BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

36
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi merupakan suatu jaringan ikat yang berasal dari jaringan mesenkim, berada di dalam ruang pulpa dan saluran akar gigi, mirip dengan jaringan ikat lainnya di dalam tubuh tetapi memiliki karakteristik khusus (Okiji, 2012). Hal ini disebabkan karena jaringan pulpa gigi merupakan jaringan yang dikelilingi oleh jaringan mineralisasi yang keras atau low compliance environment (Okiji, 2012). Oleh sebab dibatasi oleh dinding dentin yang rigid dan kurangnya sirkulasi kolateral maka perubahan volume di dalam ruang pulpa (seperti saat terjadi inflamasi) sangat terbatas (Byers, 1999; Gulabivala, 2014). Kemampuan pulpa terhadap pertahanan dan perbaikan jaringan sangat kecil, diduga hal ini akan mengurangi aliran darah dan perbaikan sel (Pashley dan Tay, 2012). Jaringan pulpa gigi berasal dari neural crest (jaringan ektomesenkim) (Okiji, 2012; Hargreaves, 2012; Abbott, 2007). Proliferasi dan kondensasi sel ini menyebabkan pembentukan papila dental yang akan menghasilkan pulpa yang matur (Bergenholtz, 2010). Pulpa yang matur memiliki kesamaan dengan jaringan ikat embrionik dengan lapisan sel spesialisasi tinggi yaitu odontoblas di seluruh daerah perifer (Weine, 2004). Secara fisik, pulpa memiliki banyak inervasi saraf sensori dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Pulpa

Jaringan pulpa gigi merupakan suatu jaringan ikat yang berasal dari jaringan

mesenkim, berada di dalam ruang pulpa dan saluran akar gigi, mirip dengan jaringan

ikat lainnya di dalam tubuh tetapi memiliki karakteristik khusus (Okiji, 2012). Hal ini

disebabkan karena jaringan pulpa gigi merupakan jaringan yang dikelilingi oleh

jaringan mineralisasi yang keras atau low compliance environment (Okiji, 2012).

Oleh sebab dibatasi oleh dinding dentin yang rigid dan kurangnya sirkulasi kolateral

maka perubahan volume di dalam ruang pulpa (seperti saat terjadi inflamasi) sangat

terbatas (Byers, 1999; Gulabivala, 2014). Kemampuan pulpa terhadap pertahanan dan

perbaikan jaringan sangat kecil, diduga hal ini akan mengurangi aliran darah dan

perbaikan sel (Pashley dan Tay, 2012).

Jaringan pulpa gigi berasal dari neural crest (jaringan ektomesenkim) (Okiji,

2012; Hargreaves, 2012; Abbott, 2007). Proliferasi dan kondensasi sel ini

menyebabkan pembentukan papila dental yang akan menghasilkan pulpa yang matur

(Bergenholtz, 2010). Pulpa yang matur memiliki kesamaan dengan jaringan ikat

embrionik dengan lapisan sel spesialisasi tinggi yaitu odontoblas di seluruh daerah

perifer (Weine, 2004). Secara fisik, pulpa memiliki banyak inervasi saraf sensori dan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

kaya akan komponen mikrosirkulasi yang membuat pulpa menjadi jaringan yang unik

(Buck, 1999). Pengetahuan akan fungsi pulpa normal, komponen, dan interaksinya

penting dalam memberikan kerangka pengertian terhadap perubahan yang terjadi

dalam kelainan pulpa (Hargreaves. 2012).

Pulpa terdiri dari jaringan ikat lunak, mengandung pembuluh-pembukuh

darah dan persyarafan, dan mempertahankan vitalitas kompleks pulpa-dentin (Okiji,

2002 ). Tipe sel yang terbanyak pada jaringan pulpa adalah sel-sel fibroblast. Selain

itu, pulpa juga terdiri dari sel-sel endothelial, serabut-serabut syaraf, sel-sel

mesenchymal, dan berbagai sel-sel immunokompeten (Okiji 2002; Goldberg dan

Smith, 2004).

Pada pulpa koroner, dari daerah dalam ke perifer pulpa, sel-sel fibroblast

membentuk zona kaya sel (sel-sel Hohl, sel-sel subodontoblasik) yang dipisahkan

dari lapisan odontoblas oleh zona tanpa sel (zone of Weil)(Abbott, 2007). Pada zona

ini dijumpai kapiler-kapiler darah, jaringan kaya serabut-serabut syaraf unmyelinated

(serabut syaraf C), dan processus fibroblast (Bergenholtz, 2010). Jaringan ikat pulpa

sentral terdiri atas sel-sel fibroblast, pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar dan

persyarafan berada sebelah dalam zona kaya sel ( Okiji 2002 ). Sel-sel mesenchymal

yang tidak berdiferensiasi, sel-sel progenitor pulpa diperkirakan mempunyai

kemampuan diferensiasi menjadi fibroblast atau odontoblas, terdistribusi pada

jaringan pulpa, dan sering terlokasi perivaskuler (Okiji, 2002). Beberapa tipe sel-sel

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

immunokompeten, termasuk sel-sel dendrit, makrofag, limfosit T, dan limfosit B

(Jontell et al., 1998).

Matriks ekstraseluler pulpa ( ECM ), yang dihasilkan sel-sel fibroblast, terdiri

atas kolagen, proteoglycans, dan glycoprotein yang komposisinya sama dengan

jaringan ikat lunak lain (Okiji, 2012). Kolagen pada pulpa adalah fibriliar yaitu

kolagen tipe I dan III merupakan 95% dari total kolagen, sedangkan kolagen non-

fibriliar adalah kolagen V dan VI dijumpai lebih sedikit (Abbott, 2007).

Pembuluh-pembuluh darah dan persyarafan memasuki pulpa melalui foramen

apikal atau foramina saluran akar tambahan dan kemudian bercabang ke arah koroner

(Ikeda dan Suda, 2012). Vaskularisasi terbanyak dijumpai pada daerah

subodontoblasik dan beberapa kapiler memasuki lapisan odontoblas tetapi tidak

dijumpai pada dentin (Ikeda dan Suda, 2012). Syaraf-syaraf sensory dan syaraf

sympathetic mengikuti pembuluh-pembuluh darah dan membentuk jaringan yang

kaya ujung terminal syaraf pada regio subodontoblasic dan ruang periodontoblasic

dari tubulus-tubulus dentin sepanjang 0,1 mm pada dentin koroner (Ikeda dan Suda,

2012; Byers et al.,1999). Mayoritas persyarafan pulpa adalah syaraf sensoris (Byers,

1999).Serabut-serabut syaraf sensory terutama dekat puncak tanduk pulpa (Byers et

al., 1999). Daerah odontoblas dan subodotoblas secara normal tidak diinervasi oleh

syaraf-syaraf symphatetic (Olgart, 1996).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

2.2 Sel-sel odontoblas

Odontoblas merupakan sel pulpa yang paling khas, berasal dari jaringan

mesenkim, membentuk lapisan tunggal di perifernya dan mensintesis matriks yang

termineralisasi menjadi dentin (Okiji, 2012). Odontoblas banyak terdapat pada ruang

pulpa bagian korona berbentuk kubus dan relatif besar. Jumlahnya 45.000 dan

65.000/mm2 (Pashley dan Tay, 2012). Di bagian servikal dan pertengahan akar,

jumlahnya lebih sedikit, dan bentuknya skuamosa (Pashley dan Tay, 2012). Sel

odontoblas merupakan sel akhir yang tidak mengalami pembelahan sel, sama dengan

umur vitalitas pulpa mengalami masa fase fungsional, transisional, dan istirahat

(Bergenholtz, 2010; Pashley dan Tay, 2012). Odontoblas terdiri dari badan sel yang

terletak pada pulpa dan prosesus odontoblas memanjang ke luar kearah tubulus dentin

dan predentin (Pashley dan Tay, 2012).Odontoblas bekerja paling aktif selama

dentinogenesis primer dan selama pembentukan dentin reparatif (Pashley dan Tay,

2012). Odontoblas tumbuh jika pada zona kaya sel mengandung preodontoblas

(Pashley dan Tay, 2012). Oleh karena odontoblas merupakan pembentuk dentin maka

disebut juga sebagai dentinoblas (Bergenholtz, 2010).

Lapisan odontoblas yang merupakan sel khusus yang membentuk dentin

membatasi bagian pulpa paling luar (Pashley dan Tay, 2012).Selain fungsi

odontoblas dalam membentuk dentin, odontoblas juga terlibat dalam transduksi

sensoris (Diogenes dan Henry, 2012). Adanya tight, adhering, dan gap junctions

menunjukkan bahwa sel ini mempunyai hubungan satu sama lain dan apabila satu sel

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

mengalami perubahan maka banyak sel lain juga mengalami hal yang sama (Okiji,

2012). Gap junctions dijumpai antara odontoblas dan serabut saraf dan memberikan

jalur resistensi elektrik rendah antara odontoblas dan serabut saraf (Okiji, 2012).

Pulpa dilengkapi dengan komponen seluler yang penting untuk pengenalan

awal dan memproses antigen. Oleh sebab itu pulpa memiliki kemampuan untuk

memicu reaksi pertahanan tubuh (Abbott, 2007; Okiji, 2012). Sel imun yang utama

pada pulpa normal yaitu sel T perifer (helper/induced dan sitotoksis/suppressor).

Antigen presenting cell (APG) utama di dalam jaringan pulpa yaitu sel dendritik yang

sebagian besar terletak pada lapisan odontoblasik (Okiji, 2012). Sel-sel ini menerima,

memproses, dan menghadirkan antigen asing sebagai HLA-DR antigen pada

permukaan sel terhadap limfosit T CD4+ (Okiji, 2012). APC yang lain menyerupai

makrofag dan terletak pada bagian tengah pulpa (Okiji, 2012). Menurut Yu dan

Abbott (2007), pada gigi insisivus tikus ditemukan makrofag yang mengaktifkan

antigen klas II empat kali lipat lebih banyak dari sel dendritik.Pada pulpa yang

normal tidak ditemukan adanya sel B (Trowbridge, 1993).

Pulpa merupakan organ sensoris sehingga pulpa memiliki sensitifitasnya

terhadap stimuli eksternal (Okiji, 2012; Abbott, 2007). Pulpa menunjukkan respon

terhadap berbagai jenis stimuli sensori seperti perubahan termal, deformasi mekanis,

atau trauma sebagai sensasi umum yaitu nyeri (Okiji, 2012). Kemampuan

menimbulkan nyeri tersebut sangat penting karena merupakan bagian dari sistem

pertahanan pulpa (Simon, 2009). Pasien dengan inflamasi pulpa akan cenderung

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

mencari perawatan dengan lebih cepat apabila terjadi injuri pulpa jika dibandingkan

dengan gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar dimana sensasi nyeri tidak

akan dialami sampai kerusakan besar telah terjadi pada jaringan sekitar gigi (Iqbal

dan Kim, 2007). Selain itu fungsi proprioseptif pulpa membatasi beban berlebihan

pada gigi oleh otot pengunyahan dan dengan demikian melindungi gigi dari injuri

(Iqbal dan Kim, 2007).

2.3 Pulpitis Reversibel dan Ireversibel

Inflamasi jaringan pulpa gigi merupakan sebuah proses kompleks yang

melibatkan reaksi neuro dan vaskuler yang merupakan komponen kunci dari

fenomena neurogenik dan bisa menyebabkan nekrosis pulpa (Caviedes-Bucheli,

2006). Penyebab paling umum inflamasi dalam pulpa yaitu bakterial (Waterhouse,

1999). Bakteri dapat masuk ke dalam pulpa melalui tubuli dentin yang terbuka, baik

dari karies maupun terbukanya pulpa karena trauma, adanya kebocoran pada

restorasi, dari perluasan infeksi pada gingiva atau melalui peredaran darah (Tokuda,

2004). Mikroorganisme berperan penting dalam penyakit pulpa. Ada atau tidaknya

iritasi bakteri adalah faktor penentu dalam kelangsungan hidup pulpa setelah pulpa

terbuka secara mekanis (Weine, 2004).

Inflamasi merupakan respons fisiologis tubuh terhadap suatu injuri dan

gangguan oleh faktor eksternal (Trowbridge dan Emling, 1993). Inflamasi dibagi

menjadi dua tahap yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

menunjukkan respons yang tiba-tiba dan durasi yang pendek, dengan demikian

inflamasi akut dihubungkan dengan injuri dadakan (Trowbridge dan Emling, 1993).

Inflamasi akut juga menunjukkan tipe respons yang lebih spesifik yang melibatkan

reaksi eksudatif dimana cairan, protein serum dan sel darah putih meninggalkan

aliran darah dan memasuki daerah injuri (Trowbridge dan Emling, 1993). Inflamasi

akut dapat berkembang menjadi suatu inflamasi kronis jikalau agen penyebab injuri

masih tetap ada (Trowbridge dan Emling, 1993). Apabila inflamasi akut berlangsung

lebih dari beberapa hari, maka dapat berkembang menjadi reaksi inflamasi kronis

(Bergenholtz, 2010). Inflamasi kronis adalah respons proliferatif dimana terjadi

proliferasi fibroblast, endotelium vaskuler, dan influks yang dinamakan sel inflamasi

kronis (limfosit, plasma sel dan makrofag) (Trowbridge and Emling, 1993).

Pulpitis adalah radang pada jaringan pulpa gigi, yang dapat bersifat akut,

kronik, dan kronik eksaserbasi akut, bergantung pada proses pathogenesis dan

etiologinya (Tokuda, 2004). Akhir-akhir ini akibat perawatan dan pemakaian bahan-

bahan kedokteran gigi juga merupakan faktor penyebab yang perlu diteliti lebih jauh

di samping penyebab lainnya seperti trauma dan lain-lain (Saad dan Clem, 1988).

Letak jaringan pulpa yang terlindung oleh email dan dentin yang kuat dan keras

merupakan suatu keuntungan bagi jaringan pulpa dalam mempertahankan diri

terhadap rangsang (Gulabivala, 2014).

Namun jaringan keras tersebut bersifat permeabel sehingga mudah

dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti suhu, tekanan, zat kimia, dan lain-lainnya

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

(Gulabivala, 2014). Gejala radang jaringan pulpa secara klinis sangat sukar

dibedakan, karena rasa nyeri digunakan sebagai tolok ukur dalam menentukan

diagnosis penyakit (Bergenholtz, 2010). Banyak peneliti mencoba

mengklasifikasikan penyakit pulpa ini dengan menghubungkannya dengan jenis

perawatan endodontik yaitu apakah jaringan pulpa masih dapat dipertahankan,

dirawat, atau dikeluarkan (Bergenholtz, 2010).

Diagnosis tersebut sukar dan sering kurang sesuai dengan keadaan penyakit

sebenarnya karena letak jaringan pulpa terlindung oleh jaringan keras gigi, yaitu

email dan dentin (Iqbal, 2007). Respon jaringan dentin yang diterima jaringan pulpa

juga berbeda pula. Keadaan klinik dan mikroskopik penyakit pulpa ternyata sering

tidak sesuai karena diagnosis ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinik dan gambar

radiografi. Oleh karena itu, pemilihan jenis perawatan sering kurang sesuai apabila

diagnosis tersebut digunakan sebagai pedoman (Iqbal, 2007). Walaupun tidak akurat,

rasa nyeri masih dipakai sebagai indikator dalam menentukan diagnosis penyakit

pulpa (Bergenholtz, 2010).

Di samping rasa nyeri, tolok ukur lain dalam menentukan diagnosis penyakit

pulpa secara klinik ialah faktor penyebab terbukanya jaringan pulpa atau penyebab

keluhan pulpa (Hargreaves, 2012). Pulpa dapat terbuka oleh karena proses karies atau

trauma. Keluhan rasa nyeri dapat disebabkan oleh rangsang termis, elektris, dan

kimia (Iqbal, 2007). Riwayat rasa nyeri yaitu jenis, letak, proses terjadinya, frekuensi,

serta kualitas rasa nyeri tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis penyakit

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

pulpa, namun hasil rekaman tersebut belum dapat memastikan keadaan jaringan

sebenarnya (Hargreaves, 2012). Hasil rekaman rasa nyeri, gambaran radiografik,

serta keadaan klinik diharapkan dapat menentukan diagnosis penyakit pulpa yang

lebih akurat, yaitu pulpitis atau nekrosis (Hargreaves, 2012).

Keadaan jaringan pulpa yang sebenarnya hanya dapat dilihat dengan

pemeriksaan mikroskopik (Weine, 2004). Jaringan pulpa sudah menunjukkan reaksi

sejak lapisan email terbuka oleh cedera, mekanik, termal, kimia, atau bakteri. Reaksi

tersebut berupa terdapatnya limfosit di jaringan pulpa, dan mulai terlihatnya lapisan

odontoblas yang cedera (Simon, 2009). Bila intensitas rangsang lebih besar, maka

dapat timbul cedera pada jaringan pulpa yang lebih luas dan dalam (Iqbal 2007).

Rangsang tersebut akan mengubah sistem mikrosirkulasi dalam jaringan pulpa

sehingga terjadi hambatan aliran darah dan metabolisme dalam jaringan (Gulabivala,

2014). Pada awalnya, terjadi vasodilatasi sisstem mikrovaskularisasi yang

menyebabkan sirkulasi darah menjadi statis (Chandra, 2010). Di dalam arteri terjadi

mobilisasi lekosit, sel-sel polimorfonukleus (PMN) mengadakan marginasi yang

dilanjutkan dengan emigrasi ke jaringan sekitarnya (Gulabivala, 2014). Hal ini akan

mengakibatkan pengumpulan eksudat di jaringan untuk proses fagositosis, keadaan

ini disebut pulpitis akut (Bergenholtz, 2010).

Apabila proses berlanjut menjadi kronik, maka tanda-tanda mikroskopik

berupa penyebaran sel-sel radang khronik seperti limfosit, sel plasma, histiosit yang

aktif, dan makrofag yang menyebabkan fibrosis serta perkapuran. Ulkus terbentuk

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

pada tempat pulpa yang terbuka. Pada pulpitis supurativa secara mikroskopik tampak

mikro abses yang kemudian mengalami kapsulasi dan menjadi abses ganda (multiple)

dengan nekrosis yang mengalami lisis (Weine, 2004). Pulpitis supurativa dapat

berkembang menjadi nekrobiosis akut apabila seluruh jaringan pulpa hancur karena

radang akibat infeksi sekunder (Weine, 2004). Nekrobiosis kronik ditandai oleh

infiltrasi sel plasma yang menyeluruh sehingga terjadi nekrosis cair yang

mengandung vakuol (Gulabivala, 2014).

Weine (2004) mengklasifikasikan radang pulpa secara histopatologik ke

dalam pulpitis ringan, pulpitis akut, pulpitis khronik, pulpitis supurativa, nekrobiosis

akut, dan nekrobiosis kronik. Sementara itu, Seltzer dan Bender (2002)

mengklasifikasikan keadaan pulpa berdasarkan pemeriksaan histologik sebagai

berikut diantaranya adalah pulpa sehat, pulpa atrofik (pulposis), pulpitis akut, pulpa

utuh dengan sel radang khronik (tahap transisi), pulpitis kronik dengan nekrosis cair

sebagian, pulpitis kronik dengan nekrosis padat sebagian, pulpitis kronik total, dan

nekrosis pulpa total.

Inflamasi pulpa secara klinis dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu pulpitis

reversibel dan pulpitis ireversibel (Weine, 2004). Pulpitis reversibel adalah suatu

kondisi inflamasi pada pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh beberapa

stimuli, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli

stimuli ditiadakan (Weine, 2004). Rasa sakit yang berlangsung sebentar dapat

dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi reversible tetapi

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

rasa sakit hilang segera setelah stimuli dihilangkan (Weine, 2004). Penyebab pulpitis

reversibel disebabkan oleh iritan yang mampu melukai pulpa. Penyebab dapat berasal

dari trauma oklusal yaitu termal saat preparasi kavitas dengan bur yang terlalu lama,

dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang berlebihan, dan adanya bakteri

yang masuk ke dalam pulpa (Hargreaves, 2012). Gejala pada pulpitis reversibel

ditandai oleh rasa sakit yang tajam namun sebentar saat adanya rangsangan misalnya

pada saat makan atau minum. Pada pulpitis reversibel rasa sakit tidak terjadi secara

spontan (Chandra, 2010).

2.4 Neuropeptid dalam Inflamasi Pulpa

Neuropeptid (NP) merupakan sintesa protein dalam badan sel primer serabut

saraf aferen yang kemudian dihantarkan ke CNS dan ujung saraf perifer (Wakisaka,

1990). Di dalam pulpa gigi, NP ini disimpan pada ujung sel saraf dan merupakan

penghantar dari badan sel di dalam ganglion trigeminal melalui axon-axon ke ujung-

ujung serabut saraf (Wakisaka, 1990). Selama terjadinya inflamasi pulpa, mediator

inflamasi perifer terstimulasi dan mensensitisasi serabut saraf sensoris (nosiseptor)

untuk melepaskan NPs (Henry dan Hargreaves, 2007). Beberapa NPs yang berperan

penting dalam inflamasi pulpa yaitu calcitonin gene-related peptide (CGRP),

substansi P (SP), neurokinin A (NKA), neuropeptid K, neuropeptid Y, somatostatin,

dan vasoactive intestinal peptide (VIP) (Byers, 2012). Neuropeptid yang

berkontribusi untuk inflamasi pulpa yaitu SP, CGRP, dan VIP yang merupakan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

vasodilator sedangkan neuropeptid Y merupakan vasokontriktor. (Abbott, 2007;

Gomez, 2011; Wakisaka, 1990)

Neuropeptid (NP) menghasilkan beberapa efek biologis dan memunculkan

diantara sirkulasi dan aksi dari imun modulasi modus, injeksi dari substansi P (SP)

intradermal di dalam produksi plasma ekstravasasi (Caviedes Bucheli, 2008). SP

mengeluarkan histamine dari mast sel yang di dalamnya diturunkan stimulasi

pengeluaran SP (Caviedes Bucheli, 2008). Pre-treatment anti histamin mengurangi

ekstravasi yang menginduksi SP (Sattari, 2010). Dengan demikian ekstravasi yang

menginduksi SP dan edema tergantung dari histamine (Wakisaka, 1990). Edema

diinduksi oleh oleh histamin dan bradikin adalah potensial dari CGRP dan dihambat

oleh pre-treatment dengan anti-CGRP (Caviedes Bucheli, 2004). Hal ini terjadi

karena CGRP pontensial mengekstravasasi SP-induced melalui penghambatan dari

degradasi SP. Injeksi CGRP pada manusia menginduksi sebuah respon vaskular yang

lama (Byers, 2012), pengaturan sistemik dari CGRP yang disebabkan oleh hasil

penurunan tekanan darah di dalam tikus, hipotensi, dan takikardia pada manusia.

Oleh karenanya, CGRP adalah salah satu diantara endogenus vasodilatasi yang paling

potensial (Caviedes Bucheli, 2004).

Neuroprotein/neuropeptid (NP) yang dihasilkan saraf sensoris seperti

substansi P (SP), calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan neurokinin A (NKA)

diproduksi pada badan sel trigeminal dan dihantarkan via akson menuju terminal

saraf di dalam pulpa (Caviedes-Bucheli, 2008). Penelitian Wakisaka (1990)

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

memumjukkan bahwa mayoritas terminal saraf ini merupakan serabut saraf C yang

erat kaitannya dengan mikrosirkulasi jaringan pulpa meskipun beberapa ujung saraf

bebas lain juga ditemukan (Wakisaka, 1990).

Aplikasi lokal dari bradikinin di dalam kavitas dentinal kucing secara

signifikan meningkatkan aliran darah pulpa pada percobaan gigi yang masih ada

persarafan tapi hal ini tidak terjadi pada kelompok gigi yang sudah diangkat

persafarannya (Diogenesa dan Henry, 2012). Ini mengindikasikan bahwa bradikinin

tergantung sebagai vasodilator dalam neuropeptide (NP) (Diogenes dan Henry,

2012). Produksi ektravasasi plasma oleh SP dan produksi vasodilatasi oleh CGRP

adalah bagian yang terpisahkan dari reaksi inflamasi (Fristad, 2010). Hal ini

menyediakan area dengan prekusor plasma-borne untuk mediator inflamasi seperti

asam arakhidonat dan kininogen (Trwobridge dan Emling, 1993). Enzim jaringan

mengubah asam arakhi donat menjadi leukotriens dan prostaglandin, dan kininogen

ke bradikinin. Hasilnya mediator inflamasi akan merangsang ujung saraf bebas dan

perjalanan impuls dimulai. Hargreaves, dkk (2012) menyatakan bahwa CGRP dan SP

memiliki aksi potensial dalam respon vascular dan mempertahankan reaksi inflamasi

melalui sebuah mekanisme local positif feed back.

Faktanya bahwa penghambatan rangsangan aktivasi oleh obat anti inflamasi

mengindikasikan perangsangan melalui prostaglandin (Fouad, 2012). Serotonin dapat

merangsang serabut saraf A-delta pada pulpa (Fouad, 2012). Aplikasi serotonin ke

dalam kavitas dentin dapat merangsang serabut saraf A ke stimulasi hidrodinamik

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

dari dentin (Fouad, 2012). Bradikinin dan histamin mengaktifkan serabut saraf C

(Fouad, 2012). Perbedaan rangsangan dari saraf intradental A dan C mungkin

menjelaskan perubahan tipe dan intensitas simptom nyeri selama proses inflamasi

pulpa sehingga dapat didefinisikan inflammasi neurogenik adalah respon inflammasi

yang diperantarai oleh neuropetid dimana dapat dilepaskan dari stimulasi nosiseptor

perifer (Fouad, 2012).

CGRP dihasilkan didalam serabut saraf di dalam pulpa yang dianggap bagian

mayor dari inervasi gigi (Awawdeh, 2002). Oleh karena itu, respon dari serabut-

serabut menunjukkan perbedaan pemberian injuri seperti preparasi kavitas,

terpaparnya pulpa, trauma oklusi, dan replantasi (Byers, 1999). Kebanyakan dari

serabut saraf bertahan terhadap injuri dan meneruskan ke inervasi dentin yang hanya

ditemukan terisi di tubulus dentin oleh odontoblas (Pashley dan Tay, 2012).

Byers (1999) menemukan bahwa proses faktor sintesis meningkatkan nerve

sprouting saraf CGRP dan SP. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa nerve

sprouting adalah sebuah vehicle yang membawa beberapa neuropeptid ke area

inflamasi (Caviedes Bucheli, 2008). Peneliti yang sama juga menemukan adanya

nerve sprouting dan peningkatan level neuropeptids dari CGRP gigi yang diekstraksi

(Caviedes Bucheli, 2006).

Produksi nyeri oleh prosedur inflammasi, jelas merupakan hal yang berbeda

dengan nyeri yang diinduksi oleh stimulasi oleh transient non inflammatory seperti

tusukan jarum (Byers, 1999). Inflamasi menyebabkan perubahan elektrofisiologis

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

pada nosiseptor perifer untuk menghasilkan tingkatan persepsi dari hiperalgesia

(Diogenes dan Henry, 2012). Hal ini merupakan hasil rangsangan yang besar dari

stimulus panas, dingin, dan mekanikal. Hargreaves (2012) mengemukakan bahwa

hiperalgesia sebagai tingkatan persepsi yang ditandai dengan nyeri spontan,

penurunan ambang rasa nyeri, dan peningkatan besarnya rasa nyeri yang dirasakan

oleh pemberian sebuah stimulus.

Perubahan struktural dan fungsional di sistem saraf pusat yang diikuti dengan

aktivasi peripheral nosiseptor terhadap respon pada injuri jaringan dan inflammasi

menjadi lebih menonjol pada nyeri yang lama dari sistem nyeri (Diogenes dan Henry,

2012). Penelitian Caviedes Bucheli (2006) pada manusia menunjukkan bahwa

penyebaran nyeri pada pulpitis melalui secondary hiperalgesia menuju sentral

sensitisasi. Studi elektrofisiologi menemukan bahwa stimulasi yang noksious pada

gigi, menghasilkan respon sitokimia yang berlainan di batang saraf trigeminal.

Kesimpulannya, inflamasi dan injuri di jaringan perifer mungkin akan menghasilkan

perubahan di dalam transmisi impuls dalam central pain pathways (Caviedes

Bucheli, 2008).

Respons inflamasi terhadap injuri ataupun infeksi pada jaringan pulpa

memiliki makna klinis yang signifikan (Fried, 2011). Injuri dapat disebabkan oleh

prosedur iatrogenik, trauma, maupun atrisi. Infeksi juga dapat disebabkan oleh

bakteri yang berasal dari karies, kebocoran mikro pada restorasi ataupun melalui jalan

masuk lainnya ke dalam pulpa. Inflamasi dapat dibagi atas tiga tahap yaitu inflamasi

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

akut, inflamasi kronis, dan penyembuhan (healing) (Trowbridge dan Emling, 1993).

Inflamasi pada jaringan pulpa sama seperti jaringan ikat lainnya dimana inflamasi ini

dimediasi oleh faktor seluler dan molekuler (Fouad, 2012). Vasodilatasi dan

peningkatan aliran darah terlihat pada fase awal inflamasi pulpa (Gomez, 2011). Pada

waktu sel-sel pulpa menjadi aktif maka membran fosfolipidnya dengan cepat

mengalami perubahan sehingga menghasilkan mediator-mediator inflamasi aktif

secara biologis (Carrasquillo, 2004). Produk-produk tersebut berasal dari

metabolisme asam arakhidonat. Jalur enzim siklooksigenase menyebabkan

terbentuknya prostaglandin (Figdor, 1994). Proses inflamasi pada jaringan pulpa juga

melibatkan neuropeptid. Hal ini menjadi jelas bahwa neuropeptid juga memegang

peranan penting dalam inflamasi pulpa yaitu dengan menghubungkan aksi saraf

sensoris dan pembuluh darah.inflamasi neurogenik menggambarkan perubahan

patologis dalam hubungan neurovaskular yang menyebabkan inflamasi (Fristad,

2010).

Hanya ada dua jenis serabut saraf yaitu Aδ dan C yang secara utama

menginervasi jaringan pulpa dan bersifat sebagai reseptor polimodal (Smith, 2012).

Serabut saraf C berhubungan erat dengan mikrosirkulasi jaringan pulpa karena dalam

hal ini serabut saraf C berperan sebagai serabut saraf parasimpatetik yang mengatur

vasodilatasi dan permeabilitas vaskularisasi pulpa (Ikeda, 2012). Ketika mengalami

stimulasi, bagian terminal dari serabut saraf C akan melepaskan beberapa neuropeptid

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

yaitu substansi P (SP),calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan neurokinin A

(NKA) (Caviedes-Bucheli, 2005).

Pulpa gigi diinervasi oleh serabut saraf sensoris yang mengandung

neuropeptid, yang dilepaskan serabut saraf aferen dan berkaitan dengan inflamasi

neurogenik dan penyembuhan luka (Abbott, 2007). Bentuk umum inflamasi pulpa

dimediasi secara neurogenik dan pengukuran biokimia terhadap mediator inflamasi

meningkat secara signifikan pada pulpitis ireversibel dan berhubungan dengan tanda

dan gejalanya telah menunjukkan bahwa SP dan CGRP berinteraksi dengan sel mast

dan menginduksi pelepasan histamin yang akan meningkatkan permeabilitas vaskuler

dan tekanan darah (Sacerdote dan Levrina, 2012).

Sekitar 25%-50% dari serabut saraf gigi merupakan serabut saraf bermyelin

A-delta yang mengandung neuropeptid CGRP dan nerve growth factor (NGF) (Henry

dan Hargreaves, 2007). Sebagian besar serabut saraf ini mempersarafi dentin,

predentin, dan lapisan odontoblas pada daerah korona dekat dengan enamel.

Sementara itu serabut saraf C menghasilkan NGF-reseptor dan beberapa neuropeptid

seperti SP, CGRP, dan NKA (Fristad et al., 2010).

2.5 Substansi P (SP) dan Jaringan Pulpa

SP merupakan bahan vasoaktif dalam bentuk powder yang pertama kalinya

ditemukan oleh Von Euler dan Gaddum pada tahun 1931 (Sacerdote dan Levrini,

2012). “P” pada substansi merupakan singkatan dari “powder”. SP terdiri atas 11

asam amino yaitu H-Arg1-Pro2-Lys3-Pro4-Gln5-Gln6-Phe7-Phe8-Gly9-Leu10-

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Met11-NH2) dan merupakan kelompok neurokinin (NK) A dan NKB di mana semua

ini juga memiliki ujung karboksil yaitu Phe-X-Gly-Leu-Met-NH2 (Sacerdote dan

Levrini, 2012). SP diberi kode oleh gen preprotachykinin –A dalam perikaryon

serabut saraf aferen primer pada akar dorsal dan ganglion trigeminal yang kemudian

dihantarkan menuju prosesus sentralis dan perifer elemen ini (Sacerdote dan Levrini,

2012). Uniknya sekitar 80% dari SP yang disintesa pada ganglion akar dorsal akan

dikirimkan menuju daerah terminal pada serabut perifer (Diogenes dan Henry, 2012).

Sejumlah enzim yang berperan dalam metabolism SP ini dikarenakan lokalisasi

selular spesifik yang juga merupakan endopeptidase netral dan angiotensin

converting enzymes (EP dan/atau ACE) yang paling banyak berperan dalam

pembelahan SP pada daerah perifer (iogenes dan Henry, 2012).

Telah umum diketahui bahwa beberapa faktor dapat mengaktifkan atau

mensensitisasi nosiseptor pada daerah injuri jaringan dan kemudian menginduksi

pelepasan neuropeptid pada perifer (Okiji, 2012). Capsaicin, panas, dan proton akan

mengaktifkan vanilloid reseptor 1 (VR1) yang terletak pada serabut saraf sensori

berdiameter kecil yang menyebabkan terbukanya cation channel dan meningkatkan

masuknya kalsium melalui channel ini dan melalui voltage gated calcium channels

yang diaktivasi oleh depolarisasi yang diinduksi sodium (Suwabchai, 2011). Efek ini

meningkatan pelepasan SP dari saraf menyebabkan stimulasi jalur fosfolipase C

dengan aktivasi cascade protein kinase C yang telah ditunjukan dapat menstimulasi

sekresi SP dari ujung saraf sensoris (Byers, 2012).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Efek biologis dari pelepasan SP diinduksi setelah berikatan dengan G

coupled-protein reseptor spesifik NK (Pozo et al., 2012). Ada tiga jenis reseptor

tachykinin yaitu NK1,NK2, dan NK3 menunjukkan preferensi untuk bahan SP,

neurokinin A dan neurokinin B masing-masing (Sacerdote dan Levrini, 2012).

Namun tachykinins endogen sangat tidak selektif untuk setiap reseptor dan semua

dapat bertindak pada semua tiga reseptor di bawah kondisi tertentuseperti

ketersediaan reseptor atau peptida konsentrasi tinggi (Sacerdote dan Levrini, 2012).

Substansi P terutama bekerja pada reseptor NK1 dan simulasi reseptor NK1

menginduksi beberapa sistem second messengers, seperti fosfolipase C

intraselulerinositol 1,4,5 - trisphophate (IP3) yang diikuti dengan elevasi kalsium

intraseluler (Sacerdote dan Levrini, 2012). Reseptor ini dijumpai dalam konsentrasi

tinggi padajaringangigi. Selain itu SP telah diketahui dapat mengaktifkan ERK 2 dan

P38 protein mitogen dan dapat meningkatkan produksi PGE2 dan ekspresi COX2

(Figdor, 1994).

Interaksi SP dengan reseptornya secara langsung menginduksi vasodilatasi

dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan memungkinkan ekstravasasi

plasma dan degranulasi mastosit (Gomez, 2011). Granul mastosit melepaskan

histamin, yang pada gilirannya lebih lanjut menguatkan proses vaskuler dan

mengaktifkan nosiseptors (Isett, 2003). Limfosit, granulosit, makrofag, dan

memilikireseptor untuk SP dan sel-sel ini dapat dirangsang untuk memproduksi

sitokin (Rodd dan Boissonade, 2000). Makrofag distimulasi oleh SP menghasilkan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

mediator inflamasi PGE2, thromboxane, sertasitokin proinflamasi IL-1, IL-6, dan

TNF. Semua aktivitas molekuler akhirnya mempertahankan sintesis dan pelepasan SP

sehingga menjadi suatu lingkaran yang sulit dihentikan (Gambar 2.1). Selain itu,

mekanisme ini tidak hanya melibatkanserabut syaraf pada daerah kerusakan jaringan,

tetapi diperluas juga untuk jaringan sekitarnya rusak, di mana hal ini juga

menyebabkan hiperalgesia sekunder (Sacerdote dan Levrini, 2012).

Atas dasar ini, SP dianggap sebagai mediator utama inflamasi neurogenik dan

terkait hiperalgesia serta merupakan target yang menjanjikan untuk terapi yang

ditujukan untuk mengontrolrasa sakit dan meminimalkan konsekuensi buruk akibat

adanya injuri jaringan (Sacerdote dan Levrini, 2012).

Gambar 2.1 Peranan Substansi P (SP) dalam Inflamasi Neurogenik (Sacerdote and Levrini, 2012)

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

SP banyak terkandung pada serabut saraf yang menginervasi jaringan pulpa

dan dentin (Wakisaka, 1990). Produksi dan pelepasan molekul ini meningkat seiring

dengan adanya rangsangan noksius, termal, mekanis, dan kemis pada jaringan pulpa

dan ligamen periodontal (Wakisaka, 1990). Jumlah SP yang dilepaskan oleh serabut

saraf sensoris mengalami peningkatan selama proses inflamasi (Wakisaka, 1990).

Bowles et al. (2003) menyatakan dalam penelitian mereka bahwa konsentrasi SP

pada inflamasi pulpa ireversibel mencapai 8 (delapan) kali lipat lebih besar dibanding

pulpa normal. Studi lain menunjukkan bahwa konsentrasi SP pada jaringan pulpa

manusia meningkat pada gigi yang mengalami karies (Rodd and Boissonade, 2000).

Peningkatan konsentrasi SP lebih tinggi pada kelompok karies yang disertai dengan

nyeri dibanding dengan kelompok karies yang asimptomatik (Rodd and Boissonade,

2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Sattari et a.l (2010) menemukan bahwa terjadi

peningkatan konsentrasi SP secara bermakna pada pulpitis ireversibel simptomatik

dan pulpitis ireversibel asimptomatik. Penelitian oleh Caviedes-Bucheli (2008) juga

menunjukkan peningkatan konsentrasi SP yang sangat signifikan pada kelompok

pulpa yang mengalami induksi inflamasi dan pulpitis ireversibel akut dibanding pulpa

normal.

Penelitian oleh Killough et al. (2009) dan Caviedes-Bucheli (2007) telah

menunjukkan karakteristik reseptor NK pada gigi hewan rodensia dan manusia.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Penelitian tersebut menunjukkan ekspresi pola ekspresi reseptor tachykinin NK1,

NK2, dan NK3 pada berbagai jenis sel jaringan keras gigi, sel epitel, fibroblas,

endotelium, dinding pembuluh darah pada jaringan pulpa, dan jaringan pendukung

mulut (Sacerdote dan Levrini, 2012). Reseptor NK1 dan NK2 telah dijumpai berada

pada sel odontoblas dan ameloblas. NK1 juga banyak dijumpai pada pembuluh

kapiler dan pembuluh darah lebih kecil (Sacerdote dan Levrini, 2012). Reseptor NK1

dan NK2 paling banyak dijumpai pada pleksus kapiler yang berdekatan dengan

dentin (Sacerdote dan Levrini, 2012).

Banyak reseptor NK2 dideteksi pada gingiva dan epitel Malasez. Reseptor

NK1 dan NK2 juga didapati pada fibroblas ligamen periodontal dan jaringan pulpa

gigi (Sacerdote dan Levrini, 2012). Metode yang digunakan untuk menentukan dan

mengukur jenis reseptor yaitu radioreseptor assay belum dapat menunjukkan tipe

reseptor yang ada (NK1, NK2, atau NK3) (Sacerdote dan Levrini, 2012). Serabut

saraf sensoris berakhir dekat pembuluh darah dan reseptor SP meningkat jumlahnya

pada jaringan ini (Sacerdote dan Levrini, 2012). Pada jaringan sehat, pelepasan basal

SP berperan penting dalam pemeliharaan homeostasis jaringan, sementara itu pada

sisi lain pelepasan yang banyak dari molekul ini sebagai akibat stimuli eksternal

menginduksi terjadinya vasodilatasi yang diikuti dengan peningkatan laju aliran

darah yang lama (Trowbridge dan Emling, 1993). Peningkatan produksi dan

pelepasan SP memegang peran dalam inisiasi dan propagasi proses inflamasi.

(Sacerdote dan Levrini, 2012).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

SP berinteraksi dengan sel mast dan menginduksi pelepasan histamin yang

kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan tekanan darah

(Caviedes Bucheli, 2008). Di samping itu, limfosit, granulosit, dan makrofag

mengandung reseptor SP dan sel-sel ini dapat distimulasi oleh SP untuk

memproduksi dan melepaskan mediator inflamasi dan sitokin (Caviedes Bucheli,

2008). SP juga berperan sebagai kemotaksis poten yang dapat menarik sel-sel

inflamasi pada jaringan pulpa (Wakisaka, 1990). Sejumlah besar mediator inflamasi

dan nosiseptif secara dramatis mensensitisasi dan merangsang nosiseptor untuk

melepaskan jumlah SP yang lebih besar baik pada sumsum tulang belakang dan

jaringan pulpa yang akan meningkatkan sensasi nyeri (Sacerdote dan Levrini, 2012).

Hampir semua keadaan patologis yang mempengaruhi jaringan mulut baik

termasuk prosedur kedokteran gigi dapat meningkatkan produksi dan pelepasan SP.

Hasil penelitian ex-vivo oleh Rodd dan Boissonade (2000) menunjukkan bahwa

ekspresi SP banyak dijumpai pada keadaan gigi karies simptomatis dibanding yang

asimptomatik. Nilai rata-rata level SP ekstraseluler delapan kali lipat lebih besar pada

gigi dengan pulpitis ireversibel dibandingkan dengan pulpa normal dan peningkatan

bermakna SP dikaitkan dengan adanya jaringan granuloma dibandingkan dengan

kelompok kontrol (Caviedes-Bucheli, 2006).

SP menggunakan aktifitas biologiknya secara utama melalui reseptor NK1

dengan afinitas tinggi tetapi pada konsentrasi yang tinggi peptida ini dapat

mengaktifkan reseptor NK2 dan NK3 (Sacerdote dan Levrini, 2012). Dengan kata

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

lain, NK1 merupakan reseptor yang paling berperan pada kondisi fisiologis

sedangkan pada kondisi patologis karena konsentrasi SP yang tinggi maka seluruh

resoptor NK memegang peranan dalam mekanisme neurogenik inflamasi (Gambar

2.2 dan 2.3).

Gambar 2.2 Peranan Substansi P (SP) sebagai Imunomodulator (Caviedes-Bucheli, 2005)

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Gambar 2.3 Peranan Substansi P (SP) dalam Mekanisme Nyeri (Caviedes-Bucheli 2005)

SP memiliki efek pro inflamasi yang menyebabkan plasma ekstravasasi dan

edema sedangkan CGRP menstimulasi pertumbuhan sel pulpa seperti fibroblas dan

sel lir odontoblas. Selain itu CGRP juga meningkatkan ekspresi bone morphogenic

protein (BMP) – dua transkrip pada sel pulpa gigi manusia dan merupakan faktor

yang berkaitan dengan induksi pembentukan dentin. Penelitian-penelitian

menunjukkan bahwa CGRP berperan dalam fenomena inflamasi seperi pulpitis

ireversibel simptomatis (Cavides-Bucheli et al., 2004, Cavides-Bucheli et al., 2005).

Caviedes-Bucheli (2006) dan Caviedes-Bucheli (2008) melaporkan bahwa SP

dan CGRP meningkat secara signifikan pada pulpitis ireversibel simptomatik dan

asimptomatik bila dibandingkan dengan kelompok pulpa sehat. Level SP dan CGRP

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

meningkat delapan kali lipat pada pulpitis ireversibel dibandingkan pulpa normal.

Dengan demikian, pulpitis ireversibel dikaitkan dengan aktivasi signifikan sistem

peptidergik (Sacerdote dan Levrini, 2012). Di samping itu, penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa SP memegang peranan penting pada inflamasi neurogenik

dalam mengatur aliran darah pulpa dengan mengontrol cairan eksudat yang berkaitan

dengan fenomena inflamasi (Goodale, 1981).

Aktivasi peptidergik dari nosiseptor menstimulasi reaksi vasodilatasi (Abbott,

2007). Hal ini terjadi karena adanya neuron-neuron melepaskan vasoaktif polipeptida

seperti Substansi P dan CGRP dimana terjadi depolarisasi (Caviedes Bucheli,

2008).Peninggian aktivasi dari nosiseptor dimulai ketika neuropeptid dilepaskan

(Caviedes-Bucheli, 2008). Sebagai contoh, peninggian level dari Substansi P terdapat

di dalam pulpa pasien dengan pulpitis ireversibel (Sattari, 2010). CGRP dan

Substansi P meningkatkan vasodilatasi dan ekstravasasi, secara berturut-turut hingga

berpartisipasi dalam proses inflamasi (Gomez, 2011). Mekanisme untuk inflamasi

neuronal yang menyeluruh disebut inflamasi neurogenik. Dalam menjelaskan proses

terjadinya nyeri pada pulpa dijumpai empat faktor yang berperan yaitu yakni:

inflammasi neurogenik, nerve sprouting, hiperalgesia, dan central nervous system

(CNS) (Hargreaves, 2012).

Awawdeh et al. (2002) menemukan adanya level SP, CGRP, dan NKA yang

signifikan tinggi pada keadaan nyeri pulpa dibandingkan dengan pulpa sehat. NPs ini

berperan dalam proses inflamasi dan nyeri pulpa. Hasil penelitian mereka mengenai

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

patogenesis inflamasi pulpa dapat memberikan basis untuk pendekatan yang baru

dalam merawat pulpa yang mengalami inflamasi. Penggunaan antagonis CGRP dan

antagonist SP/NKA dapat mengurangi inflamasi dan memicu penyembuhan pada

pulpa yang mengalami injuri sehingga menjadi suatu cara penanganan nyeri pulpa

(Buck, 1999).

Inflamasi pulpa neurogenik ini biasanya akan berlanjut sehingga terjadi

gangguan sistem vaskuler dan perubahan membran fosfolipid (Fouad, 2012).

Selanjutnya dengan bantuan enzim fosfolipase A2 akan menghasilkan asam

arakidonat yang merupakan substansi pembentuk mediator-mediator inflamasi

misalnya prostaglandin (PGs), leukotriene, dan thromboxane dengan bantuan enzim

cyclooksigenase (Fouad, 2012). Pada inflamasi pulpa dengan peningkatan level

substansi P akan mengakibatkan nyeri yang secara bermakna terlihat dengan

peningkatan konsentrasi prostaglandin E2(PGE2) jika dibanding dengan pulpa normal

(Trowbridge dan Emling, 1993).

Menurut Caviedes-Bucheli (2005), Substansi P dapat menginduksi mediator-

mediator inflamasi seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin, cytokine, dan

thromboxane. Mediator-mediator tersebut dapat mengaktifkan dan mensensitisasi sel-

sel saraf maupun non saraf sehingga dapat menyebabkan proses inflamasi dan rasa

nyeri (Espasito, 2003).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

2.6 Macaca fascicularis

M. fascicularis merupakan salah satu hewan primata yang banyak digunakan

sebagai hewan coba dalam penelitian biomedis karena secara anatomis dan fisiologis

memiliki banyak kemiripan dengan manusia (Ardith, 2008) (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Macaca fascicularis (Whitney et al., 1995)

M. fascicularis disebut juga dengan monyet ekor panjang, memiliki berbagai

nama lain seperti monyet Cynomolgus, dan monyet pemakan kepiting

(crabeatingmacague) (Fortman, 2002; Reinhardt, 1997). Taksonomi monyet ekor

panjang menurut Whitney et al., (1995) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Primata

Sub ordo : Anthropoidea

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Infra ordo : Catarrhini

Super famili : Cercopithecoidae

Famili : Cercopithecidae

Sub Famili : Cercopithecinae

Genus : Macaca

Species : Macacafascicularis

2.6.1 Penyebaran dan Habitat

M. fascicularis memiliki habitat beragam mulai dari hutan primer, hutan

sekunder, sepanjang pinggiran sungai, hutan pesisir laut, hutan mangrove. Hewan ini

memiliki penyebaran habitat yang luas di daratan Asia (Kemp, 2003).

2.6.2 Morfologi

Monyet ekor panjang adalah satwa primata yang berjalan dengan empat kaki

(quadrupedalism) (Napier, 1985). Hewan ini memiliki ekor yang lebih panjang dari

panjang kepala dan badan, sekitar 40-65 cm (16 – 26 inchi) (Navia, 1997). Hewan

jantan memiliki ekor yang lebih panjang dibanding betina (Navia, 1997). Panjang

badan monyet tergantung kepada sub spesiesnya, biasanya panjang monyet jantan

dewasa 41,2 cm – 64,8 cm dan betina 38,5cm – 50,3 cm (Navia, 1997). Monyet ini

memiliki perbedaan ukuran bobot tubuh antara jantan dan betina (Navia, 1997).

Hewan jantan 4,7 kg – 8,3 kg dan yang betina 2,5 kg- 5,7 kg (Navia, 1997). Warna

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

rambut badan bervariasi dari coklat kekuningan (abu-abu) sampai coklat gelap.

Warna rambut di ventral tubuh lebih pucat, sedangkan warna kulit wajah abu-abu

gelap.Hewan ini memiliki bantalan duduk (ischial callosity) yang melekat pada

tulang duduk (ischium) (Navia, 1997).

Jumlah gigi permanen genus Macaca 32 buah (2I - 1C - 2PM - 3M/2I – IC -

2PM - 3M) (Swindler, 2002). Gigi seri atas agak lebar terutama gigi seri pertama,

sedangkan gigi seri kedua atas lebih kecil dan sering bentuknya lancip (Swindler,

2002). Gigi seri kedua bawah lebih lebar dari gigi seri pertama bawah. Gigi taring

atas berukuran lebih panjang dibanding gigi taring bawah dan letaknya menonjol

melebihi tepi deretan gigi lainnya (Swindler, 2002). Gigi taring pada monyet jantan

lebih panjang daripada monyet betina.Bentuk premolar bawah bervariasi (Swindler,

2002). Molar disebut bilophodont yaitu pada masing-masing molar terdapat empat

cuspid (2 bukal dan 2 lingual) yang dihubungkan dengan krista transversa. Geraham

ketiga memiliki cuspid tambahan (Swindler, 2002).

2.6.3 Kelompok Sosial

Monyet ekor panjang hidup dalam sebuah kelompok sosial. Kelompok sosial

monyet ekor panjang termasuk dalam multi-male group dan multi-female group yaitu

dalam satu kelompok terdapat beberapa jantan dan betina dewasa serta anak-anak.

Dalam satu kelompok terdapat sekitar 30 anggot (Reinhardt, 1997).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Adanya lebih dari satu jantan dewasa dalam kelompok sosial ini sering

menimbulkan ketegangan di antara kelompok jantan (Napier, 1985). Keadaaan ini

menimbulkan hirarki dominansi pada jantan dalam kelompok tersebut. Hirarki

dominasi yang berkembang ini dipengaruhi oleh faktor umur, ukuran dan

kemampuan bertarung (berkelahi) (Napier, 1985). Hewan ekor panjang ini termasuk

hewan yang unik karena mempunyai kemampuan belajar dan perilaku.Hewan ini

tergolong omnivora, seperti buah-buahan, kepiting, bunga, serangga, daun, jamur,

dan rumput (Reinhardt, 1997).

2.7 Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia

yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran

antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Dalam pengertian sederhana, sejumlah

antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi

spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan

antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir,

ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat

dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang tertentu

disinarkan pada suatu sampel, kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi

sehingga jumlah antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya

fluoresensi denan menggunakan spektrofotometer (Burgess, 1995).

Spektrofotometer adalah sebuah alat yang dapat mengukur jumlah dari cahaya

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 32: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

yang menembus sumuran dari microplate. Kompleks antigen-antibodi yang kita buat

pada well mcroplate akan memberikan perubahan warna pada cairan tersebut,

sehingga akan memberikan optical density yang berbeda. Optical density dapat

dinyatakan meningkat atau menurun berdasarkan pengenceran material standar

sehingga akan menghasilkan kurva dose-response yang nantinya akan digunakan

untuk mengestimasi kadar protein tersebut (Burgess, 1995).

Dalam penggunaan sehari-hari ELISA bisa digunakan unruk melabel suatu

antigen atau mengetahui antibodi yang ada dalam tubuh. Apabila kita ingin

mengetahui antigen yang ada di dalam tubuh, maka yang diendapkan adalah

antibodinya, begitu pula sebaliknya (Burgess, 1995).

ELISA merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai

laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik

pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup

tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall

untuk menganalisi sadanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel

dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label). Umumnya ELISA

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu competitive assay yang menggunakan konjugat

antigen–enzim atau konjugat antobodi–enzim, dan non-competitive assay yang

menggunakan dua antibodi. Pada ELISA non-competitive assay, antibodi kedua akan

dikonjugasikan dengan enzim sebagai indikator. Teknik kedua ini seringkali disebut

sebagai "sandwich" ELISA. Uji ini memiliki beberapa kerugian, salah satu di

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 33: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

antaranya adalah kemungkinan yang besar terjadinya hasil false positive karena

adanya reaksi silang antara antigen yang satu dengan antigen lain. Hasil berupa false

negative dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu

pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah antibodi

tersebut masih sedikit dan kemungkinan tidak dapat terdeteksi (Burgess, 1995).

2.8 Landasan Teori

Cedera

Pulpa normal

Pulpitis reversibel

Perubahan vaskuler dan respons imun

Perubahan sistem neurogenik

Perubahan membran fosfolipid

SP (?)

Sel dan substansi dasar

Saraf A delta dan C

SP (?)

Pembuluh darah dan sistem limfatik

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 34: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang mengandung substansi dasar, sel-

sel, pembuluh darah, sistem limfatik dan perasarafan. Persarafan pulpa terdiri atas

serabut saraf A delta dan C. Cedera yang mengenai pulpa akan menyebabkan

terjadinya perubahan vaskuler dan respon imun, perubahan sistem neurogenik dan

perubahan membran fosfolipid pada sel imun pulpa. Cedera yang mengenai atap pada

kamar pulpa akan menyebabkan respon inflamasi lokal yang akan mengaktifkan

sistem persarafan pulpa (A delta dan C) untuk melepaskan protein-protein saraf

(neuropeptida) yang pro inflamasi diantaranya yaitu substansi P (SP) yang

merupakan neuropeptida utama yang memegang peranan yang penting pada saat awal

terjadinya inflamasi sehingga menyebabkan hiperalgesia, merangsang makrofag,

serta mendegranulasi sel mast untuk mensintesis dan melepaskan mediator-mediator

inflamasi lainnya seperti prostaglandin, bradikinin dan histamin. SP merupakan

mediator inflamasi lini pertama yang bersifat vasodilator dan merupakan zat

algogenik serta merupakan agen kemotaktik yang kuat sehingga dengan peninggian

konsentrasi SP pada jaringan pulpa dapat menyebabkan perubahan laju aliran darah

pulpa dan peninggian tekanan darah pulpa.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 35: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

2.9 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini dilihat kadar substansi P (SP) dengan metode ELISA pada

kelompok pulpa normal dan kelompok pulpitis reversibel yang diinduksi secara

mekanis pada pulpa gigi M.fascicularis.

2.10 Hipotesis

Hipotesis mayor: Ada perbedaan kadar SP pada kelompok pulpa yang

mengalami pulpitis reversibel simptomatis akibat induksi secara mekanis dan

kelompok pulpa normal.

Pulpa Normal

Pulpitis reversibel

Konsentrasi substansi P (SP)

Induksi injuri mekanis dengan bur akses no.2

sampai terbukanya pulpa

Konsentrasi substansi P (SP)

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 36: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Pulpa Jaringan pulpa gigi ...

Hipotesis minor: Kadar SP pada kelompok pulpa yang mengalami pulpitis

reversibel simptomatisakibat induksi secara mekanis lebih tinggi dibanding dengan

pulpa normal.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara