BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pabrik Kelapa Sawit
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pabrik Kelapa Sawit
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pabrik Kelapa Sawit
Sawit Pabrik kelapa sawit adalah suatu pabrik industri yang berfungsi sebagai
tempat pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak kelapa
sawit / crude palm oil (CPO) dan inti kelapa sawit (kernel), serta produk
sampingan berupa fiber dan cangkang (shell). Dalam prosesnya, pabrik kelapa
sawit memiliki 6 stasiun yang saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya dalam mengolah tandan buah segar sampai menjadi minyak dan inti.
Menurut (Pahan, 2008) ada pun 6 stasiun tersebut diantaranya :
a. Stasiun Penerimaan Buah
Stasiun Penerimaan Buah terdiri dari timbangan dan dan loading ramp.
Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat dari apa saja yang keluar dan
masuk di pabrik baik itu berupa Tandan Buah Segar (TBS), minyak kelapa
sawit / Crude Palm Oil (CPO), kernel, fibre, shell, dan yang lainnya yang
penting untuk ditimbang. Sedangkan untuk loading lamp berfungsi untuk
pensortiran buah yang masuk sesuai dengan kriteria yang diterima pabrik.
b. Stasiun Perebusan
Stasiun perebusan terdiri dari sterilizer. Tandan Buah Segar (TBS) yang
sudah disortir selanjutnya akan direbus dengan sterilizer. Pada saat Tandan
Buah Segar (TBS) direbus, tekanan dan suhu haruslah tinggi. Perebusan ini
bertujuan untuk menurunkan tingkat keasaman lemak bebas dan mengurangi
kadar air sehingga memudahkan saat proses pembrondolan pada thresher dan
melembutkan daging buah untuk pemisahan antara biji dengan buahnya.
c. Stasiun Penebah
Stasiun Penebah terdiri dari hoasting crane / tippler dan threser. Setelah buah
direbus dengan lori, lori kemudian diangkat dengan hoasting crane atau
tippler kemudian masuk ke thresser. Pada proses ini buah/brondolan
5
dipisahkan dari tandan sawit dengan menggunakan mesin penebah (thresher)
dengan cara mengangkat dan membanting tandan buah rebus tersebut.
d. Stasiun Press
Stasiun Press terdiri dari digester dan screw press. Buah yang telah diolah
hingga ketahap ketiga akan proses pressing. Proses keempat ini merupakan
proses inti dimana minyak diambil dari buah dengan melumatkan terlebih
dahulu brondolan kemudian dilakukan penekanan dengan mesin press untuk
mendapatkan minyak.
e. Stasiun Pemurnian Minyak
Stasiun Pemurnian Minyak terdiri dari Sand Trap Tank, Vibro Separator,
Crude Oil Tank, Vertical Continuous Tank, Oil Tank, Floater Tank, Vacum
Dryer, Sludge Tank, Sand Cylone, Buffer Tank, Sludge Separator, Fat Fit,
dan Storage Tank. Setelah proses pressing minyak dari buah, barulah didapat
minyak kasar. Selanjutnya minyak tersebut akan kebih disempurnakan
dengan berbagai macam proses seperti fraksinasi, sedimentasi, pengutipan
dan penyaringan. Setelah melalui tahap penyempurnaan minyak dipompakan
ke storage tank untuk tempat penyimpanan sementara sebelum dikirim.
f. Stasiun Pengolahan Biji
Stasiun Pengolahan Biji terdiri dari Cake Breaker Conveyor, Depricarper,
Nut Polishing Drum, Destoner, Nut Gruding Drum, Nut silo, Ripple Mill,
Cracked Mixer Conveyor, Light Tenera Dush Separator I/II, Claybath/Hydro
Cyclone, Kernel Dryer dan Kernel Bunker. Pada proses pengolahan biji, biji
akan melalui beberapa dan menghasilkan produk utama berupa kernel dan
produk samping berupa fibre an shell. Fibred an shell dimanfaatkan sebgai
bahan bakar boiler dan bias juga dijual sebagai produk samping (by product)
Akan tetapi keseluruhan proses yang terjadi pada masing-masing stasiun di
pabrik tidak terlepas dari peran penting dari stasiun pembangkit tenaga
sebagai pemasok steam yang akan digunakan turbin untuk menghasilkan
energi listrik dan uap bekasnya digunakan untuk pengolahan pengolahan.
6
2.2 Power Plant Pabrik kelapa Sawit
Power Plant merupakan stasiun yang menghasilkan tenaga listik yang sumbernya
dari generator diesel dan turbin uap yang menggerakkan generator. Stasiun
pembangkit listrik adalah sumber tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan
mesin pada pengolahan, juga sebagai tempat masuknya uap dari boiler ke setiap
stasiun yang ada di PKS (Harhap, 2016).
a. Boiler merupakan bejana bertekanan dengan bentuk dan ukuran yang
didesain untuk menghasilkan uap panas atau steam. Steam dengan tekanan
tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Ketel uap berasal dari kata ”boil” yang artinya mendidih dan menguap.
Dengan demikian boiler dapat diartikan sebagai suatu peralatan pembangkit/
pembentuk uap atau disebut juga sebagai suatu peralatan yang berfungsi
untuk mengkonversikan energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas
pembentukan uap ( Naibaho,1996).
b. Turbin Uap : Mengubah energi potensial uap ke dalam energi kinetik.
kemudian energi kinetik dirubah menjadi energi listrik dengan menggunakan
alternator ( Naibaho,1996).
c. Genset : Mengubah energi kimia dari bhan bakar diesel kedalam energi
listrik dengan menggunakan alternator diesel ( Naibaho,1996).
d. BPV : Menyimpan dan mendistribusikan uap dengan tekanan rendah untuk
proses pengolahan dipabrik ( Naibaho,1996).
7
2.3 Boiler
Gambar 2.1 Boiler PKS Turangi PT. PP London Sumatera (Lonsum)
Boiler merupakan instalasi penghasil uap yang dipakai untuk menggerakkan
turbin uap sebagai pembangkit tenaga di PKS.Boiler bekerja mengkonversikan
panas yang dihasilkan bahan bakar untuk mengubah air kedalam bentuk uap yang
kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin. Bahan bakar yang digunakan
di PKS umumnya terdiri dari shell dan fibre. Boiler yang dijumpai di PKS terdiri
dari jenis pipa api dan air. Berrdasarkan dari jenis uap yang dihasilkan boiler, uap
dapat dibedakan menjadi uap jenuh (saturated steam) dan uap kering
(superheated steam).Boiler yang dijumpai di PKS umumnya penghasil uap basah
dan uap kering (Naibaho, 1998).
2.4 Proses Pembentukan Uap
Keadaan uap tergantung dari tekanan, oleh karena itu pembentukan uap diadakan
pada tekanan konstan. Bila 1 kg air dipanaskan dengan temperatur mula 00 C di
dalam tangki tertutup dengan tekanan konstan, pada pemanasan tingkat pertama
temperatur air akan naik sampai air mendidih dan dikenal sebagai temperatur
didih. Setelah temperatur didih dicapai, uap mulai terbentuk selama temperatur
dipertahankan konstan, sampai dicapai titik di mana semua air berubah menjadi
uap.Isi tangki akan berupa campuran air dan uap, dikenal sebagai uap basah. Dan
8
bila semua air termasuk butir-butir yang terapung dalam uap basah itu diuapkan
maka akan didapat uap kenyang atau keadaan uap di mana ia tepat berwujud uap
seluruhnya. Jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah 1 kg air mendidih
menjadi 1 kg uap kenyang pada tekanan yang sama dinamakan entalpi penguap
laten. Begitu pemanasan dilanjutkan temperature uap kenyang itu naik dan uap
ini dikenal sebagai uap kering.Gas-gas hasil pembakaran memanasi bidang
pendidih atau penguap, super heater, ekonomiser dan pemanas udara dan
akhirnya dibuang ke atmosfir melalui cerobong asap. Udara setelah mengalami
pemanasan pada pemanas udara, di masukan ke dalam dapur.Air pengisi setelah
mengalami pemanasan pada ekonomiser, dimasukan kependidih atau
penguap.Dari bidang ini, uap dikeringkan pada super heater, untuk selanjutnya
siap untuk diisikan ke dalam mesin atau turbin uap. Penempatan ekonomiser dan
pemanas udara dalam saluran gas bekas, dimaksudkan untuk mengurangi
kerugian panas melalui gas yang meninggalkan cerobong asap (Pitrandjalasari
dan Putra, 2013).
2.5 Turbin
Gambar 2.2 Turbin PKS Turangi PT. PP London Sumatera (Lonsum)
Turbin uap adalah penggerak mula yang mengubah energy potensial uap menjadi
energy kinetik dan energy ini selanjutnya diubah menjadi energy mekanis dalam
bentuk putaran poros turbin.Poros turbin, langsung atau dengan bantuan rado gigi
reduksi, dihubungkandengan mekanisme yang digerakkan.Tergantung pada jenis
9
mekanisme yang digerakkan, turbin uap dapat digunakan pada berbagai bidang
industry untuk oembangkit listrik, dan untuk transportasi (Shlyakhin, 1999).
2.5.1 Komponen – komponen Turbin
Secara umum turbin terbagi beberapa bagian, yaitu (Shlyakhin, 1999) :
a. Cassing
asingberfungsi sebagai penutup bagian-bagian utama turbin.
b. Rotor
Rotor adalah bagian turbin yang berputar yang terdiri dari poros, sudu
turbin atau deretan sudu yaitu stasionary blade dan moving blade.
Untuk turbin bertekanan tinggi atau ukuran besar, khususnya unuk
turbin jenis reaksi maka motor ini perlu di balance untuk mengimbagi
gaya reaksi yang timbul secara aksial terhadap poros.
c. Bearing Pendestal
Bearing Pendestal adalah merupakan dudukan dari poros rotor.
d. Journal Bearing
Journal Beasing adalah bagian turbin yang berfungsi untuk menahan
Gaya Radial atau Gaya Tegak Lurus Rotor.
e. Thrust Bearing
Thrust Bearing adalah bagian turbin yang berfungsi untuk menahan
atau untuk menerima gaya aksial atau gaya sejajar terhadap poros yang
merupakan gerakan maju mundurnya poros rotor.
f. Main Oil Pump
Main Oil Pump berfungsi untuk memompakan oli dari tangki untuk
disalurkan pada bagian-bagian yang berputar pada turbin. Dimana
fungsi dari Lube Oil adalah :
1. Sebagai pelumas pada bagian – bagian yang berputar.
2. Sebagai pendingin (Oil Cooler) yang telah panas dan masuk ke
bagian trubin dan akan menekan / terdorong keluar secara sirkuler.
10
3. Sebagai Pelapis (Oil Film) pada bagian turbin yang bergerak secara
rotasi.
4. Sebagai Pembersih (Oil Cleaner) dimana oli yang telah kotor
sebagai akibat dari benda-benda yang berputar dari turbin akan
terdorong ke luar secara sirkuler oleh oli yang masuk.
g. Gland Packing
Gland Packing berfungsi sebagai penyekat untuk menahan kebocoran
baik kebocoran Uap maupun kebocoran oli.
h. Labirinth Ring
Labirinth Ring mempunyai fungsi yang sama dengan gland packing.
i. Implus Stage
Implus Stage adalah sudu turbin tingkat pertama yang mempunyai
sudu sebanyak 116 buah.
j. Stasionary Blade
Stasionary Blade adalah sudu-sudu yang berfingsi untuk menerima dan
mengarahkan steam yang masuk.
k. Moving Blade
Moving Blade adalah sejumlah sudu-sudu yang berfungsi menerima
dan merubah Energi Steam menjadi Energi Kinetik yang akan
memutar generator.
l. Control Valve
Control Valve adalah merupakan katup yang berfungsi untuk mengatur
steam yang masuk kedalam turbin sesuai dengan jumlah Steam yang
diperlukan.
m. Stop Valve
Stop Valve adalah merupakan katup yang berfungsi untuk
menyalurkan atau menghentikan aliran steam yang menuju turbin.
1. Gear Cassing adalah merupakan penutup gear box dari bagian-
bagian dalam reducing gear.
11
2. Pinion (high speed gear) adalah roda gigi dengan type Helical yang
putarannya merupakan putaran dari shaft rotor turbin uap.
3. Gear Wheal (low speed gear) merupakan roda gigi type Helical
yang putarannya akan mengurangi jumlah putaran dari Shaft rotor
turbin yaitu dari 5500 rpm menjadi 1500 rpm.
4. Pinion Bearing yaitu bantalan yang berfungsi untuk menahan /
menerima gaya tegak lurus dari pinion gear.
5. Pinion Holding Ring yaitu ring berfungsi menahan Pinion Bearing
terhadapgaya radial shaft pinion gear.
6. Wheel Bearing yaitu bantalan yang berfungsi menerima atau
menahan gaya radial dari shaft gear wheel.
7. Wheel Holding Ring adalah ring penahan dari wheel Bearing
terhadap gaya radial atau tegak lurus shaft gear wheel.
8. Wheel Trust Bearing merupakan bantalan yang berfungsi menahan
atau menerima gaya sejajar dari poros gear wheel (gaya aksial)
yang merupakan gerak maju mundurnya poros.
2.5.2 Klasifikasi Turbin Uap
Turbin uap dapat di klasifikasikan ke dalam kategori yang berada yang
bergantung pada kontruksiny, proses penurunan kalor, kondisi – kondisi
awal dan akhir uap dan pemakaiannya di bidang industry sebagai berikut
(Shlyakhin, 1999) :
1. Menurut jumlah tingkat tekanan :
a. Turbin satu tingkat dengan satu atau lebih tingkat kecepatan yang
biasanya berkapasitas kecil; turbin ini kebanyakan dipakai untuk
menggerakkan compressor sentrifugal dan mesin – mesin lainnya
yang serupa.
12
b. Turbin implus dan reaksi nekatingkat; turbin ini dibuat dalam
jangka kapasitas yang luas mulai darai yang kecil hingga yang
besar.
2. Menurut arah aliran uap :
a. Turbin aksial, yang uap mengalir dalam arah yang sejajar terhadap
sumbu turbin; tegak lurus terhadap sumbu turbin satu atau lebih
tingkat kecepatan rendah pada turbin untuk dipakai aksial.
b. Turbin radial, yang uapnya mengalir dalam arah yang tegak lurus
terhadap sumbu turbin.
3. Menurut jumlah silinder :
a. Turbin silinder tunggal.
b. Turbin silinder ganda.
c. Turbin tiga silinder, dan
d. Turbin empat silinder.
Turbin nekatingkat yang rotornya dipasang pada satu poros dan poros yang
sama dikopel dengan generator-tunggal yang dikenal sebagai turbin poros
tunggal, turbin dengan poros rotor yang terpisah untuk masing – masing
silinder yang dipasang sejajar satu dengan yang lainnya dikenal sebagai
neka-aksial.
4. Menurut metode pengaturan
a. Turbin dengan pengaturan pencekikkan (throttling) yang uap
segarnya masuk melalui satu atau lebih (yang tergantung pada daya
yang dihasilkan) katup pencekik yang dioperasikan serempak.
b. Turbin dengan pengaturan nosel yang uap segarnya masuk melalui
dua atau lebih pengaturan pembuka (opening regulator) yang
berurutan.
c. Turbin dengan pengaturan langkau (by-pass grovening) yang uap
segarnya di samping dialirkan ke tingkat pertama juga langsung
13
dialirkan ke satu, dua atau bahkan tiga tingkat menengah turbin
tersebut.
5. Menurut prinsip aksi uap
a. Turbin implus, yang energy potensial uapnya diubah menjadi
energy kinetic di dalam nosel atau laluan yang dibentuk oleh sudu
– sudu diam yang berdekatan, dan di dalam sudu – sudu gerak,
energy kinetic uap diubah menjadi energy mekanis, menurut
praktek turbin implus yang dilakukan sekarang inim
pengklasifikasian ini adalah relative, karena turbin ini beroperasi
dengan derajat reaksi yang agak membesar pada sudu-gerak,
tingkat – tingkat yang berikutnya (pada turbin kondensasi).
b. Turbin reaksi aksial yang ekspansi uap di antara laluan sudu baik
sudu pengarah maupun sudu-gerak tiap – tiap tingkat berlangsung
hampir pada derajat yang sama.
c. Turbin reaksi radial tanpa sudu pengarah yang diam.
d. Turbin reaksi radial dengan sudu pengarah yang diam.
6. Menurut proses penurunan kalor
a. Turbin kondensasi (condensing turbine) dengan regenerator, pada
turbin jenis ini uap pada tekanan yang lebih rendah dari tekanan
atmosfer dialirkan ke condenser, di samping itu uap juga dicerat
dari tingkat – tingkat menengahnya untuk memanaskan air
pengisian ketel jumlah penceratan yang demikian itu biasanya 2 –
3 hingga sebanyak 8 – 9. Kalor laten uap buang selama proses
kondensasi semuanya hilang pada turbin ini. Turbin kapasitas kecil
pada desain terdahulu sering tidak mempunyai pemanasan air
pengisian yang regenaratif.
b. Turbin dengan kondensasi dengan satu atau lebih penceratan dari
tingkat menengahnya pada tekanan tertentu untuk keperluan –
keperluan industry dan pemanasan.
14
c. Turbin tekanan lawan (back pressure turbin), uap buang dipakai
untuk keperluan – keperluan industry dan pemanasan; ke dalam
turbin jenis ini dapat juga ditambahkan (dalam artian yang relatif)
turbin dengan kevakuman yang dihilangkan (deteriorated), yang
uap buangnya dapat dipakai untuk keperluan – keperluan
pemanasan dan proses.
d. Turbin tumpang; turbin ini juga adalah jenis turbin tekanan lawan
dengan perbedaan bawha uap buang dari turbin dengan jenis ini
lebih lanjut masih dipakai untuk turbin – turbin kondensasi tekanan
menengah dan rendah. Turbin ini secara umum, beroperasi pada
kondisi tekanan dan temperature uap awal yang tinggi, dan dipakai
kebanyakan untuk membesarkan kapasitas pembangkit pabrik,
dengan maksud maksud untuk mendapatkan efisiensi yang lebih
baik.
e. Turbin tekanan lawan (back pressure turbine) dangan penceratan
uap dari tingkat – tingkat menengahnya pada tekanan tertentu;
turbin jenis ini dimaksudkan untuk mensuplai uap kepada
konsumen pada berbagai kondisi tekanan dan temperature.
f. Turbin tekanan rendah (tekanan buang) yang uap buang dari mesin
– mesin uap, palu uap, mesin tekan, dan lain – lain, dipakai untuk
keperluan pembangkit tenaga listrik.
g. Turbin tekanan-campur dengan dua atau tiga tingakt tekanan,
dengan suplai uap buang ke tingkat – tingkat menengahnya.
Turbin – turbin yang disebutkan pada ‘b’ sampai ‘e’ biasanya mempunyai
penceratan untuk pemanasan air pengisian ketel secara regenerative, di
samping penceratan uap pada tekanan – tekanan tertentu untuk keperluan –
keperluan lainnya.
15
7. Menurut kondisi – kondisi uap pada sisi masuk turbin
a. Turbin tekanan rendah, yang memakai uap pada tekanan 1,2
sampai 2 bar.
b. Turbin tekanan menengah, yang memakai uap pada tekanan
sampai 40 bar.
c. Turbin tekanan tinggi, yang memakai uap pada tekanan diatas 40
bar.
d. Turbin tekanan yang sangat tinggi, yang memakai uap pada
tekanan 170 bar atau lebih dan temperatur di atas 550ᴼC atau lebih.
e. Turbin tekanan superkritis, yang memakai uap pada tekanan 225
bar atau lebih.
8. Menurut pemakaian di bidang industry
a. Turbin stasioner dengan kepesatan putar yang konstan dipakai
terutama untuk menggerakkan alternator.
b. Turbin uap stasioner dengan kepesatan yang bervariasi dipakai
untuk menggerakkan blower turbo, pengedar udara (air circulator),
pompa, dan lain – lain.
c. Turbin yang tidak stasioner dengan kepesatan yang bervariasi;
turbin jenis ini biasanya dipakai pada kapal – kapal uap, kapal,
lokomotif kereta api (lokomotif turbo).
Semua jenis turbin yang telah dijelaskan di atas ini yang tergantung pada
kepesatan putar dapat dihubungkan langsung melalui roda gigi reduksi
dengan mesin – mesin yang digerakkan.
2.6 Thermodinamika
Termodinamika merupakan ilmu pengetahuan yang membahas mengenai
panasbdan mengenai sifat zat yang berhubungan dengan panas dan kerja. Seperti
pengetahuan yang lain, dasar termodinamika adalah pengamatan dan
16
eksperimental. Dalam Termodinamika, berbagai penemuan ini dinyatakan dalam
bentuk hokum Termodinamika yang pertama, kedua dan ketiga (Harahap, 2016).
2.6.1 Hukum Termodinamika Pertama
Hukum pertama termodinamika adalah hokum konservasi (kekekalan)
energy.Hokum ini menyatakan bahwa energy tidak dapat diciptkan ataupun
dilenyapkan. Energy dari suatu system yang mengalami perubahan (proses)
dapat bertambah atau berkurang oleh pertukaran dengan lingkungan dan
diubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain di dalam system itu. Jadi,
hukum ini adalah semata-mata “tata-buku” yang menyatakan pertukaran
dan kemampuan perubahan dari energy, dan menjaga bahwa dalam setiap
perubahan semua energy harus diperhitungkan (Wakil, 1998).
Hukum pertama tidak menunjukkan apakah perubahan energy dari satu
bentuk ke bentuk yang lain berrlangsung secara sempurna atau tidak, atau
apakah beberapa bentuk energy dapat dikonversikan secara penuh ke
bentuk lain. Masalah keterbatasan itu diserahkan kepada hukum kedua.
Pernyataan matematis yang paling umum mengenai hukum pertama adalah
untuk system terbuka yang mengalami perubahan dalam keadaan transien.
Yang dimaksud dengan system adalah setiap bagian tertentu, yang
volumenya dan batas-batasnya tidak perlu tetap, di mana perpindahan
panas dan konversi energy dan massa akan dikaji (Wakil,1998).
a. Entalpi
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah
energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang
digunakan untuk melakukan kerja. Dari tinjauan, entalpi tidak bisa
diukur, namun yang bisa dihitung adalah nilai perubahannya. Secara
matematis, perubahan entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:
h = U + PV ................................ 2.1
17
dimana :
h = Entalpi Sistem (joule).
U = Energi Internal (joule).
P = Tekanan dari Sistem (Pa).
V = Volume Sistem (m3).
Karena energi dalam U dab perkalian PV kedua – duanya memiliki
satuan energi, H juga memiliki satuan energi. Lebih dari itu, karena
U,P, dan V merupakan sifat – sifat system, maka H juga sebuah sifat
sistem (Wakil, 1998).
b. Mencari nilai Enthalpy steam masuk (Pi)
Mencari nilai entalpi superheated dengan cara interpolasi dengan
menggunakan tabel uap (Harahap 2016).
T = h
T1 = h1
T2 = h2=x
T3 = h3
Mencari x dengan cara interpolasi seperti di bawah ini :
=
=
...............................................................2.2
Atau
=
=
...............................................................2.3
engan emperatur C)
h = Entalpi (Kj/kg)
18
2.6.2 Hukum Termodinamika Kedua
Bila hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energy, yang
menyatakan bahwa semua bentuk energy dapat saling diubah satu sama
lain, maka hukum kedua memberikan batasan mengenai konversi beberapa
bentuk energy menjadi bentuk lain. Ada dua bentuk energy yang paling
banyak dapat perhatian kita, yaitu kalor (heat) dan kerja (work).Hukum
kedua tidaklah membantah kesetaraan dalam konversi kedua bentuk itu,
tetapi hanya membatasi sampai di mana konversi iitu bias
berlangsung.Kerja adalah komoditas yang lebih berharga (Wakil, 1998).
Kerja dapat di kenversikan seluruhnya dan secara terus-menerus menjadi
kalor. Tetapi tidak sebaliknya.Kalor tidak dapat dikonversikan secara
keseluruhan dan terus-menerusa menjadi kerja. Dengan kata lain kalor
tidak seluruhnya tersedia untuk melakukan kerja secara terus-menerus,
yaitu dalam siklus (walapun mungkin dalam proses) (Wakil, 1998).
a. Entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur
energi dalam sistem per-satuan temperatur yang tak dapat digunakan
untuk melakukan usaha.Mungkin manifestasi yang paling umum dari
entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari sebuah
sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi
panas berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke
komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem yang
panasnya terisolasi , entropi hanya berjalan satuarah (bukan proses
reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk
menentukan bahwa energi tidak dapat dipakai untuk melakukan
usaha pada proses - proses termodinamika. Proses-proses ini hanya
bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan
ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis
19
mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama kerja/usaha
tersebut, entropi akan terkumpul pada system,yang lalu terdisipasi
dalam bentuk panas buangan (Wakil, 1998).
Pada termodinamika klasik, konsep entropi di definisi kan pada
hukum kedua termodinamika, yang menyatakan bahwa entropi dari
sistem yang terisolasi selalu bertambah atau tetap konstan. Maka,
entropi juga dapat menjadi ukuran kecenderungan suatu proses,
apakah proses tersebut cenderung akan "ter entropikan" atau akan
berlangsung ke arah tertentu. Entropi juga menunjukkan bahwa
energi panas selalu mengalir secara spontan dari daerah yang suhunya
lebih tinggi ke daerah yang suhunya lebih rendah. Entropi
termodinamika mempunyai dimensi energi dibagi temperatur,yang
mempunyai Satuan Internasional joule per Kelvin (Wakil,1998).
2.7 Siklus Rankine
Siklus rankine segera setelah diciptakan, langsung diterima sebagai standar untuk
pembangkit-daya yang menggunakan uap (steam), hingga sekarangpun masih
demikian.Berbeda dari siklus diesel ideal yang merupakan siklus gas dan siklus
Carnot yang untuk semua fluida, siklus rankine adalah siklus untuk uap dan
cairan (Wakil, 1998).
Siklus Rankine nyata digunakan dalam instalasi pembangkit-daya jauh lebih
rumit daripada siklus Rankine ideal asli yang sederhana. Siklus ini merupakan
siklus yang paling banyak digunakan untuk pembakit daya listrik dewasa ini, dan
boleh dikatakan pasti akan terus demikian pada masa yang akan datang (Wakil,
1998).
20
2.8 Heat Rate
Heat Rate adalah ukuran dari thermal peerfomance boiler – turbin – generator
yang dioperasikan secara gabunga sebagai suatu unit. Heat Rate didefenisikan
sebagai jumlah dari energy bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah energy listrik selama waktu satu jam. Satuan Heat Rate adalah kJ/kWh
(Sunarwo dan Supriyo, 2015).
Heat rate merupakan kebalikan dari efisiensi suatu pembangkit tenaga,
maksudnya adalah jika nilai heat reat suatu pembangkit tenaga tinggi maka
efisiensi pembangkit tenaga tersebut akan rendah dan begitu sebaliknya. Semakin
sedikit penggunaan panas dalam menghasilkan listrik maka efisiensi pembangkit
tenaga akan naik dan pengunaan bahan bakar akan semakin sedikit dan menekan
cost. Heat rate juga dapat diartikan dengan energi yang dibutuhkan untuk
menghasilkan listrik 1 kWh pada suatu pembangkit tenaga. Dengan kata lain,
mengukur efisiensi pembangkit listris menggunakan metode heat reat
merupakan proses pengoptimalam dari panas yang dihasilkan oleh proses
pemabakaran bahan bakar menjadi listrik. Heat Rate dapat di formulasikan
sebagai berikut (Harahap, 2016).
Heat Rate =
………………….2.4
Dimana :
hi = Enthalpy sistem
Daya yang dihasilkan = Daya yang dihasilkan turbin
Pada suatu pembangkit listrik tenaga uap (turbin), terdapat beberapa titik
pengambilan titik pengukuran heat rate, yaitu:
1. Turbine Heat Rate (THR) adalah laju heat yang masuk ke siklus uap yang
dihitung dari parameter fluida yang masuk dan keluar dari suatu sistem
(turbin).
21
2. Gross Plant Heat Rate (GPHR) adalah laju heat yang masuk kedalam boiler
dihitung berdasarkan bahan bakar yang masuk.
3. Net Plant Heat Rate (NPHR) adalah laju heat yang masuk ke boiler atau nett
output, daya yang dihasilkan suatu pembangkit listrik setelah dikurangi daya
yang dipakai sendiri oleh pembangkit tersebut untuk kebutuhan pabrik.
2.9 Turbin Heat Rate
Turbin Heat Rateadalah jumlah kalor yang yang dibutuhkan untuk memproduksi
listrik sebesar 1kWh dan dinyatakan dalam (kcal/kWh).Turbin Heat Rate
menunjukkan perbandingan dari energi total yang digunakan untuk memutar
turbin, dengan energi listrik yang dihasilkan oleh generator (Sunarwo dan
Supriyo, 2015).
Turbin Heat ratemerupakan kebalikan dari efisiensi suatu pembangkit tenaga,
maksudnya adalah jika nilai heat rate suatu pembangkit tenaga tinggi maka
efisiensi pembangkit tenaga tersebut akan rendah dan begitu sebaliknya. Semakin
sedikit penggunaan panas dalam menghasilkan listrik maka efisiensi pembangkit
tenaga akan naik dan penggunaan bahan bakar akan semakin sedikit dan
menekan cost. Heat rate juga dapat diartikan dengan energi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan listrik 1 kWh pada suatu pembangkit tenaga. Dengan kata
lain, mengukur efisiensi pembangkit listrik menggunakan metode heat rate
merupakan proses pengoptimalan dari panas yang dihasilkan oleh proses
pembakaran bahan bakar menjadi listrik (Harahap, 2016).
Turbine Heat Ratedapat dirumuskan sebagai berikut :
Turbin Heat Rate =
…………………….. 2.5
Dimana :
THR : Turbin Heat Rate (kJ/kWh)
M1 : Laju Aliran Massa Fluida (kg/jam)
H1 : Enthalpy Steam In (kj/kg)
22
H2 : Enthalpy Steam Out (kj/kg)
Gross Output : Daya Output Generator Turbin (kW)
2.10 Efisiensi Turbin
Efisiensi turbin merupakan parameter yang menyatakan derajat keberhasilan
komponen atau sistem turbin mendekati desain atau proses ideal dengan satuan
persen (%). Efisiensi turbin dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sunarwo
dan Supriyo, 2015):
Ƞturbin =
..................................................(2.6)
Dimana :
Ƞturbin : Efisiensi Turbin (%)
860 : Energi kalor dalam 1 kwh (kcal)
THR : Turbine Heat Rate (kJ/kWh)