BAB 2 - Perbaikan 1

44
II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) a. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving Sebagian besar siswa hanya menghafal konsep matematika dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata. Penumpukan konsep pada siswa kurang bermanfaat jika dikomunikasikan oleh guru hanya dengan satu arah kepada siswa. Cara terbaik untuk mnyampaikan konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat konsep matematika adalah menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah). Menurut Sriyono (2003:118) “metode problem solving adalah suatu cara mengajar dengan

Transcript of BAB 2 - Perbaikan 1

IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)

a. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving

Sebagian besar siswa hanya menghafal konsep matematika dan kurang

mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam

kehidupan nyata. Penumpukan konsep pada siswa kurang bermanfaat jika

dikomunikasikan oleh guru hanya dengan satu arah kepada siswa. Cara

terbaik untuk mnyampaikan konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat

menggunakan dan mengingat konsep matematika adalah menggunakan

metode problem solving (pemecahan masalah). Menurut Sriyono (2003:118)

“metode problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan

siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan”. Sedangkan

Sanjaya (2010:214) Menyatakan bahwa:

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah dihadapi secara ilmiah, lalu peserta didik diharapkan dapat aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli, pembelajaran dengan pemecahan

masalah (problem solving) tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran ini

bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir,

memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual. Pemecahan masalah

yaitu suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi

tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika

sebagai bahan latihan siswa. Fungsi guru dalam kegiatan ini adalah

membimbing dan memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dalam

proses pemecahannya. Menurut Winkel (2009:501) ”Taraf kemahiran dalam

memecahkan suatu problem dapat ditingkatkan dengan memberikan latihan

kepada orang”. Lebih lanjut Dahar (dalam Made Wena. 2011:63) “Untuk

memperoleh pengetahuan prosedural pemecahan masalah dibutuhkan

latihan-latihan dan umpan balik”.

Berdasarkan uraian di atas, Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah

(Problem Solving) adalah proses pembelajaran yang dirancang agar siswa

aktif berpikir secara sistematis dan empiris, berkomunikasi, mencari. Selain

itu juga dapat mengelola data menekankan kepada proses penyelesaian

masalah yang dihadapi secara ilmiah dalam suatu kelompok, dimana siswa

saling memberi ide-ide dalam mempertimbangkan penyelesaian masalah.

b. Indikator Penyelesaian Masalah Pembelajaran Problem Solving

Dalam metode pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)

terdapat indikator-indikator penyelesaian masalah, menurut kramers (dalam

10

Made Wena 2011:60) terdapat empat indikator penyelesaian masalah

pembelajaran problem solving antara lain: “(1) memahami masalah, (2)

membuat rencana penyelesaian, (3) melaksanakan rencana penyelesaian, (4)

memeriksa kembali, (5) mengecek hasilnya”.

c. Sintaks Pembelajaran Problem Solving

Dalam metode problem solving terdapat langkah-langkah pembelajaran yang

harus dilakukan, Dewey (dalam Slameto, 2010:145) berpendapat bahwa:

Langkah-langkah dalam metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah sebagai berikut:1) Kesadaran akan adanya masalah2) Merumuskan masalah3) Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis4) Menguji hipotesis-hipotesis5) Menerima hipotesis yang benar

Berdasarkan pendapat ahli terkait indikator dan sintak pembelajaran

problem solving, maka dapat disimpulkan langkah-langkah dalam metode

Pemecahan Masalah (Problem Solving) antara lain:

1) Guru mengarahkan siswa mengenal masalah-masalah yang akan

dipecahkan

2) Guru mengarahkan siswa mencari informasi, pengertian, asas-asas dan

metode-metode yang perlu untuk memecahkan masalah

3) Guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil

memberi peluang bagi mereka untuk mendiskusikan masalah yang

11

dihadapi saling tukar ide antar siswa dan memperdebatkan alternatif

pemecahan masalah

4) Guru merumuskan dan membatasi masalah-masalah

5) Guru mengolah dan menerapkan informasi, pengertian, asas-asas serta

metode-metode itu pada masalah tersebut untuk memperoleh

kemungkinan pemecahan masalah yang dibatasi oleh waktu.

6) Guru membimbing siswa merumuskan dan menguji hipotesis untuk

memperoleh pemecahan masalah

7) Guru menerima hipotesis yang benar dari siswa

8) Guru dan siswa memeriksa kembali pemecahan masalah yang dihasilkan

d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Solving

1) Kelebihan Metode Pembelajaran Problem Solving

Sanjaya (2010:220) mengatakan bahwa:

Kelebihan metode Problem solving sebagai berikut:a. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi

pelajaran.b. Menantang kemampuan siswa serta member kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa.c. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.d. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka

untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.e. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.f. Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata

pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya) pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan sekedar belajar bagi guru dan buku saja.

g. Lebih menyenangkan dan disukai siswa.

12

h. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

i. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

j. Mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2) Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Solving

Menurut Sriyono (2003:119) “Kelemahan metode problem solving

memerlukan waktu yang cukup banyak, bisa menjadikan pelajaran

tertinggal, dan masalah sulit dipecahkan akan memakan waktu yang tidak

sedikit”. Sedangkan menurut Sanjaya (2010:221) kelemahan metode

Problem Solving diantaranya:

a) Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka enggan untuk mencoba.

b) Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

2. Strategi College Ball

a. Pengertian Strategi College Ball

Strategi College Ball merupakan cara-cara untuk membantu siswa

mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan

kemampuan mereka yang sekarang. Menurut Silberman (2005:251) :

Strategi peninjauan ulang tipe permainan bola guling (College Ball) adalah satu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran.

13

Ia memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang telah dikuasai peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali, mengklasifikasi, dan meringkas poin-poin kunci.

Berpijak pada argumen Gordon dkk (2000:173) bahwa “memori bekerja

paling baik dengan menggunakan asosiasi, kemudian cantolkan memori

anda”. Hal tersebut dimaksudkan bahwa sangat penting untuk belajar dengan

cara melibatkan indera pendengaran, penglihatan, berbicara dan bekerja serta

melibatkan emosi-emosi positif, tatkala saat belajar kelompok semua hal

tersebut membuat memori menjadi tahan lama. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa strategi College Ball adalah cara-cara pendidik

untuk membantu siswa agar pembelajaran yang diterima dapat dikuasai

secara tuntas diliputi ingatan yang lebih tinggi dengan suasana yang

menyenangkan serta memungkinkan guru untuk mengevaluasi sejauh mana

siswa telah menguasai materi, dan bertugas menguatkan, menjelaskan, dan

mengikhtisarkan poin-poin utamanya. Strategi College Ball dapat digunakan

sebagai alternatif dalam pembelajaran karena strategi ini lebih mengacu pada

keaktifan belajar siswa, siswa juga dituntut untuk belajar mandiri, siswa

akan lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan tidak merasa bosan

ketika pembelajaran berlangsung di kelas.

14

b. Sintaks Strategi College Ball

Silberman (2005:251) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah dalam

strategi College Ball :

1) Kelompokkan peserta didik kedalam tim yang terdiri atas tiga atau empat kelompok.Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah lembaga (atau tim olahraga, perusahaan,mobil dan lain-lain) yang mereka wakili.

2) Berilah setiap peserta didik kartu indeks. Peserta didik akan memegang kartunya untuk menunjukkan bahwa mereka menginginkan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan. Format permainan adalah undian: Setiap kali anda menyampaikan pertanyaan, setiap anggota tim dapat menunjukkan keinginannya untuk menjawab.

3) Jelaskan aturan-aturan berikut ini:a. Untuk menjawab pertanyaan angkat kartub. Kamu dapat mengangkat kartumu sebelum pertanyaan secara penuh

disampaikan jika kamu merasa mengetahui jawabannya.Segera setelah anda menginterupsi, pertanyaan dihentikan.

c. Tim memberikan skor satu point untuk setiap respons anggota yang benar

d. Ketika seseorang menjawab dengan salah, tim yang lain menjawab (mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim yang lain menginterupsi bacaan)

4) Setelah semua pertanyaan dilontarkan, hitunglah skor keseluruhan dan umumkan pemenangnya.

5) Berdasarkan respons atas permainan, lakukan peninjauan ulang materi yang tidak jelas atau yang memerlukan penguat kembali.

c. Kelebihan dan Kelemahan Strategi College Ball

Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan strategi College Ball adalah

untuk:

a. Memudahkan peserta didik dalam mengingat kembali suatu materi yang

diajarkan juga menciptakan suasana belajar yang variatif sehingga peserta

15

didik tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

b. Dapat membangkitkan minat belajar peserta didik.

c. Memupuk dan mengembangkan sikap mandiri di kalangan peserta didik

d. Menumbuhkan kesadaran dan kekreatifan peserta didik.

Kelemahan pembelajaran menggunakan strategi College Ball adalah :

a. Tidak dapat dilakukan secara terus menerus dalam pembelajaran

matematika, karena permainan merupakan suatu pembelajaran yang

hanya dilakukan untuk mengubah suasana agar tidak bosan dalam

pembelajaran matematika

b. Memerlukan penanganan khusus dalam mempersiapkan rencana

pembelajarannya, agar dalam proses belajar mengajar situasi kelas tidak

terlalu gaduh

c. Tidak dapat dilakukan di kelas besar sebab memerlukan waktu yang

cukup banyak.

3. Sintaks Metode Problem Solving dengan Strategi College Ball

Pembelajaran dengan menggunakan memetode problem solving dengan

strategi College Ball adalah cara belajar berkelompok dimana dapat

membangkitkan motivasi, nyaman, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa

untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain.

Selain itu siswa dapat belajar dengan siswa yang lain, untuk itu dapat

16

memberikan peluang yang banyak bagi mereka, yakni saling berpendapat dan

bertanya sesamanya. Adapun sintaks metode problem solving dengan strategi

college ball adalah sebagai berikut :

1) Guru memberikan informasi, pengertian, asas-asas dan metode-metode

yang perlu untuk memecahkan masalah

2) Guru mengelompokkan siswa kedalam tim/kelompok yang terdiri atas tiga

atau empat orang. Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah

lembaga (atau tim olahraga, perusahaan,mobil dan lain-lain) yang mereka

wakili.

3) Guru memberikan setiap peserta didik kartu indeks.

4) Guru menjelaskan aturan-aturan berikut ini:

a. Untuk menjawab pertanyaan angkat kartu

b. Siswa dapat mengangkat kartu sebelum pertanyaan secara penuh

disampaikan jika siswa merasa mengetahui jawabannya.

c. Segera setelah siswa menginterupsi, pertanyaan dihentikan.

d. Tim memberikan skor satu point untuk setiap respons anggota yang

benar

e. Ketika seseorang siswa menjawab dengan salah, tim yang lain

menjawab (mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim

yang lain menginterupsi bacaan)

5) Guru memberikan masalah-masalah untuk dipecahkan oleh siswa

17

6) Guru mengolah dan menerapkan informasi, pengertian, asas-asas serta

metode-metode itu pada masalah tersebut untuk memperoleh kemungkinan

pemecahan masalah yang dibatasi oleh waktu.

7) Guru menerima hipotesis yang benar dari siswa

8) Guru dan siswa memeriksa kembali pemecahan masalah yang dihasilkan

9) Setelah semua pertanyaan dilontarkan, hitunglah skor keseluruhan dan

umumkan pemenangnya.

10) Berdasarkan respons atas permainan, lakukan peninjauan ulang materi

yang tidak jelas atau yang memerlukan penguat kembali.

4. Metode Ceramah

a. Pengertian Metode Ceramah

Salah satu metode pembelajaan yang masih berlaku dan sangat banyak

digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Sagala (2010:201) berpendapat

bahwa ”Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan

penuturan lisan dari guru kepada peserta didik”. Metode ceramah adalah

metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode

ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan

anak didik dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Sanjaya

(2010:147) memberikan arti “metode ceramah sebagai cara menyajikan

pembelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan secara langsung

kepada siswa”. Pemilihan metode ceramah pada umumnya digunakan karena

18

sudah menjadi kebiasaan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Di samping itu

juga, metode ceramah digunakan karena guru biasanya belum puas kalau

dalam kegiatan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Hal ini didukung

oleh pernyataan Dasim dkk (2008:41) bahwa:

Paradigma pembelajaran di Indonesia dewasa ini masih belum bergerak dari dominasi metode ceramah dan tanya jawab dengan proses pembelajaran yang cenderung monoton. Ada kesan kuat bahwa pendidik belum merasa melakukan tugasnya mengajar dengan sempurna, jika pendidik tersebut belum berceramah didalam kelas.

Berdasarkan penjelasan di atas, metode ceramah dapat dimaknai sebagai

metode yang lebih banyak bepusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu

arah dari guru ke siswa.

b. Langkah-langkah metode ceramah

Dalam Sagala (2010:201) Langkah–langkah dalam Metode Ceramah yaitu:

Pertama :1. Menjelaskan tujuan lebih dulu kepada peserta didik

dengan maksud agar peserta didik mengetahui arah kegiatananya dalam belajar, bahkan tujuan itu dapat membangkitkan motivasi belajar jika bertalian dengan kebutuhan mereka

2. Kemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.3. Memancing pengalaman peserta didik yang cocok

dengan materi yang akan dipelajari

Kedua:1. Perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran harus tetap

terpelihara2. Menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak berbelit-belit dan

tidak meloncat-loncat3. Kegiatan pembelajaran diciptakan secara variatif, jangan

membiarkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan, tetapi memberi kesempatan untuk berpikir

4. Memberi ulangan pelajaran kepada responsi

19

5. Membangkitkan motivasi belajar secara terus menerus selama pembelajaran berlangsung

6. Menggunakan media pelajaran secara variatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

Ketiga :1. Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang

telah diberikan 2. Memberi kesempatan pada peserta didik untuk

menanggapi materi pelajaran yang telah dinerikan terutama mengenai hubungan dengan pelajaran lain

3. Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku.

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

1) Kelebihan Metode Ceramah

Menurut Suryosubroto (2002:166) bahwa ”Keuntungan Metode Ceramah

adalah guru dapat menguasai seluruh arah kelas dan organisasi kelas se-

derhana. Menurut Suryosubroto (2002:166) bahwa ”Keuntungan Metode

Ceramah adalah guru dapat menguasai seluruh arah kelas dan organisasi

kelas sederhana. Adesanjaya (2011) mengatakan bahwa:

Kelebihan-kelebihan metode ceramah adalah:1. Guru mudah menguasai kelas.2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. 5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik

2) Kelemahan Metode Ceramah

Adesanjaya (2011) mengatakan bahwa:

Kelemahan-kelemahannya metode ceramah adalah :1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan

mendengarkan

20

2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari

3) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis

4) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi

5) Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands on activities)

6) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu7) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas8) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal

5. Pengertian Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran

agama islam sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia

untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Islam pun mewajibkan setiap

penganutnya untuk menuntut ilmu, sebagimana sabda Nabi Muhammad

SAW:

مسلم كل على فريضة العلم طلب

ومسلمة

Artinya: “Menuntut ilmu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki dan muslim

perempuan”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan

Ibnu Majah).

21

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan perilaku yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sejalan dengan pendapat Slameto (2010:2)

mengemukakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Sardiman (2006:21) ”belajar merupakan perubahan tingkah laku

atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,

mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya”. Pendapat lain tentang

belajar dikemukakan oleh Lewin (dalam Sanjaya 2010:122) bahwa ”belajar

adalah proses pemecahan masalah”. Untuk memperoleh gambaran yang

lebih jelas tentang teori belajar, ada beberapa prinsip penerapannya antara

lain:

1) Belajar itu berdasarkan keseluruhan yaitu pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi harus berangkat dari suatu masalah. Melalui permasalahan itu siswa dapat mempelajari fakta.

2) Anak yang belajar merupakan keseluruhan yaitu membelajarkan anak bukanlah hanya mengembangkan intelektualnya saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya.

3) Belajar berkat pemahaman terhadap hubungan antarbagian didalam suatu situasi permasalahan (insight) yaitu belajar akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukan menghafal fakta, melalui persoalan yang dihadapi, anak akan mendapat insight yang berguna untuk menghadapi masalah.

22

4) Belajar berdasarkan pengalaman yaitu belajar dengan melakukan reorganisasi kejadian-kejadian yang dapat memberikan arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu masa lalu yang secara terus menerus disempurnakan.(Sanjaya 2010:121).

Berdasarkan pada pengertian belajar yang dikemukakan para ahli tersebut,

dapat disimpulkan bahwa belajar akan membawa suatu perubahan tingkah

laku pada individu yang disebabkan oleh pengalaman dalam interaksi

dengan lingkungannya.

b. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu insti-

tusi pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh

guru untuk membelajarkan siswanya dalam belajar, sebagaimana

dikemukakan oleh Dimyati dan Mujiono (2006:157) “Pembelajaran adalah

proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswanya

dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan

keterampilan dan sikap”. Selanjutnya KBBI (2002:17) menyatakan bahwa

“pembelajaran merupakan proses, perbuatan menjadikan orang atau mahluk

hidup belajar”. Sedangkan Sagala (2010:64) mengatakan bahwa:

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

23

Berdasarkan berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dilakukan

oleh guru sebagai pendidik untuk membantu siswanya dalam memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada suatu proses yang sistematis

melalui tahap rancangan pelaksanaan dan evaluasi.

c. Pengertian Hasil Belajar

Manusia mempunyai kemampuan untuk hidup dan beradaptasi dengan

lingkungannya. Kemampuan itu dapat diambil dengan proses pengalaman

atau pengamatan terhadap sekelilingnya. Dari hasil pengamatan tersebut akan

mempengaruhi perilakunya untuk mempertahankan hidup. Perilaku yang

berubah ini merupakan salah satu hasil dari proses belajar. Dalam setiap

kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik tentunya akan terjadi

perubahan dalam diri peserta didik, baik perilaku maupun dalam hasil belajar.

Hasil belajar merupakan suatu indikator terhadap kemampuan peserta didik

dalam menyerap atau memahami suatu mata pelajaran yang telah dipelajari.

Hasil belajar siswa berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap

atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Islam sendiri

menempatkan orang yang berilmu dalam kedudukan yang istimewa,

sebagaimana sabda Nabi SAW:

فضل الكواكب سائر على البدر ليلة القمر كفضل العابد على العالم

24

Artinya: “Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (yang

bodoh) bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dan semua bintang-

bintang yang lain.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i,

dan Ibnu Majah).

Dari sisi guru tindakan belajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar,

dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belaja, Dimyati dan

Mujdiono (2006:30) menyatakan bahwa :

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal atau puncak proses belajar.

Hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh siswa setelah

menerima pengetahuan sehingga terjadi perubahan tingkah laku dan

diwujudkan dalam bentuk nilai setelah mengikuti tes. Diungkapkan juga

oleh Oemar Hamalik (2003:154) “hasil belajar tampak sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur

dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan”. Sebagai

hasil belajar adalah perubahan yang berupa peningkatan prestasi atau

kemampuan yang lebih baik dari sebelum belajar.

Berdasarkan hal tersebut, guru dituntut untuk memberikan bimbingan

kepada siswa dalam belajar dan harus mampu merancang serta

melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat sehingga akan

25

memberikan hasil yang baik pula bagi siswa. Dengan demikian, inti dari

hasil belajar adalah suatu proses dalam pembelajaran dengan adanya sebuah

interaksi antara guru dan siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

mental siswa menuju lebih baik yang dituangkan dalam suatu angka berupa

nilai atau skor sehingga berguna sebagai sumber informasi bagi guru dan

orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan

peserta didik dan tanggung jawab peserta dalam belajar.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Oemar Hamalik (2003:83) mengemukakan bahwa ada beberapa

faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:

1. Faktor yang bersumber dari siswa Yang termasuk faktor dalam diri siswa antara lain siswa tidak memiliki tujuan yang jelas, kurang berminat dalam pelajaran, kesehatan siswa, kecakapan siswa, kebiasaan belajar dan kurangnya siswa dalam penguasaan materi.

2. Faktor bersumber dari lingkungan sekolahFaktor dari lingkungan sekolah meliputi cara guru memberikan materi pelajaran, kurangnya bahan pelajaran, kurangnya alat penunjang pelajaranmateri yang tidak sesuai dengan kemampuan, penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.

3. Faktor yang bersumber dari lingkungan atau keluargaFakto ini meliputi masalah ekonomi , kurangnya control orang tua, broken home, dan adat istisdat yang masih mengekang.

7. Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok

a. Luas Permukaan Kubus dan Balok

1) Luas Permukaan Kubus

26

Sebuah kubus bila kita buka sepanjang rusuknya maka akan

terjadilah sebuah jarring-jaring kubus.

Seperti contoh pada gambar 2.1 dan 2.2 di bawah ini :

Kubus terdiri dari 6 persegi, sehingga :

Luas Kubus = 6 x L persegi

= 6 x s x s

Contoh :

Sebuah kubus panjang setiap rusuknya 8 cm. Tentukan luas permukaan

kubus tersebut

Penyelesaian: Luas permukaan kubus = 6 x s2

= 6 × 64

= 384

27

Gambar 2.1Kubus

Gambar 2.2Jaring-jaring Kubus

Jadi luas kubus adalah 384 cm²

3) Luas Permukaan Balok

Luas permukaan balok adalah jumlah seluruh sisi balok tersebut. Balok

pada gambar dibawah ini mempunyai tiga pasang sisi yang tiap

pasangnya sama dan sebangun, yaitu:

a) Sisi ABCD sama dan sebangun dengan sisi EFGH.

b) Sisi ADHE sama dan sebangun dengan sisi BCGF.

c) Sisi ABFE sama dan sebangun dengan sisi DCGH.

Akibatnya diperoleh:

luas permukaan ABCD = luas permukaan EFGH = p x l

luas permukaan ADHE = luas permukaan BCGF = l x t

luas permukaan ABFE = luas permukaan DCGH = p x t

Gambar 2.3 Balok

28

Dengan demikian, luas permukaan balok sama dengan jumlah ketiga

pasang sisi yang saling kongruen pada balok tersebut. Jila L adalah luas

permukaan balok, adalah panjang balok, adalah lebar balok, adalah

panjang balok, maka luas permukaan balok dirumuskan sebagai berikut.

L = 2 (p x l) + 2(l x t) + 2(p x t)

= 2 {(p x l) + (l x t) + (p x t)}

Contoh :

Sebuah balok berukuran (8x5x4) cm. Tentukan luas permukaan balok.

Penyelesaian:

Balok berukuran (8 x 5 x 4 ) cm artinya panjang = 6 cm, lebar = 5 cm,

dan tinggi 4cm.

Luas permukaan balok = 2{(p × l) + (l × t) + (p × t)}

= 2{(6 × 5) + (5 × 4) + (6 × 4)}

= 2(30 + 20 + 24)

= 148

Jadi luas balok adalah 148 cm²

b. Volume Kubus dan Balok

1) Volume Kubus

Perhatikan Gambar 2.4 kubus mainan (rubiks) berikut.

29

Gambar 2.4

Ada berapa banyak kubus kecil yang tersusun sehingga menjadi kubus

besar?. Bisakah kalian menghitungnya?. Perhatikan barapa jumlah kubus

yang tersusun sehingga terbentuk kubus besar yang bersisi 3 satuan?

Marilah kita hitung bersama.

Lapisan teratas ada 9 kubus kecil, lapisan tengah ada 9 kubus kecil , dan

pada lapisan bawah ada 9 kubus kecil sehingga banyak semua kubus yang

tersusun ada 27 kubus kecil. Volume Kubus besar = 3 satuan x 3 satuan x

3 satuan = 27 satuan kubik.

Jadi , Volum Kubus = sisi x sisi x sisi

= Luas alas x tinggi

Volum Kubus = Luas alas x tinggi

2) Volume Balok

Untuk menentukan volume sebuah balok dapat digunakan gambar

dibawah ini merupakan sebuah balok satuan dengan ukuran panjang = 4

satuan panjang, lebar = 2 satuan panjang, dan tinggi = 2 satuan panjang.

30

Gambar 2.5 Balok satuan.

Volume balok tersebut = panjang kubus satuan lebar kubus satuan

tinggi kubus satuan

= (4 2 2) satuan volume

= 16 satuan volume

Jadi, diperoleh rumus volume balok (V) dengan ukuran (p x l x t) sebagai

berikut.

V = panjang x lebar x tinggi

= p x l x t

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa.

Pembelajaran matematika di SMP bertujuan untuk membentuk siswa agar

memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari

matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari–hari.

Dari tujuan pembelajaran matematika tersebut, ada beberapa hal penting yang

31

merupakan tujuan dari pembelajaran matematika diantaranya pembentukan sifat

dengan berfikir kritis dan kreatif. Untuk membentuk sifat tersebut, siswa perlu

dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Dalam arti lain siswa harus aktif

dalam proses pembelajaran, tidak hanya mengandalkan guru melainkan belajar

sendiri bersama teman–temannnya dan saling berbagi pengetahuan satu sama yang

lain sehingga ilmu yang mereka dapatkan menjadi lebih berkembang.

Dalam kegiatan pembelajaran matematika di MTs Al-Hidayat Gerning, diduga

guru cenderung menggunakan metode ceramah. Metode ceramah boleh dikatakan

metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran ini berlangsung satu arah yang terpusat pada guru sebagai pemberi

informasi (bahan pelajaran) sehingga terkesan monoton. Guru belum mampu

mengaktifkan siswa dengan optimal yang mengakibatkan minat belajar

matematika siswa menurun. Selama ini, aktivitas yang dilakukan siswa dalam

proses pembelajaran hanya mendengar dan menghafal. Sebagian besar dari

mereka hanya mengandalkan orang lain ketika menghadapi kesulitan tanpa

berusaha untuk belajar mandiri mencari sebuah pemecahan masalah dalam

pembelajaran matematika sehingga menjadikan siswa tidak dapat berpikir kritis

dan kreatif. Mereka cepat lupa atau sedikit sekali untuk mengingat apa yang

seharusnya di ingat, sehingga hal ini dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar

matematika siswa.

32

Pada dasarnya ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru dapat

menguasai seluruh arah kelas, mudah untuk mengorganisasikan tempat duduk dan

menerangkan materi ajar secara runtun dan lengkap, tetapi kendala yang sering

terjadi didalam kelas yakni tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan

mendengarkan, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik

dengan apa yang dipelajari, dan siswa kurang aktif di dalam kelas serta pendekatan

tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.

Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru sebaiknya harus diubah.

Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan sebanyak–

banyaknya untuk aktif saat proses pembelajaran sehingga belajar akan terasa

menyenangkan dan jika siswa belajar dengan mendengar, melihat, bertanya,

berdiskusi dengan orang lain, menerapkan dan mengajarkan kepada orang lain,

mereka dapat memahami pengatahuan dan keterampilan serta dapat menguasai apa

yang disampaikan saat proses pembelajaran. Sejalan dengan Melvin (2006:90)

menyatakan: “Siswa belajar aktif, dengan cara menggunakan otak, mengkaji

gagasan, serta memecahkan suatu masalah, belajar akan terasa menyenangkan,

bersemangat dan penuh gairah”.

Salah satu alternatif yang diduga dapat menyelesaikan masalah siswa yang kurang

aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode problem solving dan menyertakan

strategi College Ball. akhirnya menyimpulkan. Guru sebagai motivator bagi siswa

33

agar mau menerima tantangan. Strategi College Ball dapat membantu untuk

memahami jalan pikiran peserta didik. Strategi College Ball merupakan bagian

dari ice breaker yang membuat proses pertemuan kelompok menjadi lebih

menyenangkan. Strategi College Ball dapat menjadi sarana bagi pemimpin antar

kelompok dalam hal ini tenaga pengajar (Pendidik) untuk mendorong terjadinya

interaksi, merangsang pikiran kreatif, menantang asumsi dasar, dan mengingat

ulang apa yang telah dipelajari untuk menguatkan pemahaman materi. Oleh

karena itu, dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving dengan

strategi College Ball dalam pembelajaran matematika khususnya materi pokok

Mencari Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok memungkinkan siswa

untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, keuletan serta

berkembangnya daya pikir siswa sehingga terbentuknya kemandirian pada diri

siswa saat proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang penulis lakukan berbentuk

komparatif dua sampel dengan satu variabel. Sampel tersebut yaitu kelas

eksperimen yang menggunakan metode Problem solving dengan strategi College

Ball dan kelas kontrol yang menggunakan metode Ceramah. Dalam

pembelajarannya, untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol mempelajari materi

sub pokok bahasan yang sama. Adapun variabelnya adalah hasil belajar siswa

setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan kedua metode tersebut

dikelas yang berbeda. Untuk memperoleh data, diberikan teknik tes. Tes tersebut

34

diberikan kepada kedua sampel dengan soal yang sama dan diberikan setelah

selesai dilaksanakannnya pembelajaran.

Dari hasil belajar selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t. Untuk melihat

perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode Problem

solving dengan strategi College Ball dengan hasil belajar model pembelajaran

metode Ceramah dan apakah hasil belajar matematika yang menggunakan metode

Problem solving dengan strategi College Ball lebih tinggi dari pada hasil belajar

matematika yang menggunakan metode Ceramah. Dua asumsi dasar yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan uji-t yaitu normalitas dan homogenitas data. Oleh

karena itu, sebelum uji-t dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

homogenitas data sampel. Selanjutnya apabila asumsi normalitas data sampel tidak

terpenuhi maka digunakan uji non parametrik yaitu dengan uji Mann Whitney U-

Test. Untuk memperjelas kerangka pikir dalam penelitian ini, maka penulis

gambarkan kerangka pikir dalam diagram langkah-langkah pembelajaran sebagai

berikut :

35

Pembelajaran Menggunakan Metode Problem Solving

dengan Strategi College Ball(kelas eksperimen)

Pembelajaran Menggunakan Metode Ceramah

(kelas kontrol)

Evaluasi

Hasil belajar(µ1)

Hasil belajar(µ2)

µ1 ≠ µ2

µ1 > µ2

Materi Pokok Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok

Proses Pembelajaran

Gambar 3. Diagram langkah-langkah pembelajaran

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir maka penulis merumuskan

hipotesis bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan

metode pembelajaran Problem Solving dengan strategi College Ball dengan

rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode

pembelajaran Ceramah

2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan metode

pembelajaran Problem Solving dengan strategi College Ball lebih baik

daripada rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran

Ceramah

36