BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan...

24
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan 2.1.1. Definisi Cahaya Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat menangkap bayangan dari benda benda di sekitarnya. 2.1.2. Definisi Pencahayaan Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek objek yang dikerjakannya dengan jelas. 2.2. Sumber Pencahayaan Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan ini Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori Pencahayaan

2.1.1. Definisi Cahaya

Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah

partikel yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari

suatu benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan

mata dapat menangkap bayangan dari benda – benda di sekitarnya.

2.1.2. Definisi Pencahayaan

Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah

bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan

sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja

yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi

0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan

Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan

memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari

luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.

Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang

dikerjakannya dengan jelas.

2.2. Sumber Pencahayaan

Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang

berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber

pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan ini

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

5

tergantung kepada waktu (siang hari atau malam hari), musim, dan cuaca

(cerah, mendung, berawan, dll).

Pencahayaan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu :

hemat energi listrik,

dapat membunuh kuman penyakit,

variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat suasana ruangan

memiliki efek yang berbeda – beda, seperti pada hari mendung, suasana

di dalam ruangan akan memiliki efek sejuk, dan hari cerah menyebabkan

suasana bersemangat, dan

Kelemahan dari pencahayaan alami yaitu :

tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari sehingga jika cuaca

terik akan menimbulkan kesilauan,

sumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat menghasilkan panas, dan

distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata.

2. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya

selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas,

dll. Pencahayaan buatan diperlukan ketika :

pencahayaan alami tidak tersedia di ruangan pada saat matahari terbenam,

pencahayaan alami tidak mencukupi kebutuhan cahaya seperti pada saat

hari mendung,

pencahayaan alami tidak dapat menjangkau tempat tertentu yang jauh dari

jendela dalam sebuah ruangan,

pencahayaan merata pada ruangan yang lebar diperlukan,

pencahayaan konstan diperlukan seperti pada ruangan operasi,

diperlukan pencahayaan yang arah dan warnanya dapat diatur, dan

diperlukan pencahayaan untuk fungsi tertentu seperti menyediakan

kehangatan bagi bayi yang baru lahir.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

6

Pencahayaan buatan memiliki beberapa keuntungan seperti :

dapat menghasilkan pencahayaan yang merata,

dapat menghasilkan pencahayaan khusus sesuai yang diinginkan,

dapat menerangi semua daerah pada ruangan yang tidak terjangkau oleh

sinar matahari, dan

dapat menghasilkan pencahayaan yang konstan setiap waktu.

Pencahayaan buatan memiliki beberapa kelemahan seperti :

memerlukan energi listrik sehingga menambah biaya yang dikeluarkan,

dan

tidak dapat digunakan selamanya karena lampu dapat rusak.

2.3. Pencahayaan Buatan

2.3.1. Sejarah Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan diperlukan ketika sumber cahaya alami yaitu matahari

tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pencahayaan. Setelah matahari terbenam,

api adalah sumber pencahayaan buatan pertama yang dikenal oleh manusia.

Menurut Binggeli (2003), lampu minyak dari batu adalah lampu pertama buatan

manusia yang dibuat oleh suku Cro-Magnon 50.000 tahun yang lalu. Sumber

pencahayaan buatan pertama yang paling terang ditemukan oleh Leonardo da

Vinci yang memasukkan lampu minyak ke dalam silinder kaca berisi air dan air di

dalamnya memperlipatgandakan pencahayaan yang dihasilkan. Bangsa Romawi

adalah penemu lilin pertama yang menggunakan lemak binatang sebagai bahan

pembuat lilin. Pencahayan buatan terus berevolusi hingga Thomas Alva Edison

menemukan lampu pijar pertama pada tahun 1879 yang berusia hanya 15 jam.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

7

2.3.2. Sistem Pencahayaan Buatan

Sistem pencahayaan buatan secara umum terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini, pencahayaan tersebar pada semua area di ruangan secara

merata (Ganbar 2.1). Sistem pencahayaan merata digunakan pada ruangan

yang tidak memerlukan ketelitian dalam melihat seperti pada koridor atau

jalan.

2. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini, cahaya hanya dikonsentrasikan pada objek yang

membutuhkan cahaya secara optimal seperti pada area kerja (Gambar 2.2).

Sistem pencahayaan jenis ini cocok untuk pekerjaan yang membutuhkan

ketelitian tinggi dan mengamati benda yang membutuhkan cahaya.

3. Sistem Pencahayaan Gabungan

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menggabungkan sistem

pencahayaan setempat dan sistem pencahayaan merata (Gambar 2.3). Sistem

pencahayaan ini cocok untuk memenuhi pencahayaan tugas visual yang

memerlukan tingkat pencahayaan tinggi.

Gambar 2.1 Sistem Gambar 2.2 Sistem Gambar 2.3 Sistem

Pencahayaan Merata Pencahayaan Setempat Pencahayaan Gabungan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

8

2.3.3. Kualitas Pencahayaan

Kualitas pencahayaan yang baik dapat memaksimalkan performa visual,

komunikasi interpersonal, dan mempengaruhi perilaku manusia di dalam ruangan,

sedangkan kualitas pencahayaan yang buruk akan menyebabkan ketidaknyamanan

dan memusingkan performa visual. Menurut IESNA (2000), kualitas pencahayaan

dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yaitu dari bidang arsitektur, ekonomi

dan lingkungan, dan kebutuhan manusia.

Arsitektur

Pencahayaan terdapat di dalam konteks arsitektur baik itu interior maupun

eksterior. Menurut Setiawan (2012), pencahayaan bukan berperan sebagai

pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu sendiri.

Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang, estetika

bangunan, dan visualisasi ruang.

Ekonomi dan Lingkungan

Pemilihan pencahayaan sangat dipengaruhi dari bidang ekonomi. Investasi

pada lampu harus sebanding dengan biaya yang dikeluarkan demi mendapat

tingkat efektifitas dan performa lampu yang sesuai.

Kebutuhan Manusia

Dari segi aspek kebutuhan manusia, untuk mendapatkan kualitas pencahayaan

yang baik perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1. Jarak Pandang (Visibility)

Peran pencahayaan sangat penting dalam mengatur kemampuan untuk

menangkap informasi sudut pandang visual dan juga jarak untuk melihat

daerah di sekeliling.

2. Performa Aktivitas (Task Performance)

Salah satu peran utama pencahayaan adalah memfasilitasi aktivitas yang

dilakukan manusia agar performa kerja mereka dapat optimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

9

3. Perasaan dan Suasana (Mood and Atmosphere)

Pencahayaan dapat mempengaruhi mood manusia di dalam ruangan dan

menghasilkan bermacam suasana seperti suasana ruangan yang santai pada

cafe, suasana produktif pada perkantoran, ataupun suasana angker di suatu

tempat.

4. Kenyamanan Visual (Visual Comfort)

Aktivitas dan tipe tempat dapat mempengaruhi kenyamanan visual dari

ruangan tersebut. Pegawai di perkantoran akan merasa tidak nyaman dengan

cahaya yang menyilaukan dari instalasi peencahayaan, namun cahaya yang

berkilauan di dalam diskotik justru dapat membuat orang di dalamnya

semakin bersemangat.

5. Penilaian Estetika (Aesthetic Judgement)

Pencahayaan dapat memiliki fungsi seperti mengkomunikasikan suatu pesan,

memperkuat pola dan ritme dalam arsitektur, memaksimalkan warna, dan

membentuk sosial hirarki dari suatu tempat. Pencahayaan dapat menjadi

elemen yang membantu mencipatakan estetika dari sebuah elemen lain dan

juga dapat menjadi estetika itu sendiri.

6. Health, Safety, and Well-Being

Pencahayaan dapat mempengaruhi kesehatan manusia seperti pada

pencahayaan berlebih pada kamar tidur dapat menyebabkan gangguan tidur.

Aspek kesehatan sering diabaikan oleh para desainer pencahayaan.

7. Komunikasi Sosial (Social Communication)

Kondisi pencahayaan dari suatu ruang dapat menyebabkan komunikasi

antara sesama penghuni ruangan dengan mengatur pola pencahayaan dan

jumlah bayangan.

2.4. Sumber Cahaya dan Armatur Lampu

Menurut Manurung (2009), pemahaman mengenai sumber cahaya dalam

desain pencahayaan arsitektural (architectural lighting design) sangat penting

mengingat tiap – tiap sumber cahaya memiliki karakteristik, tingkat efficacy

(perbandingan daya yang dibutuhkan dengan kuat cahaya yang dihasilkan),

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

10

renderasi warna, dan temperatur warna yang berbeda. Menurut Moyer (1992), di

dalam memilih lampu bagi desain pencahayaan terdapat beberapa faktor yang

sangat penting untuk diperhatikan , yaitu intensitas, ukuran fixture, besaran watt,

tipe lampu (dalam variasi beamspread dan watt), dan warna.

2.4.1. Macam – Macam Sumber Cahaya

Menurut Manurung (2009) sumber cahaya yang beredar di pasaran dibagi

menjadi empat kelompok, yaitu : incandescent lamp (lampu pijar), fluorescent

lamp (lampu fluoresens), High Intensity Discharge, dan LED.

2.4.1.1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)

Lampu pijar merupakan salah satu lampu yang paling tua usianya sejak

pertama kali dikembangkan oleh Thomas Alfa Edison. Lampu yang di Indonesia

lebih dikenal dengan sebutan bohlam karena bentuknya yang menyerupai bola.

Dari total energi listrik yang digunakan oleh lampu pijar, hanya sekitar 10% saja

yang diubah menjadi cahaya, sedangkan sekitar 90% lainnya dibuang sebagai

energi panas. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan usia lampu

pijar menjadi pendek (sekitar 1000 jam). Warna kekuningan (warm light) yang

dihasilkan lampu pijar mampu menciptakan suasana hangat, akrab, lebih alami,

dan teduh sehingga lampu pijar sering digunakan sebagai lampu utama pada

hunian.

Gambar 2.4 Lampu pijar Gambar 2.5 Lampu halogen

Sumber : Lighting Design Basic (2004) Sumber : Lighting Design Basic (2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

11

2.4.1.2. Lampu Fluoresens (Fluorescent Lamp)

Lampu fluoresens di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan yang

sesungguhnya keliru, yaitu lampu “neon”. Pada hakikatnya, lampu neon ditujukan

pada sumber cahaya yang menggunakan gas neon. Sebutan lain untuk lampu

fluoresens adalah lampu TL (Tubular Lamp) karena berbentuk tabung, walaupun

variasi bentuk lampu jenis ini sesungguhnya sangat banyak.

Pada desain pencahayaan ruang, lampu fluoresens banyak digunakan

untuk menghasilkan cahaya yang merata untuk memenuhi kebutuhan fungsional

berbagai aktivitas. Cahaya putih jernih yang merata yang dihasilkan dengan

kecenderungan untuk tidak mempengaruhi warna benda, membuat lampu

fluoresens mampu menampilkan objek visual dengan sangat baik.

Gambar 2.6 Lampu fluoresens Gambar 2.7 Compact Fluoresens Lamp (CFL)

Sumber : Lighting Design Basic (2004) Sumber : Lighting Design Basic (2004)

2.4.1.3. High Intensity Discharge

Seperti yang tergambar dari namanya, lampu High Intensity Discharge

(HID) adalah lampu – lampu discharge yang mampu menghasilkan cahaya dengan

intensitas tinggi. Lampu HID dibagi menjadi tiga jenis yang paling umum, yaitu

metal halida (Gambar 2.8), merkuri, dan sodium bertekanan tinggi (High Pressure

Sodium/HPS) (Gambar 2.9). Lampu – lampu HID sangat baik dalam pencahayaan

ruang luar karena mampu menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

12

Gambar 2.8 Lampu metal halida Gambar 2.9 Lampu sodium bertekanan tinggi

Sumber : Lighting Design Basic (2004) Sumber : Lighting Design Basic (2004)

2.4.1.4. LED (Light Emitting Diode)

Perkembangan teknologi lampu yang pesat telah mengantar penciptaan

jenis lampu baru, yaitu LED (Light Emmiting Diode). Lampu LED memiliki usia

yang sangat panjang, mencapai 100.000 jam, dengan konsumsi daya listrik yang

sangat kecil. Kelemahan LED adalah intensitas cahaya yang dihasilkannya lebih

kecil jika dibandingkan dengan jenis sumber cahaya lainnya.

Lampu LED sangat menunjang desain pencahayaan karena memiliki

variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan, merah, hijau, dan biru.

Variasi warna ini memungkinkan penciptaan suasana ruang maupun objek yang

senantiasa berubah (color changing) dengan memainkan warna – warna yang

berbeda pada waktu – waktu tertentu. Warna – warna tersebut juga dapat

digunakan sebagai elemen pengarah pada jalur sirkulasi maupun sebagai penanda

ruang – ruang fungsional.

Gambar 2.10 Light Emitting Diode (LED)

Sumber : Lighting Design Basic (2004)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

13

2.4.2. Tipe Armatur Lampu

Setiap lampu memiliki karakter, spesifikasi, kebutuhan daya, dan daya

tahan sumber cahaya yang berbeda antara satu dengan lainnya. Namun tanpa

perlengkapan lampu (armatur lampu/luminair), semua sumber cahaya hampir

terlihat sama kecuali pada renderasi warna yang dihasilkan. Tanpa armatur lampu

(rumah lampu, soket, ballast, pengatur kemiringan), sumber cahaya terdiri atas

dua jenis yaitu sumber cahaya titik (sumber cahaya berbentuk bola) dan sumber

cahaya linear (sumber cahaya lampu fluoresens).

Armatur lampu memiliki peran dalam mengarahkan/membelokkan cahaya,

menyebarkan cahaya, dan juga memusatkan konsentrasi cahaya. Pengaturan

distribusi cahaya ini memiliki tujuan untuk menciptakan pola cahaya yang

beragam dalam desain pencahayaan dan mengurangi ketidaknyamanan visual

akibat kesilauan. Tanpa armatur lampu, setiap sumber cahaya cenderung

menghasilkan cahaya yang datar dan menyebar sehingga akan menciptakan

suasana ruang yang monoton. Selain itu, armatur lampu juga sering dilengkapi

dengan berbagai elemen reflektor yang menyebabkan intensitas cahaya yang

dihasilkan oleh sumber cahaya menjadi lebih terang beberapa kali lipat.

Menurut Manurung (2009), armatur lampu dikelompokan menjadi beberapa

kategori yaitu : armatur berdasarkan distribusi cahaya, armatur berdasarkan arah

cahaya, armatur berdasarkan sudut cahaya, dan armatur berdasarkan peletakan

armatur.

2.4.2.1. Berdasarkan Distribusi Cahaya

Berdasarkan distribusi cahaya, armatur lampu dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu :

1. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)

Pencahayaan langsung merupakan pencahayaan dengan distribusi sumber

cahaya langsung menuju ke sasaran yang dituju. Pencahayaan langsung

biasanya merupakan cahaya yang ditujukan secara fungsional untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

14

memenuhi kebutuhan cahaya secara kuantitatif pada sebuah ruang atau

bidang kerja.

Gambar 2.11 Pencahayaan Langsung

Sumber : google images

2. Pencahayaan Semilangsung/tak Langsung (Semi-direct/indirect)

Pencahayaan semilangsung atau tak langsung merupakan pencahayaan yang

pendistribusiannya terbagi pada dua arah distribusi, yaitu sebagian cahaya

yang berasal dari sumber cahaya langsung dan sebagian lagi dipantulkan pada

bidang permukaan. Pencahayaan jenis ini sering digunakan karena dapat

diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan kuantitas cahaya dan juga dapat

diaplikasikan untuk menciptakan kualitas visual suatu objek arsitektural.

Pencahayaan semilangsung atau tak langsung sering diaplikasikan pada

pencahayaan untuk mendefinisikan dinding, kolom, dan bidang vertikal

lainnya.

Gambar 2.12 Pencahayaan semi langsung/tak langsung

Sumber : google images

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

15

3. Pencahaaan Tak Langsung (Indirect Lighting)

Pencahayaan tak langsung diaplikasikan dengan memantulkan cahaya yang

berasal dari sumber cahaya pada bidang pemantul atau reflektor. Pencahayaan

tak langsung biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat kesilauan yang

dihasilkan oleh sumber cahaya sehingga pencahayaan tersebut dapat

menghasilkan cahaya yang lebih lembut. Pencahayaan jenis ini sering

diaplikasikan pada ruangan dengan aktivitas yang memiliki tingkat

pergerakan serta ketelitian yang rendah.

Gambar 2.13 Pencahayaan tak langsung

Sumber : google images

2.4.2.2. Berdasarkan Arah Cahaya

Berdasarkan arah cahaya, armatur lampu dapat dikelompokkan ke dalam

tiga jenis, yaitu:

1. Uplight (Arah Cahaya ke Atas)

Uplight merupakan kelompok armatur yang mendistribusikan cahaya dari

bawah ke arah atas dengan sudut tertentu (Gambar 2.14). Lampu uplight

sering diletakkan di lantai, trotoar, ataupun di dinding dan kolom untuk

memberikan aksentuasi pada kedua elemen arsitektur tersebut. Menurut

Karlen (2004), contoh aplikasi yang paling sering digunakan dalam teknik

uplight adalah cove lighting (Gambar 2.15). Cove lighting merupakan teknik

menyinari langit – langit ruangan dari sisi langit – langit ruangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

16

Gambar 2.14 Uplight

Sumber : Desain Pencahayaan Arsitektural (2009)

Gambar 2.15 Cove Lighting

Sumber : Lighting Design Basic

(2004)

2. Downlight (Arah Cahaya ke Bawah)

Downlight merupakan kelompok armatur yang mendistribusikan cahaya dari

atas ke bawah dengan sudut tertentu. Lampu ini biasanya diletakkan di langit

– langit untuk penerangan umum (general lighting) dan untuk menciptakan

kesan yang bersih pada langit – langit. Lampu downlight dapat diletakkan di

dinding dan kolom untuk menciptakan aksentuasi maupun variasi pola cahaya.

Untuk tujuan tersebut, berbagai variasi armatur dapat digunakan agar

menghasilkan pola cahaya yang diinginkan. Beberapa armatur lampu dapat

menampung lebih dari satu sumber cahaya agar intensitas cahaya yang

dihasilkan menjadi semakin besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

17

Gambar 2.16 Downlight

Sumber : Desain Pencahayaan Arsitektural (2009)

3. Diffuse (Arah Cahaya Menyebar)

Cahaya dengan arah menyebar merupakan pencahayaan yang paling sering

diaplikasikan terutama pada hunian. Arah cahaya yang menyebar secara

merata atau baur sesungguhnya dapat dicapai langsung dari sumber cahaya

tanpa menggunakan rumah lampu. Meskipun begitu, rumah lampu tetap

dibutuhkan untuk memaksimalkan intensitas cahaya agar dapat menyebar

dalam jangkauan yang lebih luas. Biasanya material yang digunakan pada

rumah lampu agar dapat menghasilkan cahaya yang lembut adalah kaca susu,

plastik semitransparan, dan kaca kristal.

Untuk menciptakan distribusi cahaya yang merata, armatur lampu biasanya

akan digantung. Penggunaan lampu gantung untuk menunjang pencahayaan

dengan arah merata berfungsi untuk menghindari bayangan yang ditimbulkan

oleh perlengkapan lampu yang berada dibawahnya. Dengan menggantung

lampu, bidang – bidang permukaan yang berada di sekitarnya dapat diterangi

secara merata.

Pencahayaan dengan arah cahaya menyebar digunakan untuk menciptakan

ruang dengan kesan datar dan terkadang monoton.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

18

Gambar 2.17 Diffuse light

Sumber : Desain Pencahayaan Arsitektural (2009)

2.4.2.3. Berdasarkan Sudut Cahaya

Berdasarkan sudut cahaya, armatur lampu dapat dikelompokkan dalam

tiga jenis yaitu :

1. Armatur Spotlight (Lampu Sorot)

Lampu sorot digunakan untuk memberikan aksentuasi pada sebuah objek atau

detail yang spesifik dan memiliki dimensi yang kecil. Lampu sorot memiliki

sudut cahaya yang kecil ( ≤ 30°) dan sering diaplikasikan pada pencahayaan

eksterior dengan tujuan menonjolkan objek – objek eksterior.

Gambar 2.18 Spotlight

Sumber: google images

Gambar 2.19 Aplikasi penggunaan spotlight

Sumber : google images

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

19

2. Armatur Floodlight

Floodlight merupakan lampu sorot dengan sudut cahaya yang lebih besar jika

dibandingkan dengan spotlight. Untuk menghasilkan cahaya dengan sudut

lebar, rumah lampu yang digunakan biasanya berbentuk kotak.

Gambar 2.20 Floodlight

Sumber : google images

Gambar 2.21 Aplikasi penggunaan floodlight

Sumber : google images

3. Armatur Wallwasher

Sesuai dengan namanya, wallwasher atau ”penyiram dinding” digunakan

untuk memberikan aksentuasi pada permukaan bidang vertikal. Wallwasher

memiliki sudut cahaya yang sangat lebar dan lebih besar jika dibandingkan

dengan floodlight, namun mempunyai pola cahaya yang sama yaitu segiempat.

Gambar 2.22 Wallwasher Gambar 2.23 Aplikasi penggunaan wallwasher

Sumber: google images Sumber: google images

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

20

2.4.2.4. Berdasarkan Peletakan Armatur

Armatur lampu dapat dikelompokkan berdasarkan tempat peletakan

armatur lampu yang berupa bidang horizontal (lantai dan langit – langit), bidang

vertikal (dinding dan kolom), maupun di elemen arsitektural.

Berdasarkan peletakannya, armatur lampu dikelompokkan menjadi beberapa

macam yaitu :

1. Armatur Wall Light/ Lampu Dinding

Wall light merupakan lampu yang dirancang agar dapat diletakkan di

permukaan dinding maupun kolom.

Gambar 2.24 Lampu dinding

Sumber : google images

2. Armatur Step Light/ Lampu Tangga

Step light atau lampu tangga digunakan untuk menerangi anak tangga dengan

membentuk pola cahaya tertentu agar tangga dapat diakses dengan baik.

Gambar 2.25 Lampu tangga

Sumber : Desain Pencahayaan Arsitektural (2009)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

21

3. Armatur Suspension/ Lampu Gantung

Lampu gantung sering menjadi bagian dalam desain pencahayaan interior,

baik sebagai pencahayaan fungsional maupun sebagai pencahayaan dekorasi.

Pada ruang luar, lampu gantung lebih sering digunakan sebagai pencahayaan

fungsional yang diletakkan pada bagian teras bangunan, maupun

digantungkan pada balok – balok kantilever.

Gambar 2.26 Lampu gantung

Sumber : google images

4. Armatur Pole Lighting/ Lampu Tiang

Lampu tiang merupakan lampu eksterior yang sering digunakan pada

penerangan jalan, jalur pejalan kaki, maupun taman. Penggunaan tiang

ditujukan untuk mengatur letak lampu agar mampu menghasilkan cahaya

dengan jangkauan yang lebih luas.

Gambar 2.27 Lampu tiang

Sumber : google images

5. Armatur Bollard

Pada dasarnya bollard merupakan salah satu bentuk dari lampu tiang namun

dengan dimensi yang lebih kecil. Bollard sering difungsikan pada

pencahayaan jalur pejalan kaki dan taman.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

22

Gambar 2.28 Bollard Light

Sumber : google images

6. Armatur Underwater/ Lampu Bawah Air

Lampu bawah air didesain sebagai elemen pencahayaan pada water feature

dan kolam. Secara fisik, armatur lampu harus dapat menjamin keamanan

sumber cahaya agar air tidak dapat masuk ke dalam rumah lampu.

Gambar 2.29 Lampu bawah air

Sumber : google images

2.5. Pencahayaan Buatan pada Interior Restoran

2.5.1. Pengertian dan Jenis Restoran

Menurut Marsum (2005), restoran adalah sebuah tempat atau bangunan

yang memberikan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa

makan maupun minum dan tempat ini terorganisasi secara komersial. Restoran

dapat berada di dalam suatu hotel, kantor, pabrik, maupun berdiri sendiri di luar

bangunan itu. Marsum (2005) menyatakan bahwa tujuan dari operasi restoran

adalah untuk bisnis, mencari untung, dan membuat puas para tamu yang datang ke

restoran tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

23

Menurut Marsum (2005), terdapat bermacam jenis restoran yaitu :

1. A’la Carte Restaurant

Restoran a’la carte adalah restoran yang menjual makanan lengkap dan

memiliki banyak variasi untuk dipilih tamu sesuai yang mereka inginkan.

Tiap makanan yang ada di restoran ini memiliki harga tersendiri sesuai

jenisnya.

2. Cafetaria atau Cafe

Restoran jenis ini mengutamakan penjualan cake, sandwich, kopi, dan teh.

Restoran ini biasanya tidak menjual minuman berakohol dan pilihan

makanannya terbatas.

3. Canteen

Restoran jenis ini biasanya berada di kantor, pabrik, atau sekolah dimana para

pekerja dan pelajar bisa mendapatkan makan siang.

4. Night Club/Super Club

Night Club adalah restoran yang dibukan menjelang larut malam dengan

dekorasi yang mewah dan pelayanan yang megah. Para tamu yang

mengunjungi restoran ini dituntut untuk berpakaian resmi dan rapi.

5. Specialty Restaurant

Restoran jenis ini biasanya menyesuaikan tipe khas makanan yang disajikan

dengan suasana dan dekorasi restoran. Restoran ini menyediakan masakan

Cina, Jepang, India, Italia, dan sebagainya.

2.5.2. Jenis Pencahayaan pada Restoran

Menurut The IESNA (2000), pencahayaan pada restoran dapat dibagi menjadi tiga

tipe yaitu :

a. Tipe Restoran Intim (Intimate Restaurant)

Tipe restoran ini menampung kegiatan dimana para pengunjungnya

berkumpul, bersantai, dihibur, dan mendapatkan makanan dan minuman.

Restoran ini memiliki pencahayaan yang lembut dengan luminance yang

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

24

rendah serta memiliki beberapa area atau objek yang disorot. Contoh dari

restoran tipe ini adalah cocktail lounge dan nightclub.

Gambar 2.30 Restoran intim

Sumber : google images

b. Tipe Restoran Santai (Leisure Restaurant)

Tipe restoran ini mengutamakan aktivitas makan sebagai yang paling penting.

Pencahayan pada restoran ini biasanya menggunakan sistem pencahayaan

merata dan memiliki iluminance yang sedang antara 50 sampai 100 lux.

Gambar 2.31 Restoran santai

Sumber : google images

c. Tipe Restoran Cepat (Quick Service Restaurant)

Pada tipe restoran ini, kecepatan adalah hal yang diutamakan. Pencahayaan di

restoran ini biasanya memiliki tingkat iluminance yang tinggi yaitu antara

500 sampai 1000 lux dengan distribusi cahaya yang seragam. Contoh tipe

restoran ini adalah kafetaria dan snack bars.

Gambar 2.32 Restoran cepat saji

Sumber : google images

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

25

Menurut Karlen (2004), berdasarkan sistem pencahayaannya, restoran dapat

dibagi menjadi dua jenis, yaitu fast food restaurant dan fine dining restaurant.

Fast food restaurant merupakan restoran cepat saji yang lebih banyak

menggunakan lampu fluoresens yang murah dan merata pada area makan

restorannya. Fine dining restaurant merupakan restoran yang lebih mahal dan

lebih mewah dibanding fast food restaurant. Restoran jenis ini lebih

mengutamakan penggunaan lampu halogen dan lampu pijar sebagai sumber

pencahayaannya. Pada fine dining restaurant, pencahayaan pada meja makan

adalah sangat penting. Pencahayaan pada meja makan biasanya menggunakan

lampu sorot dengan voltase yang rendah. Pencahayaan ini digunakan untuk tujuan

fungsional yaitu menerangi aktivitas yang dilakukan di meja makan dan juga

untuk menghasilkan suasana dramatis.

Karlen (2004) juga membagi restoran berdasarkan pengunjung yang

mengunjungi restoran tersebut menjadi beberapa restoran yaitu restoran yang

dikunjungi keluarga (family type restaurant), restoran yang dikunjungi

sekelompok teman (group type restaurant), dan restoran yang dikunjungi oleh

pasangan (couple type restaurant). Family type restaurant dan group type

restaurant biasanya lebih banyak menggunakan pencahayaan yang menyinari

seluruh area makan secara terang dan menyeluruh karena lebih disukai oleh

pengunjungnya. Pada kedua restoran ini, digunakan general lighting yang

menerangi meja makan, kursi, dan seluruh area di restoran tersebut. Hal ini

berbeda pada couple type restaurant yang memiliki suasana yang lebih dramatis.

Menurut Karlen (2004), pasangan lebih menyukai restoran yang redup atau gelap

dengan penggunaan lampu yang lebih memfokuskan meja makan di restoran

tersebut.

2.6. Studi Kasus Penelitian – Penelitian Terkait

Studi kasus penelitian-penelitian ini berasal dari jurnal-jurnal yang

berkaitan dengan judul penelitian „Pengaruh Pencahayaan Buatan pada Restoran

terhadap Minat Pengunjung‟. Studi kasus ini dilakukan untuk menentukan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

26

metodologi penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini. Adapun

pembahasan berupa pencahayaan buatan dalam kaitannya dengan restoran.

2.6.1. Peran Pencahayaan Buatan dalam Membentuk Selling Point Tenant di

Pusat Perbelanjaan (Setiawan, 2012)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1)peran pencahayaan buatan

pada beberapa tipe tenant yang ada di pusat perbelanjaan terkait kolerasinya

dengan selling point; (2)bagaimana aplikasi pencahayaan buatan yang dapat

mencipatakan selling point tenant; dan (3)seberapa besar peran pencahayaan di

tiap contoh tenant. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: (1) survei

langsung ke lokasi site yang dipilih untuk pendataan, dokumentasi, dan

pengukuran nilai illuminance; (2)wawancara pada penjaga/pengelola tenant dan

pengunjung tenant; dan (3)penyebaran kuesioner pada pengunjung tenant. Hasil

dari penelitian ini adalah pencahayaan buatan yang tepat dapat menarik

pengunjung dan pencahayaan yang terang, merata, dan memiliki CRI yang tinggi

membuat tampilan produk menjadi lebih menarik.

2.6.2. Effects of Interior Colors, Lighting and Decors on Perceived Sociability,

Emotion and Behaviour Related to Social Dining (Wardono, 2012)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana warna, pencahayaan,

dan dekorasi dapat mempengaruhi manusia dari aspek sosial (makan bersama

keluarga, pasangan, atau teman), emosi (keadaan psikologis manusia pada saat

melakukan kegiatan), dan perilaku (interaksi sosial) pada saat makan. Penelitian

ini dilakukan dengan simulasi digital terhadap delapan buah gambar suasana

restoran yang memiliki warna dinding, langit – langit, lantai, warna kain meja,

lampu gantung, dan dekorasi yang berbeda dan para objek survei akan memilih

gambar simulasi digital mana yang paling disukai mereka. Hasil dari penelitian ini

adalah restoran dengan warna monokromatik, pencahayaan remang, dan dekorasi

yang sederhana lebih disukai oleh para objek survei yang merupakan mahasiswa

dengan kisaran umur 19 – 22 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pencahayaan …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43117/4/Chapter II.pdf · variasi warna, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan,

27

2.6.3. Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat Beli Konsumen pada

Resort Cafe Atmosphere Bandung (Meldarianda, 2010)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere

terhadap minat beli konsumen pada Atmosphere Resort Cafe Bandung. Penelitian

dilakukan dengan survei langsung ke lokasi untuk pendataan,dokumentasi, dan

pembagian kuesioner kepada responden secara langsung. Hasil dari penelitian ini

adalah instore atmosphere (suara, bau, tekstur, dan desain interior) mempengaruhi

minat beli konsumen sedangkan outstore atmosphere (layout eksternal dan desain

eksterior bangunan) tidak memepengaruhi minat beli konsumen.

2.6.4. Peran Pencahayaan Buatan dalam Pembentukan Suasana dan Citra

Ruang Komersial (Savitri, 2007)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran pencahayaan terhadap

pembentukan suasana dan citra pada cafe dan restoran di kota Bandung. Penelitian

ini dilakukan dengan studi kasus secara literatur dan pembagian kuesioner. Hasil

dari penelitian ini adalah : (1) segmen pasar masyarakat muda lebih fleksibel

dalam menerima pencahayaan berintensitas tinggi maupun rendah, sedangkan

segmen pasar masyarakat tua lebih memilih pencahayaan dengan intensitas tinggi;

dan (2) penggunaan lampu pijar lebih disukai oleh responden karena berkesan

hangat dan nyaman secara visual.

2.6.5. Pengaruh Pencahayaan LED terhadap Suasana Ruang Cafe dan

Restoran (Kurniawati, 2008)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh

lampu LED pada pencahayaan buatan pada cafe dan restoran. Penelitian ini

dilakukan dengan metode empiris yang berupa studi kepustakaan dan analisa

terhadap studi kasus yang dipilih peneliti. Hasil dari penelitian ini adalah

pencahayaan LED dapat menghasilkan suasana ruang cafe dan restoran yang lebih

atraktif dan dinamis. Lampu LED juga dapat menjadikan pencahayaan dalam

ruangan menjadi efektif karena satu macam luminaire dapat menghasilkan

berbagai macam suasana yang menarik perhatian pengunjung restoran.

Universitas Sumatera Utara