BAB 2 Tugas Mandiri BO

download BAB 2 Tugas Mandiri BO

of 17

description

BO

Transcript of BAB 2 Tugas Mandiri BO

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1Latar Belakang

Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva mayor dan minor.Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis, submandibula dan sublingual.Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan terletak di rongga mulut.Kelenjar saliva mayor berkembang pada minggu ke-6 sampai ke-8 kehidupan embrio dan berasal dari jaringan ectoderm oral serta endoderm nasofaring dan membentuk sistem tubuloasiner sederhana.Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk membantu pencernaan, mencegah mukosa dari kekeringan, memberikan perlindungan pada gigi terhadap karies, serta mempertahankan homeostasis (Tamin, 2011).Kelenjar saliva mayor terdiri atas kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual.Ketiganya memiliki peran masing-masing dalam suplai saliva secara keseluruhan (whole-mouth saliva) dalam rongga mulut.Selain itu, ketiga kelenjar tersebut memiliki struktur anatomi dan histologi, inervasi saraf, serta perkembangan yang berbeda. Sebagai salah satu organ dalam tubuh manusia, kelenjar saliva juga memiliki kemungkinan terserang penyakit di mana antara satu kelenjar dengan kelenjar yang lain mempunyai tingkat kerentanan terhadap penyakit yang berbeda pula.

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar terkecil dari tiga kelenjar saliva mayor dan merupakan kelenjar campur yang didominasi elemen mukus.Kelenjar sublingual berada di antara otot hyoglossus dan mylohyoid dan berlawanan dengan fossa sublingual pada mandibular.Kelenjar sublingual diinervasi oleh saraf parasimpatis yang berasal dari korda timpani yang merupakan cabang nervus fasial (N. VII).Perkembangan kelenjar sublingual dimulai pada minggu kedelapan kehamilan.Kelenjar sublingual, seperti kelenjar saliva lainnya, berkontribusi dalam saliva secara keseluruhan.Karena lebih didominasi sel-sel asini mukus, saliva yang dihasilkan oleh kelenjar sublingual mengandung glikoprotein yang lebih banyak sehingga bersifat lebih kental.Dibandingkan dengan kelenjar saliva mayor lainnya, kelenjar sublingual memiliki kerentanan yang cukup rendah terhadap penyakit (Berkovitz et al, 2011; Tamin, 2011; Tucker, 2010).

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2. 1Kelenjar Saliva Secara Umum

2.2Struktur Anatomi Kelenjar SublingualKelenjar sublingual adalah kelenjar terkecil dari tiga kelenjar saliva mayor. Beratnya hanya sekitar 2-4 gram. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar campur yang didominasi elemen mukus. Kelenjar sublingual bukan merupakan unit tunggal seperti kelenjar parotis dan submandibular, namun tersusun atas satu segmen besar (kelenjar sublingual mayor) dengan duktus utama yang tergabung dengan duktus submandibular atau mengalirkanlangsung ke papilla sublingual, dan sekelompok campuran kelenjar saliva minor, terdiri dari 8-30 kelenjar, masing-masing memiliki sistem duktusnya sendiri untuk mengosongkan ke lipatan sublingual di dasar mulut. Kelenjar sublingual mayor merupakan kelenjar campur dengan dominasi elemen mukus.Kelenjar sublingual berada di antara otot hyoglossus dan mylohyoid dan berlawanan dengan fossa sublingual pada mandibular (Berkovitz et al, 2011; Witt, 2005).Kelenjar sublingual menyediakan hanya 10% dari total volume saliva Saliva dari kelenjar sublingual adalah saliva campuran, tapi yang paling terbanyak adalah sekresi mukosa. Duktus kecil yang berhubungan dengan kelenjar terkadang bergabung untuk membentuk sublingual duct atau Bartholins Duct. Sublingual duct kemudian terbuka secara langsung kedalam rongga mulut melalui pembukaan yang sama dengan submandibular duct, sublingual caruncle. Sublingual caruncle adalah papila kecil yang berada di dekat garis tengah dari dasar mulut pada tiap sisi dari lingual frenum. Duktus kecil lainnya dari kelenjar membuka sepanjang sublingual fold atau plica sublingualis, lipatan jaringan di tiap sisi dari dasar mulut (Fehrenbach, 2007).

Gambar 1.Lokasi kelenjar saliva mayor (Tucker, 2010).Kelenjar sublingual terletak di dalam sublingual fossa pada celah sublingual fascial di dasar mulut. Kelenjar ini terletak pada superior dari otot mylohyoid dan di medial dari tubuh mandibula. Kelenjar sublingual juga terletak di anterior dari kelenjar mandibula. Kelenjar ini dapat dengan mudah dipalpasi dari atas dasar mulut di posterior pada tiap gigi caninus rahang bawah. Dengan menempatkan satu jari telunjuk secara intraoral dan ujung jari dari tangan yang satunya secara extraoral, kelenjar yang padat dipalpasi secara manual (Fehrenbach, 2007).Kelenjar sublingual berbentuk globular, merupakan kelenjar yang kompak dengan cabang epitel yang tersusun padat sehingga akhiran sekretori distal saling bersentuhan, memberikan gambaran segerombolan anggur atau almond.Kelenjar sublingual sering dapat dipalpasi pada dasar mulut karena letaknya yang superfisial, hanya dilapisi oleh lapisan tipis mukosa oral.Tidak seperti kelenjar parotis dan submandibular, kelenjar sublingual tidak memiliki kapsul fascial sejati (Harrison et al, 2009; Tucker, 2010; Witt, 2005).

Gambar 2.Kelenjar saliva mayor (Hollins, 2012).

Kelenjar sublingual tidak memiliki duktus tunggal yang dominan.Sebagai gantinya, saliva dialirkan oleh kurang lebih sepuluh duktus kecil (duktus Rivinus), yang keluar dari aspek superior kelenjar dan membuka di sepanjang lipatan sublingual pada dasar mulut.Kelenjar sublingual juga mensekresi saliva ke dasar mulut melalui duktus Bartholin yang terletak dekat duktus Wharton, bersebelahan dengan gigi insisif bawah.Duktus Wharton bersama dengan nervus lingual melalui area di antara kelenjar sublingual dan otot genioglossus.Suplai arteri pada kelenjar ini berasal dari cabang sublingual dari arteri lingualis dan cabang submental dari arteri fasialis.Aliran vena berkebalikan dengan suplai arteri, sedangakan aliran limfatik menuju ke nodul submandibular (Harrison et al, 2009; Hollins, 2012).

Gambar 3.Letak kelenjar sublingual di dasar mulut (Witt, 2005).2.3Histologi Kelenjar Sublingual

Kelenjar sublingual merupakan kelenjar campur dengan akhiran yang banyak mensekresi mukus.Hal ini disebabkan kelenjar sublingual terutama (sekitar 80% atau lebih) tersusun atas asini mukus.Beberapa diselubungi serous demilune.Sistem duktus kurang berkembang dengan baik dibanding pada kelenjar saliva mayor lainnya dan striated duct biasanya tidak ditemukan. Asini kadang mengarah pada intercalated duct, namun asini ini mungkin tidak ditemukan dan langsung mengarah pada collecting duct, yang biasanya kaya akan mitokondria namun kekurangan striasi atau goresan basal yang merupakan ciri striated duct. Saliva yang berasal dari kelenjar sublingual kaya akan natrium. Kelenjar sublingual mayor biasanya mengalirkan saliva ke duktus utama, dan kelenjar sublingual minor mengalirkannya melalui banyak duktus yang lebih kecil (Berkovitz et al, 2011; Garant, 2003).Gambar 4 menunjukkan kelenjar sublingual pada perbesaran rendah. Asini mukus (mucous acini = MA) terlihat jelas karena berwarna lebih muda. Pemeriksaan yang penting dari asini mukus pada perbesaran yang relatif rendah ini menunjukkan bahwa asini mukus tidak berbentuk sferis, namun memanjang atau berbentuk tubular dengan kantung yang bercabang di bagian luar.Selain itu, asini berukuran agak besar dan kebanyakan tidak terlihat pada bidang potongan tunggal (Ross, 2006).Komponen serous dari kelenjar sebagian besar terdiri demilune, namun kadang terdapat asini serous.Beberapa serous demilune dapat dipotong pada suatu bidang yang tidak termasuk komponen mukus dari asini, sehingga memperlihatkan gambaran asini serous saja (Ross, 2006).

Duktus kelenjar sublingual yang paling sering ditemukan pada potongan adalah duktus intralobularis. Duktus intralobularis hampir sama dengan striated duct pada kelenjar submandibular dan parotis namun memiliki sedikit perluasan lipatan basal dan susunan mitokondria yang membentuk striasi atau goresan. Salah satu duktus intralobularis (InD) terlihat pada Gambar 4 (kanan atas).Daerah di dalam persegi termasuk bagian dari duktus ini dan ditunjukkan dengan perbesaran yang lebih besar pada Gambar 5 (Ross, 2006).

Gambar 4. Kelenjar sublingual manusia, pewarnaan HE, perbesaran 160x. (MA = mucous acini, InD = intralobular duct) (Ross, 2006).

Pada Gambar 5, perhatikan bahwa pada bidang potongan lumen asini mukus (MA) (kanan atas) terlihat bergabung dengan intercalated duct (ID). Perbatasan antara asini dengan permulaan intercalated ductditandai dengan anak panah. Intercalated duct tersusun atas epitel kolumnar atau pipih yang mirip dengan yang terdapat pada kelenjar saliva lainnya. Intercalated duct pada kelenjar sublingual sangat pendek sehingga sulit ditemukan. Intercalated duct yang terlihat pada Gambar 5 bergabung dengan satu atau lebih intercalated duct lainnya menjadi duktus intralobularis (InD), yang ditandai dengan epitel kolumnar dan lumen yang relatif besar. Titik peralihan dari intercalated ductke duktus intralobularis tidak terlihat pada Gambar 5 karena dinding duktus hanya terlihat tipis dan bentuk sel tidak dapat ditentukan (Ross, 2006).

Pemeriksaan asini pada perbesaran yang lebih besar menunjukkan gambaran serous demilune (SD).Perhatikan bahwa serous demilune membentuk tambahan bentukan seperi tudung (caplike) pada akhiran mukus. Gambaran sitologis dari sel mukus (mucous cells = MC) dan sel serous pada dasarnya sama dengan kelenjar submandibular. Daerah yang terlihat pada perbesaran yang lebih besar juga menunjukkan kluster sel yang terjebak dan mirip dengan asini serous. Diperkirakan bahwa sel tersebut sebenarnya adalah sel mukus yang terpotong pada bidang paralel dari dasarnya dan tidak mencakup sel yang mengandung mucinogen, atau sel tersebut sedang dalam fase di mana setelah terjadi penurunan jumlah granula, produksi granula mucinogen yang baru belum cukup untuk memberi gambaran sel mukus yang kosong (Ross, 2006).

Ciri tambahan yang penting dari stroma jaringan ikat adalah adanya sejumlah limfosit dan sel plasma.Beberapa sel plasma ditandai dengan panah.Sel plasma berhubungan dengan produksi sIgA dan terdapat pada kelenjar saliva lainnya (Ross, 2006).

Gambar 5. Kelenjar sublingual manusia, pewarnaan HE, perbesaran 400x. (MA = mucous acini, MC = mucous cells, InD = intralobular duct, ID = intercalated duct, SD = serous demilune, panah = sel plasma, anak panah = batas asini dan permulaan intercalated duct) (Ross, 2006).2. 4Inervasi Kelenjar SublingualKelenjar saliva diinervasi oleh serabut saraf postganglionic pada bagian simpatik dan parasimpatik di sistem persarafan otonom. Tergantung dari kelenjarnya, serabut saraf simpatik perganglion berasalal dari dalam pusat salivasi superior dan inferior di batang otak dan berjalan melalui persarafan kepala saraf nomor 7 (facial) dan saraf nomor 9 (glossopharyngeal) ke submandibula dan otic ganglia, dimana mereka bersinapsis dengan saraf postganglion yang mengirim axon menuju ke kelanjar melalui lingual dan saraf auriculotemporal. Saraf simpatis preganglion berasal dari dalam spinal cord, bersinapsis dengan saraf-saraf postganglion di dalam superior cervical ganglion dan mencapai kelencar dengan perantara arteri (Nanci, 2008). Inervasi saraf parasimpatis pada kelenjar sublingual berasal dari korda timpani yang merupakan cabang nervus fasial.Serat preganglion dibawa melalui nervus lingual ke ganglion submandibula.Serat postganglion melewati ganglion ini ke kelenjar submandibula dan sublingual (Berkovitz et al, 2011).Serabut saraf simpatis yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan berjalan bersama dengan arteri yang mensuplai kelenjar saliva.Serabut saraf simpatis berjalan bersama dengan arteri fasialis yang memperdarahi kelenjar sublingual. Saraf ini menstimulasi kelenjar saliva untuk menghasilkan sekret kental yang kaya akan kandungan organik dan anorganik, sehingga tipe saliva yang dihasilkan oleh kelenjar sublingual adalah mukus dengan volume sampai 10% (Hollins, 2012; Tamin, 2011).

Suplai sekretomotor kelenjar sublingual berasal dari ganglion parasimpatis submandibular.Ganglion ini, bersama dengan nervus lingual, terletak pada otot hyoglossus pada dasar mulut di atas bagian dalam kelenjar submandibular.Serat preganglion parasimpatis yang menuju ke ganglion berasal dari nukleus salivatoris superior di batang otak dan berjalan bersama nervus intermedius dari nervus fasial, juga cabang korda timpaninya, untuk mencapai nervus lingual di fossa infratemporal.Serat preganglion sampai ke ganglion submandibular melalui nervus lingual.Akar simpatis ganglion berasal dari serat postganglion dari ganglion servikal superior dan mencapai ganglion submandibular melalui pleksus di sekitar arteri fasialis.Akar sensoris berasal dari nervus lingual.Serat parasimpatis postganglion (bersama serat simpatis dan sensoris) mencapai kelenjar sublingual setelah memasuki kembali nervus lingual (Berkovitz et al, 2011).2. 5Perkembangan Kelenjar Sublingual

Masih terdapat perdebatan mengenai teori pembentukan kelenjar sublingual, apakah berasal dari perkembangan jaringan ektodermal atau endodermal.Dengan tidak adanya penanda (marker) endodermal, sulit disimpulkan bahwa kelenjar sublingual berasal dari jaringan tersebut.Namun kelenjar saliva mayor umumnya digolongkan sebagai organ ektodermal, bersama dengan kelenjar eksokrin lainnya seperti kelenjar mammaria, keringat, dan sebasea, serta organ seperti gigi, rambut, dan kuku.Semua organ ektodermal berkembang dari dua jaringan yang berdekatan dari sumber embrionik yang berbeda, yaitu jaringan epitel dan mesenkim.Perkembangan organ ektodermal melalui proses interaksi yang konstan, bertahap, dan berulang antara kedua jaringan tersebut yang ditranslasikan pada level molekuler dengan pengiriman sinyal molekul, yang mengatur proliferasi, pergerakan, dan diferensiasi sel. Walaupun organ ektodermal memililki keragaman yang signifikan pada bentuknya, mekanisme molekuler yang terlibat dalam perkembangannya menunjukkan kesamaan (Tucker, 2010).

Pada manusia, kelenjar sublingual mulai berkembang sekitar minggu kedelapan kehamilan. Perkembangan kelenjar sublingual dimulai sehari setelah fase pra-tunas (prebud stage) kelenjar submandibular yaitu pada hari ke-12,5 embrional (E12.5), ditandai dengan penebalan epitel oral yang terletak di sebelah kelenjar submandibular pada sisi bukal (Gambar 3, bagian tengah). Duktus ekskretoris utama pada kelenjar sublingual membuka di dasar mulut pada sublingual caruncle, lipatan mukosa yang terletak di belakang insisif rahang bawah. Kelenjar sublingual mencapai awal fase tunas (bud stage) sehari setelah kelenjar submandibular, yaitu pada hari ke-13,5 embrional (E13.5) (Gambar 3, bagian bawah). Epitel kelenjar sublingual tidak membentuk kondensasi mesenkim yang terpisah, namun menembus dasar kapsul kelenjar submandibular (Gambar 3, bagian tengah) (Tucker, 2010).

Gambar 6. Perkembangan kelenjar sublingual (SL) dibandingkan dengan kelenjar submandibular (SM).Mesenkim yang terkondensasi digambarkan dengan warna abu-abu tua di sekitar dasar epitel kelenjar saliva (Tucker, 2010).2. 6Sistem Limfatik Kelenjar SublingualKelenjar mengalir kedalam lymph node submandibula (Fehrenbach, 2007). Sekresi yang cepat dan berkelanjutan saliva, yang merupakan 99% air, memerlukan suplai darah yang luas untuk kelenjar ludah. satu atau lebih arteri memasuki kelenjar dan menimbulkan arteri kecil dan arteriol yang cenderung mengikuti jalan saluran sekretori. dalam beberapa spesies dan saluran timbul dari arteri terpisah, sedangkan pada spesies lain sistem portal vena menghubungkan jaringan kapiler sekitar dan potongan dengan sekitar saluran. sebuah pleksus kapiler yang luas, juga timbul dari arteriol terpisah, ada di sekitar saluran ekskretoris. kembalinya pembuluh vena, kecuali seperti yang tercantum sebelumnya, umumnya mengikuti suplai arteri. Namun, anastomosis arteriovenosa terjadi di beberapa kelenjar. dengan meningkatnya aliran darah selama sekresi, lebih banyak darah dialihkan melalui anastomosis ini, sehingga tekanan vena dan kapiler meningkat. hasil peningkatan filtrasi cairan di endotelium kapiler memberikan cairan yang diperlukan untuk mempertahankan sekresi (Nanci, 2008)2.7 Saliva Kelenjar Sublingual dan Kontribusinya terhadap Saliva Secara KeseluruhanSaliva mencakup sekresi semua kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva berfungsi membasahi makanan yang kering untuk membantu penelanan, melarutkan dan menahan kandungan makanan yang menstimulasi indra pengecap (taste buds) secara kimia, sebagai penyangga(buffer) kandungan dalam rongga mulut melalui konsentrasi ion bikarbonat yang tinggi, mencerna karbohidrat dengan enzim pencernaan -amilase (yang memecah ikatan 1-4 glikosida dan melanjutkan kerjanya di esofagus dan lambung), dan mengendalikan bakteri flora rongga mulut karena memiliki enzim antibakteri (lisozim). Saliva merupakan sumber ion kalsium dan fosfat yang penting bagi pertumbuhan normal dan perbaikan gigi.Saliva juga mengandung antibodi, terutama sIgA.Salivasi merupakan bagian dari refleks yang secara normal distimulasi oleh pencernaan makanan, walaupun penglihatan, penciuman, bahkan pikiran tentang makanan juga dapat merangsang salivasi (Ross, 2006).Saliva mengandung berbagai macam protein dan glikoprotein, termasuk protein serum -globulin, albumin, dan / globulin.Protein saliva tersebut memiliki fungsi lubrikasi pada saliva, proteksi antimikroba, dan penting dalam menjaga kesehatan jaringan mukosa.Secara umum, kelenjar sublingual mensintesis dan mensekresi glikoprotein yang lebih banyak daripada protein, sehingga saliva yang dihasilkan memiliki kandungan karbohidrat yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan secara histologis dengan adanya sel-sel asini mukus pada kelenjar sublingual, yaitu droplet sekretori yang kaya akan mucin sehingga saliva yang dihasilkan lebih kental. (Berkovitz et al, 2011; Tamin, 2011).

Kelenjar sublingual, seperti kelenjar saliva lainnya, berkontribusi dalam saliva secara keseluruhan (whole-mouth saliva).Tidak hanya kelenjar saliva yang berbeda yang dapat menghasilkan komposisi dan volume saliva yang bervariasi sesuai dengan stimulus yang diberikan, namun satu kelenjar juga dapat mensekresi saliva yang berbeda.Oleh karena itu, saliva secara keseluruhan dapat bervariasi dari segi volume dan komposisi bergantung pada jenis, amplitudo, dan durasi stimuli yand diberikan (Berkovitz et al, 2011).

Kecepatan rata-rata aliran saliva secara keseluruhan dalam keadaan istirahat adalah 0.3 0.22 ml/menit, sedangkan saat distimulasi kecepatan rata-ratanya akan meningkat sampai1.7 2.1 ml/menit. Kecepatan aliran per hari umumnya antara 500 sampai 1000 ml. Kontribusi kelenjar saliva pada saliva secara keseluruhan berbeda-beda bergantung pada keadaan kelenjar tersebut, apakah dalam keadaan istirahat atau distimulasi. Kelenjar sublingual, bersama kelenjar saliva minor, mensuplai sekitar15-20% saliva baik dalam keadaan istirahat maupun distimulasi (Berkovitz et al, 2011).2. 8 Kandungan Protein dan Glikoprotein Kelenjar Saliva Saliva mengandung berbagai protein dan glikoprotein, termasuk protein serum -globulin, albumin dan globulin / . Protein yang disintesis dalam kelenjar adalah IgA (analog dengan protein serum); enzim, termasuk amilase, lisozim, peroksidase; kallikrein dan sejumlah kecil banyak lainnya (misalnya asam fosfatase, RNAase, cholinesterase, lipase); glikoprotein yang berkontribusi terhadap viskositas saliva, meningkatkan dan memfasilitasi pelumas dan agglutinating properti; berbagai N-mengandung senyawa kecil. Secara umum, kelenjar parotid akan mensintesis protein lebih dari glikoprotein, sehingga saliva parotis memiliki kandungan karbohidrat yang lebih rendah, sedangkan kelenjar submandibula dan sublingual mensintesis dan mengeluarkan jumlah yang lebih besar dari glikoprotein dari protein, dan saliva dari kedua kelenjar ini lebih tingg berisi karbohidrat. Hal ini diamati secara histologis, di mana kelenjar parotid berisi butiran sekretori yang banyak (kaya protein) tapi tidak ada sekresi granula (kaya akan mucin), yang terdapat dalam kelenjar submandibula dan sublingual (Berkovitz et al, 2011).

2.9Penyakit pada Kelenjar SublingualKelenjar sublingual memiliki angka kejadian penyakit yang lebih rendah dibandingkan kelenjar parotis dan submandibular.Hal ini dibuktikan dengan angka frekuensi terjadinya tumor pada kelenjar sublingual yang sangat rendah, yaitu menunjukkan angka 1.Sementara dua kelenjar saliva mayor lainnya memiliki frekuensi yang lebih tinggi, yaitu 100 pada kelenjar parotis dan 10 pada kelenjar submandibular.Namun risiko terjadinya keganasan pada tumor kelenjar sublingual tetap ada (Tucker, 2010).Penyakit kelenjar saliva lainnya yang mungkin terjadi pada kelenjar sublingual adalah sialolitiasis, yaitu terdapatnya batu pada kelenjar saliva.Angka kejadian terdapatnya batu pada kelenjar sublingual hanya 1%. Sementara angka kejadian tertinggi adalah pada kelenjar submandibular, yaitu sekitar 80%, dan 20% terjadi pada kelenjar parotis. Salah satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan terbentuknya batu adalah penyakit gout, dengan batu yang terbentuk mengandung asam urat.Kebanyakan, batu pada kelenjar saliva mengandung kalsium fosfat, sedikit mengandung magnesium, amonium, dan karbonat.Batu kelenjar saliva juga dapat berupa matriks organik, yang mengandung campuran antara karbohidrat dan asam amino.Gejala yang dirasakan pasien adalah terdapat bengkak yang hilang timbul disertai dengan rasa nyeri. Dapat teraba batu pada kelenjar yang terlibat (Tamin, 2011).BAB 3PETA KONSEP

BAB 4

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Kelenjar sublingual adalah kelenjar terkecil dari tiga kelenjar saliva mayor dan merupakan kelenjar campuran. Kelenjar sublingual terletak di dalam sublingual fossa pada celah sublingual fascial di dasar mulut. Sebagian besar kelenjar sublingual terdiri dai acini mucous. Saluran utama dari kelenjar sublingual adalah rivinus duct yang diliputi oleh epitel berderet silindris dan bermuara pada dasar mulut disamping Whartons duct. Pada kelenjar sublingual sedikit ditemukan saluran intralobularis, dimana tidak ada intercalated duct dan striated duct yang sukar ditemukan. Di kelenjar sublingual acini serous ditemukan dalam bentuk serous demilune of giannuzi. Penyakit kelenjar saliva lainnya yang mungkin terjadi pada kelenjar sublingual adalah sialolitiasis, yaitu terdapatnya batu pada kelenjar saliva.DAFTAR PUSTAKABerkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. 2011.Master Dentistry: Oral Biology.3rd Edition.Volume 3. London: Churchill Livingstone Elsevier. p. 70-71, 80, 82, 85.Garant PR. 2003.Oral Cells and Tissues.Chicago: Quintessence Books. p. 254.Harrison LB, Sessions RB, Hong WK. 2009.Head and Neck Cancer: A Multidisciplinary Approach.3rd Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.p. 591.Hollins C. 2012. Basic Guide to Anatomy and Physiology for Dental Care Professionals.Oxford: Wiley-Blackwell. p. 167-168, 170.

Ross MH, Pawlina W. 2006. Histology: A Text and Atlas.5th Edition. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins. p. 516-517.

Tamin S, Yassi D. 2011.Penyakit kelenjar saliva dan peran sialoendoskopi untuk diagnostik dan terapi.ORLI Vol. 41 No. 2.Hal. 97.

Tucker AS, Miletich I. 2010.Salivary Glands: Development, Adaptations, and Disease. Basel: Karger. p. 4-5, 8, 11-12.

Witt RL. 2005. Salivary Gland Diseases: Surgical and Medical Management. New York: Thieme Medical Publishers, Inc. p. 14.Nanci, Antonio .2008. Oral Histology: Development, Structure and Function. Mosby elsevier : CanadaFehrenbach, Margareth J. & Herring, Susan W. 2007. Anatomy of the Head and Neck. Saunders elsevier: Canada

16