bab 2 teori

39
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Peran Perawat 1. Pengertian Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam sistem (Ali, 2002). Sedangkan peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki (Kusnanto, 2004). Peran perawat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan bersifat konstan serta berperan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan ketidakpenuhinya kebutuhan klien.

description

bab 2 teori

Transcript of bab 2 teori

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Peran Perawat

1. Pengertian

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang

terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat) untuk berproses dalam

sistem (Ali, 2002). Sedangkan peran perawat adalah segenap kewenangan

yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai

dengan kompetensi yang dimiliki (Kusnanto, 2004). Peran perawat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi

keperawatan dan bersifat konstan serta berperan secara langsung maupun

tidak langsung. Secara langsung perawat dapat melakukan asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami masalah terkait dengan

ketidakpenuhinya kebutuhan klien.

2. Peran perawat

Menurut Doheny dikutip dalam kusnanto (2004) mengidentifikasi

beberapa elemen peran perawat profesional yaitu : Care giver, Client

advocate, Counsellor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change agent,

Consultant.

7

a. Care Giver sebagai pemberi asuhan keperawatan

Perawat sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan dapat

memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung

kepada klien menggunakan pendekatan proses keperawatan sehingga

dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan

dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar

manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana

sampai dengan kompleks yang meliputi : melakukan pengkajian dalam

upaya mengumpulkan data data dam informasi yang benar, menegakkan

diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data merencanakan

intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul

dan mambuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan. Dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan perawat

memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistik dan unik. Dari

penjelasan diatas maka dapat disimpulkan peran utama perawat

pelaksana yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang

meliputi intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan

kesehatan dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian

yang diberikan.

8

b. Client advocate sebagai pembela untuk melindungi klien

Perawat sebagai advokat klien yaitu perawat berfungsi sebagai

penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya

pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu

klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan

oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional.

Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai

narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap

upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan

peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi

dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan

keperawatan serta dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien

yang meliputi hak mendapatkan informasi mengenai tata tertib dan

peraturan yang berlaku dirumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan

tempat klien menjalani perawatan.

c. Counsellor sebagai pemberi bimbingan/konseling klien

Tugas utama perawat sebagai konselor adalah mengidentifikasi

perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya

pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk

meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling

/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah

kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada

9

individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan

dengan penngalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada

masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup

sehat.

d. Educator sebagai pendidik klien

Perawat sebagai pendidik klien dimana membantu klien

meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait

dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien /

keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal–hal yang

diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan

pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang berisiko tinggi,

kader kesehatan dan lain sebagainya.

e. Collaborator sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat

bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain.

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga

dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan

guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

f. Coordinator sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-

sumber dan potensi klien.

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang

ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga

tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam

10

menjalankan peran sebagai koordinator perawat dapat melakukan hal-hal

berikut :

1) Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan

2) Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas

3) Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan

4) Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan

keperawatan pada sarana kesehatan.

g. Change agent sebagai pembaharu

Perawat di tuntut mengadakan perubahan-perubahan atau inovasi

dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan

keterampilan klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup

perencanaan, kerjasama. Perubahan yang sistematis dalam berhubungan

dengan klien dan cara memberikan perawatan kepada klien.

h. Consultant sebagai sumber informasi klien.

Elemen ini perawat secara tidak langsung berkaitan dengan

permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang

diberikan dengan peran ini dapat dikatakan perawat adalah adalah

sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.

3. Peran perawat sebagai pelaksana dalam prosedur tetap pemasangan

kateter.

Menurut Internasional Council Of Nursing dikutip dalam Ali (2002)

perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

11

keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan

dan bertanggung jawab dalam meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit

serta pelayanan terhadap pasien. Sedangkan menurut Undang-undang RI No.3

tahun 1992 tentang kesehatan mengemukakan perawat adalah mereka

memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimikinya, yang diperoleh melalui pendidikan

perawatan. Perawat adalah seseorang yang mempunyai kemampuan, tanggung

jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada

berbagai jenjang pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004). Perawat dikatakan

profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, bertanggung jawab dan

berwewenang secara mandiri atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI 2002).

Dari berbagai pengertian perawat tersebut dapat disimpulkan bahwa

perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan dan memiliki kemampuan dalam hal melakukan tindakan

keperawatan, bertanggung jawab dan berwewenang secara mandiri.

Menurut Handerson dikutip dalam Ali (2002) pelayanan keperawatan

merupakan suatu upaya untuk membantu individu yang sakit maupun sehat,

dari lahir sampai meninggal dalam bentuk peningkatan pengetahuan,

kemampuan dan kemauan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat

melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan optimal. Pelayanan

keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

12

bagian integral dari pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-sosio-spritual yang komprehensif yang

ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sehat

yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Peran perawat sebagai pelaksana dalam prosedur tetap pemasangan

kateter uretra merupakan perilaku perawat dalam melaksanakan tindakan

pemasangan kateter uretra sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditetapkan

oleh rumah sakit atau tempat kerja. Dalam hal ini perawat harus melakukan

tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan pada saat atau setelah pemasangan kateter.

4. Faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam pelaksanaan

pemasangan kateter uretra.

Menurut Gibson (2003) bahwa peran/perilaku perawat sebagai

pelaksana dalam melakukan tindakan dipengaruhi oleh : Pendidikan,

Pengetahuan, Masa kerja, sikap, keterampilan, fasilitas dan prosedur.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah merupakan suatu proses perubahan pada diri

seseorang yang dinamis dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi

perilaku manusia yang meliputi komponen pengetahuan, sikap, ataupun

praktek yang berhubungan dengan tujuan hidup. Bisa juga disebut

pendidikan formal yang pernah didapatkan oleh seseorang. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2008). Pendidikan berfungsi mengembangkan

13

kemampuan dan meningkatkan kualitas kepribadian manusia, didalam

proses belajar akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa

dan lebih matang dalam diri individu (Notoatmojo, 2002). Melalui

pendidikan seseorang akan mampu berfikir objektif untuk perubahan

perilaku yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan semakin tinggi

motifasi/semangat kerja individu dalam memanfaatkan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki. Tingkat pendidikan perawat akan memberikan

pengaruh dalam penerimaan informasi yang diterima, sehingga

meningkatkan pengetahuan tentang pelaksanaan tindakan dalam

pemasangan kateter uretra.

b. Pengetahuan Perawat

Pengetahuan (knowladge) merupakan hasil dari tahu, dan terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang

overt behavior (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif antara lain :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali

14

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini

dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan prinsp-prinsip siklus pemecahan masalah

(problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari

kasus yang diberikan.

15

4) Analisis(analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis(synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata

16

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Kompetensi petugas

pemberi palayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan

pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan keterampilan yang

dibutuhkan.

c. Sikap (attitude)

Sarwono (1997) berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang

dapat dipelajari (bukan bawaan). Sikap dapat dibentuk, dikembangkan,

dipengaruhi, dan diubah. Oleh sebab itu sikap terhadap sesuatu tidak

selalu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap tersebut.

Seperti halnya pegetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan orang (subjek) mau memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. Karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah

berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang laiin mendiskusikan suatu masalah.

17

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu

tindakan kesehatan. Sikap seorang perawat mempengaruhi perilaku atau

setiap tindakan yang dilakukan.

d. Masa kerja

Dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya, kemampuan seorang

perawat dalam melaksanakan suatu tindakan dapat pula ditentukan oleh

Masa atau lamanya kerja. Seorang perawat yang masih tergolong baru

dalam suatu lingkup rumah sakit akan merasa bingung dan merasa tidak

percaya diri dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu

dibutuhkan interval waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri baik

dengan pekerjaannya maupun dengan lingkungan tempat kerjanya,

sehingga perasaan bingung dan kurang percaya dirinya tidak terpengaruh

pada kesejahteraan psikologinya.

Begitu pula dengan orang yang sudah menjalankan tugas pokoknya

sebagai seorang perawat berpuluh-puluh tahun maka akan merasa sudah

biasa terhadap suatu tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan.

e. Keterampilan Perawat

Keterampilan merupakan suatu pemahaman subyek terhadap suatu

obyek, dan pemahaman itu dipraktekkan secara berulang-ulang sehingga

18

menjadi suatu tindakan. Seseorang yang terampil berarti ia menguasai

dalam bidang tersebut. Keterampilan terdiri beberapa tahap yaitu tahap

preinteraksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap evaluasi.

f. Fasilitas

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam suatu tindakan atau

organisasi. Untuk melakukan suatu tindakan diperlukan fasilitas yang

lengkap, dan sebelumnya sudah harus disiapkan.

g. Prosedur

Proses yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur

ini merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan secara berurutan

dalam melakukan tindakan.

B. Tinjauan Prosedur Tetap Pemasangan Kateter Uretra.

Prosedur tetap pemasangan kateter uretra merupakan prosedur tetap yang

berisi tentang standar perawatan dalam melakukan tindakan pemasangan kateter

uretra. Prosedur tetap ini harus dilakukan oleh perawat sebagai pedoman dalam

memberikan pelayanan perawatan dalam memenuhi kebutuhan eliminasi urin

sehingga kebutuhan eliminasi urin pada pasien dapat terpenuhi tanpa timbul

infeksi nosokomial. Apabila prosedur tetap ini dalam pelaksanaan pelayanan

perawatan dalam pemasangan kateter uretra tidak dilaksanakan oleh perawat

maka akan timbul suatu masalah. Hal seperti inilah merupakan sesuatu yang

tidak boleh terjadi atau dibiarkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

19

1. Pengertian pemasangan Kateter Uretra

Kateterisasi uretra adalah memasukkan slang karet atau plastik steril

melewati uretra kedalam kandung kemih. Kateter memungkinkan aliran urin

secara kontinu pada klien yang tidak dapat mengontrol proses berkemih atau

pada orang yang mengalami obstruksi saluran kemih (Potter, 2005).

Kateterisasi uretra adalah tindakan memasukkan slang karet atau plastik

yang dimasukkan dalam vesika urinaria (kandung kemih) melalui uretra

kedalam kandung kemih. Keteter uretra yang tinggal di dalam tubuh disebut

foley kateter (Hidayat & Uliyah, 2005).

Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter kedalam kandung kemih

melalui uretra yang bertujuan mengeluarkan air kemih, mengosongkan

kandung kemih untuk suatu pemeriksaan dan persiapan operasi, menampung

air kemih (Harnowo & Susanto, 2002).

Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kateter

uretra adalah memasukkan slang kateter steril melalui uretra ke dalam vesika

urinaria secara menetap.

2. Macam-macam Kateter

Macam–macam kateter menurut bahannya yaitu dari gelas, logam, karet,

polytheline, nylon dan silicon (silikon Kateter). Kateter menetap yang dipakai

umumnya dari karet. Ada beberapa jenis kateter menetap tapi prinsip kerjanya

sama. Pada kateter dengan lubang dua, salah satunya langsung dihubungkan

20

dengan balon, sedang lubang lainnya sebagai saluran drainage. Pada kateter

yang mempunyai tiga lubang tambahan untuk memasukkan cairan irigasi.

3. Ukuran kateter

Dalam memilih jenis kateter dan ukurannya perlu memperhatikan

elastisitas, licin ujung dan permukaannya serta ukuran yang tepat agar tidak

melukai selaput lendir uretra. Ukuran kateter ditentukan dengan garis tengah

luar. Menurut ukuran lubangnya kateter yang biasa dipakai adalah

berdasarkan skala Perancis. Untuk wanita dewasa biasanya dipakai 14 F dan

16 F, untuk pria dewasa biasanya dipakai 18 F dan 20 F. Tetapi bila terlalu

besar dapat merenggangkan uretra dan menyusahkan prosedur, sedangkan

kateter yang lebih kecil ukuran lubangnya menambah waktu yang diperlukan

untuk mengosongkan vesika urinaria.

4. Indikasi pemasangan kateter

Urine merupakan metabolisme terakhir yang harus dikeluarkan. Jika

keluarnya urine terganggu maka dilakukan kateterisasi. Kateterisasi uretra

menetap digunakan untuk menghindari kateterisasi yang terlalu sering dan

dapat digunakan dalam berbagai kasus antara lain :

a. Pada pasien dengan retensi urin dan incontensia

urin

Retensi urin adalah urine yang masih tersisa di dalam vesika urinaria.

Retensi urin dapat terjadi pada pasien post operasi, khususnya pembedahan

21

pada perianal atau anal yang mempengaruhi reflek spasme dari spinter.

Retensi urin dapat disebabkan oleh karena pembesaran prostat, penyakit

pada uretra (infeksi,trauma batu ), trauma, faktor neurogenik. Retensi urin

dapat menyebabkan infeksi, dapat juga terjadi gangguan fungsi renal

apabila ada obstruksi saluran kemih.

b. Pada pasien yang telah menjalani operasi organ perkemihan yang

bertujuan perlindungan saluran kemih setelah operasi, mengurangi isi

vesika urinaria untuk penyembuhan luka, mendorong terbentuknya selaput

lendir pada saluran kemih dan mencegah stenosis.

c. Pasien yang menjalani operasi umum bertujuan untuk mencegah luka

pada saluran kemih dan vesika urinaria pada waktu operasi serta mencegah

infeksi, mempercepat kesembuhan luka perinium serta mencegah infeksi

misalnya reseksi, lacerasi perineum.

5. Tinjauan Prosedur Tetap Pemasangan Kateter Uretra.

a. Pada wanita

22

Gambar 2.1

Pengertian : memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan ke

dalam kandung kemih

Tujuan :

1) Menghilangkan distensi

2) Mendapatkan spesimen urine

3) Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu

sepenuhnya dikosongkan.

Persiapan pasien :

1) Mengucapkan salam terapeutik

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan

tindakan yang akan dilaksanakan.

4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien / keluarganya.

5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak

mengancam.

6) Klien / keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.

7) Privasi klien selma komunikasi di hargai.

8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta

respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.

9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Persiapan alat :

23

1) Bak instrumen berisi:

Poly kateter sesuai ukuran 1 buah

Urine bag steril 1 buah

Pinset anatomi 2 buah

Duk steril

Kassa steril yang diberi jelly

1) Sarung tangan steril

2) Kapas sublimat dalam kom tertutup

3) Perlak dan pengalasnya 1 buah

4) Sampiran

5) Cairan aquadest atau Nacl

6) Plester

7) Gunting verband

8) Bengkok 1 buah

9) Korentang pada tempatnya

Prosedur

1) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,

kemudian alat-alat didekatkan ke pasien.

2) Pasang sampiran

3) Cuci tangan

4) Pasang pengalas / perlak di bawah bokong pasien

24

5) Pakaian bagian bawah klien di keataskan / dilepas, dengan posisi klien

lithotomi (kaki ditekuk dan kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan

didekat bokong klien.

6) Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu

bersihkan alat genetalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan

pinset.

7) Bersihkan genetalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat

membuka vulva kemudian tangan kanan memegang pinset dan

mengambil satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia

mayora dari atas kebawah dimulai dari sebelah kiri lalu kanan, kapas

dibuang dalam bengkok, kemudian bersihkan labia minora, klitoris dan

anus. Letakkan pinset pada bengkok.

8) Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam

uretra kira-kira 10 cm secara perlahan–lahan dengan menggunakan

pinset sampai urine keluar. Masukkan cairan Nacl/Aquadest 20–30 cc

atau sesuai ukuran yang tertulis di kateter. Tarik sedikit kateter apabila

pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk

pada kandung kemih.

9) Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi

tempat tidur.

10) Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien.

11) Klien dirapikan kembali.

25

12) Alat dirapikan kembali.

13) Mencuci tangan

14) Melaksanakan dokumentasi :

Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada

lembar catatan klien.

Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang

melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.

b. Pada Pria

Gambar 2.2

Pengertian : memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan ke

dalam kandung kemih.

Tujuan :

1) Menghilangkan distensi kandung kemih.

2) Mendapatkan spesimen urine

26

3) Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu

sepenuhnya dikosongkan.

Persiapan pasien :

1) Mengucapkan salam terapeutik

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan

tindakan yang akan dilaksanakan.

4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.

5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak

mengancam.

6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.

7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.

8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta

respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.

9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Persiapan alat :

1) Bak instrumen berisi:

Poly kateter sesuai ukuran 1 buah (klien dewasa yang pertama kali

dipasang kateter biasanya dipakai no.16)

Urine bag steril 1 buah

Pinset anatomi 2 buah

Duk steril

27

Kassa steril yang diberi jelly

1) Sarung tangan steril

2) Kapas sublimat dalam kom tertutup

3) Perlak dan pengalasnya 1 buah

4) Sampiran

5) Cairan aquadest atau Nacl 0,9%

6) Plester

7) Gunting verban

8) Bengkok 1 buah

9) Korentang pada tempatnya.

Prosedur

1) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,

kemudian alat-alat didekatkan ke pasien.

2) Pasang sampiran

3) Cuci tangan

4) Pasang pengalas/perlak di bawah bokong pasien

5) Pakaian bagian bawah klien di keataskan/dilepas, dengan posisi klien

telentang. Kaki sedikit dibuka. Bengkok diletakkan didekat bokong

klien.

6) Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu

bersihkan alat genetalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan

pinset.

28

7) Bersihkan genetalia dengan cara penis dipegang dengan tangan non

dominan penis dibersihkan dengan menggunakan kapas sublimat oleh

tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus keluar. Tindakan

bisa dilakukan hingga bersih. Letakkan pinset dalam bengkok.

8) Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam

uretra kira-kira 10 cm secara perlahan–lahan dengan menggunakan

pinset sampai urine keluar. Masukkan cairan Nacl 0.9%/Aquadest 20-30

cc atau sesuai ukuran yang tertulis di kateter. Tarik sedikit kateter.

Apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah

masuk pada kandung kemih.

9) Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi

tempat tidur.

10) Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien.

11) Klien dirapikan kembali.

12) Alat dirapikan kembali.

13) Mencuci tangan

14) Melaksanakan dokumentasi :

Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada

lembar catatan klien.

Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang

melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.

29

C. Prosedur Tetap Pemasangan Kateter Uretra di Rumah Sakit Umum

Mokopido Tolitoli

1. Tujuan : Sebagai acuan langkah–langkah dalam pemasangan kateter.

2. Ruang Lingkup : Pada pasien rawat yang harus dipasang kateter.

3. Sasaran :

a. Adanya tenaga perawat profesional yang diberi wewenang ruang

untuk memasang kateter.

b. Adanya pasien yang harus dipasang kateter

c. Adanya sarana yang tersedia.

4. Indikasi

a. Pasien dengan retensi urin.

b. Pasien inkontensia urine

c. Pasien dengan penyakit yang perlu dimonitor urinenya.

d. Pasien dengan gagal ginjal.

e. Pasien tidak sadar.

f. Pasien melahirkan kalau perlu.

g. Pasien dengan operasi di daerah panggul atau operasi besar.

5. Persiapan.

a. Persiapan Alat

1) Kateter urine dalam keadaan steril

2) Jelly

3) Sarung tangan steril pada tempatnya.

30

4) Perlak dan alasnya.

5) Betadin dan kassa steril.

6) Aquades/Nacl 0.9%

7) Spuit disposible 10 cc

8) Nierbeken

9) Pinset steril

10) Urine bag

b. Persiapan pasien.

1) Pasien diberitahu tentang hal-hal yang akan dilakukan.

2) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.

c. Pelaksanaan.

1) Pasien diberitahu, pasang sampiran.

2) Membawa alat–alat kedekat pasien.

3) Mengatur posisi tidur pasien lithotomi/sesuai kebutuhan

4) Bersihkan daerah yang akan di pasang kateter.

5) Perawat mencuci tangan

6) Folley kateter diberi jelly/pelumas

7) Dengan memakai sarung tangan masukkan folley kateter kedalam

uretra perlahan–lahan dan anjurkan pasien menarik nafas

8) Periksa apakah folley kateter sudah masuk dengan melihat urine

yang keluar.

31

9) Selanjutnya fiksasi kateter dengan memasukkan cairan Nacl 0.9%

atau Aquadest sebanyak 15-30 atau sesuai yang tertera di kateter.

10) Urine yang keluar ditampung dalam bengkok/urine bag.

11) Bila pemasangan kateter telah selesai, maka pasien dirapikan

kembali dan alat–alat dibereskan.

12) Perawat mencuci tangan.

d. Dokumen terkait :

1) Buku laporan pasien

2) Dokumen medik