Bab 2 Sirih Merah

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperaceae, tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang tumbuh berselang- seling dari batangnya serta penampakan daun yang berwarna merah keperakan dan mengkilap. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Sirih merah sejak dulu telah digunakan oleh masyarakat yang berada di Pulau Jawa sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit (Manoi, 2007). 2.1.1 Morfologi Tanaman Tanaman sirih merah tumbuh menjalar seperti halnya sirih hijau. Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata, dan 6

Transcript of Bab 2 Sirih Merah

Page 1: Bab 2 Sirih Merah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)

Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperaceae,

tumbuh merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang

tumbuh berselang-seling dari batangnya serta penampakan daun yang berwarna

merah keperakan dan mengkilap. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa

fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Sirih merah sejak dulu

telah digunakan oleh masyarakat yang berada di Pulau Jawa sebagai obat untuk

menyembuhkan berbagai jenis penyakit (Manoi, 2007).

2.1.1 Morfologi Tanaman

Tanaman sirih merah tumbuh menjalar seperti halnya sirih hijau.

Batangnya bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya

bertangkai membentuk jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata, dan

permukaannya mengkilap atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-

20 cm. Warna daun bagian atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian

bawah daun berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa sangat pahit,

dan beraroma wangi khas sirih. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku

5-10 cm. Di setiap buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005).

Sirih merah dapat tumbuh dengan baik di tempat yang teduh dan

mendapatkan 60-75% cahaya matahari. Jika terkena sinar matahari langsung pada

6

Page 2: Bab 2 Sirih Merah

7

siang hari secara terus-menerus warna merah pada daunnya bisa menjadi pudar,

buram, dan kurang menarik. Karenanya, perlakuan khusus sangat dibutuhkan

dalam upaya menjaga syarat tumbuhnya (Sudewo, 2005). Tanaman sirih merah

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tanaman sirih merah (Manoi, 2007).

2.1.2 Taksonomi

Sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav (Backer, 1963).

2.1.3 Kandungan Kimia

Page 3: Bab 2 Sirih Merah

8

Kandungan senyawa dalam daun sirih merah diantaranya adalah alkaloid,

polifenol, saponin, tanin, flavonoid, minyak atsiri; karvakrol, eugenol,

hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, alliprokatekol, p-cimen, sineol, kariofelen,

kadimen estragol, ter-penen, dan fenil propada (Manoi, 2007).

2.1.4 Khasiat dan Kegunaan

Selain bersifat antiseptik sirih merah juga bisa dipakai mengobati penyakit

diabetes. Secara empiris diketahui tanaman sirih merah dapat menyembuhkan

penyakit batu ginjal, kolesterol, asam urat, serangan jantung, stroke, radang

prostat, radang mata, masuk angin dan nyeri sendi (Manoi, 2007)

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan tahap awal pada proses isolasi senyawa-senyawa

aktif dari tumbuhan obat (Sarker, 2005). Dalam proses ini, pelarut organik akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung

senyawa-senyawa kimia dan akan melarutkannya, lalu larutan ini akan berdifusi

keluar sel. Proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara

konsentrasi cairan di dalam dan di luar sel (Depkes RI, 1986).

Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari pada suhu kamar dengan beberapa kali

pengadukan (Depkes RI, 2000). Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15-

20ºC dalam waktu tiga hari sampai bahan-bahan yang mudah larut akan melarut

(Ansel, 2005). Keuntungan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang

Page 4: Bab 2 Sirih Merah

9

digunakan sangat sederhana, sedang salah satu kerugiannya adalah waktu

pengerjaannya yang lama (Depkes RI, 1986).

2.3 Antiseptik

Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat

pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di permukaan tubuh.

Mekanisme kerja antiseptik ini antara lain merusak lemak pada membran sel

bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang

berperan dalam biosintesis asam lemak (Isadiartuti dan Retno, 2005).

2.4 Bakteri dan Jamur Uji

2.4.1 Staphylococcus aureus

Staphylococcus berasal dari kata Yunani yaitu ”staphyle” yang berarti

sekelompok anggur. Bakteri ini umumnya hidup pada kulit dan membran mukosa

manusia. Staphylococcus aureus merupakan jenis bakteri yang paling penting

dalam menyebabkan infeksi pada manusia. Hampir setiap orang akan mengalami

beberapa tipe infeksi S. aureus sepanjang hidupnya, dari infeksi kulit ringan,

keracunan makanan, sampai infeksi berat (Jawetz, et al., 1996).

A. Klasifikasi

Staphylococus aureus memiliki klasifikasi sebagai berikut (Todar, 2005):

Kingdom : Prokariota

Divisi : Firmicutes

Page 5: Bab 2 Sirih Merah

10

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Terdapat 23 spesies Staphylococcus dan dua belas diantaranya merupakan

flora normal bagi manusia dan yang terpenting secara klinis ada tiga spesies yaitu

S. aureus, S. pidermidis, S. saprophyticus. Ciri utama yang paling mudah dan

penting untuk membedakan antara S. aureus dengan spesies Staphylococcus

lainnya yaitu produksi enzim koagulase, enzim yang dapat menggumpalkan

plasma. Sekitar 97% S. aureus yang diisolasi menghasilkan enzim ini (Jawetz, et

al., 1996).

B. Karakteristik

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk bola

dengan garis tengah sekitar 1 μm, tidak bergerak, tidak membentuk spora,

tersusun dalam kelompok tidak beraturan, dan menghasilkan katalase positif.

Bakteri ini tahan pada suhu 50° C, dan pada lingkungan dengan konsentrasi garam

yang tinggi, mudah membentuk pigmen pada suhu kamar (20-25 C). Koloni S.

aureus pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus menonjol, dan berwarna

abu-abu sampai kuning emas tua (Tolan, 2008). Bentuk sel S. aureus secara

mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Page 6: Bab 2 Sirih Merah

11

Gambar 2.2 Staphylococcus aureus (Todar, 2005)

C. Epidemiologi

Epidemi di rumah sakit yang disebabkan oleh S. aureus merupakan

masalah yang sering terjadi berulang. Terjadinya wabah biasanya berhubungan

dengan pasien yang telah menjalani pembedahan atau tindakan invasif lainnya.

Sumber wabah dapat berasal dari pasien dengan infeksi S. aureus yang terbuka

atau tertutup, menyebar ke pasien lain melalui perantaraan udara tapi biasanya

melalui tangan paramedis. S. aureus sebagai flora normal kulit sering

menimbulkan infeksi pada luka bedah karena berpindah dari tempat semestinya ke

organ atau jaringan lainnya (Djafar, 1993).

D. Patogenitas

Pernanahan lokal (abses) adalah sifat khas infeksi Stapylococcus aureus.

Dari setiap tempat, organisme menyebar melalui saluran getah bening dan aliran

darah ke bagian tubuh lainnya. Pernanahan dalam vena, yang disertai trombosis,

sering terjadi pada penyebaran tersebut. Pada osteomielisis, fokus primer

pertumbuhan Stapylococcus aureus secara khas terjadi di pembuluh darah

terminal pada metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan

Page 7: Bab 2 Sirih Merah

12

pernanahan menahun. Stapylococcus aureus dapat menyebabkan pneumonia,

meningitis, empiema, endokarditis, atau sepsis dengan pernanahan pada bagian

tubuh manapun. Stapylococcus aureus berperan pada banyak infeksi kulit

(misalnya akne, pioderma, atau impetigo) (Jawetz, et al., 1996).

Suhu optimum untuk pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 35o-37o C,

suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada

pH 4,0-9,8 dengan pH optimum 7,0-7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8

hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk

pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan

tiamin untuk menstimulasi pertumbuhannya. Pada keadaan anaerob, bakteri ini

juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam

amino, yaitu valin, leusin, treonin, fenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin,

prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik

yang tidak mengandung asam amino atau protein (Jawetz, et al., 1996).

2.4.2 Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di

lingkungan yang lembab di rumah sakit. Bakteri ini dapat tinggal pada manusia

dan berlaku sebagai saprofit. Bakteri ini menyebabkan penyakit bila pertahanan

tubuh inang abnormal (Jawetz, et al., 1996).

A. Klasifikasi

Pseudomonas aeruginosa memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Page 8: Bab 2 Sirih Merah

13

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Pseudomonadales

Sub Ordo : Pseudomonadinae

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : Pseudomonas aeruginosa

(Holti et al., 1994).

P. aeruginosa termasuk ke dalam famili Pseudomonadaceae.

Pseudomonadaceae dan beberapa genus lain bersama beberapa organisme tertentu

dikenal sebagai Pseudomonad. Istilah Pseudomonad ditunjukkan pada bakteri

yang mempunyai perlengkapan fisiologik sama dengan bakteri dari genus

Pseudomonas. Beberapa bakteri ini pada awalnya termasuk genus Pseudomonas

tetapi kemudian dipindahkan ke genus atau famili lain karena jauhnya jarak

filogenik bakteri-bakteri tersebut dari genus Pseudomonas (Todar, 2004).

B. Karakteristik

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif berbentuk

batang dan berukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Lebih dari setengah isolat klinik bakteri

menghasilkan pigmen hijau-biru pyocyanin. Namun bakteri ini kadang-kadang

memiliki dua atau tiga flagel sehingga selalu bergerak (Todar, 2004). Bentuk sel

P. aeruginosa secara mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Page 9: Bab 2 Sirih Merah

14

Gambar 2.3 P. aeruginosa pada pewarnaan Gram (Todar, 2004)

Bentuk dan warna koloni P. aeruginosa dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Koloni P. aeruginosa pada media agar (Todar, 2004).

Tiap jenis koloni P. aeruginosa dapat mempunyai aktivitas biokimia dan

enzimatik yang berbeda serta pola kepekaan antimikroba yang berbeda. Isolat dari

tanah atau air mempunyai ciri koloni yang kecil dan tidak rata. Pembiakan dari

spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus

berupa: koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi (fried-egg

appearance), koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari

alginat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih

(Todar, 2004).

Page 10: Bab 2 Sirih Merah

15

C. Epidemiologi

Habitat P. aeruginosa dapat ditemukan di tanah dan air. P. aeruginosa

dapat dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat membentuk koloni pada

saluran pernafasan bagian atas pasien-pasien di rumah sakit (Levinson & Jawetz ,

2003). Infeksi P. aeruginosa terjadi pada orang yang memiliki ketahanan tubuh

yang menurun, yaitu pada penderita luka bakar, orang yang sakit berat, penderita

penyakit metabolik atau mereka pasien yang sebelumnya menggunakan alat-alat

bantu kedokteran (Karsinah et al., 1993).

D. Patogenitas

Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah

yang fungsi pertahanannya rendah, misalnya bila selaput mukosa dan kulit

mengalami luka karena kerusakan jaringan secara langsung, pada penggunaan

kateter intravena atau kateter air kemih, atau bila terdapat netropenia, misalnya

pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan berkoloni pada selaput mukosa atau

kulit, menginvasi secara lokal, dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini

dibantu fili, enzim, dan toksin. Lipopolisakarida berperan langsung dalam

menyebabkan demam, syok, oligouria, leukositosis, dan leukopenia (Jawetz, et

al., 1996).

2.4.3 Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran

pencernaan. Namun, kini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu

Page 11: Bab 2 Sirih Merah

16

menyebabkan gastroenteritis taraf sedang sampai parah pada manusia dan hewan.

Escherichia coli dipindahsebarkan dengan kegiatan tangan ke mulut atau dengan

pemindahan pasif lewat makanan atau minuman (Pelczar dan Chang, 2005).

A. Klasifikasi

Klasifikasi dari Escherichia coli sebagai berikut (Todar, 2004):

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli

B. Karakteristik

Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang

sekitar 2 mikrometer dan berdiamater 0,5 mikrometer. Volume sel E. coli berkisar

0,6-0,7 mikrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang

20°-40° C, optimum pada 37° C (Dadi, 2010).

Page 12: Bab 2 Sirih Merah

17

C. Epidemiologi

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang habitatnya berada

di saluran usus manusia, tanah, air seni, tinja dan hewan (Pelczar dan Chang,

2005).

D. Patogenitas

Bakteri menjadi bersifat patogen hanya bila bakteri ini berada di luar usus,

yaitu lokasi normal tempatnya berada atau di lokasi lain dimana flora normal

jarang terdapat. Beberapa contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah

infeksi saluran kemih, diare, meningitis (Pelczar dan Chang, 2005).

Sifat-sifat virulensi dari E. coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

E.coli Enteropatogenik (EPEC) adalah penyebab penting diare pada bayi,

khususnya di negara berkembang. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.

Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tapi

dapat juga menjadi kronik.

E.coli Enterotoksigenik (ETEC) adalah penyebab yang sering dari “diare

wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara

berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia

menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil

E.coli Enterohemoragic (EHEC) menghasilkan verotoksin. EHEC

berhubungan dengan kolitis hemoragik, bentuk diare yang berat, dan dengan

sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia

hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia

Page 13: Bab 2 Sirih Merah

18

E.coli Enteroinvasif (EIEC) menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan

shigelosis. Seperti Shigella, strain EIEC bersifat nonlaktosa atau melakukan

fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIEC

menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus

E. coli Enteroagregatif (EAEC) menyebabkan diare akut dan kronik pada

masyarakat di negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas

pelekatannya pada sel manusia (Dadi, 2010).

2.4.4 Candida albicans

Candida albicans merupakan flora normal selaput lendir di saluran

pernapasan, saluran pencernaan dan mukosa genital (Tjay dan Rahardja, 2007).

Penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies kandida disebut kandidiasis, dapat

mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat

menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis (Kuswadji, 1999). Bentuk

sel C. albicans secara mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Candida albicans (Brooks, et al., 2007).

Page 14: Bab 2 Sirih Merah

19

A. Klasifikasi

Candida albicans memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Subphylum : Saccharomycotina

Class : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans (C.P. Robin) Berkhout 1923

Sinonim : Candida stellatoidea dan Oidium albicans

(Brooks, et al., 2007)

B. Karakteristik

Beberapa spesies ragi genus kandida mampu menyebabkan kandidiasis.

Spesies tersebut adalah anggota flora normal pada kulit, membran mukosa, dan

saluran pencernaan. Spesies kandida berkoloni di permukaan mukosa setiap

manusia selama atau segera setelah lahir, dan selalu ada risiko infeksi endogen.

Kandidiasis adalah mikosis sistemik yang paling sering terjadi dan agen yang

paling sering ditemukan diantaranya adalah Candida albicans (Jawetz, et al.,

2008).

Pada biakan atau jaringan, spesies Candida albicans tumbuh sebagai sel

ragi tunas, berbentuk oval (berukuran 3-6 µm). Spesies tersebut juga membentuk

Page 15: Bab 2 Sirih Merah

20

pseudohifa ketika tunas terus tumbuh tetapi gagal lepas, menghasilkan rantai sel

memanjang yang menyempit atau mengerut pada septa di antara sel. Candida

albicans bersifat dimorfik; selain dari ragi dan pseudohifa, spesies tersebut juga

dapat menghasilkan hifa sejati. Pada medium agar atau dalam 24 jam pada suhu

37° C atau suhu ruangan, spesies kandida menghasilkan koloni lunak berwarna

krem dengan bau seperti ragi. Pseudohifa tampak sebagai pertumbuhan yang

terendam di bawah permukaan agar. Dua uji morfologi yang sederhana dapat

membedakan Candida albicans, patogen yang paling sering ditemukan, dari

spesies kandida lain: Setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada

suhu 37° C. sel ragi Candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau

tubulus germinal, dan pada medium yang kurang nutrisinya, Candida albicans

menghasilkan klamidospora sferis yang besar (Jawetz, et al., 2008).

C. Patogenitas

Kandidiasis superfisial (kutan atau mukosa) terjadi melalui peningkatan

jumlah kandida lokal dan adanya kerusakan pada kulit atau epitel yang

memungkinkan invasi lokal oleh ragi dan pseudohifa. Kandidiasis sistemik terjadi

ketika kandida masuk ke aliran darah dan pertahanan pejamu fagositik tidak kuat

untuk menahan pertumbuhan dan penyebaran ragi. Dari sirkulasi, kandida dapat

menginfeksi ginjal, melekat pada katup jantung prostetik, atau menimbulkan

infeksi kandida hampir di semua tempat (misal, artritis, meningitis, endoftalmitis).

Histologi lokal lesi kutan atau mukokutan ditandai dengan reaksi radang yang

bervariasi dari abses piogenik sampai granuloma kronik. Lesi ini mengandung

Page 16: Bab 2 Sirih Merah

21

banyak sel ragi tunas dan pseudohifa. Bertambahnya kandida dalam jumlah besar

di dalam saluran cerna sering terjadi setelah pemberian antijamur secara oral dan

ragi dapat masuk ke dalam sirkulasi dengan melewati mukosa usus (Jawetz, et al.,

2008).

D. Epidemiologi

Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan

keseimbangan pada flora mikroba normal dan pertahanan pejamu intak.

Kandidiasis tidak menular karena sebenarnya semua orang secara normal sudah

mengandung organisme tersebut (Jawetz, et al., 2008).