Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

17

Click here to load reader

description

jjj

Transcript of Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

Page 1: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Menurut Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku

seseorang terdiri atas kognitif, yaitu dapat diukur dari pengetahuan, afektif dapat

diukur dari sikap atau tanggapan dan psikomotor yang dapat diukur dari tindakan

(praktek) yang dilakukan.

2.1.1 Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan, kerabat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk

keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan dari akibat

proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut sebagian besar

berasal dari penglihatan dan pendengaran.

Pengetahuan ibu serta keterampilan seorang ibu sangat diperlukan dalam

upaya pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan

berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi

pengetahuan manusia, makin banyak yang dilakukan dalam tata laksana makan agar

makanan menjadi lebih berguna bagi tubuh (Maryati, 2000).

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh di dalam pelaksanaan atau penerapan di

rumah tangganya. Semakin banyak pengetahuan ibu tentang gizi maka dapat

diperhitungkan jenis makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

mempunyai pengetahuan gizi yang cukup akan memilih berdasarkan panca inderanya

dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan, baik dalam

pemberian makanan jajanan anaknya secara sembarang. Sebaiknya mereka yang

semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak mempertimbangkan secara

rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut dalam memilihkan

makanan jajanan buat anaknya (Soediaotama, 2003).

Dari hasil penelitian Hermina (2004) menyatakan bahawa ada perbedaan

bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan makanan anak. Pada penelitian

tersebut diberikan materi kepada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan

tingkat pengetahuan kurang. Pada ibu yang tingkat pengetahuan kurang hanya dapat

menjawab 24% dari pertanyaan yang diajukan dan 39% yang dapat dijawab oleh

yang tingkat pengetahuan baik.

Dari hasil penelitian Devi (2004), didapat bahwa status gizi anak sangat baik

87,5% responden telah mencapai status gizi baik. Apabila dikaitkan dengan perilaku

makan anak, dimana 77 % responden mempunyai nilai perilaku makan cukup baik

dan 13% amat baik, maka hal ini dapat dikatakan ada pertimbangan antara perilaku

makan anak dengan status gizi anak. Dari hasil penelitian ini ada hubungan antara

pendidikan ibu dan pengetahuan gizi ibu terhadap perilaku makan anak, semakin

tinggi tingkat pendidikannya, semakin baik perilaku konsumsi makan anak dan

semakin baik status gizinya.

Menurut pakar pendidikan, untuk membantu proses pendidikan anak,

sebaiknya orang tua menambah pengetahuan, sebab semakin tinggi pengetahuan

orang tua makin banyak pengetahuan yang dapat diberikan kepada anak-anaknya.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

Hal ini sejalan dengan pendapat Karyadi (1999) yang menyatakan bahwa anak belajar

tentang apa yang dimakan dan tidak dimakan berdasarkan apa yang dilihat dan

kemudian ditirunya, dalam keluarga ibu merupakan objek lekat anak sehingga

pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap perilaku anak (Devi, 2004).

2.1.2 Sikap Ibu Tentang Makanan Jajanan

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam sikap antar waktu. Untuk

dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif

panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil tidak dapat bertahan lama

dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak

adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama

tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak

konsisten yang tidak menunjukan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya

atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu yang sulit diinterpretasikan dan

tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang

bersangkutan. Harus dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan

pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau tetap disebut

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

sikap juga walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif. Orang bias saja bersikap

netral secara konsisten (Azwar, 2007).

Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan

secara terbuka tanpa harus melakukan, menggungkapkan atau desakan lebih dahulu

agar individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap indikator

sikap atau perilaku sewaktu individu berkesempatan untuk mengemukakan sikapnya

dalam berbagai bentuk skala sikap yang umum harus di jawab dengan setuju atau

tidak setuju, spontanitas sikap ini pada umumnya tidak dapat terlihat (Azwar, 2007).

Tingkat pengetahuan gizi seorang (ibu rumah tangga) berpengaruh terhadap

sikap dalam pemilihan serta penyelenggaraan makanan. Selanjutnya akan

berpengaruh terhadap gizi seseorang. Dalam keadaan sehat seseorang akan lebih

mudah mengkonsumsi makanan terutama anak-anak (anak sekolah). Anak sekolah

yang dalam keadaan sehat ia tidak akan kekurangan makanan yang sangat diperlukan

oleh tubuhnya.

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyediaan makanan sarapan pagi akan

meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pengetahuan yang dimiliki tentang

manfaat sarapan pagi membantu sikap ibu dalam menyediakan makanan tersebut bagi

keluarganya. Sikap ibu dalam menyikapi makanan jajanan anak harus lebih hati-hati,

dimana makanan jajanan anak yang diedarkan sangat berbahaya mengandung bahan-

bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan anak. Sikap ibu dalam penyediaan

makanan cemilan buat bekal anak di sekolah yang mirip dengan makanan jajanan

yang dijual di pasaran dapat meningkatkan kesehatan pada anak, terkadang anak

susah dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihidangkan oleh ibunya,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

anak lebih suka jajan di luar dibandingkan makan makanan yang tersedia di

rumahnya (Anonim, 2009).

2.1.3 Tindakan Ibu Tentang Makanan Jajanan Anak

Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan

atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan

tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menanyakan bahwa sikap

merupakan kecenderungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi

sesuai dengan sikap (Notoatmodjo, 2003).

Anak-anak sangat suka jajan makanan dan minuman sembarangan dari pada

makanan di rumah, makanan jajanan mudah ditemui baik di sekolah, di lingkungan

rumah dengan harga yang terjangkau dan dapat menarik perhatian anak. kurang

seleranya anak dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihidangkan oleh

ibunya. Anak suka jajan bisa jadi karena adanya pengaruh dari lingkungan, bisa dari

teman sepermainannya ataupun dari tayangan iklan. Anak suka jajan bisa jadi karena

pengaruh dari orangtua atau orang dekat yang ada dalam satu rumah yang kerap jajan.

Misalnya, jarang memasak dan lebih sering membeli makanan matang (siap makan)

untuk keluarga. Anak lebih sering diberikan uang berlebihan, sehingga sisa yang ada

dihabiskannya untuk jajan (Anonim, 2009).

Kebiasaan anak berpengaruh terhadap gizi anak, pertumbuhan dan

perkembangan anak. Gizi dapat diperoleh dari makanan yang sehat, oleh sebab itu

keluarga perlu mendapat perhatian dari penyelenggara makanan yaitu ibu rumah

tangga. Tugas utama seorang ibu rumah tangga adalah menyiapkan hidangan bagi

anggota keluarga dengan sebaik-baiknya (Maryati S, 2000). Untuk membuat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

menyusun hidangan yang tepat harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan. Dengan

pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki akan lebih mudah untuk mempraktekkan

bagaimana cara pengolahan serta penyajian makanan seperti sarapan pagi yang baik

dan membekali makanan yang sehat untuk dibawa ke sekolahnya sehingga dapat

mengurangi anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan (Kristiana, 2009).

Psikologi Mayke Tedjasaputra dari Universitas Indonesia mengungkapkan

bahwa budaya ingin serba cepat mempengaruhi anak termasuk kebiasaan mereka

untuk jajan. Pola jajan pada anak terbentuk melalui pembiasaan, semula anak meniru

orangtuanya yang suka jajan dan di sekolah mereka meniru kebiasaan teman-

temannya yang juga suka jajan. Perilaku ini semakin kuat karena dukungan

lingkungan, seperti keberadaan penjual makanan di kantin atau di sekitar sekolah.

Penjual makanan keliling yang lewat di depan rumah juga mendorong anak untuk

jajan. Para ibu masa kini banyak yang bekerja di luar rumah. Mereka lalu merasa

tidak punya waktu untuk membuat bekal makanan. Faktor harga yang lebih murah

juga mendorong orangtua untuk membeli makanan siap saji daripada harus membuat

sendiri. Kebiasaan orangtua mengajak anak-anaknya "makan di luar" setiap akhir

pekan, menurut Mayke, juga bisa mendorong perilaku senang jajan. Anak jadi punya

anggapan bahwa makan di mal, restoran, atau warung sebagai bentuk rekreasi. Faktor

lain yang menyebabkan anak suka jajan adalah kurang bervariasinya makanan di

rumah. Anak menjadi bosan dengan makanan yang disiapkan di rumah lalu tergiur

dengan jajanan.

Kebiasaan jajan ini lalu diperkuat oleh lingkungan, terutama di permukiman

padat penduduk. Ketika salah satu anak tetangga jajan, anak-anak lain tidak mau

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

kalah. Mereka lalu meminta jajan kepada orangtuanya dan menangis kalau tidak

diberi. Orangtua merasa tidak tega dan akhirnya memberi jajan kepada anaknya.

Dampak negatif muncul pada anak yang sering jajan. Anak menjadi tidak mau

makan, terutama bila mereka jajan berdekatan dengan waktu makan. Anak juga tidak

punya selera terhadap makanan rumah karena mereka terbiasa jajan. Sering kita

melihat orangtua terpaksa menyuapi anaknya sambil memberikan camilan agar

anaknya mau makan (Indriasari, 2007).

Mayke dalam Penelitian Indiriasari (2007) mengungkapkan, orangtua punya

tanggung jawab membentuk kebiasaan positif kepada anak meskipun mereka sibuk

bekerja. Mayke menyarankan agar orangtua tetap menyempatkan diri membuat bekal

makanan sendiri. Orangtua bisa bangun lebih pagi untuk menyiapkan bekal makan

anak atau segala sesuatunya sudah disiapkan malam harinya sehingga pagi tinggal

menyelesaikan pekerjaan yang belum disiapkan, menyiapkan bekal tidak harus

dilakukan oleh ibu, tetapi juga bisa dilakukan oleh ayah. Usaha orangtua menyiapkan

bekal anak juga berpengaruh positif terhadap jiwa anak. Anak merasa diperhatikan

karena orangtua mau bersusah payah membuatkan makanan untuknya (Indriasari,

2007).

Tindakan ibu yang harus dilakukan agar anak bisa sehat dan terhindar dari

bahaya makanan jajanan yaitu ibu harus membuat bekal makanan anak untuk dibawa

ke sekolah. Ibu meluangkan waktunya untuk membuatkan bekal untuk anak sekolah,

dan kreatiflah dalam membuat makanan ringan dengan menyusun menu biar anak

tidak bosan, penyusunan menu dalam menyiapkan bekal buat anak yang mirip dengan

jajanan yang ada di sekolah, supaya anak akan lebih suka makanan yang ibu buat

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

dibandingkan dengan membeli jajanan. Ibu juga harus dapat menyediakan makanan

camilan yang sesuai dengan selera anak. Sediakan makanan yang mirip dengan

jajanan kesukaan anak di rumah (Anonim, 2009).

2.2 Makanan Jajanan

2.2.1 Definisi Makan Jajanan

Iswarawanti (2004) mendefinisikan makanan jajan (street food) yaitu

makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di

jalanan atau di tempat-tempat keramaian umum lainnya yang langsung dimakan atau

dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan yang lebih lanjut. Sedangkan Supriasa

(2001) mendefinisikan makanan jajanan yaitu merupakan campuran dari berbagai hal

bahan makanan yang dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan.

2.2.2. Jenis Makanan Jajanan Anak

Menurut Winarno jenis makanan jajanan dibagi atas 4 kelompok yaitu:

1. Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mi ayam, dan sebagainya.

2. Snack atau makanan penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan

sebagainya.

3. Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, es dawet dan

sebagainya.

4. Buah-buahan segar.

Pada saat jajan, anak umumnya membeli makanan berat atau makanan kecil

padat energi terbuat dari karbohidrat (tepung-tepungan), gorengan banyak lemak dan

harganya murah. Makanan jenis ini tidak cukup mengantikan makan siang yang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

biasanya memperhatikan konsep sehat (nasi, lauk, sayur dan buah). Anak-anak

tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya menarik, rasanya yang menggugah

selera berasa manis dan harganya terjangkau misalnya makanan ringan, sirup, bakso,

mi ayam dan sebagainya (Khomsan, 2003).

Salah satu yang perlu diwaspadai adalah permen mempunyai aneka cita rasa

maupun bentuk kesukaan setiap anak. Permen tidak memberikan kontribusi gizi yang

berarti karena kandungan gizinya yang hampir nol, kecuali energi. Oleh karena itu,

mengkonsumsi permen secara berlebihan dan menjadi pola makan hanya akan

menambah masukan energi ke dalam tubuh tanpa memberi zat gizi (Khomsan,

2003).

Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah makanan yang

mempunyai rasa manis, enak, dengan warna yang menarik dan tekstur yang lembut.

Jenis makanan jajanan anak seperti coklat, permen, jelly dan biskuit serta makanan

ringan merupakan produk makanan favorit bagi sebagian anak-anak. Kelompok

produk minuman dikenal dengan berbagai minuman warna-warni dalam kemasan

maupun es sirop tanpa label, minuman jelly, es susu, milk ice dan minuman ringan

(soft drink) (Nuraini, 2007).

Minuman ringan (soft drink) umumnya hanya kaya kalori tetapi kandungan

gizinya sangat rendah. Berbagai jenis keripik atau chips yang termasuk ke dalam junk

food umunya disukai oleh anak-anak. Chips terbuat dari umbi umbian ( kentang) atau

serealia (jagung) digoreng dan ditambahkan dengan penyedap rasa. Junk food yang

kaya kalori dan rendah gizi ini bisa dimakan sebagai makanan selingan. Karena

kandungan kalori yang tinggi, sering anak-anak yang baru makan chips menjadi tidak

mau makan karena merasa kenyang. Dalam hal ini perlu disadari bahwa berapapun

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

No Jajanan Ukuran Berat (g)

Energi (kalori)

Protein (g)

1. Bakwan 1 buah 40 100 1,7 2. Bakso 1 porsi 250 100 10,3 3. Chiki 1 bungkus 16 80 2,0 4. Coklat 1 bungkus 16 472 2,0 5. Es mambo 1 bungkus 25 152 0,0 6. Gado-gado 1 porsi 150 203 6,7 7. Klepon 4 buah 50 107 0,4 8. Misro 1 buah 50 109 0,4 9. Pisang Goreng 1 buah 60 132 1,4 10. Permen 1 buah 2 100 0,0 11. Risoles 1 buah 40 134 2,1 12. Siomay 1 porsi 170 95 4,4

bungkus chips yang dimakan tidak bisa menggantikan makanan lengkap yang tersaji

di meja keluarga. Oleh kerena itu orang tua harus mengizinkan anaknya untuk makan

chips sesudah makan makanan utama (Khomsan , 2003).

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Berbagi Jenis Jajanan

Sumber: Supariasa, dkk, 2001

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan Jajanan

a. Pendidikan Gizi Ibu

Pendidikan gizi dapat diartikan sebagai upaya membuat seseorang atau

kelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi. Melalui pendidikan gizi

diharapkan pengetahuan seseorang mengenai gizi dan makanan sehat menjadi lebih

baik, pada gilirannya akan memperbaiki status gizi masyarakat. Dalam hubungan

dengan perubahan kebiasaan makan, pendidikan gizi sangat diperlukan karena dapat

membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi. Kebiasaan makan pada

masa kanak-kanak akan berpengaruh terhadap keadaan gizi mereka sesudah dewasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

Oleh karena itu, pendidikan kebiasaan makan yang baik harus ditanamkan dari umur

semuda-mudanya (Hermina, 2004).

b. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga

Membekali anak dengan uang jajan sebagai pengganti sarapan pagi,

sebenarnya kurang baik karena sulit mengontrol anak dalam menggunakan uang

jajannya. Mungkin anak membeli makanan jajanan yang tidak menguntungkan dan

tidak terjamin keamanannya. Dampak yang lebih lanjut dari seringnya anak jajan di

luar rumah menyebabkan banyaknya ibu-ibu mengeluh, dimana kelompok usia

sekolah ini mempunyai nafsu makan yang kurang untuk mengkonsumsi makanan di

rumah (Sediaoetama, A.D.1991). Timbulnya kebiasaan jajan akan mempengaruhi

konsumsi makan di rumah. Bila anak terlalu banyak jajan dan dilakukan pada saat

yang seharusnya untuk makan di rumah akan dapat menurunkan nafsu makan anak.

Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi

pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dan gizi karena

pendapatan merupakan faktor penting bagi pemilihan kuantitas dan kualitas makanan

yang dikonsumsi. Keluarga yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu

membeli panagn dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota

keluarga kurang tercukupi (Berg, 1986). Hal senada diungkapakan oleh Soehardjo

(1989) bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh

status ekonomi.

Suriyati (2005) mengatakan kegemaran jajan pada anak tidak terlepas dari

keadaan ekonomi dan kebiasaan makan keluarga, karena pada hakikatnya kebiasaan

makan juga tidak lepas kaitanya dengan kehidupan ekonomi keluarga pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

Walaupun tidak berlaku secara umum, kebiasaan jajan anak salah satunya

dikarenakan anak mendapatkan uang saku dari orang tua.

Jika anak terbiasa mendapat uang jajan yang berlebihan dapat memberikan

dampak negatif pada anak. Anak cenderung menjadi pemboros dan membuka

peluang untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bermanfaat. Dan kebutuhan yang

diberikan kepada anak juga harus sesuai dengan kemampuan orang tua. Jadi

mencukupi kebutuhan anak tidak harus dengan makanan yang mahal-mahal, tetapi

dengan makanan yang gizinya baik, bersih, terjangkau dan disukai anak (Agusri,

2001).

c. Media Massa

Media massa sangat berperan dalam menampilkan produk-produk makanan

yang banyak beredar di pasaran terutama makanan jajanan. Banyaknya makanan yang

kurang menampilkan perilaku dan pola makan yang benar dalam aspek gizi dan

kesehatan akan memberikan dampak bagi anak-anak yang menontonnya, karena

mereka ingin mencoba makanan tersebut (Suryati, 2005).

d. Biologis dan Lingkungan Anak

Kebiasaan jajan anak tidak terlepas dari kebutuhan biologis anak yang perlu

dipenuhi. Dengan jajan berarti kebutuhan biologis anak terpenuhi, yaitu rasa lapar

atau haus yang disebabkan kegiatan fisik di sekolah yang memang membutuhkan

tambahan energi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi

kebiasaan jajan anak adalah lingkungan, misalkan saja karena perasaan gengsi atau

dorongan teman, maka mendorong anak tersebut untuk jajan sehingga memberikan

perasaan meningkat status atau gengsi. Jajan juga memberikan keasyikan tersendiri,

makanan apapun jika dimakan beramai-ramai dengan teman akan terasa enak. Di

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

sekolah, anak-anak menemukan makanan yang lain dari yang ada di rumah dan

mendapatkan suasana yang lain dengan menikmati makanan jajanan. Jadi, dalam hal

ini anak ikut terbawa dengan temannya untuk membeli makanan jajanan (Suryati,

2005).

2.2.4 Makanan Jajanan Anak yang Mengandung Pemanis Sintetis

Pemanis sintetis atau pemanis non kalori merupakan zat yang dapat

menimbulkan rasa manis atau dapat meningkatkan rasa manis, sedangkan kalori yang

dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula. Pemanis sintetik hanya terkandung 2

persen kandungan kalori gula, artinya kandungan kalorinya jauh lebih rendah dari

gula. Tingkat kemanisan pemanis sintetis berkisar 50 - 3.000 kali lebih manis dari

gula. Beberapa jenis pemanis sintetik yang beredar di pasaran yaitu sakarin, aspartam

dan siklamat. Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan

minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Zat Pemanis Alami

Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren.

Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah buahan dan madu. Zat

pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengkonsumsi

pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan.

b. Zat Pemanis Sintetik

Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak

berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki

penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengkonsumsi pemanis sintetik

sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium

siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.

Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan

kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin

memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.

Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami,

kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek

samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan

menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada

bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme

dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik

(senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat

memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada

pembentukan zat dalam sel.

Siklamat adalah garam natrium dan kalsium siklamat yang mempunyai

kemanisan 30 kali lebih tinggi dari gula, siklamat sangat disukai rasanya yang murni

tanpa ada cita rasa tambahan. Siklamat mampu memberikan kemanisan lebih tinggi

jika dicampur dengan sakarin, sekaligus menutupi rasa pahit dari sakarin. Sedangkan

sakarin merupakan pemanis sintetik yang paling banyak digunakan dalam bahan

makanan. Perpaduan garan natrium dan kalium sakarin ini pada kosentrasi 10 persen

dalam larutan mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih tinggi dari pada gula,

namun sakarin mempunyai rasa tambahan sedikit pahit makanya sering ditambahkan

dengan siklamat.

Aspartam pertama sekali ditemukan oleh James Schslatte pada tahun 1965

sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam yang tingkat kemanisannya 200 kali

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

dari gula tidak mempunyai rasa tambahan. Secara kimia asapartam merupakan

campuran dua asam amino alami yaitu asam asapartam dan fenilalanin. Dari segi gizi

aspartam dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino tersebut dan termaksud

pemanis nurtritif, aspartam tidak tahan suhu tinggi dan aspartam sering dipakai pada

minuman, es krim dan yoghurt dan apabila di dicerna oleh tubuh aspartam akan

menghasilkan asam aspartam dan fenilalanin (Anonim, 2007).

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pemanis buatan pangan rendah

kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Sampel-sampel yang diteliti LKJ meliputi

produk jelly, permen, dan minuman. Ada 25 merek jelly, 16 merek minuman serbuk,

dan delapan merek permen. Kelebihan zat pemanis ditemukan bukan hanya pada

merek-merek tak terkenal, tetapi juga brand-brand yang sering tampil di layar televisi.

Beberapa produk, seperti Okky Jelly Drink, Okky Bolo Drink, Happydent White,

Yulie Jelly, Donna Jelly, Lotte Juicy Fresh, Vidoran Freshdrink, Naturade Gold, dan

Mariteh Instant tidak mencantumkan batas maksimum penggunaan pemanis buatan

Aspartam. Riset European Ramazzini Foundation tahun 2008 membuktikan bahwa

pemanis buatan Aspartam berisiko memicu kanker dan leukimia pada tikus percobaan

bahkan pada dosis pemberian Aspartam hanya 20mg/kg BB (Anonim, 2007).

Secara anatomis tikus mirip dengan manusia apa yang terjadi tikus sangat

mungkin terjadi pula pada manusia, karena itu pencantuman komposisi pemanis pada

produk amat penting, sebab ada Acceptable Daily Intake (ADI) atau batas jumlah

pemanis yang boleh dikonsumsi seseorang sepanjang hidup. Dari riset BPOM pada

November-Desember 2002 sudah menunjukkan bahwa konsumsi Siklamat sudah

mencapai 240 persen ADI, sementara sakarin pemanis buatan pemicu kanker kemih

sebanyak 12,2 persen nilai ADI (Anonim, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

Tabel 2.2. Daftar Pemanis Buatan (sintetis) yang Diizinkan di Indonesia Nama

Pemanis Sintetis

ADI Jenis Bahan Makanan Batas Maksimal Penggunaan

Aspartam 0-40 mg Sakarin (serta garam Natrium)

0-2,5 mg Makanan yang berkalori

a. Permen karet b. permen c. saus d. Es lilin e. jam dan jeli f. Minuman ringan g. Minuman Yoghurt h. Es krim dan

sejenisnya i. Minuman ringan

terfermentasi

a. 50mg/kg(sakarin) b. 100mg/kg(Na-sakarin) c. 300mg/kg(Na-sakarin) d. 300mg/kg(Na-sakarin) e. 200mg/kg(Na-sakarin) f. 300mg/kg(Na-sakarin) g. 300mg/kg(Na-sakarin) h. 200mg/kg(Na-sakarin) i. 50mg/kg(Na-sakarin)

Siklamat (serta garam natrium dan garam kalsium)

Makanan berkalori rendah a. Permen karet b. b.Permen c. Saus d. Es krim dan

sejenisnya e. Es lilin

a. 500mg/kg dihitung sebagai

asam siklamat b. 1g/kg dihitung sebagai asam

siklamat c. 3gr/kg dihitung sebagai asam

siklamat d. 2gr/kgdihitung sebagai asam

siklamat e. 1gr/kg dihitung sebagai asam

siklamat. a. Jam dan jeli

b. Minuman ringan c. Minuman Yogyurt d. Minuman ringan e. terfermentasi

a. 1gr/kg dihitung sebagai b. asam siklamat c. 1gr/kg dihitung sebagai

asam siklamat d. 1gr/kg dihitung sebagai e. asam siklamat f. 1gr/kg dihitung sebagai

asam siklamat. Sumber: Permenkes RI no. 208/Menkes/Per/IV/1985

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Bab 2 Perilaku Ibu Tentang Makanan Jajanan Yang

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Perilaku Ibu tentang Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan (Sintetik)

Dari kerangka konsep diatas dijelaskan bahwa pengetahuan ibu tentang

makanan jajanan berpemanis buatan dapat dilihat dari karakteristik ibu (umur,

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga) dan sumber informasi mengenai

makanan jajanan berpemanis buatan (media cetak, media elektronik, petugas

kesehatan, keluarga/ kerabat), sedangkan tindakan ibu tentang makanan jajanan

berpemanis buatan dapat dilihat dari pengetahuan dan sikap ibu tentang makanan

jajanan yang mengandung pemanis buatan (sintetik) dan juga pengetahuan langsung

berhubungan dengan tindakan ibu.

Karakteristik Ibu - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan Keluarga

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu

Tindakan Ibu

Sumber Informasi mengenai makanan jajanan yang berpemanis buatan :

Media Cetak Media Elektronik Petugas kesehatan Keluarga / kerabat

Universitas Sumatera Utara