BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/2908/1/BAB 2 - TOMY.pdf · rambu, serta...

26
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepatuhan Terhadap Lalu Lintas 2.1.1.1 Definisi Kepatuhan Baron, Branscombe, dan Byrne (Sarwono & Meinarno, 2012) mengatakan kepatuhan adalah salah satu jenis pengaruh sosial dimana suatu kelompok atau individu mematuhi dan mentaati permintaan pemegang otoritas guna untuk melakukan tingkah laku tertentu. Kepatuhan juga bersifat taat, tunduk dan patuh pada suatu perintah maupun aturan. Bentuk dari kepatuhan yaitu sikap patuh individu ataupun kelompok kepada pemegang otoritas. Kepatuhan adalah adanya perubahan pada sikap serta perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan dari orang lain (Atkinson, 2004). Individu yang bersedia untuk mengikuti dan tunduk pada perintah orang lain termasuk individu yang patuh akan peraturan. Kepatuhan yaitu individu mengubah tingkah laku dan sikap untuk mengikuti perintah atau permintaan orang lain. Upaya individu dalam mengubah tingkah lakunya karena permintaan orang lain juga merupakan bentuk dari kepatuhan (Feldman, 2003). Setiap individu memiliki tujuan atau alasan dari sikapnya yang patuh pada perintah. Warga Negara yang baik merupakan warga Negara yang bersedia untuk mentaati serta mematuhi hukum atau aturan di negaranya. Berdasarkan penjelasan teori di atas, kepatuhan yaitu perubahan dari perilaku dan sikap individu yang disebabkan adanya permintaan untukpatuh dan tunduk terhadap aturan. 2.1.1.2 Definisi Lalu Lintas Lalu lintas yaitu individu yang berpindah dengan atau tanpa alat penggerak dari tempat satu ke tempat lainnya (Sasambe, 2016). Berlalu lintas yaitu melakukan suatu tindakan dengan kendaraan terkait dengan aturan lalu lintas yang perlu dipatuhi.

Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKArepository.unimar-amni.ac.id/2908/1/BAB 2 - TOMY.pdf · rambu, serta...

  • 8

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Pustaka

    2.1.1 Kepatuhan Terhadap Lalu Lintas

    2.1.1.1 Definisi Kepatuhan

    Baron, Branscombe, dan Byrne (Sarwono & Meinarno, 2012) mengatakan

    kepatuhan adalah salah satu jenis pengaruh sosial dimana suatu kelompok atau

    individu mematuhi dan mentaati permintaan pemegang otoritas guna untuk

    melakukan tingkah laku tertentu. Kepatuhan juga bersifat taat, tunduk dan patuh

    pada suatu perintah maupun aturan. Bentuk dari kepatuhan yaitu sikap patuh

    individu ataupun kelompok kepada pemegang otoritas.

    Kepatuhan adalah adanya perubahan pada sikap serta perilaku seseorang untuk

    mengikuti permintaan dari orang lain (Atkinson, 2004). Individu yang bersedia

    untuk mengikuti dan tunduk pada perintah orang lain termasuk individu yang patuh

    akan peraturan.

    Kepatuhan yaitu individu mengubah tingkah laku dan sikap untuk mengikuti

    perintah atau permintaan orang lain. Upaya individu dalam mengubah tingkah

    lakunya karena permintaan orang lain juga merupakan bentuk dari kepatuhan

    (Feldman, 2003). Setiap individu memiliki tujuan atau alasan dari sikapnya yang

    patuh pada perintah. Warga Negara yang baik merupakan warga Negara yang

    bersedia untuk mentaati serta mematuhi hukum atau aturan di negaranya.

    Berdasarkan penjelasan teori di atas, kepatuhan yaitu perubahan dari perilaku

    dan sikap individu yang disebabkan adanya permintaan untukpatuh dan tunduk

    terhadap aturan.

    2.1.1.2 Definisi Lalu Lintas

    Lalu lintas yaitu individu yang berpindah dengan atau tanpa alat penggerak dari

    tempat satu ke tempat lainnya (Sasambe, 2016). Berlalu lintas yaitu melakukan

    suatu tindakan dengan kendaraan terkait dengan aturan lalu lintas yang perlu

    dipatuhi.

  • 9

    Soekanto (Sumampow, 2013) menjelaskan lalu lintas yaitu sesuatu yang

    berkaitan dengan perjalanan dari tempat satu ke tempat yang lainnya. Perjalanan

    yang dimaksudkan tidak hanya perjalanan dari jalur darat, namun jalur laut dan jalur

    udara. UU No. 22 tahun 2009 terkait aturan lalu lintas dan angkutan jalan

    menjelaskan bahwa lalu lintas merupakan gerak dari kendaraan dan individu yang

    berada di ruang jalan seperti prasarana untuk gerak pindah kendaraan, orang, dan

    fasilitas pendukung lainnya.

    Berdasarkan penjelasan dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa lalu lintas

    yaitu manusia dan kendaraan yang bergerak di dalam jalan atau fasilitas pendukung

    lainnya.

    Tata cara berlalu lintas berdasarkan buku panduan praktis yang diterbitkan oleh

    Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2005) yaitu sebagai berikut :

    a. Ketertiban dan keselaman yaitu setiap individu diwajibkan untuk tertib dan

    mencegah perbuatan yang dapat mengganggu dan membahayakan

    keselamatan dan keamanan sehingga dapat menimbulkan kerugian jalan.

    b. Pengendara sepeda motor wajib mematuhi beberapa ketentuan seperti

    mematuhi marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, gerakan lalu lintas,

    pemberian alat untuk isyarat lalulintas, alat untuk berhenti dan parkir,

    kemudian peringatan dalam bentuk bunyi (klakson) dan sinar (lampu),

    kecepatan minimal dan maksimal, serta tata cara dalam pengandengan dan

    tata cara penempelan dengan kendaraan lain.

    c. Setiap pengendara wajib menunjukkan dan memiliki surat tanda kendaraan

    bermotor (STNK) serta wajib memiliki surat ijin mengemudi (SIM).

    d. Pengendara atau penumpang kendaraan bermotor wajib menggunakan helm

    yang memenuh standar nasional indonesia (SNI).

    e. Pengendara sepeda motor wajib menyalakan lampu baik siang atau malam

    hari.

    2.1.1.3 Definisi Kepatuhan Berlalu Lintas

    Kepatuhan berlalu lintas merupakan bentuk sikap patuh terhadap aturan lalu

    lintas. Aturan tersebut digunakan untuk membimbing pengguna jalan agar patuh

  • 10

    terhadap aturan sehingga berdampak positif untuk pengguna jalan dan mengurangi

    peristiwa seperti kecelakaan lalu lintas (Ucho et al., 2016). Lalu lintas dalam

    Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    didefiniskan sebagai gerak kendaraan dan ruang lalu lintas dijalan. Transportasi

    jalan diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan

    dengan selamat, aman, cepat, lancer, tertib dan teratur nyaman dan efisien. Agar

    transportasi tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya dibuatlah rambu lalu

    lintas untuk memberikan petunjuk mengenai yang boleh dan tidak boleh dilakukan

    saat berkendara (Sadono, 2016).

    Tertib berarti disiplin, taat dan patuh akan peraturan yang berlaku di suatu

    tempat. Tertib berlalu lintas merupakan cerminan yang sangat baik, baik akan

    keselamatan diri sendiri maupun orang lain dan menaati peraturan rambu-rambu

    yang berlaku. Melakukan pelanggaran aturan lalu lintas merupakan dorongan sikap

    oleh pengemudi itu sendiri, yang memiliki implementasi di tiga level individual,

    interpersonal dan sociental (Soni Sadono, 2016).

    Menurut Ali dalam penelitian Sadono (2016). Menyatakan Kepatuhan Hukum

    Dan Ketaatan Hukum adalah kesadaran yang positif. Sementara itu ketidak taatan

    hukum padahal yang bersangkutan memiliki kesadaran hukum, berarti kesadaran

    hukum yang dimiliki adalah kesadaran hokum yang negatif. Kesadaran hukum

    masyarakat tidak identik dengan kepatuhan dan ketaatan hokum masyarakat itu

    sendiri.

    Lingkungan jalan merupakan sarana dari pihak pemerintah (Ditjen Bina Marga

    dan Ditjen perhubungan Darat) yang dikhususkan untuk pengguna jalan raya,

    mengingat kondisi lingkungan jalan yang sudah mendukung tidak lepas juga

    dengan peraturan-peraturan lalu lintas di jalan raya yang di wajibkan untuk

    pengguna jalan menaati peraturan yang berlaku di lalu lintas demi keselamatan saat

    berlalu lintas dan angkutan jalan.

    Dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu

    Lalu Lintas Di Jalan Pasal 1 ayat (1) Rambu Lalu Lintas adalah salah satu dari

    perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan /atau perpaduan

    diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai

  • 11

    jalan. Pemasangan rambu pada jalan memiliki fingsi sebagai alat yang utama dalam

    mengatur, memberi peringatan dan mengarahkan lalu lintas agar dapat berfungsi

    dengan baik, perencanaan dan ukuran rambu, desain rambu, lokasi rambu, operasi

    rambu, serta pemeliharaan rambu.

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 (pasal

    1:17) Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang,

    huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan yan berfunsi sebagai peringatan,

    larangan, atau petunjuk bagi pengguna jalan.

    Rambu-rambu lau lintas memiliki ketentuan agar dapat berfungsi secara efektif

    oleh para pengguna jalan , diantaranya adalah :

    1. Memenuhi kebutuhan.

    2. Menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.

    3. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

    4. Menyediakan waktu yang cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan

    respon.

    Menurut Menteri Perhubungan Republik Indonesia (2014) Rambu Lalu Lintas

    sesuai fungsinya dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu :

    1. Rambu Peringatan

    Rambu Peringatan digunakan untuk memberikan peringatan kemungkinan ada

    bahaya dibagian jalan didepannya, berwarna dasar kuning dengan lambang atau

    tulisan berwarna hitam dan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Rambu

    peringatan ditempatkan dengan jarak tertentu pada sisi jalan sebelum tempat

    berbahaya dan dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dengan awal

    bagian yang berbahaya dinyatakan dengan papan tambahan.

  • 12

    Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 meter atau

    pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu

    lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh factor geografis, geometris,

    permukaan jalan, dan kecepatan rencana jalan. Rambu peringatan memiliki dua

    buah bentuk berupa bujur sangkar dan empat persegi panjang, berikut adalah jenis-

    jenis rambu peringatan sesuai dengan peraturan menteri perhubungan Republik

    Indonesia No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas.

    Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang

    Gambar 2.1

    Rambu-Rambu Peringatan.

    2. Rambu Larangan

    Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang untuk

    dilakukan oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan

    dimulai serta dapat dilengkapi dengan papan tambahan, berwarna dasar putih

    dengan warna lambing hitam atau merah. Untuk memberikan petunjuk

    pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak

    yang layak sebelum titik larangan dimulai. Berikut adalah jenis-jenis rambu

    larangan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 13 Tahun 2014

    Tentang Rambu Lalu Lintas.

  • 13

    Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang

    Gambar 2.2

    Rambu-Rambu Larangan

    3. Rambu Perintah

    Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan

    oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin dengan titik wajib dimulai, dapat

    dilengkapi dengan papan tambahan, serta dengan warna dasar sebagai batas akhir

    perintah. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat

    ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban

    dimulai.

    Berikut adalah jenis-jenis rambu perintah sesuai dengan peraturan menteri

    perhubungan no. 13 tahun 2014 tentang rambu lalu lintas di jalan.

  • 14

    Sumber : satlantas polrestabes Kota Semarang

    Gambar 2.3

    Rambu-Rambu Perintah.

    4. Rambu Petunjuk

    Rambu petunjuk digunakan untuk menyediakan petunjuk mengenai jurusan,

    jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.

    Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna

    sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas.

    Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu

    daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus dinyatakan

    dengan warna dasar biru, sedangkan rambu petunjuk pendahulu jurusan rambu

    petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah/ wilayah serta rambu

    yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambing

    dan/atau tulisan warna putih. Serta rambu petunjuk jurusan kawasan dan obyek

    wisata dinyatakan dengan warna coklat dengan lambing dan/atau tulisan warna

    putih serta dapat dinyatakan dengan papan tambahan.

    Selain rambu-rambu yang disebutkan diatas, adapun yang disebut rambu

    sementara. Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak dipasang secara

    tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu. Bentuk, lambing, warna

    dan arti rambu juga berlaku ketentuan untuk rambu sementara, dan untuk

    kemudahan penggunaan rambu sementara dapat dibuat portable atau variabel.

  • 15

    Berikut adalah jenis-jenis rambu petunjuk sesuai dengan peraturan menteri

    perhuungan No. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas di Jalan.

    Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang

    Gambar 2.4

    Rambu-Rambu Petunjuk.

    5. Papan Tambahan

    Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan untuk

    menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jaraj-jarak dan jenis

    kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa

    lalu lintas. Papan tambahan berwarna dasar putih dengan tulisan dan bingkai

    berwarna hitam serta tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang tidak berkaitan

    dengan rambunya sendiri.

    Berikut ini adalah contoh papan tambahan yang ditempatkan pada rambu lalu

    lintas di jalan raya :

  • 16

    Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Semarang.

    Gambar 2.5

    Papan Rambu Tambahan.

    2.1.2 Pengetahuan Berlalu Lintas

    Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan terhadap suatu obyek tertentu

    dan menjadi domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku

    seseorang. Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi

    manusia dan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku

    terdiri dari factor intern dan ekstern. Factor intern mencakup pengetahuan,

    kecerdasan, emosi, inovasi. Faktor ekstern meliputi lngkungan sekitar, baik fisik

    maupun non fisik seperti iklim, social ekonomi, kebudayaan (Green dan Kreurier.

    2000) dalam (Mulyono Notosiswoyo, 2014).

    Perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan

    berlangsung lama (Notoatmojo,.S. 2003) dalam (Mulyono Notosiswoyo, 2014).

    Setiap orang harus mengetahui menggunakan jaln wajib berperilaku tertib dan

    mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan

    keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan

    kerusakan jalan. Mematuhi ketentuan tentang kelas jalan, rambu-rambu dan marka

    jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, waktu kerja dan waktu istirahat, gerakan lalu

    lintas, berhenti dan parkir, persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.

    Penggunaan kendaraan bermotor, pringatan dengan bunyi dan sinar, kecepatan

  • 17

    maksimum/ minimum, tata cara pengangkut orang, tata cara penggandengan dan

    penempelan kendaraan lain (Wesli, 2015).

    Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Novita Chrussiawanti (2015) ada

    beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

    1. Cara tradisional

    Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

    sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik

    dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan periode ini antara lain, meliputi:

    a. Cara coba-salah (Trial and Error)

    Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

    dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

    berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini

    gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila

    kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,

    sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini

    disebut metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba

    salah coba-coba.

    b. Cara kekuasaan atau otoritas

    Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

    kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

    penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

    kebiasaan ini biasanya di wariskan turun temurun dari generasi ke generasi

    berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan

    pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

    pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah

    orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang

    mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan

    kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan

    penelitian sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima

    pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah

    benar.

  • 18

    c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

    Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah

    ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

    pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

    memperoleh pengetahuan.

    d. Melalui Jalan Pikir

    Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia

    pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

    penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,

    dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah telah

    menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

    2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

    Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

    sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau

    lebih populer disebut metodelogi penelitian (Research Methodology).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : (Novita Chrussiawanti,

    2015).

    1. Pendidikan

    Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

    menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, maka

    umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula

    pengetahuannya (Hendra, 2008).

    2. Pengalaman

    Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

    tentang sesuatu yang bersifat nonformal.

    3. Usia

    Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mental

    bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

    perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun

    (Hendra, 2008).

  • 19

    4. Informasi

    Informasi akan memberi pengaruh pada pengetahuan seseorang.

    Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika dia

    mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misal seperti TV,

    radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

    seseorang (Hendra, 2008).

    5. Lingkungan Budaya

    Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaiman orang tua mendidik sejak

    kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir

    selama jenjang hidupnya (Notoatmodjo, 2007).

    2.1.3 Budaya Masyarakat

    Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,

    yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-

    hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam Bahasa Inggris,

    kebudayaan disebut dengan Culture yang berasal dari Bahasa Latin Colere, yang

    berarti mengolah atau mengerjakan. Dalam Bahasa Indonesia Culture sudah

    menjadi kata serapan yaitu kultur (Muhaimin, 2001). Greet (dalam Tasmuji, 2011:

    154) mengatakan bahwa budaya adalah suatu system makna dan simbol yang

    disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya,

    menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya, suatu pola

    makna yang ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk

    simbol melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabadikan,

    dan mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu system

    simbol maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterprestasikan.

    Guru besar antropologi Indonesia Koentjaraningrat (1993) berpendapat bahwa

    “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk jamak dari buddhi

    yang berarti budi dan akal, sehingga menurutnya kebudayaan dapat diartikan

    sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada juga yang

    berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya yang artinya

    daya dari budi atau kekuatan dari akal.

  • 20

    Sementara Solo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (dalam Ranjabar, 2006)

    merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

    Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau

    kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam

    sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadiakan untuk keperluan

    masyarakat.

    Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup secara bersama-sama

    di suatu wilayah dan membentuk sebuah sistem, baik semi terbuka maupun semi

    tertutup, dimana interaksi yang terjadi di dalamnya adalah antara individu-individu

    yang ada di kelompok tersebut. Secara Etimologis kata “masyarakat” berasal dari

    bahasa Arab, yaitu “musyarak” yang artinya hubungan (interaksi). Sehingga

    definisi masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama-sama di

    suatu tempat dan saling berinteraksi dalam komunitas yang teratur.

    Seperti halnya seorang pengendara yang kurang terampil dalam mengendarai

    sepeda motor dapat saja mengalami suatu kecelakaan meskipun sedang berkendara

    di jalan yang tidak terdapat pengguna jalan lainnya. Pengendara pada tingkat ini

    tidak benar-benar menguasai sepeda motor yang sedang dikendarainya sehingga

    hal-hal kecil saja dapat membuatnya terlibat dalam sebuah kecelakaan. Pengendara

    yang kurang terampil akan berkendara dalam perasaan yang tidak yakin atau tidak

    percaya diri sehingga gerakan tubuh pengendara dan kendaraannya akan sulit

    dipahami oleh pengguna jalan lainnya.

    Kurang terampilnya seseorang dalam mengendarai sepeda motor bisa

    disebabkan beberapa hal, seperti seseorang yang baru belajar mengendarai sepeda

    motor atau seseorang mengendarai sepeda motor dengan jenis yang berbeda dari

    yang biasa dikendarai, contoh seseorang yang biasa mengendarai sepeda motor

    standard dan tidak pernah menggunakan jenis lainnya tiba-tiba mengendarai sepeda

    motor jenis skutik (skuter otomatik) atau sebaliknya.

    Berikut beberapa tips berkendara yang aman di Jalan Raya, agar perjalanan

    aman, nyaman untuk anda dan juga pengendara lain (Departemen Perhubungan

    Darat, 2008):

  • 21

    1. Periksa Kendaraan Anda

    Yang pertama yaitu dengan memeriksa mesin kendaraan anda, dan juga

    perlengkapan yang harus anda bawa, seperti cek keadaan mesin, periksa

    tekanan angin ban sesuai anjuran.

    2. Atur Posisi Mengemudi

    Untuk pengendara motor dan juga mobil juga harus tahu bagaimana cara

    mengatur posisi mengemudi yang baik itu seperti apa, kalau bisa atur terlebih

    dahulu posisi duduk anda bagaimana yang nyaman dan tidak membuat anda

    menjadi pegal, kram dan juga selainnya.

    3. Gunakan Sabuk Pengaman

    Ketika anda menggunakan mobil jangan lupa untuk menggunakan Sabuk

    pengaman. Sabuk pengaman berfungsi untuk melindungi pengemudi dan

    penumpang dari benturan jika terjadi kecelakaan, selain dari adanya kantung

    udara (airbags).

    4. Ikuti Arus Lalu Lintas

    Yang keempat anda sebagai pengendara yang disiplin harus mengikuti

    arus lalu lintas dan juga ramb-rambu lalu lintas yang benar sesuai dengan

    ketentuan yang sudah di tetapkan. Karena jika anda melanggar peraturan lalu

    lintas bisa saja anda dijerat pasal hukum dan Undang-undang tentang

    Transpotasi. Bukan hanya itu saja, dengan menaati peraturan lalu lintas yang

    ada anda juga akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

    5. Atur Kecepatan Berkendara

    Yang kelima yaitu dengan mengatur kecepatan anda dalam berkendara,

    berkendara dengan kecepatan tinggi memang boleh namun perhatikan

    pengendara lain yang ada di samping kanan kiri anda, mereka juga memerlukan

    jalan untuk kendaraan mereka.

    6. Sering Periksa Kaca Spion Anda

    Yang keenam dan paling penting namun sering diabaikan oleh para

    pengendara yaitu kaca spion, fungsinya untuk melihat kendaraan lain yang ada

    dibelakang, berfungsi ketika kalian hendak ingin berbelok atau ketika kalian

    akan menyebrang ke persimpangan.

  • 22

    7. Gunakan Jalur Kanan Untuk Menyalip

    Yang ketujuh yaitu dengan menggunakan jalur kanan untuk menyalip

    mobil dan juga motor, yang mana sudah menjadi peraturan lalu lintas yang

    sudah di tetapkan dalam Undang-undang Transportasi. Hal ini bertujuan untuk

    mengindari yang namanya kecelakaan dan juga kemancetan.

    8. Jangan Menggunakan Ponsel

    Yang kedelapan jangan menggunakan ponsel pada saat berkendara karena

    bisa menggangu konsentrasi anda pada saat dijalan raya. Dan pastikan anda

    jika ingin menggunakan ponsel atau gadget anda berhenti sejenak di

    persimpangan jalan untuk menghindari kemancetan dan juga kecelakaan.

    9. Istirahat Jika mengantuk

    Kemudian yang kesembilan kalau anda merasa mengantuk dan capek

    sebaiknya berhenti sejenak untuk beristirahat. Dan bisa lanjutkan perjalanan

    kembali jika badan sudah merasa fit.

    10. Jagalah Penglihatan Pada Malam Hari

    Yang kesepuluh yaitu jika anda berkendara di malam hari maka jagalah

    penglihatan anda dengan baik supaya terhindar dari hal-hal yang tidak

    diinginkan. Selain sikap, berkendara juga memiliki etika dalam berkendara,

    ketika seseorang sudah memiliki SIM C untuk kendara bermotor, belum tentu

    dalam berkendara ia sudah memiliki etika yang sesuai. Dalam berkendara,

    pengendara dituntut untuk bisa dapat mengetahui etika berkendara dan

    melaksanakannya.

    Etika berkendara sendiri tidak lain adalah perilaku berkendara yang sopan,

    santun dan juga tidak membahayakan pengendara lain. Ada lima etika mengemudi

    di jalan raya. Etika ini tidak memandang status dan usia. Siapapun yang mengemudi

    di jalan raya diharuskan memiliki kelima etika berikut ini (Rahmat Hidayat

    Nasution, 2013):

    1. Bertanggungjawab

    Dalam mengemudi, setiap pengemudi wajib bertanggungjawab saat

    berada di jalan raya. Jika ia melanggar atau melakukan kesalahan, ia berani dan

    siap untuk bertanggung jawab. Tanggung jawab tidak hanya saat terjadi

  • 23

    kecelakaan. Saat jalanan lengang, ia juga harus bertanggungjawab bahwa ia

    tidak boleh mengemudi dengan sekencang-kencangnya. Ia tetap mengemudi

    dengan penuh tanggung jawab.

    2. Konsentrasi

    Dalam mengemudi, pengemudi tak hanya dituntut tanggung jawab, tapi

    wajib juga berkonsentrasi. Dengan konsentrasi, bisa menjaga diri agar tidak

    terjadi kecelakaan. Dengan konsentrasi juga, bisa memperhatikan jalanan yang

    dilaluinya. Dengan konsentrasi, dengan mudah mengontrol kondisi

    kendaraannya saat di jalan raya.

    3. Antisipasi

    Setelah bertanggung jawab, pengemudi juga harus mampu mengantisipasi

    segala kemungkinan yang terjadi. Karena itu, sebelum mengemudi, sudah

    selayaknya pengemudi memeriksa kondisi kendaraan. Meski kendaraan dinilai

    aman, ada baiknya pengemudi juga melakukan antisipasi. Misalnya

    menyiapkanban serap, membawa air aki sebagai cadangan, dan lain-lain.

    4. Sabar

    Dalam mengemudi, pengemudi wajib sabar. Tidak boleh mengemudi

    dengan kebut-kebutan, tidak boleh mendahului kendaraan lain dengan tergesa-

    gesa, harus sabar saat berada di dekat lampu lalu lintas. Andai kata lampu lalu

    lintas menunjukkan warna hijau, tak buru-buru membunyikan klakson

    kendaraannya.

    5. Yakin

    Dalam mengemudi, pengemudi harus yakin bahwa selama perjalanan akan

    aman-aman saja. Karena jika pikiran pengemudi dalam kondisi tak yakin, ini

    bisa membahayakan dirinya dan penumpangnya. Karena pikiran dapat

    memunculkan tindakan. Oleh karena itu, pengemudi harus yakin akan

    keselamatan dalam mengemudi.

  • 24

    2.1.4 Pemahaman Pengendara

    Pemahaman adalah proses, perbuatan,cara memahami atau memahamkan.

    Dalam hal ini pemahaman dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang diikuti

    hasil belajar sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran. Suharsimi (2009 : 118)

    dalam (Zainul Akhyar 2014) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)

    adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),

    menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan

    contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman,

    Pengendara diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang

    sederhana di antara fakta –fakta atau konsep.

    Meningkatnya jumlah kasus kecelakaan disejumlah daerah menjadikan kita

    miris, bagaimana tidak ancaman kehilangan jiwa ada didepan mata jika tidak

    menggubris atau menjalankan pemahaman norma dalam berlalu lintas. Sepatutnya

    sadar akan bahaya tersebut untuk kemudian mulai berhati-hati dalam menggunakan

    jalan, sehingga tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Akan tetapi

    kesadaran seperti ini saja tidak cukup, pemerintah mestinya mulai berfikir untuk

    mengevaluasi semua ini. Jika perlu wawasan dan pemahaman akan pentingnya

    etika dalam berlalu lintas dimasukan dalam materi pembelajaran disekolah-sekolah

    sejak dini.

    Nampaknya falsafah jawa yang mengatakan “Alon-Alon Waton Klakon”

    senyatanya telah terbukti. Yang lebih jelasnya adalah segala sesuatu harusnya

    dijalankan dengan penuh kehati-hatian dalam segala hal termasuk berlalu lintas.

    Dalam budaya jawa memang prinsip tersebut sangatlah penting karena jika

    dibenturkan dengan perilaku masyarakat sekarang dalam memakai jalan sangat

    memperihatinkan. Disamping kondisi jalan, kepemilikan SIM yang tidak

    semestinya dan juga perangkat rambu-rambu yang tidak berfungsi lagi juga

    mempengaruhi (Zainul Akhyar, et al, 2014).

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

    penelitian, sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

    mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari peneliti terdahulu penulis tidak

  • 25

    menemukan judul yang sesuai dengan judul penelitian penulis, namun penulis

    mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian

    pada penelitian penulis. Berikut merupakan beberapa peneliti terdahulu berupa

    jurnal terkait dengan penelitian penulis. Pada tabel 2.1 di bawah ini dijelaskan jurnal

    penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

    Tabel 2.1

    Rujukan penelitian untuk variabel pengetahuan, kepatuhan berlalu lintas

    Judul Pengetahuan Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Berlalu

    Lintas; Tinjauan Terhadap Pelaku Lalu Lintas Usia

    Remaja di SMK YPT 1 Purbalingga

    Penulis Jurnal Eko Maulana Syaputra, Tayong Siti Nurbaeti

    Sumber Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 4, No. 2, Agustus

    2019:64-69

    Variable Penelitian variable terikat yang digunakan :

    - Kepemilikan SIM

    - Pengetahuan tentang rambu

    - Pengetahuan tentang marka

    variable bebas yang digunakan :

    - Perilaku berlalu lintas

    Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data

    pokok ( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan

    instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan

    kuantitatif.

    Hasil Penelitian Bahwa ada pengaruh kepemilikan SIM, pengetahuan

    tentang rambu, dan pengetahuan marka terhadap perilaku

    berlalu lintas.

    Hubungan Dengan

    Penelitian

    Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang

    sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat

    ini yaitu : pengetahuan, kepatuhan berlalu lintas

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

  • 26

    Tabel 2.2

    Rujukan penelitian untuk variabel Budaya Masyarakat

    Judul Budaya Disiplin Dalam Berlalu Lintas Kendaraan Roda

    Dua di Kota Bandung.

    Penulis Jurnal Soni Sadono.

    Sumber jurnal.fkip.uns.ac.id, vol. 12 no. 1. 2017

    Variable Penelitian Variabel bebas yang digunakan

    - Internalisasi

    - Disiplin

    - Lalu Lintas

    - Kendaraan roda dua dan tertib

    Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data

    pokok ( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan

    instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan

    kualitatif.

    Hasil Penelitian Internalisasi disiplin berkendara roda dua di kota Bandung

    selama ini baru terjadi pada tataran sekolah formal yaitu

    pada tingkatan sekolah dasar.

    Hubungan Dengan

    Penelitian

    Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang

    sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat

    ini yaitu : budaya Masyarakat.

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.

  • 27

    Tabel 2.3

    Rujukan penelitian untuk variabel Pemahaman Pengendara.

    Judul Pemahaman Siswa SMA Tentang Arti Marka Jalan Dan

    Peraturan Lalu Lintas

    Penulis Jurnal Achmad Hercahyo Jatiputro, Ika Setiyaningsih, Gotot

    Slamet Mulyono

    Sumber Journals.ums.ac.id/ Vol.11/No.1, Hal. 54-60/ Maret 2015

    Variable Penelitian Variabel terikat yang digunakan :

    - Pemahaman Terhadap Marka Jalan

    Variabel bebas yang digunakan

    - Jenis kelamin

    Metode Analisis Metode menggunakan alat bantu kuisioner yang

    sebelumnya sudah diuji validitas dan reliabilitasnya

    Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa klasifikasi tingkat

    pemahaman marka lalu lintas didapatkan data, klasifikasi

    sangat paham 78 responden, klasifikasi paham 51

    responden dan klasifikasi kurang paham 11 responden.

    Sedangkan pemahaman peraturan lalu lintas didapatkan

    hasil tingkat pemahaman para responden dengan 3

    klasifikasi yaitu sangat paham terdapat 121 responden,

    klasifikasi paham terdapat 19 responden dan klasifikasi

    kurang paham sebanyak 0 responden

    Hubungan Dengan

    Penelitian

    Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang

    sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat

    ini yaitu : pemahaman pengendara.

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020

    .

  • 28

    Tabel 2.4

    Rujukan penelitian untuk variabel Kepatuhan Berlalu Lintas

    Judul Pengaruh Usia, Pendidikan dan Budaya Terhadap

    Kepatuhan Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polres Jepara

    Penulis Jurnal Dwi Agung Nugroho Arianto, Samsul Arifin.

    Sumber Publikasiilmiah.ums.ac.id/ ISSN 2407-9189 / (2016)

    Variable Penelitian Variabel terikat yang digunakan :

    - Patuh lalu lintas

    Variabel bebas yang digunakan

    - Usia

    - Budaya

    - Pendidikan

    Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data

    pokok( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan

    instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan

    kuantitatif.

    Hasil Penelitian Usia, pendidikan dan budaya masyarakat secara bersama-

    sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan lalu

    lintas di wilayah hukum polres jepara.

    Hubungan Dengan

    Penelitian

    Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang

    sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat

    ini yaitu : kepatuhan berlalu lintas.

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.

  • 29

    Tabel 2.5

    Rujukan penelitian untuk variabel Pengetahuan, Budaya Masyarakat.

    Judul Pengaruh Pengetahuan Berkendara Terhadap Perilaku

    Pengendara Sepeda Motor Menggunakan Structural

    Equation Model (SEM).

    Penulis Jurnal Wesli

    Sumber Teras Jurnal-jurnal Teknik Sipil/ Vol.5, No.1/ 2015

    Variabel Penelitian Variabel terikat yang digunakan :

    - Kecelakaan lalu lintas.

    Variabel bebas yang digunakan

    - Pengetahuan berkendara.

    - Perilaku pengendara.

    Metode Analisis Teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data

    pokok( primer) dari sebuah sampel dengan menggunakan

    instrumen kuesioner. Analisis data menggunakan

    kuantitatif.

    Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian menyimpulkan bahwa

    pengetahuan pengendara sepeda motor berpengaruh

    sebesar 16,2% terhadap perilaku pengendara dengan nila

    critical rati sebesar 2,033 dan nilai p-value 0,04 jadi dapat

    disimpulkan bahwa variable yang dibentuk factor perilaku

    pengemudi terhadap kecelakaan lalu lintas diperoleh nilai

    loading factor sebesar 0,749 dengan p-value signifikan

    maka dapat menjelaskan kondisi actual kecelakaan lalu

    lintas.

    Hubungan Dengan

    Penelitian

    Dari kesimpulan jurnal terdahulu, terdapat variabel yang

    sama dan berkaitan erat dengan penelitian penulisan saat

    ini yaitu : pengetahuan, Budaya.

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2020.

  • 30

    2.3 Hipotesis

    Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,

    setelah penelitian mengemukakan landasan teori dan kerangka pikir. Menurut

    bahasa hipotesis berasal dari dua kata yaitu hipo dan tesis. Hipo artinya adalah

    bersifat meragukan dan sedangkan tesis berarti kebenaran. Jadi kalau digabungkan

    akan mempunyai makna suatu kebenaran yang masih bersifat meragukan. Menurut

    Sugiyono (2011) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara

    terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

    dinyatakan dalam bentuk kalimat.

    Jadi dapat ditarik kesimpulan hipotesis adalah pernyataan atau dugaan bersifat

    sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah

    sehingga harus diuji secara empiris. Dalam suatu penelitian hipotesis merupakan

    pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan

    variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut.

    Maka untuk memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan

    diatas maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

    H1. Diduga Pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan

    Berlalu Lintas pada sepeda motor di ruas jalan Majapahit semarang.

    H2. Diduga Budaya Masyarakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    Kepatuhan Berlalu Lintas pada sepeda motor di ruas jalan Majapahit

    Semarang.

    H3. Diduga Pemahaman Pengendara berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    Kepatuhan Berlalu Lintas pada pengendara sepeda motor di ruas jalan

    Majapahit Semarang.

    H4. Diduga Pengetahuan, Budaya Masyarakat Serta Pemahaman Pengendara

    secara simultan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Berlalu Lintas pada

    pengendara sepeda motor diruas jalan Majapahit Semarang.

  • 31

    2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

    H1

    H2

    H3

    H4

    Keterangan :

    = Variabel = Pengaruh

    = Indikator = Pengukur

    H = Hipotesis

    pengetahuan

    (X1)

    Budaya

    Masyarakat

    (X2)

    Kepatuhan

    Berlalu lintas

    (Y)

    Pemahaman

    pengendara

    (X3)

    X1.2

    X1.3

    X2.1

    X2.2

    X2.3

    X3.2

    X3.1

    X3.3

    Y2 Y1 Y3

    X1.1

    Gambar 2.7

    Kerangka Pemikiran Teoritis

  • 32

    Variabel dalam penelitian ini meliputi:

    1. Kepatuhan Berlalu Lintas (Y) (Pengaruh Citra Polisi, Pengetahuan Siswa Dan

    Agresivitas Dengan Kepatuhan Terhadap Peraturan Lalu Lintas Pada Siswa

    Dibandar Lampung, 2017).

    a. (Y.1) = Menaati Peraturan Lalu Lintas

    b. (Y.2) = Memakai Helm Saat Berkendara

    c. (Y.3) = Kelengkapan Surat-Surat.

    2. Pengetahuan (X1) (Pengatahuan Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Berlalu

    Lintas; Tinjauan Terhadap Pelaku Lalu Lintas Usia Remaja di SMK YPT 1

    Purbalingga. 2018)

    a. (X1.1) = Pengetahuan Tentang Berlalu Lintas.

    b. (X1.2) = Pengetahuan Keselamatan Berkendara.

    c. (X1.3) = Pengetahuan Tentang Marka Dan Rambu.

    3. Budaya Masyarakat (X2) (Budaya Disiplin Dalam Berlalu Lintas Kendaraan

    Roda Duadi Kota Bandung. 2017).

    a. (X 2.1) = Tidak Menyiap Kendaraan Lain Dari Sisi Kiri.

    b. (X 2.2) = Tidak Melaju Dengan Kecepatan Tinggi.

    c. (X 2.3) = Tidak Menerobos Lampu Lalu Lintas.

    4. Pemahaman pengendara (X3) (Pemahaman Siswa SMA Tentang Arti Marka

    Jalan Dan Peraturan Lalu Lintas, Achmad Hercahyo Jatiputro Dkk 2015).

    a. (X 3.1) = Pemahaman Pentingnya Safety Riding Saat Berkendara.

    b. (X 3.2) = Memahami Rambu-Rambu Lalu Lintas.

    c. (X 3.3) = Memahami Norma-Norma Berkendara.

  • 33

    2.5 Diagram Alur Penelitian

    Data cukup

    (data tidak cukup)

    Latar Belakang Masalah

    Landasan Teori

    Metodelogi Penelitian

    Pengumpulan Data

    Pengetahuan

    (X1)

    Pemahaman

    pengendara

    (X3)

    Budaya

    Masyarakat

    (X2)

    Kepatuhan

    berlalu lintas

    (Y)

    Pengolahan Data

    Analisis Data

    Implikasi Manajerial

    Gambar 2.6

    Diagram Alur Penelitian

    Kesimpulan Dan Saran

    Data Cukup

    BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tinjauan Pustaka2.1.1 Kepatuhan Terhadap Lalu Lintas2.1.1.1 Definisi Kepatuhan2.1.1.2 Definisi Lalu Lintas2.1.1.3 Definisi Kepatuhan Berlalu Lintas

    2.1.2 Pengetahuan Berlalu Lintas2.1.3 Budaya Masyarakat2.1.4 Pemahaman Pengendara2.2 Penelitian Terdahulu2.3 Hipotesis2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis2.5 Diagram Alur Penelitian