Kajian Penyelenggaraan Autonomous Rail Rapid Transit (ART ...
BAB 2 TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR...
19
BAB 2
TINJAUAN TEORI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN
KARAKTERISTIK PERGERAKAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut meliputi teori mengenai transportasi,
pergerakan dan karakteristik pergerakan yang dilakukan manusia
2.1 Infrastruktur
Dalam berkehidupan manusia akan melakukan berbagai aktivitas yang
dapat mendukung mereka untuk tetap dapat bertahan hidup dan meningkatkan
kesejahteraannya. Untuk dapat melakukan aktivitasnya tersebut, masyarakat
membutuhkan suatu pelayanan-pelayanan atau fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung mereka dalam beraktivitas. Berbagai pelayanan yang dapat
memfasilitasi masyarakat dalam beraktivitas ini disebut juga dengan infrastruktur.
2.1.1 Definisi Infrastruktur
Berdasarkan American Public Works Association (Stone, 1974),
infrastruktur dedefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan-
pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.
Sedangkan definisi lain infrastruktur merupakan suatu sistem fisik yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan
fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Dengan kata lain
infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan
pelayanan publik yang penting. Sedangkan fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur
dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat disebut sebagai
sistem infrastruktur. Sistem infrastruktur juga merupakan proses dengan
20
keterlibatan berbagai aspek, interdisiplin, dan multi sektoral. Salah satu tantangan
dalam perancangan sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana
semua memberikan pengaruh pada lainnya, keterikatan satu sama lain dan
dampak-dampaknya (Grigg, 1988).
GAMBAR 2-1
HUBUNGAN ANTARA SISTEM SOSIAL, EKONOMI,
INFRASTRUKTUR, DAN LINGKUNGAN ALAM
Sumber : Grigg, 1988
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat bahwa lingkungan alam merupakan
pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai
mediator antara sistem ekonomi dam sosial dalam kehidupan dengan tetap
didukung oleh lingkungan alam. Infrastruktur yang kurang berfungsi akan
memberikan dampak terhadap kehidupan manusia dan sebaliknya infrastruktur
yang berlebihan yang tidak memperhitungkan daya dukung lingkungan akan
merusak alam yang pada akhirnya akan merugikan manusia dan mahluk hidup
lainnya. Selain itu berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa infrastruktur
merupakan pendukung dari sistem sosial dan ekonomi, dimana sistem ekonomi
didukung oleh sistem infrastruktur dan sistem sosial sebagai obyek dan sasaran
didukung oleh sistem ekonomi. Oleh karena itu setiap perancangan dan
perencanaannya harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh.
2.1.2 Kategori-Kategori Infrastruktur
Berdasarkan definisi infrastruktur oleh Grigg (1988), maka infrastruktur
dapat dibagi menjadi 13 kategori yang meliputi :
1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,
fasilitas pengolahan air
Lingkungan Alam
Sistem Sosial
Sistem Ekonomi
Infrastruktur Fisik
21
2. Sistem pengelolaan limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan daur
ulang
3. Fasilitas pengelolaan limbah (padat)
4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi
5. Fasilitas lintas air dan navigasi
6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya
adalah tanda-tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol
7. Sistem transit publik
8. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi
9. Fasilitas gas alam
10. Gedung publik : sekolah, rumah sakit
11. Fasilitas perumahan publik
12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion
13. Komunikasi
Yang kemudian dikelompokkan menjadi tujuh grup, yaitu :
1. Grup transportasi (jalan, jalan raya, jembatan)
2. Grup pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan)
3. Grup komunikasi
4. Grup keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu
sungai, saluran terbuka, pipa)
5. Grup pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat)
6. Grup Bangunan
7. Grup distribusi dan produksi energi
2.2 Transportasi
Salah satu infrastruktur yang memiliki peran penting dalam mendukung
manusia untuk dapat melakukan aktivitasnya adalah infrastruktur transportasi.
Infrastruktur transportasi merupakan suatu bentuk pelayanan penyediaan fasilitas
transportasi, baik sarana (moda) maupun prasarana (jalan) yang akan
22
memudahkan manusia untuk melakukan pergerakan dalam melakukan
aktivitasnya.
2.2.1 Definisi Transportasi
Terdapat beberapa definisi dari transportasi yang berkembang saat ini.
Steenbrink (1974) mendefinisikan transportasi sebagai perpindahan orang atau
barang menggunakan kendaraan atau lainnya, di antara tempat-tempat yang
terpisah secara geografis. Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai
pemindahan atau pengangkutan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain.
Bowersox (1981) mendefinisikan sebagai perpindahan barang atau penumpang
dari suatu lokasi ke lokasi lain, dimana produk yang digerakkan atau dipindahkan
tersebut dibutuhkan atau diinginkan oleh lokasi yang lain tersebut. Sedangkan
Papacostas (1987) mendefinisikan transportasi sebagai suatu sistem yang terdiri
dari fasilitas tetap (fixed facilities)/prasarana, besaran arus (flow entities)/sarana
dan sistem pengendalian (control sistem) yang memungkinkan orang atau barang
dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien setiap waktu untuk
mendukung aktivitas manusia. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa
transportasi merupakan suatu kegiatan untuk memindahkan orang ataupun barang
dari suatu tempat ke tempat lain yang terpisah secara spasial, baik dengan atau
tanpa sarana, dimana perpindahan yang dilakukan melalui suatu jalur yaitu
prasarana (jalan).
Sedangkan definisi dari transportasi kota menurut Meyer dan Miller
(1984) adalah pergerakan orang dan barang yang berada diantara lokasi asal dan
lokasi tujuan pada suatu wilayah perkotaan. Pada pembahasan kota, transportasi
menjadi keseluruhan dari ratusan atau akumulasi jutaan keputusan individu dari
pembuat pelaku perjalanan. Keputusan ini menghasilkan perjalanan penumpang
dan kendaraan yang menggunakan fasilitas transportasi yang tersedia pada suatu
kota, selama selang waktu tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan sistem transportasi
yang baik agar aliran perjalanan dapat tetap berjalan dengan efektif dan efisien.
23
2.2.2 Sistem Transportasi
Menurut Morlok (1991), terdapat beberapa yang merupakan komponen
utama dari transportasi, yaitu :
1. Manusia dan barang (yang diangkut)
2. Kendaraan dan peti kemas (alat angkut)
3. Jalan (tempat alat angkut bergerak)
4. Terminal (tempat memasukkan dan mengeluarkan yang diangkut ke dalam
dan dari alat angkut)
5. Sistem pengoperasian (yang mengatur 4 komponen menusia/barang,
kendaraan/peti kemas, jalan dan terminal).
Sedangkan menurut Manheim (1979) komponen utama dari transportasi hanya
meliputi :
1. Jalan dan terminal
2. Kendaraan, dan
3. Sistem pengelolaan
Pada intinya adalah ketiga komponen diatas merupakan komponen sarana
dan prasarana transportasi yang saling terkait dalam memenuhi permintaan akan
transportasi. Dengan komponen-komponen diatas, maka yang dapat diartikan dari
sistem transportasi adalah gabungan elemen jalan dan terminal, kendaraan dan
sistem pengoperasian yang saling berkait dan bekerja sama dalam mengantisipasi
permintaan dari manusia dan barang. Transportasi sebagai sistem mencakup
sistem prasarana yaitu jalur dan simpul terjadinya pergerakan, sistem sarana yaitu
moda atau alat untuk melakukan pergerakan, dan sistem pengendalian atau
pengaturan yang memungkinkan pergerakan tersebut dapat berjalan dengan
efisien, lancar, aman dan teratur. Bagan yang menggambarkan sistem transportasi
dapat dilihat pada gambar 2.2.
24
BAGAN ALIR SISTEM TRANSPORTASI
Sumber : Miro, 1997
Dengan melihat pada gambar 2.2 maka dapat kita ketahui
transportasi terdiri dari komponen
sistem transportasi yang dirancang dengan baik kita
transportasi sesuai dengan permintaan akan trans
Sistem transportasi pada suatu wilayah mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan sistem aktivitas
dimana sistem tramsportasi dari waktu ke waktu akan berkembang sejalan dengan
perkembangan dan perubahan
Sebaliknya perubahan yang terjadi pada
KOMPONEN UTAMA :
•JALAN DAN TERMINAL
•KENDARAAN DA N PETI KEMAS
•SISTEM PENGEOPERASIAN
ASAL
PERMINTAAN
TRANSPORTASI
GAMBAR 2-2
BAGAN ALIR SISTEM TRANSPORTASI
pada gambar 2.2 maka dapat kita ketahui bahwa sistem
transportasi terdiri dari komponen-komponen utama dari transportasi. Dengan
transportasi yang dirancang dengan baik kita dapat memberikan pelayanan
permintaan akan transportasi tersebut.
transportasi pada suatu wilayah mempunyai hubungan yang sangat
aktivitas sosial dan ekonomi manusia (Manheim, 1979
tramsportasi dari waktu ke waktu akan berkembang sejalan dengan
perkembangan dan perubahan sistem aktivitas sosial dan ekonomi manusia.
Sebaliknya perubahan yang terjadi pada sistem aktivitas sosial dan ekonomi
KOMPONEN UTAMA :
JALAN DAN TERMINAL
KENDARAAN DA N PETI KEMAS
SISTEM PENGEOPERASIAN
SISTEM
TRANSPORTASI
MELAYANI :
•DALAM KOTA
•ANTAR KOTA
•ANTAR PROVINSI
•PEDESAAN
•ANTAR NEGARA
TUJUAN
MANUSIA DAN BARANG
sistem
engan
memberikan pelayanan
transportasi pada suatu wilayah mempunyai hubungan yang sangat
Manheim, 1979),
tramsportasi dari waktu ke waktu akan berkembang sejalan dengan
dan ekonomi manusia.
dan ekonomi
25
manusia akan menuntut perubahan dalam sistem transportasi. Sehingga perubahan
dari kedua sistem tersebut harus seimbang agar tidak menimbulkan persoalan-
persoalan.
2.2.3 Kebijakan Transportasi
Kebijakan transportasi merupakan salah satu tindakan-tindakan yang
diambil pemerintah dalam menangani dan memecahkan segala persoalan yang
terjadi di sektor transportasi, namun dengan memperhatikan segala aspeknya
(Miro, 1997). Pengembangan di bidang transportasi harus direncanakan agar dapat
mendukung tujuan pembangunan secara umum dari suatu Negara yaitu
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan juga dapat membuka
kesempatan kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam merumuskan
suatu kebijakan transportasi dibutuhkan berbagai disiplin ilmu, lembaga, dan
unsur lain yang terkait dengan pengembangan transportasi tersebut. Didalam
perencanaannya kita tidak hanya memperhatikan dari teknis pelaksanaanya saja,
namun juga memerlukan pertimbangan dampak sosial, ekonomi,politik budaya,
keamanan, maupun pengembangan wilayah.
Dengan melihat gambar 2.3 dapat kita ketahui bahwa tujuan dari
transportasi akan selalu mengacu pada tujuan pembangunan nasional. Selain itu
tujuan-tujuan nasional yang lain dapat terpenuhi melalui dukungan pengembangan
transportasi yang baik dan menyeluruh. Kepentingan kebijakan pengembangan
transportasi secara langsung akan mengacu pada tujuan transportasi yang fokus
pada penyerapan tenaga kerja, dengan kata lain kebijakan transportasi yang
dikeluarkan akan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan
kepentingan kebijakan yang tidak langsung akan mengacu pada tujuan
transportasi yang fokus pada pemerataan pelayanan transportasi. Sehingga
pengembangan sistem jaringan transportasi di masa yang akan datang harus
direncanakan agar dapat mendukung tujuan pembangunan secara umum dari suatu
Negara, termasuk pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan
membuka kesempatan kerja.
26
GAMBAR 2-3
MODEL KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Sumber : Jotin & Khristy, 1998
2.3 Prasarana Transportasi (Jaringan Jalan)
Salah satu infrastruktur transportasi yang memiliki peran penting agar
transportasi dapat berjalan adalah prasarana jalan. Jalan merupakan suatu jalur
dimana terjadinya perpindahan atau pergerakan dari manusia ataupun barang dari
suatu tempat menuju tempat lain sesuai dengan tujuannya. Struktur jalan pada
suatu kota dipengaruhi oleh pola jaringan transportasi pada kota tersebut dan pola
jaringan transportasi kota tersebut akan sangat ditentukan oleh bentuk morfologi
kota.
Secara umum jaringan jalan dapat dikelompokkan berdasarkan struktur
jaringannya atas enam kelompok (Bambang I.S., 1992 dan UU No.3 Tahun 1980
tentang Jalan) yaitu :
a. Jaringan jalan berdasarkan pelayanan penghubung, terbagi atas :
• Sistem jaringan jalan primer, adalah jaringan jalan yang
menghubungkan kota/wilayah di tingkat nasional.
27
• Sistem jaringan jalan sekunder, adalah jaringan jalan yang
menghubungkan kawasan-kawasan si dalam kota.
b. Jaringan jalan berdasarkan peranan (fungsi), terbagi atas :
• Jalan arteri, merupakan jalan yang melayani angkutan jarak jauh
dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara efisien.
• Jalan kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan jarak
sedang (angkutan pengumpul/pembagi) dengan kecepatan rata-rata
sedang dan jumlah jalan masuk masih dibatasi.
• Jalan lokal, merupakan jalan yang melayani angkutan jarak dekat
(angkutan setempat) dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
c. Jaringan jalan berdasarkan peruntukkan dibedakan menjadi jenis jalan,
yaitu :
• Jalan umum, adalah jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
umum.
• Jalan khusus, adalah jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas
selain dari jalan umum atau jalan yang tidak diperuntukkan bagi
lalu lintas umum seperti jalan di komplek-komplek perkebunan,
kehutanan, pertambangan, kompleks hankam, jalan pipa, jalan
inspeksi (irigasi dan gas).
d. Jaringan jalan berdasarkan klasifikasi teknis, merupakan pembedaan jalan
yang dihubungkan dengan kemampuan teknis jalan dalam mendukung
beban lalu lintas (berat kendaraan) yang lewat di atasnya. Jaringan jalan
berdasarkan klasifikasi teknis dibagi menjadi enam kelas jalan.
e. Jaringan jalan berdasarkan status dan wewenang pembinaan, dibedakan
atas :
• Jalan nasional, adalah jaringan jalan primer, arteri dan kelas I
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat.
28
• Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor primer dan kelas I yang
pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan juga oleh
Pemda Tingkat I.
• Jalan Kabupaten (Kotamadya), untuk jalan kabupaten terdiri dari
jalan kolektor dan primer dimana kelas jalannya mayoritas
merupakan jalan kelas III dan dibina oleh Pemda Tingkat II.
Sedangkan untuk jalan kotamadya secara mutlak merupakan
jaringan jalan sekunder dan kelas jalannya dari kelas I hingga kelas
IV dan pembinaannya dilakukan oleh Pemda Kotamadya.
• Jalan desa, umumnya merupakan jalan lokal dan akses untuk
mencapai perkarangan rumah merupakan jalan lokal primer dan
lokal sekunder serta pembinaannya dilakukan oleh pemerintahan
desa setempat.
f. Jaringan jalan berdasarkan kualitas permukaan, dibedakan atas :
• Jalan aspal dan campuran aspal beton, umumnya jalan aspal
merupakan jalan Negara, provinsi, kabupaten/kotamadya
• Jalan kerikil, umumnya merupakan jalan kabupaten dan desa
• Jalan tanah
2.4 Pergerakan Penduduk
Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan, dimana
asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku pergerakan, sedangkan tujuan
adalah zona yang menarik pelaku kelakukan kegiatan. Jadi terdapat dua
pembangkit pergerakan, yaitu :
1. Trip Production = jumlah pergerakan yang dihasilkan suatu zona
2. Trip Attraction = jumlah pergerakan yang ditarik oleh suatu zona
Trip production digunakan untuk menyatakan bangkitan pergerakan zona
perumahan, dan trip production digunakan untuk menyatakan bangkitan
pergerakan pada saat sekarang, sehingga dapat digunakan untuk melakukan
prediksi di masa mendatang.
29
Beberapa definisi yang dapat membantu dalam menjelaskan jenis-jenis
pergerakan adalah (Willumsen, 1990 : 114) :
• Perjalanan didefinisikan sebagai suatu perjalanan satu arah dari titik asal
ke titik tujuan. Biasanya diprioritaskan pada perjalanan yang
menggunakan moda kendaraan bermotor.
• Perjalanan Home-Based, yaitu perjalanan yang menunjukkan bahwa
rumah dan pembuat perjalanan merupakan asal dan tujuan dari perjalanan.
• Perjalanan Non Home-Based, yaitu suatu perjalanan yang menunjukkan
bahwa salah satu tujuan dari perjalanan bukanlah rumah pelaku perjalanan.
• Produksi perjalanan (Trip Production), merupakan perjalanan yang
didefinisikan sebagai awal dan akhir dari sebuah perjalanan Home-Based
atau sebagai awal dari sebuah perjalanan Non Home-Based.
• Tarikan perjalanan (Trip Attraction), perjalanan ini didefinisikan sebagai
perjalanan yang tidak berakhir di rumah bagi perjalanan yang bersifat
Home-Based atau sebagai tujuan dari suatu perjalanan Non Home-Based.
• Bangkitan perjalanan (Trip Generation), didefinisikan sebagai total jumlah
perjalanan yang ditimbulkan oleh rumah tangga dalam suatu zona, baik
Home Based maupun Non Home-Based.
2.4.1 Klasifikasi dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pergerakan
Pergerakan juga dapat diklasifikasikan menjadi (Willumsen, 1990 : 114) :
a. Maksud Perjalanan
Dalam kasus perjalanan Home-Based, terdapat lima kategori tujuan
pergerakan, yatiu pergerakan kerja, pergerakan sekolah, pergerakan
belanja, pergerakan sosial dan rekreasi, serta pergerakan lainnya
b. Karakteristik Orang
Klasifikasi lainnya adalah prilaku perjalanan individu. Prilaku ini
dipengaruhi oleh karakteristik sosial dan ekonomi. Kategori yang
digunakan adalah tingkat pendapatan, pemilikan mobil, ukuran rumah
tangga (jumlah anggota keluarga).
30
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah pergerakan menurut beberapa
literatur adalah :
a. Faktor-faktor yang biasanya diusulkan untuk pertimbangan dalam
beberapa studi perjalanan rumah tangga adalah pendapatan, pemilikan
mobil, struktur rumah tangga, ukuran rumah tangga (Willumsen,
1990:116).
b. Faktor yang mempengaruhi produksi pergerakan adalah kondisi sosial
ekonomi, seperti banyaknya anggota keluarga yang bekerja dan
penghasilan keluarga, pola guna lahan dan pembangunan, serta daya
hubung (Daniel & Warners, 1980 : 187-188).
c. Faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan adalah tipe rumah, luas
perumahan, jumlah unit rumah, dan ketersediaan fasilitas sosial di dalam
perumahan.
d. Berdasarkan analisa perjalanan penduduk pada beberapa lingkungan
perumahan di Kotamadya Bandung adalah pemilikan kendaraan, jumlah
jiwa yang berusia di atas 5 tahun, serta jarak dari lintas angkutan umum.
2.5 Aktivitas Penduduk Kota, Karakteristik Pergerakan Penduduk Kota
dan Klasifikasi Potensial Pengguna Sistem Transportasi
Aktivitas penduduk kota sangat beragam dan setiap aktivitas memiliki
tujuan masing-masing. Dengan banyaknya aktvitas ini akan mempengaruhi pola
pergerakan yang dilakukan penduduk pada suatu kota, karena setiap aktivitas yang
berbeda akan melakukan pergerakan kearah yang berbeda pula.
2.5.1 Aktivitas Penduduk Kota
Menurut Nasution (1990 dalam Miro, 1997), aktivitas penduduk perkotaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Tata Guna Lahan (Tata
Ruang Kota)
Aktivitas ini merupakan aktivitas umum dan dianggap penduduk kota
masih terkumpul dalam satu ruang wilayah kota atau belum terbagi-bagi
31
tempatnya sesuai dengan kegiatannya masing-masing. Aktivitas penduduk
yang masih bersifat umum ini dapat berupa:
1. Pertambahan Penduduk, merupakan salah satu unsur dari proses
penduduk (kelahiran, arus penduduk ke kota, kematian, dan lain-
lain).
2. Urbanisasi, adalah salah satu bentuk unsure proses penduduk
berupa arus penduduk ke kota.
3. Tata guna lahan (Zoning), pengaturan penggunaan lahan sesuai
dengan bentuk-bentuk kegiatan penduduk yang berbeda-beda.
4. Perkembangan wilayah, merupakan dampak dari aktivitas
urbanisasi dan pertambahan penduduk berupa perubahan luas kota
(pemekaran kota) dan perubahan fisik kota (pembangunan).
b) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Ekonomi
Merupakan aktivitas penduduk dalam meningkatkan kesejahteraan
hidupnya secara material seperti sumber daya dan kebutuhan yang berupa :
1. Usaha produksi, merupakan bentuk kegiatan yang bertujuan untuk
mengadakan yang belum ada atau merubah bentuk fisik suatu
benda materi sehingga benda itu bernilai ekonomis dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2. Cara berkonsumsi, merupakan kegiatan penduduk untuk
menghabiskan nilai ekonomis suatu benda atau proses penggunaan
suatu benda agar tingkat kesejahteraan hidupnya dapat tercapai
secara optimal.
3. Distribusi, merupakan bentuk kegiatan penduduk untuk
menyebarluaskan suatu benda atau jasa yang telah dihasilkan
kepada para pemakainya atau penyaluran barang dari sektor
produksi ke sektor pasar.
c) Aktivitas Penduduk yang Berhubungan dengan Sosial
Aktivitas ini meliputi :
32
1. Hubungan keluarga (masyarakat), merupakan aktivitas yang
berbentuk saling mengunjungi, bersilaturahmi, pertemuan-
pertemuan, rapat, menjenguk orang sakit, melayat, dan lain-lain.
2. Pendidikan, merupakan aktivitas penduduk di bidang IPTEK yang
bertujuan untuk merubah kualitas diri secara individual atau
peningkatan mutu SDM.
3. Agama, merupakan aktivitas penduduk yang berkaitan dengan
mental spiritual yang melibatkan hubungan tingkah alku penduduk
dengan penciptanya.
4. Kesehatan, merupakan aktivitas penduduk yang menyangkut pada
meningkatkan kualitas kondisi fisik jasmani.
5. Pemerintahan, merupakan aktivitas penduduk yang berkaitan
dengan politik bernegara.
6. Rekreasi, merupakan aktivitas penduduk yang berkaitan dengan
bersenang-senang, mengunjungi tempat wisata, dan lain-lain.
Dengan terdapatnya berbagai macam aktivitas yang dilakukan penduduk
seperti yang dipaparkan diatas, maka akan timbul dampak berupa terbentuknya
suatu zona-zona dengan fungsinya yang berbeda sesuai dengan jenis aktivitas
yang terjadi di setiap zona. Dengan terbentuknya zona-zona tersebut maka timbul
suatu pola perjalanan dari penduduk untuk melakukan aktivitas sesuai dengan
tujuannya masing-masing.
2.5.2 Pergerakan Penduduk Kota
Menurut Golani (1976 dalam Miro, 1997), setidaknya ada lima kegiatan
penduduk yang berhubungan dengan penataan ruang yang akan mempengaruhi
karakteristik pergerakan penduduk tersebut, yaitu :
• Pemukiman
• Kawasan tempat bekerja
• Pusat perbelanjaan
• Objek wisata
33
• Kompleks pendidikan
Dari lima kegiatan tersebut dapat digambarkan bagaimana tingkat volume
pergerakan menuju tiap kegiatan yang telah dibagi menjadi zona-zona pada
gambar 2.4.
Berdasarkan gambar 2.4 dapat kita lihat bahwa pergerakan yang memiliki
volume sangat tinggi adalah pergerakan dari permukiman menuju tempat bekerja
dan pendidikan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pergerakan
menuju aktivitas tempat bekerja dan pendidikan merupakan prioritas utama dari
setiap individu.
GAMBAR 2-4
VOLUME POLA PERGERAKAN ANTAR KEGIATAN YANG BERBEDA
DALAM RUANG KOTA
Sumber : Miro, 1997
Meyer dan Miller (1975), menyatakan bahwa karakteristik wilayah serta
sistem kegiatan yang terdiri dari manusia dan kegiatannya dengan berbagai jenis
dan jumlah yang terdistribusi dalam ruang akan membangkitkan permintaan
perjalanan. Pergerakan yang terjadi di suatu wilayah kota erat kaitannya dengan
sebaran sistem kegiatan yang berlangsung di kota tersebut. Dengan adanya
34
persebaran zona berdasarkan aktivitas tersebut maka terjadi pergerakan-
pergerakan yang dilakukan penduduk untuk dapat menuju dari satu zona menuju
zona yang lain.
Pergerakan yang dilakukan oleh pelaku pergerakan bermacam-macam.
Willumsen (1990 dalam Krismiyati, 2002) menjelaskan bahwa pergerakan dapat
digolongkan menjadi :
• Karakteristik orang/pelaku pergerakan
Pergerakan sangat dipengaruhi perilaku pergerakan (individu). Perilaku ini
dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi (pendapatan, kepemilikan
kendaraan, dan lain-lain).
• Maksud pergerakan
Individu melakukan pergerakan bedasarkan maksud, seperti bekerja,
sekolah, belanja, sosial dan rekreasi dan lain-lain, dimana bekerja dan
sekolah merupakan pergerakan utama.
• Waktu pergerakan
Pergerakan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu pergerakan
yang terjadi pada waktu puncak (peak) dan bukan puncak (off-peak).
Sedangkan menurut Tamin (2000), pergerakan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu karakteristik spasial dan non-spasial. Hal tersebut dikarenakan
adanya pesebaran zona-zona aktivitas dan adanya sebab-sebab pergerakan yang
tidak menyangkut aspek spasial.
Terjadinya pergerakan spasial dikarenakan adanya keinginan untuk
melakukan suatu aktivitas yang ditempuh melalui perjalanan menuju lokasi
aktivitas, dimana lokasi tersebut ditimbulkan oleh pola tata guna lahan kota
tersebut. Aspek-aspek yang berhubungan dengan pergerakan spasial antara lain :
• Pola perjalanan orang
Pola perjalanan orang di perkotaan sangat dipengaruhi oleh sebaran tata
guna lahan suatu kota.
• Pola perjalanan barang
35
Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh kegiatan produksi dan
konsumsi.
Pergerakan non-spasial adalah pergerakan yang tidak menyangkut pada
aspek keruangan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan pergerakan non-spasial
antara lain :
• Sebab terjadinya pergerakan
Aspek ini dapat dibagi menjadi karakteristik ekonomi, sosial, budaya dan
pendidikan sesuai dengan karakteristik-karakteristik dasar. Pergerakan
berdasarkan karakteristik ekonomi dapat berupa ke dan dari tempat
bekerja, berbelanja, dan lain-lain. Pergerakan berdasarkan karakteristik
pendidikan dapat berupa pergerakan ke dan dari sekolah, kampus, dan
sejenisnya. Semua ini dengan kenyataannya bahwa pergerakan-pergerakan
tersebut dimulai dari tempat tinggal dan akan mengakhirinya dengan
pulang ke tempat tinggal kembali. Dengan demikian biasanya
ditambahkan kategori baru menjadi tujuan perjalanan, dimana tujuan
tersebut adalah perjalanan pulang ke rumah.
• Waktu terjadinya pergerakan
Aspek ini menunjukkan kapan seseorang melakukan aktivitasnya dalam
kesehariannya. Dengan demikian waktu pergerakan akan sangat
bergantung pada maksud dan tujuan pergerakan. Secara umum pola
pergerakan penduduk harian adalah untuk bekerja, pendidikan berbelanja
dan melakukan kegiatan sosial lainnya. Pola pergerakan bekerja
merupakan pola pergerakan yang dominan. Hal tersebut dikarenakan
rutinitas yang telah terjadi pada pola pergerakan bekerjan pada pagi hari
ketika penduduk berangkat dari rumah untuk bekerja dan pada sore hari
ketika penduduk pulang dari tempat bekerja menuju rumah.
Pergerakan diasumsikan terjadi karena adanya kebutuhan terhadap
fasilitas-fasilitas (Astuti, 2000). Pergerakan muncul pada saat zona asal (sebagai
tempat tinggal penduduk) tidak dapat memenuhi kebutuhan terhadap fasilitas-
36
fasilitas yang diperlukan, misalnya tidak tersedia atau kapasitas tidak sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan. Kondisi ini akan menyebabkan orang
bergerak ke zona lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu
tempat bekerja juga merupakan orientasi seseorang untuk melakukan pergerakan.
2.5.3 Klasifikasi Potensial Pengguna Sistem Transportasi
Pengguna potensial sistem transportasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
berbagai kriteria yang berbeda-beda. Mereka termasuk satu kelompok dengan
preferensi dan karakteristik sangat mirip serta mempunyai respon yang sama
terhadap perubahan dalam transport, sementara pada saat yang bersamaan tiap
kelompok tersebut mempunyai perbedaan satu sama lain (Manheim. 1979:114).
Pembentukan segmen/kelompok penumpang/orang dalam transportasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan pendapatan, jumlah mobil per keluarga, ukuran
rumah tangga (jumlah anggota keluarga), stage in family life cycle, kondisi
geografi (apakah pinggir jalan tol, pinggir jalan arteri, dsb), serta tujuan
perjalanan (Manheim, 1979:115). Respon masyarakat penghuni perumahan
terhadap kondisi transportasi yang ada dapat dikatakan sebagai besarnya
pergerakan.