Bab 2 Plambing
-
Upload
dhani-widiatmoko -
Category
Documents
-
view
282 -
download
4
description
Transcript of Bab 2 Plambing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Instalasi Plumbing
2.1.1. Definisi Alat Plumbing
Istilah alat plumbing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam
maupun di luar gedung.Alat-alat plumbing tersebut digunakan untuk menyediakan
atau memasukkan air panas atau air dingin, dan untuk menerima atau mengeluarkan
air buangan. Jadi alat plumbing dikatakan sebagai peralatan yang dipasang pada :
a. Ujung akhir pipa, untuk memasukkan air bersih
b. Ujung awal pipa, untuk membuang air buangan
2.1.2. Kualitas Alat Plumbing
Alat plumbing merupakan bagian dari sistem plumbing yang memegang peranan
penting dalam penyaluran maupun pembuangan air. Oleh karena itu kualitasnya
harus benar-benar diperhatikan agar sistem plumbing dalam suatu gedung bisa
berfungsi dengan baik. Kualitas alat plumbing bisa kita lihat dari sifat bahannnya
maupun asal bahannnya.
Adapun Bahan yang digunakan sebagai alat plumbing harus memenuhi syarat-
syarat berikut :
a. tidak menyerap air
b. mudah dibersihkan
c. tidak berkarat dan tidak mudah aus
d. relatif mudah dibuat dan mudah dipasang
Sedangkan Bahan yang banyak digunakan adalah porselen, besi, baja yang dilapisi
email, berbagai jenis plastik, dan baja tahan karat. Untuk bagian alat plumbing yang
tidak atau jarang terkena air, ada juga yang berasal dari bahan kayu. Alat plumbing
yang tergolong “mewah” menggunakan bahan dari marmer berkualitas tinggi.
4
Bahan lain yang pada masa sekarang mulai banyak digunakan terutama untuk bak
mandi (bath tub) adalah FRP atau resin poli-ester yang diperkuat dengan anyaman
serat gelas.
2.1.3. Prinsip Dasar Instalasi Plumbing
Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi plumbing ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Hal-hal ini tidak dapat diabaikan keberadaannya, karena mampu
mengurangi (menurunkan) kemanfaatan dari sistem dan dapat mengganggu
konstruksi gedung.
Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah :
1. Konsep denah alat plumbing
Konsep denah alat plumbing selain mempertimbangkan pemakaian energi secara
keseluruhan yang perlu dijadikan dasar peletakan alat plumbing adalah segi
arsitektual bangunan atau dapat disebut sebagai aspek estetika tata ruang
bangunan.
2. Perlindungan konstruksi gedung
Perlindungan konstruksi gedung dilakukan karena adanya pembebanan akibat
pemasangan pipa dan perlengkapannya. Untuk keperluan tersebut pipa tidak
boleh langsung dipasang menembus bagian konstruksi, seperti pondasi, balok
atau dinding, karena itu harus dibuat suatu selubung (sleeve) yang terpasang
pada tempat dimana pipa menembus.
3. Perlindungan pipa dari kerusakan
Perlindungan pipa dari kerusakan, penting diperhatikan karena dapat
mempengaruhi kualitas air yang didistribusikan. Beberapa kerusakan yang dapat
terjadi adalah korositas, yang menyebabkan perkaratan, biasanya terjadi pada
pipa besi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat untuk
menahan karat.
4. Perancangan sistem plumbing yang baik
Perancangan sistem plumbing yang baik adalah dengan memperhatikan
pemasangan katup untuk pengeluaran udara, sehingga tidak menimbulkan
penyumbatan. Pipa mendatar pada sistem pengaliran keatas sebaiknya dibuat
5
agak miring keatas (searah aliran), sedang pada sistem pengaliran ke bawah
sekitar 1/300. Perpipaan yang tidak merata, misalnya melengkung, hendaknya
dipasang katup pelepas udara. Selain itu juga harus dihindarkan membaliknya
arah aliran.
5. Perencanaan sistem pembuangan
Perencanaan sistem pembuangan untuk mencegah tersumbatnya pipa dan
kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka kemiringan pipa dibuat sama atau
lebih dari diameter pipa. Kecepatan paling baik adalah dalam range 0,6 - 1,2 m/s.
Sistem penyediaan air bersih meliputi berbagai peralatan, seperti tangki air bawah
tanah (ground reservoir), tangki atas atap (roof tank), pompa, perpipaan dan
aksesoris. Dengan peralatan seperti ini diharapkan air minum dialirkan ke tempat-
tempat yang dituju tanpa hambatan. Pada dasarnya ada dua sistem pengaliran air
dalam gedung, yaitu :
a. Sistem pengaliran air keatas
Pipa utama dipasang dari tangki atas ke bawah sampai langit-langit lantai
terbawah gedung dan bercabang tegak keatas untuk melayani lantai-lantai
atasnya.
6
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2
b. Sistem pengaliran air kebawah
Pipa utama dipasang dari tangki atas mendatar dalam langit-langit teratas gedung
dan dibuat cabang-cabang tegak kebawah untuk melayani lantai-lantai
dibawahnya. Pada sistem ini diperlukan ruang yang cukup dalam langit-langit
lantai teratas untuk memasang pipa utama secara mendatar, serta ruang yang
cukup pula untuk perawatan dan pemeliharaan, operasi penyetelan katup-katup
pada pipa tegak ke bawah.
Pada sistem pembuangan, harus dapat mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bahan-bahan padatan, Karena itu pipa pembuangan harus
mempunyai ukuran dengan kemiringan yang cukup yang sesuai dengan banyaknya
dan jenis air buangan yang mengalir
2.2 Peralatan dan Perlengkapan Alat Plambing
Dalam pengerjaan plumbing, peralatan dan perlengkapan yang sering digunakan
antara lain adalah :
a. Pemecah Vakum
Alat ini digunakan untuk mencegah aliran balik dengan cara otomatik
memasukkan udara ke dalam pipa penyediaan air bila terjadi tekanan negatif
dalam pipa. Aliran balik adalah aliran air atau cairan, zat atau campuran ke
dalam sistem perpipaan air bersih, yang berasal dari sumber lain dan tidak
digunakan untuk air bersih.
b. Rongga Udara
Alat ini digunakan untuk mencegah pukulan air yang terjadi apabila aliran air
dalam pipa dihentikan secara mendadak oleh kran air atau katup air, dimana
pukulan air (water hammer) ini dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan
plumbing, gerakan pada sistem pipa, patahnya pipa, kebicoran dan suara
getaran atau gemerisik sehingga pada akhirnya dapat mengurangi umur kerja
peralatan dan sistem perpipaan yang ada.
7
c. Check Valve
Biasanya dipasang pada pompa yang merupakan katup aliran searah, yang
dapat digunakan terjadinya pukulan air (water hammer).
d. Gate Valve
Gate valve ini biasanya dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang sehingga
apabila terjadi kerusakan atau perawatan tidak perlu mematikan seluruh aliran
dalam sistem plumbing suatu gedung.
e. Globe Valve
Valve ini berguna untuk mengatur atau membatasi laju aliran air pada pipa
aliran cabang.
f. Flush Valve
Biasanya digunakan pada kloset atau peturasan
g. Perangkap
Alat ini digunakan untuk mencegah masuknya gas berbau atau beracun, bahkan
serangga yang masuk apabila alat plumbing ini sedang tidak sedang digunakan.
h. Penangkap (Interceptor)
Alat ini digunakan untuk mencegah masuknya bahan-bahan berbahaya yang
dapat menyumbat atau mempersempit penampang pipa yang akan
mempengaruhi kemampuan instalasi pengolahan air buangan. Konstruksi
penangkap ini pada umunya juga merupakan perangkap.
2.3 Peralatan Sanitasi
Peralatan yang digunakan dalam tugas perencanaan sistem plumbing ini antara lain:
1. Kloset
Kloset dapat dibagi dalam beberapa golongan menurut konstruksinya, yakni :
a. Tipe Wash-Out (bilas keluar)
Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Kotoran tidak jatuh ke
dalam air yang merupakan “sekat”, melainkan pada suatu permukaan
penampung yang agak luas dan sedikit berair, sehingga pada waktu
8
penggelontoran tidak bisa bersih betul, akibatnya sering menimbulkan bau
yang tidak sedap.
b. Tipe Wash Down (bilas bawah)
Tipe ini mempunyai konstruksi sedemikian hingga kotoran jatuh langsung
atau tidak langsung ke dalam air “sekat”, sehingga bau yang timbul akibat sisa
kotoran tidak terlalu menyengat dibandingkan dengan tipe wash out.
c. Tipe Siphon
Tipe ini memiliki konstruksi jalannya air buangan yang lebih rumit
dibandingkan tipe wash down, dimana sedikit menunda aliran air buangan
tersebut sehingga timbul efek siphon. Jumlah air yang ditahan dalam
mangkuk sebagai “sekat” lebih banyak, juga muka airnya lebih tinggi
dibanding tipe wash down. Oleh karena itu bau lebih berkurang lagi pada tipe
ini.
d. Tipe Siphon Jet
Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat, dengan
memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air
buangan. Dibandingkan dengan tipe siphon, tipe siphon jet akan
menggunakan air penggelontor lebih banyak.
e. Tipe Blow Out
Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor dengan cepat air koor
dalam mangkuk kloset, tetapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan
sampai 1 kg/cm2, dan menimbulkan suara berisik.
2. Peturasan (Urinoir)
Ditinjau dari konstruksinya, peturasan dapat dibagi seperti halnya kloset, yang
paling banyak digunakan adalah tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum,
sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang”, dibuat dari porselen, plastik
atau baja tahan karat, dan memenuhi persyaratan berikut
a. Dalamnya “talang” 15 cm atau lebih
b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi saringan
c. Pipa penggelontor harus diberi lubang untuk menyiram bidang belakang
“talang” dengan lapisan air
9
d. Laju aliran penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm
panjang “talang” ekivalen dengan satu peturasan biasa.
3. Lavatory
Merupakan suatu tempat atau wadah untuk mencuci tangan atau bahkan cuci
muka sekalipun. Pada umumnya bahan yang dipergunakan adalah porselen,
tetapi ada pula dari bahan polimetil metalkrilat.
4. Bak mandi
Pada Berbagai macam bentuk dan ukurannya serta memiliki spesifikasi teknis
masing-masing. Yang paling banyak digunakan di Indonesia ialah jenis bak
penampung air, meskipun ada pula beberapa masyarakat kelas atas yang
menggunakan jenis bath tub untuk keperluan mandinya.
5. Pancuran Mandi
Ada yang disambung dengan pipa fleksibel dan ada pula semacam shower yang
dipasang permanen pada tetap.
2.4 Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih
Pada waktu ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih (misalnya, pipa utama di bawah jalan dari
Perusahaan Air Minum).Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama tersebut,
maka sistem ini diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan
rendah. Ukuran pipa cabang biasanya ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.
Tangki pemanas air biasanya tidak disambung langsung kepada pipa distribusi
dan dibeberapa daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor (flush valve).
10
2. Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat diterapkan,
sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap, terutama di Negara
Amerika Serikat dan Jepang.
Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang
pada lantai terendah atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi
bangunan. Dari tangki atap ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem
tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plumbing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat
perubahan muka air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat
yang mendeteksi muka dalam tangki atap.
3. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya
tangki tekan.
Pada setiap tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang
memberikan sinyal untuk muka air rendah (dengan maksud perlu pemompaan
untuk mengisi tangki atap dari tangki bawah) dan air penuh (pemompaan harus
dihentikan karena telah mencapai muka air tertinggi pada tangki atap).
Apabila tekanan air dalam pipa utama (pipa penyaluran dari sumber air) cukup
besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam
tangki bawah dan dipompa. Dalam kondisi ini ketinggian lantai paling atas yang
dapat dilayani akan bergantung kepada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan “letak tangki
atap” tersebut; apakah dipasang didalam langit-langit, atau di atas atap
11
(misalnya untuk atap dari beton) ataukah dengan suatu konstruksi menara yang
khusus. Penentuan ini harus didasarkan atas jenis alat plumbing yang dipasang
pada lantai tertinggi dan yang menuntut tekanan tertinggi.
Tangki atap dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak gedung dan
biasanya disediakan dalam jangka waktu yang cukup untuk kebutuhan gedung
tersebut yaitu sebesar 30 menit.
Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa kebutuhan puncak dimulai pada
saat muka air terendah dalam tangki atas, sehingga perlu diperhitungkan jumlah
air yang dapt dimasukkan dalam waktu 10 sampai 15 menit oleh pompa-angkat
(yang memompakan air dari tangki bawah ke tangki atas). Kapasitas efektif
tangki atas dinyatakan dalam rumus berikut :
Dimana : VE = Kapasitas efektif roof tank (liter)
Qp = Kebutuhan puncak (liter / menit)
Qmax = Kebutuhan jam puncak (liter / menit)
Qpu = Kapasitas pompa pengisi (liter / menit)
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
Biasanya, kapasitas pompa pengisi diusahakan sebesar :
3. Sistem tangki tekan
Seperti halnya sistem tangki atap, sistem ini diterapkan bila tidak dapat
digunakan sistem sambungan langsung. Tangki tekan ini berfungsi untuk
menyimpan air dengan tekanan tinggi dan biasanya terbuat dari baja.
12
VE = (Qp – Qmax)Tp – Qpu x Tpu
Qpu = Qmax
Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut : Air yang telah ditampung dalam
tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga
udara didalamnya terkompresi. Air dari tangki tertutup tersebut dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan.
Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem
distribusi dan setelah berulang kali mengembang dan terkompresi, lama
kelamaan akan berkurang, karena larut dalam air atau ikut terbawa air keluar
tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian agar volume udara
tidak lebih dari 30 % terhadap volume tangki dan 70 % volume tangki terisi air.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain :
a. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok
dibanding dengan tangki atap.
b. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya.
c. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang
diatas menara.
Pompa
Pompa juga merupakan alat penyediaan air bersih yang digunakan untuk
memindahkan air dari ground reservoir ke roof tank, atau dari tempat yang
rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Head Pompa
Head pompa menunjukkan energi atau kemapuan untuk melakukan usaha per
satuan massa. Dalam pompa, head adalah ukuran energi untuk air pada
kapasitas dan kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapt mengalir dari tempat
yang rendah ke tempat yang tinggi.
Dalam sistem pipa ada beberapa macam head, yaitu:
a. Head statik
b. Head yangbekerja pada permukaan zat cair
c. Head kecepatan
13
d. Head loss
Untuk menghitung head total dapat digunakan rumus :
Dimana : H = Head total (m)
Hs = Head static (m)
Hfsd = Kerugian besek dalam pipa hisap dan pipa tekan / H
mayor (m)
V2 / 2g = Head turun akibat belokan pipa dan katup hisap (m)
V = Kecepatan pipa air (m / dt)
k = koefisien pipa
g = percepatan graitasi (9,8 m / dt2)
Daya Air (Water Horse Power)
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh zat cair dari pompa per
satuan waktu.
{Satuan dalam Horse Power (hp)}
Dimana : Whp = Water horse power
γ = Berat jenis zat cair (kg / m3)
Q = Kapasitas pompa (m3 / dt)
H = Head pompa (m)
1 hp = 746 watt
Daya Poros (Brake Horse Power)
Daya poros adalah energi yang diperlukan untuk menggerakkan pompa per
satuan waktu.
14
H = Hs + Hfsd + k V2 / 2g + V2 / 2g + Hf
Whp = γ x Q x H
75
Bhp = Whp
η
Dimana : Bhp = Daya poros
Whp = Daya air (watt)
η = Efisiensi pompa (%)
4. Sistem tanpa tangki
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan, atau pun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama PAM).
Sistem ini dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air minum (PAM)
maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum).
2.4.2 Penentuan Kebutuhan Air Bersih
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu gedung, kapasitas peralatan
dan dimensi pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air (kebutuhan air bersih)
dari tiap-tiap peralatan plumbing yang ada dalam gedung yang harus disediakan
untuk gedung tersebut.
Untuk memperkirakan besarnya laju aliran air, terdapat 3 metode yang dapat
digunakan , yaitu :
1. Berdasarkan jumlah pemakai
2. Berdasarkan Unit beban alat plambing
3. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
1. Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari tiap penghuni,
dan perkiraan jumlah penghuni.
Dengan diketahuinya jumlah penghuni, maka angka tersebut digunakan untuk
menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan “standar” pemakaian air
per orang per hari tergantung dari peruntukan gedung tersebut. Apabila jumlah
penghuni tidak diketahui, dapat ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan
kepadatan hunian per luas lantai. Luas lantai yang digunakan sebagai patokan
15
adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80 % dari luas keseluruhan
gedung. Tabel 2.1 dapat dipakai sebagai acuan, tetapi harus tetap diperiksa
terhadap kondisi pemakaian gedung yang dirancang.
Jika jumlah penghuni tidak diketahui dengan pasti, maka jumlah penghuni
ditetapkan dari luas lantai efektif dengan penetapan hunian 5-10 m2/orang,
terutama untuk gedung perkantoran seperti pada perencanaan ini.
Pemakaian air rata-rata yang diperoleh dengan metode ini hanya bisa digunakan
untuk menghitung dimensi pipa penyediaan air (misalnya pipa dinas / pipa dari
PAM) dan bukan untuk menentukan dimensi pipa dalam seluruh jaringan.
Persamaan yang digunakan adalah :
Luas efektif total = 55 - 80% x luas total
Jumlah Penghuni = luas lantai ef./kep.hunian
Q = penghuni x keb.air per kapita (pers.2.1 )
2. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plumbing
Metode ini dipakai bila kondisi pemakaian dan jumlah dari setiap jenis alat
plumbing diketahui. Tabel 2.2. dan Tabel 2.3 dapat digunakan sebagai referensi
dalam perhitungan kebutuhan air rata-rata, yakni kebutuhan air setiap alat
plumbing dikalikan dengan faktor pemakaiannya.
Tabel 2.1 Faktor pemakaian ( % ) dan jumlah alat plambing
16
3. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plumbing
Dalam metode ini untuk setiap alat plumbing ditetapkan suatu unit beban (fixture
unit). Untuk setiap bagian pipa, besarnya unit beban dari semua alat plumbing
dijumlahkan, kemudian ditentukan besarnya laju aliran air dengan memplotkan
antara unit beban alat plumbing dengan laju aliran air dengan kurva pada
Gambar 2.10. Dalam menentukan besarnya laju aliran air dengan kurva tersebut,
perlu dimasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari masing-
masing alat plumbing. Tabel 2.4 memberikan besarnya unit beban untuk setiap
alat plumbing. Untuk Menetukan kebutuhan air yang diperlukan perancangan
diameter pipa yaitu kebutuhan air jam maksimum yang diperoleh dari
pemakaian air rata-rata.
Rumus yang digunakan adalah :
Qh = Qd/T ( pers. 2.2 )
Dimana :
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3)
T = Jangka Waktu pemakaian
Kebutuhan air jam Maksimum :
Qh max = C1 x Qh ( pers. 2.3 )
Dimana C1 = konstanta yang berkisar antara 1,5 – 2
Kebutuhan air menit maksimum:
Qh max = C2 x (Qh/60) ( pers. 2.4 )
Dimana : C2 = konstanta yang berkisar antara 3 – 4
19
Gambar 2.3 Hubungan antara unit beban plumbing dengan beban aliran
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor
20
2.4.3 Perencanaan system perpipaan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan system perpipaan
dalam perencanaan plambing suatu gedung antara lain :
a. Sistem manapun yang dipilih, pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian
rupa , sehingga udara atau air kalau perlu dapat dibuang atau disalurkan dengan
mudah.
b. Pipa mendatar pada system pengaliran ke atas setidaknya agak dibuat miring ke
atas. Sedangkan pada pengaliran kebawah, dibuat agak miring ke bawah.
c. Perpipaan yang tidak merata, baik melengkung ke atas atau ke bawah, sebaiknya
dihindarkan, maka bila tidak bias dihindarkan perlu suatu katup pelepas udara.
d. Dihindari terjadinya pembalikan arah aliran.
2.4.4 Pemasangan katup
Pada pipa-pipa cabang yang melayani tiap lantai, hendaknya katup-katup pemisah
dipasang sedekat mungkin dengan pipa utamanya, agar tidak diperlukan peralatan
atau perbaikan pada pipa cabang tersebut, sehingga tidak perlu untuk mematikan
seluruh instalasigedung. Katup ini biasanya dipasang pada kedua ujungnya dengan
flens pipa dan bukan dari jens sambngan ulir.
Katup sorong (gate valve) banyak dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang ,
dan kalau katup tersebut merangkap pula, berfungsi untuk mengatur (membatasi)
laju aliran air pada pipa cabang tersebut, biasanya dipasang katup bola (globe
valve).
Katup-katup pemisah ini hendaknya dipasang pada tempat sedemikian sehingga
mudah mengoperasikannya. Kalau pipa-pipa dipasang dalam sutau cerobong harus
cukup luas untuk operasi katup-katup, juga cukup luas untuk perawatan dan
penggantian katup bila diperlukan.
2.4.5 Penentuan Tekanan Air
Tekanan air yang kurang mencukupi dapat menimbulkan kesulitan dalam pemakaian
air. Tekanan yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan alat plumbing, ketidak
nyamanan (rasa sakit) pada saat pemakaian kran atau pancuran serta juga dapat
22
menimbulkan pukulan air. Besarnya tekanan air tergantung pada persyaratan pemakai
dan alat yang harus dilayani.
Secara umum dikatakan bahwa besarnya tekanan standar adalah 1 kg/cm2, tekanan
statik diusahakan antara 4 - 5 kg/cm2 untuk perkantoran, dan 2,5 – 3,5 kg/cm2 untuk
perumahan. Alat-alat plumbing tidak akan berfungsi dengan baik apabila tekanan
airnya kurang dari batas minimum yang terdapat pada tabel, sbb :
Tabel 2.5 Tekanan minimum alat plumbing
Nama Alat Plumbing
Tekanan yang
Dibutuhkan (kg/cm2)
Tekanan Standar
(kg/cm2)
Katup Gelontor Kloset
Katup gelontor Peturasan
Pancuran Mandi dengan Aliran
halus
Pancuran Mandi biasa
Pemanasa Air langsung
0,1
0,4
0,7
0,7
0,35
0,3
0,25-0,7
1,0
2.4.6 Penentuan Kecepatan Aliran
Kecepatan Aliran yang terlalu tinggi akan menambah kemungkinan adanya pukulan air,
suara berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan pipa. Biasanya
standar kecepatan adalah 0,9 – 1,2 m/dt, dan batas maksimumnya adalah 1,5 – 2,0 m/dt.
Kecepatan terlalu rendah tenyata dapat menimbulkan efek yang kurang baik dari segi
korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air.
2.4.5 Penetuan Dimensi Pipa Air Bersih
Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Disamping itu ada tambahan
pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman perancangan.
Misalnya, menurut perhitungan diperoleh ukuran pipa yang makin kecil untuk setiap
cabang. Tetapi karena dalam pelaksanaannya akan menimbulkan kesulitan dengan
setiap kali memasang reducer, maka biasanya ukuran pipa dibuat sama setelah
mencapai diameter terkecil yang didiinginkan. Dengan demikian pada beberapa bagian
23
dari sistem pipa tersebut akan diperoleh diameter pipa yang lebih besar dari yang
ditentukan berdasarkan perhitungan. Hal ini terutama apabila makin besar
kemungkinan penggunaan serentak dari peralatan plumbing tersebut.
Dalam menentukan ukuran pipa perlu juga dipertimbangkan batas kerugian gesek atau
gradien hydraulic yang diijinkan, demikian juga batas kecepatan tertinggi yang
biasanya 2 m / dtk atau kurang. Faktor kecepatan untuk berbagai pipa dapat dilihat pada
tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Faktor kecepatan untuk berbagai pipa
C Jenis pipa
140 Pipa baru : kuningan , tembaga, timah hitam, besi tuang , baja (dilas atau ditarik), baja, atau besi dilapis semen.
Pipa Asbes-semen (selalu “licin” dan sangat lurus)
130 Pipa baja baru ( lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik ), pipa besi tuang baru ( biasanya angka ini yang dipakai ), pipa tua : kuningan , tembaga, timah hitam.
Pipa, PVC-keras
110 Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua , pipa keramik yang masih baik
100 Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua
Ada dua metode penentuan dimensi pipa air bersih yang dapat dipakai, yaitu:
1. Metode Ekivalensi Tekanan Pipa
Metode ini didasarkan pada konsep sirkuit tertutup pipa-pipa cabang yang
bermula dari suatu pipa pengumpul (header) dan kembali lagi yang berarti
kerugian gesek dalam masing-masing pipa cabang tersebut sama.
Sistem pipa penyediaan air dalam gedung biasanya tidak menggunakan sirkuit
tertutup kembali ke pipa pengumpul, kerugian gesek dalam pipa cabang tidaklah
sama. Walaupun demikian metode ini sangat praktis digunakan untuk
menghitung ukuran pipa yang melayani jumlah alat plumbing yang cukup
banyak.
24
2. Metode Kerugian Gesek Yang Diijinkan
Kerugian gesek yang diijinkan dapat dihitung dengan rumus:
R = (1000) (H – H1) / (l + l’) ( pers.2.5 )
Dimana:
R = Kerugian gesek yang diijinkan (mm/m)
H = Head statik pada alat plumbing (m)
H1 = Head standart pada alat plumbing (m)
l = Panjang lurus pipa (m)
l’ = Panjang ekivalen perlengkapan pipa (m)
Selain rumus di atas, ada juga rumus yang dapat digunakan untuk memperhitungkan
kerugian gesek yang diijinkan, yaitu:
R = (1000) (H – H1) / K(L + 1) ( pers.2.6 )
Dimana:
R = Kerugian gesek yang dijinkan (mm/m)
H = Head statik pada alat plumbing (m)
H1 = Head standart pada alat plumbing (m)
K = Koefisien sistem pipa (2 – 3)
L = Penjang pipa lurus, pipa cabang (m)
Koefisisen sistem pipa perlu ditentukan disini, karena pada awal perancangan perlu
ditetapkan perbandingan (ratio) antar panjang pipa (termasuk panjang ekivalen)
terhadap tahanan lokal pipa. Menurut pengalaman, koefisien K sebesar 2,0 sampai
3,0 biasanya cukup. Perancang dapat mengurangi koefisien K ini, asal setelah
ukuran-ukuran pipa diperoleh, koefisien ini diperiksa kembali. Kalau sistem pipa
mempunyai banyak cabang, koefisien K bertambah besar.
Kerugian gesek yang diijinkan dapat dihitung untuk pipa dengan laju aliran
tertinggi. Untuk lantai yang lebih rendah dari lantai tertinggi, harus dikurangkan
dengan kerugian gesek pipa utama antara lantai tersebut sampai lantai tepat diatasnya.
Jadi untuk kerugian gesek yang diijinkan untuk lantai ke n , dapat dihitung dengan
rumus:
25
Rn = (Hn–Rn-1(Ln-1+L’n-1) - R n-2(Ln-2+L’n-2 )…– H1nx1000) / K(Ln+l n)
( pers.2.7)
Dimana:
Rn = Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n)
Rn-1 = Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n-1)
R n-2 = Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n-2)
H n = Head statik pada alat plumbing lantai ke-n
H1n = Head statik standar pada alat plumbing lantai ke-n
K = Koefisien sistem pipa
L n = Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n)
Ln-1 =Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-2)
Ln-2 =Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-3)
l n = Panjang lurus pipa-pipa cabang pada lantai ke (n)
Dalam menghitung kerugian gesek yang diijinkan, perlu dicari dahulu keadaan yang
paling buruk, misalnya pada suatu sistem penyediaan air dengan tangki atap,
ditinjau dari tekanan yang tersedia, perlu diperiksa lebih dahulu alat plumbing mana
yang akan mendapat tekanan paling rendah, yang terletak pada jarak vertikal paling
rendah / pendek dari tangki atap. Perhitungan kemudian dilakukan terhadap alat
plumbing yang mendapat tekanan akhir ( tekanan sisa) paling rendah. Gambar
grafik kerugian gesek pada pipa karbon dan pada pipa PVC kaku dapat dilihat pada
gambar 2.4 dan 2.5.
26
2.5 Tanki Air
Apabila tekanan dari pipa tidak cukup untuk mensuplai air ke gedung yang
bertingkat maupun tidak tercukupinya kebutuhan maksimal, maka dalam hal ini
dapat dilakukan penampungan terlebih dahulu ke dalam tangki-tangki air sebelum
didistribusikan ke seluruh sistem. Tangki penampung tersebut adalah ground
reservoar dan roof tank.
2.5.1 Ground Reservoir
Pada penentuan kapasitas ground reservoar ini didasarkan pada besarnya suplai air
yang masuk ke reservoar ini, yakni dari jaringan pipa PDAM. Dimana besarnya
suplai ini dianggap 100%, artinya bahwa air yang nantinya akan dipergunakan
dalam gedung perkantoran ini semuanya berasal dari PDAM tanpa ada sumber
tambahan. Hal ini bisa diasumsi bahwa dari jaringan PDAM kuantitasnya
memenuhi dengan baik meskipun pada saat peak time, hanya saja faktor head tidak
memenuhi sehingga diperlukan suatu reservoar yang nantinya dipompa ke roof
tank.
Sedangkan kondisi lain, pada proses perencanaan ini dianggap bahwa aliran dari
PDAM mengalir secara kontinu selama 24 jam. Sehingga besarnya suplai dari
PDAM utnuk setiap jamnya dapat ditentukan berikut :
%suplai perjam = besar suplai / 24 jam (Pers. 2.8)
persamaan lain yang dapat digunakan untuk menentukan ground reservoar sbb :
VR = Qd – Qs.T + Vf (Pers. 2.9)
dimana :
VR = Volume Ground Reservoar ( m3 )
Qd = Kebutuhan air per hari ( m3 / hari )
Qs = Kapasitas pipa dinas ( m3 / jam )
T = Rata-rata pemakaian per hari ( jam / hari )
Vf = cadangan air untuk fire hidrant
29
Pengisian kekurangan air bersih dilakukan pada saat bukan jam kantor dan selama
jam kantor PDAM terus mensuplai air bersih, sehingga kebutuhan air dalam sehari
dapat terpenuhi.
2.5.2 Roof Tank
Tangki atap dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak dan biasanya
disediakan dengan kapasitas cukup untuk kebutuhan puncak tersebut.
Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa kebutuhan puncak dimulai pada saat
muka air terendam dalam tangki atap, sehingga perlu diperhitungkan jumlah air
yang dapat dimasukkan dalam waktu kurang lebih 15 menit oleh pompa angkat
( yang memompakan air dari tangki bawah ke tangki atap ). Kapasitas efektif tangki
atap dinyatakan dalam rumus :
VE =( Qm max – Qh max ) x Tp + ( Qpv x Tpv ) (Pers. 2.10)
Dimana :
VE = Volume roof tank ( liter )
Qm max = Kebutuhan menit puncak ( lt / menit )
Qh max = Kebutuhan jam puncak ( lt / menit )
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak ( menit)
Qpv = Kapasitas pompa pengisi ( lt / menit )
Tpv = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
2.5.3 Penentuan Tinggi Roof tank
Dari rancangan sistem distribusi air bersih dalam gedung dapat dilihat letak alat
saniter yang mempunyai suatu jumlah head yang besar sehingga menyebabkan
kerugian gesek yang terjadi cukup besar. Tekanan sisa pada titik tersebut
menentukan tinggi roof tank yang harus disediakan.
Persamaan yang dapat digunakan untuk head loss :
(Pers. 2.11)
dimana :
hf = kerugian gesek (m)
L = panjang pipa (m)
30
Q = debit (lt/dt)
C = coefisien hanzen williem
D = diameter pipa (cm)
2.6 Syarat-Sayarat dan mutu bahan bangunan
Dalam perencanaan pelaksanaan plumbing harus diperhatikan syarat-syarat dari
bahan plumbing yaitu:
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
b. Tidak menimbulkan gannguan suara
c. Tidak menimbulkan radiasi
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan
e. Instalasi harus kuat dan bersih
Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut
a. Daya tahan harus lama minimal 30 tahun
b. Permukaan harus halus dan tahan air
c. Tidak ada bagian-bagian yan tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-
bahan yang dimaksud
d. Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain
e. Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku
2.7 Sistem Penyediaan Air Bersih
2.7.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
Prinsip dasar dari penyediaan air bersih adalah menyediakan air bersih yang
memenuhi standar baku air bersih dengan beracuan pada standar maupun peraturan
yang berlaku.
2.7.2 Kualitas Air
Tujuan utama dari sistem plumbing adalah menyediakan air bersih yang dapat
mencukupi kebutuhan air dalam suatu gedung. Dalam hal ini, air bersih yang
31
disediakan harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Banyak Negara
mempunyai standar kualitas air yang berbeda-beda, tetapi perbedaan standar air
tersebut tidak terlalu signifikan. Untuk Negara Indonesia memakai standar yang
ditetapkan oleh pemerintah yaitu Standar Nasional Indonesia No. 01 – 1220 - 1987
tentang Air Minum dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
Ketentuan kualitas air adalah sebagai berikut :
a. Hanya air yang memenuhi persyaratan air minum yang boleh dialirkan ke alat
plumbing dan perlengkapan plumbing yang dipergunakan untuk minum,
masak, pengolahan makanan, pengalengan atau pembungkusan, pencucian alat
makan dan minum, alat dapur atau untuk keperluan rumah tangga sejenis
lainnya.
b. Air bersih yang tidak memenuhi persyaratan air minum hanya dibatasi untuk
kloset, peturasan dan alat plumbing serta perlengkapan lainnya yang tidak
memenuhi persyaratan air minum. Semua kran dan alat yang dialiri air yang
tidak memenuhi persyaratan air minum harus diberi tanda dengan jelas bahwa
air tersebut membahayakan kesehatan.
c. Jet washer atau perangkat pembersih lainnya atau pancuran yang dipasang pada
kloset dan peturasan untuk membersihkan bagian badan harus dialiri dengan air
yang memenuhi persyaratan air minum.
d. Semua kran untuk wudhu harus dialiri dengan air yang memenuhi persyaratan
air minum.
2.2.3 Pencegahan Pencemaran Air Bersih
Sistem penyediaan air dingin meliputi beberapa peralatan seperti tangki air bawah
tanah, tangki air diatas atap, pompa-pompa, perpipaan dan sebagainya.Dalam
perlatan ini, air minum harus dapat dialirkan ketempat tempat yang dituju tanpa
mengalami pencemaran. Pencegahan pencemaran lebih ditekankan pada sistem
penyediaan air dingin, dan ini adalah faktor terpenting di tinjau dari segi kesehatan.
Walaupun demikian, pencemaran adalah suatu kejadian yang dapat dengan mudah
terjadi dibagian manapun.
32
Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain adalah :
a. Masuknya kotoran, tikus, serangga kedalam tangki.
b. Terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa.
c. Terhubungnya pipa air minum dengan pipa lainya.
d. Tercampurnya air minum dengan air dari jenis kualitas air yang berbeda.
e. Aliran balik ( back flow ) air dari jenis kualitas lain kedalam pipa air minum.
f. Terjadinya kerusakan pada alat saniter.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran air bersih dalam sistem plumbing maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Larangan hubungan pintas
Yang dimaksud hubungan pintas (cross connection) dalam sistem plumbing
adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa
untuk air minum dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau
diragukan kualitasnya, dimana air akan dapat mengalir dari satu sistem pipa ke
sistem pipa lainnya.
b. Pencegahan aliran balik
Aliran balik atau (back flow) dapat terjadi apabila ada efek siphon balik ( back
siphonage). Efek siphom balik tersebut timbul karena ada tekanan negatyif
pada pipa. Pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan cara menyediakan
celah udara antara keran air dengan bak penampung air dan memasang alat
pencegah aliran balik.
c. Pencegahan terhadap pukulan air
Pukulan air terjadi apabila aliran air dalam pipa dihentikan secara mendadak
oleh keran air atau katup, tekanan air pada sis atas (upstream) akan meningkat
sehingga menimbulkan gelombang tekanan balik dengan kecepatan tertentu,
dan kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Pukulan air tesebut dapat
mengakibatkan kebocoran, kerusakan pada peralatan plumbing , getaran pada
sistem pipa, patahnya pipa sehingga peralatan plumbing tidak dapat bertahan
lama.
33
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah pukulan air adalah :
a. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi.
b. Menghindarkan kecepatan aliran yang terlalu tinggi
c. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air.
d. Menggunakan dua katup bola pelampung pada tangki air.
Sampai saat ini sistem penyediaan air bersih terdiri dari empat macam, yaitu:
1. Sistem Sambungan Langsung.
Dalam sistim ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih perkotaan, misalnya pipa utama dari Perusahaan
Air Minum.
2. Sistem tangki atap
Dalam sistim ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah dipasang pada
lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah, kemudian dipompakan ke
suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi
bangunan dan dari tangki atas tersebut air didistribusikan ke seluruh bangunan.
Sistem tangki atap ini digunakan karena alasan-alasan berikut:
1. Selama airnya digunakan,perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plumbunghampir tidak berarti.Perubahan tekanan ini hanyalah akibat
perubahanmuka air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikan air ketangki atap bekerja secara otomatik
dengancara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan
timbulnya kesulitan.Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
3. Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan sistem lainnya
misalnya tangki tekan.
Hal terpenting dlam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak tangki atap
tersebut, apakah dipasang di dalam langit-langit, atau diatas atap atau dengan
suatu konstruksi menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan atas jenis
34
alat plumbing yang dipasang pada lantai yang tertinggi bangunan dan yang
menuntut tekanan kerja tertinggi.
4. Sistem tangki tekan
Sistem ini diterapkan jika air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti
halnya pada sistem tangki atap), dipompakan kedalam suatu bejana (tangki)
tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi.air dari tangki tersebut dialirkan
ke dalam sistem distribusi bangunan.
Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang
menutup atau membuka saklar motor listrik penggerak pompa dan pompa
berhenti bekerja jika tekanan tangki mencapai batas maksimum dan bekerja
kembali setelah tekanan mencapai batas minimum. Daerah fluktuasi tekanan ini
antara 1,0 - 1,5 kg/cm2.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain:
1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok
disbanding dengan tangki atap.
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang di dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya.
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan tangki atap.
Kekurangan-kekurangan sistem tangki tekan adalah :
1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 akan dapat menimbulkan fluktuasi
aliran air yang cukup berarti pada alat plumbing
2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, diharuskan untuk menambah
udara secara periodik.
3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai sistem pengaturan otomatis pompa
penyediaan air bukan sebagai sistem penyimpanan air.
5. Sistem tanpa tangki
Sistem ini, air langsung dipompakan ke dalam sistem distribusi bangunan dan
pompa mengisap air langsung dari pipa utama. Sistem ini dilarang karena dapat
mempengaruhi distribusi air selanjutnya.
35
Ada dua macam pelaksanaan sistem ini, dikaitkan dengan kecepatan putaran
pompa,yaitu:
a. Sistem kecepatan putaran konstan, pada prinsipnya sistem ini menerapkan
sambungan parallel beberapa pompa identik yang bekerja pada kecepatan
putaran konstan. Satu buah pompa selalu bekerja sedangkan pompa lain
bekerja secara otomatik.
b. Sistem kecepatan putaran variable. Pada sistem ini laju aliran air yang
dihasilkan oleh pompa diatur dengan mengubah kecepatan putaran pompa
secara otomatik, oleh suatu alat yang mendeteksi tekanan dan laju aliran air
keluar dari pompa ini.
Secara singkat dapat disimpulkan ciri-ciri sitem tanpa tangki sebagai berikut :
1. Mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan sistem
tangki bawah dan sistem tangki atas.
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara
relative singkat.
3. Mengurangi beban struktur bangunan.
4. Untuk komplek perumahan dapat menggantikan menara air.
5. Penyediaan air sepenuhnya tergantung pada sumber daya.
6. Pemakaian daya lebih besar dari sistem tangki atap.
7. Harga awal tinggi karena sistem pengaturannya.
36