BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1...

22
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Golden Proportion 2.1.1 Pengertian Golden proportion merupakan suatu konsep yang memberikan pedoman sederhana berupa proporsi ideal untuk mencapai konsep estetis optimum. 9 Golden proportion merupakan nilai matematika yang membatasi rasio antara jarak terbesar dan terkecil. Secara matematis, rasio ini diekspresikan sebagai 1,6180339887… atau dikenal juga sebagai phi (ф). 15 Istilah lain dari golden proportion adalah golden section, golden rectangle, golden number, golden mean, golden ratio, extreme and mean ratio, divine proportion, dan mean of phidias. 7,10,15 Konsep golden proportion digunakan untuk menggambarkan proporsi berupa perbandingan antara jarak terkecil (x) dengan jarak terbesar (1-x) sama dengan perbandingan antara jarak terbesar (1-x) dengan jarak seluruhnya (1), yaitu 0,618. Perhitungan matematika dari konsep golden proportion akan menjadi x / (1-x) = (1-x) / 1, dengan hasil x = 0,382 dan (1-x) = 0,618. 15 (Gambar 1). Angka ini merupakan satu-satunya di dalam bidang matematika, yang mana ketika dikurangkan dengan unit (1,0) menghasilkan nilai kebalikannya. 11 Menurut Yosh Jefferson, standar rasio 1:1,618 pada konsep ini tidak dipengaruhi oleh ras, usia, jenis kelamin serta variabel lainnya. 16 Gambar 1. Konsep golden proportion 15 = = = 0,618 x 1-x 1 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1...

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Golden Proportion

2.1.1 Pengertian

Golden proportion merupakan suatu konsep yang memberikan pedoman

sederhana berupa proporsi ideal untuk mencapai konsep estetis optimum.9 Golden

proportion merupakan nilai matematika yang membatasi rasio antara jarak terbesar

dan terkecil. Secara matematis, rasio ini diekspresikan sebagai 1,6180339887… atau

dikenal juga sebagai phi (ф).15 Istilah lain dari golden proportion adalah golden

section, golden rectangle, golden number, golden mean, golden ratio, extreme and

mean ratio, divine proportion, dan mean of phidias.7,10,15

Konsep golden proportion digunakan untuk menggambarkan proporsi berupa

perbandingan antara jarak terkecil (x) dengan jarak terbesar (1-x) sama dengan

perbandingan antara jarak terbesar (1-x) dengan jarak seluruhnya (1), yaitu 0,618.

Perhitungan matematika dari konsep golden proportion akan menjadi x / (1-x) = (1-x)

/ 1, dengan hasil x = 0,382 dan (1-x) = 0,618.15 (Gambar 1). Angka ini merupakan

satu-satunya di dalam bidang matematika, yang mana ketika dikurangkan dengan unit

(1,0) menghasilkan nilai kebalikannya.11 Menurut Yosh Jefferson, standar rasio

1:1,618 pada konsep ini tidak dipengaruhi oleh ras, usia, jenis kelamin serta variabel

lainnya.16

Gambar 1. Konsep golden proportion 15

= = = 0,618

x

1-x 1

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.2 Perkembangan

Konsep golden proportion sudah mempengaruhi banyak seniman, pemusik,

ahli matematika, dan ahli filosofi sepanjang sejarah. Tanggal penemuan konsep

golden proportion tidak diketahui karena proporsi ini ditemukan kembali berulang

kali sepanjang sejarah. Aplikasi dari konsep golden proportion yang tercatat paling

awal adalah sekitar 2.500 SM. Konsep ini digunakan arsitek Mesir sebagai denah dari

piramida-piramida di Giza.15

Konsep golden proportion sangat terkenal pada masa Yunani kuno dan

memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesenian dan arsitektur mereka.

Phidias, seorang pengukir dan ahli matematika Yunani terkenal, banyak

menggunakan konsep golden proportion pada arsitekturnya sehingga konsep tersebut

dikenal sebagai phi (ф). Pathernon, bangunan megah yang terkenal dengan

keindahannya sepanjang sejarah, dibangun oleh Phidias berdasarkan konsep golden

proportion pada masa 440 SM.15 Ahli matematika Yunani, Pythagoras (560-480 SM),

meneliti dan mencari jawaban terhadap konsep kecantikan secara matematis.

Penelitiannya menjadi penuntun dalam penemuan golden proportion, dengan nilai

matematika yaitu 0,618. Euclid (365- 300 SM), ahli matematika Yunani, juga

menyebutkan konsep golden proportion sebagai ‘extreme and mean ratio’ dalam

bukunya yang berjudul Elemen.6,15

Pada tahun 1500-an, istilah untuk golden proportion adalah golden ratio dan

divine proportion. Luca Pacioli (1509) menggunakan konsep golden proportion

dalam disertasinya dan menjadikannya sebagai orang pertama dengan referensi

literatur pertama mengenai divine proportion. Selama periode renaissance, golden

proportion telah ditemukan di berbagai lukisan, terutama pada lukisan da Vinci. Pada

periode ini, diketahui bahwa banyak artis yang menggunakan konsep golden ratio

untuk mencapai kecantikan yang seimbang yang merupakan tujuan utama dari konsep

ini. Banyak bukti menunjukkan bahwa konsep golden proportion juga terdapat pada

komposisi musik klasik oleh Mozart, Beethoven, dan Bach. Konsep ini tidak hanya

terdapat pada hasil ciptaan manusia, namun juga terdapat pada hasil ciptaan Tuhan,

Universitas Sumatera Utara

10

misalnya seperti bentuk double-helix pada DNA manusia, bunga, cangkang siput

maupun serangga.10,15

Lombardi (1973) merupakan orang pertama yang menyarankan pemakaian

konsep golden proportion dalam kedokteran gigi.5 Levin (1978) menyatakan bahwa

konsep golden proportion adalah rasio lebar insisivus lateralis terhadap lebar

insisivus sentralis serta lebar kaninus terhadap lebar insisivus lateralis rahang atas

yang paling harmonis.5,7 Levin juga menemukan diagnostic grid (kertas bergambar

garis vertikal dan horizontal dengan jarak sesuai konsep golden proportion) dan

menyarankan penggunaan alat tersebut untuk mengevaluasi proporsi gigi yang

ideal.10 Parnia dkk (2010) menggunakan software adobe photoshop dalam

penelitiannya untuk mengevaluasi proporsi gigi insisivus sentralis rahang atas

terhadap konsep golden proportion.20 Adobe photoshop merupakan suatu aplikasi

pengolah gambar buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan

foto/gambar dan pembuatan efek.39

2.1.3 Alat

Golden ruler atau disebut juga golden mean gauge adalah suatu alat yang

digunakan dalam matematika, seni, dan arsitektur sebagai pemandu untuk

menghasilkan proporsi sesuai dengan konsep golden proportion.10 Golden ruler juga

dapat digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk menentukan proporsi wajah dan

gigi anterior dalam golden proportion.17 Alat ini dapat disterilkan, stabil setelah

pengukuran, dan menghasilkan perbandingan yang cepat.

Golden ruler memiliki tiga komponen utama, yaitu dua komponen lateral dan

satu komponen tengah dengan delapan buah baut (Gambar 2).

Universitas Sumatera Utara

11

Gambar 2. Komponen golden ruler: 10

A. Komponen lateral B. Komponen tengah C. Baut

Apabila salah satu komponennya digerakkan, maka komponen yang lain akan

ikut bergerak dan menghasilkan perbandingan yang sesuai dengan konsep golden

proportion, yaitu 1: 0,618 (Gambar 3).10

Gambar 3. Golden ruler10

Dengan bantuan golden ruler, dokter gigi lebih mudah untuk memberi

penjelasan kepada pasien mengenai bagaimana cara mengatasi masalah estetis karena

proporsi estetis dari wajah pasien serta ukuran gigi anterior yang ideal dapat

diperoleh dan dibandingkan serta ketidakharmonisan proporsi dapat dideteksi dengan

cepat.17

Beberapa kegunaan golden ruler, antara lain:17

a. Mengetahui proporsi wajah

• Mengetahui proporsi wajah vertikal

• Mengetahui proporsi wajah horizontal

B C

A

Universitas Sumatera Utara

12

• Mengetahui proporsi wajah eksternal

b. Mengetahui proporsi gigi-geligi anterior rahang atas

• Mengetahui proporsi lebar gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis,

dan kaninus rahang atas

• Mengetahui proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi

anterior rahang bawah

• Mengetahui proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis

rahang atas

• Mengetahui proporsi lebar delapan gigi segmen estetik anterior rahang

atas (dari premolar kanan ke premolar kiri) terhadap lebar senyum

c. Membantu tekniker laboratorium gigi dalam pembuatan gigitiruan

Kelebihan golden ruler:17

a. Stabil saat pengukuran

b. Dapat disterilkan

c. Dapat menentukan proporsi wajah vertikal, horizontal dan eksternal dengan

cepat dan mudah

d. Dapat menentukan proporsi gigi dengan cepat dan mudah

e. Dapat mendeteksi ketidakharmonisan dengan cepat dan mudah

f. Dokter gigi dapat memberikan penjelasan dengan mudah kepada pasien

mengenai masalah estetis

g. Dapat mempermudah pekerjaan dokter gigi dan tekniker laboratorium

h. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pengukuran lebih cepat

i. Mudah dalam melakukan pengukuran

Kekurangan golden ruler:17

a. Hanya dapat mengukur dua kuantitas yang berada pada sisi yang sama

b. Hanya dapat mengukur pada bidang dua dimensi

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.4 Penggunaan

2.1.4.1 Golden Proportion pada Wajah

Proporsi wajah pasien yang ideal menurut konsep golden proportion meliputi

proporsi wajah vertikal, horizontal dan eksternal (Gambar 4).18

Gambar 4. Penggunaan konsep golden proportion pada wajah18 A. Proporsi wajah vertikal B. Proporsi wajah horizontal

C. Proporsi wajah eksternal

2.1.4.2 Golden Proportion pada Gigi Anterior

Konsep golden proportion dengan proporsi ideal 1: 1,618 dapat digunakan

sebagai pedoman dalam penentuan proporsi yang harmonis dari gigi anterior rahang

atas yaitu dalam hal pemilihan ukuran dan penyusunan anasir gigitiruan anterior

untuk mencapai desain senyuman yang estetis.10,17

2.1.4.2.1 Proporsi Lebar Gigi Insisivus Sentralis, Insisivus Lateralis, dan

Kaninus Rahang Atas

Proporsi gigi anterior jika dilihat dari depan menurut Levin, antara lain:10

• Lebar insisivus sentralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar insisivus

lateralis

• Lebar insisivus lateralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar kaninus

• Lebar kaninus terlihat 1,618 kali lebih besar daripada lebar premolar

pertama (Gambar 5)

A C B

Universitas Sumatera Utara

14

0,3820,618 1 1,618

Gambar 5. Proporsi delapan gigi anterior rahang atas

berada dalam konsep golden proportion terhadap satu sama lain jika dilihat dari depan10

2.1.4.2.2 Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas dan Empat Gigi

Anterior Rahang Bawah

Konsep golden proportion juga dapat ditemui pada proporsi lebar gigi anterior

rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah. Keseluruhan bagian gigi anterior

rahang atas yang terlihat diantara titik insisal kaninus 1,618 kali lebih besar daripada

empat gigi insisivus rahang bawah10,17 (Gambar 6).

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 6. Proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah17

2.1.4.2.3 Proporsi Panjang dan Lebar Kedua Insisivus Sentralis

Rahang Atas

Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas menurut

konsep golden proportion yaitu jumlah lebar kedua insisivus sentralis atas adalah

1,618 kali lebih besar dari panjangnya10,14 (Gambar 7).

Gambar 7. Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas14

1,618

1

Universitas Sumatera Utara

16

2.1.4.2.4 Proporsi Lebar Delapan Gigi Segmen Estetik Anterior Rahang

Atas terhadap Lebar Senyum

Konsep golden proportion juga dapat dilihat pada proporsi lebar delapan gigi

segmen estetik anterior rahang atas (premolar satu kanan ke premolar satu kiri)

terhadap lebar senyum. Lebar senyum terlihat 1,618 kali lebih besar dari lebar

delapan gigi anterior rahang atas jika dilihat dari depan (Gambar 8).10

Gambar 8. Grid golden proportion menggambarkan bahwa gigi-geligi tersebut sesuai dengan konsep golden proportion. Perhatikan daerah netral bukal yang berada dalam golden proportion terhadap gigi-geligi ketika tersenyum10

2.2 Konsep RED Proportion

2.2.1 Pengertian

Sebuah teori disain senyum proporsional yang aplikasinya lebih universal

baru-baru ini telah dikembangkan. Kemampuan untuk mengubah proporsi gigi yang

sesuai dengan wajah individu pasien, struktur tulang, atau ciri fisik secara umum

adalah penting. Konsep Recurring Esthetic Dental (RED) proportion menyatakan

bahwa proporsi lebar antara dua gigi yang berdekatan dilihat dari depan harus tetap

konstan, seiring bergerak ke distal. Hasil bagi lebar pandangan frontal gigi insisivus

lateralis dengan lebar pandangan frontal gigi insisivus sentralis akan menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

17

rasio yang sama dengan hasil bagi antara lebar pandangan frontal kaninus dengan

lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis rahang atas (Gambar 9).27

Gambar 9. Aturan RED proportion39

Konsep RED proportion ini tidak terbatas pada satu proporsi tertentu saja,

tetapi memungkinkan untuk memilih RED proportion yang diinginkan dan

diterapkan secara konsisten dan menyeluruh pada setiap kasus. Golden proportion

dapat didefinisikan sebagai RED proportion 62%, dan merupakan salah satu dari

konsep RED proportion yang dapat diterapkan. Umumnya nilai-nilai RED proportion

digunakan adalah antara 60% dan 80%. Setelah ukuran ideal gigi insisivus sentralis

dihitung, lebar gigi insisivus sentralis dikalikan dengan RED proportion yang

digunakan untuk menentukan lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis. Hasil

lebar insisivus lateralis dikalikan dengan RED proportion yang sama untuk

menghasilkan lebar pandangan frontal dari kaninus tersebut (Gambar 10).27

Universitas Sumatera Utara

18

Gambar 10. Penggunaan konsep RED proportion27

2.2.2 Perkembangan

Pada tahun 1993, Preston menemukan bahwa konsep golden proportion

jarang ditemukan pada proporsi lebar gigi anterior rahang atas subjek penelitiannya.

Hanya 17% dari jumlah sampelnya yang memiliki proporsi lebar gigi insisivus

lateralis terhadap insisivus sentralis sesuai dengan konsep golden proportion. Preston

menyatakan bahwa konsep golden proportion bukanlah suatu metode yang cocok

untuk dijadikan sebagai panduan menentukan proporsi lebar gigi anterior rahang atas

dan menyarankan proporsinya sendiri yang disebut Preston’s proportion.5

Rosenstiel, Ward, dan Rasyid (2000) melaporkan ada hubungan antara

panjang gigi dengan RED proportion yang sesuai. Menurut penelitian, sebagian besar

dokter gigi yang disurvei memilih menggunakan RED proportion 80% dengan

senyuman yang menunjukkan gigi lebih pendek atau sangat pendek dan

menggunakan RED proportion 62% dengan gigi sangat panjang. Para dokter gigi

lebih memilih menggunakan RED proportion 70% untuk gigi insisivus sentralis yang

panjangnya normal. Senyuman yang mempertahankan rasio lebar-panjang gigi

insisivus sentralis 75% sampai 78% lebih dipilih. Dari penelitian tersebut tampak

bahwa semakin panjang gigi insisivus sentralis, semakin lebar gigi tersebut, maka

semakin kecil persentase RED proportion yang harus digunakan. Dengan kata lain,

gigi insisivus sentralis rahang atas yang panjang haruslah lebarnya sesuai dengan

rasio lebar-tinggi 75%-78%. Hasilnya adalah gigi insisivus sentralis lebih dominan.

Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa konsep golden proportion lebih dipilih

saat merancang senyum untuk model dengan gigi panjang.28

Universitas Sumatera Utara

19

Pada tahun 2001, Ward memperkenalkan konsep RED (Recurring Dental

Esthetics) proportion dan merekomendasikan penggunaan konsep rasio berulang,

seperti yang disarankan oleh Lombardi pada tahun 1973. Ward lebih menyarankan

penggunaan proporsi 80% untuk gigi yang sangat pendek, proporsi 70% untuk gigi

yang normal, dan proporsi 62% untuk gigi yang sangat panjang.29

2.2.3 Alat

Aplikasi RED proportion sebenarnya menggunakan spreadsheet komputer

untuk mengevaluasi dan menentukan ukuran ideal dari gigi anterior rahang atas. Foto

senyum penuh sejajar dengan permukaan labial gigi anterior yang terlihat. Kemudian,

lebar dan tinggi gigi anterior rahang atas pada foto diukur dan dicatat (Gambar 11a).

Sebuah pengukuran yang sama pada foto dan senyum sebenarnya digunakan untuk

mengkorelasikan hubungan skala perbandingan antara ukuran ditampilkan pada foto

dan ukuran gigi sebenarnya (Gambar 11b). Pengukuran pada foto dikalikan dengan

skala tersebut untuk menentukan lebar gigi anterior tampak dari depan yang

sebenarnya. Dari nilai-nilai tersebut, rasio lebar terhadap panjang gigi insisivus

sentralis rahang atas dan proporsi lebar gigi anterior tampak dari depan dapat

dihitung. Rasio lebar terhadap panjang gigi insisivus sentralis rahang atas dan

proporsi lebar gigi anterior (RED proportion) dimasukkan ke dalam komputer untuk

menghitung lebar optimal gigi insisivus lateralis dan kaninus rahang atas jika dilihat

dari depan.27

Universitas Sumatera Utara

20

Gambar 11. Boley gauge untuk mengukur dimensi yang sama pada foto (a)

dan pada model (b) 27

RED proportion yang akan digunakan dan lebar gigi anterior dapat ditentukan

berdasarkan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas. Dengan panjang gigi

insisivus sentralis rahang atas normal, lebar pandangan frontal dari 6 gigi anterior

diukur dan dibagi dengan 4,4 (nilai dalam tabel 1 untuk gigi yang normal-panjang)

untuk menghitung lebar ideal dari gigi insisivus sentralis rahang atas. Lebar gigi

insisivus sentralis kemudian dikalikan dengan 70% (RED proportion yang

direkomendasikan untuk gigi yang normal dalam tabel 1) untuk menentukan lebar

gigi insisivus lateralis. Lebar gigi insisivus lateralis dikalikan dengan 70% untuk

menentukan lebar gigi kaninus. Untuk gigi yang panjang dan pendek, RED

proportion yang digunakan dapat disesuaikan (Tabel 1).27

A B

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 1. Penentuan RED proportion dan lebar gigi anterior berdasarkan panjang gigi yang berbeda27

Ada metode alternatif untuk menentukan lebar pandangan frontal dari keenam

gigi anterior rahang atas. Lebar jarak interkaninus dari 6 gigi anterior rahang atas

dibagi dengan panjang gigi insisivus rahang atas. Hasil bagi yang diperoleh

digunakan untuk mendapatkan RED proportion yang sesuai. Lebar jarak interkaninus

dibagi dengan pembagi yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan lebar pandangan

frontal masing-masing keenam gigi anterior rahang atas (Tabel 2).27

Tabel 2. Penentuan RED Proportion dan lebar gigi anterior berdasarkan jarak

interkaninus dan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas27

Universitas Sumatera Utara

22

2.2.4 Penggunaan

Konsep RED proportion ini digunakan untuk menentukan proporsi lebar gigi

anterior rahang atas. Sebuah rumus matematika turunan dapat digunakan untuk

menghitung lebar gigi insisivus sentralis rahang atas untuk RED proportion yang

mana saja, dengan catatan lebar jarak interkaninus dilihat dari depan tetap. Lebar ini

ditentukan dengan mengukur lebar pandangan frontal antara aspek distal dari 2 gigi

kaninus rahang atas. Rumusnya adalah sebagai berikut:

= lebar gigi insisivus sentralis

RED proportion di sini dinyatakan sebagai angka desimal kurang dari 1. Konsep

RED proportion untuk gigi rahang atas dengan panjang normal telah didefinisikan

sebagai 70%. Menggunakan rumus ini, jika pandangan lebar frontal 6 gigi anterior

rahang atas adalah 37,2 mm dan RED proportion yang digunakan adalah 70%, lebar

gigi insisivus sentralis yang dihitung adalah 8,5 mm (Gambar 12).27

Gambar 12. Menghitung lebar insisivus sentralis dengan lebar frontal 6 gigi anterior rahang atas dan konsep RED proportion.27

Universitas Sumatera Utara

23

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Konsep Golden Proportion

dan Konsep RED Proportion

2.3.1 Ras

Menurut Groose, ras adalah segolong manusia yang merupakan satu kesatuan

karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan. Ras (KBBI,

2001) didefinisikan sebagai suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik

bawaan yang sama.33

Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri

fisiknya, bukan budayanya. Menurut A.L. Kroeber (1948), ras di dunia secara umum

diklasifikasikan menjadi lima kelompok ras, yaitu: Australoid (penduduk asli

Australia/ Aborigin), Mongoloid (penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, yaitu

Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid dan American Mongoloid), Kaukasoid

(penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika dan Asia, yaitu Nordic, Alpine,

Mediteranian dan India), Negroid (penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia,

yaitu African Negroid, Negrito dan Melanesian) serta ras-ras khusus (ras yang tidak

dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, yaitu Bushman, Veddoid,

Polynesian, Ainu). Sementara menurut Ralph Linton (1936), terdapat tiga pembagian

ras utama di dunia yaitu Mongoloid, Kaukasoid dan Negroid.33

2.3.1.1 Mongoloid

Ras Mongoloid mendiami daerah Asia Tengah, Asia Timur, serta beberapa

kepulauan di Asia Tenggara dan Amerika. Ras Mongoloid (orang kulit kuning)

memiliki ciri-ciri utama, seperti kulit berwarna sawo matang, rambut lurus dan

berwarna hitam, bulu badan sedikit dan mata sipit.33 Karakteristik tengkorak dan gigi-

geligi ras Mongoloid berupa lengkung rahang berbentuk parabolik dengan ukuran

gigi insisivus yang besar, bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti kapak (shovel

shaped incisors), profil wajah intermediat, indeks kranial brakikranium, bentuk

kranial lebar, indeks fasial medium/rata-rata serta profil dagu sedikit menonjol dan

berbentuk tumpul (blunt chin).33,36,40 Menurut Ralph Linton, Indonesia termasuk ras

Mongoloid.

Universitas Sumatera Utara

24

Indonesia terdiri dari Indonesia asli, yaitu suku Proto Melayu (Melayu tua)

dan suku Deutro Melayu (Melayu Muda). Suku Proto Melayu terdiri dari suku Batak,

suku Toraja, suku Nias serta suku Dayak, sementara suku Deutro Melayu terdiri dari

suku Aceh, suku Minang, suku Bugis/Makassar, suku Jawa serta suku Sunda.

Selain itu, Indonesia juga terdiri dari Indonesia turunan, yaitu suku Tionghoa

(Gambar 13).33

Gambar 13. Ras Mongoloid A. Suku Tionghoa B. Suku Proto Melayu C. Suku Deutro Melayu

2.3.1.2 Kaukasoid

Ras Kaukasoid tersebar luas di dunia meliputi Australia, Afrika Utara, Afrika

Selatan, Eropa, dan Pasifik. Ras Kaukasoid (orang kulit putih) memiliki ciri-ciri fisik,

seperti hidung mancung, kulit berwarna putih, bibir tipis, rambut pirang sampai

cokelat kehitaman dan kelopak mata lurus (Gambar 14).33 Karakteristik tengkorak

dan gigi – geligi ras Kaukasoid berupa ukuran gigi anterior yang lebih kecil

dibandingkan ras Mongoloid, bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti mata pisau

(blade shape), profil wajah yang lurus (ortognatik), indeks kranial mesokranium,

indeks fasial panjang hingga sangat panjang serta profil dagu lebih menonjol dan

A C B

Universitas Sumatera Utara

25

runcing (bilobate chin).33,36,40 Ras Kaukasoid terdiri dari Nordic, Alpin, Mediteran,

Armenoid dan India.33

Gambar 14. Ras Kaukasoid

A. Pria B. Wanita

2.3.1.3 Negroid

Ras Negroid sebagian besar mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun

sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Selatan, Eropa, dan Timur

Tengah. Ras Negroid (orang kulit hitam) memiliki ciri-ciri fisik, seperti rambut

keriting, hidung yang lebar, kulit berwarna hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus

(Gambar 15).33 Karakteristik tengkorak dan gigi – geligi ras Negroid berupa ukuran

gigi yang kecil dengan diastema (terutama diastema pada garis median), bentuk

insisivus sentralis rahang atas seperti mata pisau (blade shape), profil wajah yang

menonjol (prognatik), indeks kranial dolikokranium, indeks fasial lebar hingga sangat

lebar serta bentuk dagu membulat.33,36,40 Ras Negroid terdiri dari Negrito, Nilitz,

Negara Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman.29

A B

Universitas Sumatera Utara

26

Gambar 15. Ras Negroid

A. Pria B. Wanita

2.3.2 Jenis Kelamin

Adanya pengaruh jenis kelamin terhadap penggunaan konsep golden

proportion dan konsep RED proportion pada proporsi gigi anterior masih terdapat

adanya pro dan kontra. Menurut Vanessa dkk (2006), tidak ada perbedaan signifikan

antara pria dan wanita dalam ukuran lebar gigi anterior dan keseluruhan gigi. Im

Semra dkk (2006) menyatakan bahwa nilai rata-rata untuk proporsi gigi anterior tidak

memiliki perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita.35

Pengaruh jenis kelamin terhadap perbedaan proporsi gigi anterior telah diakui

pada kebanyakan kelompok ras, yaitu pria memiliki ukuran mesiodistal gigi yang

lebih lebar dibanding wanita. Penelitian yang telah dilakukan oleh L. Ibrahimagic

(2006) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi insisivus sentralis rahang

atas antara pria dan wanita. Hasil yang diperoleh menunjukkan pria memiliki proporsi

gigi yang signifikan lebih besar dibandingkan wanita (p < 0,01), kecuali terhadap

lebar servikal insisivus sentralis rahang atas (p > 0,05).37

Akan tetapi, dari hasil berbagai penelitian (Nithya CS, 2008; Sulaiman E dkk,

2010; Naqash TA, 2013), menunjukkan bahwa jenis kelamin secara statistik tidak

berpengaruh terhadap penggunaan konsep golden proportion pada proporsi lebar gigi

anterior rahang atas.9,22-23

A B

Universitas Sumatera Utara

27

2.4 Landasan Teori

Aesthetic Dentistry

Makroestetik Mikroestetik

Golden Proportion RED Proportion

Pengertian Perkembangan Alat Penggunaan Pengertian Perkembangan Penggunaan

Wajah Dental

Proporsi panjang: lebar kedua I sentralis atas

Proporsi lebar gigi anterior RA: lebar empat insisivus RB

Proporsi delapan gigi segmen estetik anterior RA terhadap lebar senyum

Proporsi lebar Insisivus Sentralis : Insisivus

Lateralis : Kaninus RA

Faktor yang mempengaruhi

Jenis Kelamin

Ras

Mongoloid Kaukasoid Negroid

Indonesia Asli Indonesia Turunan

Proto Melayu

Deutro Melayu

Tionghoa

Pengukuran dengan Photoshop

Apakah ada perbedaan antara proporsi lebar gigi anterior rahang atas dengan konsep golden proportion dan konsep Recurring Esthetic

Dental (RED) proportion pada mahasiswa FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin?

Proporsi lebar Insisivus Sentralis : Insisivus

Lateralis : Kaninus RA

Alat

Pria Wanita

Universitas Sumatera Utara

28

2.5 Kerangka Konsep

Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas

Konsep Golden Proportion Konsep RED Proportion

Foto Profil Senyum

Diperkenalkan oleh Levin pada tahun

1978

Diperkenalkan oleh Ward pada

tahun 2001

(dikenal juga sebagai 70% atau 0,70 untuk ukuran gigi normal)

(dikenal juga sebagai 62% atau 0,62)

Faktor yang Mempengaruhi

Jenis Kelamin

Ras

Mongoloid

Indonesia Asli

Indonesia Turunan

Proto Melayu

Deutro Melayu

Tionghoa

Pria Wanita

Universitas Sumatera Utara

29

2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis

dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep

golden proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013

berdasarkan suku dan jenis kelamin

2. Ada perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis

dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep

RED proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013

berdasarkan suku dan jenis kelamin

3. Ada perbedaan antara proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus

sentralis dengan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas pada

mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis

kelamin

Universitas Sumatera Utara