Penentuan Kemurnian Gas Sf6 Dengan Framework Codeigniter Pada Gardu Induk Pln
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metanolrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45520/4/Chapter...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metanolrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45520/4/Chapter...
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metanol
Metanol adalah senyawa Alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus Kimia
CH3OH, dengan berat molekul 32. Titik didih 640-650C (tergantung
kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930 (juga tergantung kemurnian). Secara
fisik metanol merupakan cairan bening, berbau seperti alkohol, dapat
bercampur dengan air, etanol, chloroform dalam perbandingan berapapun,
hygroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang berwarna
biru (Spencer, 1988).
Secara teori metanol dapat dibuat dari proses penyulingan kayu,
gasifikasi batu bara dan sintesis gas alam, tetapi produksi metanol di Indonesia
menggunakan gas alam. Sintesa metanol dari gas alam inilah yang saat ini
tekhnologinya di pakai pada pembuatan metanol skala industri besar di mana di
Indonesia adalah PT. Kaltim Metanol Industri di Bontang kapasitas produksi
2000 MT/day.
Produksi metanol PT. KMI terdiri dari empat proses utama, yaitu
desulphurizing, reforming, methanol synthesis dan distillation. Proses ini
didukung oleh sistem utilitas yang menyediakan kebutuhan air, listrik, steam,
oksigen dan udara. Berikut keterangan dari masing-masing proses :
Universitas Sumatera Utara
1. Desulphurizing
Tahap desulfurisasi bertujuan menurunkan kandungan sulfur dalam
bahan baku gas alam sampai kadar yang diijinkan dalam proses. Proses ini
menjadi penting karena katalis yang digunakan pada unit reforming dan
sintesis methanol sensitif terhadap keracunan sulfur. Proses yang digunakan
adalah Co-Mo Vessel dan Sulphur Catchpot.
2. Reforming
Proses ini bertujuan untuk menghasilkan gas sintesis yang akan
digunakan untuk sintesis methanol. Proses ini terdapat tiga unit operasi yakni
pre-reformer, steam reformer, dan autothermal reformer. Proses pre-reforming
bertujuan untuk memecah seluruh hidrokarbon berat di gas masukan dan
mereaksikan sebagian methana dengan steam untuk menghasilkan gas H2, CO,
dan CO2. Proses steam reforming bertujuan mereaksikan gas-gas keluaran pre-
reformer dengan steam untuk dihasilkan reformed gas. Proses autothermal
reforming bertujuan mereaksikan gas terutama CH4 yang belum bereaksi
dengan oksigen dan steam untuk mendapatkan gas sintesis dengan rasio
stoikiometrik yang optimum.
3. Methanol Synthesis
Pada proses ini terjadi reaksi sintesis methanol yang berlangsung
eksotermis pada suhu 250°C dan tekanan 80 bar terjadi di dua reaktor yang
berkerja secara paralel.
4. Distillation
Proses ini bertujuan untuk memisahkan methanol dari komponen-
komponen yang tidak diinginkan seperti air, gas terlarut, dan hasil samping
Universitas Sumatera Utara
serta menghasilkan methanol grade AA dengan kemurnian di atas 99,85 %.
Unit operasi yang digunakan meliputi prerun column, pressure column, dan
atmospheric column (KMI, 1997).
2.2. Etanol
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hidroksil (-OH) dengan
dua atom karbon (C). Jenis alkohol yang banyak digunakan adalah CH3OH
yang disebut dengan metil alkohol (methanol), C2H5OH yang disebut dengan
etil alkohol (etanol). Dalam dunia perdagangan, yang disebut dengan alkohol
adalah etil alkohol atau etanol dengan rumus kimia C2H5OH (Prihandana et al.,
2007). Lebih lanjut menurut Prihandana et al. (2007), penggunaan etanol tidak
hanya untuk minuman namun juga digunakan sebagai pelarut, antiseptik, dan
bahan baku untuk bahan organik lain seperti etil ester, dietil eter, butadien, dan
etil amin. Fuel grade etanol (etanol 99 %) dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Molekul etanol diikat satu sama lain di dalam fase cair oleh ikatan
hidrogen. Interkasi tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada titik
didih etanol yaitu sekitar 780C -800C. Kemampuan ikatan hidrogen tersebut
membuat etanol dapat larut dengan cukup baik di dalam air karena terdapat
empat atau kurang atom karbon yang dapat berikatan dengan molekul air
(Weininger, 1972).
Alkohol yang mempunyai bobot molekul lebih rendah mempunyai sifat
yang menyerupai air. ikatan kimia antara atom yang berbeda adalah ikatan
polar, seperti ikatan C-O dan C-Cl. Semakin besar komponen polar dalam
Universitas Sumatera Utara
suatu senyawa, semakin polar senyawa tersebut dan juga sebaliknya (O’Leary,
1976).
Etil alkohol (CH3CH2OH) sering juga disebut alkohol untuk
menunjukkan sumber bahan baku yang digunakan atau tujuan umum
penggunaannya. Etanol mempunyai penampakan tidak berwarna, mudah
menguap, jernih, memiliki bau yang halus dan rasa yang pedas (Setyaningsih,
2006).
Etanol terbentuk pada sintesis metanaol melalui reaksi antara metanol
dengan CO2 dan H2 yang merupakan sebagian dari gas yang terlarut dan tidak
memenuhi stoikiometri reaksi sehingga menjadi sisa gas dalam reaksi
pembentukan metanol (KMI,1997).
2.3. Aseton
Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut
polar dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil
keton, 2-propanon, atau propan-2-on. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan
yang tidak berwarna dan mudah terbakar, digunakan untuk membuat plastik,
serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur
secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh
manusia dalam kandungan kecil. Aseton memiliki gugus karbonil yang
mempunyai ikatan rangkap dua karbon-oksigen terdiri atas satu ikatan σ dan
satu ikatan π. Umumnya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon sangat
stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain halnya dengan atom hidrogen
yang berada pada karbon (C) di samping gugus karbonil yang disebut atom
Universitas Sumatera Utara
hidrogen alfa (α). Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil,
kerapatan elektron pada atom karbon α semakin berkurang, maka ikatan karbon
dan hidrogen α semakin melemah, sehingga hidrogen α menjadi bersifat asam
dan dapat mengakibatkan terjadinya substitusi α (Wade, L.G. 2006).
2.4. Trimetilamin
Trimetilamin adalah komponen organic dengan rumus N(CH3)3, tidak
berwarna dan memiliki aroma seperti ikan pada konsentrasi rendah sedangkan
pada konsentrasi tinggi aromanya seperti amonia. Trimetilamin memiliki sifat
fisik higroskopis, tidak berwarna, berbentuk gas dalam suhu ruang, dan mudah
terbakar (Hadiwiyoto, 1990). Senyawa ini berasal dari makanan yang
mengandung kadar trimetilamin yang tinggi seperti ikan atau dari makanan
yang mengandung senyawa prekursor trimetilamin seperti trimetilamin N-
oksida (TMNO), kolin, dan L-carnitine (Bain et al. 2006). Senyawa
trimetilamin merupakan hasil dari pemecahan ikatan karbon dan nitrogen (C-
N) yang terdapat pada asam amino kolin. Ikatan karbon dan nitrogen tersebut
akan diuraikan oleh zat pengoksidasi seperti gugus peroksida dalam lemak dan
menghasilkan senyawa trimetilamin (Hadiwiyoto 1990).
Trimethylamine, biasa dikenal dengan NMe3, N(CH3)3 atau TMA,
bersifat tidak berwarna, higroskopis, dan merupakan senyawa amine
sederhana. Senyawa ini relatif mudah terbakar dengan ciri berbau amis pada
konsentrasi rendah dan berbau seperti ammonia pada konsentrasi tinggi. TMA
terbentuk dalam reaktor sintesis methanol dan ditemukan di unit pemurnian
Universitas Sumatera Utara
raw methanol. Di dalam reaktor sintesis, TMA terbentuk sebagai hasil dari
reaksi antara amoniak dan metanol.
NH3 + CH3OH MMA + H2O
MMA + CH3OH DMA + H2
DMA + CH3OH TMA + H2O
Ammonia sendiri berasal dari N2 yang terkandung dalam natural gas.
Selanjutnya gas N2 bereaksi dengan oksigen menjadi NOx di dalam reactor
autothermal dan steam reformer, yang kemudian mengalami hidrogenasi
menjadi ammonia.
Trimethylamine dapat dijumpai dalam bentuk TMA bebas (free TMA)
yang memiliki titik didih normal 3,5 °C atau dalam bentuk larutan senyawa
asam (acidic compounds) seperti yang dijumpai pada raw methanol (Perry,
1997).
Spesifikasi metanol standar yang digunakan sebagai bahan kimia
mengacu kepada IMPCA yang mempunyai grade AA. Di dalam spesifikasi
tersebut, metanol harus bebas dari bau amis yang disebabkan adanya
kandungan TMA. Oleh karena itu TMA yang ada harus seminimal mungkin
untuk mencegah adanya bau amis pada produk.
TMA yang terkandung dalam metanol merupakan garam TMA yang
bersifat asam dan non volatile yang tidak dapat dipisahkan dengan destilasi.
Oleh karena itu, garam TMA dalam metanol mentah harus diubah menjadi
TMA bebas terlebih dahulu sehingga dapat dipisahkan dengan destilasi sesuai
desain pabrik. Perubahan garam TMA menjadi TMA bebas dapat dilakukan
dengan penambahan NaOH ke dalam metanol mentah berdasarkan reaksi:
Universitas Sumatera Utara
H3C H + H3C
N + OH- N CH3 + H2O
H3C CH3 H3C
Gambar 2.1 Reaksi perubahan garam TMA menjadi TMA bebas
Berdasarkan IMPCA pada dokumen KMI (1997) analisa mengenai TMA
telah dilakukan mengenai munculnya bau amis dari TMA pada berbagai
konsentrasi, hasilnya bahwa TMA dengan batas maksimal 50 ppb bau amis
sudah tidak terasa.
2.5. Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan
suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling
alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya.
Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering
disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).
2.5.1. Sifat Air
Nama Sistematis : air
Nama Alternatif : aqua, dihidrogenmonoksida, Hidrogen hidroksida
Rumus Molekul : H2O
Massa Molar : 18,0153 g/mol
Densitas dan Fase : 0,998 g/cm³ (cair pada 20 °C) ; 0,92 g/cm³ (padat)
Titik Lebur : 0 oC
Universitas Sumatera Utara
Titik Didih : 100 oC
Kalor Jenis : 4184 J/kg.K (cair pada 20 0C)
Atom oksigen memiliki nilai keelektronegatifan yang sangat besar,
sedangkan atom hidrogen memiliki nilai keelektronegatifan paling kecil
diantara unsur-unsur bukan logam. Hal ini selain menyebabkan sifat kepolaran
air yang besar juga menyebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul air.
Ikatan hidrogen terjadi karena atom oksigen yang terikat dalam satu molekul
air masih mampu mengadakan ikatan dengan atom hidrogen yang terikat dalam
molekul air yang lain. Ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki
sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat khas air sangat menguntungkan bagi kehidupan
makhluk di bumi (Achmad, 2004). Hal sama dikemukakan oleh Dugan (1972)
yang menyatakan bahwa air memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki
oleh senyawa kimia lain. Diantara sifat-sifat tersebut adalah : Air memiliki titik
beku 0 oC dan titik didih 100 0C (jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan
secara teoritis), sehingga pada suhu sekitar 0 0C sampai 100 0C yang
merupakan suhu yang sesuai untuk kehidupan, air berwujud cair. Hal ini sangat
menguntungkan bagi makhluk hidup, karena tanpa sifat ini, air yang terdapat
pada jaringan tubuh makhluk hidup maupun yang terdapat di laut, sungai,
danau dan badan perairan yang lain mungkin ada dalam bentuk gas ataupun
padat. Sedangkan yang diperlukan dalam kehidupan adalah air dalam bentuk
cair.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Sumber Air
Air yang ada di permukaan bumi berasal dari beberapa sumber. Berdasarkan
letak sumbernya air dibagi menjadi tiga, yaitu air hujan, air permukaan dan air
tanah. Air hujan merupakan sumber utama dari air di bumi. Air ini pada saat
pengendapan dapat dianggap sebagai air yang paling bersih, tetapi pada saat di
atmosfer cenderung mengalami pencemaran oleh beberapa partikel debu,
mikroorganisme dan gas (misal : karbon dioksida, nitrogen dan amonia). Air
permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk,
rawa dan sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan ini berasal dari air
hujan dan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah dan lainnya. Air
tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian
mengalami penyerapan ke dalam tanah dan penyaringan secara alami. Proses-
proses ini menyebabkan air tanah menjadi lebih baik dibandingkan air
permukaan (Chandra,B., 2007).
2.6. Asam Asetat
Asam asetat dengan rumus struktur CH3COOH dikenal juga dengan asam
etanoat merupakan bahan kimia organik, dinamakan cuka karena rasanya yang
asam dan baunya yang menyengat. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari
hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari
sumber hayati. Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari
senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama
ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari
Universitas Sumatera Utara
senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial
yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian
karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7°C, sedikit
di bawah suhu ruang. Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat
singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti
gugus asetil, CH3−C(=O)−. Dalam keadaan murni, asam asetat bebas air (asam
asetat glasial) merupakan cairan tidak berwarna yang menyerap air dari
lingkungan (bersifat higroskopis) dan membeku dibawah 16,7 oC (62 oF)
menjadi sebuah kristal padat yang tidak berwarna. Asam asetat merupakan satu
dari asam karboksilat yang paling sederhana (berikutnya adalah asam format),
merupakan regensia dan bahan kimia industri yang sangat penting yang dipakai
untuk memproduksi berbagai macam bahan (Anonim, 2010).
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air
dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2,
sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan
gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur
dan iodin. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau
nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan
kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas
dalam industri kimia. Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara
alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam
asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang
mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari
proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
Universitas Sumatera Utara
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternative (Safitra, 2008).
2.7. Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan
uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini
merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Bahan yang akan didestilasikan
pada drum pemasakan tidak boleh penuh, melainkan harus menyediakan
sedikitnya 10% ruang kosong dari kapasitas penuh drum pemasakan pada drum
pemasakan (Kister, 1992).
Distilator adalah alat yang digunakan dalam proses produksi bioetanol.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, alat ini bekerja berdasarkan
perbedaan titik didih (air dan etanol).
Macam-Macam Destilasi :
1. Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan distilasi
sederhana, hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor
Universitas Sumatera Utara
yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau
lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan
menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap
dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari
kayu atau batu bata.
5. Distilasi Vakum: memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat
tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan
lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam
prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi
(Van Winkel, 1967).
2.7.1. Distilasi di PT. KMI
Produk dari unit sintetis tidak hanya mengandung methanol saja, namun juga
masih mengandung impuritis seperti TMA, higher alcohol, dimethyl ether,
methyl formiate, keton, air, gas terlarut dan berbagai hasil samping lainnya.
Karena produk yang akan dijual adalah methanol grade AA yang mempunyai
kemurnian lebih dari 99, 85% maka produk dari unit 200 harus dimurnikan di
unit 300. Proses pemisahan pada unit ini bergantung pada relative volatility
dari komponen umpan. Komponen yang lebih volatil (low boilers) cenderung
untuk membentuk fase uap sedangkan komponen yang kurang volatil (high
Universitas Sumatera Utara
boilers) akan cenderung membentu fase liquid. Hasilnya uap akan ke atas
saling berkontak dengan liquid di setiap tray sehingga uap akan lebih kaya
pekat dengan low boiler dan liquid akan lebih kaya dengan high boiler. Liquid
yang mencapai dasar kolom akan diuapkan sebagian di reboiler untuk
menyediakan uap yang akan kembali naik ke puncak kolom. Sedangkan
sebagian lainnya akan diambil sebagai produk. Uap yang mencapai puncak
kolom akan dikondensasi total dan didinginkan menjadi liquid oleh overhead
condenser. Semua liquid ini akan dikembalikan ke kolom sebagai reflux untuk
menyediakan overflow liquid.
2.7.1.1. Prerun Column
Sebelum mengalami proses distilasi, aliran raw methanol dimasukkan
kedalam expansion vessel (030-F01) yang bertujuan untuk menghilangkan
dissolved gas pada raw methanol seperti CO, CO2, H2, CH4, N2. Expansion gas
kemudian dialirkan menuju unit 100 sebagai fuel di 010-B01 dan raw methanol
dialirkan menuju prerun column (030-D01). Dalam kolom distilasi ini
impuritis volatil seperti dimetil eter, metilformiat dan gas inert yang
mempunyai titik didih dibawah methanol dipisahkan dari campuran. Kolom ini
bekerja pada tekanan 1,38 bar dengan temperatur bottom sebesar 95oC dan top
sebesar 80oC. Overhead product kemudian didinginkan di condenser 030-E02
dengan memanfaatkan sea water sebagai pendingin. Outlet dari condenser
terpisah menjadi dua fase yaitu gas dan liquid. Fase liquid masuk kedalam
prerun column reflux vessel 030-F02 dan fase gas didinginkan lebih lanjut di
030-E03 dengan pendingin yang sama. Fase liquid yang terbentuk dialirkan
kembali menuju 030-F02 dan fase gas dipanaskan lagi di 030-E07 dengan
Universitas Sumatera Utara
pemanas LP steam. Jumlah upstream 030-F07 adalah sebagai kontrol tekanan
dari overhead product. Selanjutnya, gas yang terbentuk akan digunakan
sebagai fuel di 010-B03 dan apabila terjadi kelebihan tekanan akan dibakar di
flare. Campuran pada 030-F02 dikembalikan ke dalam 030-D01 dengan pompa
030-G02A/S sebagai refluxuntuk mengambil methanol yang tersisa
didalamnya. Produk bawah yang terbentuk dialirkan menuju ke pressure
column (030-D02). Produk bawah yang berupa liquid dipanasi sebagian dalam
reboiler 030-E01II yang memanfaatkan reformed gas sebagai pemanas
Sejumlah caustic soda ditambahkan dalam kolom ini yang bertujuan untuk
mencegah korosi di bagian bawah kolom karena suasana asam didalamnya.
Selain itu juga untuk menghilangkan TMA (Tri Methyl Amine) yang terdapat
dalam raw methanol.
2.7.1.2. Pressure Column
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan methanol dari air dan komponen
lain yang lebih berat daripada methanol. Aliran produk bawah masuk kedalam
pressure column yang mempunyai tekanan 7,27 bar dan temperatur 130oC pada
bagian atas, sedangkan pada bagian bawah sebesar 135°C. Di dalamnya terjadi
proses pemisahan methanol dengan pengotornya. Hasil atas berupa methanol
sedangkan komponen lain dan sebagian komponen methanol yang belum
teruapkan berbentuk liquid sebagai hasil bawah. Hasil yang diinginkan adalah
produk atas yang berupa uap methanol. Panas dari aliran ini dimanfaatkan
sebagai pemanas dalam reboiler atmospheric column 030-E08A/B. Aliran yang
telah didinginkan di simpan sementara dalam pure methanol refluxvessel (030-
F03). Sebagian dari methanol dimasukkan kembali ke dalam pressurecolumn
Universitas Sumatera Utara
sebagai refluks dan sebagian lagi didinginkan di 030-E09 hingga temperature
mencapai 44oC langsung dialirkan menuju TMAcatchpot (030-F07) karena
konsentrasi TMA pada produk dari 030-D02 masih mengandung cukup tinggi.
Setelah itu downstream dari 030-F07 akan dialirkan langsung ke tangki
penyimpanan 040-K02A/B bersama dengan produk methanol dari 030-
F05.Sebagian dari produk bawah kemudian dialirkan lagi menuju atmospheric
column (030-D03) untuk dimurnikan lagi.
2.7.1.3. Atmospheric Column
Bottom product dari 030-D02 dialirkan menuju atmospheric column
(030-D03) untuk pemisahan methanol yang masih ada dengan air dan
komponen high boiling yang lain. Uap methanol keluar dari 030-D03 sebagai
produk atas lalu dikondensasikan dengan menggunakan condenser E05A,B dan
kemudian didinginkan di final cooler untuk menyempurnakan kondensasi.
Methanol kemudian ditampung sementara di F05, sebagian dari methanol ada
yang dipompa oleh G05A/S masuk ke dalam 030-D03 kembali sebagai reflux
dan sebagian lagi langsung dialirkan bersama produk methanol keluaran 030-
E09 ke dalam 040-K02A/B. Jumlah produk yang dialirkan menuju 040-
K02A/B adalah sebagai kontrol level pada 030-F05. Produk bawah dari 030-
D03 berupa process water(1-3% methanol) dialirkan ke unit 100 (KMI, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Diagram alir proses unit distilasi PT. KMI
2.8. Kromatografi
Kromatografi berasal dari kata chroma (warna) dan graphein (penulisan)
merupakan suatu teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaan yang
kecil sifat-sifat fisik dari komponen-komponen yang akan dipisahkan. Istilah
penulisan warna sudah tidak tepat lagi karena pemisahan dengan kromatografi
dapat dipakai untuk memisahkan komponen-komponen yang tidak berwarna.
Kromatogarfi adalah pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
berdasarkan pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran
yang terpisah pada fase diam di bawah pengaruh fase gerak. (H. M Mc nair,
1988)
Kromatografi merupakan metode pemisahan yang dewasa ini telah
banyak digunakan. Dibandingkan dengan metode lain seperti destilasi,
kristalisasi, pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan
Universitas Sumatera Utara
dalam pelaksanaan yang lebih sederhana, penggunaan waktu yang singkat,
terutama mempunyai kepekaan yang tinggi. Metode ini dapat digunakan, jika
dengan metode lain tidak dapat dilakukan, misalnya karena jumlah cuplikan
sangat sedikit atau campurannya kompleks (Yazid, E., 2005).
2.8.1. Konsep Polaritas Dalam Kromatografi
Di dalam kromatografi, berlaku suatu prinsip umum “like dissolves like”,
artinya polar menyukai yang polar dan tak polar menyukai yang tak polar. Jadi
dalam hal ini, fase diam yang polar akan mengikat lebih kuat komponen yang
relatif polar. Sedangkan fase diam yang tak polar akan mengikat lebih kuat
komponen-komponen yang juga tak polar, hal yang sama juga berlaku bagi
fase gerak. Hubungan polaritas antara fase diam, fase gerak dan molekul inilah
yang menjadi peranan penting dalam pemisahan pada kromatografi (Harjadi,
1993).
2.8.2. Kromatogrfi Gas
Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan campuran yang terdiri dari
dua macam komponen atau lebih, yang didasarkan pada distribusi differensial
diantara dua fase yaitu fase diam yang berupa padatan atau cairan dan fase
gerak yang berupa gas.
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut
terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas
bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah
menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya (Khopkar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada kombinasi fasa diam dan fasa gerak yang digunakan,
kromatografi gas dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Kromatografi gas–padat (gas solid chromatography)
Fasa diam dalam kromatografi gas-padat berupa padatan yang memiliki
afinitas adsorbs yang berbeda-beda terhadap komponen-komponen dalam
campuran. Fasa diam yang sering digunakan misalnya karbon, molekuler sieve,
silika gel. Sedangkan fasa geraknya berupa gas inert. Pemisahan yang sering
terjadi pada kromatografi gas padat berdasarkan perbedaan adsorbsi
komponen.
2. Kromatografi gas-cair (gas liquid chromatography)
Fasa diamnya adalah cairan yang tidak mudah menguap yang melekat
pada hambatan pendukung (support) yang inert yang berupa butiran halus.
Untuk kolom dengan diameter cairan ini diletakkan sebelah dalam dalam
kolom. Dan fasa geraknya adalah gas yang inert. Pemisahan campuran dengan
kromatografi gas didasarkan pada perbedaan partisi komponen dalam fasa
diam (Harjadi, 1993).
2.8.3. Prinsip Dasar Kromatografi Gas
Dalam menganalisis suatu zat yang tersusun secara kimia, maka langkah
pertama adalah memisahkan komponen-komponen dari campurannya. Dasar
pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran komponen di antara dua
fase yaitu fase gerak yang berupa gas dan fase diam yang berupa padatan atau
cairan.
Universitas Sumatera Utara
Proses kromatografi dapat divisualisasikan secara kualitatif, yaitu jika
suatu kolom atau pipa yang terisi dengan butiran-butiran silika gel dengan
ukuran tertentu, kemudian ke dalam kolom tersebut diinjeksikan larutan x,
maka larutan x akan ikut bersama pelarutnya namun sebagian zat x tertahan
pada permukaan silika gel karena peristiwa adsorbs atau mekanisme lainnya.
Butiran silika gel yang tidak terlarut dengan pelarut dan tetap berada di dalam
kolom disebut fase diam. Sebaliknya pelarut yang mengalir ke sepanjang
kolom sambil membawa sebagian zat x disebut fase gerak. Maka waktu yang
diperlukan sebagian zat x tertahan pada fase diam disebut waktu retensi
(retention time). Bagian zat x yang ikut mengalir bersama pelarut ternyata
bukan zat x sendiri, tetapi bersama zat lain yang tercampur zat x, misalnya zat
y. Pemisahan zat x dari zat y tergantung pada afinitas masing-masing terhadap
fase diam dan fase geraknya. Yang pertama tertahan lebih lama dalam fase
diam dan yang lain lebih lama tertahan pada fase gerak. Yang tertahan lebih
lama dalam fase gerak akan segera sampai ke ujung kolom, sebaliknya yang
tertahan pada fasa diam akan keluar kemudian, proses ini disebut proses partisi
(LIPI, 1998).
2.9. Titrasi Karl Fischer
Titrasi Karl fischer adalah metode analisa air dengan cara menitrasi sampel
dengan larutan iodine dalam metanol. Reagen lain yang digunakan dalam
titrasi ini adalah sulfur dioksida dan piridin. Metanol dan piridin digunakan
untuk melarutkan iodin dan sulfur dioksida agar reaksi dengan air menjadi
lebih baik. Selain itu piridin dan metanol akan mengikat asam sulfat yang
Universitas Sumatera Utara
terbentuk sehingga akhir titrasi dapat lebih jelas dan tepat. Selama masih ada
air dalam bahan, iodin akan bereaksi, tetapi begitu air habis, maka iodin akan
bebas. Pada saat timbul warna iodin bebas ini, titrasi dihentikan. iodin bebas ini
akan memberikan warna kuning coklat. Untuk memperjelas pewarnaan maka
dapat ditambahkan metilin biru dan akhir titrasi akan memberikan warna hijau
(Sudarmadji, 1989).
Tahapan reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
I2 + SO
2 + 2 C
6H
5N → C
6H
5N. I
2 + C
6H
5N. SO
2
C6H
5N. I
2 + C
6H
5N. SO
2 + C
6H
5N + H
2O → 2(C
6H
5N. HI) + C
6H
5N. SO
3
C 6H
5N. SO
3 + CH
3OH → C
6H
5N (H)SO
4CH
3 + I
2
dengan penambahan metilen biru akan berubah warnanya menjadi hijau.
Dalam pelaksanaannya titrasi harus dilakukan dengan kondisi bebas dari
pengaruh kelembaban udara. Untuk keperluan tersebut dapat dilakukan dalam
ruang tertutup. Cara titrasi Karl Fischer ini telah berhasil dipakai untuk
penentuan kadar air dalam alkohol, ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati,
tepung gula, madu dan bahan makanan yang dikeringkan. Cara ini banyak
dipakai karena memberikan harga yang tepat dan dikerjakan cepat. Tingkat
ketelitiannya lebih kurang 0,5 mg dan dapat ditingkatkan lagi dengan sistem
elektroda yaitu dapat mencapai 0,2 mg (Sudarmadji, 1989).
2.10. Titrasi Acidimetry
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat didalam proses titrasi, sebagai
Universitas Sumatera Utara
contoh bila melibatan reaksi asam-basa maka disebut sebagai titrasi asam-basa,
titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi-oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks,
dan lain sebagainya (Day dan Underwood, 1986).
Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran
ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang
dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator. Baik titrat maupun titran
biasanya berupa larutan. Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik
ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka
proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan
untuk mencapai keadaan tersebut.Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya
7 (netral). Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin
besar kesalahan titrasi. Oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat
penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titran. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa
akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan
terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda
dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat
netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH-, maka reaksi
itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan,
jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa (Sukmariah,1990).
Universitas Sumatera Utara