BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja -...

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut. Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja yang ergonomis. Beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2008). 2.1.1. Beban kerja berlebih Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar (2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat merupakan sumber stres pekerjaan. Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja -...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beban Kerja

Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang diterima

oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai dengan

kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban tersebut.

Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu

tertentu dalam keadaan normal. Menurut Nurmianto (2003) beban kerja adalah

sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh tenaga kerja dalam

jangka waktu tertentu. Semua pekerjaan harus selalu diusahakan dengan sikap kerja

yang ergonomis. Beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja berlebih dan beban

kerja terlalu sedikit atau kurang (Munandar, 2008).

2.1.1. Beban kerja berlebih

Beban kerja berlebih, timbul sebagai akibat dari kegiatan yang terlalu banyak

diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu. Munandar

(2008) menyatakan bahwa beban kerja berlebih secara fisik dan mental adalah

melakukan terlalu banyak kegiatan baik fisik maupun mental, dan ini dapat

merupakan sumber stres pekerjaan.

Beban kerja berlebih, akan membutuhkan waktu untuk bekerja dengan jumlah

jam yang sangat banyak untuk menyelesaikan semua tugas yang telah ditetapkan, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan diharapkan dapat

diselesaikan secara cepat, dalam waktu sesingkat mungkin. Waktu merupakan salah

satu ukuran, namun bila desakan waktu dapat menyebabkan timbulnya banyak

kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan pekerja menurun, maka itulah yang

merupakan cerminan adanya beban kerja berlebih.

Adanya beban berlebih mempunyai pengaruh yang tidak baik pada kesehatan

pekerja. Menurut Munandar (2008) yang mengutip pendapat Friedmen dan

Rosenman (1974) menunjukkan bahwa desakan waktu tampaknya memberikan

pengaruh tidak baik, pada sistem cardiovasculer, terutama serangan jantung prematur

dan tekanan darah tinggi.

2.1.2. Beban kerja terlalu sedikit atau kurang

Beban kerja terlalu sedikit atau kurang, merupakan sebagai akibat dari terlalu

sedikit pekerjaan yang akan diselesaikan, dibandingkan waktu yang tersedia menurut

standar waktu kerja, dan ini juga akan menjadi pembangkit stres. Pekerjaan yang

terlalu sedikit dibebankan setiap hari, dapat mempengaruhi beban mental atau

psikologis dari tenaga kerja. Berdasarkan pendapat Munandar (2008) dapat

disimpulkan bahwa beban kerja terlalu sedikit, karena tenaga kerja tidak diberi

peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya atau untuk

mengembangkan kecakapan potensinya secara penuh. Keadaan ini menimbulkan

kebosanan dan akan menurunkan semangat kerja serta motivasi kerja, timbul rasa

ketidakpuasan bekerja, kecenderungan meninggalkan pekerjaan, depresi, peningkatan

kecemasan, mudah tersinggung dan keluhan psikosomatik.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

2.1.3. Beban kerja berdasarkan jenis pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan, beban kerja dapat dibedakan atas beban kerja

ringan, sedang dan berat. Menurut WHO dalam Santoso (2004) penggolongan

pekerjaan/beban kerja meliputi kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dokter,

perawat, guru dan pekerjaan rumah tangga (dengan menggunakan mesin). Kerja

sedang adalah jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan,

petani, kerja di toko dan pekerjaan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja

berat adalah jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli angkat dan angkut, pekerja

tambang, tukang kayu tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit.

2.1.4. Faktor yang memengaruhi beban kerja

Menurut Tarwaka (2004) secara umum beban kerja dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang sangat kompleks, baik faktor external maupun internal. Pengaruh faktor

external adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari luar tubuh

pekerja antara lain tugas-tugas yang dilakukan bersifat fisik seperti tempat kerja,

sarana kerja dan sikap kerja. Selain itu organisasi kerja juga dapat memengaruhi

beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam

dan sistem pengupahan. Lingkungan kerja dapat memberikan beban tambahan pada

pekerja seperti suhu udara, intensitas penerangan, kebisingan, pencemaran udara,

bakteri, virus, parasit, jamur dan serangga.

2.1.5. Kapasitas kerja

Kapasitas Kerja merupakan berat ringannya beban kerja yang dapat diterima

oleh tenaga kerja, dan dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seseorang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

tenaga kerja dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. Semakin

berat beban kerja, akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa

kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Herrianto ( 2010 ) menyatakan bahwa untuk pekerjaan manual di sektor

industri yang menggunakan waktu selama 8 jam per hari, seseorang dapat bekerja

paling banyak 33 %, dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Sedangkan

untuk pekerjaan manual selama 10 jam per hari, seseorang dapat bekerja hanya 28 %,

dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Kapasitas kerja individu tergantung

pada derajat kebugaran tubuh, kapasitas kerja otot dan kapasitas kerja jantung.

2.1.6. Waktu kerja

Waktu kerja merupakan waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan

pekerjaan, yang dapat dilakukan pada siang, sore dan malam hari. Waktu kerja adalah

penggunaan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terorganisasi dalam waktu

tertentu. Semakin lama waktu kerja yang dimiliki oleh seorang tenaga kerja maka

akan menambah berat beban kerja yang diterimanya dan sebaliknya jika waktu yang

digunakan oleh tenaga kerja itu dibawah waktu kerja sebenarnya maka akan

mengurangi beban kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa aspek terpenting

dalam hal waktu kerja meliputi, lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik,

hubungan antara waktu kerja dan istirahat, dan waktu bekerja menurut periode waktu

(pagi, sore, dan malam hari)

Lamanya seseorang bekerja secara normal dalam sehari pada umumnya 8 jam,

sisanya 16 jam lagi dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan,

biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal,

bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas. Bekerja dalam waktu yang

berkepanjangan, timbul kecenderungan terjadi kelelahan, gangguan kesehatan,

penyakit dan kecelakaan kerja serta ketidakpuasan. Dalam seminggu, seseorang

umumnya dapat bekerja dengan baik selama 40 jam.

Menurut UU No 13 Tahun 2003 pasal 77 ayat 1, setiap pengusaha wajib

melaksanakan ketentuan waktu kerja meliputi, 7 jam dalam sehari dan 40 jam

seminggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam sehari dan 40 jam seminggu untuk 5 hari

kerja. Ketentuan ini tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja tersebut, wajib

membayar upah kerja lembur. Selanjutnya pasal 79 ayat 1, pengusaha wajib memberi

waktu istirahat dan cuti kepada pekerja. Waktu istirahat dan cuti meliputi, istirahat

antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam, setelah bekerja selama 4 (empat)

jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, istirahat

mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu, dan cuti tahunan

sekurang-kurangnya 12 hari kerja, setelah pekerja yang bersangkutan bekerja selama

12 bulan secara terus menerus.

2.1.7. Dampak beban kerja berlebih terhadap tenaga kerja

2.1.7.1. Penurunan berat badan

Beban kerja yang terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan drastis

berat badan yang bersangkutan. Ukuran berat badan seseorang umumnya tergantung

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

dari keseimbangan antara asupan zat gizi dengan penggunaan zat gizi atau

aktivitasnya. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap

pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi sesorang tenaga kerja, harus sesuai

dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih,

akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008).

2.1.7.2. Timbulnya stres pekerjaan

Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan stres, karena kebutuhan

untuk bekerja dengan jumlah jam yang sangat banyak, baik secara fisik maupun

mental, sehingga merupakan sumber stres pekerjaan. Hal ini didukung oleh penelitian

Prihatini (2007) ada hubungan beban kerja dengan stres kerja perawat di tiap ruang

rawat inap di RSUD Sidikalang.

2.1.7.3. Penyakit akibat kerja

Akibat beban kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan pekerja menderita

gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Prihatini (2007) yang mengutip

penelitian Suciani (2006), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami pramu kamar.

Menurut Sihombing (2010 ) bekerja dapat berdampak buruk terhadap kesehatannya,

terutama bagi pekerja berat, karena status kesehatan pekerja sangat berhubungan

dengan pekerjaannya.

2.1.7.4. Kelelahan kerja

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh, agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut, semuanya berakibat kepada penurunan daya

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

kerja. Kelelahan diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja,

dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan

kegiatan yang harus dilakukan (Suma’mur, 2009). Menurut penelitian Masnelly

Lubis (2007) ada pengaruh signifikan antara beban kerja terhadap efektifitas

pekerjaan perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan.

Semakin berat beban kerja atau semakin lama waktu kerja seseorang maka

akan timbul kelelahan kerja. Beban kerja berlebih dapat menimbulkan kelelahan. Hal

ini didukung oleh Penelitian Febriani (2010) ada pengaruh beban kerja terhadap

kelelahan kerja pada pekerja jasa kuli angkut di pasar Klewer Surakarta. Selanjutnya

Budiono dkk, (2003) terdapat dua jenis kelelahan meliputi, kelelahan otot dan

kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai dengan gejala tremor atau rasa nyeri yang

terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk

bekerja.

Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai

cara, dengan pengelolaan waktu bekerja dan lingkungan tempat kerja. Banyak hal

dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan tempat istirahat

yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental-psikologis.

Pemanfaatan masa libur, rekreasi, kecukupan gizi, penerapan ergonomi yang

bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, adalah merupakan upaya yang

sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

2.1.8. Analisis beban kerja

Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja yang

digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu

tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan

berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang

tepat dilimpahkan kepada seorang pekerja. Menurut Suyudi (2004), analisa beban

kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah

semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan

persatuan kerja.

2.1.8.1. Perhitungan beban kerja

Perhitungan beban kerja merupakan suatu usaha pengamatan dan pengukuran

waktu, terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, secara sistematis.

Perhitungan ini, menjurus kepada penyelidikan terhadap seluruh aspek yang

memengaruhi pekerja dan sangat diperlukan bagi perusahaan untuk menjaga

kesetabilan produktivitas yang tinggi atau menaikkan produktivitas kerja yang masih

rendah. Namun pengukuran kerja pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar beban kerja seorang pekerja dapat memengaruhi status gizinya, karena

agar pekerja itu tetap sehat dan produktif maka asupan gizinya harus disesuaikan

dengan berat ringannya pekerjaan yang dilakukannya.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk perhitungan beban kerja,

tergantung dari tujuan melakukan perhitungan beban kerja tersebut, salah satunya

adalah (Motion and Time Study) analisis gerak dan waktu (Barnes, 1980). Pada

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

metode ini peneliti mengamati pergerakan dan waktu dari seorang pekerja mulai dari

awal sampai selesai suatu pekerjaan yang dikerjakan. Metode ini sesuai untuk

perhitungan beban kerja, jika tujuannya untuk mengetahui seberapa besar beban kerja

yang diterima oleh seorang pekerja.

Asri (1979) yang mengutip pendapat Mundel (1973) alat analisis yang umum

dipakai untuk mengukur kerja dikenal analisa gerak dan waktu (Motion and Time

Study). Analisis gerak dan waktu yang dibutuhkan dalam suatu keadaan tertentu

untuk suatu kegiatan yang dilakukan pekerja dengan bantuan alat pengukur stopwatch

dan alat tulis.

Secara terperinci prosedur pengukuran kerja dengan metode analisa gerak dan

waktu dapat dibagi seperti langkah-langkah berikut, pertama mempersiapkan

peralatan yang dipakai dalam perhitungan beban kerja , alat utama yang digunakan

adalah stopwatch untuk mengukur waktu, dan alat tulis untuk membuat catatan yang

akan berguna dalam pengukuran. Kedua, memilih pekerja yang tepat, berpengalaman

dan terlatih dalam bidangnya atau disebut sebagai pekerja normal. Pada saat

pengukuran harus diperhatikan waktu nyata dari suatu pekerjaan, dan sesudah itu,

menghitung waktu normal, menetapkan waktu cadangan (kelonggaran) dan waktu

standar.

Menghitung waktu normal dapat dilakukan dengan menghitung waktu kerja

nyata dari suatu kegiatan mulai dari awal sampai selesai kegiatan tersebut dengan

bantuan alat pengukur waktu stopwatch oleh pekerja yang dianggap sebagai pekerja

normal (pekerja yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki keterampilan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

pengetahuan untuk pekerjaan yang bersangkutan). Menghitung waktu normal secara

lebih akurat dapat dilakukan dengan memilih 5 orang pekerja untuk melakukan suatu

kegiatan yang sama dengan menghitung waktu kerja mulai dari awal sampai selesai

pekerjaan tersebut, kemudian waktu dari masing-masing 5 orang pekerja tadi diambil

waktu rata-ratanya, waktu itulah ditetapkan sebagai waktu normal dari kegiatan

tersebut.

Waktu cadangan yang disebut dengan waktu kelonggaran (allowances) adalah

waktu yang digunakan keperluan ( rest ) istirahat, keperluan pribadi dan (delay)

kelambatan kerja ( Barnes, 1980). Waktu kelonggaran diperlukan rata-rata 30% dari

jumlah jam kerja formal (Kep/75/M.Pan/7/2004). Jam kerja formal 8 jam per hari

untuk 5 hari kerja atau 7 jam per hari untuk 6 hari kerja. Waktu standar adalah waktu

normal ditambah waktu kalonggaran (Asri, 1979).

Pengukuran kerja untuk seorang pekerja dengan merangkai semua kegiatan

yang akan dilakukan dalam satu hari, lalu dijumlahkan semua waktu normal dari

setiap kegiatan tersebut dan ditambah waktu kelonggaran, kemudian sesuaikan

dengan jam kerja formal, apakah waktu kerja pekerja tersebut masih sesuai dengan

standar yang ditetapkan pemerintah atau berlebih.

Yodhia (2009) menyatakan bahwa metode analisa beban kerja adalah proses

untuk menghitung beban kerja suatu posisi/sub posisi dan juga kebutuhan jumlah

orang untuk mengisi posisi/sub posisi tersebut. Dalam metode ini terdapat tiga

tahapan utama yaitu, pertama menentukan output utama dari suatu fungsi/sub fungsi

dan kemudian mengidentifikasi rangkaian aktivitas kerja yang dibutuhkan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

menghasilkan output tersebut. Kedua, membuat rangkaian aktivitas menjadi satuan

tugas yang lebih spesifik. Ketiga menghitung jumlah waktu total yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan per kelompok tugas tersebut. Dari jumlah total jam kegiatan ini

kemudian dapat diprediksi berapa kebutuhan jumlah pegawai yang diperlukan untuk

menyelesaikan keseluruhan tugas dan dapat diprediksi bahwa waktu kerja dari

pekerja itu sesuai dengan waktu kerja formal atau lebih.

2.1.9. Beban kerja pada pekerja peternakan ayam

Peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo termasuk industri rumah tangga

yang merupakan wadah lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja. Di desa ini terdapat 38

kandang peternakan ayam broiler, dengan jumlah tenaga kerja 67 orang, dan

mempekerjakan 2 atau 3 orang tenaga kerja untuk setiap kandang, umumnya 1

keluarga (suami, istri dan anak yang sudah dewasa), waktu/jam kerjanya 24 jam

selama 1 periode atau lebih kurang 40 hari.

Kegiatan pokok pada peternakan ayam broiler ini adalah mengangkat dan

mengangkut pakan ternak sebanyak lebih kurang 14 ton atau 350 kg dalam sehari,

selama 1 periode (mulai anak ayam masuk kedalam kandang sampai ayam panen).

Anak ayam yang masuk kedalam kandang masih berusia 2 hari, harus dibangunkan

dimalam hari agar dapat makan terus menerus, situasi ini berlangsung lebih kurang

10 hari. Selanjutnya memberi makan 2 kali sehari, dan mencampur vitamin kedalam

air minum serta membagikannya ketempat minum ayam 4 kali sehari.

Pekerja juga harus membersihkan tempat makan dan minum ayam 2 kali

sehari sebanyak lebih kurang 80 buah, menjaga sirkulasi dan suhu udara dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

ruangan, serta mengganti atal 2 minggu sekali dalam setiap periode. Selanjutnya, bila

ayam telah panen harus membersihkan kandang dan peralatan secara keseluruhan

sampai bersih (mencuci dengan air dan menyemprot formalin) untuk dapat digunakan

pada periode berikutnya ( data survei awal 5 Februari 2011).

2.2. Gizi Tenaga Kerja

Gizi kerja merupakan gizi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan gizi sesuai dengan pekerjaannya, agar derajat kesehatan tetap baik,

kapasitas kerja maksimal serta produktivitas kerja tercapai setinggi-tingginya.

Dengan gizi kerja diharapkan para pekerja dapat mewujudkan dan meningkatkan

derajat kesehatan dan kesejahteraannya, memelihara kemampuan bekerja dan

produktivitas kerjanya pada tingkat yang optimal, bahkan bila mungkin lebih

ditingkatkan (Santoso, 2004).

Menurut Surat Edaran Menaker dan Transmigrasi No.01/Men/1979, tentang

pengadaan kantin dan ruang makan. Pengembangan penerapan gizi kerja antara lain,

dengan pengadaan kantin dan ruang tampat makan tenaga kerja. Kantin untuk tenaga

kerja hendaknya harga makanan dan minuman diupayakan secara layak dengan

kemampuan daya beli tenaga kerja serta selalu diusahakan agar nilai gizi makanan

tetap mendapat perhatian yang utama. Zat makanan tersebut dan kalori yang

ditimbulkannya, penting peranannya untuk memenuhi kalori, agar pekerjaan dapat

dilakukan dan banyaknya kalori yang diperlukan sesuai dengan berat ringannya

pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

2.2.1. Kebutuhan gizi tenaga kerja

Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan

beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi, yang

paling sesuai adalah makanan seimbang. Hal ini didukung oleh Santoso (2004)

proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus seimbang, agar zat gizi tersebut dapat

digunakan didalam tubuh dengan sempurna adalah makanan yang komposisi gizinya

terdiri atas karbohidrat (60-70%), protein (12-15%), lemak (20-25%), cukup vitamin

dan juga cukup mineral.

Kebutuhan zat gizi tersebut diperoleh melalui pola makan yang baik dan

sehat. Pola makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan

yang dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori,

jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya. Jadwal makan teratur

sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan

kalori kerja di awal bekerja.

Menurut Mitayani dan Sartika (2010) gizi seimbang adalah makanan yang

dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat kecukupan gizi (empat sehat lima

sempurna). Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan kalori,

batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan kalori.

Biasakan makan pagi sebelum pergi bekerja, makanlah makanan yang bersumber zat

besi, cukup vitamin dan mineral, cukup air putih dan hindari minuman alkohol.

Berdasarkan pendapat Suma’mur (2009) dapat disimpulkan bahwa pengaruh

frekwensi makan tiga kali sehari, komposisi makanan, dan memberi kesempatan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

makan pada saat-saat istirahat kerja, dapat mengurangi kelelahan kerja, bahkan

meningkatkan daya kerja. Makan di pagi hari sebelum berangkat kerja, mempunyai

pengaruh penting pada produktivitas kerja dan makanan sebaiknya mudah dicerna,

yang penting berfungsi menambah kalori untuk bekerja. Kebutuhan kalori kerja dapat

dipenuhi melalui asupan makanan berimbang, sehingga tidak perlu ditambah

frekwensi makan, kecuali makanan selingan pada waktu istirahat, begitu juga dengan

zat gizi lainnya seperti protein, vitamin dan mineral.

Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi, untuk

memelihara kondisi tubuh agar selalu prima. Bahan makanan yang dibutuhkan oleh

tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada

umumnya, ditambah dengan kebutuhan kalori untuk keperluan melaksanakan

pekerjaan. Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan dan produktivitas

kerja. Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu derajat

produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan gizi yang cukup,

biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan beban kerja serta

faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling

memengaruhi.

Banyaknya kalori dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan

tubuh sesuai dengan klasifikasi pekerjaan/aktivitas fisik, secara parktis dapat

ditentukan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

Tabel 2.1. Kebutuhan Kalori Sesuai Kerja

No Jenis Kerja Laki-laki Kebutuhan kalori/hari

(Kkal)

Wanita Kebutuhan kalori/hari

(Kkal) 1 2 3

Ringan Sedang Berat

2400 2600

3000

2000 2400

2600 Sumber : Santoso (2004)

2.2.2. Dampak gizi kurang pada pekerja

Sampai saat ini keadaan gizi kurang, khususnya kekurangan energi protein,

masih merupakan masalah gizi, terutama di negara-negara miskin dan negara sedang

berkembang. Penyebab kekurangan gizi antara lain faktor ekonomi, khususnya

pengupahan yang rendah atau pendapatan, ketidaktahuan dan kebiasaan makan.

Masalah kurang energi protein adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang dapat

menurunkan kualitas fisik serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian.

Manifestasi kurang energi protein, tercermin dalam bentuk fisik.

Seorang tenaga kerja hanya dapat bekerja, selama ia memiliki kalori yang

diperoleh dari makanan. Gizi kerja yang baik, sesuai dengan beban kerja yang

diterimannya akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja, sehingga angka

kesakitan yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun penyakit umum dapat

ditekan seminimum mungkin dan angka mangkir kerja karena sakit juga akan turun

dengan sendirinya, yang pada akhirnya produktivitas akan meningkat.

Kekurangan gizi mempunyai dampak yang negatif, karena orang yang

menderita kekurangan gizi khususnya kalori akan memengaruhi kemampuan kerja,

waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya pun semakin panjang, sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

produktivitas menurun. Adapun akibat dari gizi kurang terhadap tenaga kerja sebagai

berikut :

2.2.2.1.Penurunan berat badan

Berat badan merupakan petunjuk utama untuk mengetahui individu itu

kekurangan atau kelebihan masukan kalori dari makanan. Kebutuhan akan zat gizi

tidak dapat dipenuhi hanya dengan satu atau dua jenis bahan makanan saja, karena

pada umumnya tidak ada satu bahan makanan yang mengandung zat gizi secara

lengkap. Bila asupan makanan tidak dipilih sesuai dengan gizi yang diperlukan maka

tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi.

Keadaan gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor penentu tingkat

produktivitasnya. Beban kerja terlalu berat tanpa kecukupan gizi sering penurunan

drastis berat badan (Rahmawati, 2008). Penurunan berat badan sebagai pertanda

kurang gizi yang dapat berakibat tenaga kerja mudah sakit.

2.2.2.2. Penurunan daya tahan tubuh

Pekerja akan mudah terkena penyakit jika menderita gizi kurang. Gizi kurang

menyebabkan kekebalan tubuh menurun, dan dapat menjadi sakit sehingga angka

absen kerja meningkat serta biaya berobat yang harus dikeluarkan perusahaan akan

meningkat pula. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan

kemampuan untuk bekerja, yang berarti menurunnya prestasi, daya kerja,

produktivitas, dan kualitas hidup akibat sering sakit, karena pekerja yang sehat

ditentukan dari asupan gizi yang baik (Kurniasih, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

2.2.2.3. Anemia

Anemia gizi adalah masalah masyarakat pada umumnya, namun pada tenaga

kerja juga cukup tinggi yaitu prevalensi anemia gizi pada tenaga kerja dapat

mencapai sekitar 50 %, penyebabnya antara lain kekurangan gizi makanan secara

keseluruhan terutama defisiensi zat besi. Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan

dimana kadar haemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai

normal untuk kelompok umur yang bersangkutan. Anemia gizi disebabkan oleh

defisiensi zat besi, asam folat dan vitamin B12, yang kesemuanya berakar pada

asupan yang tidak adekuat, ketersediaan hayati rendah (buruk) dan kecacingan yang

masih tinggi.

Tabel 2.2. Kadar Haemoglobin (Hb) Sebagai Indikator Anemia.

No Usia / jenis kelamin Kadar HB (g/l)2 1 2 3 4 5 6

Anak 6 bulan – 5 tahun Anak 5-11 tahun Anak 12-13 tahun Wanita tidak hamil Wanita hamil Laki-laki dewasa

< 11,0 < 11,5 < 12,0 < 12,0 < 11,0 < 13,0

Sumber : Fatmah (2010).

Jumlah zat besi dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan

kondisi fisiologis tubuh (hamil). Zat besi bersumber dari asupan makanan setiap hari,

dimana dalam tubuh sebagian disimpan di hati dalam bentuk ferritin, apabila

konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, maka zat besi dari ferritin dimobilisasi

untuk memproduksi haemoglobin. Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah

mengangkut oksigen (O2) dan CO2 serta untuk pembentukan darah. Jumlah zat besi

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg yang terkandung dalam makanan. Anemia

juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani untuk produktivitas kerja, karena

sel-sel tubuh tidak tercukupi kebutuhannya akan oksigen (Khomsan, 2010).

2.2.3. Status Gizi

Status gizi pada dasarnya merupakan keadaan konsumsi makanan yang kita

makan setiap hari, atau merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat gizi

dan suplai zat gizi. Jadi untuk mengetahui seberapa jauh seseorang telah

memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta mutu gizinya dengan jelas akan

tercermin dalam status gizi. Menurut Waspadji (2010) yang mengutip pendapat

Habict (1979), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan

karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi, dan pengeluaran yang terlihat

melalui suatu indikator status gizi. Menurut Almatsier (2009) status gizi adalah

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan

dapat dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik/normal dan lebih.

2.2.4. Penilaian status gizi

Untuk mengetahui status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status

gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian status gizi secara

langsung adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan

biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survei

makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Waryana, 2010).

Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan,

berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh. Pengukuran antropometri

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya,

misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB dan TB/U) berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar

lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) (Sibagariang, 2010).

Dari beberapa cara pengukuran status gizi, pengukuran antropometri

merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan

yaitu alat mudah diperoleh, pengukuran mudah dilakukan, biaya murah, hasil

pengukuran mudah disimpulkan, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan

dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu. Penilaian berdasarkan pengukuran indeks

massa tubuh (IMT) adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18

tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan (Arisman, 2007).

Cara penilaiannya dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini dan

selanjutnya hasil perhitungan indeks massa tubuh disesuaikan dengan tabel 2.3

Tabel 2.3. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

No Status gizi Laki-laki Perempuan 1 Kurus <20,1 <18,7 2 3

Normal Rata-rata

20,1-25,0 22,0

18,7-23,8 20,8

4 Obesitas >25,0 >23,8 Sumber : Irianto, (2007)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

2.3. Landasan Teori

Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan antara pengeluaran energi lebih

banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi dan begitu

juga sebaliknya akan terjadi kelebihan, jika berlangsung lama akan timbul masalah

gizi (Waspadji, 2010).

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi

dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisen

akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

setinggi mungkin (Almatsier, 2001)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

Menurut UNICEF (1998) gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor yang

kemudian diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, tidak langsung, pokok

masalah dan akar masalah seperti dibawah ini :

Dampak

Penyebab

lansung

Penyebab

tdk langsung

Pokok masalah Kurang pendidikan, pengetahuan, penghasilan, keterampilan ibu

di masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan.

Akar

masalah

Gambar 2.1 Teori menurut UNICEF (1998)

Status gizi

Aktivitas fisik, Beban kerja

Asupan gizi Penyakit

Infeksi

Kebutuhan Aktifitas, Gizi kerja

Tdk cukup persediaan pangan

Pola asuh anak tdk memadai

Sanitasi lingkungan, air bersih, pelay.kes. yg tdk memadai

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya manusia

Krisis ekonomi, politik dan sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja - USU-IRrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30946/3/Chapter II.pdf · ini yang merupakan sumber tambahan beban kerja. Setiap pekerjaan

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual dalam

penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pada kerangka konsep, variabel bebas penelitian ini adalah beban kerja

dengan sub variabel waktu kerja dan jenis kegiatan. Waktu kerja meliputi waktu kerja

kurang, jika para pekerja di peternakan ayam bekerja kurang dari 8 jam per hari, dan

waktu kerja berlebih, jika ternyata waktu kerjanya lebih dari waktu standar yaitu

lebih dari 8 jam per hari. Sedangkan jenis pekerjaan meliputi pekerjaan ringan,

sedang dan pekerjaan berat seperti angkut dan angkat pakan ternak. Beban kerja dan

asupan kalori sangat berkaitan dan akan memengaruhi status gizi pekerja.

Beban Kerja :

- Waktu kerja - Jenis kegiatan

Status Gizi Pekerja

Asupan kalori

Universitas Sumatera Utara