BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian...

38
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian NAPZA NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). 2.1.2. Jenis–Jenis NAPZA NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok. 1. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. NAPZA

2.1.1. Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif

lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan

perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).

NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian

tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA

bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan

bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).

2.1.2. Jenis–Jenis NAPZA

NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif

lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.

1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga

memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat

lepas dari “cengkraman”-nya.

Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke

dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.

a. Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya

sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun,

kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain,

morfin, opium, dan lain-lain.

b. Narkotika golongan II adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi

bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin dan

turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.

c. Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi

bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein dan

turunannya.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun

sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.

Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa

(psyche).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat

dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :

a. Golongan I adalah : psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum

diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.

Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.

b. Golongan II adalah : psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk

pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin,

metakualon, dan sebagainya.

c. Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna

untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,

fleenitrazepam, dan sebagainya.

d. Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta

berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,

mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.

3. Bahan Adiktif Lainnya

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika

yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :

a. Rokok

b. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan

ketagihan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

c. Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin,

yang bila dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan.

Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan dan menimbulkan

ketagihan juga tergolong NAPZA (Partodiharjo, 2008).

2.1.3. Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis,

paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan

dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk

kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit.

Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara

salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat.

Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa

ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik ( Sumiati,

2009).

Menurut Pasal 1 UU RI No.35 Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi

yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus

dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila

penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala

fisik dan psikis yang khas.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):

a. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau

menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan

mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,

ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.

b. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan

NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat untuk

menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala fisik.

2.1.4. Tahapan Pemakaian NAPZA

Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)

Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-coba.

Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman beralkohol.

Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil ekstasi.

2. Tahap pemakaian sosial

Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara

tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula-mula NAPZA diperoleh

secara gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif mencari NAPZA.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

3. Tahap pemakaian situasional

Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian

NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha

memperoleh NAPZA secara aktif.

4. Tahap habituasi (kebiasaan)

Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut

juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup.

Teman lama berganti dengan teman pecandu. Ia menjadi sensitif, mudah

tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai

menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang. Ia sering

membolos dan prestasi sekolahnya merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada

berkumpul bersama keluarga.

5. Tahap ketergantungan

Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong,

menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan

penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan

keluarga dan teman-teman rusak.

Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah takaran zat yang dipakai,

agar ia dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat,

meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya dikurangi atau

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

dihentikan, timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat (sakaw). Gejalanya

bergantung pada jenis zat yang digunakan.

Orang pun mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat merasakan

pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko meningkatnya kerusakan organ-organ

tubuh.

Gejala lain ketergantungan adalah toleransi, suatu keadaan di mana jumlah

NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh yang sama

seperti yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan

meningkat. Jika jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan (overdosis), dapat terjadi

kematian (Harlina, 2008).

2.1.5. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan

penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan

(teman sebaya), dan karakteristik individu.

1. Faktor Genetik

Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja dari orang

tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai peminum alkohol

dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik. Penelitian lain membuktikan

remaja kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih besar dibandingkan

remaja kembar dizigot.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

2. Lingkungan Keluarga

Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap penyalahgunaan

NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka mempunyai risiko

penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan dengan pola asuh orang tua

dengan disiplin yang ketat.

Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga mampu menciptakan

kebahagiaan bagi semua anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-problem

tertentu. Salah satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga

berantakan yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya

komunikasi antara mereka.

Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian. Kalau

pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah sebuah rumah

tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa betah. Orangtua

sering minggat dari rumah atau pergi pagi dan pulang hingga larut malam. Ke mana

anak harus berpaling? Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai

hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang menghabiskan

waktu luang dan bercanda dengan orang tuanya (Jehani, dkk, 2006).

3. Pergaulan (Teman Sebaya)

Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman kelompok

sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan

penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

pertama dengan NAPZA justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman

kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang

bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada

saat perkenalan pertama dengan NAPZA, melainkan juga menyebabkan seseorang

tetap menyalahgunakan NAPZA, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse).

Bila hubungan orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan terlepas ikatan

psikologisnya dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam pengaruh teman

kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini memengaruhi si anak, misalnya dengan

cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan seterusnya sehingga anak turut

menyalahgunakan NAPZA dan sukar melepaskan diri dari teman kelompoknya.

Marlatt dan Gordon (1980) dalam penelitiannya terhadap para penyalahguna

NAPZA yang kambuh, menyatakan bahwa mereka kembali kambuh karena ditawari

oleh teman-temannya yang masih menggunakan NAPZA (mereka kembali bertemu

dan bergaul). Kondisi pergaulan sosial dalam lingkungan yang seperti ini merupakan

kondisi yang dapat menimbulkan kekambuhan. Proporsi pengaruh teman kelompok

sebagai penyebab kekambuhan dalam penelitian tersebut mencapai 34%.

4. Karakteristik Individu

a. Umur

Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA adalah mereka

yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara kejiwaan masih sangat labil,

mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan sedang mencari identitas diri serta senang

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

memasuki kehidupan kelompok. Hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan

Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional menyatakan sebanyak

70% penyalahguna NAPZA di Indonesia adalah anak usia sekolah (Jehani, dkk,

2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2004) proporsi penyalahguna

NAPZA tertinggi pada kelompok umur 17-19 tahun (54%).

b. Pendidikan

Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang menyatakan apakah

pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA. Akan tetapi, pendidikan ada

kaitannya dengan cara berfikir, kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta

pengambilan keputusan dalam keluarga.

Hasil penelitian Prasetyaningsih (2003) menunjukkan bahwa pendidikan

penyalahguna NAPZA sebagian besar termasuk kategori tingkat pendidikan dasar

(50,7%). Asumsi umum bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin mempunyai

wawasan/pengalaman yang luas dan cara berpikir serta bertindak yang lebih baik.

Pendidikan yang rendah memengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi yang

sangat penting tentang NAPZA dan segala dampak negatif yang dapat

ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk berkembang

menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang sempit.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

c. Pekerjaan

Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun

2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data bahwa penyalahguna NAPZA

tertinggi pada karyawan swasta dengan prevalensi 68%, PNS/TNI/POLRI dengan

prevalensi 13%, dan karyawan BUMN dengan prevalensi 11% (BNN, 2010).

2.1.6. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

1. Terhadap kondisi fisik

a. Akibat zat itu sendiri

Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya intoksikasi

yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis berlebih yang memang

diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya bila pemakaiannya terputus akan terjadi

kondisi putus zat.

Contohnya :

a.1. Ganja : pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah terserang

infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.

a.2. Kokain : bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung, jangka

panjang terjadi anemia dan turunnya berat badan.

a.3. Alkohol : menimbulkan banyak komplikasi, misalnya : gangguan lambung,

kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan saraf, gangguan

metabolisme, cacat janin dan gangguan seksual.

b. Akibat bahan campuran/pelarut : bahaya yang mungkin timbul : infeksi, emboli.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

c. Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril

Akan terjadi infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.

d. Akibat pertolongan yang keliru

Misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.

e. Akibat tidak langsung

Misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau malnutrisi karena gangguan

absorbsi pada pemakaian alkohol.

f. Akibat cara hidup pasien

Terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin.

2. Terhadap kehidupan mental emosional

Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada

kehidupan mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak

wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional.

Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri.

3. Terhadap kehidupan sosial

Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu

fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya prestasi

akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan

untuk menyalahgunakan obat.

Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan dekat pada

umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan menimbulkan toleransi, kebutuhan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak

kriminal, keretakan rumah tangga sampai perceraian. Semua pelanggaran, baik norma

sosial maupun hukumnya terjadi karena kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada

keadaan intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif (Alatas, dkk,

2006).

2.1.7. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka,

individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi terhadap

penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan

masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA.

Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat

menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang sudah

menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak menggunakan

NAPZA lagi.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi

penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi untuk

menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan terhadap penyalahguna

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat

membantunya untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun

dengan melakukan rehabilitasi kembali.

2.1.8 Terapi dan Rehabilitasi

1. Terapi

Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi.

Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat,

dengan dua cara yaitu:

a. Detoksifikasi Tanpa Subsitusi

Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang

mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat

tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.

b. Detoksifikasi dengan Substitusi

Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya

kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan

alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah

dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama

pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala

simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau

sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba, 2008).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

2. Rehabilitasi

Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan

mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti

sehat fisik, psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan

mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.

Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :

a. Rehabilitasi Medik

Dengan rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan penyalahguna

NAPZA benar-benar sehat secara fisik. Termasuk dalam program rehabilitasi medik

ini ialah memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan

yang bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olahraga yang teratur disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing yang bersangkutan.

b. Rehabilitasi Psikiatrik

Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula

bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat

bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya maupun personil yang

membimbing atau mengasuhnya.

Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga

yang dapat dianggap sebagai “rehabilitasi” keluarga terutama bagi keluarga-keluarga

broken home. Konsultasi keluarga ini penting dilakukan agar keluarga dapat

memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang terlibat penyalahgunaan NAPZA,

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

bagaimana cara menyikapinya bila kelak ia telah kembali ke rumah dan upaya

pencegahan agar tidak kambuh.

c. Rehabilitasi Psikososial

Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi

dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di

sekolah/kampus dan di tempat kerja. Program ini merupakan persiapan untuk kembali

ke masyarakat. Oleh karena itu, mereka perlu dibekali dengan pendidikan dan

keterampilan misalnya berbagai kursus ataupun balai latihan kerja yang dapat

diadakan di pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila mereka telah selesai

menjalani program rehabilitasi dapat melanjutkan kembali ke sekolah/kuliah atau

bekerja.

d. Rehabilitasi Psikoreligius

Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting. Unsur agama dalam

rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA mempunyai arti penting dalam

mencapai penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan memulihkan dam

memperkuat rasa percaya diri, harapan dan keimanan. Pendalaman, penghayatan dan

pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan menumbuhkan kekuatan kerohanian

pada diri seseorang sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat

kembali dalam penyalahgunaan NAPZA.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

e. Forum Silaturahmi

Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca rehabilitasi) yaitu

program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan penyalahguna NAPZA (yang

telah selesai menjalani tahapan rehabilitasi) dan keluarganya. Tujuan yang hendak

dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan terwujudnya rumah

tangga/keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan religius, sehingga dapat

memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA.

f. Program Terminal

Pengalaman menunjukkan bahwa banyak dari mereka sesudah menjalani

program rehabilitasi dan kemudian mengikuti forum silaturahmi, mengalami

kebingungan untuk program selanjutnya. Khususnya bagi pelajar dan mahasiswa

yang karena keterlibatannya pada penyalahgunaan NAPZA di masa lalu terpaksa

putus sekolah menjadi pengangguran; perlu menjalani program khusus yang

dinamakan program terminal (re-entry program), yaitu program persiapan untuk

kembali melanjutkan sekolah/kuliah atau bekerja.

2.2. Konsep Perilaku

2.2.1. Pengertian Perilaku

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Skinner merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku

manusia terjadi melalui proses : Stimulus Organisme Respon, sehingga

teori Skinner ini disebut teori “SOR”.

Berdasarkan Teori SOR, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan

menjadi dua, yakni :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum

dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas

dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap

stimulus.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa

tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar.

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom, dan untuk kepentingan

pendidikan praktis, dikembangkan menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010) :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

3. Tindakan atau praktik (Practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan

prasarana.

2.2.2. Determinan Perilaku

Green (1980) menganalisis faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama,

yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan

sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana

atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Kadang-kadang, meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi

tidak melakukannya.

2.2.3. Konsep Dasar Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan,

dan sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebgainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Pengetahuan menjadi landasan penting untuk menentukan suatu tindakan.

Pengetahuan, sikap dan perilaku akan kesehatan merupakan faktor yang menentukan

dalam mengambil suatu keputusan (Notoatmodjo, 2003).

2.2.4. Konsep Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2007) :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan, bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Voluing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.5. Konsep Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo, 2007).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik

tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

2.3. Motivasi

2.3.1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela

untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan

menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1989).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Sedangkan menurut Daft dan Marcic (2008) motivasi adalah kekuatan yang

membangkitkan semangat dan ketekunan untuk mengejar tindakan tertentu.

2.3.2. Pembagian Motivasi

Ada dua jenis motivasi yaitu:

1. Motivasi Internal

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang.

2. Motivasi Eksternal

Yaitu motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.

Motivasi pada penyalahguna NAPZA dapat diartikan suatu perilaku

seseorang yang didorong untuk terlepas dari suatu penyakit atau rasa ketergantungan

terhadap NAPZA terutama para remaja yang mengalami masa transisi atau pencarian

identitas diri, dimana mudahnya terpengaruh oleh lingkugan luar atau sutau

kelompok yang membawa pengaruh besar terhadap remaja tersebut untuk ke arah

yang negatif, begitupun sebaliknya (Iryani, 2007).

2.4. Kambuh Kembali

2.4.1. Pengertian Kambuh Kembali

Kambuh kembali yaitu wujud perilaku menyimpang atau manifestasi

ketidakmampuan individu menjalankan fungsinya dengan baik, yang berlangsung

secara progresif. Gejala-gejala itu meningkat dan akhirnya ia memakai NAPZA, agar

bebas dari tekanan (Martono, 2008).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Sedangkan menurut Nasution (2004) kambuh kembali adalah seseorang yang

sudah sembuh dari penyalahgunaan NAPZA yang kembali menggunakannya.

2.4.2. Faktor – Faktor Penyebab

Adapun yang menjadi faktor penyebab kambuh kembali pada penyalahguna

NAPZA adalah sebagai berikut (Nasution, 2004) :

a. Mantan penyalahguna NAPZA yang sudah pulih seringkali mengalami euforia.

Mereka cenderung mabuk dengan keberhasilannya, lalu menjadi sombong dan

serakah. Ia melupakan unsur-unsur penopang keberhasilannya. Mabuk

keberhasilan, ditambah dengan keserakahan itulah yang membuatnya lengah dan

kembali memakai NAPZA.

b. Stress. Mungkin mantan penyalahguna NAPZA banyak beban atau juga sering

menyalahkan dirinya sendiri. Semua itu membuatnya stress. Seperti yang pernah

dulu ia alami dan lakukan, setiap kali mengalami masalah, ia lari ke NAPZA. Ia

ingin lari dari kenyataan.

c. Kepribadian yang tidak tahan perubahan. Mantan penyalahguna NAPZA yang

tidak tahan perubahan potensial kambuh. Mereka ini termasuk yang tidak

disiplin. Hal-hal yang sebelumnya sudah berusaha keras ia lakukan atau

hindarkan, kembali lagi ia langgar.

d. Mereka yang demam obat. Yaitu mereka yang doyan makan obat. Setiap kali

sakit, ia akan memakan obat. Suatu saat nanti ia pasti akan menjadikan NAPZA

sebagai obatnya.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

e. Kepribadian tanpa perlindungan. Maksudnya mereka yang sudah sembuh tidak

mendapat pengawasan dari keluarganya ataupun dari teman sebaya. Mereka bisa

dengan bebas kembali ke ‘habitatnya’.

f. Tidak adanya dukungan atau bimbingan dari keluarga. Hingga saat ini ada

kesalahan yang tak disadari yaitu mereka yang berobat lebih banyak berorientasi

pada pengobatan fisik, sementara kurang dukungan penyembuhan yang berasal

dari keluarga.

2.4.3. Proses Kambuh Kembali

Menurut Groski dan Miller (1986), proses kambuh kembali terjadi dalam

sebelas tahap yaitu sebagai berikut :

Tahap ke-1 : Perubahan Dalam Diri

Terlihat baik di luar, tetapi mulai menggunakan pemikiran yang tidak sehat

dan adiktif untuk mengelola perasaan negatif mengenai citra diri. Beberapa gejala

sebagai berikut:

a. Stres meningkat - dapat disebabkan oleh keadaan besar atau hal-hal kecil.

b. Berubah dalam berpikir - program pemulihan tidak penting lagi.

c. Perubahan perasaan - perubahan suasana hati dan perasaan positif atau negatif

yang berlebihan.

d. Perubahan perilaku - tidak ikut serta pada program seperti sebelumnya,

mengetahui sesuatu yang salah.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Tahap ke-2 : Menyangkal

Mulai mengabaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan, dan berhenti berkata

jujur kepada orang lain mengenai apa yang dipikirkan dan rasakan. Beberapa gejala

sebagai berikut:

a. Mengkhawatirkan tentang diri sendiri - merasa takut menggunakan NAPZA, dan

memberhentikan ketakutan karena pikiran yang terlalu tidak nyaman.

b. Menyangkal diri dalam keadaan khawatir - meyakinkan diri bahwa semuanya

baik, padahal sebenarnya tidak.

Tahap ke-3 : Menghindar dan Mempertahankan Diri

Menghindari orang atau situasi yang akan memaksa evaluasi akan kejujuran

dari pemikiran, perasaan dan perubahan perilaku: dan jika dihadapkan, menjadi

defensif dan tidak mendengarkan. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Yakin bahwa alkohol atau obat-obatan tidak akan digunakan lagi - meyakinkan

diri sendiri bahwa energi tidak banyak yang dibutuhkan untuk menjaga ketenangan

hati, dan menjaga ini meskipun rahasia.

b. Khawatir tentang orang lain - lebih berfokus pada ketenangan orang lain dari pada

diri sendiri, menilai program lainnya, dan membuat segala sesuatunya menjadi

rahasia.

c. Defensif - menghindari diskusi tentang masalah pribadi karena takut dikritik.

d. Perilaku kompulsif - kembali ke cara lama, kaku dan merugikan diri sendiri dalam

hal berpikir dan bertindak.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

e. Perilaku impulsif - menggunakan penilaian buruk dan menyebabkan masalah

karena perilaku impulsif tanpa memikirkan dengan tuntas.

f. Menghindari orang - merasa tidak nyaman di sekitar orang lain dan mengubah

perilaku untuk menyendiri, mencari-cari alasan untuk tidak bersosialisasi, dan

merasa kesepian.

Tahap ke-4 : Terbangunnya Krisis

Bekerja keras untuk memecahkan masalah tetapi menyebabkan timbulnya

permasalahan yang baru. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Perubahan visi - berfokus pada satu bagian kecil dari kehidupan dengan

mengesampingkan segala sesuatunya.

b. Depresi - merasa sedih, tidur terlalu banyak dan kurang energi.

c. Hilangnya perencanaan konstruktif - bukan melihat ke depan atau berpikir tentang

apa yang harus dilakukan selanjutnya.

d. Kegagalan rencana - rencana mulai gagal dan setiap kegagalan menyebabkan

reaksi yang berlebihan menciptakan masalah baru dan perasaan bersalah dan

penyesalan.

Tahap ke-5 : Immobilisasi

Merasa terjebak dalam masalah yang berkelanjutan, tidak terkendali dan

merasa tidak termotivasi untuk mengambil tindakan. Beberapa gejala sebagai berikut:

a. Berangan-angan - memiliki fantasi untuk melarikan diri jika seseorang akan

membantu atau suatu peristiwa akan terjadi.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

b. Kekalahan - perasaan seperti kegagalan, seseorang yang tidak bisa mendapatkan

sesuatu dengan benar.

c. Kebahagiaan - keinginan untuk bahagia tapi tidak tahu bagaimana

mewujudkannya.

Tahap ke-6 : Kebingungan dan Reaksi Berlebihan

Bermasalah dalam hal berpikir jernih dan mengelola pikiran, perasaan dan

tindakan. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Kesulitan berpikir jernih - masalah biasanya sederhana namun membingungkan

karena mental yang jatuh dan pemikiran yang tidak terkendali.

b. Kesulitan mengelola perasaan dan emosi - bereaksi berlebihan atau menjadi mati

rasa, pikiran gila.

c. Kesulitan mengingat – kesulitan mengingat sesuatu dari masa lalu dan belajar hal

baru yang menjadi suatu tantangan.

d. Kebingungan - tidak tahu apa yang benar atau salah, sehat atau tidak sehat, dan

tidak tahu bagaimana memecahkan masalah.

e. Ketidakmampuan mengelola stress - perasaan mati rasa dan tidak mengakui itu,

merasa kewalahan tanpa alasan, tidak bisa terlepas dari situasi atau lingkungan.

Tahap ke-7 : Depresi

Merasakan bahwa hidup ini tidak layak atau berpikir untuk mengobati diri

sendiri dengan obat - obatan atau alkohol untuk menghindari depresi.

Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Makan tidak teratur – makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan,

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

mengganti makanan sehat dengan siap saji.

b. Tidak termotivasi - tidak bisa memulai dan menyelesaikan apapun dan merasa

terjebak.

c. Susah tidur - tidak bisa tidur, mimpi buruk dan tidak nyenyak tidur.

d. Hilangnya kegiatan harian - rutinitas sehari-hari menjadi berantakan.

e. Depresi mendalam - depresi diperhatikan oleh orang lain dan tidak dapat

dengan mudah disangkal, merasa tidak ada yang peduli atau memahami.

Tahap ke-8 : Tingkah Laku Hilang Kontrol

Ketidakmampuan untuk mengendalikan pemikiran, perasaan, dan tingkah

laku. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Tidak teratur menghadiri pertemuan - mencari alasan untuk tidak pergi pertemuan

dan bertemu dengan sponsor, membuat hal-hal lain menjadi lebih penting.

b. Sikap tidak peduli - tidak peduli tentang masalah untuk menyembunyikan perasaan

putus asa.

c. Ketidakpuasan dengan kehidupan - perasaan ingin kembali ke alkohol dan obat-

obatan karena segala sesuatu tidak akan menjadi lebih buruk.

d. Ketidakberdayaan - perasaan seolah-olah tidak ada yang bisa dilakukan dan tidak

ada jalan keluar.

Tahap ke-9 : Pengakuan Atas Hilangnya Kontrol

Penolakan atas gangguan dan realisasi atas kehidupan yang tidak terkendali,

masalah semakin parah, dan ada sedikit kontrol atas keadaan, ketakutan dan

kecemasan akibat hasil isolasi dan merasa bahwa tidak seorangpun yang membantu.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Kesulitan dengan koordinasi fisik - pusing, kehilangan keseimbangan, koordinasi

tangan-mata dan refleks lambat menyebabkan kecanggungan dan kecelakaan.

b. Mengasihani diri sendiri - percaya bahwa tidak ada harapan dan merasa bersalah

pada diri sendiri.

c. Pengalaman penggunaan sosial - berharap kembali ke alkohol dan penggunaan

narkoba dapat dikontrol dan mungkin satu-satunya alternatif untuk merasa lebih

baik.

d. Sadar berbohong - hal-hal yang dikatakan adalah kebohongan, dan tidak bisa

berhenti berbohong.

e. Hilangnya kepercayaan diri – percaya pada diri sendiri hal yang tidak berguna,

tidak kompeten dan tidak akan pernah mampu mengelola kehidupan.

Tahap ke-10 : Isolasi Diri

Percaya hanya ada tiga jalan keluar: gila, bunuh diri, atau pengobatan sendiri

dengan zat alkohol dan atau kimia. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Kebencian yang tidak masuk akal - kemarahan akibat ketidakmampuan untuk

berperilaku dengan cara yang tidak sehat.

b. Penghentian pengobatan - berhenti menghadiri semua pertemuan dengan konselor

dan kelompok, dan menghentikan semua pengobatan farmakoterapi.

c. Kesepian, frustasi, kemarahan dan ketegangan - merasa tak berdaya, putus asa dan

hampir gila.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

d. Kehilangan kontrol perilaku - ketidakmampuan untuk mengendalikan pemikiran,

emosi, dan penilaian.

Tahap ke-11 : Penggunaan Alkohol dan Obat-obatan

Kembali ke penggunaan alkohol atau obat-obatan dan cepat kehilangan

kontrol. Beberapa gejala sebagai berikut :

a. Mencoba mengendalikan penggunaannya - berencana untuk menggunakan karena

sosial atau jangka pendek.

b. Kecewa, malu dan rasa bersalah - penggunaan alkohol dan obat tidak

menghasilkan hasil yang diinginkan dan kekecewaan diikuti dengan rasa malu dan

rasa bersalah karena kambuh.

c. Hilangnya kontrol - alkohol dan kimia, penggunaan narkoba di luar kendali.

d. Hidup dan masalah kesehatan - kualitas hidup merosot sebagai masalah berat

dengan hubungan, pekerjaan, keuangan, kesehatan mental dan fisik sehingga

memerlukan perawatan profesional.

2.4.4. Pencegahan Kekambuhan Kembali

Pencegahan kekambuhan kembali adalah suatu metode yang sistematik bagi

penyalahguna yang sedang pulih, untuk mengenal dan mengelola munculnya kembali

perilaku adiktif. Tujuan program pencegahan kekambuhan kembali, meliputi :

a. Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi situasi risiko tinggi,

b. Mengidentifikasi tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan,

c. Mengubah gaya hidup penyalahguna NAPZA menjadi gaya hidup sehat, dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

d. Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang produktif.

Pencegahan kekambuhan harus menjadi bagian dari upaya pemulihan.

Penyalahguna NAPZA yang telah pulih harus diajarkan keterampilan untuk

mengatasi masalah. Adapun kegiatan pencegahan kekambuhan antara lain :

1. Pemulihan fisik

a) Perawatan aspek medik dan kesehatan

b) Kebiasaan makan yang sehat

c) Latihan relaksasi

d) Tidur teratur

e) Kegiatan rekreasi

2. Pemulihan psikologis dan perilaku

a) Membangun citra diri

b) Mengembangkan nilai-nilai, seperti kejujuran

c) Mengikuti kegiatan yang teratur dan terencana

d) Bekerja tepat waktu

e) Mengambil tanggung jawab dan mengelolanya

3. Pemulihan sosial

a) Menyediakan waktu dengan keluarga dan teman-teman

b) Pergi bersama anggota keluarga

c) Makan bersama anggota keluarga

d) Mengambil peran tertentu

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

4. Pemulihan rohani

Meningkatkan nilai-nilai moral dan spiritual.

Penyalahguna NAPZA yang telah selesai mengikuti terapi atau rehabilitasi

harus tetap mengikuti program pemulihan dan mengerjakan latihan atau tugas yang

diberikan setiap hari selama sisa hidupnya. Jika tidak, dapat terjadi kekambuhan.

Ada perjanjian antara penyalahguna NAPZA dan tempat terapi atau

rehabilitasi setelah selesai terapi, agar ia mengikuti program rawat lanjut. Ia harus

secara teratur menghadiri pertemuan kelompok pendukung, beroleh dukungan dan

berpartisipasi aktif. Ia harus dilatih cara mengatasi rasa rindu dan mencegah

kekambuhan. Orang tua pun harus memahami masalah itu dan turut membantu anak

mengidentifikasi gejala kekambuhan.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan penyalahguna NAPZA yang sedang

pulih agar tidak kambuh :

a. Mengelola perasaannya secara sehat

Cara : membiarkan perasaan itu muncul, menarik napas panjang beberapa kali,

mencurahkan perasaan, mengecek perasaannya dengan kenyataan, tidak

mempersalahkan orang lain atau keadaan, menuliskan perasaannya, tidak

mengasihani diri sendiri, mengubah cara pandang, melakukan sesuatu yang

positif dan menyenangkan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

b. Menghadapi persoalan secara konstruktif

Cara : tidak lari dari masalah, meletakkan masalah secara proporsional,

membicarakannya, mendahulukan pemulihannya, menerima tanggung jawab dan

tidak menyalahkan orang lain, membagi persoalan ke dalam beberapa langkah

kecil, menunggu, dan meminta dukungan.

c. Menghindari situasi berisiko tinggi

Ia harus menghindari situasi berisiko tinggi, yaitu orang, tempat, benda, dan

suasana yang berkaitan dengan pemakaian NAPZA di masa lalu.

d. Mengatasi situasi risiko tinggi

Jika tidak dapat menghindarkan diri dari situasi berisiko tinggi, penyalahguna

terpaksa menghadapinya dengan pendampingan, menghubugi kelompok

pendukung sebelum pergi ke tempat itu, dan meninggalkan segera tempat itu.

e. Mengenal tanda-tanda peringatan munculnya kekambuhan

Keluarga perlu terlatih mengenal tanda-tanda peringatan munculnya

kekambuhan. Mereka harus menolong penyalahguna dengan memperingatkannya

ketika tanda-tanda itu muncul.

2.5. Landasan Teori

Green (1980) dalam teorinya menganalisis masalah kesehatan dengan

membagi menjadi dua faktor yaitu masalah yang berkaitan dengan faktor perilaku dan

faktor non perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor

yaitu : faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 37: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai. Kedua, faktor pendukung (enabling

factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik seperti ketersediaan sarana/fasilitas,

informasi. Ketiga, faktor penguat (reinforcing factors), yag terwujud dalam sikap

dan perilaku kelompok referens, seperti petugas kesehatan, kepala kelompok atau

peer group. Bagan Precede Green secara singkat dapat dilihat pada bagan berikut :

3.

Gambar 2.1. Bagan Precede Green

Banyak faktor yang memengaruhi perilaku penyalahgunaan NAPZA. secara

garis besar dengan menggabungkan teori Green di atas dan beberapa peneliti

sebelumnya tentang NAPZA (Prasetyaningsih, 2003; Tasman, 2005; dan Siregar,

2004) maka penyalahgunaan NAPZA disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor

internal meliputi pendidikan, jenis NAPZA yang dipakai, pengetahuan, sikap,

Pendidikan Kesehatan

Predisposing Factors - kebiasaan - kepercayaan - tradisi - pengetahuan - sikap

Enabling Factors - ketersediaan fasilitas - ketercapaian fasilitas

Reinforcing Factors - sikap dan perilaku petugas - peraturan pemerintah

Non Perilaku

Perilaku

Masalah Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 38: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. NAPZA 2.1.1. Pengertian …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38090/4/Chapter II.pdf · NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan

motivasi, dan agama dan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, teman

sebaya, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Penelitian ini hanya akan melihat faktor internal yang meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, motivasi, lama pemakaian NAPZA dan

jenis NAPZA yang digunakan dan faktor eksternal meliputi teman sebaya.

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas, maka kerangka konsep penelitian ini

adalah :

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Internal a. Karakteristik individu :

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan

b. Pengetahuan c. Sikap d. Motivasi e. Lama pemakaian NAPZA f. Jenis NAPZA yang digunakan

Kekambuhan kembali pasien penyalahguna NAPZA di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

Faktor Eksternal - Teman Sebaya

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA