bab 2 teori
-
Upload
afni-jirayu-chan -
Category
Documents
-
view
221 -
download
2
description
Transcript of bab 2 teori
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Peran Perawat
1. Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang
terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam
sistem (Ali, 2002). Sedangkan peran perawat adalah segenap kewenangan
yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki (Kusnanto, 2004). Peran perawat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi
keperawatan dan bersifat konstan serta berperan secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan
ketidakpenuhinya kebutuhan klien.
2. Peran perawat
Menurut Doheny dikutip dalam kusnanto (2004) mengidentifikasi
beberapa elemen peran perawat profesional yaitu : Care giver, Client
advocate, Counsellor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change agent,
Consultant.
7
a. Care Giver sebagai pemberi asuhan keperawatan
Perawat sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung
kepada klien menggunakan pendekatan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks yang meliputi : melakukan pengkajian dalam
upaya mengumpulkan data data dam informasi yang benar, menegakkan
diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data merencanakan
intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul
dan mambuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan perawat
memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistik dan unik. Dari
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan peran utama perawat
pelaksana yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang
meliputi intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan
kesehatan dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian
yang diberikan.
8
b. Client advocate sebagai pembela untuk melindungi klien
Perawat sebagai advokat klien yaitu perawat berfungsi sebagai
penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu
klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan
peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi
dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan serta dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien
yang meliputi hak mendapatkan informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku dirumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan
tempat klien menjalani perawatan.
c. Counsellor sebagai pemberi bimbingan/konseling klien
Tugas utama perawat sebagai konselor adalah mengidentifikasi
perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya
pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling
/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada
9
individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan penngalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada
masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup
sehat.
d. Educator sebagai pendidik klien
Perawat sebagai pendidik klien dimana membantu klien
meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait
dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien /
keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal–hal yang
diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi,
kader kesehatan dan lain sebagainya.
e. Collaborator sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga
dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
f. Coordinator sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-
sumber dan potensi klien.
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang
ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga
tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam
10
menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal
berikut :
1) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
2) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
3) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
4) Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan.
g. Change agent sebagai pembaharu
Perawat di tuntut mengadakan perubahan-perubahan atau inovasi
dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan
keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup
perencanaan, kerjasama. Perubahan yang sistematis dalam berhubungan
dengan klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.
h. Consultant sebagai sumber informasi klien.
Elemen ini perawat secara tidak langsung berkaitan dengan
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang
diberikan dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah adalah
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.
3. Peran perawat sebagai pelaksana dalam prosedur tetap pemasangan
kateter.
Menurut Internasional Council Of Nursing dikutip dalam Ali (2002)
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
11
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan
dan bertanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit
serta pelayanan terhadap pasien. Sedangkan menurut Undang-undang RI No.3
tahun 1992 tentang kesehatan mengemukakan perawat adalah mereka
memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimikinya, yang diperoleh melalui pendidikan
perawatan. Perawat adalah seseorang yang mempunyai kemampuan, tanggung
jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada
berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004). Perawat dikatakan
profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, bertanggung jawab dan
berwewenang secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI 2002).
Dari berbagai pengertian perawat tersebut dapat disimpulkan bahwa
perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan dan memiliki kemampuan dalam hal melakukan tindakan
keperawatan, bertanggung jawab dan berwewenang secara mandiri.
Menurut Handerson dikutip dalam Ali (2002) pelayanan keperawatan
merupakan suatu upaya untuk membantu individu yang sakit maupun sehat,
dari lahir sampai meninggal dalam bentuk peningkatan pengetahuan,
kemampuan dan kemauan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan optimal. Pelayanan
keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
12
bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-sosio-spritual yang komprehensif yang
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Peran perawat sebagai pelaksana dalam prosedur tetap pemasangan
kateter uretra merupakan perilaku perawat dalam melaksanakan tindakan
pemasangan kateter uretra sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditetapkan
oleh rumah sakit atau tempat kerja. Dalam hal ini perawat harus melakukan
tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan pada saat atau setelah pemasangan kateter.
4. Faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam pelaksanaan
pemasangan kateter uretra.
Menurut Gibson (2003) bahwa peran/perilaku perawat sebagai
pelaksana dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh : Pendidikan,
Pengetahuan, Masa kerja, sikap, keterampilan, fasilitas dan prosedur.
a. Pendidikan
Pendidikan adalah merupakan suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun
praktek yang berhubungan dengan tujuan hidup. Bisa juga disebut
pendidikan formal yang pernah didapatkan oleh seseorang. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2008). Pendidikan berfungsi mengembangkan
13
kemampuan dan meningkatkan kualitas kepribadian manusia, didalam
proses belajar akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa
dan lebih matang dalam diri individu (Notoatmojo, 2002). Melalui
pendidikan seseorang akan mampu berfikir objektif untuk perubahan
perilaku yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan semakin tinggi
motifasi/semangat kerja individu dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki. Tingkat pendidikan perawat akan memberikan
pengaruh dalam penerimaan informasi yang diterima, sehingga
meningkatkan pengetahuan tentang pelaksanaan tindakan dalam
pemasangan kateter uretra.
b. Pengetahuan Perawat
Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil dari tahu, dan terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang
overt behavior (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif antara lain :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali
14
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini
dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya
dapat menggunakan prinsp-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari
kasus yang diberikan.
15
4) Analisis(analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis(synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata
16
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kompetensi petugas
pemberi palayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan keterampilan yang
dibutuhkan.
c. Sikap (attitude)
Sarwono (1997) berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang
dapat dipelajari (bukan bawaan). Sikap dapat dibentuk, dikembangkan,
dipengaruhi, dan diubah. Oleh sebab itu sikap terhadap sesuatu tidak
selalu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap tersebut.
Seperti halnya pegetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan orang (subjek) mau memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang laiin mendiskusikan suatu masalah.
17
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu
tindakan kesehatan. Sikap seorang perawat mempengaruhi perilaku atau
setiap tindakan yang dilakukan.
d. Masa kerja
Dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya, kemampuan seorang
perawat dalam melaksanakan suatu tindakan dapat pula ditentukan oleh
Masa atau lamanya kerja. Seorang perawat yang masih tergolong baru
dalam suatu lingkup rumah sakit akan merasa bingung dan merasa tidak
percaya diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu
dibutuhkan interval waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri baik
dengan pekerjaannya maupun dengan lingkungan tempat kerjanya,
sehingga perasaan bingung dan kurang percaya dirinya tidak terpengaruh
pada kesejahteraan psikologinya.
Begitu pula dengan orang yang sudah menjalankan tugas pokoknya
sebagai seorang perawat berpuluh-puluh tahun maka akan merasa sudah
biasa terhadap suatu tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan.
e. Keterampilan Perawat
Keterampilan merupakan suatu pemahaman subyek terhadap suatu
obyek, dan pemahaman itu dipraktekkan secara berulang-ulang sehingga
18
menjadi suatu tindakan. Seseorang yang terampil berarti ia menguasai
dalam bidang tersebut. Keterampilan terdiri beberapa tahap yaitu tahap
preinteraksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap evaluasi.
f. Fasilitas
Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu tindakan atau
organisasi. Untuk melakukan suatu tindakan diperlukan fasilitas yang
lengkap, dan sebelumnya sudah harus disiapkan.
g. Prosedur
Proses yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur
ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan secara berurutan
dalam melakukan tindakan.
B. Tinjauan Prosedur Tetap Pemasangan Kateter Uretra.
Prosedur tetap pemasangan kateter uretra merupakan prosedur tetap yang
berisi tentang standar perawatan dalam melakukan tindakan pemasangan kateter
uretra. Prosedur tetap ini harus dilakukan oleh perawat sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan perawatan dalam memenuhi kebutuhan eliminasi urin
sehingga kebutuhan eliminasi urin pada pasien dapat terpenuhi tanpa timbul
infeksi nosokomial. Apabila prosedur tetap ini dalam pelaksanaan pelayanan
perawatan dalam pemasangan kateter uretra tidak dilaksanakan oleh perawat
maka akan timbul suatu masalah. Hal seperti inilah merupakan sesuatu yang
tidak boleh terjadi atau dibiarkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
19
1. Pengertian pemasangan Kateter Uretra
Kateterisasi uretra adalah memasukkan slang karet atau plastik steril
melewati uretra kedalam kandung kemih. Kateter memungkinkan aliran urin
secara kontinu pada klien yang tidak dapat mengontrol proses berkemih atau
pada orang yang mengalami obstruksi saluran kemih (Potter, 2005).
Kateterisasi uretra adalah tindakan memasukkan slang karet atau plastik
yang dimasukkan dalam vesika urinaria (kandung kemih) melalui uretra
kedalam kandung kemih. Keteter uretra yang tinggal di dalam tubuh disebut
foley kateter (Hidayat & Uliyah, 2005).
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter kedalam kandung kemih
melalui uretra yang bertujuan mengeluarkan air kemih, mengosongkan
kandung kemih untuk suatu pemeriksaan dan persiapan operasi, menampung
air kemih (Harnowo & Susanto, 2002).
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kateter
uretra adalah memasukkan slang kateter steril melalui uretra ke dalam vesika
urinaria secara menetap.
2. Macam-macam Kateter
Macam–macam kateter menurut bahannya yaitu dari gelas, logam, karet,
polytheline, nylon dan silicon (silikon Kateter). Kateter menetap yang dipakai
umumnya dari karet. Ada beberapa jenis kateter menetap tapi prinsip kerjanya
sama. Pada kateter dengan lubang dua, salah satunya langsung dihubungkan
20
dengan balon, sedang lubang lainnya sebagai saluran drainage. Pada kateter
yang mempunyai tiga lubang tambahan untuk memasukkan cairan irigasi.
3. Ukuran kateter
Dalam memilih jenis kateter dan ukurannya perlu memperhatikan
elastisitas, licin ujung dan permukaannya serta ukuran yang tepat agar tidak
melukai selaput lendir uretra. Ukuran kateter ditentukan dengan garis tengah
luar. Menurut ukuran lubangnya kateter yang biasa dipakai adalah
berdasarkan skala Perancis. Untuk wanita dewasa biasanya dipakai 14 F dan
16 F, untuk pria dewasa biasanya dipakai 18 F dan 20 F. Tetapi bila terlalu
besar dapat merenggangkan uretra dan menyusahkan prosedur, sedangkan
kateter yang lebih kecil ukuran lubangnya menambah waktu yang diperlukan
untuk mengosongkan vesika urinaria.
4. Indikasi pemasangan kateter
Urine merupakan metabolisme terakhir yang harus dikeluarkan. Jika
keluarnya urine terganggu maka dilakukan kateterisasi. Kateterisasi uretra
menetap digunakan untuk menghindari kateterisasi yang terlalu sering dan
dapat digunakan dalam berbagai kasus antara lain :
a. Pada pasien dengan retensi urin dan incontensia
urin
Retensi urin adalah urine yang masih tersisa di dalam vesika urinaria.
Retensi urin dapat terjadi pada pasien post operasi, khususnya pembedahan
21
pada perianal atau anal yang mempengaruhi reflek spasme dari spinter.
Retensi urin dapat disebabkan oleh karena pembesaran prostat, penyakit
pada uretra (infeksi,trauma batu ), trauma, faktor neurogenik. Retensi urin
dapat menyebabkan infeksi, dapat juga terjadi gangguan fungsi renal
apabila ada obstruksi saluran kemih.
b. Pada pasien yang telah menjalani operasi organ perkemihan yang
bertujuan perlindungan saluran kemih setelah operasi, mengurangi isi
vesika urinaria untuk penyembuhan luka, mendorong terbentuknya selaput
lendir pada saluran kemih dan mencegah stenosis.
c. Pasien yang menjalani operasi umum bertujuan untuk mencegah luka
pada saluran kemih dan vesika urinaria pada waktu operasi serta mencegah
infeksi, mempercepat kesembuhan luka perinium serta mencegah infeksi
misalnya reseksi, lacerasi perineum.
5. Tinjauan Prosedur Tetap Pemasangan Kateter Uretra.
a. Pada wanita
22
Gambar 2.1
Pengertian : memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan ke
dalam kandung kemih
Tujuan :
1) Menghilangkan distensi
2) Mendapatkan spesimen urine
3) Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu
sepenuhnya dikosongkan.
Persiapan pasien :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien / keluarganya.
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien / keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7) Privasi klien selma komunikasi di hargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
Persiapan alat :
23
1) Bak instrumen berisi:
Poly kateter sesuai ukuran 1 buah
Urine bag steril 1 buah
Pinset anatomi 2 buah
Duk steril
Kassa steril yang diberi jelly
1) Sarung tangan steril
2) Kapas sublimat dalam kom tertutup
3) Perlak dan pengalasnya 1 buah
4) Sampiran
5) Cairan aquadest atau Nacl
6) Plester
7) Gunting verband
8) Bengkok 1 buah
9) Korentang pada tempatnya
Prosedur
1) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,
kemudian alat-alat didekatkan ke pasien.
2) Pasang sampiran
3) Cuci tangan
4) Pasang pengalas / perlak di bawah bokong pasien
24
5) Pakaian bagian bawah klien di keataskan / dilepas, dengan posisi klien
lithotomi (kaki ditekuk dan kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan
didekat bokong klien.
6) Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu
bersihkan alat genetalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan
pinset.
7) Bersihkan genetalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat
membuka vulva kemudian tangan kanan memegang pinset dan
mengambil satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia
mayora dari atas kebawah dimulai dari sebelah kiri lalu kanan, kapas
dibuang dalam bengkok, kemudian bersihkan labia minora, klitoris dan
anus. Letakkan pinset pada bengkok.
8) Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam
uretra kira-kira 10 cm secara perlahan–lahan dengan menggunakan
pinset sampai urine keluar. Masukkan cairan Nacl/Aquadest 20–30 cc
atau sesuai ukuran yang tertulis di kateter. Tarik sedikit kateter apabila
pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk
pada kandung kemih.
9) Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi
tempat tidur.
10) Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien.
11) Klien dirapikan kembali.
25
12) Alat dirapikan kembali.
13) Mencuci tangan
14) Melaksanakan dokumentasi :
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada
lembar catatan klien.
Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
b. Pada Pria
Gambar 2.2
Pengertian : memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan ke
dalam kandung kemih.
Tujuan :
1) Menghilangkan distensi kandung kemih.
2) Mendapatkan spesimen urine
26
3) Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu
sepenuhnya dikosongkan.
Persiapan pasien :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
Persiapan alat :
1) Bak instrumen berisi:
Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali
dipasang kateter biasanya dipakai no.16)
Urine bag steril 1 buah
Pinset anatomi 2 buah
Duk steril
27
Kassa steril yang diberi jelly
1) Sarung tangan steril
2) Kapas sublimat dalam kom tertutup
3) Perlak dan pengalasnya 1 buah
4) Sampiran
5) Cairan aquadest atau Nacl 0,9%
6) Plester
7) Gunting verban
8) Bengkok 1 buah
9) Korentang pada tempatnya.
Prosedur
1) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,
kemudian alat-alat didekatkan ke pasien.
2) Pasang sampiran
3) Cuci tangan
4) Pasang pengalas/perlak di bawah bokong pasien
5) Pakaian bagian bawah klien di keataskan/dilepas, dengan posisi klien
telentang. Kaki sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong
klien.
6) Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu
bersihkan alat genetalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan
pinset.
28
7) Bersihkan genetalia dengan cara penis dipegang dengan tangan non
dominan penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh
tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan
bisa dilakukan hingga bersih. Letakkan pinset dalam bengkok.
8) Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam
uretra kira-kira 10 cm secara perlahan–lahan dengan menggunakan
pinset sampai urine keluar. Masukkan cairan Nacl 0.9%/Aquadest 20-30
cc atau sesuai ukuran yang tertulis di kateter. Tarik sedikit kateter.
Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah
masuk pada kandung kemih.
9) Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi
tempat tidur.
10) Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien.
11) Klien dirapikan kembali.
12) Alat dirapikan kembali.
13) Mencuci tangan
14) Melaksanakan dokumentasi :
Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada
lembar catatan klien.
Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
29
C. Prosedur Tetap Pemasangan Kateter Uretra di Rumah Sakit Umum
Mokopido Tolitoli
1. Tujuan : Sebagai acuan langkah–langkah dalam pemasangan kateter.
2. Ruang Lingkup : Pada pasien rawat yang harus dipasang kateter.
3. Sasaran :
a. Adanya tenaga perawat profesional yang diberi wewenang ruang
untuk memasang kateter.
b. Adanya pasien yang harus dipasang kateter
c. Adanya sarana yang tersedia.
4. Indikasi
a. Pasien dengan retensi urin.
b. Pasien inkontensia urine
c. Pasien dengan penyakit yang perlu dimonitor urinenya.
d. Pasien dengan gagal ginjal.
e. Pasien tidak sadar.
f. Pasien melahirkan kalau perlu.
g. Pasien dengan operasi di daerah panggul atau operasi besar.
5. Persiapan.
a. Persiapan Alat
1) Kateter urine dalam keadaan steril
2) Jelly
3) Sarung tangan steril pada tempatnya.
30
4) Perlak dan alasnya.
5) Betadin dan kassa steril.
6) Aquades/Nacl 0.9%
7) Spuit disposible 10 cc
8) Nierbeken
9) Pinset steril
10) Urine bag
b. Persiapan pasien.
1) Pasien diberitahu tentang hal-hal yang akan dilakukan.
2) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
c. Pelaksanaan.
1) Pasien diberitahu, pasang sampiran.
2) Membawa alat–alat kedekat pasien.
3) Mengatur posisi tidur pasien lithotomi/sesuai kebutuhan
4) Bersihkan daerah yang akan di pasang kateter.
5) Perawat mencuci tangan
6) Folley kateter diberi jelly/pelumas
7) Dengan memakai sarung tangan masukkan folley kateter kedalam
uretra perlahan–lahan dan anjurkan pasien menarik nafas
8) Periksa apakah folley kateter sudah masuk dengan melihat urine
yang keluar.
31
9) Selanjutnya fiksasi kateter dengan memasukkan cairan Nacl 0.9%
atau Aquadest sebanyak 15-30 atau sesuai yang tertera di kateter.
10) Urine yang keluar ditampung dalam bengkok/urine bag.
11) Bila pemasangan kateter telah selesai, maka pasien dirapikan
kembali dan alat–alat dibereskan.
12) Perawat mencuci tangan.
d. Dokumen terkait :
1) Buku laporan pasien
2) Dokumen medik