaikan masalah jangka panjang seperti masalah banjir, permukiman kumuh

    dan persampahan, menghubungkannya dengan realisasi misi ketiga, yaitu

    memastikan kota. Pasokan perumahan bagi penghuni dan perumahan umum yang

    terjangkau. Untuk mengatasi banjir, pemerintah perlu melakukan normalisasi

    sungai.

    Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memindahkan

    pemukiman penduduk di cekungan dan menyediakan hunian masyarakat yang

    memadai dengan membangun apartemen. Pada tugas keempat, insan cerdas budaya

    akan membentuk budaya masyarakat perkotaan yang toleran dan memiliki

    kesadaran untuk menjaga kota. Karenanya, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama

    dengan beragam budaya lain untuk mengembangkan budaya Betawi. Oleh karena

  • 55

    itu, Jakarta diharapkan berkembang menjadi kota modern dan tidak meninggalkan

    budaya asli daerahnya serta memelihara toleransi di antara semua lapisan

    masyarakat. Meningkatkan pelayanan untuk mencapai indikator smart governance

    yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan berorientasi pada

    pelayanan publik.Ini merupakan tugas kelima DKI Jakarta sesuai RPJMD 2013-

    2017.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai tugas ini. Beberapa di

    antaranya adalah meningkatkan layanan perizinan dan non-izin melalui layanan

    terpadu satu pintu (PTSP), layanan pendidikan melalui kartu Jakarta pintar (KJP),

    dan bantuan yang diberikan oleh asuransi kesehatan nasional untuk meningkatkan

    akses layanan medis. Coba raih lima tugas ini dalam empat tahun pemerintahan.

    Waktu untuk menciptakan Jakarta baru sangat singkat. Oleh karena itu, upaya

    tersebut akan terus dilanjutkan untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik bagi

    seluruh warganya.

    Sumber: http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/

    GAMBAR II.12 FOKUS UNITS SMART CITY JAKARTA

    Portal Jakarta Smart City (JSC) adalah salah satu website milik Kota Jakarta

    yang menampilkan data dan informasi yang dapat diakses publik. Keberadaan

    portal tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan

    transparansi yang terbukti dengan melakukan sentralisasi dan integrasi semua data

    dalam satu wadah. Alamat portal Smart City adalah smartcity.jakarta.go.id, terdapat

    http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/

  • 56

    informasi mengenai konsep JSC, informasi event, penelitian terkait JSC, dan peta

    yang dilengkapi representasi data didalamnya.

    JSC memberikan ruang baru bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

    pembangunan Jakarta Baru melalui aplikasi dan website yang bahkan dapat diakses

    melalui telepon genggam. Masyarakat dapat melaporkan permasalahan melalui

    aplikasi Qlue yang kemudian pejabat serta instansi terkait dapat segera

    menindaklanjutinya. Masyarakat juga dapat memantau kinerja aparatur pemerintah

    melalui website atau SMS Gubernur. Modifikasi fungsi SMS Gubernur telah

    dilakukan agar dapat dikelola dengan menggunakan komputer, sehingga laporan

    yang masuk dari masyarakat dapat dilacak lebih efektif dan memungkinkan lebih

    banyak orang untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan dan pemrosesan laporan.

    Selama ini pengembangan JSC telah mendorong interaksi lebih lanjut antara

    pemerintah dan masyarakat. Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada

    seluruh masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam membangun atau membantu

    mengembangkan solusi permasalahan di Jakarta. Departemen manajemen JSC

    tidak hanya bertanggung jawab atas keseluruhan konsep Smart City Jakarta, tetapi

    juga bertanggung jawab atas kinerja dan peluncuran produk serta promosi

    departemen implementasi Jakarta Smart City. Publikasi tersebut memuat flagship

    plan Pemprov DKI Jakarta yang menyebutkan enam indikator Smart City. Hal ini

    dilakukan agar publik mengetahui upaya dan pengembangan Pemprov DKI Jakarta

    untuk mencapai tujuan Smart City. Publikasikan dan promosikan secara online dan

    offline. Departemen implementasi JSC menerbitkan konten secara online melalui

    saluran media sosial, mulai dari penelitian, foto, infografis hingga audio dan video.