BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

30
8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi Teman Sebaya Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya. Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010). Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Teman Sebaya

1.1. Defenisi Teman Sebaya

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan,

sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock

(2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja

yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari

beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah

hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama

serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau

lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan

antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan

untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati,

kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010). Dengan

berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung

seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan

temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya

hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan

ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya.

Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku

teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok

sebaya, remaja berusaha menemukan konsep dirinya. Disini ia dinilai oleh teman

sebayanya tanpa memerdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya

memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi di mana

nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan

oleh teman seusianya (Depkes, 2012).

1.2. Karakteristik Berteman

Adapun karakteristik dari berteman (Parlee dalam Siregar, 2010) adalah

sebagai berikut :

1. Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman

2. Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka

3. Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan

kesenangan individu

4. Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat keputusan yang baik

5. Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman dan mereka juga

melakukan hal yang demikian

6. Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat

pribadi kepada teman

7. Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan

baik seperti apa adanya individu

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

10 

8. Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat

teman

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berteman

terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus

dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling

membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas.

1.3. Peran Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan

sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila

diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila

dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja,

pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari teman

sebaya adalah :

a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.

b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.

c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri.

Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja

mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara simetris. Bagi beberapa

remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa

kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui

bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

11 

yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya

memberikan sebuah dunia tempat para remaja melakukan sosialisasi dalam

suasana yang mereka ciptakan sendiri (Piaget dan Sullivan dalam Santrock, 2007).

1.4. Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa ada

enam fungsi perteman yaitu :

1. Berteman (Companionship)

Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk

menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama

melakukan suatu aktivitas.

2. Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition)

Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk

mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam

situasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi

yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar

berkembang dengan baik.

3. Dukungan Fisik (Physicial Support)

Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan

menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang

menghadapi suatu masalah.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

12 

4. Dukungan Ego

Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi

seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan

ditanggung oleh orang lain (temannya).

5. Perbandingan Sosial (Social Comparison)

Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk

mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian

seseorang.

6. Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection)

Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu

sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk

menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan

menghormati keberadaan orang lain.

1.5. Aspek Perkembangan Remaja

Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture. Konsep

nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan.

Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan

karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak

semua remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut

tergantung pada pola asuh dan lingkungan di mana remaja itu tinggal (Kusmiran,

2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

13 

1.6. Perkembangan Sosial

Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan perilaku dewasa

merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat

menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran

anak-anak. Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa

di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

1.7. Kuatnya Teman Sebaya

Keinginan menjadi mandiri akan timbul dari dalam diri remaja. Salah satu

bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh

orangtua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua.

Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris, kebinggungan

peran dan lain-lain, seseorang menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman

sebayanya dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika

tingkah laku dan norma/aturan-aturan yang dipegang banyak dipengaruhi oleh

kelompok sebayanya. Namun, tampaknya remaja sangat bergantung pada teman

sebayanya, pada remaja sendiri terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin

membuktikan kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi di

sisi lain mereka masih tergantung kepada orangtuanya.

Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya ketika menghadapi

masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu yang berkaitan dengan masa

depannya yang berakibat jangka panjang. Hal ini merupakan bentuk

ketergantungan remaja kepada orangtua. Ketergantungan pada teman sebaya lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

14 

mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan

lingkungan (misalnya tingkah laku/kebiasaan sehari-hari, kesukaan, aktivitas yang

dipilih, gaya bahasa dan lainnya).

Namun, perilaku mengikuti kelompok akan semakin berkurang sesuai dengan

bertambahnya kematangan karena remaja semakin ingin menjadi individu yang

mandiri dan unik serta lebih selektif dalam memilih sahabat.

Tingkat konformitas remaja dengan kelompok sebayanya bervariasi menurut

kualitas relasi yang terjadi dalam keluarga. Remaja yang berasal dari keluarga

yang terlalu hangat, memberikan perlindungan dan keamanan secara berlebihan,

melibatkan emosi yang sangat kuat cenderung memengaruhi remaja menjadi

malas menjalin ikatan lain di luar keluarga atau mengalami kesulitan dalam

berinteraksi di lingkungan selain keluarganya. Umumnya remaja ini lebih senang

menyendiri atau bergaul dengan orang-orang tertentu saja, ada juga yang menjadi

minder dan sulit berinteraksi dengan sebayanya. Sementara keluarga yang tidak

memberikan kehangatan dan ikatan emosi kepada anak, cenderung memengaruhi

remaja berusaha keras mengikatkan diri pada lingkungan lain (yang berarti

baginya) dan secara penuh mengikuti aturan kelompok tersebut (tanpa

membedakan mana tingkah laku yang salah atau benar).

Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar yang

tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan positif dapat membantu

anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Ia mampu

menentukan kapan ia harus mengikuti kelompoknya dan kapan harus menolak

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

15 

ajakan dari teman sebayanya sehingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan

teman sebaya untuk melakukan hal-hal negatif.

Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan :

a. Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar.

b. Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin.

c. Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang lebih

baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga mengembangkan

kemampuan sosial yang mendorongnya lebih percaya diri dan aktif dalam

aktivitas sosial.

d. Berkurangnya prasangka dan diskriminasi, mereka cenderung tidak

mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan

pribadinya.

1.8. Aspek-aspek Kualitas Pertemanan

Menurut Mappiare dalam Handayani, 2006 aspek-aspek kualitas pertemanan

adalah sebagai berikut :

a. Pengakuan dan Saling Menjaga

Yaitu remaja diakui teman, adanya perilaku saling menjaga, mendukung

dan saling memberi perhatian.

b. Terjadinya Konflik

Yaitu munculnya perbedaan atau perselisihan faham hal-hal yang

membangkitkan kemarahan dan ketidakpercayaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

16 

c. Pertemanan dan Rekreasi

Yaitu menghabiskan waktu bersama-sama teman, baik di luar maupun di

dalam lingkungan sekolah.

d. Membantu dan Memberi Petunjuk

Yaitu usaha seorang teman untuk membantu temannya yang lain dalam

menyelesaikan tugas rutin yang menantang.

e. Berbagi Pengalaman dan Perasaan

Yaitu adanya saling keterbukaan akan perasaan pribadi, berbagi

pengalaman diantara remaja dan temannya.

f. Pemecahan Konflik

Yaitu munculnya perdebatan atau perselisihan faham dan adanya jalan

keluar pemecahan masalah secara baik dan efisien.

2. Masa Pubertas

2.1. Defenisi Masa Pubertas

Bawaan pubertas bukanlah suatu insiden lingkungan, kemunculan pubertas

telah diprogram di dalam gen setiap manusia (Adair dalam Santrock, 2010).

Pubertas tidak berlangsung di usia 2 atau 3 tahun maupun di usia 20-an. Di masa

depan, studi genetik molekuler mungkin dapat mengidentifikasi gen-gen spesifik

yang berkaitan dengan muncul dan berkembangan pubertas. Meskipun demikian,

faktor-faktor lingkungan juga turut mempengaruhi kemunculan dan lamanya masa

pubertas yang pada sebagian individu berlangsung antara usia 9 hingga 16 tahun

ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

17 

Menurut Salzman, remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung

(dependence) terhadap orangtua kearah kemandirian (independence), minat-minat

seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu

moral (Yusuf, 2004). Batasan masa remaja meliputi; remaja awal : 12-15 tahun,

remaja madya : 15-18 tahun, dan remaja akhir : 19-22 tahun (Konopka dalam

Yusuf, 2004).

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”

yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah

bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI

adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10-19

tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu

periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa

pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik

(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini

umumnya membinggungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi

para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan,

dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan

tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, sehingga kelak

remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

18 

sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan

dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan

remaja sehingga diperlukan perhatian khusus (Yani, 2010).

Sebelum mencapai masa remaja, individu telah mengalami serangkaian-

serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman. Tidak ada anak

perempuan atau anak laki-laki yang memasuki masa remaja dalam bentuk daftar

kosong, yang hanya memiliki kode genetik yang akan menentukan berbagai

pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun kombinasi antara faktor keturunan,

pengalaman masa kanak-kanak dan pengalaman masa remaja, menentukan

rangkaian perkembangan remaja. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri

memasuki masa dewasa. Sebetulnya, masa depan dari seluruh budaya tergantung

pada seberapa efektifnya pengasuhan itu (Larson dkk, 2002).

Pandangan lama mengatakan bahwa masa remaja merupakan satu-satunya

periode transisi menuju dunia dewasa. Pendekatan baru menekankan variasi

transisi dan peristiwa yang menentukan periode tersebut seperti halnya waktu dan

urutannya (Larson ; Sarigiani dan Peterson dalam Santrock, 2007). Sebagai

contoh, peristiwa pubertas dan peristiwa sekolah dipandang sebagai transisi pokok

yang menandai masuknya masa remaja, menamatkan sekolah atau bekerja purna-

waktu untuk pertama kalinya merupakan peristiwa transisi pokok yang menandai

berakhirnya masa remaja dan masuknya orang ke masa dewasa.

Kini, para ahli berkembang tidak lagi percaya bahwa perubahan itu berakhir di

masa remaja (Batles; Demick dan Andreoletti; Overton; Santrock, 2006). Ingatlah

bahwa perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses seumur hidup. Masa

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

19 

remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu

periode perkembangan yang yang tidak berkaitan dengan periode-periode lainnya.

Meskipun para remaja memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi

selama masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman di masa

kanak-kanak maupun masa dewasa.

2.2. Perubahan Fisik Wanita pada Masa Remaja

Pubertas tidak sama dengan remaja, bagi sebagian besar di antara kita, masa

pubertas berakhir jauh sebelum masa remaja selesai. Meskipun demikian, masa

pubertas merupakan awal penting yang menandai masa remaja. Pubertas (puberty)

adalah sebuah periode di mana kematangan fisik berlangsung pesat, yang

melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa

remaja awal (Santrock, 2007).

Perubahan fisik yang terjadi di antaranya timbul proses pematangan organ

reproduksi, selain itu juga terjadi perubahan secara psikologis. Salah satu tanda

yang khas pada remaja adalah terjadinya pubertas. Pubertas pada anak perempuan

akan muncul pada umur 10 sampai 16 tahun (Evelyn, 2006). Hal ini

mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan

penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian

dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual. Karena

pada masa remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan

dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

20 

Di antara perubahan tubuh yang menyolok, perubahan apakah yang pertama

kali muncul? dari perubahan fisik pada perempuan : pertama, membesarnya

payudara atau tumbuhnya rambut kemaluan. Selanjutnya, tumbuhnya rambut di

ketiak. Seiring dengan perubahan ini, tubuh perempuan bertambah tinggi, pinggul

berkembang menjadi lebih lebar dibandingkan tubuhnya. Menstruasi pertama

(menarche) terjadi di akhir siklus pubertas. Awalnya, siklus menstruasi

berlangsung sangat tidak teratur dan selama beberapa tahun pertama, remaja

perempuan mungkin tidak mengalami ovulasi di setiap siklus. Dalam beberapa

kasus, remaja perempuan belum subur sampai dua tahun setelah periode dimulai.

Perempuan tidak mengalami perubahan suara seperti yang dialami oleh laki-

laki. Di akhir masa pubertas, payudara perempuan menjadi lebih penuh. Dua

aspek yang paling terlihat selama perubahan masa pubertas perempuan adalah

tumbuhnya rambut kemaluan dan berkembangnya payudara. Ingatlah bahwa

dimulainya dan kecepatan pubertas antara individu yang satu dengan individu

lainnya cenderung bervariasi (Santrock, 2007).

Pada masa remaja itu, terjadinya suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai

banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi

(organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan

kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada

pertumbuhan tersebut dikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut (Yani, 2010).

1. Tanda-tanda Seks Primer pada Wanita

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Tetapi tingkat

kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Sebagai tanda kematangan organ

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

21 

reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari

serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus

secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus

sampai menjelang masa menopause.

2. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Wanita

a. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja

laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan

payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah

mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-

mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, labih

kasar, lebih gelap dan agak keriting.

b. Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini

sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya

lemak di bawah kulit.

c. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting

susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan

berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara

menjadi lebih besar dan lebih bulat.

d. Kulit

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

22 

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,

pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada

wanita tetap lebih lembut.

e. Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, sumbatan

kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan

baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

f. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.

Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

g. Suara

Suara berubah semakin merdu, akan tetapi suara serak jarang terjadi

pada wanita.

2.3. Perkembangan Perilaku Remaja

Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-

perubahan akibat pubertas (Papalia, 2008) yaitu :

1. Perkembangan Perilaku Pengetahuan Remaja

Perkembangan pengetahuan remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang

ahli perkembangan pengetahuan) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam

tahap pertumbuhan pengetahuan. Pada periode ini, para remaja sudah memiliki

pemikiran dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang nyata dan tidak

nyata. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

23 

mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak cara pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasil yang diperoleh.

Para remaja bukan hanya menerima informasi apa adanya, akan tetapi mereka

akan memproses informasi itu serta mengubahnya dengan pemikiran mereka

sendiri. Para remaja juga mampu menggabungkan pengalaman masa lalu dan

pangalaman sekarang untuk mengubahnya menjadi pendapat.

2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, karena pada masa ini

suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan suasana hati para

remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu

merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa

remaja mengalami perubahan yang secara tiba-tiba dalam kesadaran diri mereka

(self awareness). Para remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena

remaja menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik

mereka seperti mereka mengagumi diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat

remaja sangat memperhatikan diri mereka dan gambaran diri mereka sendiri.

Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan

daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena remaja perempuan biasanya

lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak

hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan

untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Perubahan pada masa puber

akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan dan

kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

24 

kepada orang lain, sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang

baru dan yang lebih baik. Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan

oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Remaja yang merasa sulit atau tidak

mampu berkomunikasi dengan orang lain akan lebih banyak berperilaku negatif

daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi.

Akibat dari perubahan masa puber pada para remaja adalah sebagai berikut

(Monks, 2009) :

1. Ingin Menyendiri

Saat perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri

dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan seringnya bertengkar

pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber sering melamun,

sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik. Gejala menarik diri

ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam masa

remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud

untuk menemukan dirinya ataupun identitas diri.

2. Bosan

Remaja pubertas akan merasa bosan dengan permainan yang sebelumnya

sangat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan kehidupan

pada umumnya. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi karena

sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.

3. Inkoordinasi

Pertumbuhan cepat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi

gerakan, dan remaja akan merasa tidak terbiasa bergaul dengan orang lain selama

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

25 

beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, maka koordinasi tersebut akan

kembali membaik secara bertahap.

4. Antagonisme Sosial

Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan

menentang. Permusuhan terbuka antara dua jenis kelamin yang berlainan

diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan

berlanjutnya masa puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat

bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.

5. Emosi yang Tinggi

Munculnya reaksi murung, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk

menangis karena pengaruh yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal

masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah.

Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama

masa pramenstruasi dan awal periode menstruasi. Dengan semakin matangnya

keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun akan berkurang dan remaja sudah

mulai mampu mengendalikan emosinya.

6. Hilangnya Kepercayaan Diri

Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri akan menjadi kurang

percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik yang menurun dan

karena adanya pengaruh yang negatif datang dari orangtua maupun dari teman-

temannya.

7. Terlalu Sederhana

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

26 

Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi

sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan

memperhatikan perubahan yang dialaminya dan akan memberi komentar yang

buruk.

2.4. Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi

tersebut menurut Gunarsa dalam disertasi PKBI (2000) adalah sebagai berikut:

1. Transisi Fisik Berkaitan dengan Perubahan Bentuk Tubuh

Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum

sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini

menyebabkan kebinggungan peran, didukung pula dengan sikap

masyarakat yang kurang konsisten.

2. Transisi dalam Kehidupan Emosi

Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan

peningkatan hubungan emosi. Remaja sering memperlihatkan

ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung,

melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa ataupun

marah-marah.

3. Transisi dalam Kehidupan Sosial

Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana

lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

27 

ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri

(melepaskan ikatan dengan keluarga).

4. Transisi dalam Nilai-nilai Moral

Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-

nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-

nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.

5. Transisi dalam Pemahaman

Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai

mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

2.5. Masalah Umum Remaja

Menurut McAllister membagi remaja menjadi beberapa kelompok yaitu :

a. Remaja normal.

b. Remaja bermasalah.

c. Remaja bermasalah patologis.

Dua kelompok yang pertama merupakan problem teenager group dengan

didasari asumsi bahwa tidak ada remaja yang tidak bermasalah dalam mengadapi

transisi dalam berbagai aspek perkembangan serta menghadapi transisi dalam

berbagai aspek perkembangan serta menghadapi lingkungan. Remaja memiliki

masalah umum dibedakan dengan remaja yang memiliki masalah yang patologis

(pathologic teenager). Berikut adalah masalah umum yang dialami remaja

berkaitan dengan tumbuh kembangnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

28 

1. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti relasi

dengan anggota, keluarga, disiplin, dan pertentangan dengan orangtua.

2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.

3. Kondisi fisik (kesehatan atau latihan), penampilan (berat badan, ciri-ciri

daya tarik, bau badan, jerawat, kesesuaian dengan jenis kelamin).

4. Emosi (temperamen yang meledak-ledak, suasana hati berubah-ubah).

5. Penyesuaian sosial (minder, sulit bergaul, pacaran, penerimaan oleh teman

sebaya, peran pemimpin).

6. Masalah pekerjaan (pilihan pekerjaan, pengangguran).

7. Nilai-nilai (moral, penyalahgunaan obat-obatan, dan hubungan seksual).

8. Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis (heteroseksual),

seperti putus pacar, proses pacaran, backstreet, sulit punya pacar, dan lain-

lain.

2.6. Defenisi Kecemasan

Cemas (ansietas) merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas

bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas

dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak

pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau

keadaan.

Menurut Sriwindari (2004), kecemasan dalam menghadapi masa pubertas

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan yang didapat mengenai

menstruasi dan faktor kesiapan. Perubahan fisik dan pentingnya peran teman atau

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

29 

persahabatan pada remaja menggambarkan adanya penolakan pada diri sendiri

yang berlangsung pada tubuh mereka setelah melalui proses pertumbuhan di masa

kanak-kanak pertengahan dan akhir. Para remaja putri tersebut mengungkapkan

rasa kecemasan mengenai perubahan fisik mereka.

Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan

perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey, 2005). Dapat pula

ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya

selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan.

Manifestasi kecemasan menurut Sue (2010), terjadi dalam empat hal yaitu :

1. Kognitif

Kecemasan yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan

tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.

2. Motorik

Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti

gemetar.

3. Somatik

Kecemasan terwujud dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin,

diare, sering BAK, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain-

lain. Hampir semua tekanan kecemasan menunjukkan peningkatan tekanan

jantung, respirasi, keteganggan otot dan tekanan darah.

4. Afektif

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

30 

Kecemasan diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang

berlebihan.

2.7. Tanda-tanda Umum Kecemasan

Keluhan atau tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan

oleh seseorang sangat bervariasi, tergantung dari beratnya kecemasan yang

dirasakan oleh individu tersebut. Secara umum keluhan yang sering dikemukakan

oleh seseorang saat mengalami kecemasan antara lain adalah pernyataan cemas/

khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, takut

sendirian, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, gangguan pola tidur, mimpi-

mimpi yang menakutkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan-keluhan

somatik misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, pendengaran

berdenging, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit

kepala (Hawari, 2004).

Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis

dan perilaku. Intensitas perilaku meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat

kecemasan.

Berikut adalah tingkat kecemasan yaitu :

1. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada

tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada,

tetapi individu masih mampu untuk memecahkan masalah. Gejala-gejala yang

ditemui pada kecemasan tingkat ringan ini adalah sesekali nafas pendek, nadi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

31 

tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar,

lapangan persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, penyelesaian masalah secara efektif, tidak dapat duduk

tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

2. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih

memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain, ditandai

dengan sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,

anoreksia, diare dan konstipasi, gelisah, lapangan persepsi menyempit, tidak

mampu menerima rangsangan dari luar, berfokus pada apa yang menjadi

perhatiannya, gerakan tersentak-sentak atau meremas tangan, bicara banyak dan

lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak nyaman.

3. Kecemasan Berat  

Persepsi menjadi lebih sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil

saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan

membutuhkan banyak pengarahan dan tuntunan ditandai dengan, napas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,

ketegangan, lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan

masalah, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak-sentak

atau meremas tangan, bicara cepat, blokking, perasaan tidak nyaman.

2.8. Penyebab Kecemasan pada Remaja

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

32 

Menurut Mighwar (2006), secara psikologis kecemasan tersebut merupakan

perkembangan-perkembangan negatif berbagai masalah sebelumnya yang

semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal, yaitu :

a. Kurangnya pengetahuan sehingga kurang mampu menyesuaikan diri

dengan pertumbuhan dan perkembangan serta tidak mampu menerima apa

yang dialaminya.

b. Kurangnya dukungan dari orangtua, teman sebaya atau lingkungan

masyarakat sekitar.

c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan tekanan yang ada.

2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah :

1. Usia

Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin

baik tingkat emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi

persoalan.

2. Status Kesehatan Jiwa dan Fisik

Kelelahan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan

seseorang.

3. Nilai-nilai Budaya dan Spiritual

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

33 

Nilai-nilai budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang.

Religusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas

masalah yang dihadapi.

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang

tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin tinggi tingkat

pendidikannya akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan,

ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai

penyebab tersedianya perilaku patologis.

6. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana

kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan

dan lingkungan mempengaruhi area berpikir seseorang.

7. Tahap Perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor

yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan

berbeda. Pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan

adaptasi yang semakin baik terhadap stressor.

8. Pengalaman Masa Lalu

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

34 

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi

stressor yang sama.

9. Pengetahuan

Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat

digunakan untuk mengatasi masalah.

2.10. Faktor Pencetus Kecemasan

Faktor yang dapat menjadi pencetua seseorang merasa cemas dapat berasal dari

diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).

Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam dua

kategori yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan

terhadap kebutuhan dasarnya.

2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat

mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri,

dan hubungan interpersonal (Asmadi, 2008).

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh

berkembangnya kapasitas intelektual, stress dan harapan-harapan baru yang

dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa

gangguan fikiran, perasaan maupun gangguan perilaku (Nur, 2010). Sehingga

dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental

dan sosial. Umumnya proses kematangan fisik lebih cepat dari pematangan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

35 

psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang

menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap cemas. Kecemasan

sebagai salah satu bentuk dampak perubahan psikis yang di alami hampir setiap

remaja.

Biasanya kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap suatu yang

menekan, dan karena itu berlangsung sebentar (Ramaiah, 2006). Kecemasan bisa

berpengaruh buruk pada seseorang jika frekuensi timbulnya sering kali.

Kecemasan dapat timbul dengan sendirinya atau bergabung dengan gejala-gejala

lain dari berbagai gangguan emosi. Kecemasan suatu keadaan emosional yang

ditandai oleh rangsangan fisiologis, perasaan-perasaan tegang yang tidak

menyenangkan, perasaan ketakutan, persangkaan (firasat) serta perasaan ngeri

terhadap masa depan (Semiun, 2006).

Dampak tersebut dapat mencakup keadaan fisik maupun psikis, antara lain :

1. Dari segi fisik akan berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara

umum, meliputi gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan

pernafasan, sistem daya tahan tubuh, sistem metabolisme dan seterusnya.

2. Dari segi psikis dapat memunculkan gejala-gejala tingkah laku, seperti

adanya kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosial, berhalusinasi,

berfantasi, menutup diri, pesimis, merasa tidak bahagia, cemas, depresi,

merasa tidak dicintai, stress, kesulitan berkonsentrasi, agresif dan

bertemperamen panas.

Gangguan kecemasan pada umumnya adalah suatu kondisi penyebab

kegelisahan atau ketegangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

36 

secara berlebihan sering kali tanpa ada faktor pemicunya. Kecemasan sendiri lebih

sering dialami wanita daripada pria (Ramaiah, 2006). Gejala-gejala gangguan

kecemasan secara umum antara lain senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was

yang sifatnya tidak menentu (diffuse unessinnes), terlalu peka (mudah

tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi serba

sedih, sulit konsentrasi dalam mengambil keputusan, serba takut salah, rasa

tegang menjadikan yang bersangkutan bersikap tegang-lamban yakni bereaksi

secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba, adanya

keluhan otot tegang khususnya bagian leher dan sekitar bagian atas bahu,

mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, gangguan tidur

berupa insomnia atau mimpi buruk, mengeluarkan keringat dan telapak tangan

sering basah, sering berdebar-debar dan tekanan darah tinggi, sering mengalami

gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas (Supraktik,

2006).

Kecemasan merupakan gangguan mental yang digolongkan ke dalam gangguan

kecemasan dan gejala-gejala khusus lainnya, seperti insomnia, berkurangnya

kemampuan konsentrasi, dan berbagai macam gangguan sistem saraf otonom

tidak merupakan gejala yang dominan. Kecemasan yang dialami bisa mengarah

pada objek tertentu. Yang dimaksud dengan objek bisa berupa benda tetapi bisa

juga berupa situasi. Ini biasanya mengarah pada phobia. Kecemasan juga bisa

dialami meskipun objeknya tidak jelas atau tidak bisa dikenali. Jadi individu tiba-

tiba merasa cemas tetapi tidak begitu memahami apa yang dicemaskannya. Gejala

kecemasan juga bisa beralih dari satu objek ke objek lainnya. Ini yang menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Konsep Teman Sebaya 1.1. Defenisi ...

37 

penanda, bahwa sebenarnya kecemasan terjadi karena adanya konflik dalam diri

individu yang bersangkutan, bukan karena situasi riilnya. Ada juga kecemasan

yang dipusatkan pada kesehatan tubuh dan fungsi-fungsinya. Penderitanya

seringkali mengeluh mengalami gejala sakit pada bagian tubuh tertentu atau juga

bisa berganti pada bagian tubuh lainnya. Atau penderitanya sering mengkuatirkan

ada yang tidak beres dengan bagian tubuh tertentu (Siswanto, 2007).

Universitas Sumatera Utara