BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat...

31
9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Definisi Pelabuhan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik-turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan, serta sebagai tempat transportasi. Pelabuhan adalah juga merupakan pintu suatu negara bagi keluar masuknya berbagai arus, yakni arus barang ekspor impor dan interinsuler, arus penumpang ke/dari Iuar negeri dan ke/dari antar pulau, dan arus kapal baik kapal bendera nasional maupun kapal bendera asing (Herman Budi Sasono, 2012). Sedangkan menurut UU No. 17 Tahun 2008 di jelaskan bahwa Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Mencermati definisi Pelabuhan diatas dapat di pahami bahwa Pelabuhan memiliki peran yang sangat mendasar, didalam UU No 17 tahun 2008 tentang pelayaran, di jelaskan beberapa peran Pelabuhan, yaitu: 1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya 2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat...

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Definisi Pelabuhan

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai kegiatan pemerintah dan

kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,

berlabuh, naik-turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang

pelabuhan, serta sebagai tempat transportasi. Pelabuhan adalah juga

merupakan pintu suatu negara bagi keluar masuknya berbagai arus, yakni arus

barang ekspor impor dan interinsuler, arus penumpang ke/dari Iuar negeri dan

ke/dari antar pulau, dan arus kapal baik kapal bendera nasional maupun kapal

bendera asing (Herman Budi Sasono, 2012).

Sedangkan menurut UU No. 17 Tahun 2008 di jelaskan bahwa

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat

berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan

pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat

perpindahan intra dan antar moda transportasi.

Mencermati definisi Pelabuhan diatas dapat di pahami bahwa

Pelabuhan memiliki peran yang sangat mendasar, didalam UU No 17 tahun

2008 tentang pelayaran, di jelaskan beberapa peran Pelabuhan, yaitu:

1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya

2. Pintu gerbang kegiatan perekonomian

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

10

3. Tempat kegiatan alih moda transportasi

4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

5. Tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang

6. Mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan negara

Rencana Induk pelabuhan dalam Pasal 73 ayat (l) UU No I7 tahun 2008

tentang pelayaran dilengkapi dengan Daerah Lingkungan Kerja (DLKR) dan

Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP).

l. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan, terdiri atas :

a. Wilayah daratan yang dipergunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan

fasilitas penunjang.

b. Wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alur pelayaran, tempat

labuh, tempat alih muat antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan

sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan

kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

2. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan

Merupakan perairan Pelabuhan di luar Daerah Lingkungan Kerja perairan

yang di gunakan untuk alur- pelayaran dari dan ke Pelabuhan, keperluan

keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka panjang, penempatan

kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan, fasilitas

pembangunan, dan pemeliharaan kapal.

2.1.2 Koperasi TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat)

Menurut buku Hukum Koperasi Indonesia oleh Hadhikusuma (2009)

secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti

dengan, dan aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam bahasa

inggris dikenal istilah Co dan Operation, dalam bahasa Belanda disebut

dengan istilah Cooperative Vereneging yang berarti bekerja-sama dengan

orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kata Cooperative kemudian

diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai kooperasi yang dibakukan menjadi

suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan koperasi, yang berarti organisasi

ekonomi dengan keanggotaan yang sifatnya sukarela. Oleh karena itu

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

11

koperasi dapat didefinisikan sebagai berikut, Koperasi adalah suatu kumpulan

atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan

yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut

peraturan yang ada. Dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan

suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah

anggotanya.

Sedangkan Koperasi TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) dijelaskan

dalam keputusan bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut No.

113/SKB/Dep-S/VIII/2002 tentang pembinaan dan Pengembangan. Koperasi

TKBM (Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat) berada dibawah pembinaan

KSOP (Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan) dimana setiap Pelabuhan

hanya terdapat satu unit Koperasi TKBM dan berfungsi sebagai wadah untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota. Dari rumusan ini dapat dilihat bahwa

TKBM diperluas bidang usahanya, dengan masalah bongkar muat sebagai

salah satu Unit Usahanya. Hal ini semakin tegas disebutkan dalam pasal 6

ayat (1) yang menyatakan bahwa: Unit usaha jasa bongkar muat merupakan

unit usaha yang didirikan oleh KTKBM (Koperasi Tenaga Kerja Bongkar

Muat) untuk memperlancar bongkar muat barang di Pelabuhan. Ketentuan

tersebut menunjukkan bahwa bidang jasa penyediaan TKBM bukan melekat

langsung pada KTKBM itu sendiri, melainkan sebagai unit usaha. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan penelitian di TKBM Pelabuhan Tanjung

Intan Cilacap.

2.1.3 Kegiatan Kerja Bongkar Muat

Kegiatan bongkar muat di pelabuhan dari dan ke kapal pada dasarnya

merupakan salah satu mata rantai kegiatan pengangkutan melalui laut.

Banyak para ahli atau pakar yang mengeluarkan pendapatnya mengenai

definisi kegiatan bongkar muat, yakni pekerjaan membongkar barang dari

atas dek atau palka kapal dan menempatkan diatas dermaga atau kedalam

tongkang atau kebalikannya memuat dari atas dermaga atau dari dalam

tongkang dan menempatkannya ke atas dek atau ke dalam palka kapal yang

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

12

mempergunakan derek kapal Muryaningsih (dalam Tofan Agung EP dan

Yudi A, 2016).

Dalam peraturan Menteri Perhubungan No. PM. 53 tahun 2015 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan No. 60 tahun 2014

Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal.

Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam

bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di Pelabuhan yang meliputi

kegiatan stevedoring, cargoring dan receiving/delivery. Perusahaan Bongkar

Muat Barang (PBM) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan bongkar

muat barang dari dan ke kapal di Pelabuhan. Sedangkan Tenaga Kerja

Bongkar Muat (TKBM) adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada

Pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan.

Dalam kegiatannya, upaya bongkar/muat barang atau biasa disebut

stevedoring menggunakan alat bantu untuk mempercepat prosesnya. Menurut

Bachilius R.C.N. (2012) peralatan yang digunakan diantaranya :

1. Crane Kapal (Ship Gear)

Alat ini digunakan untuk kepraktisan, kapal cargo umumnya dilengkapi

dengan crane kapal (ship gear). Crane kapal harus dapat digunakan dalam

melakukan kegiatan stevedoring baik untuk barang berjenis container,

maupun bag cargo (dengan menggunakan jala-jala).

2. Wheel Loader

Alat ini sangat lincah dan dapat manuver dengan cepat di dalam palka

kapal,bahkan di tempat-tempat sempit sekalipun, alat ini diadakan guna

memberikan dukungan kinerja bongkar muat barang curah kering seperti

kedelai, jagung, gandum, bungkil, raw sugar, garam, dan sebagainya.

3. Excavator

Alat ini berguna untuk menunjang kegiatan bongkar muat di Pelabuhan.

Alat ini bisa dipakai untuk membongkar batu bara dan muatan lainnya.

4. Forklift

Kendaraan yang difungsikan untuk bongkar muat atau pemindahan barang

dari satu area ke area yang lain bahkan dapat digunakan untuk

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

13

mempermudah penataan pada rak-rak tinggi. Memiliki kapasitas hingga 2

ton dengan tinggi angkat hingga 2 meter.

5. Hopper

Alat yang berbentuk seperti corong yang ada di Pelabuhan yang digunakan

untuk mempercepat proses bongkar muat curah.

6. Grabe

Alat yang berupa singkup baja yang digerakkan dengan katrol untuk

mengeruk dan menggenggam batu bara yang akan dipindahkan dari

tongkang penumukan ke atas kapal. Grabe juga digunakan untuk

penanganan bongkar muat curah kering/basah.

7. Bucket

Sebuah bak dengan kapasitas tertentu yang digunakan untuk memuat

barang atau bag.

8. Sling

Jerat untuk muatan yang dibuat dari tali, termasuk tali kawat atau baja,

gunanya untuk mengangkat atau menurunkan muatan dari/ke kapal.

2.1.4 Ruang Lingkup Bongkar Muat

Sebagaimana definisi dari bongkar muat yang telah di jelaskan di atas,

usaha bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam

bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan. Menurut

(Herman Budi Sasono, 2012) Ruang Lingkup Bongkar Muat meliputi:

1. Stevedoring

Stevedoring adalah jasa bongkar/muat dari/ke kapal, dari/ke dermaga,

tongkang, gudang, truk atau lapangan dengan menggunakan derek kapal

atau alat bantu pemuatan yang lain. Orang yang bertugas mengurus

bongkar muat kapal disebut stevedore. Stevedore yang bertugas di atas

kapal disebut stevedore kapal, sedangkan yang bertugas di darat disebut

quay supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya stevedore harus bekerja

sama dengan berbagai pihak seperti PT. Pelabuhan Indonesia, EMKL,

forwarder, TKBM, dan yang lain. Seorang stevedore umumnya adalah

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

14

orang yang bertugas di atas kapal dan berdinas sebagai perwira atau orang

yang bisa menangani buruh karena stevedore akan mengkoordinir

pekerjaan dan buruh TKBM melalui mandor atau kepala regu kerja

(KRK). Koordinasi kegiatan stevedoring di atas kapal dengan di darat

dilakukan oleh seorang chief stevedore atau operator terminal.

2. Cargodoring

Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari tali/jala-jala

(ex-tackle) di dermaga dan mengangkut barang dari dermaga ke

gudang/lapangan penumpukan barang, selanjutnya menyusun di

gudang/lapangan penumpukan barang atau sebaliknya.

3. Receiving

Receiving adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat

penumpukan di gudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai

barang tersusun diatas kendaraan di pintu gudang/lapangan penumpukan

barang.

4. Delivery

Delivery merupakan proses pengiriman barang-barang muatan kapal

yang sudah ada di gudang penyimpanan pelabuhan untuk selanjutnya

dikirim menuju keluar lingkungan pelabuhan untuk disimpan.

Kegiatan bongkar muat barang dibedakan menjadi 2 kondisi bongkar

muat barang dari/ke kapal:

a. Fiost

Merupakan kondisi dimana si importir menanggung seluruh biaya

pengangkutan yang terdiri dari stevedoring, cargodoring, dan

deliverydoring.

Kondisi fiost: untuk barang-barang besar dan berat sehingga

membutuhkan alat-alat mekanis untuk mengangkut barang dari dek

kapal.

b. Linier

Merupakan kondisi dimana si importir hanya menanggung biaya

pengangkutan yang terdiri dari cargodoring dan delivery.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

15

Kondisi Linier: untuk barang-barang ringan sehingga tidak

membutuhkan alat-alat mekanis maka barang-barang ini tidak

dikenakan biaya stevedoring.

2.1.5 Keselamatan Kerja Bongkar Muat

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko

kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang

kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan dan kondisi pekerja

Simanjutak (dalam Taufik, 2014). Kesehatan dan keselamatan kerja adalah

suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi

pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan

sekitarnya atau tempat kerja tersebut Ridley (dalam Taufik 2014). Tetapi

realitanya dalam melaksanakan proses bongkar muat tidak sesuai yang

diharapkan, dikarenakan sering terjadi TKBM yang tidak mengikuti prosedur

kesehatan dan keselamatan kerja dengan tidak memakai standar prosedur alat

pelindung diri. Sehingga dapat menyebabkan resiko kecelakaan kerja yang

tinggi terhadap TKBM, kejadian tersebut dikarenakan kurang kedisiplinan

dari masing-masing TKBM dan pengawasan kurang secara optimal.

Setiap orang yang bekerja, oleh perusahaan dikembangkan

kemampuannya, diberikan kompensasi yang adil dan layak serta dipenuhi

keinginan karyawan dan organisasi, berarti telah diperoleh karyawan yang

cakap, mampu, dan mau melakukan kerja sama. Oleh karena itu, selayaknya

dilakukan pemeliharaan terhadap karyawan-karyawan tersebut. Pemeliharaan

berarti mempertahankan mereka agar tetap mau bersama organisasi dan

memelihara sikap kerja sama dan kemampuan kerja. Program-program

pelayanan (employee sevice) akan membantu memlihara sikap para

karyawan. Program-program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat

memberikan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat, serta menjadi

lebih bertanggungjawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagai

organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi

sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas kerja (Taufik, 2014).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

16

Sastrohadiwiryo (dalam Taufik, 2014), Kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang di tandatangani

pengusaha atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan

perusahaan, komitmen, dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan

kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan

secara menyeluruh yang bersifat umum dan operasional. Malthis dan Jackson

(dalam Taufik, 2014) keselamatan adalah merujuk pada perlindungan

terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan

pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan

stabilitas emosi secara umum. Dalam lingkungan kerja dimanapun masalah

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah penting. Karena bagaimanapun

juga manusia menginginkan dua hal itu ada dan sanggup mengorbankan apa

saja asal dapat sehat dan selamat.

Menurut Siswanto (dalam Taufik, 2014) tujuan dari keselamatan kerja

adalah menciptakan sistem keselamatan dan kesatuan kerja di tempat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan

kerja yang terintegrasi dalam rangka mecegah dan mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,

dan produktif. Veithzal (dalam Taufik, 2014) menyebutkan bahwa tujuan dan

pentingnya keselamatan kerja meliputi :

1. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat akan menghasilkan

meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang

hilang, meningkatnya efisiensi dan kualitas karyawan yang lebih

berkomitmen, menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi,

menurunnya pengajuan klaim, fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih

besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan,

serta rasio seleksi karyawan yang lebih baik karena meningkatnya citra

perusahaan.

2. Kerugian lingkungan kerja yang tidak aman dan tidak sehat, sebab jumlah

biaya yang besar sering muncul karena ada kerugian-kerugian akibat

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

17

kematian dan kecelakaan di tempat kerja serta kerugian menderita

penyakit-penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan.

Menurut Willie Hammer (dalam Taufik, 2014) mengatakan, bahwa

perlunya pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja karena tiga

alasan pokok, yaitu :

1. Moral, alasan para manajer perusahaan menyelenggarakan upaya

pencegahan kecelakaan pertama kali adalah atas dasar kemanusiaan. Hal

ini dilakukan semata-mata untuk meringankan penderitaan karyawan dan

keluarganya yang mengalami kecelakaan.

2. Hukum, adanya berbagai undang-undang yang mengatur tentang

keselamatan kerja dan hukuman atau sanksi terhadap pihak-pihak yang

tidak melaksanakan menjadi sebab perusahaan menaruh perhatian

terhadap keselamatan kerja.

3. Ekonomi, karena biaya yang harus dipikul perusahaan cukup tinggi

meskipun kecelakaan yang terjadi kecil. Hal ini disebabkan karena adanya

biaya langsung maupun biaya tersembunyi yang timbul ketika kecelakaan

ini terjadi.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,

Bab III pasal 3 disebutkan, bahwa syarat keselamatan kerja adalah untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledak

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat perlindungan pada pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,

kelembaban, debu, kotoran, uap, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, naik fisik

maupun non fisik, keracunan, infeksi, dan penularan.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

18

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

10. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

11. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban

12. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya.

2.1.6 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera

penglihatan (mata). Notoatmodjo (dalam Sihombing, 2018).

Menurut Notoatmodjo (dalam Sihombing, 2018) pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi nyata yaitu menggunakan hokum-hukum, rumus-rumus, prinsip

dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

19

4. Analisis (Analysis)

Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitan satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita

ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. Notoatmodjo

(dalam Sihombing, 2018). Menurut Wawan dan Dewi (dalam Sihombing,

2018) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang

dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, dan umur. Sedangkan faktor

eksternal merupakan faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan dan sosial

budaya.

Menurut (Sihombing, 2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dengan K3 yaitu ada perbedaan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang

dilakukannya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

dari mata dan telinga. Selain itu pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

20

pendidikan. Dalam sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menetapkan

tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan

pendidikan informal. Dimana ketiga jalur pendidikan tersebut sama-sama

ingin mencapai satu tujuan yaitu mendapatkan pengetahuan (Lasse, 2014).

2.1.7 Pelatihan Kerja

Menurut Sofyandi (dalam Setiawan, 2015) pelatihan merupakan suatu

program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada

seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu

dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan

lingkungan kerja dan organisasi. Pelatihan tenaga kerja adalah setiap usaha

untuk memperbaiki performa pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang

sedang menjadi tanggung jawabnya atau satu pekerjaan yang ada kaitannya

dengan pekerjaan Sunyoto (dalam Setiawan, 2015). Selanjutnya menurut

Sedarmayanti (dalam Setiawan, 2015), menyatakan bahwa pelatihan adalah

bagian dari pendidikan menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan

meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan

praktek dari pada teori. Pada setiap aktivitas pasti memiliki arah yang ingin

dituju, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam pasal 1 ayat (9) Undang-Undang repuplik Indonesia Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU No. 13-2003) pelatihan kerja

adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,

serta mengembangkan kompetensi, produktivitas, disiplin, sikap dan etos

kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang

dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pada dasarnya pelatihan diperlukan

karena adanya kesenjangan antara keterampilan pekerja sekarang dengan

keterampilan yang dibutuhkan untuk menempati posisi baru atau untuk

mengantisipasi tuntutan kebutuhan. Pelatihan kepada karyawan bertujuan

untuk memperbaiki kinerja karyawan sebab pasti akan diperoleh berbagai

pengetahuan ataupun keterampilan lanjutan ketika seseorang diberikan

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

21

kesempatan untuk meningkatkan kualitas dirinya melalui pelatihan. Dengan

pelatihan akan memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan

kemajuan teknologi, pelatihan juga akan membantu mengurangi waktu

pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam pekerjaan, dapat

membantu memecahkan masalah operasional, mempersiapkan karyawan

untuk promosi, mengorientasikan karyawan terhadap organisasi dan mau

memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi.

Pelatihan kerja mempunyai andil besar dalam menentukan efektivitas

dan efisiensi organisasi Mangkunegara (dalam Setiawan, 2015). Beberapa

tujuan dan manfaat diadakan pelatihan yaitu :

1. Meningkatakan penghayatan jiwa dan ideology

2. Meningkatkan produktivitas kerja

3. Meningkatkan kualitas kerja

4. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia

5. Meningkatkan moral semangat kerja

6. Meningkatkan rangsangan agar karyawan mampu berprestasi secara

maksimal

7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja

8. Menghindari keusangan

9. Meningkatkan perkembangan pribadi karyawan

Pelatihan ditempat kerja atau pelatihan langsung kerja berarti meminta

seseorang untuk mempelajari pekerjaan itu langsung mengerjakannya.

Metode pelatihan ini banyak kali dilakukan oleh banyak perusahaan dimana

setiap karyawan hingga direktur melakukan metode ini saat mereka

bergabung dengan perusahaan. Pada metode penempatan trainee kedalam

situasi pekerjaan nyata. Pelatihan ini biasanya dilakukan oleh para manajer

atau karyawan lainnya atau keduanya. Adapun bentuk on the job training

yaitu :

1. Metode coaching (membimbing) atau under study (sambil belajar)

Seorang pekerja yang telah berpengalaman yang dilatih ditugaskan untuk

melatih karyawan. Pada level bawah, orang yang dilatih dapat memperoleh

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

22

keterampilan dengan mengamati coach. Misalnya calon seorang CEO

dapat bekerja selama setahun sebagai asisten dari CEO sekarang.

2. Rotasi pekerjaan

Seorang calon karyawan pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.

3. Tugas khusus

Memberi tugas khusus kepada karyawan sebagai pengalaman langsung

berkaitan dengan pekerjaan itu.

Merencanakan instruksi dirasa juga penting untuk memutuskan,

menyusun dan menghasilkan isi program pelatihan termasuk buku kerja,

latihan dan aktifitas. Adapun langkah-langkah dalam pelatihan intruksi kerja

yaitu :

1. Menyiapkan peserta pelatihan

a. Membuat peserta merasa nyaman;

b. Menemukan apa yang mereka ketahui;

c. Membuat mereka tertarik.

2. Menyampaikan informasi

a. Menyampaikan, menunjukkan, menanyakan;

b. Menyampaikan secara satu persatu;

c. Memeriksa, menanyakan, mengulangi;

d. Memastikan mereka mengetahuinya.

3. Praktik peserta

a. Meminta mereka melakukan tugasnya;

b. Mengajukan pertanyaan;

c. Mengamati dan mengoreksi;

d. Memastikan mereka mengetahuinya.

4. Melakukan tindak lanjut pelatihan

a. Membuat mereka mandiri;

b. Memeriksa secara rutin;

c. Mengurangi tindak lanjut yang ketat saat kinerja meningkat.

Agar efektif, evaluasi program pelatihan harus merupakan suatu solusi

yang tepat bagi permasalahan organisasi, yakni bahwa pelatihan tersebut

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

23

dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah pelatihan dan

pengembangan maka diperlukan evaluasi. Evaluai pelatihan dan

pengembangan dengan tujuan yang diharapkan oleh manajer, pelatihan serta

peserta. Evaluasi program pelatihan dapat dilakukan dengan cara :

1. Analisis biaya/keuntungan

Memeriksa biaya-biaya yang dihubungkan dengan pelatihan dan

pengembangan serta keuntungan-keuntungan yang diterima melalui

analisis biaya/keuntungan.

2. Benchmarking

Melakukan perbandingan dengan organisasi lain yang melakukan

pelatihan dan pengembangan.

3. Tingkat Penilaian

Mengevaluasi sebelum pelatihan menurut Donald Kirkpatrik (dalam

Setiawan, 2015) dimulai dengan cara :

a. Reaksi

Organisasi mengevaluasi tingkat dari reaksi para peserta dengan

mengadakan wawancara atau dengan memberikan kuesioner.

b. Belajar

Di evaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta telah mempelajari

fakta-fakta, ide-ide, konsep, teori serta sikap yang dapat dilakukan

dengan tes.

c. Perilaku

Mengevaluasi pelatihan dalam tingkatan perilaku melibatkan

pengukuran dari efek pelatihan kepada kinerja melalui wawancara

kepada peserta dan rekan kerja mereka juga mengobservasi kinerja

mereka. Contoh evaluasi perilaku terhadap para manajer yang

berpartisipasi dalam lokakarya mengenai wawancara, dapat dilakukan

dengan mengobservasi mereka mengerjakan wawancara terhadap para

pelamar. Jika para manajer menanyakan pertanyaan-pertanyaan

sebagaimana yang dilatihkan dan mereka menggunakan pertanyaan

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

24

tindak lanjut yang tepat, maka indikasi perilaku dari pelatihan

wawancara tadi dapat diperoleh.

d. Hasil

Mengukur efek pelatihan pada pencapaian tujuan organisasi, misalnya

produktifitas, tingkat keluar masuk karyawan, dan kualitas dapat

dilakuakan dengan membandingkan catatan sebelumnya dan sesudah

pelatihan.

2.1.8 Penggunaan Alat Pelindung Diri

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomer PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

dinyatakan bahwa alat pelindung diri yang selanjutnya disingkat APD

merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi

seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari

potensi bahaya di tempat kerja. Sesuai dengan peraturan ini, maka pengusaha

wajib menyediakan APD bagi pekrja atau buruh di tempat kerja. APD

tersebut harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar

yang berlaku serta wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma. Selain

itu, pengusaha atau pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan

memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat

kerja (Tofan AEP dan Yudi A, 2016).

Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila

Memasuki Tempat Kerja yang berbunyi: “Barang siapa akan memasuki

sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja

dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan”. Alat pelindung diri

adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan

untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.

Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya terdiri dari

beberapa macam. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja sesuai

dengan bagian tubuh yang dilindungi, antara lain :

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

25

1. Alat Pelindung Kepala

Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan

untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya

kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan

kimia korosif, panas-panas sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala

antara lain :

a. Topi Pelindung (Safety Helmets)

Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang

terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap

pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan

tidak menghantarkan arus listrik. Penggunaan safety helmets dengan

benar serta tepat bisa memberikan perlindungan yang maksimal

terhadap kepala. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik serta gelas

(fiber glass) maupun metal. Topi pelindung dari bahan karet (bakelite)

enak di pakai karena ringan tahan terhadap benturan dan benda keras

serta tidak menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung biasanya

dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk menyerap

keringat dan mengatur perturukaran udara.

b. Tutup Kepala

Tutup kepala berfungsi sebagai alat untuk melindungi kepala dari

kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya

terbuat dari bahan asbestos, kain tahan api, dan kain tahan air. Pada saat

melakukan aktifitas kerja, tutup kepala ini mampu untuk membuat rasa

nyaman dari pengaruh luar yang bisa membahayakan pekerja. Hal ini

sangat di harapkan pada semua pihak yang terkait dengan pekerjaan

yang di lakukan.

c. Topi (Hats/Cap)

Topi ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari

kotoran/debu atau mesin yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari

kain katun. Topi ini biasanya dipergunakan pada pekerjaan indoor yang

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

26

membutuhkan tingkat kebersihan yang tinggi untuk menjamin

kehigienisan dan kualitas produk.

2. Alat Pelindung Mata Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan

bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di

udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi

gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan

benda keras. Di bawah ini adalah berbagai macam jenis alat pelindung

mata :

a. Kacamata (Spectacles)

Berfungsi untuk melindungi partikel kecil, debu dan radiasi gelombang

elektromagnetik. Dari uraian di atas kaca mata merupakan alat

pelindung diri yang sangat penting untuk aktifitas kerja baik di dalam

maupun di luar ruangan, sehingga dengan adanya alat ini pekerja atau

tenaga kerja dapat terbantu dalam kegiatannya.

b. Goggle Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan

larutan bahan kimia. Goggle biasanya terbuat dari plastik transparan

dengan lensa berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang

elektromagneti mengion.

3. Alat Pelindung Diri Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang

masuk kedalam telinga. Di bawah ini adalah berbagai macam jenis alat

pelindung telinga :

a. Sumbat Telinga (Ear Plug) Sumbat Telinga atau ear plug adalah suatu alat yang berfungsi untuk

menutupi lubang telinga pada saat kondisi pemakai di tempat yang

bising. Fungsi dari menggunakan alat ini ialah agar tidak merusak

gendang telinga.Alat ini terbuat dari bahan kapas, plastik, karet alami

dan bahan sintetis. Ear Plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax)

hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (disposieble). Sedangkan

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

27

yang terbuat dari bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan

berulang kali. Kelebihan dari ear plug adalah :

1) Untuk memakainya tidak memakan waktu yang lama;

2) Satu ukuran cocok untuk semua; dan

3) Praktis serta harga yang ekonomis

b. Tutup Telinga (Ear Muff)

Alat pelindung diri jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah tutup telinga dan

sebuah ikat kepala (headband). Isi dari tutup telinga ini berupa cairan

atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada

pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat

menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai

akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada

permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara 30 dB (A)

dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras

atau percikan bahan api. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

alat pelindung telinga adalah :

1) Kebocoran udara 2) Peralatan gelombang suara melalui bahan alat pelindung 3) Vibration (getaran) alat itu sendiri 4) Konduksi suara melalui tulang dan jaringan.

4. Alat Pelindung Pernafasan Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dan

resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun,

korosi atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan

terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu

mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang

ada dilingkungan kerja.

a. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain :

1) Bentuk kontaminan (pencemar) di udara, apakah gas, uap, kabut,

furne, debu atau kombinasi dari berbagai kontaminan tersebut.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

28

2) Kadar kontaminan (pencemar) di udara lingkungan kerja.

3) Nilai Ambung Batas (NAB) yang diperkenankan untuk masing-

masing kontaminan (pencemar).

4) Reaksi fisilogis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi

mata dan kulit.

5) Kadar oksigen di udara tempat kerja.

b. Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak di gunakan

di perusahaan-perusahaan antara lain :

1) Masker

Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel

yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernafasan. Masker sangat

penting bagi tenaga kerja lapangan karena diarea tersebut banyak

debu dan partikel lain yang akan mengganggu pernafasan tenaga

kerja, masker juga berfungsi untuk menyerap debu tersebut karena

terbuat dari bahan yang berlapis untuk menyerap partikel-partikel

yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata manusia.

2) Respirator

Digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut,

uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Dengan adanya alat ini

sangat penting untuk melindungi pekerja diarea berbahaya.

5. Alat Pelindung Tangan Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam

atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus

listrik. Sarung tangan terbuat dari karet untuk melindungi kontaminasi

terhadap bahan kimia dan arus listrik, sarung tangan dari kainfkatun untuk

melindungi kontak dengan panas dan dingin.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan sarung tangan

sebagai berikut :

a. Potensi bahaya yang ada di tempat kerja, apakah berupa bahan kimia

korosif, benda panas, dingin, tajam atau benda keras.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

29

b. Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet

alami tidak tepat pada paparan pelarut organik, karena karet alami larut

dalam pelarut organik.

c. Kepekaan objek yang digunakan, seperti pekerjaan yang halus dengan

memberikan benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung

tangan yang tipis.

d. Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan,

atau sampai bagian lengan.

6. Alat Pelindung Kaki

Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda

keras, benda tajam, logamkaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan

arus listrik. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan sepatu keselamatan

dibedakan menjadi :

a. Sepatu pengamanan pada pengecoran baja

Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan

tingginya sekitar 35 cm. Pada pemakaian sepatu ini, celana dimasukan

ke dalam sepatu lalu dikencangkan dengan tali pengikat.

b. Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya peledakan

Sepatu ini digunakan pada pekerjaan yang beresiko tinggi. Sepatu ini

tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan

bunga api.

c. Sepatu pengaman untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik

Sepatu ini terbuat dari karet anti elektronik. Tahan terhadap tegangan

listrik sebesar 10.000 volt selama 3 menit. Sepatu ini didesain untuk

pekerja yang membutuhkan pengamanan pada kaki dengan ekstra.

d. Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan konsentrasi

Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada

ujung depannya.

7. Pakaian Pelindung (Wearpack)

Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh

dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

30

pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh

pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai lutut atau overall yaitu

menutupi seluruh bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain dril, kulit,

plastic PVC/polyethylene, karet, asbes atau kain yang dilapisi alumunium.

Apron tidak boleh digunakan di tempat-tempat kerja dimana terdapat

mesin-mesin yang berputar.

8. Rompi Safety

Rompi safety digunakan untuk melindungi badan. Selain itu, untuk

membedakan antara pekerja bongkar muat dengan pekerja lain. Garis yang

ada di rompi (schotlite) juga merupakan tanda supaya pekerja terlihat di

malam hari.

9. Sabuk Pengaman (Safety Belt)

Sabuk pengaman adalah sebuah alat yang dirancang untuk menahan

seorang pekerja agar tetap di tempat apabila terjadi kecelakaan kerja.

Sabuk ini digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh

dari ketinggian, seperti pekerjaan mendaki, memanjat, dan pada pekerjaan

kontruksi bangunan.

Kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) memiliki pengaruh

terhadap keselamatan pekerja. Perwitasari dan Anwar (dalam Prasetya dan

Yudi, 2016) menyebutkan bahwa ketidakpatuhan pekerja dalam penggunaan

APD mempengaruhi resiko kecelakaan yang diderita pekerja. APD telah

disediakan oleh perusahaan untuk pekerja, hanya saja terdapat beberapa

pekerja yang tidak mengikuti kebijakan perusahaan sehingga meningkatkan

resiko kecelakaan kerja.

Adapun prinsip pemeliharaan alat pelindung diri dapat dilakukan dengan

cara:

1. Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan mencegah

timbulnya jamur dan bakteri.

2. Pencucian dengan air sabun untuk alat pelindung diri seperti safety helm,

kacamata, ear plug yang terbuat dari karet, rompi safety, dan sarung tangan

kain/kulit/karet.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

31

3. Peralatan setelah dipakai disimpan kembali pada almari khusus.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai pedoman dasar pertimbangan

maupun perbandingan bagi peneliti dalam upaya memperoleh arah dan

kerangka berfikir. Berikut adalah penelitian terdahulu yang dapat dijadikan

bahan acuan bagi penelitian ini :

1. Rujukan Jurnal Penelitian Yohanes Kurniawan, dkk (2018)

Pada tabel 2.1 dijelaskan secara ringkas yang berkaitan dengan penelitian

yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus pada variabel kecelakaan

kerja, pengetahuan, kelelahan, beban kerja fisik, postur tubuh pekerja, dan

sikap penggunaan APD.

TABEL 2.1

Rujukan Penelitian Untuk Variabel

Pengetahuan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Judul Penelitian Hubungan Pengetahuan, Kelelahan, Beban Kerja Fisik, Postur

Tubuh saat Bekerja, dan Sikap Penggunaan APD dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja (Studi pada Aktivitas Pengangkutan Manual di

Unit Pengantongan Pupuk Pelabuhan Tanjung Emas Semarang)

Penulis Yohanes Kurniawan, Bima Kurniawan, Ekawati (2018)

Variabel Yang

Diteliti

Variabel Independen:

X.1 : Pengetahuan X.4 : Postur Tubuh Saat Bekerja

X.2 : Kelelahan X.5 : Sikap Penggunaan APD

X.3 : Beban Kerja Fisik

Variabel Dependen:

Y : Kecelakaan Kerja

Teknis Analisis Analisis Observasi dengan menggunakan metode Cross Sectional

Hasil Penelitian Berdasarkan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian maka

dapat disimpulkan: Semua variabel independen pada penelitian ini

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

32

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kejadian kecelakaan

kerja pada aktivitas pengangkutan manual di unit pengantongan

pupuk Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Hubungan

Dengan

Penelitian

Variabel Pengetahuan dan Sikap Penggunaan APD dalam jurnal

penelitian terdahulu digunakan sebagai rujukan untuk variabel

Pengetahuan dan Penggunaan Alat pelindung Diri dalam penelitian

ini.

Sumber: Penelitian Yohanes Kurniawan, dkk (2018), e-Journal, Vol 6 No. 4 - Agustus 2018.

2. Rujukan Jurnal Penelitian Galih Satriyo dan Suwarso (2017)

Pada tabel 2.2. dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus

pada variabel pengawasan, keselamatan kerja, bongkar muat, sarana

prasarana, sumber daya manusia.

TABEL 2.2

Rujukan Penelitian Untuk Variabel Keselamatan Kerja

Judul Penelitian Pengaruh Pengaruh Pengawasan dan Keselamatan Kerja Terhadap

Kegiatan Bongkar Muat Pada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Kelas III Tanjung Wangi

Penulis Galih Satriyo dan Suwarso (2017)

Variabel Yang

Diteliti

Variabel Independen:

X.1 : Pengawasan

X.2 : Keselamatan Kerja

Variabel Dependen:

Y.1 : Sarana Prasarana

Y.2 : Sumber Daya Manusia

Teknis Analisis Analisis Data Kuantitatif

Hasil Penelitian Berdasarkan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian maka

dapat disimpulkan: Semua variabel independen pada penelitian ini

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

33

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan bongkar muat (

sarana prasarana dan sumber daya manusia).

Hubungan

Dengan

Penelitian ini

Variabel Keselamatan Kerja dalam jurnal penelitian terdahulu

digunakan sebagai rujukan untuk variable Keselamatan Kerja dalam

penelitian ini.

Sumber: Penelitian Galih Satriyo dan Suwarsono (2017), Discovery, Vol. 2 No.1 – Maret 2017.

3. Rujukan Jurnal Penelitian Sovian Piri, dkk (2015)

Pada tabel 2.3 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus

pada variabel keselamatan kerja, kecelakaan, kesehatan, pelatihan, alat

pelindung diri, dan pekerja.

TABEL 2.3

Rujukan Penelitian Untuk Variabel Pelatihan Kerja Dan Penggunaan Alat

Pelindung Diri

Judul Penelitian Pengaruh Kesehatan, Pelatihan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri

Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Kontruksi Di Kota

Tomohon

Penulis Sovian Piri, Bonny F. Sompie, James A. Timboeleng (2015)

Variabel Yang

Diteliti

Variabel Independen:

X.1 : Kesehatan

X.2 : Pelatihan

X.3 : Alat Pelindung Diri

Variabel Dependen:

Y : Kecelakaan Kerja

Teknis Analisis Analisis Data Kuantitatif, dengan menggunakan alat bantu program

IBM SPSS 17

Hasil Penelitian Berdasarkan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian maka

dapat disimpulkan: Secara bersama-sama faktor Kesehatan,

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

34

Pelatihan, dan Penggunaan Alat Pelindung Diri mempengaruhi faktor

Kecelakaan Kerja, dimana semakin meningkatnya nilai ketiga faktor

tersebut maka nilai faktor kecelakaan kerja akan semakin menurun.

Hubungan

Dengan

Penelitian ini

Variabel Pelatihan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam jurnal

penelitian terdahulu digunakan sebagai rujukan untuk variable

Pelatihan Kerja Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam

penelitian ini.

Sumber: Penelitian Sovian Piri, dkk (2015) Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING, Vol. 2 No. 4 - November 2015 ISSN 2087-9334 (219-231).

4. Rujukan Jurnal Penelitian Tofan Agung E.P dan Yudi A. (2016)

Pada tabel 2.4 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus

pada variabel alat pelindung diri dan bongkar muat.

TABEL 2.4

Rujukan Penelitian Untuk Variabel Penggunaan Alat Pelindung Diri

Judul Penelitian Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Pekerja Bongkar Muat

Petikemas PT. X Surabaya

Penulis Tofan Agung Eka Prasetya dan Yudi A. (2016)

Variabel Yang

Diteliti

Variabel Independen:

X.1 : Alat Pelindung Diri

Variabel Dependen:

Y : Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Teknis Analisis Analisis Data Kualitatif, dengan menggunakan teknik triangulasi

Hasil Penelitian Berdasarkan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian maka

dapat disimpulkan: Alat Pelindung Diri merupakan alat keselamatan

yang digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, namun

mayoritas pekerja menggunakan pelindung kaki berupa safety shoes.

Masker merupakan jenis alat pelindung diri yang paling sedikit

digunakan oleh pekerja. Hasil tersebut juga didukung oleh hasil

wawancara kepada salah satu pekerja yang menyatakan bahwa safety

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

35

shoes mulai dibiasakan agar tidak terjadi kejadian kecelakaan seperti

sebelumnya, dan masker jarang digunakan karena pekerja merasa

kurang nyaman ketika menggunakan masker. Resiko terjadi

kecelakaan kerja pada TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat) sebesar

9,103.

Hubungan

Dengan

Penelitian ini

Variabel Alat Pelindung Diri dalam penelitian terdahulu digunakan

sebagai rujukan untuk variabel Penggunaan Alat Pelindung Diri

dalam penelitian ini.

Sumber: Penelitian Tofan Agung Eka Prasetya dan Yudi A. (2016), Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health, Vol. 1 No. 1 - Oktober 2016 ISSN 2541-5727.

5. Rujukan Jurnal Penelitian Julia Purnama Sari (2015)

Pada tabel 2.5 dijelaskan secara ringkas jurnal penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini berfokus

pada variabel keselamatan, keamanan, ketertiban, dan pengawasan.

TABEL 2.5

Rujukan Penelitian Untuk Keselamatan Kerja

Judul Penelitian Pengawasan Syahbandar Dalam Upaya Mewujudkan Keselamatan,

Keamanan, Dan Ketertiban Penumpang Di Pelabuhan Tembilahan

Penulis Julia Purnama Sari (2015)

Variabel Yang

Diteliti

Variabel Independen:

X.1 : Keselamatan

X.2 : Keamanan

X.3 : Ketertiban

Variabel Dependen:

Y : Pengawasan

Teknis Analisis Analisis Data Deskriptif

Hasil Penelitian Berdasarkan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian maka

dapat disimpulkan :

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

36

1. Kantor Pelabuhan Syahbandar Tembilahan, dalam

mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan dan keamanan,

ketertiban penumpang, belum maksimal karena masih adanya

penumpang yang masih mengeluh dalam keselamatan,

keamanan, dan ketertiban penumpang.

2. Syahbandar belum maksimal dalam melaksanakan tuagsnya,

dapat dikatakan maksimal sesuai S.O.P.

Hubungan

Dengan

Penelitian ini

Variabel Keselamatan dalam jurnal penelitian terdahulu digunakan

sebagai rujukan untuk variabel Keselamatan Kerja dalam penelitian

ini.

Sumber: Julia Purnama Sari (2015), Jom FISIP, Vol 1 No. 2 – Oktober 2015.

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa hipotesis sebagai

suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam penelitian ini, hipotesis

dikemukakan dengan tujuan untuk mengarahkan serta memberi pedoman

bagi penelitian yang akan dilakukan. Apabila hipotesis tidak terbukti dan

berarti salah, maka masalah dapat dipecahkan dengan kebenaran yang

ditentukan dari keputusan yang berhasil di jalankan selama ini. Adapun

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keselamatan kerja bongkar muat pada Pelabuhan Tanjung Intan

Cilacap.

H2 : Diduga pelatihan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keselamatan kerja bongkar muat pada Pelabuhan Tanjung Intan

Cilacap.

H3 : Diduga penggunaan alat pelindung diri berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keselamatan kerja bongkar muat pada Pelabuhan

Tanjung Intan Cilacap.

Page 29: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

37

H4 : Diduga pengetahuan, pelatihan kerja, penggunaan alat pelindung diri

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keselamatan kerja bongkar muat pada Pelabuhan Tanjung Intan

Cilacap.

2.4 Kerangka Pemikir

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

= Variabel = Pengaruh

= Indikator = Pengukur

H = Hipotesis

Sumber : Jurnal Penelitian Terdahulu yang di publikasikan

(X1) Pengetahuan

(X2) Pelatihan

Kerja

(X3) Penggunaan

APD

X1.1

(Y) Keselamatan Kerja B/M

X1.2

X1.3

X2.1

X2.2

X2.3

X3.1

X3.2

X3.3

Y1.1

Y1.2

Y1.3

Page 30: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

38

Variabel dalam penelitian ini meliputi :

1. Indikator variabel dependen (Y) Keselamatan Kerja Bongkar Muat :

Y 1.1 = Tingkat kecelakaan menurun

Y 1.2 = Tidak cacat pada anggota tubuh Tenaga Kerja Bongkar Muat

Y 1.3 = Kondisi selamat dari kerugian di tempat kerja

2. Indikator variabel independen (X1) Pengetahuan :

X 1.1 = Umur

X 1.2 = Pendidikan

X 1.3 = Masa Kerja

3. Indikator variabel independen (X2) Pelatihan Kerja :

X 2.1 = Sosialisasi di awal kerja

X 2.2 = Instruksi kerja

X 2.3 = Evaluasi kerja

4. Indikator variabel independen (X3) Penggunaan Alat Pelindung Diri :

X 3.1 = Menggunakan pelindung kepala saat bekerja

X 3.2 = Menggunakan sarung tangan saat bekerja

X 3.3 = Menggunakan sepatu safety saat bekerja

Page 31: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/3049/3/BAB II BAYU NOVA.pdf · 10 . 3. Tempat kegiatan alih moda transportasi 4. Penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan

39

2.5 Diagram Alur Penelitian

Gambar 2.19

Diagram Alur Penelitian

rs

Analisis Data

Gambar 2.1

Latar Belakang Masalah

Pengumpulan Data

Metodologi Penelitian

Tinjauan Pustaka

Penggunaan Alat Pelindung Diri

( X 3 )

Pengetahuan

X ( 1 )

Keselamatan Kerja Bongkar Muat

) ( Y

Pelatihan Kerja ( X 2 )

Pengolahan Data

Implikasi Manajerial

Kesimpulan dan Saran