BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi...

21
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1.1 Pengertian Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. 1.2 Fisiologis Siklus Menstruasi Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Siklus Menstruasi

1.1 Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium

uterus (Bobak, 2004).

Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses

kompleks yang mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004),

Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling

mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

1.2 Fisiologis Siklus Menstruasi

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,

hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan

sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting

dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan

perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan

progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium,

yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang

mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-

organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan

dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam

perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.

Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus

selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting

untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang

melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi

kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk

mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan

oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam

perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec,

2001).

Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3

tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan

memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan

bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada patrum

umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari

selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang

hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat

dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi

sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

1.3 Bagian-bagian Siklus Menstruasi

Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi,

yaitu:

1.3.1 Siklus Endomentrium

Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase,

yaitu :

a. Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan

disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata

fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase

menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau

pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating

Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya

hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari.

Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau

menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi

setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat

ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari

folikel ovarium.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

c. Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium

sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru

yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi

kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai

10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus

luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan

kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme,

sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis.

Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi

dimulai.

1.3.2 Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat

pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon).

Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel

primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi,

satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan

estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang

terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel

yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik

hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus

luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional

endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

1.3.3 Siklus Hipofisis-hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan

progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah

ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone

(Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone

(FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu

hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai

puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak

terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut,

oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi

menstruasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

Gambar 1. Siklus menstruasi

1.4 Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi

Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang

peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

1.4.1 Faktor enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-

enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen

dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian

bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang

berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah

berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak

zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk

implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka

dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan,

karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang

mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.

1.4.2 Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi

dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut

tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis

dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan

akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik

dari arteri maupun dari vena.

1.4.3 Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2.

dengan

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan

pada haid.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

2. Dysmenorrhea

2.1 Pengertian

Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat

menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba

dkk (2006) dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga

dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan

menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah

dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).

2.2 Patofisiologis Dysmenorrhea

Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase

ini terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan

sifatnya, prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga

terlibat dalam dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat

terkait dengan infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi-

eklamsi, dan anafilaktik syok. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan

respon miometrial yang menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin

ini juga mempunyai sifat meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dysmenorrhea sebagian besar akibat kontraksi uterus

(Manuaba , 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea

Menurut Prawirohardjo (1999), ada beberapa faktor diduga berperan

dalam timbulnya dysmenorrhea yaitu:

2.3.1 Faktor psikis

Pada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer

mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini

dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah

perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap

setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan

melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan

psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu menghilangkan

dysmenorrhea primer.

2.3.2 Vasopresin

Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat

tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin

pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya

aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, peranan pasti

vasopresin dalam mekanisme terjadinya dysmenorrhea masih belum jelas.

2.3.3 Prostaglandin

Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa

prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya dysmenorrhea.

Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α

(PGF2α). Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim. Prostaglandin menyebabkan

peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri.

Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan

miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan

menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi

miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah,

sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya

nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke

dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul pula diare, mual, dan

muntah.

2.3.4 Faktor hormonal

Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer

dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini tidak

menerangkan mengapa dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan disfungsi

anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa adanya

progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya PGF2α

dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus

luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga

meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator

dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam

archidonat. Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang mengikuti

turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir menyebabkan peningkatan

tonus miometrium dan kontraksi uterus.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

2.4 Faktor Resiko Dysmenorrhea

Menurut Damianus (2006), ada beberapa faktor resiko yang bisa

meningkatkan terjadinya dysmenorrhea yaitu:

a. Wanita yang merokok

b. Wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akan

memperpanjang nyeri pada saat menstruasi

c. Wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas

d. Wanita yang tidak memiliki anak

e. Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12

tahun)

f.Mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga

2.5 Gejala Dysmenorrhea

Menurut Kasdu (2005), gejala dysmenorrhea yang sering muncul

adalah :

a. Rasa sakit yang dimulai pada hari pertama menstruasi

b. Terasa lebih baik setelah pendarahan menstruasi mulai

c. Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada

juga wanita yang masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua

hari haid.

d. Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggung

bagian bahwa dan tungkai.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

e. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri

tumpul yang terus menerus.

f. Terkadang disertai rasa mual, muntah, pusing atau pening.

2.6 Klasifikasi dan Karakteristik Gejala Dysmenorrhea

Menurut Jones (2001), dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya

diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

2.6.1 Dysmenorrhea primer

Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan

anatomis genitalis yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul

pada masa remaja, yaitu sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan

mencapai maksimal antara usia 15-25 tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea

primer juga mengenai sekitar 50-70% wanita yang masih menstruasi.

Dysmenorrhea primer diduga sebagai akibat dari pembentukan

prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi

secara berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar. Nyeri

dymenorrhea primer seperti mirip kejang spasmodik, yang dirasakan pada

perut bagian bawah (area suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan

pinggang bawah dapat juga disertai dengan mual, muntah, diare, nyeri

kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah dan sebagainya. Nyeri

mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan selama 48-72 jam

(Baradero, 2006 & Suzannec, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

2.6.2 Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum

menstruasi yang disertai kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea

sekunder terjadi pada wanita berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi

sebelum usia 25 tahun. Nyeri dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau

lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya semakin hebat serta mencapai

puncak pada akhir menstruasi yang bisa berlangsung selama 2 hari atau

lebih. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah

tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran

darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan

fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.

Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber

rasa nyeri. Penyebab dysmenorrhea sekunder seperti: endometriosis,

adenomiosis, radang pelvis, sindrom menoragia, fibroid dan polip dapat

pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan perdarahan yang

abnormal.

Karakteristik Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut

Manuaba (2001) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

2.6.3 Dysmenorrhea ringan

Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu

menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh

hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian,

rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

2.6.4 Dysmenorrhea sedang

Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut

merasakan nyeri saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar

di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan memerlukan obat

penangkal nyeri, dan hilang setelah mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-

kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.

2.6.5 Dysmenorrhea berat

Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah

pada saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga

disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat

memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas

sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan pengobatan

dysmenorrhea.

2.7 Terapi dan Penatalaksanaan Medik

Terapi dysmenorrhea terbagi atas dua macam yaitu:

2.7.1 Terapi Farmakologi

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan

non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat anti

peradangan non steroid akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari

sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Untuk

mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan

muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi, Jika nyeri terus

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka diberikan pil KB

dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau diberikan

medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk

mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan

prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dysmenorrhea.

Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan

(misalnya laparoskopi). Jika dysmenorrhea sangat berat bisa dilakukan

ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar

atau diuapkan dengan alat pemanas

2.7.2 Terapi nonfarmakologi

Terapi pengobatan yang bisa dilakukan dalam mengurangi gejala

Dysmenorrhea yang bersifat nonfarmakologi yaitu:

a. Istirahat yang cukup

b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan). Olah raga Mampu

meningkatkan produksi endorphin otak yang dapat menurunkan stress

sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri

c. Pemijitan. Pijatan lembut pada bagian tubuh klien yang nyeri dengan

menggunakan tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan

memberikan efek sedasi.

d. Yoga

e. Orgasme pada aktivitas seksual

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

f. Kompres hangat di daerah perut. Suhu panas dapat memperingan

keluhan. Lakukan pengompresan dengan handuk panas atau botol air

panas pada perut atau punggung bawah atau mandi dengan air hangat

g. TENS ( Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation). Tindakan ini

melalui pendekatan gate control of pain atau gerbang transmisi nyeri

yaitu memblok stimuli nyeri dengan stimuli kurang nyeri kepada

serabut-serabut besar. Stimuli listrik dapat mengakibatkan opiat dan

non opiat jalur yang menurun.

h. Distraksi pendengaran. Diantaranya mendengarkan musik yang

disukai atau suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan

untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik

klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu.

Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama

lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

3 Aktivitas Belajar

3.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,

mulai dari kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sampai

kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi (Dimyati, 2002).

Menurut Sardiman (2004) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas

yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas yang

dimaksudkan di sini bukan hanya aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

mental. Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling berkait. Aktivitas

fisik ialah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,

bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau

hanya pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas psikis (kejiwaan) adalah

jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pengajaran.

Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap

aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal. Berdasarkan pendapat

tersebut, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik

maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan

adanya perubahan pada dirinya baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

3.2 Klasifikasi Aktivitas Belajar

Sardiman (2004), yang dikutip dari Paul B. Diendrich menggolongkan

aktivitas sebagai berikut.

3.2.1 Visual activity, yang termasuk didalamnya seperti membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.

3.2.2 Oral activity, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi,

interuksi.

3.2.3 Listening activity, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, music, pidato.

3.2.4 Writing activity, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

3.2.5 Drawing activity, seperti menggambarkan, membuat grafik, peta,

diagram.

3.2.6 Motor activity, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

berkebun, beternak.

3.2.7 Mental activity, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, mengambil keputusan.

3.2.8 Emotional activity, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang,

gugup, gembira, bersemangat.

3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut Suryabrata (2002), secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi aktivitas belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni:

3.3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa

sendiri meliputi dua aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis adalah yang berkaitan dengan kondisi umum jasmani

dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-

organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat

dan intensitas mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-

organ khusus mahasiswa, seperti tingkat kesehatan indera

pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

kemampuan mahasiswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,

khususnya yang disajikan di kelas.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis adalah aspek yang berkaitan dengan keadaan

psikologi mahasiswa. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis

yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar

mahasiswa. Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang

mendorong seseorang untuk balajar itu adalah sebagai berikut:

- Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas;

- Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan

untuk selalu maju;

- Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,

guru, dan teman-teman;

- Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu

dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan

kompetisi;

- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai

pelajaran;

- Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

3.3.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa

yang terdiri atas dua macam, yakni:

a. Lingkungan Sosial.

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar

seorang siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi

kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-

sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,

dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi

dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang

dicapai oleh siswa.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung dan

leteknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat

belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3.4 Tahap-tahap dalam Proses Aktivitas Belajar

Syah (2006) mengutip dari Witing (1981) dalam bukunya Psychology of

Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:

3.4.1 Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)

Pada tingkatan ini seorang siswa mulai menerima informasi sebagai

stimulasi dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Siklus Menstruasi 1repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter II.pdf · 1.1 Pengertian . Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus

pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara

pemahaman dengan perilakunya. Proses Acquisition dalam belajar merupakan

tahap yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan

kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

3.4.2 Storage (tahap penyimpanan informasi)

Pada tingkat ini seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses

penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani

proses acquisition.

3.4.3 Retrieval (tahap mendapat kembali informasi)

Pada tingkat ini seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-

fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau

memecahkan masalah. Proses ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa

mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang

tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku

tertentu sebagai respons atas stimulus yang sedang dihadapi.

Universitas Sumatera Utara