BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi
Energi adalah tenaga atau gaya untuk menggerakkan sesuatu. Definisi energi
tersebut merupakan pengertian yang luas daripada pengertian energi yang
biasa dianut dalam ilmu pengetahuan. Energi merupakan faktor paling
diperhatikan dimasa sekarang maupun masa depan, baik dalam sektor
penyediaan tenaga kerja, devisa negara, pelestarian sumber daya energi
maupun pembangunan sarana dan pra sarana di Indonesia. Indonesia selalu
terkait dengan situasi energi dunia, oleh sebab itu Indonesia harus mampu
menciptakan energi alternatif untuk masa depan sebab tingkat konsumsi
energi dunia semakin pesat. Indonesia harus bisa menentukan sektor mana
yang bisa dimanfaatkan dalam penciptaan energi alternatif. Seperti yang kita
ketahui Indonesia merupakan negara yang sebagian energinya berasal dari
energi minyak, sehingga masyarakat Indonesia harus mampu mengganti
minyak dengan sumber daya lain seperti gas alam, panas bumi, batubara,
listrik tenaga air, dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar (Nodali,
2009).
2.2 Bioenergi
Bioenergi merupakan bahan bakar alternatif yang diperbaharui dan dapat terus
dikembangkan. Hal ini diciptakan bukan karena harga minyak yang
meningkat namun ketersediaan produksi minyak di Indonesia yang terbatas.
Melihat kondisi sekarang ini bionergi harus segera dilakukan karena
ketersediaan energi fosil seperti yang kita ketahui tidak berlangsung lama lagi
akan habis (Hambali dkk,2007). Kelebihan bionergi selain bisa
5
dikembangkan dan diperbaharui bioenergi juga ramah lingkungan, mudah
terurai, dan bahan bakunya terjamin. Bioenergi merupakan turunan dari
biomassa yakni material yang dihasilkan dari makhluk hidup (tanaman,
hewan, manusia). Ketersediaan lahan yang cukup membuat masyarakat
Indonesia berbudidaya tanaman penghasil bioenergi sebagai sumber energi
alternatif di kemudian hari.
2.3 Biomassa
Biomassa merupakan material tanaman , tumbuh- tumbuhan atau sisa hasil
pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber bahan bakar.
Biomassa adalah material organik kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat,
lemak, protein dan beberapa mineral lain seperti fospor, sodium, kalsium dan
besi (Nodali,2009). Keuntungan penggunaan biomassa untuk sumber bahan
bakar berkelanjutan. namun keterbatasan biomassa dalam penggunaan
biomassa untuk bahan bakar kendaraan bermobil. Biomassa merupakan sisa
dari hasil fotosintesis yang berbentuk butiran-butiran yang bekerja sebagai sel
surya. Mengkonvensikan karbon dioksida menjadi suatu senyawa karbon,
hidrogen, oksigen. Hasil konvensi tersebut dapat menjadi suatu produk di
kemudian hari.
2.4 Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah pabrik kelapa sawit
yang berjumlah banyak. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar (TBS)
menghasilkan 22%-23% atau 220 kg – 230 kg TKKS. Selama ini tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) hanya menjadi kompos dalam pengolahan
kelapa sawit. Pemanfaatan seperti itu hanya memberi nilai tambah yang
terendah dalam pemanfaatannya. TKKS merupakan limbah yang sangat
berpotensial dalam pembuatan energi alternatif ,TKKS juga mampu menjadi
bahan bakar generator listrik. TKKS juga mampu dijadikan sebagai biogas
namun sedikit sulit dibanding limbah cair. TKKS juga mengandung bahan
kimia seperti lignin 22,60%, pentosan 25,90%, abu 1,6%, pectin 12,85%,
6
holeselulosa 71,88%, kelarutan dalam seperti 1% NaOH sebanyak 19,50%,
air dingin 13,89%, air panas 2,50%, alkohol 4,20%, dan benzene (Eka, 2000).
2.5 Ampas Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) merupakan anggota familia rumput-
rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman tropika basah, namun masih
bisa bertumbuh baik di subtropika. Di Indonesia tanaman ini paling banyak di
daerah Jawa dan Sumatera. Ampas yang dihasilkan tebu ini kebanyakan
dibuang oleh masyarakat yang membuat ampas tebu masuk dalam kategori
sampah kota yang jarang dilirik atau dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Berdasarkan data dari pusat penelitian perkebunan gula Indonesia (P3GI)
ampas tebu yang dihasilkan 32% dari berat tebu giling (Husin,2007). Pada
musim giling tahun 2006 lalu melalui Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI)
menunjukkan bahwa jumlah tebu digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia
mencapai sekitar 30 juta ton (Anonim,2007b), sehingga ampas tebu yang
dihasilkan sebanyak 9.640.000 ton. Sebagian dari ampas tebu tersebut di
ambil alih oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku kertas, bahan
baku kanvas, industri jamur dan lain lain. Adapun komposisi bahan kimia yg
terkandung dari ampas tebu adalah seperti di bawah ini.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Ampas Tebu
Kandungan ampas tebu Kadar(%)
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Abu
3,82
Sari 1,81
Pentose 27,97
Sumber Husin, 2007
Kelebihan dari ampas ini adalah mudah terbakar karena didalamnya
terkandung air, gula, serat, dan mikroba. Sehingga bila tertumpuk bisa
7
melepaskan panas (Pandaleke Ronny, 2014). Dalam bentuk briket ampas tebu
ini juga dapat di renewable (mudah diperbaharui).
2.6 Tepung Gaplek
Gaplek (Euphorbiaceae) merupakan bahan komoditi pangan yang banyak
dijumpai didaerah pedesaan dengan harga relatif murah. Di Pulau Jawa daerah
penghasil gaplek terbesar adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
terutama didaerah Gunung Kidul dan Bantul (Lies, 2002).
Kelebihan dari gaplek adalah bahan lokal ini mudah diolah menjadi tepung
gaplek, karena gaplek mempunyai kandungan pati yang cukup tinggi.
Kelemahan dari gaplek salah satunya adalah kerusakan yang sering terjadi
pada gaplek pasca panen ditandai dengan adanya perubahan dalam gaplek
yang mengakibatkan warna coklat kebiruan (Lies, 2002). Gaplek adalah bahan
pangan yang mudah di dapat dengan harga relatif murah dan tidak mengenal
musim. Gaplek dapat dimanfaatkan secara luas melalui diversifikasi pangan,
selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai prekat lem salah satu caranya
dengan mengolah gaplek menjadi tepung gaplek dan diolah kembali menjadi
produk baru. Tepung gaplek merupakan bahan baku setengah jadi yang
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan
(Lies, 2002).
2.7 Briket
Briket (briquette) adalah bahan bakar yang berwujud padat dan dibuat dari
berbagai bahan dasar. Briket merupakan bahan bakar yang potensial untuk
rumah tangga. Briket dibedakan menjadi 2 yaitu biobriket dan briket
batubara. Biobriket adalah bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari
sisa–sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu. Pemilihan biobriket sebagai bahan bakar alternatif
merupakan pilihan yang tepat karena penggunaaan kayu bakar yang
meningkat dan membuat ekologi hutan menjadi rusak. Pembuatan briket
juga tergolong mudah dengan menggunakan teknologi yang sederhana
8
meliputi 4 tahap yaitu pengeringan, penggerusan, pencampuran, pembentuk
campuran briket (Hambali, 2007). Selain pembuatannya yang sederhana
harga biobriket relatif murah dan terjangkau bagi masyarakat.
Pemanfaatan limbah agriindusti berdampak positif bagi perusahaan maupun
masyarakat. Apabila pemanfaatan limbah yang kurang memiliki nilai
ekonomi akan berdampak bagi biaya produksi perusahaan. Pembuatan arang
briket dari limbah agroindustri dapat dilakukan dengan penambahan perekat.
Melakukan pengarangan terhadap bahan baku, kemudian ditumbuk,
kemudian ditambah perekat, dicetak dengan sistem hidrolik lalu dikeringkan
adalah tahapan dalam melakukan penelitian pembuatan briket (Hartoyo,
1983 dikutip oleh Nodali, 2009).
2.8 Karbonasi
Karbonasi adalah proses pengarangan bahan baku menjadi karbon berwarna
hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup. Proses karbonasi
dilakukan dengan memasukkan bahan organik ke dalam wadah atau ruang
yang dindingnya tertutup seperti tangki atau plat baja yang dibakar dengan
nyala api yang dikontrol. Dalam proses karbonasi tujuan yang dicari
bukanlah abu melainkan seperti arang berwarna hitam yang mempunyai
energi sehingga dapat menjadi bahan bakar, bahan organik yang sudah
menjadi arang masi terdapat energi di dalamnya yang berguna sebagai bahan
bakar, keperluan memasak, memanggang, dan mengeringkan. Durasi dalam
melakukan proses ini tergantung volume bahan organik tingkat kekeringan
bahan, ketebalan dan kerapatan jumlah oksigen yang masuk dan asap keluar
dari ruang pembakaran (Kurniawan dkk, 2008 dikutip oleh Junaedi, 2013).
2.9 Pencetakan dan pengeringan
Dalam melakukan pencetakan harus dilkakukan penekanan supaya mudah
terikat dan tidak mempunyai ruang yang renggang. Ukuran partikel yang tidak
seragam adalah faktor dilakukannya penekanan. Penekanan dilakukan dengan
9
mesin press hidrolik dengan tekanan 2 ton. Selanjutnya briket yang sudah
dicetak lalu dikeringkan (Mulia, 2007)
2.10 Metode Pengarangan
Pada proses pengarangan menggunakan sistem pembakaran tidak sempurna.
Maksud pembakaran tidak sempurna adalah pembakaran dimana pasokan
oksigen dibatasi. Pembakaran dilakukan di ruangan tertutup dengan adanya
sedikit pemasukan oksigen. Dengan metode pembakaran seperti ini maka
apabila suatu material telah berubah menjadi suatu karbon maka api akan mati
dengan sendirinya. Berbeda dengan pembakaran sempurna yang dilakukan
diruang terbuka, maka material yang dibakar akan habis menjadi abu. Untuk
pembakaran tidak sempurna yang sederhana kita bisa menggunakan plat
berbentuk kotak yang telah dimodifikasi dengan diberi sedikit ruang udara di
sela penutupnya (Hasran, 2018).
Menurut Herlina (2018) ruang pengarangan adalah ruang atau tempat yang
digunakan untuk pirolisis atau disebut dengan pembakaran tidak sempurna.
Ruang pengarangan dapat berupa alat pengarangan.
1. Klin
Merupakan alat khusus untuk pirolisis. Klin sederhana terbuat dari plat
yang ditempah atau dibuat dengan ketebalan plat 0.8 mm dan dengan
ukuran p x l x t yaitu 100cm x 100cm x 30cm. Pirolisis berlangsung di
dalam plat yang dimodifikasi dalam bentuk kotak dengan membatasi
pasokan udara terhadap bahan yang sedang dibakar.
2. Kompor Pembakaran
Kompor pembakaran merupakan alat masak yang terbuat dari kaleng cat
dengan menggunakan bahan bakar dari serbuk kayu yang sudah tidak
terpakai atau tidak digunakan lagi. Kompor ini memiliki daya tahan waktu
5 jam pembakarannya. Bahan yang digunakan untuk membuat kompor
berpengaruh terhadap kualitas kompor, baik dari sudut penampilan, daya
tahan kompor, maupun mobilitas (mudah dipindahkan atau tidak).
10
Beberapa bahan dasar yang digunakan untuk membuat kompor pembakaran
adalah :
1 Kaleng cat atau kaleng bekas (ukuran 25 kg)
2 Serbuk kayu
3 Pipa
Pada dasarnya, tahapan membuat kompor ini tidak jauh berbeda dengan
membuat kompor biasa yang berbahan minyak tanah. Membuat kompor
berbahan bakar serbuk kayu ini bisa jadi alternatif untuk memasak, mengingat
sangat pentingnya energi panas bagi kehidupan kita terutama ketika memasak
kita bisa mempergunakan limbah dari sisa pengolahan kayu (serbuk kayu)
ataupun sisa-sisa barang yang tidak terpakai yang dapat kita manfaatkan
kembali (Herlina, 2018).
2.11 Bio arang
Suatu bahan akan murah jika bahan baku yang digunakan murah,
banyak tersedia, dan cara atau teknologi yang dipakai untuk
mengelolahnya sederhana. Itulah sebabnya diperkenalkan bioarang
(Hendra dkk, 2000 dikutip oleh Nodali,2009).
Bioarang adalah arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari
aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting,
daun-daunan, sekam padi dan limbah pertanian lainnya. Biasanya bahan
bakar tersebut dianggap sampah yang tidak berguna sehingga sering
dimusnahkan dengan cara dibakar. Namun, bahan-bahan tersebut
sebenarnya dapat diolah menjadi arang, yang selanjutnya disebut
bioarang (Bredes dkk, 2008 dikutip oleh Nodali, 2009)
11
2.12 Briket arang
Briket arang adalah arang yang berasal dari proses pembakaran bahan
organik yang kering dengan udara yang sedikit. Beberapa kelebihan briket
arang dibandingkan dengan arang konvensional adalah:
Bentuk ukurannya seragam, karena briket arang dibuat dengan alat
pencetak khusus bentuk besar kecilnya bisa diatur sesuai dengan yang
dikehendaki
Mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
arang biasa. Tidak berasap (jumlah asap kecil sekali) dibandingkan
dengan arang biasa yang banyak mengandung asap tebal. Tampak lebih
menarik, karena bentuk dan ukurannya bisa dibuat sesuai dengan
kehendak kita, disamping bentuk dan ukurannya menarik,
pengemasannya juga mudah. (Widarto dkk, 1995 dikutip oleh Arganda,
2007).
2.12.1 Analisa Briket Secara Fisik
Kualitas briket dapat dilihat secara fisik yakni tidak berasap tidak
meninggalkan warna hitam ditangan, mudah digenggam, mudah dibakar,
tidak mengandung racun, tidak berjamur bila disimpan pada waktu yang
lama (D.A Himawanto,2003). Hal hal yang mempengaruhi kualitas briket
adalah sebagai berikut:
Kerapatan Briket (Densitas)
Kerapatan merupakan perbandingan antara berat dengan volume. Bentuk
dari arang tersebut mempengaruhi tingkat kerapatan dalam briket
tersebut. Semakin tinggi kerapatan maka semakin sedikit rongga-rongga
yang memuat kualitas hasil bakaran maksimal.
12
Kuat tekan
Untuk mengetahui keteguhan alat briket terhadap tekanan dapat
dilakukan dengan alat uji tekan (force gauge). Tingkat kekuatan tersebut
dapat dilihat ketika briket tidak mampu menahan beban lagi
Laju pembakaran
Laju pembakaran dilakukan untuk mengetahui laju pembakaran briket
dari awal dibakar sampai selesai pembakaran dengan diketahui masa
briket serta lama waktu pembakaran.
2.12.2 Analisa Briket Secara Kimia
Nilai kalor
Prinsip penentuan nilai kalor adalah dengan mengukur energi yang
ditimbulkan pada pembakaran dalam satuan massa, biasanya dinyatakan
dalam satuan gram. Nilai kalor dinyatakan sebagai ukuran panas atau
energi yang dihasilkan, dan diukur sebagai nilai kalor kotor (gross
calorific value) atau nilai kalor netto (nett calorific value) (Jamilatun,
2011)
Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket, karena dalam tingkat panas
yang tinggi bahan pun kering dan menghasilkan kualitas yang bagus.
Kadar air(moisture)
Kadar air ditentukan dari briket dipanaskan dengan temperatur 104 –
110oC di dalam oven selama satu jam (Purnama et al, 2012). Kadar air
yang tinggi pasti akan sulit dalam melakukan penyalaan api.
Kadar abu
Salah satu penyusun abu adalah silika, zat yang tinggal dalam
proses pembakaran adalah abu. Salah satu rendahnya kadar kalor pada
briket ialah abu yang banyak dapat mempersulit dalam proses
pembakaran. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat tidak
menguntungkan karena akan membentuk kerak (Adi et al, 2008).